Artikel PDF
Artikel PDF
SKRIPSI
OLEH
YENY KHRISTIANI
NIM 109321417103
SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Negeri Malang
untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program Sarjana
Oleh
Yeny Khristiani
NIM 109321417103
Syukur atas nikmat dan kehendah Tuhan YME selalu penulis haturkan
dalam setiap proses dan hasil yang telah dilalui dalam penulisan skripsi yang
berbagai pihak yang telah mendukung terlaksananya penulisan skripsi ini. Ucapan
beliau lakukan selama ini, banyak merubah pola fikir penulis. Memandang suatu
permasalahan dalam kerangka berfikir yang lebih positif. Beliau jugalah yang
telah memberikan ilmu tentang cara memaknai, baik memaknai ilmu pengetahuan
maupun memaknai kehidupan secara mendalam. Saya banyak belajar tentang arti
sebuah kesungguhan, kerja keras, ketelitian dan kecermatan dari Beliau. Semoga
maupun tidak langsung. Selaku ketua jurusan, beliau telah menjadi sosok yang
patut dicontoh, terutama karakter tepat waktu, konsep sadar diri dan bersungguh-
sungguh dalam segala hal. Semoga beliau selalu dalam lindungan Allah.
pengarahan, selalu memberikan ilmu pada setiap pertemuan. Sosok beliau yang
jalanmu.
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ x
3.1 Konsepsi Suhu dan Kalor yang Dikembangkan Menjadi Tes Diagnostik .... 24
3.2 Kategori Kualitas Konsepsi Siswa Berdasarkan Hasil Tes Diagnostik ........ 26
4.2 Ragam Konsepsi Siswa tentang Pemuaian Pada Tes Awal dan Tes Akhir ... 31
4.3 Perubahan Level Kualitas Respon Siswa pada Soal Tes nomor
4.4 Ragam Konsepsi Siswa tentang Kalor pada Tes Awal dan Tes Akhir ......... 33
4.8 Ragam Konsepsi Siswa tentang Kalor Jenis pada Tes Awal dan Tes Akhir
36
4.9 Perubahan Level Kualitas Respon Siswa pada Soal Tes Nomor 3
4.15 Materi pelajaran pada setiap pertemuan materi Kalor di kelas X-8 .............. 44
DAFTAR TABEL
3.1 Konsepsi Suhu dan Kalor yang Dikembangkan Menjadi Tes Diagnostik .... 24
3.2 Kategori Kualitas Konsepsi Siswa Berdasarkan Hasil Tes Diagnostik ........ 26
4.2 Ragam Konsepsi Siswa tentang Pemuaian Pada Tes Awal dan Tes Akhir ... 31
4.3 Perubahan Level Kualitas Respon Siswa pada Soal Tes nomor
4.4 Ragam Konsepsi Siswa tentang Kalor pada Tes Awal dan Tes Akhir ......... 33
4.8 Ragam Konsepsi Siswa tentang Kalor Jenis pada Tes Awal dan Tes Akhir
36
4.9 Perubahan Level Kualitas Respon Siswa pada Soal Tes Nomor 3
4.15 Materi pelajaran pada setiap pertemuan materi Kalor di kelas X-8 .............. 44
DAFTAR LAMPI RAN
............................................................................................................ Halaman
2 Sillabus ......................................................................................................... 79
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
masuk ke dalam kelas tidak seperti papan tulis kosong, namun dengan sebuah
saat pengalaman baru diberi makna oleh pengetahuan terdahulu (Yamin, 2008).
benar dan mungkin salah. Konsepsi yang tidak sesuai dengan konsepsi ilmiah
satu hal penting yang perlu diperhatikan dalam proses belajar. Merujuk pada
Haryanto (2008) Pieget menyatakan bahwa ada empat proses dasar perkembangan
proses tersebut, maka akan mengakibatkan dampak pada proses belajar berikutnya
dan materi berikutnya. Hal ini akan berlangsung secara terus menerus dan
miskonsepsi adalah siswa itu sendiri, guru dan metode pembelajaran. Guru yang
miskonsepsi.
istilah-istilah dalam IPA. Belajar IPA seperti belajar bahasa baru (Wellington,
2000). Menjelaskan istilah-istilah dalam IPA seperti usaha, kerja, element, dst;
yang memiliki pengertian berbeda antara IPA dan dalam kehidupan sehari-hari
mengakibatkan sering terjadi penggabungan makna oleh siswa yang hasilnya tidak
sesuai dengan konsep yang benar. Miskonsepsi ini termasuk salah satunya terjadi
mengalami miskonsepsi terutama jika ada perbedaan antara satu buku dan buku
lainnya dalam menjelaskan suatu konsep misalnya suhu dan kalor. Ada buku yang
mengatakan bahwa kalor adalah energi, kalor adalah bentuk dari energi, atau kalor
adalah perpindahan energi kinetik dari satu benda yang bersuhu tinggi ke benda
bersuhu lebih rendah. Selain itu pendapat dari berbagai ilmuwan tentang konsep
terlalu abstrak untuk siswa (Sozbilir, 2003) dan memungkinkan siswa mengalami
Suhu dan kalor merupakan salah satu konsep yang sulit untuk dipelajari
konsep kalor yang merupakan energi yang mengalir dipamahi siswa sebagai
materi atau zat yang terbentuk seperti udara atau sungai kecil (Baser, 2006).
untuk menerima bahwa benda yang berbeda akan memiliki suhu yang sama ketika
Namun demikian, suhu dan kalor merupakan salah satu konsep kunci yang
Konsep ini merupakan konsep yang penting. Misalnya, konsep suhu dan kalor
merupakan konsep yang harus dipahami siswa terlebih dulu untuk dapat
dan kalor juga turut berperan dalam menentukan bahan-bahan yang digunakan
dalam suatu rangkaian elektronik. Fisika modern juga tak lepas dari rumusan suhu
sebagai salah satu faktor penting yang selalu mempengaruhi faktor-faktor lainnya.
memasak menjadi lebih cepat. Contoh lain misalnya adanya rongga antar batang
rel kereta api. Rongga tersebut bertujuan untuk memberikan ruang ketika rel
beda. Pemahaman siswa didapat dari lingkungan, kejadian sehari-hari, orang tua,
ataupun masyarakat. Namun tidak semua pemahaman itu sesuai dengan konsep
kalor dalam IPA, adakalanya konsepsi yang dibawa siswa tidak sesuai dengan
Indonesia tentang konsep kalor. Sebagai calon guru, penulis merasa sangat perlu
konsepsi siswa tentang kalor dan bagaimana ragam tersebut berubah setelah
pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
ini bermaksud untuk mengetahui ragam konsepsi siswa tentang materi kalor dan
berikut.
pembelajaran?
pembelajaran?
pembelajaran?
pembelajaran?
pembelajaran?
pembelajaran?
C. Kegunaan Penelitian
sebagai berikut.
1. Bagi guru
ragam konsepsi siswa SMA terhadap konsep kalor sehingga dapat memperbaiki
2. Bagi peneliti
sebagai calon guru fisika dalam mengakses dan mengidentifikasi ragam konsepsi
siswa tentang materi kalor. Proses dan hasil penelitian sangat berguna bagi
peneliti untuk menyiapkan diri sebagai calon guru fisika yang efektif sehingga
D. Definisi Operasional
memahami maksud penelitian ini dan agar tidak terjadi interpretasi yang berbeda
1. Konsepsi siswa adalah pandangan siswa terhadap konsep suhu yang diambil
benar pada tiap soal butir soal tes yang diberikan. Kategori tersebut meliputi
kualitas tertinggi (Lev-2), kualitas menengah (Lev-1) dan kualitas terendah
(Lev-0).
3. Perubahan konsepsi adalah perubahan kualitas respon siswa dari tes awal ke
tes akhir.
LANDASAN TEORI
belajar Fisika sama dengan belajar IPA. Belajar Fisika adalah suatu proses untuk
dan prinsip tersebut beserta sikap fisikawan dalam menemukannya. Dalam belajar
kehidupan sehari-hari.
konsep pada diri seseorang yang sedang belajar. Perubahan ini secara umum dapat
terjadi dalam dua bentuk, yaitu pengembangan konsep seseorang dari yang belum
sempurna atau belum lengkap menjadi lengkap dan pembentulan konsep dari
konsep salah menjadi konsep yang benar (sesuai dengan yang telah disepakati ahli
fisika).
konsep tidak dapat diamati, konsep harus disimpulkan dari perilaku. Menurut
Rosser (1984) konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili suatu kelas objek-
objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan atau hubungan-hubungan yang
benda, kejadian-kejadian, situasi-situasi atau ciri-ciri yang memiliki ciri khas yang
mewakili dalam setiap budaya oleh suatu tanda symbol (object, event, situation,
or properties that process common critical attribute and are designated in any
given culture by some accepted sign or symbol) Dahar (2011). Jadi, konsep
Merujuk pada Dahar (2011), Gagne membagi konsep dalam dua kategori
yaitu konsep konkrit dan konsep terdefinisi. Konsep konkrit merupakan abstraksi
atau gagasan yang diturunkan dari suatu objek konkrit seperti konsep tentang meja
dan kursi atau peristiwa-peristiwa yang konkrit seperti konsep tentang peleburan.
Konsep terdefinisi merupakan abstraksi atau gagasan yang diturunkan dari objek-
Tafsiran khas perorangan terhadap suatu konsep ilmu inilah yang disebut
oleh Berg (Dahar 2011) sebagai konsepsi. Karena konsep merupakan abstraksi
dan karakteristik khusus suatu kejadian maka konsepsi setiap orang berbeda-beda
maka konsepsi ini tergantung pada pengalaman yang terjadi pada seseorang
saja, namun berjalan seiring pengalaman yang terjadi pada dirinya. Oleh karena
itu, konsepsi tersebut ada yang sesuai dan ada pula yang tidak sesuai dengan
C. Pemerolehan Konsep
pengalaman yang dialami oleh siswa. Menurut beberapa ahli, perolehan konsep
Menurut Ausubel (Dahar, 2011) konsep diperoleh dengan dua cara yaitu,
pengetahuan secara aktif oleh siswa. Pendekatan yang digunakan Brunner tentang
masuk dengan informasi yang disimpan dalam struktur pengetahuan yang telah
dilakukan oleh siswa dengan jalan mencocokan apa yang ada di luar dirinya
kecocokan antara yang ada di dalam dan di luar diri siswa berjalan secara terus-
menerus, sehingga belajar merupakan suatu proses yang aktif dan dinamis. Karena
memberikan hasil paling baik. Brunner (Dahar, 2011) menyarankan agar siswa
selalu berpartisipasi aktif dengan konsep, prinsip, hukum dan teori agar siswa
merupakan proses pemerolehan konsep oleh individu yang dapat dianggap sebagai
salah satu sarana untuk membentuk skema (sturktur kognitif). Berdasarkan tingkat
perkembangan kognitif oleh Pieget, diketahui bahwa seorang individu akan lebih
abstrak. Oleh karena itu pelaksanaan kegiatan pembelajaran akan lebih baik bila
materi belajar yang disajikan dimulai dari materi yang bersifat konkrit menuju
materi yang bersifat abstrak sehingga akan memudahkan siswa untuk menguasai
dimiliki oleh seseorang dengan pengetahuan baru yang lain disebut dengan
konstruktivisme terdiri dari empat hal pokok yaitu, 1) pengetahuan dibangun oleh
siswa sendiri baik secara personal maupun social, 2)pengetahuan tidak dapat
dipindahkan dari guru ke siswa kecuali hanya dengan keaktifak siswa sendiri
dengan konsep ilmiah dan 4) guru membantu menyediakan sarana dan situasi agar
perkembangan IPA secara umum. Posner, dkk (1982), Good dan Pubbs (1996)
menjelaskan bahwa tahap pertama perubahan konsep itu disebut asimilasi dan
mengubah konsepnya yang tidak sesuai dengan fenomena baru yang mereka
hadapi tersebut melalui proses akomodasi. Akomodasi dalam hal ini disebut juga
dengan perubahan konsep secara radikal. Istilah asimilasi dan akomodasi menurut
Posner ini sama maknanya dengan yang dikemukakan Pieget, namun berbeda arti.
dkk (1996) berpendapat dibutuhkan beberapa keadaan dan syarat sebagai berikut.
1. Harus ada ketidak puasan terhadap konsepsi yang telah ada. Siswa akan dapat
mengubah konsepsinya jika mereka yakin bahwa konsepsi mereka yang lama
tidak dapat digunakan lagu untuk menelaah situasi, pengalaman, dan gejala
baru
3. Konsep yang diberikan harus masuk akal, dapat memecahkan dan menjawab
dijumpainya.
Perubahan konseptual dapat terjadi ketika siswa dihadapkan dengan situasi yang
Siswa masuk ke dalam kelas tidak seperti papan tulis kosong, namun
Pemahaman awal siswa disebut dengan konsepsi, sedangkan konsepsi yang tidak
sesuai dengan konsep ilmiah biasa disebut dengan miskonsepsi (Yuliati, 2004).
Konsepsi siswa terbangun dari berbagai faktor bukan hanya dari pendidikan
terkait pada setiap tahap yang dilalui. Menurut teori pieget, setiap orang
praoperasional konkret (7-11 tahun), dan 4) tahap operasional formal (11 tahun ke
atas). Pada setiap tahap tersebut setiap anak akan membangun sebuah konsepsi
terhadap suatu fakta atau konsep tertentu yang nantinya dibawa ke dalam kelas.
Jika siswa memiliki konsepsi yang benar pada tahap sebelumnya maka dapat
mendukung pembelajaran, begitu juga sebaliknya jika konsepsi siswa pada tahap
pembelajaran.
Pembelajaran yang tidak sesuai dan konsepsi awal yang tidak benar dapat
berkelanjutan. Oleh karena itu, penting bagi seorang guru untuk mengetahui
Suhu dan kalor merupakan topik yang diajarkan di kelas X pada semester
berikut.
1. Suhu
thermal) dengan system lainnya (Zemansky, 1986) . Jika ada dua system dengan
suhu yang berbeda diletakkan dalam kontak termal maka kedua sistem tersebut
pada akhirnya akan mencapai suhu yang sama. Jika dua system dalam
kesetimbangan termal dengan system ketiga, maka ketiganya akan berada dalam
kesetimbangan termal satu sama lain. Jika dua benda berada pada kesetimbangan
Banyak siswa yang belum memahami dengan baik bahwa ketika dua
benda berbeda jenis diletakkan pada suatu ruangan yang sama selama beberapa
waktu, akan memiliki suhu yang sama (Thomas et al, 1995). Gonen (2010) juga
mengatakan bahwa siswa sekolah menengah atas memiliki kesulitan yang tinggi
untuk memahami perbedaan antara suhu dan kalor. Oleh karena itu, suhu
2. Muai Panjang
Umumnya, suatu zat akan memuai jika dipanaskan dan menyusut jika
didinginkan. Benda padat, cair maupun gas terdiri dari partikel-partikel yang
selalu bergetar (vibration) dan saling menarik satu sama lain. Kenaikan suhu
pemuaian (ekspansi).
