Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA Tn.

M
DENGAN HIPERTENSI DI SUMBER AGUNG, BURIKAN, CAWAS
KLATEN

DISUSUN OLEH
ADRIANI
PB1801003

PROGRAM PROFESI NERS


STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
2019
LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori Hipertensi


1. Pengertian
Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan penyakit darah tinggi adalah keadaan
dimana tekanan darah berada diatas normal atau optimal yaitu 120 mmHg untuk
sistolik dan 80 mmHg untuk diastolic.Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent
disease karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum
memeriksakan tekanan darahnya. Hipertensi terjadi dalam jangka waktu yang lama
dan terus menerus bias memicu stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan
merupakan penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).
Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh
darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu periode (Udjianti, 2010 h.107).
Hipertensi didiagnosis bila tekanan darah sistolik (TDS) ≥ 140 mmHg dan tekanan
darah diastolic (TDD) ≥ 90 mmHg. Hipertensi yang sering dialami lansia adalah
hipertensi sistolik terisolasi atau isolated systolic hypertension (ISH) adalah bila TDS
≥ 140 mmHg sedangkan TDD ≤ 90 mmHg (Darmojo, 2010).

2. Klasifikasi hipertensi
a. Klasifikasi berdasarkan etiologi
Klasifikasi hipertensi berdasarkan etiologi menurut Wijaya dan Putri (2013) :
1) Hipertensi essensial (primer)
Merupakan 90% dari kasus penderita hipertensi, dimana sampai saat ini belum
diketahui penyebabnya secara pasti. Beberapa factor yang berpengaruh dalam
terjadinya hipertensi essensial, seperti : factor genetic, stress dan psikologis,
serta factor lingkungan dan diet (peningkatan penggunaan garam dan
berkurangnya asupan kalium dan kalsium).
2) Hipertensi sekunder
Pada hipertensi sekunder, penyebab dan patofisiologi dapat diketahui
dengan jelas sehingga lebih mudah untuk dikendalikan dengan obat-obatan.
Penyebab hipertensi sekunder diantaranya berupa kelainan ginjal seperti
tumor, diabetes, kelainan adrenal, kelainann aorta, kelainan endokrin lainya
seperti obesitas, resistensi insulin, hipertiroidtisme, dan pemakaian obat-
obatan seperti kontrasepsi oral dan kortikosteroid.
b. Klasifikasi berdasarkan derajat hipertensi :
Hipertensi menurut Adib (2009) dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasi
tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun ke atas yaitu sebagai berikut :
Tabel 1.Klasifikasi Tekanan Darah Orang Dewasa Berusia ≥18 Tahun
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolic (mmHg)
Normal <130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi
Stadium 1 ( ringan) 140-159 90-99
Stadium 2 (sedang) 160-179 100-109
Stadium 3 (berat) 180-209 110-119
Stadium 4 (sangat
≥210 ≥120
berat)
Sumber : Adib (2009)
Derajat hipertensi berdasarkanThe SeventhReport of The Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure(JNC VII) :
Table 2. Klasifikasi hipertensi menurut JNC VII
Tekanan Sistolik Tekanan Diastolic
Derajat
(mmHg) (mmHg)
Normal <120 dan <80
Pre hipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159 atau 90-99
Hipertensi derajat 2 ≥160 atau ≥100
Sumber :Wijaya dan Putri (2013)
Batasan hipertensi pada orang dewasa berdasarkan tekanan darah sistolik dan
diastolic menurut perhimpunan hipertensi Indonesia (PHI), yaitu :
Table 3. Klasifikasi hipertensi menurut PHI
Tekanan Sistol Tekanan Diastol
Kategori
(mmHg) (mmHg)
Normal <120 dan <80
Pre hipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 atau 90-99
Hipertensi tahap 2 ≥160-179 atau ≥100
Hipertensi Sistol
≥140 dan ≤90
Terisolasi
Sumber : Sani, 2008
3. Manifestasi Klinis Hipertensi
Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun
pada seseorang dengan tekanan darah yang normal hipertensi yaitu sakit kepala,
pusing, gelisah, jantung berdebar, perdarahan hidung, sukar tidur, sesak nafas, cepat
marah, telinga berdenging, tekuk terasa berat, berdebar dan sering kencing di malam
hari. Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai meliputi gangguan
penglihatan, saraf, jantung, fungsi ginjal dan gangguan serebral (otak)
yangmengakibatkan kejang dan perdarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan
kelumpuhan, ganguan kesadaran hingga koma (Wijaya dan Putri, 2013).

4. Faktor Risiko Hipertensi


Faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi antara lain (Potter, 2010):
a. Keturunan
Faktor keturunan dari orang tua berperan penting dalam menentukan status
anak tersebut menderita hipertensi atau tidak. Semakin dekat hubungan darah atau
keturunan seseorang dengan orang yang menderita hipertensi, akan meningkatkan
risiko orang tersebut terkena hipertensi. Riwayat keluarga dengan hipertensi atau
keturunan terbukti sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi. Orang dengan orang
tuanya (ayah, ibu, kakek, nenek) yang memiliki riwayat hipertensi berisiko terkena
hipertensi sebesar 4,04 kali dibandingkan dengan orang yang memiliki orang tua
tanpa menderita hipertensi.
b. Umur
Umur merupakan salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi.Prevalensi
hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya umur dan biasanya pada umur
≥40 tahun.Tekanan darah cenderung meningkat mulai umur remaja awal hingga
remaja akhir dan menjelang dewasa awal.Kemudian meningkat lebih nyata selama
pertumbuhan dan pematangan fisik umur dewasa akhir sampai umur tua karena
sistem sirkulasi darah terganggu.Karena pembuluh darah sering mengalami
penyumbatan, dinding pembuluh darah menjadi keras dan tebal serta elastisitasnya
berkurang dan menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi.Hipertensi pada umur
kurang dari 35 tahun dapat meningkatkan insiden penyakit arteri koroner dan
kematian prematur.
c. Jenis Kelamin
Jenis kelamin diduga berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi. Laki-laki
cenderung memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi karena memiliki
gaya hidup yang tidak sehat, misalnya minum minuman beralkohol dan kebiasaan
merokok. Sebelum menepouse, perempuan memiliki hormon esterogen yang
berfungsi meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). HDL yang tinggi
pada perempuan mampu mencegah terjadinya proses aterosklerosis yang dapat
menyebabkan terjadinya hipertensi. Akan tetapi setelah menopause tekanan darah
perempuan akan meningkat, bahkan jauh lebih tinggi daripada laki-laki. Setelah
umur 65 tahun kejadian hipertensi pada wanita akan lebih tinggi daripada laki-laki
yang disebabkan oleh faktor hormonal.
d. Stres
Tekanan mental akibat stres dapat memicu penurunan aliran darah ke
jantung sehingga meningkatkan risiko kematian terutama pada orang dengan
penyumbatan arteri sebelumnya. Stres meningkatkan kebutuhan akan oksigen
karena tekanan darah dan kecepatan detak jantung meningkat. Pada waktu yang
sama, pengerasan arteri menghambat aliran darah dengan lebih parah.
Keterkaitan antara stres dengan hipertensi bisa disebabkan karena adanya
rangsangan saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara
intermiten.Apabila stres berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian
tekanan darah yang menetap.
e. Ras
Orang Afrika dan Amerika cenderung memiliki frekuensi hipertensi lebih
tinggi dibandingkan orang Eropa.Hipertensi pada orang berkulit hitam paling
sedikit dua kalinya pada orang berkulit putih sehingga hipertensi lebih berat pada
ras kulit hitam. Mortalitas pasien laki-laki berkulit hitam dengan tekanan darah
diastolik 115 atau lebih, sehingga 3,3 kali lebih tinggi daripada laki-laki berkulit
putih, dan 5,6 kali bagi wanita berkulit putih. Kecenderungan populasi ini terhadap
hipertensi dihubungkan dengan faktor genetik dan lingkungan.
f. Kebiasaan Merokok
Hipertensi banyak ditemukan pada orang dengan kebiasaan merokok,
kandungan kimia yang ada dalam rokok dapat memperparah kondisi hipertensi
seseorang. Zat yang terkandung dalam rokok dapat merusak lapisan dinding arteri
berupa plak. Plak yang terbentuk dapat menyebabkan penyempitan pembuluh
darah sehingga meningkatkan tekanan darah. Kandungan nikotin di dalam rokok
dapat meningkatkan hormon epinefrin yang dapat membuat pembuluh darah arteri
menyempit. Karbon monoksida dari pembakaran rokok mengakibatkan jantung
bekerja lebih keras untuk menggantikan pasokan oksigen ke jaringan tubuh.
Jantung yang bekerja lebih keras akan menyebabkan curah jantung juga meningkat
sehingga tekanan darah naik. Sekitar 50% kejadian hipertensi dapat dicegah
dengan menghilangkan faktor kebiasaan merokok.
g. Kurang Aktivitas Fisik
Kurang aktivitas fisik atau olahraga yang tidak ideal akan meningkatkan
risiko terjadinya obesitas yang merupakan salah satu faktor risiko hipertensi. Orang
yang aktivitas fisiknya atau olahraganya kurang memiliki risiko terkena hipertensi
sebesar 4,73 kali dibandingkan dengan orang yang memiliki kebiasaan olahraga
yang ideal atau aktivitas fisik yang cukup. Aktivitas fisik yang cukup dan olahraga
yang ideal dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan
darah, oleh karenanya sering dihubungkan dengan kejadian hipertensi. Selain itu,
aktivitas fisik atau olahraga juga berkaitan dengan peran obesitas pada hipertensi.
Faktor resiko tersebut sesuai dengan penelitian Arifin dkk (2016) yang
meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada
kelompok lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Petangi Kabupatan Badung,
penelitian tersebut mnyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
genetik, jenis kelamin, olahraga, dan stress dengan kejadian hipertensi pada lansia.

