Anda di halaman 1dari 22

BAGIAN OBSTETRI DAN LAPORAN KASUS

GINEKOLOGI AGUSTUS 2020


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

PLASENTA PREVIA

DISUSUN OLEH:
Nur Rezky Eko Putri
C11109354J

SUPERVISOR PEMBIMBING:
dr. Ellen Wewengkang, M. Kes, Sp.OG (K)

RESIDEN PEMBIMBING :
dr. Hendra Santoso

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN OBSTETRI & GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
BAB I
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.S
Umur : 34 tahun
Suku/Bangsa : Makassar/Indonesia
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Alamat : Jl. Dr.Ratulangi, Makassar
Tanggal Masuk : 18 Agustus 2020 pukul 12.00 WITA
No. RM : 109800

Nama Suami : Tn. E


Umur : 39 tahun
Suku / Bangsa : Makassar/ Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Dr. Ratulangi, Makassar

II. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Keluar darah dari jalan lahir sejak kurang lebih 4 jam yang lalu
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien masuk dengan riwayat keluar darah dari jalan lahir berupa gumpalan
sejak pagi hari (kurang lebih 4 jam sebelum masuk rumah sakit). Pasien sempat
periksa di dr. Irmawaty Bahar, Sp.OG(K) dengan diagnosa G4P2A1 gravid 36
minggu + plasenta previa + perdarahan pervaginam. Riwayat trauma dan jatuh
sebelumnya disangkal. Riwayat hipertensi (-), diabetes melitus (-), alergi (-),
asma (-). Riwayat operasi disangkal. Riwayat Kuretase 1 kali. Riwayat ANC 6
kali di dokter spesialis obgyn. Riwayat suntik TT tidak ada. Riwayat KB suntik
3 bulan. Pasien menikah 1 kali dan lama pernikahan sudah 10 tahun. Riwayat
keluarga dengan keluhan yang sama tidak ada.

3. Riwayat Obsetri
I / 2011 / laki-laki / 3500gr / PPN / Rs Pertiwi.
II/ 2014 / laki-laki / 3200gr / PPN / Rs. LB
III/ 2019 / abortus / kuretase
IV/ 2020 / kehamilan sekarang.

4. Riwayat Kehamilan Sekarang : G4P2A1


HPHT : 10-12-2019
Taksiran persalinan : 15-9-2020
Gerakkan janin : Ada
ANC : 6 kali di dokter spesialis Obgyn
Obat yang dikonsumsi : Tidak ada

5. Riwayat KB
Kontrasepsi dipakai/lalu : KB suntik 3 bulan

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Generalis
 Keadaan Umum : Baik
 Kesadaran : Compos Mentis
 Vital Sign : TD : 120/80 mmHg
HR : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Temp : 36,8 º C
 Berat badan : 50 kg
 Tinggi badan : 155 cm
Pemeriksaan Fisik Umum
Kepala
 Wajah : Pucat (+), sianosis (-),
 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
 Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)

Thorax
 Inspeksi : Retraksi (-), mammae dalam batas normal
 Palpasi : Dalam batas normal
 Perkusi : Dalam batas normal
 Auskultasi :
o Pulmo : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
o Cor : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Pemeriksaan Abdomen
 Inspeksi : cembung, ikut gerak napas
 Auskultasi : peristaltik (+) kesan normal
 Palpasi : massa tumor (-), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
 Perkusi : timpani (+)

Pemeriksaan Ekstremitas
 Tidak ada kelainan

IV. STATUS OBSTERTRI


HPHT : 10 Desember 2019
Taksiran persalinan : 15 September 2020
Usia kehamilan : 36 minggu 0 hari

Pemeriksaan Luar
TFU : 30 cm
Lingkar Perut : 95 cm
TBJ : 2850 gr
DJJ : 134 kali/menit
Situs : Memanjang
Punggung : Kiri
Bagian Terbawah : Kepala
Perlimaan : 5/5
Gerakan janin dirasakan ibu
Anak kesan tunggal

Pemeriksaan dalam vagina


Tidak dilakukan pemeriksaan.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin (18-08-2020)
Hematologi Hasil Satuan Nilai normal
Hemoglobin 11,2 gr/dl 12-14
3
Leukosit 8,9 10 /ul 4.000-10.000
6 3
Eritrosit 4,06 10 /mm 4,2-5,6
Hematokrit 34,2 % 35-47
Trombosit 349 103/ul 150.000-400.000
Waktu pembekuan 10 menit 10-15
Waktu perdarahan 1’30” menit 3-5

Ultrasonografi (18-08-2020)
- Gravid tunggal hidup intrauterine, DJJ 134 kali/menit.
- Presentasi kepala, punggung kiri
- Plasenta menutupi seluruh ostium uteri internum
- SDP: 67mm EFW: 2500 gr
- Biometri janin sesuai uk: 35 minggu 4 hari
Gambar USG
VI. RESUME

Pasien wanita umur 34 tahun masuk dengan riwayat keluar darah dari
jalan lahir berupa gumpalan sejak pagi hari (kurang lebih 4 jam sebelum masuk
rumah sakit). Pasien sempat periksa di dr. Irmawaty Bahar, Sp.OG(K) dengan
diagnosa G4P2A1 gravid 36 minggu + plasenta previa + perdarahan
pervaginam. Riwayat trauma dan jatuh sebelumnya disangkal. Riwayat
hipertensi (-), diabetes melitus (-), alergi (-), asma (-). Riwayat operasi
disangkal. Riwayat Kuretase 1 kali. Riwayat ANC 6 kali di dokter spesialis
obgyn. Riwayat suntik TT tidak ada. Riwayat KB suntik 3 bulan. Pasien
menikah 1 kali dan lama pernikahan sudah 10 tahun. Riwayat keluarga dengan
keluhan yang sama tidak ada.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak lemah.
Kesadaran composmentis, tanda-tanda vital TD120/80 mmHg, nadi 80x/menit,
respirasi 20x/menit, suhu 36,8’C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien
tampak pucat. Pemeriksaan thorax, abdomen, dan ekstremitas dalam batas
normal. Pada pemeriksaan luar didapatkan; TFU 30 cm, Lingkar Perut 95 cm,
TBJ 2850 gr, DJJ 134 kali/menit, Situs memanjang, Punggung kiri, Bagian
Terbawah kepala, Perlimaan 5/5, Gerakan janin dirasakan ibu, Anak kesan
tunggal. Pemeriksaan dalam vagina tidak dilakukan. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan; WBC (Leukosit) 8,9 103/ul, RBC (eritrosit) 4,06
106/mm3, HB 11,2 g/dl, HCT 34,2 %, PLT (trombosit) 349 103/ul. Pada
pemerikasaan USG: Gravid tunggal hidup intrauterine, letak kepala, punggung
kiri, plasenta menutupi seluruh ostium uteri internum, EFW: 2500gram, usia: 35
minggu 4 hari.

VII. DIAGNOSIS
G4P2A1 Gravid 36 minggu belum inpartu + Plasenta Previa Totalis

VIII. PENATALAKSANAAN
 Observasi Keadaan umum, Tanda vital, DJJ, gerak janin, His, Perdarahan
pervaginam
 Informed consent semua tindakan
 IVFD RL 500cc 28tetes/menit
 Pasang kateter
 Edukasi rencana tindakkan
 Lapor DPJP rencana SSTP
 Menyiapkan 2 bag PRC
 Konsul bagian anestesi, lapor OK
 Puasa
 Antibiotik 1 jam sebelum operasi (skintest)

IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam et fungsionam : dubia
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Plasenta previa adalah plasenta yang menutupi ostium uteri internum baik
sepenuhnya atau sebagian atau yang meluas cukup dekat dengan leher rahim yang
menyebabkan pendarahan saat serviks berdilatasi.1 Plasenta previa merupakan salah
satu penyebab perdarahan antepartum. Perdarahan antepartum adalah perdarahan
pervaginam yang terjadi pada kehamilan diatas 28 minggu.2
Secara definisi plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim sedemikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium
uteri internum. Implantasi plasenta yang normal adalah plasenta yang berimplantasi
pada dinding depan atau belakang uterus di daerah fundus uteri.3
Sejalan dengan bertambah besarnya Rahim dan meluasnya segmen Rahim
kearah proximal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah Rahim seolah plasenta
tersebut bermigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam
persalinan kala 1 bisa mengubah luas permukaan serviks yang tertutup oleh plasenta.
Fenomena ini berpengaruh pada derajat atau klasfikasi plasenta previa ketika
pemeriksaan dilakukan baik dalam masa antenatal maupun masa intranatal, baik
dengan ultrasonografi maupun pemeriksaan digital. Oleh karena itu pemeriksaan
ultrasonografi perlu diulang secara berkala dalam asuhan antenatal maupun
intranatal.4

(Gambar 2.1. Letak Plasenta)


2.2 EPIDEMIOLOGI

Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan pada usia
diatas 30 tahun. Juga lebih sering terjadi pada kehamilan ganda daripada kehamilan
tunggal. Uterus bercacat ikut mempertinggi angka kejadiannya. Pada Rumah Sakit
Umum Pemerintah dilaporkan insidennya berkisar 1,7 % sampai dengan 2,9%. Di
negara maju insidensinya lebih rendah yaitu kurang dari 1% mungkin disebabkan
berkurangnya perempuan hamil paritas tinggi.5

Sekitar 75% dari wanita dengan plasenta previa memiliki setidaknya satu
episode perdarahan. Rata-rata episode ini terjadi sekitar 29 hingga 30 minggu usia
kehamilan. Secara umum plasenta previa terjadi 1 dari 200 kehamilan. Insiden
plasenta previa sebelum melalui awal kehamilan atau sekitar 24 minggu adalah 4%-
5% dan menurun dengan bertambahnya usia kehamilan. Plasenta previa totalis jarang
sembuh secara spontan, namun plasenta previa parsial memiliki potensi sembuh yang
tinggi pada usia kehamilan 32 hingga 35 minggu.6

2.3 ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO

Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah Rahim belum diketaui


secara pasti. Berikut beberapa faktor resiko pada plasenta previa :7,8,9
a) Tingginya usia ibu
Usia optimal yang aman bagi ibu untuk hamil dan melahirkan adalah diantara
20-35 tahun. Pada usia <20 tahun organ reproduksi seorang wanita belum siap
untuk menerima kehamilan demikian juga dengan jaringan endometriumnya.
Ketidaksiapan jaringan endometrium inilah yang dapat mengakibatkan jaringan
plasenta akan melebar diri untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin, sehingga
menutupi seluruh atau sebagian ostium uteri internum. Semakin lanjut usia ibu
semakin meningkatkan resiko terjadinya plasenta previa. Wanita yang usianya
lebih dari 35 tahun memiliki resiko 1.1% untuk mengalami plasenta previa
dibandingan dengan wanita berusia kurang dari 35 tahun.
Sementara itu pada usia >35 tahun ibu hamil beresiko terjadinya plasenta previa
karena adanya penuaan uterus, sehingga terjadi seklerosis pembuluh darah arteri
kecil dan arteriole mometrium yang menyebabkan aliran darah ke endometrium
tidak merata sehingga endometrium menjadi kurang subur dan plasenta tumbuh
dengan luas permukaan yang lebih besar, untuk mendapatkan aliran darah yang
adekuat, yang akhirnya menyebabkan terjadinya plasenta previa.
b) Multiparitas
Kemungkinan terjadinya plasenta previa meningkat lebih dari 8x lipat pada
perempuan dengan angka paritas lebih dari empat kali. Semakin jarak antar
kehamilan pendek akan meningkatkan terjadinya plasenta previa karena plasenta
yang baru berusaha mencari tempat untuk mengimplantasi selain dari bekas
plasenta sebelumnya. Paritas 1-3 merupakan paritas paling aman bila di tinjau
dari kasus kematian ibu. Paritas lebih dari 4 dapat menyebabkan angka kematian
ibu tinggi.
c) Kehamilan ganda
Terdapat studi yang melaporkan angka kejadian plasenta previa 40% lebih tinggi
pada kehamilan ganda dibandingkan dengan kehamilan janin tunggal. Plasenta
yang terlalu besar seperti pada kehamilan ganda dan eritoblastosis fetalis bisa
menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar ke segmen bawah uterus hingga
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri intera
d) Riwatat kelahiran Caesar
Riwayat kelainan caesar meningkatkan resiko terjadinya plasenta previa. Pada
operasi seksio caesarea dilakukan sayatan pada dinding uterus sehingga dapat
mengakibatkan perubahan atropi pada desidua dan berkurangnya vaskularisasi.
Kedua hal tersebut dapat mengakibatkan aliran darah ke janin tidak cukup dan
mengakibatkan plasenta mencari tempat yang lebih luas dan endometrium yang
masih baik untuk berimplantasi yaitu di segmen bawah rahim sehingga dapat
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum, demikian pula dengan
bekas operasi, kuretase dan manual plasenta.
e) Merokok
Perempuan perokok memiliki resiko tinggi untuk mengalami plasenta previa.
Hipoksemia akibat karbonmonoksida hasil pembakaran rokok menyebabkan
plasenta menjadi hipertrofi sebagai upaya kompensasi.

2.4 KLASIFIKASI
Klasifikasi plasenta previa adalah sebagai berikut:5

a. Plasenta Previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh
ostium uteri internum. Pada jenis ini, jelas tidak mungkin bayi dilahirkan secara
normal karena resiko perdarahan sangat hebat.
b. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri
internum. Pada jenis ini pun resiko perdarahan sangat besar, dan biasanya janin
tidak dapat dilahirkan secara normal.
c. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir
ostium uteri internum.
d. Plasenta letak rendah, plasenta lateralis, atau kadang disebut juga dangerous
placenta adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim sehingga
tepi bawahnya berada pada jarak kurang lebih 2 cm dari ostium uteri internum.
Jarak lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal. Resiko perdarahan tetap
ada namun tidak besar.

(Gambar 2.2. Klasifikasi Plasenta Previa)


2.5 PATOFISIOLOGI
Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi
pada triwulan ketiga karena saat itu segmen bawah uterus lebih mengalami
perubahan berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan
semakin melebar, dan serviks mulai membuka. Perdarahan ini terjadi apabila
plasenta terletak diatas ostium uteri interna atau di bagian bawah segmen rahim.
Pembentukan segmen bawah rahim dan pembukaan ostium interna akan
(7)
menyebabkan robekan plasenta pada tempat perlekatannya. Pendarahan tidak
dapat di hindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk
berkontraksi seperti pada plasenta letak normal.10

Pada plasenta yang menutupi seluruh uteri internum, perdarahan terjadi lebih
awal dalam kehamilan karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu pada
bagian terbawah yaitu ostium uteri internum. Sebaliknya pada plasenta previa
parsialis atau letak rendah perdarahan akan muncul pada waktu mulai mendekati
persalinan. Perdarahan pertama biasanya sedikit tapi cenderung lebih banyak pada
perdarahan berikutnya. Perdarahan yang pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan
kurang dari 30 minggu, tetapi lebih separuh kejadiannya pada usia kehamilan 40
minggu keatas. Berhubungan tempat perdarahan terletak didekat ostium uteri
internum, maka perdarahan lebih mudah mengalir keluar rahim dan tidak membentuk
hematoma retroplasenta yang mampu merusak jaringan lebih luas dan mengeluarkan
tromboplastin ke dalam sirkulasi maternal. Dengan demikian sangat jarang terjadi
koagulopati pada plasenta previa.4

