Anda di halaman 1dari 3

Artikel Ekonomi&Bisnis

FEB UMS-Juli 2020

KOPERASI SEBAGAI TULANG PUNGGUNG


PEMULIHAN EKONOMI

Anton A Setyawan
Guru Besar Ilmu Manajemen Fak Ekonomi dan Bisnis
Univ Muhammadiyah Surakarta
Jl A Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura 57102
Telp: 0271-717417 ext 453 (office) 08156718444 (mobile)
e-mail: anton.setyawan@ums.ac.id

Tanggal 12 Juli sebagai Hari Koperasi selalu kita peringati dengan


berbagai upacara dan seremoni lainnya, namun demikian perkembangan badan
usaha ini masih saja termarjinalkan. Data dari Kementerian Koperasi dan
UMKM menunjukkan di Indonesia saat ini tercatat ada 177.000 koperasi dan 28
persen diantaranya tidak aktif. Sisanya meskipun beroperasi, namun belum
mencapai kinerja yang memuaskan.

Pada masa kelesuan ekonomi karena pandemic COVID 19 yang berpotensi


menjadi krisis bahkan resesi ekonomi nasional, koperasi Indonesia saat ini
menghadapi sebuah pilihan menarik, yaitu menjadi lembaga bisnis yang
memotori pemulihan ekonomi atau justru terpuruk karena krisis ekonomi.
Sebuah organisasi bisnis yang mengalami perubahan lingkungan eksternal harus
melakukan penyesuaian. Langkah penyesuaian dilakukan mulai dari
penyesuaian taktik bisnis sampai dengan transformasi organisasi. Masalah
restrukturisasi bisnis ini menjadi salah satu kunci dalam menghadapi perubahan
lingkungan bisnis.

Koperasi adalah sebuah badan usaha dengan karakteristik khusus. Badan


usaha atau organisasi bisnis koperasi mempunyai dua fungsi yaitu fungsi sosial
dan fungsi bisnis. Fungsi sosial koperasi adalah kewajiban untuk memenuhi
kesejahteraan anggotanya, sedangkan fungsi bisnis adalah menciptakan nilai
tambah ekonomi atau keuntungan bisnis. Namun demikian untuk mencapai
kedua tujuan tersebut, mau tidak mau koperasi harus memilik kemampuan
untuk menghasilkan keuntungan bisnis (profit).

Koperasi adalah sebuah organisasi bisnis yang harus memenuhi kaidah-


kaidah yang berlaku dalam praktek bisnis. Koperasi harus menerapkan prinsip
manajemen modern apabila mempunyai tujuan meningkatkan kesejahteraan
anggotanya. Penerapan prinsip manajemen modern ini untuk menghindari
koperasi agar tidak terjebak menjadi organisasi yang lembek dan tidak mampu
bersaing dalam iklim bisnis.

1
Artikel Ekonomi&Bisnis
FEB UMS-Juli 2020

Kritik yang selama ini dialamatkan pada koperasi pada umumnya adalah
ketidakmapuan mereka bersaing dalam praktek bisnis. Koperasi terjebak pada
fungsi sosialnya sehingga mereka kurang inovatif dan tidak mempunyai
keberanian dalam mengambil resiko.

Membangun Daya Saing

Organisasi bisnis yang mengalami perubahan lingkungan perlu


memperkuat daya saingnya. Daya saing sebuah organisasi bisnis berasal dari
sumber daya internalnya (resource base). Oleh karena itu perusahaan harus
mampu mengidentifikasi sumber daya internalnya sebagai cara untuk
menemukan daya saing. Pendekatan Value Chain Analysis atau Value Chain
Management adalah sebuah pendekatan analisis perusahaan yang dikemukakan
oleh Porter (1985). Dalam analisis ini sebuah industri dibagi menjadi dua
kelompok aktivitas yaitu aktivitas pendukung dan aktivitas utama. Kedua jenis
aktivitas ini menjadi unsur pembentuk daya saing perusahaan.

Permasalahan mendasar dari koperasi adalah tidak adanya kemauan dan


kemampuan dalam mengelola usahanya secara profesional dan berdasarkan
prinsip-prinsip manajemen modern, tidak antisipatif terhadap perubahan dan
tidak mempunyai visi jangka panjang (Thoha 2000, Masyhuri, 2000).
Sebenarnya pemerintah dan LSM telah banyak melakukan program-program
pendampingan bagi mereka. Namun hasilnya masih jauh dari memuaskan. Hal
ini dapat di lihat dari dua sisi, pertama , program-program pendampingan
tersebut bersifat teknis dan permodalan, padahal masalah internal pengusaha
kecil-menengah adalah rendahnya kualitas kewirausahaan mereka. Kedua,
kurangnya tenaga profesional dalam koperasi. Sebagian besar dari mereka
adalah para sarjana fresh graduated yang direkrut oleh badan usaha ini. Mereka
kurang memiliki komitmen kuat karena menganggap pekerjaan ini hanya
sebagai “batu loncatan” menuju pekerjaan lain yang lebih prestise.

Keunggulan kompetitif muncul pada saat sebuah perusahaan menemukan


cara yang lebih efisien untuk bersaing dalam sebuah industry dan kemudian
menyusun strategi dalam bentuk yang konkret berdasarkan temuan tersebut
(Passemard dan Kleiner, 2000). Menciptakan keunggulan kompetitif adalah
sebuah usaha yang sulit, namun menjaganya tetap di perusahaan adalah usaha
yang lebih sulit lagi. Passemard dan Kleiner (2000) menyatakan bahwa
pemeliharaan keunggulan kompetitif tergantung dari tiga hal. Pertama, sumber
keunggulan kompetitif. Ada hierarki diantara keunggulan ini, yaitu keunggulan
minor (misalnya: tenaga kerja yang murah) dan keunggulan mayor (misalnya:
penguasaan teknologi baru). Kedua, jumlah keunggulan kompetitif. Kuncinya
semakin banyak sebuah perusahaan mempunyai keunggulan kompetitif maka

2
Artikel Ekonomi&Bisnis
FEB UMS-Juli 2020

semakin baik. Ketiga, mengubah strategi perusahaan secara terus menerus


untuk menuju pada kinerja perusahaan yang terbaik.

Noer Soetrisno (2003) dalam sebuah tulisannya di Jurnal Ekonomi


Rakyat, membagi koperasi menjadi tiga kelompok, terkait dengan pengaruh
perdagangan bebas, yaitu koperasi produsen, koperasi konsumen dan koperasi
kredit dan jasa keuangan. Koperasi produsen yang bergerak di bidang produksi
mengalami pengaruh langsung perdagangan bebas. Hal ini dikarenakan di era
perdagangan bebas maka semua hambatan perdagangan dihilangkan, padahal
biasanya koperasi menikmati proteksi yang diberikan pemerintah.

Pandemi COVID 19 mempunyai sisi positif bagi koperasi. Koperasi bisa


menjadi salah satu pilihan lembaga yang menjadi motor penggerak pemulihan
ekonomi. Krisis ekonomi tahun 1998 lalu, salah satu kebijakan pemulihan
ekonomi yang ditempuh pemerintah masa itu adalah mendorong tumbuhnya
koperasi-koperasi baru sebagai unit bisnis yang menampung korban PHK
sehingga mereka bisa menjadi wirausahawan-wirausahawan baru. Masalahnya
dengan realitas kinerja yang belum optimal bisakah kita berharap koperasi
Indonesia menjadi sebuah unit bisnis yang unggul? Kiranya jawaban dari
pertanyaan itu ada ditangan para pelaku ekonomi nasional, yaitu pemerintah,
pengusaha dan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai