Anda di halaman 1dari 39

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN VISUALIZATION, AUDITORY,

KINESTETIC (VAK) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MTS

NEGERI 1 KOTABARU KELAS VII MATA PELAJARAN

MATEMATIKA MATERI PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :

MUHAMMAD MUHYIL HUDA

2016. 11. 0870

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH TINGGI

KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PARIS BARANTAI

KOTABARU

2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa,
telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada penulis, sehingga proposal ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Tak lupa pula sholawat serta salam
semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Rasulullah Saw, beserta keluarga,
sahabat dan umat beliau hingg akhir zaman, karena tiada ilmu yang akan
mendatangkan keberkahan Allah kecuali ilmu yang beliau sebagai perantaranya.

Adapun penulisan proposal ini dimaksudkan sebagai sarana memenuhi


persyaratan untuk dapat melakukan penelitian pada penyusunan skripsi yang telah
diprogramkan. Proposal ini berjudul “PENGARUH MODEL
PEMBELAJARAN VISUALIZATION, AUDITORY, KINESTETIC (VAK)
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MTS NEGERI 1 KOTABARU
KELAS VII MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI PERSEGI
DAN PERSEGI PANJANG”

Terselesaikannya proposal ini tentu tidak terlepas dari bantuan dan


dorongan positif dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu, ucapan terima kasih dan penghargaan secara khusus
penulis tujukan kepada :

1. Bapak Agus Syarifuddin, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua STKIP Paris


Barantai Kotabaru.
2. Ibu Radiatul Adawiah,S.Pd., M.Pd. sebagai Dosen Pembimbing I.
3. Ibu Hartini, S.Pd., M.Pd. sebagai Dosen Pembimbing II,

yang telah meluangkan waktu untuk memberi arahan dan bimbingan dalam
pembuatan proposal ini. Dan tidak lupa juga kepada seluruh keluarga penulis
yang telah memberikan support dan doanya khususnya kedua orang tua penulis
yang tidak kenal lelah memberikan motivasi dan semangat untuk dapat
menyelesaikan proposal ini.

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

A. JUDUL SKRIPSI

B. LATAR BELAKANG MASALAH

C. PEMBATASAN MASALAH

D. RUMUSAN MASALAH

E. TUJUAN PENELITIAN

F. MANFAAT PENELITIAN

G. RINGKASAN TINJAUAN TEORITIS

1. BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

2. MATEMATIKA

3. MATERI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

4. HASIL BELAJAR

5. PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN

6. PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN VAK

7. LANGKAH-LANGKAH MODEL VAK

H. ASUMSI DAN HIPOTESIS

ASUMSI

iv
HIPOTESIS

I. VARIABEL PENELITIAN

1. VARIABEL INDEPENDEN

2. VARIABEL DEPENDEN

J. BATASAN ISTILAH

K. METODE PENELITIAN

1. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN

2. WAKTU PENELITIAN

3. DESAIN PENELITIAN

4. PENENTUAN SUMBER DATA

5. TEKNIK DAN INSTRUMEN DATA

6. PENGKAJIAN INSTRUMEN

7. PERSYARATAN ANALISIS DATA

8. METODE ANALISIS DATA

L. SISTEMATIKA PENULISAN

M. AGENDA KEGIATAN

v
A. Judul Skripsi

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN VISUALIZATION,


AUDITORY, KINESTETIC (VAK) TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA MTS NEGERI 1 KOTABARU KELAS VII MATA PELAJARAN
MATEMATIKA MATERI PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG.

B. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal terpenting bagi manusia karena tanpa

pendidikan manusia tidak akan menjadi manusia seutuhnya. Menurut

Ensiklopedi Pendidikan Indonesia menyebutkan :Pendidikan adalah sebagai

proses membimbing manusia atau anak didik dari kegelapan, ketidaktahuan,

kebodohan, dan kecerdasan pengetahuan. Sejalan dengan pernyataan

sebelumnya bahwa untuk menjadi manusia seutuhnya itu diharuskan seorang

manusia mempunyai pengetahuan dan kecerdasan. Pendidikan merupakan

peranan penting dalam perubahan diri seorang manusia dalam hal pemikiran,

sikap, tingkah laku dan sebagainya. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan

itu menyangkut seluruh aspek dalam kehidupan manusia.

Pendidikan juga mempunyai dua pengertian, yakni pendidikan dalam arti

sempit dan pendidikan dalam arti luas. Pendidikan dalam arti sempit adalah

bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum

dewasa untuk mencapai kedewasaannya, artinya bahwa pendidikan ini

mengajarkan kita dari hal yang belum tahu menjadi tahu.Sedangkan

pendidikan secara luas adalah kemampuan manusia mensejahterakan

hidupnya sepanjang hayat. Henderson (Saduloh, 2010;4) artinya bahwa

1
pendidikan itu merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan yang

berlangsung secara terus menerus yang terjalin dari hubungan sosialisasi

seseorang dengan lingkungannya dari sejak lahir sampai akhir hayatnya.

Berdasarkan berbagai pengertian pendidikan tersebut maka dapat

disimpukan bahwa pendidikan adalah seluruh aktivitas atau upaya secara

sadar yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik terhadap semua

aspek perkembangan kepribadian, baik jasmani maupun rohani, baik secara

formal, informal maupun nonformal yang berjalan terus menerus untuk

mencapai kebahagiaan dan nilai yang tinggi.Jadi, pendidikan merupakan

aspek paling penting dalam kehidupan manusia untuk menjadi lebih baik.

Peserta didik merupakan salah satu komponen pendidikan yang tidak bisa

ditinggalkan, karena dengan adanya peserta didik maka proses pembelajaran

dapat berjalan. Peserta didik juga merupakan komponen manusiawi yang

menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar.

Menurut Sudarwan Danim (2010: 1) “Peserta didik merupakan sumber

utama dan terpenting dalam proses pendidikan formal”. Peserta didik bisa

belajar tanpa guru. Sebaliknya, guru tidak bisa mengajar tanpa adanya peserta

didik. Oleh karena itu kehadiran peserta didik menjadi keniscayaan dalam

proses pendidikan formal atau pendidikan yang dilembagakan dan menuntut

interaksi antara pendidik dan peserta didik.

Matematika merupakan salah satu ilmu pendidikan yang dimana sering

sekali menjadi momok menakutkan bagi para peserta didik. Sifatnya yang

abstrak menjadikan pembelajaran matematika tidak disenangi oleh sebagian

2
peserta didik. Sulitnya memahami pelajaran matematika dan perbedaan sudut

pandang dalam memahami pelajaran merupakan kendala yang sering

dihadapi oleh pendidik. Dengan demikian, untuk dapat meminimalisir

kendala yang ada, maka pendidik diharuskan dapat menguasai karakteristik

peserta didik.

Salah satu cara pengoptimalan pembelajaran yang dilakukan oleh

seorang pendidik di dalam kelas yakni dengan menguasai karakteristik

peserta didiknya. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknik

Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya (Kemendiknas,

2011: 26), bahwa salah satu kompetensi pedagogik yang harus dikuasai dan

dilaksanakan oleh guru sebagai bagian dari upaya mewujudkan kinerja yang

efektif dan optimal adalah menguasai karakteristik peserta didik. Penguasaan

karakteristik peserta didik juga dapat membantu para pendidik dalam proses

pembelajarannya, dapat meminimalisir daya tangkap anak didik yang kurang

dalam belajar dan sebagainya.

Dengan demikian pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran oleh

seorang pendidik dengan menguasai karakteristik peserta didik akan menjadi

efektif dan efisien, serta dapat mengurangi kesalahan-kesalahan mendidik dan

mengajar yang dapat merugikan perkembangan kepribadian peserta didik itu

sendiri.

Model pembelajaran merupakan alternatif yang mampu meningkatkan

efektifitas peseta didik dalam belajar. Untuk menggunakan model

3
pembelajaran tentulah seorang pendidik memilih model apa yang cocok untuk

peserta didik dan siswa untuk diterapkan dalam pembelajaran. Model

pembelajaran yang tepat sesuai dengan gaya belajar peserta didik juga dapat

membantu dalam perkembangan belajar peserta didik. Dalam Pendidikan ada

tiga gaya belajar utama yang dijadikan sebagai model pembelajaran yang

nanti akan dibahas oleh peneliti, yakni visual yang merupakan gaya belajar

yang menitikberatkan penglihatan, auditori adalah gaya belajar yang

mengedepankan pendengaran, kinestetik yang merupakan gaya belajar yang

mengandalkan gerakan tubuh atau sentuhan.

Untuk mengoptimalkan kinerja peserta didik melalui gaya belajarnya

tersebut maka digunakanlah model pembelajaran yang sesuai dengan gaya

belajar yang bernama Visualization, Auditory, Kinestetic atau biasa disebut

(VAK). Model pembelajaran VAK merupakan model yang dimana peserta

didik diharuskan memanfaatkan alat indera yang dimilikinya. Model ini juga

dapat membantu pendidik mengetahui karakteristik peserta didiknya selama

pembelajaran berlangsung. Untuk itulah peneliti memilih untuk

mengembangkan model pembelajaran Visualization, Auditory, Kinestetic

(VAK) ini pada mata pelajaran matematika. Matematika merupakan mata

pelajaran yang dianggap sebagian peserta didik mempunyai kesulitan yang

tinggi. Sifat matematika yang abstrak membuat mata pelajaran ini tidak

disukai oleh sebagian peserta didik. Poin negatif yang sering terjadi akibat

tidak disukainya mata pelajaran matematika oleh sebagian peserta didik yaitu

kurangnya pemahaman tentang materi yang diberikan oleh pendidik,

4
sehingga berakibat tidak meratanya pengetahuan peserta didik tentang

pembelajaran. Oleh sebab itu peneliti mencoba membuat indikator materi

yang sesuai dengan model pembelajaran VAK yakni materi yang digunakan

dapat menarik minat belajar peserta didik, materi yang digunakan dapat

memuat unsur dalam model pembelajaran VAK yaitu penglihatan,

pendengaran serta sentuhan serta materi yang menggunakan model

pembelajaran VAK harus dapat diinterpretasikan kedalam kehidupan sehari-

hari.

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa materi persegi dan persegi panjang cocok dengan indikator

yang diajukan diatas sehingga peneliti mencoba untuk membantu penyetaraan

pemahaman peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran

Visualization, Auditory, Kinestetic (VAK) ini pada mata pelajaran

matematika terhadap materi persegi dan persegi panjang dengan tujuan agar

menimbulkan dampak pembelajaran yang lebih baik di MTs Negeri 1

Kotabaru. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Model Pembelajaran Visualization, Auditory, Kinestetic (VAK)

Terhadap Hasil Belajar Siswa MTs Negeri 1 Kotabaru Kelas VII Mata

Pelajaran Matematika Materi Persegi dan Persegi Panjang”.