5. Patofisiologi Hipertensi
Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh darah pada dinding pembuluh
darah. Pengaturan tekanan darah adalah proses yang komplek menyangkut
pengendalian ginjal terhadap natrium dan retensi air, serta pengendalian system saraf
terhadap tonus pembuluh darah. Ada dua factor utama yang mengatur tekanan darah,
yaitu darah yang mengalir dan tahanan pembuluh darah perifer.Darah yang mengalir
ditentukan oleh volume darah yang dipompakan oleh ventrikel kiri setiap kontraksi
dan kecepatan denyut jantung.Tekanan vaskuler perifer berkaitan dengan besarnya
lumen pembuluh darah perifer.Makin sempit pembuluh darah, makin tinggi tahan
terhadap aliran darah.Jadi, semkain menyempit pembuluh darah, semakin meningkat
tekanan darah.
Dilatasi dan kontraksi pembuluh-pembuluh darah dikendalikan oleh system saraf
simpatis dan sistem renin-angiostensin. Apabila system saraf simpatis dirangsang,
katekolamin seperti epineprin dan norepinephrine akan dikeluarkan. Kedua zat kimia
ini menyebabkan kontraksi pembuluh darah meningkatnya curah jantung dan
kekuatan kontraksi ventrikel.Sama halnya pada system renin-angiotensin, yang
apabila distimulasi juga menyebabkan vasokontriksi pada pembuluh-pembuluh darah
(Baradero, 2008 h.51).Pada lanjut usiapatofisiologi terjadinya hipertensi berbeda
dengan yang terjadi pada dewasa muda. Factor yang berperan terhadap terjadinya
hipertensi pada lanjut usia adalah (Darmojo, 2010) :
a. Renin : Tingginya kadar renin menyebabkan vasokontriksi dan peningkatan
volume darah (akibat meningkatnya retensi garam dan cairan pada ginjal),
mengakibatkan tingginya kadar tekanan darah.
b. Peningkatan sensitivitas terhadap asupan garam : Dengan bertambahnya usia
semakin sensitif terhadap peningkatan atau penurunan kadar natrium. Ini
menyebabkan penurunan fungsi ginjal dengan penurunan perfusi ginjal dan laju
filtrasi glomerulus.Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer : Akibat proses
menua akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer yang mengakibatkan
hipertensi sistolik.
c. Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer akibat proses menua akan
meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer yang pada akhirnya
mengakibatkan hipertensi sistolik saja (ISH).
d. Perubahan ateromatous : Akibat proses menua menyebabkan disfungsi endotel
yang berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin dan substansi kimiawi lain yang
kemudian menyebabkan resorbi natrium di tubulus ginjal, meningkatkan proses
sklerosis pembuluh darah perifer dan keadaan lain berhubungan dengan kenaikan
tekanan darah.
6. Pathway