2.6 GEJALA KLINIS

Gejala yang paling menojol pada plasenta pervia adalah pendarahan uterus yang
keluar melalui vagina tanpa adanya rasa nyeri. Selain itu darah yang keluar melalui
vagina umumnya berwarna merah segar. Perdarahan biasanya baru terjadi pada akhir
trimester kedua keatas. Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak dan berhenti
sendiri, perdarahan akan kembali berulang tanpa sesuatu yang jelas dan bertambah
lebih banyak dari yang pertama.
Karena letak plasenta pada plasenta previa berada pada bagian bawah, maka
pada palpasi abdomen sering teraba bagian terbawah janin masih tinggi diatas
simfisis. Bagian terendah janin yang tinggi disebabkan oleh tidak dapatnya bagian
janin masuk ke pintu atas panggul karena plasenta yang menutupi ostium uteri
internum.
Pada pemeriksaan leopold umumnya ditemukan letak janin tidak dalam letak
memanjang karena janin tidak leluasa berotasi akibat plasenta yang menghambat di
bagian bawah uterus. Selain itu, ada palpasi abdomen tidak ditemui nyeri yang
membedakan plasenta previa dengan solusio plasenta.4

2.7 DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis plasenta previa adalah sebagai berikut:
a. Anamnesis
- Pasien dengan plasenta previa secara klasik datang dengan perdarahan
yang terjadi tiba-tiba pada vagina yang tidak menyakitkan/tidak disertai
nyeri.. Episode pertama dari perdarahan (sentinel) biasanya terjadi
setelah 28 minggu kehamilan.
- Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak
fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya, sehingga pasien
sempat dikirim ke rumah sakit. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent
bleeding) biasanya lebih banyak. Janin biasanya masih baik.6
b. Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan luar : Menentukan posisi terendah janin yang masih tinggi
dan kelainan janin melalui pemeriksaan Leopold. Pemeriksaan luar
bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul. Selain
itu ada palpasi perut perlu diinterpretasikan apakah perut terasa lunak,
tegang atau keras yang sering ditemukan pada solusio plasenta.11
c. Periksa dalam
Tidak dapat dilakukan karena akan mencetuskan perdarahan yang lebih banyak.
Oleh karena itu, pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan di kamar operasi
dengan segala persiapan rencana caesar jika diindikasikan untuk sectio caesar
pada plasenta previa totalis.11
d. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG). USG telah menjadi diagnosa gold standard
pada diagnosa plasenta previa. Transabdominal USG memberikan kepastian
diagnosis plasenta previa dengan ketepatan tinggi hingga 96%-98%.
Transvaginal USG juga memiliki tingkat ketepatan diagnosis yang tinggi hingga
mencapai 98-100%. Selain kedua jenis USG tersebut, terdapat transperineal
USG yang juga dapat membantu menegakkan diagnosis dengan tingkat
ketepatan 90%.11
e. Pemeriksaan laboratorium
Darah rutin, Faktor Pembekuan, Fungsi ginjal dan hati.10

2.8 DIAGNOSIS BANDING


Adapun diagnosis banding atau diferensial diagnosis dari plasenta previa adalah:
1. Solusio Plasenta
Adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terlepas dari
perlekatannya sebelum janin lahir. Biasanya dihitung sejak kehamilan 28
minggu.12
2. Vasa Previa
Adalah keadaan di mana pembuluh darah janin berada di dalam selaput
ketubanmeleati ostium uteri internum untuk kemudian sampai ke dalam
insersinya di tali pusat. Pada keadaan ini perdarahan terjadi ketika selaput
ketuban pecah baik spontan maupun pada tindakan amniotomi.12

2.9 PENATALAKSANAAN
1. Konservatif
Dilakukan perawatan konservatif bila kehamilan kurang 37 minggu,
perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dalam batas normal),
tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat menempuh
perjalanan dalam 1 menit). Perawatan konservatif berupa:
a. Istirahat
b. Pemberian hematinik dan spasmolitik untuk mengatasi anemia
c. Memberikan antibotik bila ada indikasi
d. Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit.
Bila selama 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan perawatan
konservatif maka lakukan mobilisasi bertahap. Pasien dipulangkan bila tetap
tidak ada perdarahan. Bila timbul perdarahan segera bawa ke rumah sakit
dan tidak boleh melakukan senggama.13
2. Penanganan aktif
Penanganan aktif bila perdarahan banyak tanpa memandang usia
kehamilan, umur kehamilan 37 minggu atau lebih, anak mati. Penanganan
aktif berupa persalinan pervaginam dan persalinan per abdominal. Penderita
di persiapkan untuk pemeriksaan dalam diatas meja operasi. (double set up)
yakni dalam keadaan siap operasi. Bila pemeriksaan dalam didapatkan:

a. Plasenta previa margnalis,

b. Plasenta previa letak rendah

c. Plasenta previa lateralis atau marginalis dimana janin mati dan serviks
sudah matang, kepala sudah masuk pintu atas panggul dan tidak ada
perdarahan atau hanya sedikit maka lakukan amniotomi yang diikuti
dengan drips oksitosin pada partus pervaginam, bila gagal drips (sesuai
dengan protap terminasi kehamilan).

Bila terjadi perdarahan banyak lakukan seksio caesarea. Indikasi untuk


melakukan seksio caesarea adalah:13

a. Plasenta previa totalis

b. Perdarahan banyak tanpa henti

c. Presentase abnormal

d. Panggul sempit

e. Keadaan serviks tidak menguntungkan (belum matang)

f. Gawat janin

Cara Menyelesaikan Persalinan pada Kehamilan dengan Plasenta Previa:

(a) Seksio caesarea


Prinsip utama dalam melakukan seksio caesarea (adalah untuk
menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya
harapan untuk hidup, tindakan ini tetap di laksanakan). Tujuan seksio
caesarea yaitu melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera
berkontraksi dan menghentikan perdarahan dan menghindarkan
kemungkinan terjadinya robekan pada servik uteri, jika janin di lahirkan
pervaginam. Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak
vaskularisasi sehingga serviks uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis
dan mudah robek, selain itu, bekas tempat implantasi plasenta sering menjadi
sumber perdarahan karena adanya perbedaan vaskularisasi dan susunan
serabut otot dengan korpus uteri. Siapkan darah pengganti untuk stabilisasi
dan pemulihan kondisi ibu.Lakukan perawatan lanjut pasca bedah termasuk
pemantauan perdarahan, infeksi dan keseimbangan cairan masuk dan cairan
keluar.5

(b) Melahirkan pervaginam

Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta. Penekanan


tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:5

1) Amniotomi dan akselerasi


Umunya dilakukan pada plasenta previa lateralis / marginalis dengan
pembukaan lebih dari 3 cm serta presentasi kepala. Dengan memecah
ketuban, plasenta akan mengikuti segmen bawah rahim dan di tekan
oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah,
akselerasi dengan infus oksitosin.
2) Versi baxton hicks
Tujuan melakukan versi braxton hicks ialah mengadakan temponade
plasenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi braxton hicks tidak
dilakukan pada pada janin yang masih hidup.

2.10 KOMPLIKASI
Komplikasi pada Ibu :
 Anemia
Oleh karena pembentukkan segmen rahim yang terjadi secara ritmik, maka
pelepasan plasenta dari tempat melekatnya di uterus dapat berulang dan semakin
banyak sehingga penderita menjadi anemia bahkan syok.
 Kelainan pada Perlekatan Plasenta
Plasenta previa sering diasosiasikan dengan kelainan pada perlekatan plasenta,
seperti plasenta akreta, inkreta dan pekreta.Oleh karena plasenta yang
berimplantasi pada segmen bawah rahim yang bersifat tipis menyebabkan
jaringan trofoblas menjadi lebih mudah untuk invasi ke dalam miometrium
bahkan perimetrium. Komplikasi ini sering terjadi pada uterus yang pernah
sectio cesarea.
 Perdarahan antepartum
Seviks dan segmen bawah rahim rapuh dan kaya akan pembuluh darah sangat
potensial untuk robek disertai perdarahan yang banyak

Komplikasi pada janin :


 Kelainan letak
Hal ini membuat pilihan tindakan operasi dengan segala konsekuensinya.
 Berat badan lahir rendah
 Kelahiran Prematur dan Gawat Janin
Sering tidak tehindarkan karena tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa
dilakukan dalam kehamilan belum aterm. Pada kehamulan <37 mimggu dapat
dilakukan amniosenstesis untuk mengetahui kematangan paru janin dan
pemberian kortikosteroid untuk antisipasi dan pematangan parunya.

2.11 PROGNOSIS
Prognosis ibu pada plasenta previa dipengaruhi oleh jumlah dan kecepatan
perdarahan serta kesegeraan pertolongannya. Kematian pada ibu dapat dihindari
apabila penderita segera memperoleh transfusi darah dan segera lakukan
pembedahan seksio sesarea. Prognosis terhadap janin lebih buruk oleh karena
kelahiran yang prematur lebih banyak pada penderita plasenta previa melalui proses
persalinan spontan maupun melalui tindakan penyelesaian persalinan. Namun
perawatan yang intensif pada neonatus sangat membantu mengurangi kematian
perinatal.7

BAB III

KESIMPULAN
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada bagian segmen bawah
rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir yang ditandai dengan
perdarahan uterus yang dapat keluar melalui vagina tanpa adanya rasa nyeri pada
kehamilan trimester terakhir, khususnya pada bulan kedelapan. Ciri yang menonjol dari
plasenta previa adalah perdarahan uterus yang keluar melalui vagina tanpa disertai
dengan adanya nyeri. Perdarahan biasanya terjadi diatas akhir trimester kedua. Untuk
penangan disesuaikan dengan kondisi ibu ada penangan konservatifa dan penanganan
aktif. Komplikasi dapat terjadi pada ibu dan bayi yaitu selama kehamilan pada ibu dapat
menimbulkan perdarahan antepartum yang dapat menimbulkan syok, kelainan letak
pada janin sehingga meningkatnya letak bokong dan letak lintang. Prognosis ibu pada
plasenta previa dipengaruhi oleh jumlah dan kecepatan perdarahan serta kesegeraan
pertolongannya. Keterlambatan dalam penangan bisa mengakibatkan kematian ibu dan
janin.

DAFTAR PUSTAKA
1. Hull AD, Resnik R (2014). Placenta previa, placenta accreta, abrutio placenta, and
vasa previa. Dalam: Creasy RK, Resnik R, Iamn JD, Lockwood CJ, Moore TR,
Greene TR (eds). Creasy and resnik’s maternal-fetal medicine: Principles an
practices. Edisi ke 7. China: Elsevier, pp: 732-734.
2. Manuaba IAC, Manuaba IBG, Manuaba IBGF, Manuaba IBG (2014). Ilmu
kebidanan, penyakit kandungan, dan kb untuk pendidikan bidan. Edisi ke 2.
Jakarta: EGC, pp: 247-254
3. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP.2013
4. Prawirohadjo, S. Ilmu Kebidanan. Edisi IV. Jakarta. PT bima pustaka sarwono
prawirohadjo; 2009. Hal 495-502
5. Prawirohardjo Sarwono 2010. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta:
PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
6. Douglas W. Laube, et al. Obstetrics and gynecology. 6th Edition. American.
Lippincott Williams & Wilkins; 2010.
7. Trianingsih I, Mardhiyah D, Duarsa ABS (2015). Faktor-faktor yang berpengaruh
pada timbulnya kejadian plasenta previa. Jurnal Kedokteran Yarsi, 23(3): 103-113.
8. Hartono F, Wahyudi T, Tedjoyuwono (2013). Faktor resiko kejadian plasenta
previa pada ibu hamil di RSU. dr. Seodarso Pontianak tahun 2009-2011. Jurnal
Mahasiswa PSPD FK Universitas Tanjungpura.
9. Faiz. AS, Ananth CV. Etiology and risk factors for Placenta Previa: an overview
and meta-analysis of Obeservational Studies. J Matern Fetal Neonatal Med
2003;13:175-90
10. Nugroho, T,. 2010. Kasus Emergency Kebidanan untuk Bidan dan Keperawatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
11. Royal College of Obstetricians and Gynecologist. Plasenta Previa, plasenta previa
accreta, and vasa previa: Diagnosis and Management. Green top Guideline
no.27.London: RCOG;2011
12. Mochtar, rustam. 2007. SInopsis Obstetri. Jilid 1 Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
13. Sukarni, I, dan Sudarti. 2014. Patologi Kehamilan, Persalinan dan Neonatus Resiko
Tinggi. Yogyakarta. Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai