M
DENGAN HIPERTENSI DI SUMBER AGUNG, BURIKAN, CAWAS
KLATEN
DISUSUN OLEH
ADRIANI
PB1801003
2. Klasifikasi hipertensi
a. Klasifikasi berdasarkan etiologi
Klasifikasi hipertensi berdasarkan etiologi menurut Wijaya dan Putri (2013) :
1) Hipertensi essensial (primer)
Merupakan 90% dari kasus penderita hipertensi, dimana sampai saat ini belum
diketahui penyebabnya secara pasti. Beberapa factor yang berpengaruh dalam
terjadinya hipertensi essensial, seperti : factor genetic, stress dan psikologis,
serta factor lingkungan dan diet (peningkatan penggunaan garam dan
berkurangnya asupan kalium dan kalsium).
2) Hipertensi sekunder
Pada hipertensi sekunder, penyebab dan patofisiologi dapat diketahui
dengan jelas sehingga lebih mudah untuk dikendalikan dengan obat-obatan.
Penyebab hipertensi sekunder diantaranya berupa kelainan ginjal seperti
tumor, diabetes, kelainan adrenal, kelainann aorta, kelainan endokrin lainya
seperti obesitas, resistensi insulin, hipertiroidtisme, dan pemakaian obat-
obatan seperti kontrasepsi oral dan kortikosteroid.
b. Klasifikasi berdasarkan derajat hipertensi :
Hipertensi menurut Adib (2009) dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasi
tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun ke atas yaitu sebagai berikut :
Tabel 1.Klasifikasi Tekanan Darah Orang Dewasa Berusia ≥18 Tahun
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolic (mmHg)
Normal <130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi
Stadium 1 ( ringan) 140-159 90-99
Stadium 2 (sedang) 160-179 100-109
Stadium 3 (berat) 180-209 110-119
Stadium 4 (sangat
≥210 ≥120
berat)
Sumber : Adib (2009)
Derajat hipertensi berdasarkanThe SeventhReport of The Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure(JNC VII) :
Table 2. Klasifikasi hipertensi menurut JNC VII
Tekanan Sistolik Tekanan Diastolic
Derajat
(mmHg) (mmHg)
Normal <120 dan <80
Pre hipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159 atau 90-99
Hipertensi derajat 2 ≥160 atau ≥100
Sumber :Wijaya dan Putri (2013)
Batasan hipertensi pada orang dewasa berdasarkan tekanan darah sistolik dan
diastolic menurut perhimpunan hipertensi Indonesia (PHI), yaitu :
Table 3. Klasifikasi hipertensi menurut PHI
Tekanan Sistol Tekanan Diastol
Kategori
(mmHg) (mmHg)
Normal <120 dan <80
Pre hipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 atau 90-99
Hipertensi tahap 2 ≥160-179 atau ≥100
Hipertensi Sistol
≥140 dan ≤90
Terisolasi
Sumber : Sani, 2008
3. Manifestasi Klinis Hipertensi
Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun
pada seseorang dengan tekanan darah yang normal hipertensi yaitu sakit kepala,
pusing, gelisah, jantung berdebar, perdarahan hidung, sukar tidur, sesak nafas, cepat
marah, telinga berdenging, tekuk terasa berat, berdebar dan sering kencing di malam
hari. Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai meliputi gangguan
penglihatan, saraf, jantung, fungsi ginjal dan gangguan serebral (otak)
yangmengakibatkan kejang dan perdarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan
kelumpuhan, ganguan kesadaran hingga koma (Wijaya dan Putri, 2013).
5. Patofisiologi Hipertensi
Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh darah pada dinding pembuluh
darah. Pengaturan tekanan darah adalah proses yang komplek menyangkut
pengendalian ginjal terhadap natrium dan retensi air, serta pengendalian system saraf
terhadap tonus pembuluh darah. Ada dua factor utama yang mengatur tekanan darah,
yaitu darah yang mengalir dan tahanan pembuluh darah perifer.Darah yang mengalir
ditentukan oleh volume darah yang dipompakan oleh ventrikel kiri setiap kontraksi
dan kecepatan denyut jantung.Tekanan vaskuler perifer berkaitan dengan besarnya
lumen pembuluh darah perifer.Makin sempit pembuluh darah, makin tinggi tahan
terhadap aliran darah.Jadi, semkain menyempit pembuluh darah, semakin meningkat
tekanan darah.
Dilatasi dan kontraksi pembuluh-pembuluh darah dikendalikan oleh system saraf
simpatis dan sistem renin-angiostensin. Apabila system saraf simpatis dirangsang,
katekolamin seperti epineprin dan norepinephrine akan dikeluarkan. Kedua zat kimia
ini menyebabkan kontraksi pembuluh darah meningkatnya curah jantung dan
kekuatan kontraksi ventrikel.Sama halnya pada system renin-angiotensin, yang
apabila distimulasi juga menyebabkan vasokontriksi pada pembuluh-pembuluh darah
(Baradero, 2008 h.51).Pada lanjut usiapatofisiologi terjadinya hipertensi berbeda
dengan yang terjadi pada dewasa muda. Factor yang berperan terhadap terjadinya
hipertensi pada lanjut usia adalah (Darmojo, 2010) :
a. Renin : Tingginya kadar renin menyebabkan vasokontriksi dan peningkatan
volume darah (akibat meningkatnya retensi garam dan cairan pada ginjal),
mengakibatkan tingginya kadar tekanan darah.
b. Peningkatan sensitivitas terhadap asupan garam : Dengan bertambahnya usia
semakin sensitif terhadap peningkatan atau penurunan kadar natrium. Ini
menyebabkan penurunan fungsi ginjal dengan penurunan perfusi ginjal dan laju
filtrasi glomerulus.Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer : Akibat proses
menua akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer yang mengakibatkan
hipertensi sistolik.
c. Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer akibat proses menua akan
meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer yang pada akhirnya
mengakibatkan hipertensi sistolik saja (ISH).
d. Perubahan ateromatous : Akibat proses menua menyebabkan disfungsi endotel
yang berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin dan substansi kimiawi lain yang
kemudian menyebabkan resorbi natrium di tubulus ginjal, meningkatkan proses
sklerosis pembuluh darah perifer dan keadaan lain berhubungan dengan kenaikan
tekanan darah.
6. Pathway
7. Komplikasi Hipertensi
Menurut Aspiani (2015 h.220) hipertensi memiliki potensi menjadi komplikasi
berbagai penyakit.Komplikasi hipertensi tersebut diantaranya adalah stroke
hemoragik, penyakit jantung hipertensi, penyakit arteri koronaria, aneurisma, gagal
ginjal, dan ensefalopati hipertensi.
a. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah pecah sehingga aliran darah
yang normal menjadi terhambat sehingga darah merembes pada suatu daerah di
otak dan merusaknya. Sekitar 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada pasien
hipertensi. Pembuluh darah menjadi lemah dan mudah pecah akibat tekanan pada
pembuluh darah yang lebih besar pada penderita hipertensi.Pecahnya pembuluh
darah di otak dapat menyebabkan sel-sel otak yang seharusnyamendapatkan asupan
oksigen dan nutrisi yang dibawa melalui pembuluh darah tersebut menjadi
kekurangan dan akhirnya mati.
b. Penyakit Jantung
Bertambahnya beban jantung akibat meningkatnya resistensi terhadap
pemompaan darah dari ventrikel kiri terjadi seiring dengan tekanan darah yang
meningkat.Hal tersebut juga mengakibatkan hipertrofi ventrikel kiri untuk
meningkatkan kontraksi.Hipertrofi ditandai dengan bertambahnya ketebalan
dinding, fungsi ruang yang memburuk, dan dilatasi ruang jantung.
c. Penyakit Arteri Koronari
Hipertensi merupakan faktor risiko utama terjadinya arteri koronaria, bersama
dengan diabetes melitus.Plak terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah arteri
koronaria kiri, arteri koronaria kanan, dan jarang pada arteri siromfleks.Aliran
darah mengalami obstruksi permanen akibat akumulasi plak atau
penggumpalan.Pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium terhambat akibat sirkulasi
kolateral berkembang di sekitar obstruksi arteromasus.Kegagalan sirkulasi
kolateral sebagai penyedia suplai oksigen yang adekuat ke sel yang berakibat
terjadinya arteri koronaria.
d. Aneurisma
Aneurisma dapat terjadi karena pelebaran pembuluh darah akibat dinding
pembuluh darah aorta terpisah atau disebut aorta disekans.Sakit kepala yang hebat
serta sakit di perut sampai pinggang bagian belakang dan di ginjal adalah gejala
dari penyakit aneurisma. Aneurisma pada perut dan dada penyebab utamanya
pengerasan dinding pembuluh darah karena proses penuaan (aterosklerosis) dan
tekanan darah tinggi memicu timbulnya aneurisma.
e. Gagal Ginjal
Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis dimana terjadi kerusakan ginjal
yang progresif dan tidak dapat diperbaiki dari berbagai penyebab.Salah satunya
pada bagian yang menuju kardiovaskuler.Mekanisme terjadinya hipertensi pada
gagal ginjal kronis karena penimbunan garam dan air, atau sistem renin-
angiotensin-aldosteron (RAA).
f. Ensefalopati Hipertensi
Ensefalopati hipertensi merupakan suatu keadaan peningkatan parah tekanan
arteri disertai dengan mual, muntah, dan nyeri kepala yang belanjut ke koma dan
disertai tanda klinik difisit neurologi.Jika tidak segera ditangani ensefalopati
hipertensi dapat berlanjut menjadi stroke, ensefalopati menahun, atau hipertensi
maligna dengan sifat reversibilitas jauh lebih lambat dan jauh lebih meragukan.
8. Penatalaksanaan
a. Farmakologis
Terapi farmakologis merupakan terapi dengan menggunakan obat-obatan yang
dapat membantu menurunkan serta menstabilkan tekanan darah, serta menurunkan
risiko terjadinya komplikasi akibat hipertensi.
Berdasarkan Syamsudin (2011) Obat anti hipertensi dapat dibagi :
1) Diuretik Tiazid
Diuretik tiazid seperti hidroklorotiazid sering diberikan sebagai terapi
hipertensi baris pertama.Diuretik tiazid adalah diuretik dengan potensi
menengah yang dapat menurunkan tekanan darah, dimulai dengan peningkatan
ekskresi natrium dan air sehingga volume ekstrasel menurun diikuti dengan
penurunan isi sekuncup jantung dan aliran darah ginjal.Obat-obat ini melawan
retensi natrium dan air yang dapat terjadi bersama obat lain yang digunakan
dalam pengobatan hipertensi.
2) Beta Blocker
Beta blocker memblok beta-adrenoseptor dan biasanya digunakan sebagai
terapi hipertensi baris pertama.Reseptor diklasifikasikan menjadi reseptor beta-1
dan reseptor beta-2.Reseptor beta-1 dapat ditemukan di ginjal, dan utama pada
jantung.Reseptor beta-2 dapat ditemukan di jantung, dan banyak terdapat pada
paru-paru, pembuluh darah perifer, dan otot lurik.Reseptor beta juga dapat
ditemukan di otak. Stimulasi reseptor beta pada otak dan perifer akan
menyebabkan peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akibat pelepasan
neurotransmitter. Efek akhirnya adalah peningkatan cardiac output, peningkatan
tahanan perifer dan peningkatan sodium yang diperantarai aldosteron dan
retensi air. Terapi beta blocker akan mengantagonis semua efek tersebut
sehingga terjadi penurunan tekanan darah.
3) ACE Inhibitor
Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEi) adalah obat yang
diberikan sebagai terapi anti hipertensi yang dianjurkan ketika obat baris
pertama merupakan kontraindikasi atau tidak efektif.ACEi menurunkan tekanan
darah dengan mengurangi resistensi vaskular perifer tanpa meningkatkan curah
jantung, kecepatan dan kontraktilasi.
4) Alpha Blocker
Alpha blocker memblok adrenoseptor alfa-1 perifer.Alpha blocker terdiri
dari doksazosin, prazosin, dan terazosin.Obat-obat ini menurunkan resistensi
vaskular perifer dan menurunkan tekanan darah arterial dengan menyebabkan
relaksasi otot polos arteri dan vena.Obat-obatan ini dapat menyebabkan
perubahan curah jantung, aliran darah ginjal, dan kecepatan filtrasi glomerulus
sehingga takikardia jangka panjang dan pelepasan renin tidak terjadi.Efek
samping yang muncul dapat berupa hipotensi postural yang sering terjadi pada
pemberian dosis pertama kali.
b. Non Farmakologis
Penatalaksanaan hipertensi secara non farmakologis menurut Aspiani (2015) antara
lain :
1) Diet Rendah Garam
Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraseluler tubuh yang
memiliki fungsi menjaga keseimbangan cairan dan asam basa tubuh serta
berperan dalam transmisi saraf dan kontraksi otot.Konsumsi natrium berlebih
dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan tubuh sehingga dapat
menyebabkan edema dan/atau hipertensi.
2) Diet Rendah Lemak
Konsumsi lemak berlebih dapat meningkatkan risiko kejadian hipertensi,
terutama lemak jenuh. Konsumsi lemak jenuh berlebih dapat mengakibatkan
kadar lemak dalam tubuh meningkat, terutama kolesterol. Kolesterol yang
berlebih akan menumpuk pada dinding pembuluh darah sehingga
mengakibatkan aliran darah tersumbat dan tekanan darah menjadi meningkat.
3) Berhenti Merokok
Kandungan nikotin di dalam rokok sangat berbahaya. Nikotin akan masuk
ke dalam aliran darah dan masuk ke otak. Otak memberikan sinyal kepada
kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon adrenalin. Hormon adrenalin akan
menyempitkan pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat. Gas karbon
monoksida dapat menyebabkan pembuluh darah tegang dan kondisi kejang otot
sehingga tekanan darah naik. Rokok sebanyak 2 batang mampu meningkatkan
10 mmHg tekanan darah sistolik dan diastolik. Peningkatan tekanan darah akan
menetap hingga 30 menit setelah berhenti menghisap rokok. Pada saat efek
nikotin hilang secara perlahan, maka tekanan darah juga menurun perlahan.
Namun, pada perokok berat, tekanan darah akan selalu berada pada level tinggi.
4) Manajemen Stres
Stres adalah respon alami dari tubuh dan jiwa seseorang pada saat
seseorang mengalami tekanan dari lingkungan. Stres berkepanjangan akan
menyebabkan ketegangan dan kekhawatiran terus-menerus. Hal tersebut dapat
merangsang tubuh mengeluarkan hormon adrenalin yang menyebabkan jantung
menjadi berdetak lebih cepat dan kuat sehingga tekanan darah meningkat.
5) Olahraga
Dalam ambardani (2009), secara psikologis, olahraga dapat meningkatkan
mood, mengurangi resiko pikun, dan mencegah depresi. Secara social, olahraga
dapat mengurangi ketergantungan pada orang lain, mendapat banyak teman, dan
meningkatkan produktivitas. Olahraga dan latihan pergerakan secara teratur
sangat penting bagi lansia karena dapat menanggulangi masalah akibat
perubahan fungsi tubuh, dan olahraga sangat berperan penting dalam
pengobatan tekanan darah tinggi. Salah satu olahraga untuk lansia adalah senam
bugar lansia, senam bugar lansia mampu meningkatkan kesegaran jasmani,
mendorong jantung bekerja secara optimal, melancarkan sirkulasi darah,
memperkuat otot, mencegah pengeroposan tulang, membakar kalori,
mengurangi stress dan menurunkan tekanan darah.
9. Diit hipertensi
a. Diet Hipertensi diberikan kepada pasien dengan tekanan darah di atas normal
1) Tujuan diet
a) Membantu menurunkan tekanan darah
b) Membantu menghilangkan penimbunan cairan dalam tubuh atau edema
atau bengkak
2) Syarat diet:
a) Makanan beraneka ragam mengikuti pola gizi seimbang
b) Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita
c) Jumlah garam disesuaikan dengan berat ringannya penyakit dan obat yang
diberikan
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian secara Umum
a. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur, Jenis
Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku, Keluarga/orang
terdekat, alamat, nomor registrasi.
b. Riwayat atau adanya factor resiko
1) Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
2) Penggunaan obat yang memicu hipertensi
c. Aktivitas / istirahat
1) Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.
2) Frekuensi jantung meningkat
3) Perubahan irama jantung
4) Takipnea
d. Integritas ego
1) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau marah
kronik.
2) Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan dengan
pekerjaan).
e. Makanan dan cairan
1) Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng,keju,telur)gula-
gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
2) Mual, muntah.
3) Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).
f. Nyeri atau ketidak nyamanan
1) Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung)
2) Nyeri hilang timbul pada tungkai.
3) Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
4) Nyeri abdomen.
Pengkajian Persistem
a. Sirkulasi
1) Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau katup
dan penyakit cerebro vaskuler.
2) Episode palpitasi,perspirasi.
b. Eleminasi
1) Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obtruksi atau
riwayat penyakit ginjal masa lalu.
c. Neurosensori
1) Keluhan pusing.
2) Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan menghilang
secara spontan setelah beberapa jam).
d. Pernapasan
1) Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja
2) Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
3) Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
4) Riwayat merokok
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
c. Curah Jantung, resiko tinggi terhadap hipertensi berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokontriksi
3. Intervensi
Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK
1. Intervensi : Mempertahankan tirah baring selama fase akut
Rasional : Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi
2. Intervensi : Berikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit
kmepala, misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher,
tenang, redupkan lampu kamar, tekhnik relaksasi.
Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vascular serebral dan yang
memperlambat atau memblok respons simpatis efektif dalam menghilangkan
sakit kepala dan komplikasinya
3. Intervensi : Hilangkan atau minimalkan aktivitas fase kontriksi yang dapat
meningkatkan sakit kepala, misalnya mengejam saat bab, batuk panjang,
membungkuk
Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit
kepala pada adanya peningkatan tekanan vascular cerebral
Dx 2 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
1. Intervensi : kaji respon pasien terhadap aktivitas,perhatikan frequency nadi
lebih dari 20 kali per menit diatas frequency istirahat : peningkatan tekan
darah yang nyata selama atau sesudah aktivitas ( tekanan sistolik meningkat
40 mmhg atau tekanan diastolic meningkat 20 mmhg) dispnea atau nyeri
dada : kelemahan dan keletihan yang belebihan :pusing atau pingsan.
Rasional : menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon
fisiologi terhadap stress, aktivitas bila ada merupakan indikator dari
kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.
2. Intervensi : instruksikan pasien tentang teknik penghematan energy,
misalnya menggunakan kursi saat mandi,duduk saat menyisir rambut atau
menyikat gigi,melakukan aktivitas dengan perlahan.
Rasional : teknik memghemat energy mengurangi penggunaan energy, juga
membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
DX 3 : Curah Jantung, resiko tinggi terhadap hipertensi berhubungan
dengan peningkatan afterload, vasokontriksi
1. Intervensi: pantau TD.ukur pad kedua tangan atau paha untuk evaluasi
awal.gunakan ukuran manset yang tepat dan teknik yang akurat.
Rasional : perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih
lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vascular. Hipertensi berat
diklasifikasikan pada orang dewasa sebagai peningkatan tekanan
diastolic sampai 130, hasil pengukuran diastolic diatas 130
dipertimbangkan sebagai penigkatan pertama, kemudian
maligna.Hipertensi sistolik juga merupakan faktor resiko yang di tentukan
untuk penyakit cerebrovaskular dan penyakit iskemi jantung bila tekanan
diastolic 90-115.
A. DATA KELUARGA
1. Nama Kepala Keluarga (KK) : Tn. N
2. Umur : 76 tahun
3. Alamat dan telepon : Sumber Agung, Burikan, Cawas
4. Pekerjaan KK : Sopir
Ny. T
62 tahun
Keterangan :
C. DATA LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah
Keluarga menempati rumahnya dengan ukuran rumah 20 meter x 7 meter,
jumlah kamar dalam rumah tersebut ada 3 kamar, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga,
ada ventilasi disetiap ruangan. Penataan rumah tidak berantakan. Penerangan
dengan lampu putih. Kondisi bangunan cukup baik. Lantai sudah di plester, tidak
terdapat ternit di atas. Dinding sudah terbuat dari tembok. Air minum dari air
hujan dan membeli air galon isi ulang, alat masak memiliki sendiri dan tidak ada
pengaman kebakaran. Kamar mandi berada di dalam rumah untuk seluruh anggota
keluarga, ada toilet di dalam kamar mandi tersebut, ada sabun sikat gigi shampoo
odol untuk mandi. Di lingkungan sekitar rumah Tn. M dekat dengan kebun akan
tetapi tidak ada serbuan serangga-serangga kecil seperti nyamuk, semut dan lalat.
Keluarga Tn. M merasa sudah nyaman dengan rumahnya karena rumahnya besar
dan fasilitas dalam rumah sudah ada semua. Anggota keluarga membuang sampah
di halaman belakang rumah dan membakarnya setelah sampah tersebut banyak.
Tn. M mengatakan sudah nyaman dan puas dengan pengaturan dan penataan
rumah seperti ini.
Denah Rumah :
7
U S 6
1
1
3
5
2
2
4
4
Keterangan :
1. Kamar tidur 1
2. Kamar tidur 2
3. Kamar tidur 3
4. Ruang tamu
5. Ruang keluarga
6. Dapur
7. Kamar mandi
D. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola komunikasi keluarga
Keseharian komunikasi antar anggota keluarga mengunakan bahasa jawa,
hubungan komunikasi dalam keluarga Tn. M sangat baik.
2. Struktur kekuatan keluarga
Dalam Keluarga Tn. M memiliki kekuatan dalam pengambilan keputusan dalam
keluarganya sendiri, namun tetap didiskusikan pada Ny.T ketika setiap ada
permasalahan yang ada dan dicari jalan keluarnya secara bersama. Saat ini Ny. T
sedang dalam proses pengobatan penyakit yang diderita sehingga bantuan material
dan psikologis juga dibantu Tn. W.
3. Struktur peran
Tn. M berperan sebagai Ayah dan kepala rumah tangga. Ny. T sebagai istri yang
bertugas sebagai ibu rumah tangga dan mencari nafkah dalam keluarganya yaitu
dengan berdagang.
4. Struktur nilai keluarga
Nilai yang dianut keluarga Tn. M adalah nilai agama dan nilai budaya yang
digunakan sebagai landasan utama dalam keluarga untuk mengatur keluarganya.
Nilai yang dianut keluarga juga memiliki kesesuaian dengan masyarakat sekitar
dimana nilai budaya juga berpengaruh penting dalam menunjang bersosialisasi di
masyarakat. Setiap anggota keluarga sangat menjunjung tinggi nilai yang dianut
dan keluarga sangat sadar jika nilai yang dianut sangat berpengaruh dalam
keluarga dan dalam mengatur setiap anggota keluarga. Jika ada keluarga Tn. M
yang sakit, dalam nilai agama keluarga mempercayai itu sebagai cobaan dari
Tuhan dan penebus dosa. Dalam nilai budaya keluarga mengobatinya dengan
langsung membawa ke Rumah sakit atau faskes terdekat.
E. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi afektif
Bila Tn. M tinggal dengan Ny. T selalu berusaha menjadi ibu yang baik dan
membersihkan rumah semampunya. Bila Ny. T merasakan sakit atau kontrol rutin
kesehatan maka segera memeriksakan kerumah sakit yang diantar oleh anaknya.
Tn. M sudah 2 tahun merasa sakit, tensi nya 180/100mmHg. Ny. T selalu
menjaga kesehatannya dengan minum obat. Bila obatnya mau habis, Ny. T
langsng periksa agar mendapatkan obat lagi. Yang biasa membawa Ny. T periksa
kesehatan yaitu cucunya. Ny. T menggunakan kartu askes. Sehingga biaya
kesehatan tidak membebani keluarga..
2. Fungsi reproduksi
Tn. M menikah dan dikaruniai 2 orang anak. Sang istri saat ini berusia 62
tahun. Tn. M tinggal berdua dengan istrinya.
3. Fungsi ekonomi
Keluarga mampu memenuhi kebutuhan sandang, papan, pangan.
Penghasilan keluarga Tn. M berasal dari sopir dan Ny. M bekerja sebagai peagang
dengan penghasilan ±Rp. 1.000.000,- /bulan untuk mencukupi kebutuhan sehari
hari.
4. Fungsi sosial
Hubungan keluarga Tn. M dengan lingkungannya cukup baik. Saat
mempunyai waktu luang maka ia sering ngobrol-ngobrol atau berinteraksi dengan
tetangga di sekitar rumah, Tn. M dan Ny. T sudah aktif mengikuti kegiatan yang
ada di masyarakat, Tn. M dan Ny. Y masih aktif mengikuti kegiatan-kegiatan
sosial yang ada dikampung.
5. Fungsi perawatan kesehatan
Tn. M beranggapan bahwa penyakit yang dideritanya adalah ujian dari Allah
Yang Maha Kuasa yang begitu sayang pada umatnya. Ny. T kontrol kesehatannya
di Puskesmas Cawas, tapi sekarang hanya pada bidan dekat rumah Ny. T sekarang
periksa kesehatannya karena jaraknya yang dekat. Tn. M dan Ny. T mengatakan
makan 3x sehari dengan porsi kecil, komponen nasi, sayur, dan kadang ditambah
lauk dan buah. Tn.M dan Ny. T mengatakan makan 3x sehari dengan porsi kecil,
komponen nasi, sayur, lauk dan ditambah buah. Ny.T kadang tidak menghiraukan
makanan apa yang dimakan karena tidak mempunyai alergi makanan serta tidak
mengetahui kandungan dalam makanan tersebut. Ny.T saat ini mendapatkan obat
dari perawat dekat rumah terhadap penyakit hipertensi yaitu obat amlodipin 10mg
1x1 dan captopril 25mg 2x1. Ny. T tidak mengalami kesulitan saat BAK dan
BAB.
Kebiasaan Ny. T istirahat setelah pulang dari pasar yaitu jam 09.00-12 wib,
untuk istirahat tidur malam Tn. M dan Ny. T sekitar jam 20.00 wib – 04.00 wib.
Keluarga Tn. M mengatakan mandi sehari 2x pagi dan sore secara mandiri.
I. ANALISA DATA
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko ketidakefektifan perfusi Jaringan perifer
2. Kesiapan Meningkatkan Manajemen Kesehatan Diri
K. SKORING
Tinggi (3)
Cukup (2)
Rendah (1)
4. Menonjolnya Masalah : 1/2x1 ½ Ny.T dapat beraktivitas sehingga semua
aktivitas didilakukan sendiri
Berat dan segera (2)
Tidak segera (1)
Tidak dirasakan (0)
Total 1 5/8
N. EVALUASI
Tanggal/ DX Evaluasi TTD
Jam
17 1 S: Nila
September Ny. T mengatakan bersedia banyak makan buah dan sayur. Ny. T mengatakan sudah menurangi konsumsi
2018 garam. Keluargga Ny. T akan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di daerahnya.
(16.30) Ny. T mengatakan mengerti cara merendam kaki dengan air hangat agar aliran darah lancar pada kaki dan
mengurangi nyeri
O:
Ny. T mengerti yang telah dijelaskan dan bersedia berobat ke puskesmas
Ny. T mengerti cara rendam air hangat
A: Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga teratasi sebagian
P: Motivasi Ny. T untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan di sekitar
Motivasi keluarga dan Ny. T agar mematuhi diit hipertensi
2 S: Nila
Keluarga Tn. M mampu memahami manajamen kesehatan terutama hipertensi dan akan melakukan pengobatan
serta diit yang tepat
Ny. T mengatakan akan meminum obat secara rutin dan menjaga pola makan untuk kesembuhan.
Ny. T mengatakan mengerti cara merendam kaki dengan air hangat agar aliran darah lancar pada kaki dan
mengurangi nyeri
O:
Ny. T mengerti cara rendam air hangat
TD : 150/90 mmhg
N : 78 x/mnt,
RR : 20 x/mnt
S : 36,8oC
Obat yang diminum Ny. T amlodipin 10mg 1x1 dan captopril 25mg 2x1.
A: Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer teratasi sebagian
P: Motivasi keluraga untuk mampu mengenal masalah kesehatan pada Ny. T
Jelaskan tanda-tanda Hipertensi
Jelaskan komplikasi hipertensi bila tidak diobati
DAFTAR PUSTAKA
Budi, setiya. (2008). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James Veldman. EGC.
Jakarta
Carpenito Lynda Juall (2008), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Decker DL.(2008). Social Gerontology an Introduction to Dinamyc of Aging.Little Brown
and Company. Boston
Doenges marilynn (2008), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Evelyn C.pearce (2011), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT Gramedia,
Jakarta.
Muttaqin, Arif. (2009). Buku Ajar Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta: Salmba Medika.
Nugroho.W. (2012). Keperawatan Gerontik. Gramedia. Jakarta
Rahardjo, Agus. (2010), Kedaruratan Medik: Pedoman Penatalaksanaan Praktis, Binarupa
Aksara, Jakarta.
Rokhaeni (2012), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Sunyoto. (2015), Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan gawat Darurat Medis,
Binarupa Aksara, Jakarta.