7. Komplikasi Hipertensi
Menurut Aspiani (2015 h.220) hipertensi memiliki potensi menjadi komplikasi
berbagai penyakit.Komplikasi hipertensi tersebut diantaranya adalah stroke
hemoragik, penyakit jantung hipertensi, penyakit arteri koronaria, aneurisma, gagal
ginjal, dan ensefalopati hipertensi.
a. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah pecah sehingga aliran darah
yang normal menjadi terhambat sehingga darah merembes pada suatu daerah di
otak dan merusaknya. Sekitar 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada pasien
hipertensi. Pembuluh darah menjadi lemah dan mudah pecah akibat tekanan pada
pembuluh darah yang lebih besar pada penderita hipertensi.Pecahnya pembuluh
darah di otak dapat menyebabkan sel-sel otak yang seharusnyamendapatkan asupan
oksigen dan nutrisi yang dibawa melalui pembuluh darah tersebut menjadi
kekurangan dan akhirnya mati.
b. Penyakit Jantung
Bertambahnya beban jantung akibat meningkatnya resistensi terhadap
pemompaan darah dari ventrikel kiri terjadi seiring dengan tekanan darah yang
meningkat.Hal tersebut juga mengakibatkan hipertrofi ventrikel kiri untuk
meningkatkan kontraksi.Hipertrofi ditandai dengan bertambahnya ketebalan
dinding, fungsi ruang yang memburuk, dan dilatasi ruang jantung.
c. Penyakit Arteri Koronari
Hipertensi merupakan faktor risiko utama terjadinya arteri koronaria, bersama
dengan diabetes melitus.Plak terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah arteri
koronaria kiri, arteri koronaria kanan, dan jarang pada arteri siromfleks.Aliran
darah mengalami obstruksi permanen akibat akumulasi plak atau
penggumpalan.Pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium terhambat akibat sirkulasi
kolateral berkembang di sekitar obstruksi arteromasus.Kegagalan sirkulasi
kolateral sebagai penyedia suplai oksigen yang adekuat ke sel yang berakibat
terjadinya arteri koronaria.
d. Aneurisma
Aneurisma dapat terjadi karena pelebaran pembuluh darah akibat dinding
pembuluh darah aorta terpisah atau disebut aorta disekans.Sakit kepala yang hebat
serta sakit di perut sampai pinggang bagian belakang dan di ginjal adalah gejala
dari penyakit aneurisma. Aneurisma pada perut dan dada penyebab utamanya
pengerasan dinding pembuluh darah karena proses penuaan (aterosklerosis) dan
tekanan darah tinggi memicu timbulnya aneurisma.
e. Gagal Ginjal
Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis dimana terjadi kerusakan ginjal
yang progresif dan tidak dapat diperbaiki dari berbagai penyebab.Salah satunya
pada bagian yang menuju kardiovaskuler.Mekanisme terjadinya hipertensi pada
gagal ginjal kronis karena penimbunan garam dan air, atau sistem renin-
angiotensin-aldosteron (RAA).
f. Ensefalopati Hipertensi
Ensefalopati hipertensi merupakan suatu keadaan peningkatan parah tekanan
arteri disertai dengan mual, muntah, dan nyeri kepala yang belanjut ke koma dan
disertai tanda klinik difisit neurologi.Jika tidak segera ditangani ensefalopati
hipertensi dapat berlanjut menjadi stroke, ensefalopati menahun, atau hipertensi
maligna dengan sifat reversibilitas jauh lebih lambat dan jauh lebih meragukan.
8. Penatalaksanaan
a. Farmakologis
Terapi farmakologis merupakan terapi dengan menggunakan obat-obatan yang
dapat membantu menurunkan serta menstabilkan tekanan darah, serta menurunkan
risiko terjadinya komplikasi akibat hipertensi.
Berdasarkan Syamsudin (2011) Obat anti hipertensi dapat dibagi :
1) Diuretik Tiazid
Diuretik tiazid seperti hidroklorotiazid sering diberikan sebagai terapi
hipertensi baris pertama.Diuretik tiazid adalah diuretik dengan potensi
menengah yang dapat menurunkan tekanan darah, dimulai dengan peningkatan
ekskresi natrium dan air sehingga volume ekstrasel menurun diikuti dengan
penurunan isi sekuncup jantung dan aliran darah ginjal.Obat-obat ini melawan
retensi natrium dan air yang dapat terjadi bersama obat lain yang digunakan
dalam pengobatan hipertensi.
2) Beta Blocker
Beta blocker memblok beta-adrenoseptor dan biasanya digunakan sebagai
terapi hipertensi baris pertama.Reseptor diklasifikasikan menjadi reseptor beta-1
dan reseptor beta-2.Reseptor beta-1 dapat ditemukan di ginjal, dan utama pada
jantung.Reseptor beta-2 dapat ditemukan di jantung, dan banyak terdapat pada
paru-paru, pembuluh darah perifer, dan otot lurik.Reseptor beta juga dapat
ditemukan di otak. Stimulasi reseptor beta pada otak dan perifer akan
menyebabkan peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akibat pelepasan
neurotransmitter. Efek akhirnya adalah peningkatan cardiac output, peningkatan
tahanan perifer dan peningkatan sodium yang diperantarai aldosteron dan
retensi air. Terapi beta blocker akan mengantagonis semua efek tersebut
sehingga terjadi penurunan tekanan darah.
3) ACE Inhibitor
Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEi) adalah obat yang
diberikan sebagai terapi anti hipertensi yang dianjurkan ketika obat baris
pertama merupakan kontraindikasi atau tidak efektif.ACEi menurunkan tekanan
darah dengan mengurangi resistensi vaskular perifer tanpa meningkatkan curah
jantung, kecepatan dan kontraktilasi.
4) Alpha Blocker
Alpha blocker memblok adrenoseptor alfa-1 perifer.Alpha blocker terdiri
dari doksazosin, prazosin, dan terazosin.Obat-obat ini menurunkan resistensi
vaskular perifer dan menurunkan tekanan darah arterial dengan menyebabkan
relaksasi otot polos arteri dan vena.Obat-obatan ini dapat menyebabkan
perubahan curah jantung, aliran darah ginjal, dan kecepatan filtrasi glomerulus
sehingga takikardia jangka panjang dan pelepasan renin tidak terjadi.Efek
samping yang muncul dapat berupa hipotensi postural yang sering terjadi pada
pemberian dosis pertama kali.
b. Non Farmakologis
Penatalaksanaan hipertensi secara non farmakologis menurut Aspiani (2015) antara
lain :
1) Diet Rendah Garam
Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraseluler tubuh yang
memiliki fungsi menjaga keseimbangan cairan dan asam basa tubuh serta
berperan dalam transmisi saraf dan kontraksi otot.Konsumsi natrium berlebih
dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan tubuh sehingga dapat
menyebabkan edema dan/atau hipertensi.
2) Diet Rendah Lemak
Konsumsi lemak berlebih dapat meningkatkan risiko kejadian hipertensi,
terutama lemak jenuh. Konsumsi lemak jenuh berlebih dapat mengakibatkan
kadar lemak dalam tubuh meningkat, terutama kolesterol. Kolesterol yang
berlebih akan menumpuk pada dinding pembuluh darah sehingga
mengakibatkan aliran darah tersumbat dan tekanan darah menjadi meningkat.
3) Berhenti Merokok
Kandungan nikotin di dalam rokok sangat berbahaya. Nikotin akan masuk
ke dalam aliran darah dan masuk ke otak. Otak memberikan sinyal kepada
kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon adrenalin. Hormon adrenalin akan
menyempitkan pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat. Gas karbon
monoksida dapat menyebabkan pembuluh darah tegang dan kondisi kejang otot
sehingga tekanan darah naik. Rokok sebanyak 2 batang mampu meningkatkan
10 mmHg tekanan darah sistolik dan diastolik. Peningkatan tekanan darah akan
menetap hingga 30 menit setelah berhenti menghisap rokok. Pada saat efek
nikotin hilang secara perlahan, maka tekanan darah juga menurun perlahan.
Namun, pada perokok berat, tekanan darah akan selalu berada pada level tinggi.
4) Manajemen Stres
Stres adalah respon alami dari tubuh dan jiwa seseorang pada saat
seseorang mengalami tekanan dari lingkungan. Stres berkepanjangan akan
menyebabkan ketegangan dan kekhawatiran terus-menerus. Hal tersebut dapat
merangsang tubuh mengeluarkan hormon adrenalin yang menyebabkan jantung
menjadi berdetak lebih cepat dan kuat sehingga tekanan darah meningkat.
5) Olahraga
Dalam ambardani (2009), secara psikologis, olahraga dapat meningkatkan
mood, mengurangi resiko pikun, dan mencegah depresi. Secara social, olahraga
dapat mengurangi ketergantungan pada orang lain, mendapat banyak teman, dan
meningkatkan produktivitas. Olahraga dan latihan pergerakan secara teratur
sangat penting bagi lansia karena dapat menanggulangi masalah akibat
perubahan fungsi tubuh, dan olahraga sangat berperan penting dalam
pengobatan tekanan darah tinggi. Salah satu olahraga untuk lansia adalah senam
bugar lansia, senam bugar lansia mampu meningkatkan kesegaran jasmani,
mendorong jantung bekerja secara optimal, melancarkan sirkulasi darah,
memperkuat otot, mencegah pengeroposan tulang, membakar kalori,
mengurangi stress dan menurunkan tekanan darah.