Pemuaian ini bisa berupa muai panjang, luas atau volum. Ketika benda
yang sangat panjang dan memiliki luas penampang kecil maka luas
Muai panjang umumnya terjadi pada zat padat. Perbedaan sifat muai berbagai zat
ditentukan oleh koefisien muai panjang dari masing-masing zat itu sendiri.
disebabkan jarak antar partikel membesar. Ketika diberi kalor maka partikel di
konsep pemuaian secara mikroskopik. Hal ini dikarenakan konsep pemuaian yang
3. Kalor
mengalir dari satu bagian sistem ke bagian lain atau dari satu system ke system
internal dan W adalah kerja yang dilakukan oleh sistem. Kalor belum bisa
diketahui ketika tidak terjadi aliran energi internal dari satu system satu ke system
lainnya. Aliran tersebut terjadi jika ada perbedaan suhu. Sehingga, kalor bukanlah
suatu zat yang disimpan dalam suatu benda namun berupa aliran energi.
kimiawan yang lebih menyukai penggunaan satuan kalori. Satu kalor didefiniskan
temperature satu gram air sebesar 1 . Karena dalam kenaikan atau penurunan
persatuan 1 berbeda pada setiap perubahan, maka ditentukan bahwa satu kalori
ditentukan pada kenaikan air pada suhu 14,5 menjadi 15,5 . Ada kesetaraan
Sejarah penemuan kalor diawali dengan konsepsi para ahli bahwa kalor
merupakan suatu zat yang mengalir dari satu benda (bersuhu tinggi) ke benda lain
(bersuhu lebih rendah). Hal ini didasarkan pada sebuah fakta, ketika dua benda
berbeda suhu didekatkan maka suhu kedua benda tersebut akan mencapai
hal tersebut. Namun akhirnya pada tahun 1849 seorang peneliti bernama Joule
dapat membuktikan hubungan kalor dan kerja yang membuktikan secara tuntas
salah tentang kalor. Konsepsi salah yang dimiliki siswa tersebut adalah kalor
merupakan partikel atau suatu zat yang mengalir. Brook et al (1985) menemukan
bahwa siswa memiliki konsepsi bahwa kalor merupakan materi fluida. Engel
menggolongkan kalor sebagai suatu zat yang sama seperti materi fluida. Oleh
karena itu, peneliti juga ingin mengetahui bagaimana konsepsi siswa (pada subjek
4. Kalor Jenis
Jika satu kilogram air dan satu kilogram minyak tanah diberi kalor yang
sama, maka minyak tanah mengalami perubahan suhu lebih besar dari pada air.
Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing zat mengalami perubahan suhu yang
berbeda ketika diberi kalor yang sama. Perbedaan ini terjadi karena kedua zat
tersebut memiliki kalor jenis yang berbeda. Kalor jenis suatu zat didefinisikan
sebagai banyaknya kalor yang diperlukan atau dilepaskan (Q) untuk menaikkan
atau menurunkan suhu satu satuan massa zat itu sebesar satu satuan suhu.
siswa tentang hubungan kalor jenis terhadap kenaikan suhu suatu benda atau
peneliti ini mendorong peneliti untuk mengetahui konsepsi siswa terhadap topic
tersebut.
5. Perubahan Wujud
Zat dapat berbentuk dalam beberapa wujud yaitu padat, cair dan gas.
Masing-masing wujud tersebut dapat berubah dari wujud yang satu ke wujud
lainnya. Perubahan wujud disertai dengan penyerapan kalor atau pelepasan kalor.
Perubahan wujud disebut juga perubahan fase. Perubahan dari fase tertentu ke
fase yang lain biasa disebut dengan melebur (padat ke cair), membeku (cair ke
padat), menguap (cair ke gas), mengembun (gas ke cair), deposisi (gas ke padat)
dan menyublim (padat ke gas). Tidak semua zat dapat mengalami semua
perubahan fase.
adalah proses peleburan es menjadi air dan menjadi gas. Ketika es bersuhu
negatife maka kalor yang diterima es digunakan untuk menaikkan suhu mencapai
0 . Pada suhu tersebut, kalor yang diterima es akan digunakan untuk merubah
wujud. Besarnya kalor yang digunakan untuk melebur disebut dengan kalor lebur.
Kalor lebur adalah kuantitas panas yang harus diberikan pada suatu bahan pada
titik leburnya supaya menjadi zat cair seluruhnya pada suhu titik lebur. Setelah es
melebur kalor diterima digunakan kembali untuk menaikkan suhu sampai suhu
100 (pada tekanan 1atm) kemudian menguap pada keadaan suhu konstan.
Kuantitas kalor per satuan massa yang harus diberikan pada suatu bahan pada titik
didihnya supaya menjadi gas seluruhnnya pada suhu titik didih disebut kalor uap.
ketika perubahan fase suhu zat terus meningkat. Stavy (1990) menyatakan bahwa
80 % siswa pada studinya tidak menyadari bahwa suhu air tetap konstan dalam
proses pemuaian atau perubahan wujud. Hollon (1986) juga menyatakan bahwa
menguapnya suatu zat disertai dengan penyerapan kalor sehingga suhunya juga
akan terus bertambah. Mereka sangat terkejut ketika mengetahui bahwa suhu zat
tersebut tetap ketika mengalami perubahan fase. Hal ini mendorong peneliti untuk
mengetahui pula bagaimana konsepsi siswa terhadap suhu saat terjadi perubahan
fase.
6. Perpindahan Kalor
Kalor berpindah dari satu benda ke benda lain dengan tiga cara yakni
satu tempat ke tempat lain dengan cara tumbukan antar molekul, dengan laju
∆
aliran kalornya = dengan H adalah laju aliran kalor, A adalah luas
dari suatu tempat ke tempat lain dengan pergerakan molekul, zat atau materi.
dalam perambatannya.
kalor kepada atom tetangga berikutnya, dan begitu seterusnya. Kalor merambat
melalui batang logam tanpa ada bagian-bagian logam yang pindah bersama kalor
itu.
konduksi yang terjadi pada logam maupun kayu. Sebagian besar siswa tersebut
tidak dapat memberikan alasan yang memuaskan pada soal open-ended yang
diberikan karena mereka tidak dapat menjelaskan alasan yang benar. Hal ini
konsepsi siswa terhadap perambatan kalor secara konduksi pada penelitian ini.
BAB III
METODE PENELITIAN
Sesuai dengan masalah yang dikaji, penelitian ini bersifat deskriptif yang
penelitian ini maka yang akan digambarkan adalah ragam konsepsi siswa,
B. Konteks Penelitian
tulis, koneksi wifi pada lokasi-lokasi sekitar kelas, dan buku-buku penunjang yang
disediakan di perpustakaan.
Penelitian dilakukan pada tahun ajaran 2012-2013. Pada tahun ajaran ini,
terdapat guru magang (PPL) yang mengajar secara bergantian dengan guru tetap.
SMAN 5 Malang menerapkan sistem dua guru (team teaching) dalam satu kelas
untuk satu mata pelajaran, termasuk mata pelajaran fisika, sehingga guru mata
pelajaran fisika di X-8 ada dua yakni guru tetap dan guru PPL.
suhu dan kalor yang diajarkan selama 4 minggu, dengan 5 jam pertemuan setiap
minggunya terjadi 20 jam pertemuan. Namun, pada beberapa pertemuan tidak
siswa terbitan penerbit Sagufindo. Buku ini digunakan oleh semua siswa atas
anjuran guru. Beberapa siswa juga menggunakan buku lain, misalnya karya
Sesuai dengan masalah yang dikaji, data yang diperlukan dalam penelitian
ini berupa konsepsi siswa sebelum dan setelah pembelajaran tentang konsep suhu
dan kalor, dan proses pembelajaran yang dialamai oleh siswa pada topik tersebut.
Sumber data dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X-8 SMA Negeri 5
1. Tes Diagnostik
suhu dan kalor sebelum dan setelah pembelajaran. Waktu yang disediakan untuk
mengerjakan tes selama 45 menit. Tes yang digunakan merupakan tes pemahaman
konsep materi suhu dan kalor. Tes ini dikembangkan oleh peneliti dengan
mengacu pada sebaran materi suhu dan kalor dalam kurikulum KTSP SMA 2007.
Instrument soal yang digunakan dikembangkan menjadi tiga belas butir
konsep-konsep suhu dan kalor dalam kehidupan sehari-hari siswa. Instrument soal
dibuat dalam bentuk pilihan ganda. Sebagian dengan 4 pilihan jawaban, 3 pilihan
jawaban, 2 pilihan jawaban dan jawaban akhir kosong. Jawaban kosong ini
disediakan untuk diisi oleh siswa apabila siswa mempunyai jawaban lain selain
harus dipilih oleh siswa dengan menyilang jika menganggap pernyataan itu salah,
melingkari jika mengaggap pernyataan itu benar dan tidak memberikan tanda jika
ragu-ragu. Siswa dapat melingkari ataupun menyilang lebih dari satu pilihan
jawaban.
apa yang akan diukur maka konsep-konsep yang digunakan ditabelkan seperti
1 Kalor - Kalor adalah salah satu bentuk energi yang mengalir dari
benda bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu lebih
rendah
- Benda yang menerima kalor suhunya naik (atau berubah
wujud dengan suhu tetap) dan benda yang melepas kalor
suhunya turun
- Kalor bukanlah suatu zat yang disimpan dalam suatu
benda namun merupakan perpindahan energi internal
karena adanya perbedaan suhu
2 Suhu - Suhu merupakan sifat suatu sistem yang ditentukan
dengan membandingkan keadaan sistem tersebut dengan
sistem lainnya.
- Dingin atau panas merupakan suatu ekspresi yang
diwujudkan dari penilaian indra manusia terhadap suatu
keadaan.
- Suhu benda tetap ketika suatu zat mengalamai perubahan
wujud.
3 Kalor Jenis - Kalor jenis adalah bilangan yang menunjukkan jumlah
kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu tiap satu
satuan massa zat dalam satu derajat
4 Perpindahan Kalor Konduksi
2. Observasi Partisipasi
3. Wawancara
Kegiatan wawancara dilakukan untuk menunjang data hasil tes awal dan
memperoleh data yang lebih jelas/rinci tentang konsepsi awal siswa berkenaan
dengan perubahan konsepsinya dan mengapa hal tersebut terjadi. Sifat pertanyaan
selama wawancara tidak terstruktur dengan maksud agar siswa secara bebas dapat
dikerjakan.
sebelum dan setelah pembelajaran, mulai dari yang paling tinggi perubahannya,
menengah dan yang paling tidak berubah. Dalam kegiatan wawancara dilakukan
Peneliti memulai dengan bertanya tentang jawaban siswa pada tes awal
tes akhirnya. Bila jawaban dan alasan pada tes awal dan tes akhir berbeda, kepada
pada hasil tes awal dan tes akhir siswa. Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut,
dihitung frekuensi jawaban siswa pada setiap butir soal yang diberikan. Jawaban
setiap butir soal tes memungkinkan siswa memilih lebih dari satu jawaban,
level (tingkatan ) yakni level 0, level 1 dan level 2. Kategori level kualitas
Tabel 3.2 Kategori Kualitas Konsepsi Siswa Berdasarkan Hasil Tes Diagnostik
Kualitas Konsepsi Deskripsi
Level 2 Jika siswa memilih semua jawaban benar dan tidak memilih satupun
jawaban salah
Level 1 Jika siswa memilih jawaban campuran antara pilihan jawaban benar
dan salah, atau siswa hanya memilih salah satu dari beberapa jawaban
benar (tidak semua jawaban benar dipilih)
menjadi konsep-konsep yang lebih khusus yang ada pada fikiran siswa
pada tes awal diketahui bahwa pada soal tes nomor satu, 100 % siswa menyatakan
bahwa konsep kalor mengalir dari suhu lebih tinggi ke suhu lebih rendah, namun
pada tes akhir hanya 38 % siswa. Hal ini merupakan elemen kontras yang
telah dilakukan.
kualitas jawaban siswa pada tes awal dan tes akhir. Hasil tersebut kemudian
telah dilakukan.
F. Tahap-tahap Penelitian
berikut.
2. Pelaksanaan tes awal dilaksanakan pada tanggal 6 Maret 2013. Hasil jawaban
pengaruh kalor terhadap suatu zat) dan 4.2 (menganalisis cara perpindahan
dilaksanakan pada 17 April 2013. Butir soal pada tes awal sama dengan pada
tes akhir.
diwawancarai tergantung pada setiap elemen khusus yang terjadi pada data
yang ditemukan.
Akhir
tes awal (dilakukan sebelum pembelajaran) dan tes akhir (dilakukan setelah
pembelajaran) yang berkaitan dengan konsep suhu, kalor, kalor jenis, pemuaian,
konduksi kalor dan perubahan wujud. Tes awal dan tes akhir menggunakan
potongan jika suatu balok es dipotong menjadi dua bagian. Respon siswa terhadap
pertanyaan tersebut dirangkum pada Tabel 4.1. Pada Tes awal semua siswa (34
siswa) dengan mantap memilih pilihan B. Namun, dua dari 34 siswa tersebut
bergeser ke pilihan C pada tes akhir. Pertanyaan untuk mengasses konsepsi siswa
8. Jika balok es yang suhunya −10℃ dipotong menjadi dua bagian, bagaimana suhu masing-
masing potongannya?
A. Suhu kedua bagian sama besar yakni −5℃ jika balok es dipotong menjadi dua sama besar
B. Suhu kedua bagian sama besar yakni −10℃, dimanapun balok dipotong
C. Jika ukuran potongan tidak sama, potongan yang besar memiliki suhu yang lebih tinggi
D. Jika ukuran potongan tidak sama, potongan yang besar memiliki suhu yang lebih rendah
E. …………….……………………………………………………………………………
Tabel 4.1 Ragam Konsepsi Siswa tentang Suhu Benda yang Dipotong pada Tes Awal dan
Tes Akhir
No Frekuensi
Konsepsi benraBenar Konsepsi siswa
Soal Pre Post
Pada persitiwa suatu 8 Pada peristiwa suatu benda yang
benda yang dipotong dipotong menjadi beberapa bagian, suhu 34 32
menjadi beberapa kedua benda tetap
bagian (bagaimanapun
ukurannya, Pada peristiwa suatu benda yang
0 2
suhumasing-masing dipotong menjadi beberapa bagian, suhu
bagian adalah sama kedua benda berubah
Tabel 4.2, sedangkan perubahan level kualitas respon siswa ditunjukkan pada
Tabel 4.3. Pertanyaan untuk mengasses konsepsi siswa tersebut adalah sebagai
berikut.
4. Suatu batang alumunium yang panjangnya 20 cm dipanaskan di atas api seperti terlihat pada
gambar. Setelah 10 menit ternyata panjangnya menjadi 25 cm. Mengapa batang alumunium
bisa memanjang?
A. Partikel-partikel kalor mendesak partikel-partikel alumunium sehingga berpindah ke kanan
(mengisi ∆ )
B. Partikel-partikel kalor memenuhi ruang antar partikel alumunium, sehingga partikel-partikel
alumunium terdesak ke segala arah
C. Jarak antar partikel-partikel alumunium menjadi semakin jauh akibat kenaikan suhu
D. Partikel-partikel alumunium bertambah besar akibat kenaikan suhu
E. …………….……………………………………………………………
= 20
∆ =5
Tabel 4.2 Ragam Konsepsi Siswa tentang Pemuaian Pada Tes Awal dan Tes Akhir
No Frekuensi
Konsepsepsi Benar Konsepsi siswa
Soal Pre Post
Pemuaian panjang terjadi karena
jarak antar pertikel-partikel 0 4
logam menjadi semakin jauh
Pemuaian panjang terjadi karena
Suatu benda yang
pertikel-partikel kalor memenuhi
dipanaskan mengalami 0 9
ruang antar partikel-partikel
pemuaian karena jarak
4 logam
antar partikel menjadi
Pemuaian panjang terjadi karena
semakin jauh akibat
partikel-partikel kalor mendesak 0 19*
kenaikan suhu
partikel-partikel logam
Pemuaian panjang terjadi karena
partikel-partikel logam 8 17*
bertambah besar
Konsepsi tidak terindentifikasi 26 0
* Siswa memiliki konsepsi lebih dari satu
Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa pada tes awal sebagian besar siswa
memiliki jawaban sendiri yakni karena terjadi pemuaian. Sebagian besar siswa
tersebut mengetahui bahwa ketika suatu logam diberi kalor maka akan mengalami
Sedangkan pada tes akhir, hanya sebagian kecil siswa (4 siswa) yang memahami
dengan benar proses mikroskopik pemuaian logam ketika diberi kalor yakni jarak
antar partikel-partikel logam menjadi semakin jauh. Siswa yang lain berfikir
bahwa kalor berbentuk partikel dan pada proses pemuaian panjang partikel-
partikel kalor tersebut mendesak partikel-partikel logam (19 siswa), atau partikel-
bertambah besar.
Tabel 4.3 Perubahan Level Kualitas Respon Siswa pada Soal Tes nomor 4 Berdasarkan Tes
Awal dan Tes Akhir
Tes Akhir Total Tes Awal
Lev-0 Lev-1 Lev-2 Jumlah % *)
Tes Awal
Lev-0 30 4 0 34 100.0
Lev-1 0 0 0 0 0.0
Lev-2 0 0 0 0 0.0
Total Tes Jumlah 30 4 0 34 100.0
Akhir % *) 88.2 11.8 0.0 100.00
kualitas respon terendah (Lev-0) mengalami penurunan dari 100% menjadi 88%.
respon dari Lev-0 menjadi Lev-1. Tidak ada siswa yang mencapai kualitas respon
tiga butir soal tes yaitu nomor 1, 2 dan 5. Soal nomor 1 mengungkap konsepsi
siswa tentang aliran kalor yang terjadi jika logam berbentuk kubus kecil bersuhu
0℃ dimasukkan ke dalam gelas berisi air yang bersuhu 25℃. Soal nomor 2
mengungkap konsepsi siswa tentang aliran kalor yang terjadi jika dua buah benda
(logam dan kayu) yang bersuhu sama saling disentuhkan. Soal nomor 5
mengungkap konsepsi siswa tentang aliran kalor yang terjadi jika air dalam panci
yang dipanaskan di atas kompor dari suhu 20℃ menjadi 30℃. Variasi respon
Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui pada tes awal semua siswa (34 siswa)
kalor pada dua benda yang bersuhu sama. Ada satu siswa yang secara konsisten
(pada tes awal maupun tes akhir) berpendapat bahwa penurunan suhu benda
disebabkan benda itu menerima dingin dari benda yang bersuhu rendah.
Selain itu, ada beberapa siswa yang justru memiliki konsepsi salah setelah
suatu benda disimpan di dalamnya. Lima siswa memiliki konsepsi bahwa kalor
merupakan partikel, bukan energi. Delapan siswa memiliki konsepsi bahwa ketika
besi dan kayu yang bersuh sama disentuhkan, tidak terjadi perpindahan kalor
Tabel 4.4 Ragam Konsepsi Siswa tentang Kalor pada Tes Awal dan Tes Akhir
Frekuensi
Konsepsi Benar No Soal Konsepsi siswa
Pre Post
Kalor berpindah 1 ( ) 34 32
Kalor berpindah dari benda bersuhu
dari benda bersuhu tinggi ke rendah, benda yang melepas
tinggi ke rendah, kalor suhunya turun sedangkan benda
benda yang melepas yang menerima kalor suhunya naik
kalor suhunya turun ( ) 1 1
Dingin berpindah dari benda bersuhu
sedangkan benda rendah ke tinggi, benda yang melepas
yang menerima dingin suhunya naik sedangkan benda
kalor suhunya naik yang menerima dingin suhunya turun
(selama tidak terjadi ( )
Logam suhunya naik karena logam 0 1
perubahan wujud) lebih cepat panas dari pada bukan logam
2 ( ) 26* 26*
Ketika besi dan kayu yang bersuhu
sama disentuhkan, tidak terjadi
perpindahan kalor karena suhu kedua
Ketika besi dan
benda sama
kayu yang bersuhu ( )
Ketika besi dan kayu yang bersuhu 0 8
sama disentuhkan,
sama disentuhkan, tidak terjadi
tidak terjadi
perpindahan kalor karena besi logam
perpindahan kalor
dan kayu bukan logam
karena suhu kedua ( )
benda sama Ketika besi dan kayu yang bersuhu 8 4
sama disentuhkan, terjadi perpindahan
kalor karena besi lebih cepat panas dari
pada kayu
5 ( ) 34 31*
Selama tidak terjadi Kalor yang diberikan ke suatu benda
perubahan wujud, digunakan untuk menaikkan suhu benda
kalor yang itu
diberikan ke suatu ( ) 0 4
Kalor yang diberikan ke suatu benda
benda digunakan disimpan didalam benda itu
untuk menaikkan ( ) 0 5
Kalor diberikan ke suatu benda
suhu benda itu dalam wujud parikel
* Siswa memiliki konsepsi lebih dari satu
Perubahan konsepsi siswa ditunjukkan dari perubahan kualitas respon
siswa dari tes awal ke tes akhir, terhadap butir soal 1, 2 dan 5 secara berurutan
disajikan pada Tabel 4.5 s.d 4.7. Seperti dituliskan pada bab sebelumnya (metode
siswa terhadap tes yang diberikan. Jika seorang siswa memilih semua pilihan
benar dan tidak memilih satupun pilihan salah, maka konsepsi siswa tersebut
dikategorikan pada Level-2 (tertinggi). Jika respon siswa tidak ada pilihan yang
benar maka konsepsi siswa tersebut dikategorikan paling rendah (Level-0). Jika
respon siswa merupakan campuran antara pilihan yang salah dan yang benar,
Tabel 4.5 Perubahan Level Kualitas Respon Siswa pada Soal Nomor 1 Berdasarkan Tes
Awal dan Tes Akhir
Tes Akhir Total Tes Awal
Lev-0 Lev-1 Lev-2 Jumlah % *)
Tes Awal
Lev-0 0 0 0 0 0
Lev-1 0 1 18 19 55.9
Lev-2 0 1 14 15 44.1
Total Tes Jumlah 0 2 32 34 100.0
Akhir % *) 0.0 5.9 94.1 100.00
kualitas respon terbaik (Lev-2) mengalami kenaikan dari 44,1 % menjadi 94,1 %.
kualitas respon dari Lev-1 menjadi Lev-2. Namun demikian masih terdapat 1
siswa yang justru mengalami penurunan kualitas respon dari Lev-2 menjadi Lev-
1.
Tabel 4.6 Perubahan Level Kualitas Respon Siswa pada Soal Nomor 2 Berdasarkan Tes
Awal dan Tes Akhir
Tes Akhir Total Tes Awal
Lev-0 Lev-1 Lev-2 Jumlah % *)
Lev-0 2 4 2 8 23.5
Tes Awal
Lev-1 0 0 1 1 2.9
Lev-2 6 1 18 25 73.5
Total Tes Jumlah 8 5 21 34 100.0
Akhir % *) 23.5 14.7 61.8 100.00
terbaik (Lev-2) menurun dari 73,5 % menjadi 61,8 %. Penurunan ini utamanya
disebabkan ada 6 siswa yang mengalami penurunan kualitas respon dari Lev-2
menjadi Lev-0. Sebanyak 2 siswa tidak mengalami perubahan dan tetap berada
pada Lev-0. Namun demikian, terjadi kenaikan pada kualitas respon siswa
menengah dari 2.9 % menjadi 14,7 %. Kenaikan ini disebabkan ada 4 siswa yang
Tabel 4.7 Perubahan Level Kualitas Respon Siswa pada Soal Nomor 5 Berdasarkan Tes
Awal dan Tes Akhir
Tes Akhir Total Tes Awal
Lev-0 Lev-1 Lev-2 Jumlah % *)
Tes Awal
Lev-0 0 0 0 0 0.0
Lev-1 0 0 1 1 2.9
Lev-2 4 6 23 33 97.1
Total Tes Jumlah 4 6 24 34 100.0
Akhir % *) 11.8 17.6 70.6 100.00
kualitas respon terbaik (Lev-2) menurun yakni dari 97,1 % menjadi 70,6 %.
kualitas respon dari Lev-2 menjadi Lev-0 dan 6 siswa dari Lev-2 menjadi Lev-1.
4. Ragam Konsepsi Siswa tentang Kalor Jenis dan Perubahannya
disajikan setelah paragraf ini.Variasi respon siswa terhadap soal nomor 3 tersebut
ditunjukkan pada Tabel 4.8, sedangkan perubahan level kualitas respon siswa
3. Benda A memiliki kalor jenis sebesar 10 / ℃ dan benda B sebesar 5 / ℃. Jika kedua
benda memiliki massa yang sama lalu dipanaskan dengan pemanas yang sama secara bersamaan,
bagaimana kenaikan suhunya?
A. Suhu benda A naik lebih cepat daripada suhu benda B karena kalor jenis benda A lebih besar dari
pada kalor jenis benda B
B. Suhu benda A naik lebih lambat daripada suhu benda B karena kalor jenis benda A lebih
besar dari pada kalor jenis benda B
C. Suhu keduanya naik secara bersamaan karena diberi kalor yang sama
D. Suhu keduanya naik secara bersamaan karena mempunyai massa yang sama dan mendapat kalor
yang sama
E. …………….…………………………………………………………………………
Tabel 4.8 Ragam Konsepsi Siswa tentang Kalor Jenis pada Tes Awal dan Tes Akhir
No Frekuensi
Konsepsi Benar Konsepsi siswa
Soal Pre Post
Kalor jenis 3 Kalor jenis mempengaruhi kenaikan suhu 33* 13
mempengaruhi benda, semakin besar kalor jenisnya
kenaikan suhu (pada dua zat berbeda yang diberi
benda, semakin sejumlah kalor yang sama) semakin cepat
besar kalor jenisnya kenaikan suhunya
semakin besar kalor Kalor jenis mempengaruhi kenaikan suhu 1 18
yang diperlukan benda, semakin besar kalor jenisnya
untuk menaikkan (pada dua zat berbeda yang diberi
suhunya sejumlah kalor yang sama) semakin
lambat kenaikan suhunya
Kalor jenis tidak mempengaruhi kenaikan 2 3
suhu benda
* Siswa memiliki konsepsi lebih dari satu
Berdasarkan Tabel 4.8 diketahui bahwa sebagian besar siswa (33 siswa)
memiliki konsepsi yang salah pada tes awal, namun telah mengalami perubahan
menjadi konsepsi yang benar pada tes akhir meskipun hanya sebagian (18 siswa).
Baik pada tes awal (2 siswa) maupun tes akhir (3 siswa) masih ada siswa yang
memiliki konsepsi bahwa kalor jenis tidak mempengaruhi kenaikan suhu benda.
Tabel 4.9 Perubahan Level Kualitas Respon Siswa pada Soal Tes Nomor 3 Berdasarkan Tes
Awal dan Tes Akhir
Tes Akhir Total Tes Awal
Lev-0 Lev-1 Lev-2 Jumlah % *)
Tes Awal
Lev-0 16 0 17 33 97.1
Lev-1 0 0 0 0 0.0
Lev-2 0 0 1 1 2.9
Total Tes Jumlah 16 0 18 34 100.0
AKhir % *) 47.1 0.0 52.9 100.00
kualitas respon terbaik (Lev-2) mengalami kenaikan dari 2,9 % menjadi 52,9 %.
Kenaikan ini disebabkan ada 17 siswa yang mengalamai kenaikan kualitas respon
dari Lev-0 menjadi Lev-2. Meski demikian masih ada 16 siswa yang tidak
paragraf ini. Pernyataan benar dari soal di atas adalah A, C dan D. Dari tes yang
6. Ketika kita memanaskan air dengan panci, api hanya mengenai bagian bawah panci.
Namun ternyata bagian gagang panci juga ikut panas. Mengapa hal tersebut bisa terjadi?
A. Karena kalor dapat merambat melalui benda padat
B. Karena partikel panci pada bagian bawah panci berpindah ke gagang panci ketika
dipanaskan
C. Karena partikel panci saling bertubrukan dan menghantarkan energi kalor
D. Karena kalor selalu berpindah dari suhu tinggi ke suhu rendah
E. …………….………………………………………………………………
Tabel 4.10 Variasi Jawaban Siswa tentang Konduksi pada Tes Awal dan Tes Akhir
Frekuensi
Pilihan Jawaban
Pre Post
A 32 4
B 1 0
C 0 1
A,C 0 4
A,D 1 5
C,D 0 1
A,C,D 0 17
A,B,D 0 2
Total Jawaban 34 34
mengetahui bahwa kalor dapat merambat melalui benda padat, namun belum
siswa telah memiliki konsepsi yang lengkap bahwa kalor dapat merambat melalui
benda padat dari suhu tinggi ke suhu rendah dan proses perambatan tersebut
terjadi karena partikel panci saling bertubrukan dan menghantarkan energi kalor.
Namun demikian, masih banyak siswa yang belum memahaminya dengan baik
(15 siswa). Sedangkan dua siswa justru berfikir bahwa perambatan kalor secra
Perubahan kualitas respon siswa dari tes awal ke tes akhir, terhadap butir
soal 6 disajikan pada Tabel 4.11. Jika seorang siswa memilih semua pilihan benar
(A, C dan D) dan tidak memilih satupun pilihan salah, maka konsepsi siswa
tersebut dikategorikan pada Level-2 (tertinggi). Jika respon seorang siswa adalah
Jika respon siswa merupakan campuran antara pilihan yang salah dan yang benar,
Tes Akhir
Lev-0 1 0 0 1 2.9
Lev-1 11 5 17 33 97.1
Lev-2 0 0 0 0 0.0
Total Tes Jumlah 12 5 17 34 100.0
AKhir % *) 35.3 14.7 50.0 100.00
Berdasarkan Tabel 4.11 tentang level kualitas respon siswa pada peristiwa
perpindahan kalor secara konduksi diketahui bahwa proporsi siswa yang memiliki
kualitas respon terbaik (Lev-2) mengalami kenaikan yakni dari 0,0% menjadi 50,0
respon dari lev-1 menjadi Lev-2. Namun demikian, sebanyak lima siswa tidak
mengalami perubahan konsepsi dan tetap berada pada kualitas respon menengah
(Lev-1) baik pada tes awal maupun tes akhir. Sebanyak 11 siswa justru
berdasarkan respon siswa terhadap dua butir soal tes yaitu nomor 7 dan 9. Soal
nomor tujuh mengungkapkan konsepsi siswa tentang suhu air yang sedang
saat api dikecilkan. Soal nomor Sembilan mengungkap konsepsi siswa tentang
“perginya” kalor yang terus diberikan pada air yang sedang mendidih untuk
menjelaskan mengapa suhu air tetap. Soal nomor tujuh dan Sembilan ditampilkan
setelah paragraf ini. Variasi respon siswa terhadap kedua pertanyaan tersebut
9. Kita mengetahui bahwa, suhu air yang sedang mendidih tidak akan naik lagi meskipun
terus dipanaskan. Kemanakah perginya kalor tersebut?
A. Dilepaskan ke udara sekitar secara konveksi
B. Digunakan untuk mengubah molekul air dari keadaan cair menjadi uap (gas)
C. Digunakan untuk menambah volume air
D. …………….………………………………………………………………………
Tabel 4.12 Variasi Jawaban Siswa pada Tes Awal dan Tes Akhir
Pilihan
Nomor Pilihan Frekuensi Soal Frekuensi
Jawaban
soal Jawaban Nomor
Pre Post Pre Pre Post
7 A 0 1 9 A 0 1
B 25 1 B 33 4
C 0 7 A,B 1 28
D 8 0 B,D 0 1
E 0 3
A,B 0 1
A,C 0 1
B,C 0 6
B,D 1 7
C,D 0 3
A,B,C 0 1
A,C,D 0 1
B,C,D 0 1
A,B,C,D 0 1
Berkaitan dengan respon siswa nomor sembilan pada tes awal semua siswa
menjawab pernyataan benar yakni pernyataan B, meskipun masih ada satu siswa
yang memilih A. Namun demikian, pada tes akhir 28 siswa memiliki konsepsi
lain bahwa selain kalor digunakan untuk merubah wujud juga dilepaskan ke udara
Berdasarkan Tabel 4.12 diketahui bahwa pada tes awal untuk soal nomor
tujuh, tidak ada siswa yang memiliki konsepsi benar tentang suhu saat air
mendidih. Pada konteks api dikecilkan saat mendidihkan air, sebagian besar siswa
(25 siswa) memiliki konsepsi bahwa suhu air juga akan turun. Informasi pada soal
nomor Sembilan bahwa suhu air ketika mendidih tidak akan naik lagi meskipun
terus diberi kalor tidak berpengaruh pada siswa. Hal ini menunjukkan bahwa
Sedangkan pada tes akhir jawaban siswa sangat bervariasi. Hanya tujuh
siswa yang memiliki konsepsi benar bahwa suhu air tetap ketika mendidih.
memiliki konsepsi lain yang bervariasi. Hal ini menunjukkan bahwa konsepsi
siswa belum kuat setelah pembelajaran meskipun sudah ada informasi pada soal
Perubahan kualitas respon siswa pada soal tes nomor tujuh berdasarkan tes
awal dan tes akhir ditunjukkan pada Tabel 4.13, sedangkan nomor Sembilan pada
Tabel 4.14.
Tabel 4.13 Perubahan Level Kualitas Respon Siswa pada Soal Tes Nomor 7 Berdasarkan
Tes Awal dan Tes Akhir
Tes Akhir Total Tes Awal
Lev-0 Lev-1 Lev-2 Jumlah % *)
Tes Awal
Lev-0 20 0 5 25 73.5
Lev-1 7 0 2 9 26.5
Lev-2 0 0 0 0 0.0
Total Tes Jumlah 27 0 7 34 100.0
Akhir % *) 79,4 0,00 20,6 100.00
Berdasarkan Tabel 4.13 diketahui bahwa proporsi siswa yang memiliki
Kenaikan ini disebabkan ada 2 siswa yang mengalamai kenaikan kualitas respon
dari Lev-1 menjadi Lev-2 dan 5 siswa mengalami kenaikan kualitas respon dari
perubahan kualitas reposn dan tetap pada kualitas respon terendah (Lev-0).
kualitas respon terbaik (Lev-2) mengalami penurunan dari 97,1 % menjadi 11,8
Tabel 4.14 Perubahan Level Kualitas Respon Siswa pada Soal Tes Nomor 9 Berdasarkan
Tes Awal dan Tes Akhir
Tes Akhir Total Tes Awal
Lev-0 Lev-1 Lev-2 Jumlah % *)
Tes Awal
Lev-0 0 0 0 0 0.0
Lev-1 0 1 0 1 2.9
Lev-2 2 27 4 33 97.1
Total Tes Jumlah 2 28 4 34 100.0
Akhir % *) 5.9 82.4 11.8 100.0
adalah menerapkan konsep kalor dan prinsip konservasi energi pada berbagai
perpindahan kalor dan menerapkan asas Black dalam pemecahan masalah. SK dan
4) oleh guru.
SMA N 5 merupakan salah satu sekolah yang menerapkan sistem team
teaching. Dua orang guru dalam satu mata pelajaran tertentu mengajar dalam satu
kelas yang sama. Materi yang diberikan sama, namun saling berkelanjutan antara
guru yang satu dengan guru yang lainnya. Hal tersebut juga berlaku di kelas X-8.
Guru pengajar mata pelajaran fisika di kelas tersebut ada dua, yang keduanya
semester sampai penelitian ini dilakukan, jadwal pelajaran berganti sebanyak tiga
dilakukan saat mata pelajaran fisika mendapatkan jadwal pada hari senin jam 5
Sesuai dengan silabus yang telah disusun oleh guru pengajar, tatap muka
penelitian, dari 11 kali pertemuan tersebut video yang dapat direkam secara penuh
Senin 25 maret 2013 Pemuaian, (muai panjang, luas dan volum) dan keping
bimetal
Maret 2013. Pada pertemuan tersebut guru menjelaskan bahwa suhu adalah
2013. “Pemuaian itu, kalau sesuatu mendapat panas atau dipanaskan akan
bertambah panjang dan luas” terang guru. Menggunakan media pembelajaran
berupa kertas warna yang dibuat mirip dengan lempeng logam, guru menjelaskan
bahwa seng yang memiliki koefisien muai paling besar mengalami muai panjang
paling besar.
menggunakan media kertas. Kemudian menjelaskan tentang muai luas dan volum.
Koefisien muai panjang didapatkan dari perbandingan panjang awal dan akhir
dibanding dengan perubahan suhu. Dituliskan di papan tulis oleh guru sebagai
berikut :
:∆ =
1
=
∆
memiliki suhu berbeda terjadi pada pertemuan tanggal 26 Maret 2013. Di awal
pembelajaran, guru memberikan peristiwa air jeruk yang diberi es balok. Guru
bertanya kepada siswa tentang proses pencairan es. “Apa yang akan terjadi setelah
beberapa saat?” Tanya guru. Siswa menjawab bahwa air jeruk akan lebih dingin.
Guru melanjutkan pertanyaan kenapa hal tersebut bisa terjadi. Kemudian siswa
menjelaskan karena esnya menyerap. “Menyerap apa?” lanjut guru bertanya. “Ada
yang panas ada yang dingin” jawab seorang siswa. “Yang panas siapa?” tanya
guru lagi. “Air jeruk, yang dingin es” jawab salah seorang siswa.
Gambar 4.2 Siswa Melakukan Demonstrasi Pencampuran Air yang Bersuhu Beda
Selanjutnya, pada pertemuan yang sama guru memberikan suatu
demonstrasi. Dua beker glas yang masing-masing berisi air 50 ml diukur suhunya
dengan bantuan seorang siswa di depan kelas. Lalu, salah satu gelas dipanaskan di
atas api sambil diukur suhunya sampai suhu tertentu. Setelah itu gelas dengan air
bersuhu 50 derajat (panas) dicampur dengan air pada gelas kedua yang bersuhu 28
derajat. Demonstrasi diakhiri dengan pertanyaan dari guru tentang suhu campuran
tersebut dan dijawab oleh siswa secara bersamaan di atas 28 derajat dan kurang
dari 50 derajat.
diberi bongkahan es. Es jeruk lama kelamaan menjadi lebih dingin ketika diberi
menjelaskan bahwa kalor itu adalah energi yang berpindah dari benda bersuhu
tinggi ke benda bersuhu rendah. Ada yang memberi dan ada yang menerima.
Yang memberi yang suhunya tinggi, dan yang suhunya rendah menerima. Jadi,
kalor itu ada dua kemungkinan ketika diberikan pada suatu benda, pertama
digunakan untuk menaikkan suhu dan yang kedua digunakan untuk merubah
wujud.
melakukan praktikum tentang asas Black. Dalam praktikum tersebut, siswa dibagi
menjadi 6 kelompok yang masing-masing terdiri dari 5-6 siswa. Siswa tersebut
belajar menggunakan thermometer untuk mengukur suhu, memanaskan air dengan
menggunakan kompor dan menentukan suhu campuran dua zat yang berbeda
zat yang berbeda suhu. Pembagian tugas dilakukan dengan baik pula, mulai dari
menjelaskan bahwa semaki besar massanya maka kalor yang dibutuhkan untuk
perubahan suhu juga semakin besar, semakin banyak kalor yang diberikan pada
suatu benda maka, semakin besar perubahan suhunya dan jenis zat yang berbeda
mengalami perubahan suhu yang berbeda ketika diberi kalor yang sama.
menggoreng tempe di dapur karena minyak lebih cepat panas dari pada air.
Karena lebih cepat panas (kenaikan suhunya lebih cepat) dibandingkan air maka
19 Maret 2013. Dalam pertemuan tersebut guru memberikan video tentang gleter
fenomena tentang pembakaran lilin. Lilin dapat mencair karena kalor yang
diberikan oleh api digunakan untuk wujud lilin mengubah wujud lilin dari padat
menjadi cair. Semakin banyak massa, semakin banyak kalor yang dibutuhkan ntuk
Guru juga menjelaskan bahwa ketika benda dipanaskan tidak selalu terjadi
perubahan suhu karena ketika terjadi perubahan wujud, kalor yang diberikan
terhadap suatu zat selain untuk menaikkan suhu juga untuk merubah wujud.
April 2013. Pembelajaran tersebut guru menjelaskan bahwa suatu benda padat
tersusun dari partikel-partikel yang saling menempel. Jika salah satu ujungnya
diberi kalor, maka panas dari ujung tersebut akan merambat ke ujung satunya.
Ketika dipanaskan, partikel akan bergetar di ujung dekat api kemudian merambat
yang yang lain ikut memanas ketika salah satu ujunya dipanaskan karena getaran
partikel yang disebut dengan peristiwa konduksi. Panas itu karena getaran
diuraikan pada bab sebelumnya (Bab IV) dan data lain yang relevan yang
difokuskan pada ragam konsepsi siswa, perubahan konsepsi siswa (jika ada) dan
Pandangan para ahli dan temuan penelitan lain yang relevan juga digunakan untuk
memperkaya pembahasan.
Perubahannya
Sebagian besar siswa memiliki konsep yang benar tentang suhu pada
peristiwa balok es yang dipotong menjadi beberapa bagian. Ketika dua benda
berada pada kesetimbangan thermal, kemudian kedua benda itu dipisahkan maka
suhu masing-masing tetap sama dengan suhu awalnya. Hasil jawaban dari tes
tertulis tersebut ditegaskan dengan hasil wawancara dengan siswa sebagai berikut.
…
G : Pada soal tes nomor 8, mengapa kamu memilih jawaban itu?
S : Kan tidak mungkin kalau kita motong es trus suhunya menjadi 5 disini
menjadi 5 disitu, ya tidak mungkin Bu. Suhunya tetap 10 dipotong sebanyak
apapaun
…
Namun demikian masih terdapat dua siswa yang memiliki konsepsi bahwa
ketika suatu benda dipotong menjadi beberapa bagian, suhu kedua benda tersebut
berubah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Baser (2006)
miskonsepsi yang dialami siswa adalah ketika suatu benda bersuhu tertentu
kemudian dibagi menjadi beberapa bagian maka benda yang massanya lebih besar
suhunya lebih tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Gonen pada tahun 2010 juga
menemukan bahwa 37% siswa pada grade 6, 22% siswa pada grade 7 and 30 %
siswa pada grade 8 memiliki konsepsi, benda yang berukuran lebih besar, suhunya
lebih tinggi. Pathare & Pradhan (2007) menyatakan bahwa sebagian besar siswa
yang kurang kuat terhadap ungkapan “besarnya kalor sebanding dengan massa”
yang diberikan atau dilepaskan sebanding dengan massa benda tersebut namun
asimilasi pada beberapa siswa tidak terjadi secara sempurna. Akhirnya, ungkapan
“besarnya kalor sebanding dengan massa” dimaknai oleh siswa bahwa benda yang
konsep suhu dan kalor selanjunya. Maka dari itu, perlu pembelajaran yang tepat
agar siswa dapat memahami konsep suhu dengan baik. Salah satunya dengan
lebih konkrit kepada siswa bahwa ketika suatu benda bersuhu sama kemudian
dibagi menjadi dua bagian yang berbeda ukuran, suhu kedua bagian tersebut tetap
Berdasarkan Tabel 4.8 diketahui bahwa pada tes awal sebagian besar siswa
memiliki jawaban sendiri yakni karena terjadi pemuaian. Sebagian besar siswa
tersebut mengetahui bahwa ketika suatu logam diberi kalor maka akan mengalami
Hal ini mungkin dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa
Sedangkan pada tes akhir, hanya sebagian kecil siswa (4 siswa) yang
kalor yakni jarak antar partikel-partikel logam menjadi semakin jauh. Siswa yang
lain berfikir bahwa kalor berbentuk partikel dan pada proses pemuaian panjang
(Tabel 4.9) diketahui bahwa proporsi siswa yang memiliki kualitas repon terendah
(Lev-0) telah mengalami penurunan dari 100% menjadi 88%. Penurunan ini
Lev-0 menjadi Lev-1. Sebanyak 4 siswa tersebut memiliki konsepsi benar pada
tes akhir bahwa logam memuai ketika diberi kalor karena jarak antar partikel-
partikel logam menjadi semakin jauh. Sedangkan 30 siswa lainnya tetap berada
besar. Hasil jawaban dari tes tertulis tersebut ditegaskan dengan hasil wawancara
…
G :Ketika alumunium dipanaskan, akhirnya memanjang, kenapa?
S1 :Karena memuai Bu. Partikel kalor masuk lalu mendesak begitu Bu
G :Berarti kalor itu partikel?
S1 :Mungkin Bu. Kalor itu partikel panas
S2 :Dan partikelnya itu juga membesar juga Bu
…
logam lalu mendesak partikel logam. Siswa kedua berfikir secara bersamaan,
menjalani proses asimilasi yang tidak sempurna, dan memerlukan bantuan berupa
dengan metode ceramah, tanpa diskusi yang mendalam dan bantuan media
tentang rumusan koefisien muai panjang, luas dan volum dengan menggunakan
koefisien muai panjang yang lebih besar akan memanjang lebih cepat jika diberi
kalor yang sama. Perlu adanya penjelasan tentang konsep pemuaian secara
mikroskopik oleh guru melalui video atau media lain sehingga siswa terbantu
untuk menkonkritkan kondisi mikroskopik yang tidak dapat terlihat oleh mata
Berdasarkan paparan data di Bab IV, ragam konsepsi siswa tentang kalor
pada tiga butir soal yang diberikan (1, 2 dan 5). Pada masing-masing peristiwa
tersebut terdapat konsepsi siswa yang benar dan juga salah. Konsepsi salah yang
dimaksud adalah konsepsi yang tidak sesuai dengan konsepsi benar berdasarkan
teori para ahli, dan konsepsi yang benar adalah yang sesuai. Berikut diuraikan
ragam konsepsi siswa tersebut serta bagaimana setiap konsepsi berubah dari tes
Salah satu konsepsi benar tentang kalor adalah kalor merupakan energi
yang mengalir dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu lebih rendah, benda
yang melepas kalor suhunya turun sedangkan benda yang menerima kalor
suhunya naik (bukan ketika perubahan wujud). Berdasarkan Tabel 4.1 (konsepsi
siswa tentang kalor) diketahui bahwa semua siswa telah memahami dengan baik
bahwa kalor berpindah dari benda bersuhu tinggi ke rendah, benda yang melepas
kalor suhunya turun sedangkan benda yang menerima kalor suhunya naik (selama
Berdasarkan tabel perubahan level kualitas jawaban siswa pada soal nomor
satu (Tabel 4.2), proporsi siswa yang memiliki kualitas respon terbaik (Lev-2)
mengalami kenaikan yakni dari 44,1 % menjadi 94,1 %. Kenaikan ini utamanya
disebabkan ada 18 siswa yang mengalami kenaikan kualitas respon dari Lev-1
menjadi Lev-2. Data ini menunjukkan bahwa pada tes awal sebagian besar siswa
belum menjawab dengan lengkap dari dua pernyataan benar yang diberikan pada
soal. Sebagian besar siswa tersebut hanya memilih satu jawaban saja.
50,0 % tersebut bisa disebabkan proses belajar yang didapatkan siswa di dalam
Asas Black dengan mencampurkan dua zat yang memiliki suhu berbeda pada
berpindah dari benda bersuhu tinggi ke rendah, benda yang melepas kalor
suhunya turun sedangkan benda yang menerima kalor suhunya naik dipahami
sebagian besar siswa dengan baik. Hal ini serupa dengan pandangan Jean Peaget
Namun, masih ada dua siswa yang memiliki konsepsi salah tentang kalor.
Kedua siswa tersebut mempunyai konsepsi bahwa suhu benda berubah karena
dingin berpindah dari benda bersuhu rendah ke tinggi. Hasil jawaban dari tes
tertulis tersebut ditegaskan dengan hasil wawancara dengan siswa sebagai berikut.
…
G : Berarti menurutmu, kalor itu panas atau dingin?
S : Kalor itu panas
G : Kalau dingin itu apa?
S :Dingin ya dingin
G : Berarti kalau dingin bukan kalor?
S : Kalau ada yang lebih dingin, bisa disebut kalor
G : Misal ada dua buah benda ya, yang satu 5 derajat, yang satu sepuluh derajat ,
berarti yang punya kalor yang siapa? Yang lebih tinggi suhunya atau gimana?
S : Dua-duanya punya kalor
…
konsepsinya yang menyatakan kalor itu bisa berupa panas (hot) dan dingin (cold).
Meskipun hanya ada dua siswa (dari 34 siswa) yang memiliki konsepsi seperti itu,
hal ini perlu diantisipasi dalam pembelajaran, sebab tidak menutup kemungkinan
banyak siswa lain (di luar subjek penelitian) yang memiliki miskonsepsi itu
kalor yang mengalir dari benda dingin ke benda yang lebih hangat.
konsepsi yang dimaksud adalah memandang dingin seperti sesuatu yang dapat
diberikan oleh benda dingin yang berfungsi untuk menetralkan kalor dan
memandang kalor sebagai panas yang juga mengalir dari benda panas ke dingin.
Konsep yang benar adalah, dingin tidak di pindahkan ke dalam air, dingin
bukanlah sebuah zat dan bukan kebalikan dari kalor (Hollon, 1986). Dingin
hanyalah sebuah istilah (kata) yang digunakan untuk membandingkan suhu dua
benda itu, selama tidak terjadi perubahan wujud. Konsepsi ini merupakan
konsepsi yang benar. Berdasaran Tabel 4.1 (ragam konsepsi siswa tentang kalor)
Namun, berdasarkan Tabel 4.4 (perubahan level kualitas respon siswa pada soal
nomor 5) diketahui bahwa kualitas respon siswa terbaik (Lev-2) menurun yakni
dari 97,1 % menjadi 70,6 %. Penurunan ini utamanya disebabkan ada empat siswa
(Lev-0). Keempat siswa tersebut memiliki konsepsi bahwa kalor yang diberikan
Black, guru pernah menyampaikan bahwa kalau kalornya tidak keluar berarti
suhunya tetap. Kalimat ini memungkinkan siswa berfikir bahwa kalor merupakan
sesuatu yang disimpan oleh suatu benda yang dimasukkan kemudian disimpan di
tersebut adalah siswa diperkenalkan tentang energi internal terlebih dulu sebelum
dilakukan dan kalor. Keterkaitan energi internal dan kalor merupakan dua hal
3. Tidak Ada Pertukaran Kalor antara Logam dan Kayu yang Suhunya
Berbeda)
Konsepsi siswa terhadap peristiwa kayu dan logam yang bersuhu sama
saling disentuhkan adalah baik pada tes awal maupun tes akhir. Sebanyak 26
siswa memahami bahwa jika dua benda bersuhu sama didekatkan maka tidak
terjadi perpindahan kalor karena suhu kedua benda tersebut sama. Konsepsi ini
merupakan konsepsi yang benar. Namun delapan siswa lainnya dan menurun
menjadi empat siswa pada tes akhir berfikir bahwa terjadi perpindahan kalor
antara logam dan kayu meskipun suhunya sama karena besi lebih cepat panas dari
pada kayu.
Berdasarkan tabel perubahan level kualitas konsepsi siswa pada soal tes
nomor dua (Tabel 4.3), proporsi level kualitas respon siswa terbaik (Lev-2)
menurun dari 73,5 % menjadi 61,8 %. Penurunan ini utamanya disebabkan ada
enam siswa yang mengalami penurunan kualitas respon dari Lev-2 menjadi Lev-0.
Dari keenam siswa tersebut, tiga siswa berubah konsepsi dan menjadi berfikir
bahwa tidak ada aliran kalor dari besi ke kayu disebabkan kedua benda berbeda
jenis. Tiga siswa lain menjadi berfikir bahwa kalor dari besi mengalir ke kayu dan
Konsepsi siswa tentang cepat panas atau dingin antara besi dan kayu
ada lempeng logam dan lempeng kayu yang bersuhu sama diletakkan pada suatu
ruangan selama beberapa saat dan disentuh dengan tangan, maka logam akan
terasa lebih dingin dari pada kayu. Peristiwa ini memberikan prekonsepsi kepada
siswa bahwa logam itu lebih cepat dingin dari pada kayu. Prekonsepsi semacam
ini terbentuk secara alamiah karena siswa menjalani proses fisika bukan hanya di
adanya 13 % dari 334 siswa memiliki konsepsi bahwa logam lebih dingin dari
pada kayu karena logam menyerap dingin lebih baik dari pada kayu. Dalam
peristiwa ini siswa menggunakan indera perasa berupa kulit untuk menentukan
tingkat panas suatu benda, bukan dengan menggunakan termometer. Indera perasa
merupakan alat ukur yang buruk, karena dapat menipu. Hal ini sesuai hasil
Konsep yang benar adalah, ketika lempeng kayu dan lempeng logam
bersuhu sama diletakkan pada ruangan yang sama selama beberapa saat, maka
keduanya mempunyai suhu yang sama dengan suhu ruangan. Ketika terdapat dua
atau lebih sistem, dipisahkan oleh dinding konduktor maka kesemua sistem
tersebut akan berada dalam kesetimbangan termal (Young & Freddman, 2000).
Mengalir
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa berfikir bahwa kalor merupakan suatu
zat atau partikel yang mengalir. Pada soal tes nomor lima, terdapat lima siswa
pada tes akhir yang memiliki konsepsi bahwa partikel kalor saling menumbuk
partikel air sehingga suhu air naik. Hal serupa ditemukan pada soal nomor empat
berkaitan dengan muai panjang logam ketika dipanaskan. Sebanyak 88,2 % siswa
Berdasarkan tabel perubahan level kualitas konsepsi siswa pada soal tes
nomor 5 (Tabel 4.4), proporsi siswa yang memiliki kualitas respon terbaik (Lev-2)
menurun yakni dari 97,1 % menjadi 70,6 %. Penurunan ini utamanya disebabkan
ada empat siswa yang mengalami penurunan kualitas respon dari Lev-2 menjadi
Lev-0 dan 6 siswa dari Lev-2 menjadi Lev-1. Kesepuluh siswa tersebut
mengalami perubahan konsepsi bervariasi. Sebanyak lima siswa diantaranya
memiliki konsepsi bahwa kalor diberikan ke suatu benda dalam wujud partikel
bukan energi. Siswa berfikir bahwa kalor adalah suatu zat yang tidak terlihat
seperti halnya gas, dan mengalir serta disusun oleh partikel-partikel kalor. Hasil
jawaban tes tertulis tersebut ditegaskan dengan hasil wawancara dengan siswa
sebagai berikut.
…
G : Berarti kalor itu partikel apa bukan?
S1 : Berarti kalor itu angin yang panas
G : Kalor itu angin yang panas?
S2 : Yang saya tau kalor itu untuk menaikkan suhu sama merubah wujud benda
S1 : Kalor itu semacam seperti angin Bu. Kalor itu sesuatu yang panas
…
Konsepsi siswa tersebut merupakan konsep yang salah. Kalor adalah
energi yang mengalir, kalor bukanlah suatu zat atau pertikel (Hollon, 1986).
Konsep kalor merupakan konsep yang abstrak, sehingga istilah “aliran kalor”,
“kalor diberikan ke suatu benda”, yang sering digunakan di dalam buku fisika dan
Dalam fikiran siswa, istilah “aliran kalor” divisualisasikan sebagai sesuatu yang
mengalir selayaknya air atau fluida lainnya. Carlton (2000) menyatakan bahwa ide
tentang konsep termal pada fisika dibangun melalui pengalaman siswa mulai masa
namun ada beberapa situasi dimana mereka gagal menjelaskan tentang apa yang
mereka pahami.
Temuan ini senada dengan penelitian oleh Brook et al (1985 ) yang
dilakukan terhadap 300 siswa pada usia 15 tahun . Brook menemukan bahwa
terdapat siswa yang memiliki konsepsi, kalor dan dingin itu saling berlawanan dan
bahwa seringkali siswa mengklasifikasikan kalor sebagai suatu zat yang sama
seperti material fluida.Weiss juga menemukan, dari sepuluh siswa yang dia teliti
konsep-kosnep terkait suhu dan kalor pada topik selanjutnya, sehingga guru perlu
siswa bahwa kalor merupakan salah satu bentuk energi yang mengalir, karena
adanya perbedaan suhu dan bukan merupakan zat atau partikel seperti yang
Berdasarkan tabel ragam konsepsi siswa tentang kalor jenis (Tabel 4.6)
diketahui bahwa sebagian besar siswa memiliki konsepsi yang terbalik pada tes
awal dan menganggap bahwa kalor jenis sebanding dengan kenaikan suhu.
Semakin besar kelor jenis suatu benda semakin cepat kenaikan suhunya. Namun,
berdasarkan tabel perubahan level kualitas respon siswa pada soal nomor 3 (Tabel
4.7) diketahui bahwa proporsi siswa yang memiliki kualitas repon terbaik (Lev-2)
telah mengalami kenaikan dari 2,9 % menjadi 52,9 % dan proporsi siswa yang
memiliki kualitas respon terendah (Lev-0) telah mengalami penurunan dari 97,1
% menjadi 47,1 %. Kenaikan ini disebabkan ada 17 siswa yang mengalamai
Hal ini menunjukkan bahwa pada tes akhir sebagian besar siswa telah
memiliki konsepsi benar yakni semakin besar kalor jenisnya semakin besar kalor
yang diperlukan untuk menaikkan suhunya. Namun, 16 siswa lain masih memiliki
konsepsi yang salah. Keenam belas siswa yang belum memahami dengan baik
tentang hubungan kalor jenis dengan kenaikan suhu ini mungkin disebabkan
karena kebingunan antara kalor jenis sebanding dengan kenaikan suhu atau
berbanding terbalik. Hasil jawaban dari tes tertulis tersebut ditegaskan dengan
…
G : Kamu Rul, di soal tes nomor tiga, kenapa kamu memilih jawaban itu?
S2 : Seingatku itu kalau kalor jenisnya kecil itu berarti lebih cepat panas
G : Berarti kalau kalor jenisnya kecil lebih cepat panas?
S2 : Sebentar Bu, masih bingung. Kalau kalor jenisnya yang lebih besar itu
naiknya lebih lambat, kalau kalor jenisnya kecil naiknya lebih cepat
G : Kalau kamu (menunjuk satunya) berfikirnya gimana yang nomor tiga?
S1 : Yang kalor jenisnya kecil berarti lebih cepat panas
Dalam pembelajaran guru memberikan penjelasan dengan metode ceramah
tentang kalor jenis setiap benda yang berbeda-beda, dan jika benda yang kalor
jenisnya lebih besar diberi panas maka kenaikan suhunya akan lebih lambat
karena kalor jenis berbading terbalik dengan perubahan suhu. Akan lebih baik jika
konsepsi yang salah. Konsepsi salah tersebut merupakan konsepsi yang terbalik
dengan konsepsi yang benar. Keterbalikan konsepsi yang dimiliki siswa tersebut
Mulai dari kalor jenis, koefisien muai panjang, dan konduktivitas termal suatu
dari hasil wawancara di atas. Beberapa kebingunan yang terjadi pada siswa ini
ternyata juga ditemukan alam penelitian yang dilakukan oleh Quan (2011)
ini siswa merupakan seorang guru) mengalamai kebingunan mengenai kalor jenis
Baik pada tes awal (2 siswa) maupun tes akhir (3 siswa) terdapat siswa
kenaikan suhu benda. Hal ini dimungkinkan karena beberapa siswa tidak
memaknai dengan baik simbol c yang sering mereka jumpai pada rumusan
Perubahannya
kalor secara konduksi (Tabel 4.10) diketahui bahwa pada tes awal hampir semua
siswa (32 siswa) mengetahui bahwa kalor dapat merambat melalui benda padat,
konduksi.
perpindahan konduksi kalor (Tabel 4.11) diketahui bahwa proporsi siswa yang
memiliki kualitas respon terbaik (Lev-2) telah mengalami kenaikan yakni dari
0,0% menjadi 50,0 %. Kenaikan ini disebabkan ada 17 siswa yang mengalami
kenaikan kualitas respon dari lev-1 menjadi Lev-2.Hal ini menunjukkan sebagian
Konduksi terjadi utamanya pada benda padat. Energi kinetic molekul berpindah
melalui vibrasi molekul yang saling bertabrakan dengan yang lain. Pembelajaran
karena mereka paham melalui pembelajaran juga karena model multiple choice
yang digunakan pada soal tes yang diberikan. Siswa hanya memilih tanpa harus
(2010) yang menemukan sebagian besar siswa mengalami miskonsepsi dan tidak
memahami tentang peristiwa konduksi yang terjadi pada logam maupun kayu.
Sebagian besar siswa tersebut tidak dapat memberikan alasan yang memuaskan
pada soal open-ended yang diberikan karena mereka tidak dapat menjelaskan
Berdasarkan tabel variasi jawaban siswa soal tes nomor 7 dan 9 (Tabel
3.13) diketahui bahwa respon siswa terhadap soal nomor sembilan, pada tes awal
ada satu siswa yang memilih A. Sedangkan pada konteks api dikecilkan saat
mendidihkan air (soal nomor tujuh), sebagian besar siswa (25 siswa) memiliki
konsepsi bahwa suhu air juga akan turun. Hal ini menunjukkan bahwa siswa tahu
bahwa suhu air tetap ketika mendidih dan kalor digunakan untuk merubah wujud,
namun ketika dihadapkan pada konteks apinya dikecilkan siswa tersebut juga
berfikir bahwa suhunya turun. Hal ini dapat diartikan bahwa ke 25 siswa tersebut
belum memiliki konsepsi yang kuat di awal tentang suhu air saat mendidih.
Berdasarkan tabel perubahan level kualitas respon siswa pada soal tes
nomor 7 (Tabel 4.13) diketahui bahwa proporsi siswa yang memiliki kualitas
ini disebabkan ada 2 siswa yang mengalamai kenaikan kualitas konsepsi dari Lev-
1 menjadi Lev-2 dan 5 siswa mengalami kenaikan kualitas respon dari Lev-0
menjadi Lev-2. Hal ini menunjukkan bahwa ada 7 siswa setelah pembelajaran
yang memiliki konsepsi kuat bahwa suhu air tetap ketika mendidih (mengalami
perubahan wujud).
memiliki konsepsi yang kuat bahwa suhu air tetap saat mendidih (berubah fase)
namun sebagian yang lain belum. Hasil tes tertulis tersebut ditegaskan dengan
hasil wawancara yang dilakukan dengan dua orang siswa sebagai berikut.
…
G : Bagaimana menurut kaliran dengan nomor 7?
S1 : Ketika air mendidih suhunya turun Bu. Kompornya kan apinya diperkecil,
jadi suhunya turun Bu
S2 : Suhunya tetap bu, karena kan apinya tidak dimatikan. Kalau dimatikan
suhunya turun. Kalau dikecilkan, kalornya berkurang saja Bu, suhunya tetap
S1 : Bingung, kalau diperkecil kan panasnya berkurang.
G : Berarti ketika air mendidih itu suhunya bagaimana?
S2 : Suhunya tetap Bu, meskipun kalornya diturunkan. Kan kalor digunakan untuk
merubah wujud air. Ya digunakan untuk merubah molekul air menjadi gas Bu
…
mengalami kebingungan dengan suhu air saat mendidih. Peristiwa api kompor
berfikir bahwa suhu air juga akan turun. Namun, siswa yang telah memiliki
konsepsi yang kuat tetap pada konsepsinya bahwa suhu air tetap ketika mendidih
Siswa yang memiliki konsepsi bahwa suhu air berubah ketika mendidih
(berubah wujud) juga ditemukan oleh Nachimias, Stavy (1990) yang menyatakan
bahwa 80 % siswa pada studinya tidak menyadari bahwa suhu air tetap konstan
ketika dalam proses pemuaian atau perubahan wujud. Hollon (1986) juga
menyatakan bahwa kebanyakan siswa percaya bahwa suhu suatu benda akan
juga akan terus bertambah. Mereka sangat terkejut ketika mengetahui bahwa suhu
Berdasarkan tabel perubahan level kualitas respon siswa pada soal tes
nomor 9 (Tabel 4.14) diketahui bahwa proporsi siswa yang memiliki kualitas
Lev-2 menjadi Lev-1 dan 1 siswa tetap berada pada kualitas respon menengah
kalor digunakan untuk merubah wujud juga dilepaskan ke udara secara konveksi.
menanyakan peristiwa perubahan air menjadi gas, namun pada pilihan jawaban
secara konvepsi merupakan pernyataan yang benar, namun tidak ada kaitannya
dengan perubahan wujud air menjadi gas. Kebingungan pada pemahaman soal ini
Namun, dengan mengabaikan pilihan jawaban A, 32 siswa pada tes akhir telah
mengetahui bahwa suhu air tetap ketika menguap disebabkan kalor digunakan
bahwa ketika es mencair maupun air menguap suhunya tetap namun sebagian
besar siswa belum memiliki konsepsi kuat bahwa suhu air tetap ketika mengalami
perubahan wujud. Alangkah lebih baik jika pembelajaran yang diberikan, siswa
A. KESIMPULAN
1. Ragam konsepsi siswa tentang suhu benda yang dipotong-potong antara lain,
(1) benda yang ukurannya lebih besar suhunya lebih tinggi (32 siswa) dan (2)
besar siswa belum memiliki konsepsi benar tentang pemuaian begitu juga
antara lain, (1) terjadi perubahan konsepsi siswa sebesar 50% menjadi
konsepsi yang benar setelah pembelajaran yakni kalor berpindah dari benda
bersuhu tinggi ke rendah, benda yang melepas kalor suhunya turun sedangkan
benda yang menerima kalor suhunya naik (selama tidak terjadi perubahan
bahwa kalor itu bisa berupa panas (hot) dan dingin (cold), (3) terjadi
perubahan konsepsi 4 orang siswa setelah pembelajaran dan berfikir bahwa
kalor pada konteks besi dan kayu yang bersuhu sama didekatkan maka kalor
dari besi mengalir ke kayu dan sebaliknya dam 5) 88,2 % dari 34 siswa
suhu benda dan kalor jenis berbanding terbalik dengan kenaikan suhu. Namun
masih ada 47,1 % siswa lain masih memiliki konsepsi yang terbalik.
benar dan lengkap (0,0 % menjadi 50,0%) tentang konduksi kalor bahwa
konduksi kalor terjadi karena kalor dapat merambat melalui benda padat dan
berpindah dari suhu tinggi ke rendah, partikel panci saling bertubrukan dan
6. Sebanyak 25 siswa pada tes awal belum memiliki konsepsi yang kuat tentang
suhu air saat mendidih namun sebanyak tujuh siswa telah mengalami
konveksi.
B. SARAN
Saran yang bisa diberikan oleh peneli dari penelitian yang telah dilakukan
(baik benar maupun salah) sehingga akan lebih baik jika dilakukan
siswa harus mampu memiliki dua konsep dasar yakni tentang kesetimbangan
3. Akan lebih baik jika seorang guru melakukan observasi awal sebelum
Brook, A. Broggs, Bell B and Driver R. 1985. Secondary Students’ Ideas About
Heat :Centre for Studies in Science and Mathematics Education
Etkina, Eugenia. 2005. Physics Teacher Preparation : Dream and Reality. Journal
of Physics Teacher Education On Line, (Online), Vol 3(2),
(www.phy/ilstu.edu/jpeto)
Schnittka, Cristine and Randy Bell. 1887. Engineering Design and Conceptual
Change in Science: Addressing Thermal Energy and Heat Transfer in Eighth
Grade. International Journal of Science Education, 33(12)
Weiss, Leah. 2000.Ell and non Ell Students’ Misconceptions About Heat and
Temperature in Middle School. Thesis Submitted in Partial Fulfillment of
the Requirement for the degree of Master of Education in Department of
Teaching and learning Principals in the Collage of Education at the
University if Central Florida Orlando. Florida
NIM : 109321417103
Fakultas/Program : MIPA
merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan plagiasi baik sebagian atau
seluruhnya.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil plagiasi,
baik sebagian ataupun seluruhnya, maka bersedia menerima sanksi atas perbuatan
Yeny Khristiani
NIM 109321417103
1 : Instrumen Tes Diagnostik
PETUNJUK UMUM :
1. Tulislah terlebih dahulu nama dan kelas anda pada kotak identitas yang
telah disediakan
2. Laporkan kepada guru jika ada tulisan yang kurang jelas, ada kertas yang
rusak atau sulit terbaca
3. Lingkari jawaban yang kamu anggap benar, silang jawaban yang kamu
anggap salah dan biarkan jika kamu ragu akan pilihan jawaban itu.
Pastikan semua jawaban sudah kami baca.
4. Tulislah pada tempat yang disediakan untuk jawaban lain sesuai
pendapatmu
A B C D E
1. Sebuah logam kubus kecil bersuhu 0° C dimasukkan ke dalam gelas berisi air
yang bersuhu 25° C. Apa yang segera terjadi?
A. Suhu logam naik sebab kalor berpindah dari air menuju logam
B. Suhu logam naik sebab dingin dari logam berpindah ke air
C. Suhu air turun sebab dingin dari logam berpindah ke air
D. Suhu air turun sebab kalor berpindah dari air menuju logam
E. Suhu logam naik karena logam lebih cepat panas
F. Suhu logam dan suhu air tetap karena logam dan air adalah dua zat yang berbeda
G. ……………………………………………………………………………….............
2. Sebuah balok besi dan balok kayu memiliki suhu yang sama. Balok
besi diletakkan di atas balok kayu seperti pada gambar. Apa yang
Balok besi
akan segera terjadi?
A. Kalor dari besi mengalir ke kayu sebab besi lebih cepat panas Balok kayu
daripada kayu
B. Kalor dari kayu mengalir ke besi sebab besi lebih cepat panas daripada kayu
C. Tidak ada kalor yang mengalir dari besi ke kayu atau sebaliknya sebab besi adalah
logam dan kayu bukan logam
D. Tidak ada kalor yang mengalir dari besi ke kayu atau sebaliknya sebab suhu kedua
benda sama
E. …………….…………………………………………………………………………
5. Air dalam panci dipanaskan di atas kompor dari suhu 20℃ menjadi 30℃. Apa yang
menyebabkan hal tersebut terjadi?
A. Kalor yang diterima air digunakan untuk menaikkan suhu
B. Kalor yang diterima air disimpan di dalamnya sehingga jumlah kalor dalam air
bertambah banyak
C. Partikel-partikel kalor menumbuk partikel-partikel air sehingga menjadi lebih panas
D. …………….…………………………………………………………………………
6. Ketika kita memanaskan air dengan panci, api hanya mengenai bagian bawah panci.
Namun ternyata bagian gagang panci juga ikut panas. Mengapa hal tersebut bisa terjadi?
A. Karena kalor dapat merambat melalui benda padat
B. Karena partikel panci pada bagian bawah panci berpindah ke gagang panci ketika
dipanaskan
C. Karena partikel panci saling bertubrukan dan menghantarkan energi kalor
D. Karena kalor selalu berpindah dari suhu tinggi ke suhu rendah
E. …………….…………………………………………………………………………
A. Suhu air saat mendidih terus meningkat ketika api kompor tetap besar
B. Suhu air saat mendidih turun ketika api kompor diperkecil
C. Suhu air saat mendidih tetap, namun jumlah kalor yang mengalir ke dalam air
berkurang ketika kompor diperkecil
D. Jumlah partikel air yang sedang mendidih berkurang ketika kompor diperkecil
E. …………….……………………………………………………………………………
8. Jika balok es yang suhunya −10℃ dipotong menjadi dua bagian, bagaimana suhu masing-
masing potongannya?
A. Suhu kedua bagian sama besar yakni −5℃ jika balok es dipotong menjadi dua sama
besar
B. Suhu kedua bagian sama besar yakni −10℃, dimanapun balok dipotong
C. Jika ukuran potongan tidak sama, potongan yang besar memiliki suhu yang lebih
tinggi
D. Jika ukuran potongan tidak sama, potongan yang besar memiliki suhu yang lebih
rendah
E. …………….……………………………………………………………………………
9. Kita mengetahui bahwa, suhu air yang sedang mendidih tidak akan naik lagi meskipun
terus dipanaskan. Kemanakah perginya kalor tersebut?
A. Dilepaskan ke udara sekitar secara konveksi
B. Digunakan untuk mengubah molekul air dari keadaan cair menjadi uap (gas)
C. Digunakan untuk menambah volume air
D. …………….……………………………………………………………………………
Lampiran 2: Silabus
SILABUS
Standar Kompetensi
4. Menerapkan konsep kalor dan prinsip konservasi energi pada berbagai
perubahan energi
Kompetensi Dasar
4.1 Menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat
A. Indikator
1. Menjelaskan hubungan kalor, massa, kalor jenis, kapasitas kalor, dan
perubahan suhu
2. Menganalisis hubungan kalor, massa, kalor jenis, kapasitas kalor, dan
perubahan suhu
3. Menerapkan persamaan pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dalam
menyelesai-kan soal
4. Menghitung kapasitas kalor suatu benda
B. Tujuan pembelajaran
1. Setelah melakukan percobaan siswa dapat menjelaskan hubungan antara
massa, perubahan suhu, kalor jenis suatu zat, dan kalor yang diperlukan
2. Setelah melakukan percobaan siswa dapat menganalisis hubungan antara
massa, perubahan suhu, kalor jenis suatu zat, dan kalor yang diperlukan
3. Setelah melakukan diskusi siswa dapat menerapkan persamaan pengaruh
kalor terhadap perubahan suhu dalam menyelesaikan soal
4. Setelah melakukan diskusi siswa dapat menghitung kapasitas kalor suatu
benda
C. Materi Pembelajaran : Kalor
Kalor merupakan transfer energi dari benda satu ke benda lain karena
adanya perbedaan suhu. Transfer energi terjadi melalui aliran kalor dari benda
yang suhunya lebih tinggi ke benda yang lain yang suhunya lebih rendah.
Jika benda diberi kalor maka temperaturnya akan naik. Kenaikan suhu ini
tergantung pada jenis zat yang dipanaskan. Besar kalor yang dibutuhkan
untuk merubah suhu suatu zat tertentu sebanding dengan massa zat tersebut
dan dengan perubahan suhu.
Kalor dirumuskan dengan persamaan :
Q = mc ΔT
dimana c adalah besaran karakteristik dari zat tersebut, yang disebut kalor
jenis (J/kg⁰C)
m adalah massa zat (kg)
ΔT adalah perubahan suhu (⁰C)
Q adalah kalor yang diperlukan untuk merubah suhu (J)
Selain massa dan kenaikan suhu, jumlah kalor yang dibutuhkan benda
tergantung dari jenis zat yang dipanaskan yang disebut dengan kalor jenis.
Kalor jenis suatu zat didefinisikan sebagai banyaknya kalor yang diperlukan
untuk menaikkan atau melepaskan suhu tiap satu kilogram massa suatu zat
sebesar 1⁰C atau 1 Kelvin yang dapat dituliskan dalam persamaan :
c=
Banyak kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu yang sama dari benda
yang berbeda pada umumnya tidak sama. Perbandingan banyaknya kalor
yang diberikan terhadap kenaikan suhu benda dinamakan kapasitas kalor.
Kapasitas panas adalah kemampuan suatu benda untuk menerima atau
melepas kalor untuk menaikkan atau menurunkan suhu benda sebesar 1⁰C
atau 1 Kelvin yang dapat dituliskan dalam persamaan:
C=
C = mc
D. Sumber Belajar :
Tim Penyusun, 2010. Buku Pintar Belajar Fisika. Sagufindo Kinarya.
Kanginan, Marthen. 2007. Fisika untuk SMA kelas X semester 2.
Erlangga : Jakarta.
Internet
E. Model Pembelajaran : Direct Instruction
F. Metode Pembelajaran : Demonstrasi, Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab
G. Alat/bahan :
LCD dan Laptop
Media pembelajaran Power Point
Beaker Glass
Termometer
Stopwatch
Air
Minyak
H. Sintaks Pembelajaran (2 x 45 menit)
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi
Waktu
Pendahuluan
Apersepsi Memperhatikan video yang disajikan 10 menit
Menunjukkan video tentang memasak air guru
“apa yang terjadi dengan air ketika
dipanaskan?” “air menjadi panas/suhu air
naik/semakin lama semakin panas/
Menunjukkan video tentang menggoreng lama-lama mendidih”
tempe
“mengapa menggoreng tempe menggunakan
minyak tidak menggunakan air” “karena lebih cepat panas/kenaikan
suhunya lebih cepat dibandingkan 5 menit
Menyampaikan tujuan pembelajaran air ketika dipanaskan”
Mendengarkan penjelasan guru
Inti
Guru mendemonstrasikan dua fenomena: Siswa mengamati demonstrasi 10 menit
I : dua beaker glass berukuran
sama berisi air yang massanya berbeda
dipanaskan dengan kalor yang sama,
kemudian diukur perubahan suhunya setelah 2
menit
II : dua beaker glass berukuran sama
berisi air yang massanya sama
tetapi dipanaskan kalor yang diberikan
berbeda, kemudian diukur suhunya setelah 2
menit.
III : dua beaker glass berukuran sama berisi
zat cair yang berbeda dengan massa yang
sama dipanaskan dengan kalor yang sama.
Kemudian diukur suhunya setelah 2 menit.
Guru mengajukan pertanyaan arahan selama
melakukan demonstrasi.
5 menit
“Apakah suhu kedua thermometer akan
menujukkan skala yang berbeda pada
percobaan? Apakah massa mempengaruhi
banyak kalor yang dibutuhkan oleh suatu
zat?”
25 menit
Penutup
Guru bersama dengan siswa menyimpulkan Bersama guru, siswa menyimpulkan 10 menit
hasil pembelajaran tentang pengaruh kalor hasil pembelajaran
terhadap suatu zat
Memberi penguatan tentang pengaruh kalor
terhadap suatu zat
I. Penilaian
Penilaian Kognitif
1) Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kalor yang diperlukan suatu zat!
2) Dua buah bejana berisi larutan A dan B dengan kalor jenis larutan A dua kali
kalor jenis larutan B. Apabila massa kedua larutan tersebut sama, berapakah
perbandingan kalor yang diperlukan untuk mencapai perubahan suhu yang
sama?
3) Berapakah kalor yang diperlukan untuk memanaskan 100 gram tembaga yang
memiliki massa jenis 0,09 kal/gr⁰C dari suhu 25⁰C menjadi 75⁰C?
4) 2 kg air bersuhu 25⁰C dipanaskan dengan kalor 2,25 x 10 4 J selama 5 menit.
Jika diketahui kalor jenis air 4200 J/Kg⁰C, berapa suhu akhir air setelah
dipanaskan?
Kunci Jawaban
1) Faktor-faktor yang mempengaruhi kalor yang diperlukan oleh suatu zat antara
lain
a. Massa
berdasarkan persamaan Q = mc ΔT maka Q ̴ m semakin banyak massa
(pada c dan ΔT konstan) semakin banyak kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu dan sebaliknya
b. Kalor jenis
berdasarkan persamaan Q = mc ΔT maka Q ̴ c semakin besar kalor jenis
suatu zat (pada m dan ΔT konstan) semakin banyak kalor yang diperlukan
untuk menaikkan suhu dan sebaliknya
c. Perubahan suhu
berdasarkan persamaan Q = mc ΔT maka Q ̴ ΔT semakin besar kenaikan
suhu (pada m dan c konstan) suatu zat semakin banyak kalor yang
diperlukan dan sebaliknya
2) Diketahui : mA = mB
ΔTA = ΔTB
cA = 2 c B
Ditanya : QA : QB … ?
Jawab : =
=
=
4) Diketahui : m = 2 kg
T1 = 25⁰C
c = 4200 J/Kg⁰C
Q = 2,25 x 104 J
Ditanya : T2 … ?
Jawab : Q = mc ΔT
8,4 x 104 = 2 x 4200 x ΔT
8,4 x 104 = 8400 ΔT
10 = ΔT
10 = T2 - T1
10 = T2 – 25
35⁰C = T2
Standar Kompetensi
4. Menerapkan konsep kalor dan prinsip konservasi energi pada berbagai
perubahan energi
Kompetensi Dasar
4.1 Menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat
A. Indikator
1. Menjelaskan pengaruh kalor terhadap perubahan wujud zat
2. Menganalisis pengaruh kalor terhadap perubahan wujud zat
B. Tujuan pembelajaran
1. Setelah melakukan diskusi siswa dapat menjelaskan pengaruh kalor
terhadap perubahan wujud zat
2. Setelah melakukan diskusi siswa dapat menganalisis pengaruh kalor
terhadap perubahan wujud zat
C. Materi Pembelajaran : Perubahan wujud
Ketika suatu materi berubah fase dari padat ke cair atau dari cair ke gas,
sejumlah energi terlibat pada perubahan fase tersebut. Kalor yang dibutuhkan
untuk merubah 1,0 kg zat dari padat menjadi cair disebut kalor lebur (Lf).
Kalor yang dibutuhkan untuk merubah suatu zat dari fase cair ke uap disebut
kalor penguapan(L v). Nilai kalor lebur dan kalor penguapan disebut juga
kalor laten. Kalor penguapan dan lebur mengacu pada jumlah kalor yang
dilepaskan oleh zat ketika berubah dari gas ke cair atau dari cair ke padat.
Kalor yang terlibat dalam perubahan fase tidak hanya bergantung pada kalor
laten, tetapi juga bergantung pada massa. Sehingga dapat dituliskan dalam
persamaan:
D.
Q=mL
dimana L adalah kalor laten proses dan zat tertentu (J/kg)
m adalah massa zat (kg)
Q adalah kalor yang dibutuhkan atau dikeluarkan selama perubahan
fase (J)
Selama terjadi perubahan fase, suhunya tidak berubah/konstan. Selama terjadi
perubahan fase kalor yang serap atau dilepas digunakan untuk merubah suhu
sehingga tidak terjadi perubahan suhu.
Fase perubahan wujud benda digambarkan dalam bagan di bawah ini
Gas
Padat Cair
Suatu zat dapat jika melepas atau menyerap kalor, maka zat tersebut akan
mengalami perubahan suhu dan wujud secara bergantian. Contohnya es pada
tekanan 1 atm yang dipanaskan mula-mula akan mengalami perubahan suhu
sebelum mengalami perubahan wujud menjadi air, kemudian air akan naik
suhunya sampai mendidih dan kemudian menguap, dan uap air akan terus
naik suhunya. Berikut gambar pemanasan air tersebut.
Perumbahan
o
T ( C)
Perumbahan
Menguap
suhu
Perumbahan
suhu
Mencair
o
100 C adalah suhu ketika air
suhu
Sehingga pada proses perubahan es menjadi uap air akan membutuhkan kalor
sebanyak
Q Total Q1 Q 2 Q 3 Q 4 Q 5
E. Sumber Belajar :
Tim Penyusun, 2010. Buku Pintar Belajar Fisika. Sagufindo Kinarya.
Kanginan, Marthen. 2007. Fisika untuk SMA kelas X semester 2.
Erlangga : Jakarta.
Internet
F. Model Pembelajaran : Direct Instruction
G. Metode Pembelajaran : Demonstrasi, Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab
H. Alat/bahan
LCD dan Laptop
Media pembelajaran Power Point
Beaker Glass
Termometer
Stopwatch
Lilin
Bunsen, kaki tiga, kassa
I. Sintaks Pembelajaran (1 x 45 menit)
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi
Waktu
Pendahuluan
Apersepsi Memperhatikan video yang 5 menit
Menunjukkan video tentang glester yang ditunjukkan oleh guru
mencair akibat global warming, anak sedang Siswa menjawab pertanyaan dari
makan es cream setelah beberapa saat guru dan mengemukakan pendapat
kemudian es mencair. “Kenapa glester dan es tentang video
dapat mencair? Apakah glester dan es “Glester mencair akibat pemanasan
suhunya berubah ketika mencair? Apa yang global”
dapat kalian jelaskan dari video?” “es mencair karena mendapat kalor
Menyampaikan tujuan pembelajaran dari lingkungan”
10 menit
Penutup
Guru bersama dengan siswa menyimpulkan Bersama guru, siswa menyimpulkan 5 menit
hasil pembelajaran tentang pengaruh kalor hasil pembelajaran
terhadap perubahan wujud zat
Memberi penguatan tentang pengaruh kalor
terhadap perubahan wujud zat
J. Penilaian
Penilaian Kognitif
1. Suatu bahan mempunyai titik lebur 700⁰C, kalor lebur 4,0 x 105 J/Kg, dan
kalor jenis 1.000 J/Kg⁰C. Hitunglah kalor yang diperlukan untuk meleburkan
600 gram bahan yang suhunya 30⁰C! (skor max 30)
2. Suhu (⁰C)
D E
B C Waktu (menit)
0
20 40 60 100
A
Gambar di atas menunjukkan pemanasan 10 gram zat pada yang menerima kalor
150 Joule tiap detik sehingga semuanya berubah menjadi uap. Hitunglah:
a. kalor lebur zat tersebut
b. kalor uap zat tersebut
(skor max 50)
3. Berdasarkan grafik pada soal nomor 2, jelaskan pengaruh kalor pada masing-
masing proses! (skor max 20)
Kunci Jawaban
1. Diketahui : m = 600 gram = 0,6 kg
ΔT = 700 – 30 = 670⁰C
L = 4,0 x 105 J/Kg
c = 1.000 J/Kg⁰C
Ditanya :Q…?
Jawab : Suhu (⁰C)
Q2
700
Q1
30 Q
Untuk meleburkan bahan tersebut ada dua proses yang harus dilakukan yaitu
menaikkan suhu sampai pada titik leburnya memerlukan kalor Q1 dan
peleburan bahan pada titik leburnya memerlukan kalor sebesar Q2.
Qtotal = Q1 + Q2
= mc ΔT + m L
= (0,6 x 1000 x 670) + (0,6 x 4,0 x 10 5)
= 402.000 + 24.000
= 426.000 J
2. Diketahui : berdasarkan grafik B-C melebur dan D-E menguap
m = 100 gram = 0,1 kg
QBC = 20 x 60 x 150 = 180.000 J
QDE = 40 x 60 x 150 = 360.000 J
Ditanya : Lf dan Lv … ?
Jawab :
a. Q = m Lf
180.000 = 0,1 x Lf
Lf = 1.800.000 J
b. Q = m Lv
360.000 = 0,1 x Lv
Lv = 3.600.000 J
Standar Kompetensi
4. Menerapkan konsep kalor dan prinsip konservasi energi pada berbagai
perubahan energi
Kompetensi Dasar
4.3 Menerapkan asas Black dalam pemecahan masalah
A. Indikator
1. Menjelaskan suhu termal/suhu campuran berdasar asas Black
2. Menghitung suhu campuran menggunakan asas Black
3. Menerapkan asas Black dalam menyelesaikan soal fisika
4. Mengevaluasi asas Black dalam menyelesaikan soal fisika
B. Tujuan pembelajaran
1. Setelah melakukan percobaan siswa dapat menjelaskan suhu termal
berdasar asaz black
2. Setelah melakukan diskusi siswa dapat menghitung suhu campuran
3. Setelah melakukan diskusi siswa dapat menerapkan asaz black dalam
menyelesaikan soal fisika
4. Setelah melakukan diskusi siswa dapat mengevaluasi asas Black dalam
menyelesaikan soal fisika
Materi Pembelajaran : Asaz Black
Dua buah zat yang berbeda suhunya dicampur, maka akan terjadi transfer
kalor dari zat yang suhunya lebih tinggi ke zat yang suhunya lebih rendah
samapi tercapai suhu kesetimbangan anatar keduanya/tidak terjadi transfer
kalor antara keduanya. Hal tersebut sesuai dengan prinsip kekekalan energi
bahwa kalor yang dilepas sama dengan kalor yang diterima. Prinsip
kekekalan energi pada transfer kalor pertama kali diukur oleh Joseph Black
sehingga dikenal dengan asas Black.
“Pada pencampuran dua zat atau lebih, banyaknya kalor yang dilepaskan zat
yang bersuhu lebih tinggi sama dengan banyaknya kalor yang diserap zat
yang bersuhu lebih rendah.” Dapat dinyatakan dalam
QLepaspersamaan
= QTerima
C. Sumber Belajar :
Tim Penyusun, 2010. Buku Pintar Belajar Fisika. Sagufindo Kinarya.
Kanginan, Marthen. 2007. Fisika untuk SMA kelas X semester 2.
Erlangga : Jakarta.
Internet
D. Model Pembelajaran : Direct Instruction
E. Metode Pembelajaran : Demonstrasi, Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab
F. Alat/bahan
LCD dan Laptop
Media pembelajaran Power Point
Kalori meter
Beaker glass
Termometer
Bunsen, kassa, kaki tiga
Air
2 menit
Inti
Guru mendemonstrasikan fenomena Siswa mengamati demonstrasi 10 menit
“memanaskan 100 ml air sampai suhunya
80⁰C kemudian mencampurkan air yang telah
dipanaskan dengan 100 ml air bersuhu 28⁰C
dalam Kalorimeter. Setelah di aduk diukur
suhu campurannya.”
Mengerjakan soal
25 menit
Penutup
Guru bersama dengan siswa menyimpulkan Bersama guru, siswa menyimpulkan 5 menit
hasil pembelajaran tentang asaz black hasil pembelajaran
Memberi penguatan tentang asaz black
H. Penilaian
Penilaian Kognitif
1. Balok besi bermassa satu kilogram bersuhu 80⁰C dimasukkan dalam dua
kilogram air bersuhu 20⁰C. Jika diketahui kalor jenis air 4,2x103 J/Kg K,
kalor jenis besi 4,5x102 J/Kg K, perkiran suhu akhir campuran setelah
keadaannya setimbang! (skor max 30)
2. Sebatang tembaga bermassa 100 gram, mula-mula bersuhu 95⁰C dimasukkan
ke dalam 20 gram air yang terdapat dalam wadah alumunium 280 gram. Air
dan wadah mula-mula bersuhu 15⁰C. Berapakah suhu akhir system jika
diketahui kalor jenis tembaga 390 J/KgK dan kalor jenis alumunium 900
J/KgK? (skor max 40)
3. Sepotong es dengan massa 50 gram bersuhu -20⁰C dimasukkan ke dalam
cangkir berisi 200 gram air bersuhu 15⁰C. Jika kalor jenis air 4200 J/KgK,
kalor jenis es 2100 J/KgK, kalor lebur es 330.000 J/Kg, anggap pertukaran
kalor hanya terjadi antara air dan es. Berapakah massa es yang mencair?
(skor max 40)
Kunci Jawaban
1. Diketahui: mbesi = 1 kg
mair = 2 kg
Tbesi = 80⁰C
Tair = 20⁰C
cair = 4,2x103 J/Kg K
cbesi = 4,5x102 J/Kg
Ditanya : Tc … ?
Jawab : QLepas = QTerima
mbesi cbesi ΔT = mair cair ΔT
mbesi cbesi (Tbesi – Tc) = mair cair (Tc – Tair)
1 x 4,5x102 x (80 – Tc) = 2 x 4,2x103 (Tc – 20)
4,5 (80 – Tc) = 84 (Tc – 20)
360 - 4,5 Tc = 84 Tc – 1680
2040 = 88,5 Tc
Tc = 23⁰C
2. Diketahui: Ttembaga = 95⁰C
Tair = Twadah = 15⁰C
mtembaga = 100 gram
mair = 20 gram
mwadah = 280 gram
ctembaga = 390 J/KgK
cwadah = 900 J/KgK
Ditanya : Tc … ?
Jawab : QLepas = QTerima
mtembaga ctembaga ΔT = mair cair ΔT + mwadah cwadah ΔT
mtembaga ctembaga ΔT = mair cair ΔT + mwadah cwadah ΔT
mtembaga ctembaga (Ttembaga – Tc) = mair cair (Tc – Tair) + mwadah cwadah
(Tc – Twadah)
0,1 x 390 x ( 95 - Tc) = 0,02 x 4200 x (Tc – 15) + 0,28 x 900 x (Tc
– 15)
39( 95 - Tc) = 84 (Tc – 15) + 252 (Tc – 15)
3705 - 39 Tc = 84 Tc – 1260 + 252 Tc – 3780
8745 = 123 Tc
Tc = 71⁰C
3. Diketahui: mes = 50 gram
mair = 200gram
Tes = -20⁰C
Tair = 15⁰C
cair = 4200 J/KgK
ces = 2100 J/KgK
Standar Kompetensi
4. Menerapkan konsep kalor dan prinsip konservasi energi pada berbagai
perubahan energi
Kompetensi Dasar
4.2 Menganalisi cara perpindahan kalor
A. Indikator
1. Menghitung laju kalor secara konduksi
2. Mengklasifikasikan karakteristik alat pemanas yang baik berdasarkan
kalor jenis dan konduktivitas bahan
3. Membandingkan pengaruh kalor terhadap perbahan suhu dengan kalor
konduksi
B. Tujuan pembelajaran
1. Setelah melakukan percobaan siswa dapat menghitung laju kalor secara
konduksi
2. Setelah melakukan diskusi siswa dapat mengklasifikasikan karakteristik
alat pemanas yang baik berdasarkan kalor jenis dan konduktivitas bahan
3. Setelah melakukan diskusi siswa dapat membandingkan pengaruh kalor
terhadap perbahan suhu dengan kalor konduksi
C. Materi Pembelajaran : Konduksi
Kalor berpindah dari satu tempat atau benda ke tempat atau benda yang
lain dengan tiga cara yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi. Konduksi dan
konveksi memerlukan medium untuk membawa kalor dari benda yang
bersuhu lebih tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah. Sedangkan radiasi
transfer kalor terjadi tanpa memerlukan medium.
Konduksi kalor digambarkan sebagai hasil tumbukan molekul-molekul.
Ketika satu ujung benda dipanaskan, molekul-molekulnya bergerak lebih
cepat sehingga bertumbukan dengan molekul disebelahnya yang bergerak
lebih lambat, kemudian mentransfer sebagian energinya ke molekul
disebelahnya sehingga lajunya bertambah. Molekul-molekul ini kemudian
juga mentransfer sebagian energinya ke molekul-molekul disebelahnya
sepanjang benda tersebut. Dengan demikian energi gerakan termal ditransfer
oleh tumbukan molekul-molekul sepanjang benda. Pada logam, tumbukan
antara electron-elektron bebas di dalam logam dengan atom logam tersebut
mengakibatkan terjadinay konduksi. Konduksi terjadi jika ada perbedaan
suhu. Kecepatan aliran kalor melalui benda sebanding dengan perbedaan
temperature antara ujung-ujungnya. Kecepatan aliran kalor juga bergantung
pada ukuran benda. Dengan demikian aliran kalor ΔQ per selang waktu Δt
dinayatakan dalam persamaan:
ΔQ −
=
ΔT
5 menit
Inti
Guru mengolesi mentega pada masing-masing Siswa mengamati demonstrasi 5 menit
ujung logam pada kit konduksi. Menjawab pertanyaan guru.
“Menurut kamu apakah mentega akan meleleh
secara bersama ketika dipanaskan? Kenapa?” “Tidak”
“karena jenis logamnya berbeda.”
Kemudian logam dipanaskan. “mengapa hal
itu bisa terjadi?” “karena laju perambatan kalor pada
masing-masing logam berbeda,
logam yang paling besar laju rambat
kalornya maka mentega melelah
paling cepat.”
Penutup
Guru bersama dengan siswa menyimpulkan Bersama guru, siswa menyimpulkan 3 menit
hasil pembelajaran tentang konduksi hasil pembelajaran
Memberi penguatan tentang konduksi dengan
mengaitkan contoh fenomena dan demonstrasi
di awal pembelajaran
I. Penilaian
Penilaian Kognitif
1. Batang baja dan kuningan disambung. Jika luas penampang dan panjang
keduanya sama, suhu ujung batang baja yang bebas 250⁰C sedang suhu ujung
kuningan yang bebas 100⁰C, koefisien konduksi kalor baja dan kuningan
masing-masing 0,12 kal/s cm dan 0,24 kal/s cm, berapakah suhu pada titik
sambung kedua logam tersebut?
Kunci Jawaban
t= t
Standar Kompetensi
4. Menerapkan konsep kalor dan prinsip konservasi energi pada berbagai
perubahan energi
Kompetensi Dasar
4.2 Menganalisi cara perpindahan kalor
A. Indikator
1. Menjelaskan perpindahan kalor secara radiasi
2. Menganalisis perpindahan kalor secara radiasi
B. Tujuan pembelajaran
1. Setelah melakukan diskusi siswa dapat menjelaskan perpindahan kalor
secara radiasi
2. Setelah melakukan diskusi siswa dapat menganalisis perpindahan kalor
secara radiasi
C. Materi Pembelajaran : Konduksi
Kalor berpindah dari satu tempat atau benda ke tempat atau benda yang
lain dengan tiga cara yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi. Konduksi dan
konveksi memerlukan medium untuk membawa kalor dari benda yang
bersuhu lebih tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah. Sedangkan radiasi
transfer kalor terjadi tanpa memerlukan medium.
Konveksi adalah proses dimana kalor ditransfer dengan pergerakan
molekul dari satu tempat ke tempat lain karena perbedaan suhu yang
mengakibatkan perbedaan massa jenis sehingga terjadi aliran konveksi. Laju
perpindahan kalor secara konveksi bergantung pada luas permukaan (A) yang
bersentuhan, perbedaan suhu (ΔT) sehingga dapat dinyatakan dalam
persamaan:
ΔQ
=ℎ ( )
Δt
Radiasi merupakan pancaran energi dari permukaan semua benda dalam
bentuk gelombang elektromagnetik sehingga tidak memerlukan medium
untuk perantaranya. Laju sebuah benda meradiasikan energinya sebanding
dengan pangkat empat temperature Kelvin(T4), sebanding dengan luas (A)
benda yang memancarkannya.
Makin tinggi suhu suatu benda dibandingkan suhu lingkungannya, makin
besar pancaran kalornya. Selain suhu, besarnya kalor yang dipancarkan oleh
suatu benda juga ditentukan oleh permukaan benda tersebut:
1. Permukaan yang hitam dan kusam adalah penyerap kalor radiasi yang baik
sekaligus pemancar kalor radiasi yang baik pula.
2. Permukaan yang putih dan mengkilap adalah penyerap kalor radiasi yang
buruk sekaligus pemancar kalor yang buruk pula.
Ukuran seberapa besar suatu benda memancarkan energi disebut emisivitas
benda dan bergantung pada sifat permukaan suatu benda yang disimboljan
dengan e ,
dimana 0 < e < 1.
Laju radiasi benda dapat dituliskan dalam persamaan:
ΔQ
=
Δt
D. Sumber Belajar :
Tim Penyusun, 2010. Buku Pintar Belajar Fisika. Sagufindo Kinarya.
Kanginan, Marthen. 2007. Fisika untuk SMA kelas X semester 2.
Erlangga : Jakarta.
Internet
E. Model Pembelajaran : Direct Instruction
F. Metode Pembelajaran : Demonstrasi, Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab
G. Alat/bahan
LCD dan Laptop
Media pembelajaran Power Point
Bunsen, kaki tiga, kassa
Beaker glass
Kalium permanganate
Termoskop
Mengerjakan tugas
Penutup
Guru bersama dengan siswa menyimpulkan Bersama guru, siswa menyimpulkan 5 menit
hasil pembelajaran tentang konveksi dan hasil pembelajaran
radiasi ( apa perbedaan konveksi dan radiasi?)
Memberi penguatan tentang konveksi dan
radiasi dan dikaitkan dengan apersepsi di awal
pembelajaran
I. Penilaian
Penilaian Kognitif
1. Suhu kulit seseorang kira-kira 32⁰C. Jika orang yang luas permukaan
tubuhnya kira-kira 1,6 m2 berada dalam ruang yang suhunya 22⁰C, berapakah
kalor yang dilepaskan dari tubuh orang tersebut selama 5 menit? h = 77,0
W/m2K
2.
Sebuah alat masak tenaga surya terdiri dari
parabola pemantul yang memfokuskan sinar
matahari pada suatu objek. Daya matahari tiap
satuan luas yang diterima permukaan bumi
adalah 600 W/ m2. Alat masak tersebut
menghadap matahari dan berdiameter 0,6 meter.
Anggap bahwa 40% dari energy yang diterima
akan dihantarkan ke panci yang berisi 0,5 liter bersuhu awal 20 °C. Berapa lama waktu
yang dibutuhkan untuk mendidihkan air dalam panci? (abaikan kapasitas kalor panci)
RIWAYAT HIDUP