Anda di halaman 1dari 3

Konsep supply and demand adalah unsur yang paling fundamental dalam ilmu

ekonomi, dan hal itu merupakan esensi dari mekanisme pasar. Ide untuk membahas kekuatan
pasar yang tercermin dalam konsep supply and demand dan determinasi harga adalah upaya
yang relatif terlambat dalam ranah sejarah pemikiran ekonomi. Setidaknya hal ini ditegaskan
oleh Schumpeter, “...terkait dengan pembahasan teori mekanisme pengendalian harga, sangat
sedikit sekali ditemukan kajian tentang hal tersebut sebelum pertengahan abad ke 18”
(Schumpeter, 1972, p. 305). Sebuah riwayat dari Imam Malik menceritakan tentang intervensi
Khalifah Umar bin Khattab dalam mekanisme pasar dengan mengabaikan seorang penjual
yang menjual komoditas dengan harga yang relatif rendah.

Biografi dan Latar Belakang Pendidikan


Nama lengkap Ibnu Taimiyyah adalah Taqi al-Din Ahmad bin Abd al-Halim. Ia lahir
di Harran, 22 Januari 1263 M (10 Rabiul Awal 661H). Keluarganya sangat dikenal
berpendidikan tinggi. Ayahnya Abdul al-Halim, pamannya Fakhruddin dan kakeknya
Majduddin merupakan ulama besar dari mazhab Hambali. Pada tahun 1262 M, keluarganya
mengungsi dari tempat kelahirannya menuju kota Damaskus menjelang kedatangan pasukan
Mongol. Pada saat itu Ibnu Taimiyyah baru berusia 7 tahun. Berkat ketajaman akal dan
kekuatan ingatannya, Ibnu Taimiyyah berhasil menamatkan ilmu dalam bidang yurisprudensi
atau fiqh, hadits nabi, tafsir alquran, matematika dan filasafat, pada usia sangat muda.
Karenanya dia melejit ke depan dibanding mereka yang belajar bersamanya.
Ibnu Taimiyyah hidup dalam kondisi ekonomi yang tidak cukup menguntungkan. Ia
menyaksikan sejumlah keluarga bangkrut dan kehidupan ekonomi mereka berantakan sejak
awal hidupnya. Ibnu Taimiyah menegaskan bahwa setiap orang harus dijamin kecukupan
hidupnya dengan standar minimum, agar ia mampu mengabdi kepada Allah yang maha kuasa

dan hidup layak. Ibnu Taimiyyah juga merupakan tokoh yang cukup dikenal dalam dunia
politik dan pemerintahan, bahkan beliau mendapatkan perlakuan khusus (istimewa) dari
pemerintah. Tak heran jika banyak musuh dan penentangnya yang sering kali menebarkan
fitnah. Setidaknya, Ibnu Taimiyyah merasakan dinginnya ruang tahanan sebanyak empat kali.

Mekanisme Pasar dan Harga Menurut Ibnu Taimiyyah


Berdasarkan pernyataan Ibnu Taimiyyah, dapat dipahami sebuah opini yang
berkembang di masyarakat pada saat itu bahwa kenaikan harga di pasar merupakan
hasil dari tindak kedzaliman (ketidakadilan) dan malpraktik yang dilakukan oleh para
penjual. Biasanya, para penjual melakukan manipulasi yang menyebabkan mekanisme pasar
berjalan tidak secara sempurna (imperfection), seperti tindakan penimbunan (ikhtikar).
Ibnu Taimiyyah menyebutkan dua sumber supply komoditas, yakni produksi lokal
dan kegiatan impor atas barang yang diinginkan oleh masyarakat. Keinginan atas suatu
barang merupakan faktor determinan utama atas kegiatan demand, di
samping faktor pendapatan, namun Ibnu Taimiyyah tidak membahas tentang faktor
income. Perubahan atas supply digambarkan oleh beliau dengan naik turunnya ketersediaan
komoditas di pasaran.
Pada kesempatan lain, dalam kitab Majmu’ al Fatawa, Ibnu Taimiyyah menjelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi demand yang berimplikasi terhadap harga. Faktor
dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Keinginan manusia (people’s desire) yang sangat beragam dan berbeda frekuensinya.
Keinginan ini sangat terkait dengan ketersediaan dan kelangkaan barang. Sebuah
komoditas akan sangat diminati jika komoditas tersebut langka adanya ketimbang
barang yang melimpah di pasaran.
b. Hal itu juga dipengaruhi oleh jumlah pembeli (number of demanders). Jika jumlah
pembeli atas satu komoditas meningkat, maka harga akan naik, dan sebaliknya.
c. Tingkat kebutuhan atas suatu barang. Jika barang tersebut sangat dibutuhkan oleh
masyarakat dan tingkat kegunaannya/kebutuhannya sangat tinggi, maka harga akan
naik, dan sebaliknya.
d. Harga juga dipengaruhi oleh track record pembayaran (rich and trustworthy in paying
debt) yang dilakukan oleh pembeli. Jika pembeli memiliki track record yang baik
dalam pembayaran, tidak pernah delay atau menunggak kewajiban, maka penawaran
dengan harga yang relatif rendah akan diterima oleh penjual, dan berlaku sebaliknya.
Hal ini berlaku dalam jual beli secara kredit, bukan sebuah konsepsi umum dan hanya
kasuistik semata.

4
e. Harga juga dipengaruhi oleh jenis mata uang yang digunakan dalam pembayaran. Jika
uang tersebut lazim dikenal dan biasa digunakan oleh masyarakat setempat, maka
harga bisa turun, dan berlaku sebaliknya. Seperti penggunaan dinar dan dirham.
f. Jika obyek jual beli bisa dihadirkan secara fisik dalam majlis akad, maka harganya
bisa lebih rendah dibandingkan dengan obyek yang tidak tersedia ketika kontrak
berlangsung. (Ibnu Taimiyah, 1383, Vol. 29, p. 523-525).

Scarcity of product merupakan faktor penentu atas preferensi seorang konsumen


terhadap suatu barang. Semakin langka dan sulit suatu komoditas didapatkan, maka harga
barang tersebut akan cenderung naik. Jika supply atas komoditas tersebut minim dalam pasar,
maka demand atas barang tersebut akan naik di masa mendatang.
Meningkatnya jumlah pembeli (number of buyers) yang menyebabkan naiknya harga
sebuah komoditas merupakam fenomena ekonomi dan merupakan salah satu penyebab
perubahan pada fungsi demand dalam pasar (market demand function). Besar kecilnya
kebutuhan bergantung pada seberapa besar intensi dan preferensi konsumer atas sebuah
komoditas dalam sebuah keranjang komoditas (basket of goods). Semakin besar kuantitas
barang yang diinginkan oleh konsumen (good demanded), maka semakin besar harga barang
tersebut, dan berlaku sebaliknya. (Islahi, 1983, p. 54).

Pengendalian Harga Dalam Ekonomi Islam


Pengikut madzhab Syafi’iyyah dan Hanabalah menentang adanya konsep
pengendalian harga dalam mekanisme pasar. Mereka berpendapat, otoritas sosial dan negara
tidak memiliki hak untuk menentukan harga (fix prices) dengan dua alasan; ketersediaan dan
kelangkaan barang yang menyebabkan murah dan mahalnya harga adalah merupakan
fenomena ilahiyyah. Dan jika harga naik sebagai hasil atas berjalannya mekanisme pasar
secara alami, maka pengendalian harga merupakan tindak kedzaliman bagi para penjual.
Berbeda dengan pendapat madzhab Maliki dan Hanafi, pengendalian harga mendapatkan
legitimasi, namun hal itu bukanlah sebuah keniscayaan ketika bertemu dengan tindak
kedzaliman. (Ahmad Bashar, 1997, p. 31-32).
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Ibnu Taimiyyah memiliki
konsep yang sangat jelas tentang mekanisme pasar dan harga. Sekaligus hal ini membuktikan
bahwa sampai dengan pertengahan abad 18 tidak ada ekonom Barat yang mampu
menjelaskan teori supply and demand, padahal Ibnu Taimiyyah telah menjelaskannya pada
abad ke 13. Ibnu Taimiyyah menjelaskan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan
supply and demand yang memiliki konsekuensi terhadap pergerakan harga. Ibnu Taimiyyah
juga menjelaskan bentuk pasar tidak sempurna dan memberikan kebijakan pengendalian
harga jika terdapat tindak kedzaliman pelaku pasar.

Anda mungkin juga menyukai