9. Diit hipertensi
a. Diet Hipertensi diberikan kepada pasien dengan tekanan darah di atas normal
1) Tujuan diet
a) Membantu menurunkan tekanan darah
b) Membantu menghilangkan penimbunan cairan dalam tubuh atau edema
atau bengkak
2) Syarat diet:
a) Makanan beraneka ragam mengikuti pola gizi seimbang
b) Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita
c) Jumlah garam disesuaikan dengan berat ringannya penyakit dan obat yang
diberikan
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian secara Umum
a. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur, Jenis
Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku, Keluarga/orang
terdekat, alamat, nomor registrasi.
b. Riwayat atau adanya factor resiko
1) Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
2) Penggunaan obat yang memicu hipertensi
c. Aktivitas / istirahat
1) Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.
2) Frekuensi jantung meningkat
3) Perubahan irama jantung
4) Takipnea
d. Integritas ego
1) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau marah
kronik.
2) Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan dengan
pekerjaan).
e. Makanan dan cairan
1) Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng,keju,telur)gula-
gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
2) Mual, muntah.
3) Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).
f. Nyeri atau ketidak nyamanan
1) Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung)
2) Nyeri hilang timbul pada tungkai.
3) Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
4) Nyeri abdomen.
Pengkajian Persistem
a. Sirkulasi
1) Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau katup
dan penyakit cerebro vaskuler.
2) Episode palpitasi,perspirasi.
b. Eleminasi
1) Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obtruksi atau
riwayat penyakit ginjal masa lalu.
c. Neurosensori
1) Keluhan pusing.
2) Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan menghilang
secara spontan setelah beberapa jam).
d. Pernapasan
1) Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja
2) Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
3) Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
4) Riwayat merokok

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
c. Curah Jantung, resiko tinggi terhadap hipertensi berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokontriksi

3. Intervensi
 Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK
1. Intervensi : Mempertahankan tirah baring selama fase akut
Rasional : Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi
2. Intervensi : Berikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit
kmepala, misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher,
tenang, redupkan lampu kamar, tekhnik relaksasi.
Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vascular serebral dan yang
memperlambat atau memblok respons simpatis efektif dalam menghilangkan
sakit kepala dan komplikasinya
3. Intervensi : Hilangkan atau minimalkan aktivitas fase kontriksi yang dapat
meningkatkan sakit kepala, misalnya mengejam saat bab, batuk panjang,
membungkuk
Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit
kepala pada adanya peningkatan tekanan vascular cerebral
 Dx 2 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
1. Intervensi : kaji respon pasien terhadap aktivitas,perhatikan frequency nadi
lebih dari 20 kali per menit diatas frequency istirahat : peningkatan tekan
darah yang nyata selama atau sesudah aktivitas ( tekanan sistolik meningkat
40 mmhg atau tekanan diastolic meningkat 20 mmhg) dispnea atau nyeri
dada : kelemahan dan keletihan yang belebihan :pusing atau pingsan.
Rasional : menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon
fisiologi terhadap stress, aktivitas bila ada merupakan indikator dari
kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.
2. Intervensi : instruksikan pasien tentang teknik penghematan energy,
misalnya menggunakan kursi saat mandi,duduk saat menyisir rambut atau
menyikat gigi,melakukan aktivitas dengan perlahan.
Rasional : teknik memghemat energy mengurangi penggunaan energy, juga
membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
 DX 3 : Curah Jantung, resiko tinggi terhadap hipertensi berhubungan
dengan peningkatan afterload, vasokontriksi
1. Intervensi: pantau TD.ukur pad kedua tangan atau paha untuk evaluasi
awal.gunakan ukuran manset yang tepat dan teknik yang akurat.
Rasional : perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih
lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vascular. Hipertensi berat
diklasifikasikan pada orang dewasa sebagai peningkatan tekanan
diastolic sampai 130, hasil pengukuran diastolic diatas 130
dipertimbangkan sebagai penigkatan pertama, kemudian
maligna.Hipertensi sistolik juga merupakan faktor resiko yang di tentukan
untuk penyakit cerebrovaskular dan penyakit iskemi jantung bila tekanan
diastolic 90-115.

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. DATA KELUARGA
1. Nama Kepala Keluarga (KK) : Tn. N
2. Umur : 76 tahun
3. Alamat dan telepon : Sumber Agung, Burikan, Cawas
4. Pekerjaan KK : Sopir

5. Komposisi keluarga dan genogram :

No Nama L Hub dgn Umur Pend Pekerjaan Imunisasi Ket


/P KK
1 Tn. M L Kepala 76 th SLTP Sopir Hepatitis B, Tidak
keluarga BCG, DPT, Lengkap
Polio, Campak,
MMR
2 Ny. T P Istri 62 th SD Pedagang Hepatitis B, Tidak
BCG, DPT, Lengkap
Polio, Campak,
MMR
3 Tn. W L Anak 40 th SLTA Swasta Hepatitis B, Tidak
BCG, DPT, lengkap
Polio, Campak,
MMR
4 Ny. I P Anak 32 th SLTP Swasta Hepatitis B, Tidak
BCG, DPT, lengkap
Polio, Campak,
MMR
Genogram :

Ny. T
62 tahun

Keterangan :

: laki-laki meninggal : garis keturunan


: perempuan meninggal : garis perkawinan
: laki-laki hidup : tinggal dlm 1 rumah
: perempuan hidup
: pasien perempuan
: pasien laki-laki

Tipe bentuk keluarga


Tipe keluarga ini adalah The Dyad Family yaitu keluarga yang terdiri dari suami
dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.
6. Latar belakang budaya
Keluarga tinggal di dukuh Sumber Agung, Burikan, Cawas. Tinggal di
daerah kampung sejak lahir, sampai saat ini masih menempati rumahnya tersebut
bersama saudaranya dan anak yang tinggal berdampingan dengan rumahnya.
Setiap harinya keluarga sering berkomunikasi dengan orang lain, dan setiap
anggota keluarga sering berkomunikasi menggunakan bahasa jawa. Di dalam
keluarga, apabila anggota keluarga ada yang sakit langsung dibawa berobat di
bidan desa / Puskesmas.
7. Identitas religius
Agama yang dianut keluarga adalah islam. Tidak ada perbedaan dalam
keyakinan maupun praktik keagamaan di dalam keluarga. Keluarga aktif
mengikuti kegiatan dikampung, seperti gotong royong dan acara keagamaan
seperti pengajian rutinan di kampungnya, Tn. M, anak, menantu dan cucunya
melaksanakan sholat 5 waktu dengan rutin dirumah kadang dimesjid.
8. Status sosial
Keluarga didalam lingkungan masyarakatnya termasuk keluarga dengan
tingkat ekonomi yang cukup. Tn. M bekerja sebagai supir namun sudah tidak
bekerja lagi dan Ny. T bekerja sebagai pedagang, penghasilan selama sebulan
±Rp. 1.000.000,- /bulan. Pendapatan keluarga dikelola oleh Ny.T untuk kehidupan
sehari-hari. Pengeluaran yang sangat terlihat adalah setiap bulan membeli air
seharga Rp. 150.000,- untuk 1 bulan. Keluarga memiliki asuransi kesehatan.
Keluarga belum biasa melakukan perubahan terhadap keperubahan kelas sosial
keluarga mereka, karena pendapatan mereka hanya cukup untuk kebutuhan sehari-
hari.
9. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga biasa melakukan rekreasi jika anaknya pulang karena mengingat
usia Tn. T sudah tua. Apabila tidak di ajak anaknya keluarga hanya dirumah
menikmati waktu senggangnya dengan mengobrol dan menonton TV.

B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Masuk dalam tahap keluarga usia lanjut dengan usia Tn. M umur 76 tahun dan
Ny.T 62 tahun.
2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak, menantu, cucu dan ibu
dimana Tn. M sering di rumah namun Ny. T pergi sendiri ke pasar pada pagi
sampai siang, sehingga mereka memiliki banyak waktu untuk berkomunikasi.
3. Riwayat keluarga inti
Ny. T saat ini mempunyai penyakit Hipertensi. Ny. T mengatakan berobat ketika
merasa pusing, kesemutan, dan kaki kaku saat digerakkan di Puskesmas Cawas I
terakhir kontrol TD 1800/100 mmHg. Saat ini Ny.T berobat rutin ke Puskesmas.

C. DATA LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah
Keluarga menempati rumahnya dengan ukuran rumah 20 meter x 7 meter,
jumlah kamar dalam rumah tersebut ada 3 kamar, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga,
ada ventilasi disetiap ruangan. Penataan rumah tidak berantakan. Penerangan
dengan lampu putih. Kondisi bangunan cukup baik. Lantai sudah di plester, tidak
terdapat ternit di atas. Dinding sudah terbuat dari tembok. Air minum dari air
hujan dan membeli air galon isi ulang, alat masak memiliki sendiri dan tidak ada
pengaman kebakaran. Kamar mandi berada di dalam rumah untuk seluruh anggota
keluarga, ada toilet di dalam kamar mandi tersebut, ada sabun sikat gigi shampoo
odol untuk mandi. Di lingkungan sekitar rumah Tn. M dekat dengan kebun akan
tetapi tidak ada serbuan serangga-serangga kecil seperti nyamuk, semut dan lalat.
Keluarga Tn. M merasa sudah nyaman dengan rumahnya karena rumahnya besar
dan fasilitas dalam rumah sudah ada semua. Anggota keluarga membuang sampah
di halaman belakang rumah dan membakarnya setelah sampah tersebut banyak.
Tn. M mengatakan sudah nyaman dan puas dengan pengaturan dan penataan
rumah seperti ini.
Denah Rumah :

7
U S 6

1
1

3
5
2
2
4
4

Keterangan :
1. Kamar tidur 1
2. Kamar tidur 2
3. Kamar tidur 3
4. Ruang tamu
5. Ruang keluarga
6. Dapur
7. Kamar mandi

2. Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal yang lebih luas


Tipe lingkungan komunitas tempat tinggal Tn. M adalah pedesaan. Tempat
tinggal Tn. M merupakan tipe rumah sederhana, menurut Tn. M sampah biasanya
dikumpulkan terlebih dahulu kemudian baru dibakar. Dilingkungan Tn. M tidak
terdapat posyandu lansia hanya ada Posbindu yang berjarak 500 meter dari rumah.
Apabila keluarga periksa ke puskesmas Cawas jarak yang ditempuh ± 2 km.
Periksa ke RSI Cawas jarang yang ditempuh ± 1,8 km. periksa ke perawat
terdekat jarak yang ditempuh ± 700m. Alat transportasi yang digunakan oleh
keluarga yaitu sepeda motor. Pelayanan dan fasilitas tersebut dapat diakses atau
dijangkau dengan oleh keluarga, akan tetapi jarak begitu jauh dari tempat tinggal.
Tidak ada insiden kejahatan di lingkungannya maupun masalah keselamatan yang
serius.
3. Mobilitas geografis keluarga
Anggota keluarga tidak pernah berpindah tempat. Tn. M sejak lahir tinggal di
Desa Burikan.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Tn. M dan keluarga yang lain berkumpul pada sore hari sehabis Ny. T pulang dari
pasar, dalam perkumpulan tersebut keluarga hanya mengobrol atau menonton TV.
Keluarga berinteraksi dengan baik dan dapat menyampaikan keinginan satu sama
lain. Hubungan interaksi antara keluarga dan masyarakat baik. Anggota
masyarakat dapat menerima dan anggota masyarakat mau bersosialisasi dengan
keluarga Tn. M.
5. Sistem pendukung keluarga
Keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan di RSI Cawas, dan perawat desa untuk
memelihara kesehatannya. Sumber pendukung keluarga saat keluarga
membutuhkan bantuan adalah tetangga dan anaknya yang berada di samping
rumahnya yaitu Tn.

D. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola komunikasi keluarga
Keseharian komunikasi antar anggota keluarga mengunakan bahasa jawa,
hubungan komunikasi dalam keluarga Tn. M sangat baik.
2. Struktur kekuatan keluarga
Dalam Keluarga Tn. M memiliki kekuatan dalam pengambilan keputusan dalam
keluarganya sendiri, namun tetap didiskusikan pada Ny.T ketika setiap ada
permasalahan yang ada dan dicari jalan keluarnya secara bersama. Saat ini Ny. T
sedang dalam proses pengobatan penyakit yang diderita sehingga bantuan material
dan psikologis juga dibantu Tn. W.
3. Struktur peran
Tn. M berperan sebagai Ayah dan kepala rumah tangga. Ny. T sebagai istri yang
bertugas sebagai ibu rumah tangga dan mencari nafkah dalam keluarganya yaitu
dengan berdagang.
4. Struktur nilai keluarga
Nilai yang dianut keluarga Tn. M adalah nilai agama dan nilai budaya yang
digunakan sebagai landasan utama dalam keluarga untuk mengatur keluarganya.
Nilai yang dianut keluarga juga memiliki kesesuaian dengan masyarakat sekitar
dimana nilai budaya juga berpengaruh penting dalam menunjang bersosialisasi di
masyarakat. Setiap anggota keluarga sangat menjunjung tinggi nilai yang dianut
dan keluarga sangat sadar jika nilai yang dianut sangat berpengaruh dalam
keluarga dan dalam mengatur setiap anggota keluarga. Jika ada keluarga Tn. M
yang sakit, dalam nilai agama keluarga mempercayai itu sebagai cobaan dari
Tuhan dan penebus dosa. Dalam nilai budaya keluarga mengobatinya dengan
langsung membawa ke Rumah sakit atau faskes terdekat.
E. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi afektif
Bila Tn. M tinggal dengan Ny. T selalu berusaha menjadi ibu yang baik dan
membersihkan rumah semampunya. Bila Ny. T merasakan sakit atau kontrol rutin
kesehatan maka segera memeriksakan kerumah sakit yang diantar oleh anaknya.
Tn. M sudah 2 tahun merasa sakit, tensi nya 180/100mmHg. Ny. T selalu
menjaga kesehatannya dengan minum obat. Bila obatnya mau habis, Ny. T
langsng periksa agar mendapatkan obat lagi. Yang biasa membawa Ny. T periksa
kesehatan yaitu cucunya. Ny. T menggunakan kartu askes. Sehingga biaya
kesehatan tidak membebani keluarga..
2. Fungsi reproduksi
Tn. M menikah dan dikaruniai 2 orang anak. Sang istri saat ini berusia 62
tahun. Tn. M tinggal berdua dengan istrinya.
3. Fungsi ekonomi
Keluarga mampu memenuhi kebutuhan sandang, papan, pangan.
Penghasilan keluarga Tn. M berasal dari sopir dan Ny. M bekerja sebagai peagang
dengan penghasilan ±Rp. 1.000.000,- /bulan untuk mencukupi kebutuhan sehari
hari.
4. Fungsi sosial
Hubungan keluarga Tn. M dengan lingkungannya cukup baik. Saat
mempunyai waktu luang maka ia sering ngobrol-ngobrol atau berinteraksi dengan
tetangga di sekitar rumah, Tn. M dan Ny. T sudah aktif mengikuti kegiatan yang
ada di masyarakat, Tn. M dan Ny. Y masih aktif mengikuti kegiatan-kegiatan
sosial yang ada dikampung.
5. Fungsi perawatan kesehatan
Tn. M beranggapan bahwa penyakit yang dideritanya adalah ujian dari Allah
Yang Maha Kuasa yang begitu sayang pada umatnya. Ny. T kontrol kesehatannya
di Puskesmas Cawas, tapi sekarang hanya pada bidan dekat rumah Ny. T sekarang
periksa kesehatannya karena jaraknya yang dekat. Tn. M dan Ny. T mengatakan
makan 3x sehari dengan porsi kecil, komponen nasi, sayur, dan kadang ditambah
lauk dan buah. Tn.M dan Ny. T mengatakan makan 3x sehari dengan porsi kecil,
komponen nasi, sayur, lauk dan ditambah buah. Ny.T kadang tidak menghiraukan
makanan apa yang dimakan karena tidak mempunyai alergi makanan serta tidak
mengetahui kandungan dalam makanan tersebut. Ny.T saat ini mendapatkan obat
dari perawat dekat rumah terhadap penyakit hipertensi yaitu obat amlodipin 10mg
1x1 dan captopril 25mg 2x1. Ny. T tidak mengalami kesulitan saat BAK dan
BAB.
Kebiasaan Ny. T istirahat setelah pulang dari pasar yaitu jam 09.00-12 wib,
untuk istirahat tidur malam Tn. M dan Ny. T sekitar jam 20.00 wib – 04.00 wib.
Keluarga Tn. M mengatakan mandi sehari 2x pagi dan sore secara mandiri.