C. Pembatasan Masalah

5
Agar penelitian ini terarah dan tidak terjadi penyimpangan terhadap

masalah yang akan dibahas dan diteliti, maka diberikan batasan-batasan

masalah sebagai berikut :

1. Penelitian difokuskan pada pembelajaran matematika kelas VII

MTs Negeri 1 Kotabaru pada materi persegi dan persegi panjang.

2. Penelitian dikhususkan menggunakan model Visualization,

Auditory, Kinestetic (VAK).

3. Pengaruh hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran

VAK.

D. Rumusan Masalah

Sebagaimana yang telah diuraikan pada latar belakang masalah, maka

dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut :

1. Seberapa signifikan hasil yang didapat sebelum menggunakan

model pembelajaran VAK terhadap siswa MTs Negeri 1 Kotabaru

kelas VII pada materi persegi dan persegi panjang ?

2. Seberapa signifikan hasil yang didapat setelah menggunakan model

pembelajaran VAK terhadap siswa MTs Negeri 1 Kotabaru kelas

VII pada materi persegi dan persegi panjang ?

3. Adakah pengaruh model pembelajaran VAK terhadap hasil

belajar siswa MTs Negeri 1 Kotabaru kelas VII pada materi persegi

dan persegi panjang ?

E. Tujuan Penelitian

6
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui seberapa signifikan kemampuan siswa MTs Negeri 1

Kotabaru kelas VII pada materi persegi dan persegi panjang

sebelum menggunakan model pembelajaran VAK.

2. Mengetahui seberapa signifikan kemampuan siswa MTs Negeri 1

Kotabaru kelas VII pada materi persegi dan persegi panjang setelah

menggunakan model pembelajaran VAK.

3. Mengetahui pengaruh model pembelajaran VAK terhadap hasil

belajar siswa MTs Negeri 1 Kotabaru kelas VII pada materi persegi

dan persegi panjang.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu manfaat teoritis dan

manfaat secara praktis.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan

kontribusi terhadap pendidikan khususnya dalam mata pelajaran

matematika, dapat menjadi referensi bagi para peneliti berikutnya

yang menggunakan model pembelajaran Visualization, Auditory,

Kinestetic (VAK).

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi :

a. Siswa

7
Dengan adanya model pembelajaran VAK ini, siswa akan

terbiasa untuk belajar secara mandiri serta termotivasi

dalam pembelajaran matematika sehingga hasil belajar

siswa terhadap pelajaran meningkat.

b. Guru

Memperoleh alternatif dalam menggunakan model

pembelajaran pada mata pelajaran matematika.

c. Peneliti

Peneliti memperoleh wawasan baru dalam hal penerapan

model pembelajaran Visualization, Auditory, Kinestetic

(VAK).

G. Ringkasan Tinjauan Teoritis

1. Belajar Dan Pembelajaran

a. Belajar

Belajar menurut pandangan Skinner (dalam Dimyati &

Mudjiono, 2013: 9-10) bahwa belajar adalah suatu prilaku pada saat

orang belajar, maka responnya akan menjadi lebih baik. Sebaliknya,

bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Dalam belajar

ditemukan adanya hal berikut.

1) Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon

pebelajar.

2) Respon si pembelajar, dan

3) Konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut.

8
Pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan

konsekuensi tersebut sebagai ilustrasi, perilaku respon sipelajar yang

baik diberikan hadiah, Sebaliknya prilaku tidak baik diberikan

teguran dan hukuman.

Selanjutnya belajar menurut Gagne (dalam Dimyati &

Mudjiono, 2013: 10-11) merupakan kegiatan yang kompleks.Setelah

belajar orang memiliki keterampilan, sikap dan nilai. Menurut Gagne

belajar terdiri dari tiga komponen yaitu: Kondisi eksternal, kondisi

internal dan hasil belajar.

Berdasarkan Pengertian belajar diatas dapat kita simpulkan bahwa

belajar adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan seseorang

sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara

sesudah belajar dan sebelum belajar.

b. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan aktivitas yang berproses melalui

tahapan perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi, dimaknai sebagai

interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar dalam suatu

lingkungan belajar.

Pembelajaran adalah usaha pendidik yang dilaksanakan

secara sengaja, dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu

sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya terkendali. Dari

pengertian tersebut mereka mencirikan pembelajaran sebagai

berikut:

9
1). Merupakan usaha sadar dan sengaja

2). Pembelajaran seharusnya membuat siswa belajar

3). Memiliki tujuan yang sudah ditetapkan

4). Pelaksanaan terkendali

Bila ditinjau dari hal yang akan mempengaruhi, Daryanto

dan Raharjo (2012: 212-213) berpendapat bahwa proses belajar dan

pembelajaran yang terjadi pada diri individu dapat dipengaruhi oleh

dua faktor yaitu:

1) Faktor Internal

Terkait proses belajar, pengaruh ini muncul dari dalam diri

individual seperti kecerdasan yang dimiliki, bakat,

keterampilan, minat, motivasi, kondisi fisik dan mental.

Sedangkan proses pembelajaran pengaruh ini muncul dari

dalam diri fasilitator belajar (orang tua, guru, teman sebaya,

masyarakat, pristiwa alam). Contohnya, pada lingkungan

sekolah, peserta didik semakin mengalami kesulitan belajar

karena guru tidak memiliki kemahiran dalam menjelaskan

materi, orang tua tidak berpengalaman.

2) Faktor Ekternal

Terkait proses belajar, pengaruh ini muncul dari luar

individu, seperti lingkungan keluarga, sekolah, dan

masyarakat. Sedangkan dalam proses pembelajaraan pengaruh

10
ini muncul dari luar. Contohnya guru sedang tertimpa masalah

sehingga berdampak pada proses belajar.

Slameto (2010: 54-72) lebih memperinci faktor-faktor yang

mempengaruhi proses belajar.

1) Faktor internal

a) Faktor jasmani: kesehatan dan cacat tubuh

b) Faktor psikologis: intelegensi, perhatian, minat, bakat,

motif kematangan dan kesiapan.

c) Faktor kelemahan: banyak aktivitas atau badan terasa

capek

2) Faktor eksternal

a) Faktor keluarga: cara orang itu mendidik, hubungan antar

keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, latar

belakang kebudayaan.

b) Faktor sekolah: metode mengajar, kurikulum, hubungan

guru dengan siswa, hubungan antar siswa, aturan sekolah,

alat peraga, waktu sekolah, dan tugas rumah.

c) Faktor masyarakat: kegiatan dalam masyarakat, media

massa, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

Berdasarkan dari definisi diatas proses belajar dan

pembelajaran menjelaskan bahwa dalam masalah belajar dan

pembelajaran memiliki kompleksitas yang tinggi. Banyak hal yang

mempengaruhi proses belajar dan pembelajaran baik dari sudut

11
pandang anak didik atau pendidik yang kompeten dalam

mempersiapkan pembelajaran agar memiliki keinginan untuk belajar

dan mampu mengikuti proses pembelajaran dengan mudah dan baik.

2. Matematika

Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua

jenjang pendidikan dasar, menengah, bahkan beberapa perguruan

tinggi.Karena matematika memiliki peranan penting dalam kehidupan

teruama dalam memecahkan permasalahan sehari-hari. Ada beberapa

alasan tentang perlunya mempelajari matematika diajarkan kepada peserta

didik, yaitu:

a. Matematika selalu digunakan dalam segala segi kehidupan

b. Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang

sesuai.

c. Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas

d. Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara

e. Meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian, dan kesadaran

keruangan

f. Memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang

menantang.

Menurut Sumardyono (dalam Fathani, 2009: 23-24) secara umum

definisi matematika sebagai berikut:

a. Matematika sebagai struktur yang terorganisasi

12
Matematika merupakan suatu bangunan struktur yang terorganisasi.

Sebagai sebuah struktur, ia terdiri atas beberapa komponen yang

meliputi aksioma/postulat, dalil/teorema.

b. Matematika sebagai alat (tool)

Matematika juga sering dipandang sebagai alat dalam mencari solusi

sebagai masalah dalam kehidupan sehari-hari.

c. Matematika sebagai pola deduktif

Matematika merupakan pengetahuan yang memiliki pola

deduktif.Artinya, suatu teori atau pernyataan dalam matematika dapat

diterima kebenarannya apabila telah dibuktikan secara deduktif

(umum).

d. Matematika sebagai cara bernalar

Matematika dapat pula dipandang sebagai cara bernalar, paling tidak

karena beberapa hal, seperti matematika memuat cara pembuktian

yang valid, rumus-rumus atau aturan yang umum, atau sifat penalaran

yang sistematis.

e. Matematika sebagai bahasa artifisial

Simbol merupakan ciri yang paling menonjol dalam

matematika.Bahasa matematika adalah bahasa simbol yang bersifat

artifisal, yang baru memiliki arti bila dikenakan pada suatu konteks.

f. Matematika sebagai seni yang kreatif

13
Penalaran yang logis dan efesien serta ide-ide atau pola-pola yang

kreatif dan menakjubkan, maka matematika sering disebut dengan

seni, khususnya seni kreatif berfikir.

Menurut Sutrisman dan G. Tambunan (dalam Fathani, 2009: 24)

Matematika adalah angka-angka atau perhitungan yang merupakan bagian

dari hidup manusia.Matematika menolong manusia secara eksak sebagai

ide dan kesimpulan.Matematika merupakan pengetahuan atau ilmu

mengenai logika dan problem-problem numerik.Matematika membahas

fakta-fakta dan hubungan-hubungannya, serta membahas problem ruang

dan waktu.Matematika adalah queen of science (ratunya ilmu).

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa matematika

adalah suatu sistem yang rumit tetapi tersusun sangat baik. Matematika

juga dapat di simpulkan sebagai angka-angka atau perhitungan yang

berhubungan dengan aktivitas manusia sehari-hari yang penting untuk

kehidupan saat ini dan masa depan karena matematika merupakan ilmu

dasar yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam menyelesaikan atau

dapat memecahkan suatu masalah.

3. Materi Pembelajaran Matematika

Adapun materi yang digunakan untuk model pembelajaran Visualization,

Auditory, Kinestetic (VAK), adalah sebagai berikut :

a. Persegi

14
Persegi adalah bangun datar dua dimensi yang dibentuk oleh empat

buah rusuk yang sama panjang dan memiliki empat buah sudut yang

kesemuanya adalah sudut siku-siku. Bangun ini disebut juga sebagai

bujur sangkar. Persegi merupakan turunan dari segi empat yang

mempunyai ciri khusus keempat sisinya sama panjang dan keempat

sudutnya siku-siku (90°).

Gambar 1.1

Gambar 1.2

 Rumus Keliling Persegi


Persegi merupakan persegi panjang yang semau sisinya sama

panjang sehingga p = l

Karena p = l, maka keliling persegi adalah k = (2(p + l) = 2(2p)

= 2(2l) misalkan p = l = s, maka

K = 4s
Dengan 
s = panjang sisi persegi

15
 Rumus Luas Persegi
Suatu persegi mempunyai ukuran panjang = lebar atau p = l = s,
maka rumus luas persegi Adalah
L = s x s = s2
Dengan 
s = panjang sisi persegi
Contoh Soal Luas dan Keliling Persegi
Diketahui persegi ABCD dengan panjang sisi 8 cm. Ditanya
keliling dan luas persegi ABCD.
Penyelesaian:
a. K = 4s
    =4x8
        = 32
Jadi keliling persegi ABCD adalah 32 cm.
b. L = s2
  L=8x8
       = 64
Jadi luas persegi ABCD adalah 64 cm2

b. Persegi Panjang

Adalah bangun datar dua dimensi yang dibentuk oleh dua pasang

rusuk yang masing-masing sama panjang dan sejajar dengan

pasangannya, dan memiliki empat buah sudut yang kesemuanya

adalah sudut siku-siku.

Gambar 1.3

16
 Rumus Keliling Persegi Panjang.
Keliling persegi panjang adalah jumlah sisi-sisi persegi panjang
atau jumlah panjang keempat sisinya. 
Pada Gambar persegi panjang di atas, keliling ABCD = AB +
BC + CD + DA pada persegi panjang. Sisi yang lebih panjang
disebut panjang yang dinotasikan dengan p, dan sisi yang lebih
pendek disebut lebar, yang dinotasikan dengan l.
Jadi AB = CD = p dan BC = AD = l

Dengan demikian keliling persegi panjang ABCD, dirumuskan

dengan

K = p + p + l + l = 2p + 2l = 2(p + l)

K = 2(p + l)

Dengan:

p = Panjang

l = Lebar

k = Keliling

 Rumus Luas Persegi Panjang


Pada Gambar di bawah ini, ABCD adalah persegi panjang
dengan panjang 5 persegi satuan dan lebar 4 persegi satuan.

Gambar 1.4

17
Luas persegi panjang ABCD adalah jumlah persegi satuan

yang ada di dalam daerah persegi panjang ABCD yaitu 20

satuan.

Luas ABCD yang diperoleh itu sama dengan hasil kali, panjang,

dan lebarnya.

Jadi, luas ABCD = panjang x lebar = 5 x 4 = 20.

Dari uraian di atas maka diperoleh rumus luas persegi Panjang

L=pxl

Dengan 

p=panjang

l=lebar

L = luas persegi panjang

 Contoh Soal Luas dan keliling Persegi Panjang


Diketahui persegi panjang ABCD, dengan lebar kurang 2 cm
dari panjangnya. Jika kelilingnya 36 cm, tentukanlah:
a. panjang persegi panjang ABCD dan
b. lebar persegi panjang ABCD.
Penyelesaian:
Diketahui l = (p – 2) cm dan K = 36 cm
K = 2(p + l)
36 = 2(p + p – 2)
36 = 4p – 4
40 = 4p
4p = 40

18
p = 10
Jika, panjang = 10 cm, maka lebar = 8 cm.

4. Hasil Belajar

Secara umum pengertian hasil belajar adalah perubahan perilaku

dan kemampuan secara keseluruhan yang dimiliki oleh siswa setelah

belajar, yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, dan

psikomotor (bukan hanya salah satu aspek potensi saja) yang disebabkan

oleh pengalaman.Setelah suatu proses belajar berakhir, maka siswa

memperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar mempunyai peranan penting

dalam proses pembelajaran. Tujuan utama yang ingin dicapai dalam

kegiatan pembelajaran adalah hasil belajar. Hasil belajar digunakan untuk

mengetahui sebatas mana siswa dapat memahami serta mengerti materi

tersebut.

Menurut Lindgren (dalam Suprijono, 2009: 7), hasil pembelajaran

meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Dengan demikian,

dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku

secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan

saja.

5. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan suatu acuan atau prosedur yang

akan digunakan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Joyce dalam

(Rusman,2013: 133), model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola

19
yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana

pembelajaran jangka panjang),merancang bahan-bahan pembelajaran, dan

membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.

Menurut Warsono (2012: 25) model pembelajaran adalah model

yang dipilih dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran

dan dilaksanakan dengan suatu sintaks (langkah-langkah yang sistematis

dan urut) tertentu. Hanafiah (2014: 41) model pembelajaran merupakan

salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan tingkah laku

peserta didik secara adaptif maupun generatif. Model pembelajaran erat

kaitannya dengan gaya belajar siswa (learningstyle) dan gaya mengajar

guru (teaching style).

Majid (2013: 13) model pembelajaran adalah kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar

tertentu,dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar

mengajar.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat menyimpulkan model

pembelajaran adalah suatu prosedur yang akan digunakan dalam

mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar siswa dan

gaya mengajar guru.Model pembelajaran juga berfungsi sebagai pedoman

bagi guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

6. Pengertian Model Pembelajaran VAK

20
Model pembelajaran visual auditory kinesthetic (VAK) adalah

model pembelajaran yang mengoptimalkan tiga gaya belajar yang berupa

visual, auditory,dan kinesthetic untuk menjadikan siswa merasa

nyaman.VAK merupakan tiga modalitas yang dimiliki oleh setiap

manusia. Ketiga modalitas tersebut kemudian dikenal sebagai gaya

belajar.Gaya belajar merupakan kombinasi dari bagaimana seseorang

dapat menyerapdan kemudian mengatur serta mengolah informasi

(DePorter, 2013: 112).

Russel (2011:40) menjelaskan model pembelajaran VAK yaitu

suatu model pembelajaran dengan memanfaatkan potensi/gaya belajar

yang

dimiliki siswa dengancara melatih dan mengembangkan secara optimal

gaya belajar siswa agar hasil belajar meningkat.Adapun potensi yang

dimiliki siswa dan harus dikembangkan sebagai berikut.

a. Visual

Visual merupakan gaya belajar siswa dengan menggunakan indra mata

melalui mengamati, gambar, alatperaga, dan media pembelajaran.

b. Auditori

Auditori merupakan gaya belajar siswa melalui cara mendengar,

menyimak, berbicara, presentasi, mengemukakan pendapat, gagasan,

menanggapai, dan berargumentasi.

c. Kinestetik

Kinestetik merupakan gaya belajar siswa melalui aktivitas fisik dan

21
keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran.

Aqib (2011:70) menyebutkan cara belajar peserta didik sesuai dengan

gaya belajar yang dimiliki,yaitu:

a. Visual

1) Catatan dan ands-out.

2) Buku berilustrasi.

3) Menggunakan warna untuk tulisan yang dianggap penting.

4) Menghafal dengan asosiasi gambar

b. Auditory

1) Mengutamakan pendengaran dalam kegiatan belajar.

2) Merekam lebih efektif.

3) Membaca dengan bersuara, merangkai materi dengan musik.

4) Menulis dan menghafal dengan bersuara, seperti bercerita.

c. Kinesthetic

1) Melakukan aktivitas fisik selama menghafal atau belajar.

2) Membaca sambil menunjuk tulisan dengan jari.

3) Lebih menyukai praktikum dan bermain peran.

4) Menerima pembelajaran dari global kedetail.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa model

pembelajaran VAK adalah model pembelajaran yang mengoptimalkan

pada tiga gaya belajar yaitu visual,auditory, dan kinesthetic. Guru dapat

mengkombinasikan ketiga gaya belajarini pada saat proses pembelajaran

22
berlangsung dikelas sehingga aktivitas belajar akan lebih optimal dan

menciptakan suasana belajaryang efektif, variatif,dan menyenangkan.

7. Langkah-Langkah Model Pembelajaran VAK

Menurut Russel (2011: 45) menjelaskan langkah-langkah model

pembelajaran VAK yaitu:

a. Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan), guru memberikan

motivasi untuk membangkitkan minat peserta didik dalam

belajar,dan meningkatkan motivasi peserta didik.

b. Tahap penyampaian dan pelatihan (kegiatan inti pada eksplorasi

dan elaborasi)

c. Pada kegiatan inti, guru mengarahkan peserta didik untuk ikut

aktif dalam pembelajaran yang baru secara mandiri,

menyenangkan, relevan, melibatkan panca indera yang sesuai

dengan gaya belajar VAK, misalnya

1) Visual

a) Guru menggunakan materi visual.

b) Guru menggunakan aneka warna agar lebih menarik.

c) Peserta didik melihat gambar yang ditampilkan guru.

d) Guru menugaskan kepada peserta didik untuk

mengilustrasikan ide-idenya kedalam gambar.

2) Auditory

a) Guru menggunakan variasi vokal dalam mengajar.

b) Guru menyanyikan lagu yang berhubungan dengan

23
materi.

c) Guru dan peserta didik bersama-sama menyanyikan lagu

tersebut.

d) Peserta didik melihat dan mendengarkan video

e) Guru menjelaskan materi yang ada pada video

pembelajaran

3) Kinesthetic

a) Guru menggunakan alat bantu mengajar (media

pembelajaran) untuk menumbuhkan rasa ingin tahu

peserta didik.

b) Guru memperagakan materi, kemudian peserta didik

menebak gerakan yang dilakukan oleh guru.

c) Peserta didik secara berkelompok menampilkan gerakan

yang berhubungan dengan materi pembelajaran,

kemudian meminta kelompok lain untuk menebak

gerakan tersebut.

d) Guru memberikan kebebasan pada peserta didik untuk

belajar sambil berjalan-jalan.

d. Tahap Akhir

Pada tahap akhir,guru memberikan penguatan kesimpulan

tentang materi pembelajaran, guru memberikan informasi

tentang materi yang akan datang kemudian guru mengakhiri

pembelajaran dengan berdoa.

24
Menurut Ngalimun (2012: 6) langkah-langkah dalam

model pembelajaran VAK sebagai berikut.

a) Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan)

Pada kegiatan pendahuluan, guru memberikan motivasi untuk

membangkitkan minat peserta didik dalam belajar, memberikan

perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang

kepada peserta didik, dan menempatkan mereka dalam situasi

optimal untuk menjadikan peserta didik lebih siap dalam

menerima pelajaran.

b) Tahap penyampaian (kegiatan inti pada eksplorasi)

Pada kegiatan inti guru mengarahkan peserta didik untuk

menemukan materi pelajaran yang baru secara mandiri,

menyenangkan, relevan, melibatkan panca indera, yang sesuai

dengan gaya belajar VAK. Tahap ini biasa disebut eksplorasi.

c) Tahap pelatihan (kegiatan inti pada elaborasi)

Pada tahap pelatihan, guru membantu peserta didik untuk

mengintegrasi dan menyerap pengetahuan serta keterampilan

baru dengan berbagai cara yang disesuaikan dengan gaya belajar

VAK.

d) Tahap penampilan hasil (kegiatan inti padakonfirmasi)

Tahap penampilan hasil merupakan tahap seorang guru

membantu peserta didik dalam menerapkan dan memperluas

pengetahuan maupun keterampilan baru yang mereka dapatkan,

25
pada kegiatan belajar sehingga hasil belajar mengalami

peningkatan.

Berdasarkan uraian para ahli diatas,dalam penelitian ini peneliti

menggunakan langkah-langkah pembelajaran VAK sesuai dengan yang

dijelaskan oleh Russel. Adapun langkah-langkah pembelajarannya

sebagai berikut yaitu tahap persiapan (kegiatan pendahuluan), tahap

penyampaian dan pelatihan (kegiatan inti pada eksplorasi dan elaborasi),

dan tahap akhir (kegiatan inti pada konfirmasi), karena pada langkah-

langkah ini membantu guru untuk mengetahui bagaimana cara perlakuan

terhadap masing-masing gaya belajar siswa. Langkah-langkah

pembelajaran sesuai dengan pembelajaran matematika yang akan

dilakukan di sekolah dasar dibandingkan dengan langkah-langkah

pembelajaran dari pendapat lain.

H. Asumsi dan Hipotesis

1. Asumsi

Asumsi atau anggapan dasar yang digunakan peneliti kepada peserta

didik kelas VII MTs Negeri 1 Kotabaru adalah sebagai berikut :

a. Materi yang diajarkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

b. Peserta Didik yang diteliti mempunyai kemampuan dasar yang

relatif dan mampu mengikuti sistem pembelajaran dengan baik.

26
2. Hipotesis

Hipotesis adalah pendapat yang kebenarannya masih diragukan. Untuk

bisa memastikan kebenaran dari pendapat tersebut, maka suatu hipotesis

harus diuji atau dibuktikan kebenarannya. Adapun hipotesisnya adalah

sebagai berikut :

H0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa

kelas VII MTs Negeri 1 Kotabaru terhadap materi persegi dan

persegi panjang setelah menggunakan model pembelajaran

Visualization, Auditory, Kinestetic (VAK).

Ha : Ada pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas

VII MTs Negeri 1 Kotabaru terhadap materi persegi dan persegi

panjang setelah menggunakan model pembelajaran Visualization,

Auditory, Kinestetic (VAK).

I. Variabel Penelitian

“Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”

(Sugiono, 2016: 38).

Berdasarkan dari hal itu maka peneliti menetapkan 2 variabel

sebagai berikut :

1. Variabel Independen (Variabel Bebas)

27
Variabel ini sering disebut dengan variabel stimulus, predictor,

antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas.

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiono, 2016:

39).

Berdasarkan dari hal tersebut penulis merumuskan bahwa menjadikan

variabel independent (bebas) dalam penelitian ini adalah model

pembelajaran Visualization, Auditory, Kinestetic (VAK) yang

mengandalkan indera peserta didik.

2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Dijelaskan oleh Sugiono (2010: 4) yang mengatakan bahwa variabel

dependen “sering disebut sebagai variabel output, criteria, konsekuen.

Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel

terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena

adanya variabel bebas”.

Berdasarkan dari pernyataan tersebut maka penulis merumuskan bahwa

yang menjadi variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah hasil

belajar peserta didik kelas VII MTs Negeri 1 Kotabaru.

J. Batasan Istilah

Agar tidak menjadi kesalahpahaman dalam memahami maksud

dari beberapa istilah dalam proposal ini, maka peneliti memuatkan beberapa

daripadanya sebagai berikut :

28
1. Menurut Ensiklopedi Pendidikan Indonesia menyebutkan :Pendidikan

adalah sebagai proses membimbing manusia atau anak didik dari

kegelapan, ketidaktahuan, kebodohan, dan kecerdasan pengetahuan.

2. Menurut Sudarwan Danim (2010: 1) “Peserta didik merupakan sumber

utama dan terpenting dalam proses pendidikan formal”.

3. Model pembelajaran visua lauditory kinesthetic (VAK)adalah model

pembelajaran yang mengoptimalkan tiga gaya belajar yang berupa visual,

auditory,dan kinesthetic untuk menjadikan siswa merasa nyaman VAK

merupakan tiga modalitas yang dimiliki oleh setiap manusia. Ketiga

modalitas tersebut kemudian dikenal sebagai gaya belajar. Gaya belajar

merupakan kombinasi dari bagaimana seseorang dapat menyerap dan

kemudian mengatur serta mengolah informasi (DePorter, 2013: 112).

K. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif.

Sedangkan jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian

eksperimen (experimental research), yaitu penelitian yang ditujukan untuk

meneliti hubungan sebab akibat dengan memanipulasi satu (atau lebih)

variabel pada kelompok eksperimental, dan membandingkan hasilnya

dengan kelompok kontrol yang tidak mengalami manipulasi.

2. Waktu Penelitian

Adapun waktu penelitian ini akan dilaksanakan antara bulan Maret-Mei.

3. Desain Penelitian

29
Adapun desain eksperimen yang digunakan adalah control group pre-test-

post-test.

Gambar 2.1

Pola control group pre-test-post-test.


E O1 X1 O2
K O3 X2 O4

Keterangan :

E : Kelompok Eksperimen

K : Kelompok kontrol

O1 : Pre-Test kelompok eksperimen

O2 : Kelompok Post-Test eksperimen

O3 : Pre-Test kelompok kontrol

O4 : Post-Test kelompok kontrol

X1 : perlakuan pada kelompok eksperimen

X2 : perlakuan pada kelompok kontrol

4. Penentuan Sumber Data

Secara garis besar ada dua teknik penentuan sumber data penelitian, yakni

teknik populasi dan sampling. Teknik populasi biasanya digunakan

apabila sumber data yang ada tidak begitu banyak jumlahnya dan bisa

dijangkau oleh peneliti. Sedangkan teknik sampling digunakan apabila

sumber data terlalu banyak dan peneliti merasa tidak sanggup menjangkau

30
semua itu. Untuk sumber data dalam penelitian diambil dari siswa kelas

VII MTs Negeri 1 Kotabaru.

5. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tiga macam teknik

pengumpulan data, yaitu observasi, tes dan dokumentasi.

a) Observasi

Karl Weick (dikutip dari Seltiz, Wrightsman dan Cook, 1976:256)

mendefinisikan observasi sebagai pemilihan, pengubahan,

pencatatan dan pengodean serangkaian perilaku dan suasana

organisme in situ, sesuai dengan tujuan-tujuan empiris. Observasi

berguna untuk menjelaskan, memberikan dan merinci gejala yang

terjadi. Dalam hal ini penulis mengamati keadaan sekolah secara

fisik dan pembelajaran matematika yang ada di sekolah.

b) Tes

Tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang diberikan

kepada individu atau sekelompok individu, dengan maksud untuk

membandingkan kecakapan peserta didik, satu dengan yang lain.

Dalam hal ini tes digunakan untuk mengetahui kemampuan peserta

didik dalam pembelajaran matematika sebelum dan sesudah di

berlakukan perlakuan (treatment), yaitu dalam bentuk pre-test dan

post-test. Test ini di berlakukan bagi kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen.

c) Dokumentasi

31
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti barang-

barang tertulis. Dalam melaksanakan teknik dokumentasi,

peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.

Metode dokumentasi ini penulis gunakan untuk memperoleh data-

data yang ada di sekolah mengenai struktur organisasi, keadaaan

guru, keadaan karyawan, keadaan siswa, serta sarana dan prasarana

yang ada di kelas.

6. Pengkajian Instrumen

Dalam penelitian, data memiliki kedudukan yang sangat tinggi karena data

merupakan penggambaran variabel yang diteliti,, dan berfungsi sebagai

alat pembuktian hipotesis. Apabila tidak benar, itu akan mempengaruhi

hasil penelitian. Benar tidaknya data dipengaruhi oleh baik tidaknya

instrumen pengumpulan data. Instrumen yang baik harus memiliki dua

persyaratan penting valid dan reliabel.

a) Validitas

Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa

yang diinginkan dan tinggi rendahnya validitas instrumen

menunjukan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang

dari gambaran variabel yang dimaksud.

Validitas yang dipenuhi dalam penelitian ini adalah validitas

empiris (empirical validity). Validitas ini biasanya menggunakan

teknik statistik. Dalam uji validitas ini peneliti menggunakan

software iteman.

32
b) Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel

berarti dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan. Adapun dalam uji

reliabilitas ini, penulis menggunakan software SPSS 16 dengan

acuan Alpha Cronbach.

7. Persyaratan Analisis Data

Sebelum menganalisis data, peneliti perlu memperhatikan data yang

diolah. Dalam hal ini peneliti mengolah data dengan menggunakan

software SPSS 16, bukan dengan cara manual. Adapun persyaratannya

adalah data harus berdistribusi normal dan sampelnya homogen.

a) Uji Normalitas Sebaran

Uji normalitas sebaran digunakan untuk memeriksa apakah sampel

berdistribusi normal atau tidak. Karena sampel disini akan

mewakili populasi yang ada.

b) Uji Homogenitas Varian


Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui seragam atau

tidaknya variansi sampel-sampel yang diambil dari populasi yang

sama.

8. Metode Analisis Data

Untuk menganalisis data yang diperoleh dari lapangan, penulis

menggunakan metode analisis kuantitatif atau biasa disebut dengan

33
analisis statistik, yaitu analisis yang menggunakan alat analisis yang

bersifat kuantitatif, berupa alat analisis yang menggunakan model-model.

L. Sistematika Penulisan

A. Halaman sampul muka

B. Halaman Judul

C. Halaman Persembahan

D. Halaman Motto

E. Halaman Pengesahan

F. Lembar Bukti Telah disidangkan

G. Pernyataan tentang keaslian Isi Skripsi

H. Kata Pengantar

I. Abstrak

J. Daftar Isi

K. Daftar Tabel

L. Daftar Gambar

M. Daftar lampiran

N. BAB I : Pendahuluan

O. BAB II : Kajian Pustaka

P. BAB III : Metode Penelitian

Q. BAB IV : Hasil dan Pembahasan

R. BAB V : Penutup

S. Daftar Pustaka

T. Lampiran-lampiran

34
U. Riwayat Hidup

M. Agenda Kegiatan

N Waktu
kegiatan Jan Feb Mar Apr mei jun Jul Ags
O
1 Pengumpulan Judul

2 Penetapan Judul Skripsi


Penetapan Dosen
3
Pembimbing
Konsultasi Proposal
4
Skripsi
Pengumpulan Proposal
5
Skripsi
Penetapan Jadwal Seminar
6
Skripsi
7 Seminar Proposal Skripsi
Rekomendasi / Izin
8
Penelitian Skripsi
9 Penelitian Skripsi
Masa

10 Penyelesaian/Bimbingan

Skripsi
11 Pengumpulan Skripsi
Penetapan Jadwal Sidang
12
Skripsi
13 Ujian Skripsi

14 Revisi Skripsi
Pengumpulan Skripsi
15
(Hardcopy dan Softcopy )

35

Anda mungkin juga menyukai