F. STRESS, KOPING, ADAPTASI KELUARGA


1. Stressor jangka panjang dan pendek
Stressor jangka panjang, dalam hal kesehatan yang dialami Ny. T karena
usia yang semakin menua disertai dengan mempunyai penyakit hipertensi. Tn. M
jarang untuk memeriksaka diri nya. Ny.T mengatakan telah menderita hipertensi
selama 2 tahun lebih.
2. Kemampuan keluarga berperan terhadap stressor
Keluarga berusaha menghadapi kesulitan dan masalah dengan sabar dan
berusaha sesuai kemampuan untuk mengobati penyakit yang diderita agar dapat
sembuh dan sehat kembali.
3. Strategi koping yang digunakan
Bersikap sabar dan menjalani kehidupan seperti biasa sambil tetap berusaha
dan Tn. M selalu memusyawarahkan sesuatu jika ada masalah, dan keputusan
diambil bersama
4. Strategi adaptasi disfungsional
Strategi adaptasi disfungsional tidak ada dalam keluarga Tn. M.

G. HARAPAN KELUARGA TERHADAP PETUGAS KESEHATAN


Keluarga berharap Ny. T sembuh dari penyakit yang dialaminya, dapat
beraktivitas seperti biasanya. Persepsi keluarga terhadap masalah, Sakit adalah cobaan
dari Yang Maha Kuasa, harus dihadapi dengan kesabaran dan keikhlasan

H. PENGKAJIAN FISIK ANGGOTA KELUARGA

No Nama Umr TTV Kepala Leher Dada Abdomen Ekstrimitas

1 Tn. 78 TD : Bentuk Tidak ada I : Simetris, I : Tidak Tidak ada


M th 130/ mesochepal, nyeri telan, bersih, tdk ada terlihat edema
90 rambut kurang tidak ada luka, adanya ekstremetas,
mmHg bersih dgn pembesaran pengembanga luka, warna kedua tangan
pertumbuhan kelenjar n dada kulit sawo simetris,
S: merata hitam tyroid, simetris, tdk matang, tdk kuku jari
36,8’C dan beruban tidak ada ada oedema/ ada tangan kaki
putih, peningkatan tumor peningkatan panjang dan
N : 84 konjungtiva JVP , leher P : Tidak ada volume kotor
x/ mnt tidak anemis, tampak nyeri tekan perut bagian pergerakan
sklera tidak bersih P : bunyi paru tertentu tangan dan
RR : ikterik, tidak sonor A kaki sesuai
20 x/ ada gangguan A :vesikuler :Peristaltic anatomis
mnt pendengaran, tidak ada usus 16 x/ tubuh, kaki
tidak ada suara mnt kiri kedikit
gangguan tambahan P: kaku, kadang
penglihatan , Tympani bila
mukosa bibir P : Tidak digerakkan
agak kering ada nyeri cepat terasa
tekan nyeri
keluhan
muncul sejak
juli karena
tensi
180/90mmH
g, semua
jari-jari
lengkap,
kekuatan
otot
5 5
5 5
2 Ny. 62 TD : Mesochepal, Tidak ada I : Simetris, I : Tidak Tidak ada
T th 130/ rambut bersih nyeri telan, bersih, tdk ada terlihat edema
80 berdistribusi tidak ada lesi adanya lesi, ekstremetas
mmHg merata pembesaran P : Tidak ada warna kulit atas maupun
berwarna kelenjar nyeri tekan sawo bawah,
S: hitam dan tyroid, P : bunyi paru matang simetris,
37’C beruban putih, tidak ada sonor A semua jari-
konjungtiva peningkatan A :vesikuler :Peristaltic jari lengkap,
N :72 tidak anemis, JVP tidak ada usus 17x/ kekuatan
x/ mnt sklera tidak suara mnt otot, tensi
ikterik, tidak tambahan P: 130/90
RR : ada gangguan Tympani mmhg
18 x/ pendengaran, P : Tidak 5 5
mnt tidak ada ada nyeri 5 5
gangguan tekan
penglihatan

I. ANALISA DATA

No Data Diagnose Keperawatan


1. DO : Resiko ketidakefektifan perfusi
TD : 180/ 90 mmHg jaringan perifer pada Ny.T
S : 36,8’C
N : 84 x/ mnt
RR : 20 x/ mnt
CR : <3 detik
Akral teraba hangat
Kulit telapak tangan dan kaki sedikit pucat
Ny.Da saat ini mendapatkan obat penyakit
hipertensi yaitu amlodipin 10mg 1x1 dan
captopril 25mg 2x1.
DS :
 Ny.T mengatakan telah menderita hipertensi
selama 2 tahun lebih.
 Ny.T mengatakan apabila merasakan sakit
atau kontrol rutin kesehatan maka segera
memeriksakan kerumah sakit atau perawat
dekat rumah yang diantar oleh anak atau
cucunya.
2. DO: Kesiapan Meningkatkan Manajemen
Ny. T saat ini mendapatkan obat penyakit Kesehatan Diri
hipertensi yaitu obat amlodipin 500
2xsehari. Ny.T tidak mengalami kesulitan
saat BAK dab BAB.
DS :
 Ny.T mengatakan Keluarga memiliki
asuransi kesehatan. Keluarga belum biasa
melakukan perubahan terhadap keperubahan
kelas sosial keluarga mereka, karena
pendapatan mereka hanya cukup untuk
kebutuhan sehari-hari.
 Bila Ny.T merasakan sakit atau kontrol rutin
kesehatan maka segera memeriksakan
kerumah sakit atau perawat dekat rumah
yang diantar oleh anaknya.
 Ny.T mengatakan mempunyai penyakit
hipertensi sejak 2 tahun yang lalu.
 Ny.T memeriksakan kesehatannya ke
Puskesmas Cawas I setiap merasa sakit atau
kurang enak badan atau ke perawat dekat
rumah.
 Ny.T ngatakan makan 3x sehari dengan
porsi kecil, komponen nasi, sayur, dan
kadang ditambah lauk buah. Ny. T dan Tn.
M mengatakan makan 3x sehari dengan
porsi kecil, komponen nasi, sayur, lauk dan
ditambah buah. Tn. M kadang tidak
menghiraukan makanan apa yang dimakan
karena tidak mempunyai alergi makanan
serta tidak mengetahui kandungan dalam
makanan tersebut.

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko ketidakefektifan perfusi Jaringan perifer
2. Kesiapan Meningkatkan Manajemen Kesehatan Diri

K. SKORING

1. Resiko ketidakefektifan perfusi Jaringan perifer


No Kriteria Bobot Nilai Pembenaran
1. Sifat masalah : 2/3x1 2/3 Ny. t mengatakan telah menderita hipertensi
selama 2 tahun lebih. Ny. T kadang tidak
Tidak/kurang sehat (3) menghiraukan makanan apa yang dimakan
Ancaman kesehatan (2) karena tidak mempunyai alergi makanan
Keadaan sejahtera (1) serta tidak mengetahui kandungan dalam
makanan tersebut.
2. Kemungkinan masalah 1/2x2 1 Peran keluarga dalam merawat Ny. T sangat
untuk diubah : besar, serta melakukan perawatan secara
komperhensif dengan memeriksakan secara
Mudah (2) rutin oleh anaknya.
Sebagian (1)
Sulit (0)
3. Potensi Masalah untuk 2/3x1 2/3 Ny. T mempunyai askes, jarak kepusat
dicegah : pelayanan kesehatan mudah di jangkau

Tinggi (3)
Cukup (2)
Rendah (1)
4. Menonjolnya Masalah : 1/2x1 ½ Ny.T dapat beraktivitas sehingga semua
aktivitas didilakukan sendiri
Berat dan segera (2)
Tidak segera (1)
Tidak dirasakan (0)
Total 1 5/8

2. Kesiapan Meningkatkan Manajemen Kesehatan Diri

No Kriteria Bobot Nilai Pembenaran


1. Sifat masalah : 1/3x1 1/3 Hubungan keluarga Ny.T yang harmonis
dengan suami, anak dan cucu yang
Tidak/kurang sehat (3) merawat dari awal pertama sakit sampai
Ancaman kesehatan (2) sekarang merupakan sumber kekuatan
Keadaan sejahtera (1) keluarga dalam mengningkatkan kesehtan
diri Ny. T.
2. Kemungkinan masalah 1/2x2 1 Tingkat pendidikan keluarga cukup.
untuk diubah : Support system anak yang setiap hari
merawat serta pola komunikasi keluarga
Mudah (2) harmonis.
Sebagian (1)
Sulit (0)
3. Potensi Masalah untuk 2/3x1 2/3 Ny. T berharap penyakitnya segera sembuh
dicegah : dengan mnegontrolkan perawat terdekat
serta mengonsumsi obat yang diberikan
Tinggi (3) oleh dokter.
Cukup (2)
Rendah (1)
4. Menonjolnya Masalah : 2/2x1 1 Semua anggota keluarga ingin Ny. T bisa
sehat selamanya.
Berat dan segera (2)
Tidak segera (1)
Tidak dirasakan (0)
Total 3
PRIORITAS MASALAH
1. Kesiapan Meningkatkan Manajemen Kesehatan Diri
2. Resiko ketidakefektifan perfusi Jaringan perifer
L. PERENCANAAN

Diagnosa Tujuan NOC NIC


Manajemen Setelah dilakukan tindakan Keluarga mampu mengenal masalah  Edukasi : pengetahuan gaya
Kesehatan keperawatan selama 3 x 30 menit, Hasil: hidup
Kesiapan managemen kesehatan keluarga Tn.  Monitor gaya hidup dan pola  Anjurkan keluarga untuk
Meningkatkan M efektif, dengan kriteria: makan penyediaan makanan rendah
Manajemen Status kesehatan keluarga (2606):  Pengetahuan tentang penyakit garam
Kesehatan 1. Kesehatan fisik anggota  Memahami masalah
(00162) keluaraga Keluarga mampu memutuskan  Dukungan pengambilan
2. Aktivitas fisik anggota keluarga masalah keputusan
3. Akses ke perawatan kesehatan Hasil:  Dukungan keluarga
4. Penyediaan makanan bergizi  Mengontrol resiko penyakit  Anjurkan untuk memanfaatkan
5. Sumber daya perawatan  Berpartisipasi dalam memutuskan fasilitas kesehatan
kesehatan yang tepat perawatan kesehatan
Keluarga mampu merawat anggota  dukungan pemberi perawatan
keluarga proses pemeliharaan keluarga
Hasil:  bantu memberikan diit hipertensi
 Berpartisipasi dalam pemenuhan
asupan dan nutrisi
 kemampuan keluarga memberikan
perawatan langsung
Keluarga mampu memodifikasi  Manajemen lingkungan:
lingkungan kenyamanan
Hasil:
 Status kenyamanan lingkungan
Keluarga mampu memanfaatkan  Mampu memanfaatkan fasilitas
fasilitas kesehatan kesehatan
Hasil:  Bimbingan pelayanan kesehatan
 Partisipasi keluarga dalam  Konseling hipertensi
perawatan keluarga
Resiko Setelah dilakukan tindakan Keluarga mampu mengenal masalah Mampu mengenal masalah.
Ketidakefektifa keperawatan selama 3x30 menit Hasil: Intervensi:
n perfusi diharapkan Ny. T mampu  Pengetahuan proses penyakit  Pengajaran: Proses penyakit
jaringan perifer mengontrol resiko hipertensi  Pendidikan kesehatan
Pada Ny. T  Pengetahuan tentang regimen  Pengajaran: diet hipertensi yang
ditentukan
Keluarga mampu memutuskan Mampu memutuskan masalah
masalah Intervensi:
Hasil:  Dukungan mengambil keputusan
 Keyakinan kesehatan
Keluarga mampu merawat anggota Mampu merawat anggota keluarga :
keluarga  Mengajarkan : managemen
Hasil : hipertensi
 Perilaku managemen hipertensi  Mengajarkan : diit untuk
 Perilaku kepatuhan diit hipertensi
Keluarga mampu memodifikasi Memodifikasi lingkungan
lingkungan Imtervensi:
 Keselamatan manajemen
Hasil: lingkungan
 Kualitas hidup  Kenyaman pengelolaan
 Kebugaran fisik lingkungan
Keluarga mampu memanfaatkan Memanfaatkan fasilitas kesehatan
fasilitas kesehatan Intervensi:
Hasil:  Konsultasi
 Perilaku mencari pelayanan  Rujukan
kesehatan
M. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tanggal/ Jam DX Impelentasi Respon TTD
24 maret 2019 1  Memonitor gaya hidup dan pola makan S: Adriani
(15.00)  Mengedukasi Ny.T tentang pentingnya  Ny. T mengatakan beraktifitas ke kebun kemudian
mengkonsumsi makanan rendah garam berjalanjalan sekitar rumah, pola makan Ny.T belum bias
 Memberikan pendidikan kesehatan : diit mengurangi garam, Ny. T mengatakan mengerti manfaat
hipertensi dan cek kesehatan rutin mengkonsumsi rendah garam dan akan berusaha
mengurangi konsumsi garam.
 Ny. T mengatakan memahami makanan yang harus
dikurangi seperti kerupuk, jeroan, makanan yang asin.
O:
 Ny. T kooperatif
 Ny. T mengerti yang telah dijelaskan
2  Mengajarkan kepada keluarga dari proses S: Adriani
penyakit hipertensi dan bahaya nya bagi Keluaraga Tn. M mengatakan memahami dengan apa yang
kesehatan dijelaskan oleh tentang hipertensi, penyebab, pengobatan dan
 Mengajarkan diit yang baik bagi penderita diit yang tepat serta komplikasi dari hipertensi.
hipertensi O:
 TD : 160/90 mmhg
N : 78 x/mnt,
RR : 20 x/mntp
S : 36,4oC
 Obat yang diminum Ny. T amlodipin 10mg 1x1 dan
captopril 25mg 2x1.
24 maret 2018 1  Mendukungan pengambilan keputusan S: Adriani
(16.00)  Mendukungan Keluarga  Ny. T menagatakan akan sudah mengurangi garam pada
makanan, jarang makan kerupuk dan seluruh keluarga
mendukung keputusan Ny. T
 Ny. M mengatakan Tn. W dan Tn. M selalu
mengingatkan minum obat
O:
 Ny. T mengkonsumsi obat saat merasa sakit
 Keluarga Ny. M Kooperatif
2  Membantu keluarga untuk mampu S: Nila
memutuskan masalah  Keluarga mengatakan sudah mengerti masalah
 Menjelaskan sumber dukungan yang dapat di kesehatan apa saja yang ada dalam keluarga. Tn. M
peroleh keluarga untuk mendapatkan mengatakan sering berkomunikasi dengan anak dan
peningkatan kesehatan menantu mengenai masalah penyakit hipertensi.
 Ny. T mengatakan badan sudah merasa enak, tidak
pusing
O:
 Ny. T tampak bersemangat
 Tn. M, Ny. T dan keluarga kooperatif
 TD : 170/90 mmhg
N : 68 x/mnt,
RR : 18 x/mnt
S : 36,6oC
 Obat yang diminum Ny. Da amlodipin 10mg 1x1 dan
captopril 25mg 2x1.
26 maret 2019 1  Mendukungan pemberi perawatan proses S: Nila
(15.30) pemeliharaan keluarga  Ny. T mengatakan bersedia banyak makan buah dan
 Memotivasi keluarga Ny. T untuk sayur. Ny. T mengatakan sudah menurangi konsumsi
memanfaatkan fasilitas seperti ke puskesmas garam. Keluargga Ny. T akan memanfaatkan fasilitas
dan pustu untuk mendapat pengobatan pelayanan kesehatan di daerahnya.
 Mengevaluasi pengetahuan keluarga dan O:
efektifitas keluarga dalam memanfaatkan  Ny. T mengerti yang telah dijelaskan dan bersedia
fasilitas pelayanan kesehatan berobat ke puskesmas dan pustu
2  Memberikan penjelasan manajemen kesehatan S:
keluarga dengan HT  Keluarga Tn. M mampu memahami manajamen
 Memberikan bimbingan mengenai pentingnya kesehatan terutama hipertensi dan akan melakukan
pengobatan secara rutin dan diit yang tepat pengobatan serta diit yang tepat
 Memonitor TTV keluarga tertuama pada Tn.  Ny. T mengatakan akan meminum obat secara rutin dan
M menjaga pola makan untuk kesembuhan.
 Ny. T mengatakan mengerti cara merendam kaki dengan
air hangat agar aliran darah lancar pada kaki dan
mengurangi nyeri
O:
 Ny. T mengerti cara rendam air hangat
 TD : 160/90 mmhg
N : 78 x/mnt,
RR : 20 x/mnt
S : 36,8oC
 Obat yang diminum Ny. Da amlodipin 10mg 1x1 dan
captopril 25mg 2x1.

N. EVALUASI
Tanggal/ DX Evaluasi TTD
Jam
17 1 S: Nila
September  Ny. T mengatakan bersedia banyak makan buah dan sayur. Ny. T mengatakan sudah menurangi konsumsi
2018 garam. Keluargga Ny. T akan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di daerahnya.
(16.30)  Ny. T mengatakan mengerti cara merendam kaki dengan air hangat agar aliran darah lancar pada kaki dan
mengurangi nyeri
O:
 Ny. T mengerti yang telah dijelaskan dan bersedia berobat ke puskesmas
 Ny. T mengerti cara rendam air hangat
A: Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga teratasi sebagian
P: Motivasi Ny. T untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan di sekitar
 Motivasi keluarga dan Ny. T agar mematuhi diit hipertensi
2 S: Nila
 Keluarga Tn. M mampu memahami manajamen kesehatan terutama hipertensi dan akan melakukan pengobatan
serta diit yang tepat
 Ny. T mengatakan akan meminum obat secara rutin dan menjaga pola makan untuk kesembuhan.
 Ny. T mengatakan mengerti cara merendam kaki dengan air hangat agar aliran darah lancar pada kaki dan
mengurangi nyeri
O:
 Ny. T mengerti cara rendam air hangat
 TD : 150/90 mmhg
N : 78 x/mnt,
RR : 20 x/mnt
S : 36,8oC
 Obat yang diminum Ny. T amlodipin 10mg 1x1 dan captopril 25mg 2x1.
 A: Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer teratasi sebagian
P: Motivasi keluraga untuk mampu mengenal masalah kesehatan pada Ny. T
 Jelaskan tanda-tanda Hipertensi
 Jelaskan komplikasi hipertensi bila tidak diobati
DAFTAR PUSTAKA

Budi, setiya. (2008). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James Veldman. EGC.
Jakarta
Carpenito Lynda Juall (2008), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Decker DL.(2008). Social Gerontology an Introduction to Dinamyc of Aging.Little Brown
and Company. Boston
Doenges marilynn (2008), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Evelyn C.pearce (2011), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT Gramedia,
Jakarta.
Muttaqin, Arif. (2009). Buku Ajar Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta: Salmba Medika.
Nugroho.W. (2012). Keperawatan Gerontik. Gramedia. Jakarta
Rahardjo, Agus. (2010), Kedaruratan Medik: Pedoman Penatalaksanaan Praktis, Binarupa
Aksara, Jakarta.
Rokhaeni (2012), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Sunyoto. (2015), Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan gawat Darurat Medis,
Binarupa Aksara, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai