Anda di halaman 1dari 94

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

TEKANAN BATIN TOKOH ARIMBI


DALAM NOVEL DETIK TERAKHIR
KARYA ALBERTHIENE ENDAH
TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Felisianus Perik
NIM : 014114050

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA


JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA
UNIVERISITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

Siapkan akal budimu


Waspadalah dan letakkanlah harapanmu
Seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu.
Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan
Turuti hawa nafsu yang menguasai kamu
Karena kamu telah mensucikan dirimu oleh
Ketaatan kepada kebenaran,
Dan kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus dan
ikhlas.

(Surat Petrus, 1 : 13 - 17)

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini teruntuk


Mamaku tercinta Heno Kornelia Misa
Papaku tercinta Heno Falentinus
Kakakku tersayang Edison F.X. Misa Heno
Kakakku tersayang Relly Detroni Misa Heno
Kakakku Remigius Muksim Misa Heno
Kakakku tersayang Anjel Misa Heno
Kakakku tersayang Irnawati F.X. Misa Heno
Kakakku tersayang Adi Patrik Misa Heno
Adikku tercinta Hilarius Ariyanto Misa Heno
Ponakanku tersayang
Ivo Misa Heno
Arthur Misa Heno
Fanera Muksim Misa Heno

Kebahagiaan tersendiri dapat memberikan


Kebahagiaan dan kasih sayangku
Untuk semua keluargaku tercinta
Dan untuk orang-orang yang kukasihi

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 19 Juni 2008


Penulis

vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN


PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Felisianus Perik


Nomor Mahasiswa : 014114050

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan


Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
TEKANAN BATIN TOKOH ARIMBI DALAM NOVEL DETIK TERAKHIR
KARYA ALBERTHIENE ENDAH TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata


Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 3 Mei 2008

Yang menyatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Perik Felisianus. 2008. Tekanan Batin Tokoh Arimbi Dalam Novel Detik
Terakhir Karya Alberthiene Endah Tinjauan Psikologi Sastra. Skripsi
S1.Yogyakarta: Sastra Indonesia,Universitas Sanata Dharma

Penelitan ini mengkaji tekanan batin tokoh Arimbi dalam novel Detik
Terakhir Karya Alberthiene Endah. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pendekatan psikologi sastra. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa
antara psikologi dan sastra terdapat hubungan yang erat sehingga dapat digunakan
untuk menganalisis tekanan batin tokoh Arimbi. Melalui psikologi sastra dapat
diketahui tekanan batin yang dialami tokoh Arimbi yang disebabkan oleh tidak
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar mengakibatkan tokoh Arimbi
mengalami tekanan batin.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi
Dengan menggunakan metode tersebut, peneliti membagi menjadi dua tahap.
Pertama, menganalisis novel Detik Terakhir untuk mengetahui struktur
intrinsiknya, kedua, mempergunakan hasil analisis pada tahap pertama untuk
memahami aspek psikologi yang berkaitan dengan tekanan batin Arimbi dalam
novel Detik Terakhir.
Tujuan pokok penelitian ini adalah memaparkan tekanan batin yang
dialami oleh tokoh Arimbi dan tekanan batin akibat tidak terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan dasar sebagai manusia.
Dari hasil analisis psikologi sastra dapat disimpulkan bahwa kebutuhan
akan rasa aman, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan aktualisasi
diri sangat dibutuhkan oleh tokoh Arimbi. Ketiga kebutuhan ini tidak didapatkan
oleh Arimbi dari linkungan keluarganya.
Akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut
menimbulkan perasaan–perasaan tertekan pada tokoh Arimbi,seperti rasa takut,
rasa tidak percaya diri, dan rasa frustrasi yang menyebabkan tekanan batin pada
tokoh Arimbi dan pada akhirnya Arimbi terjerumus dalam dunia narkoba yang
sebenarnya tidak diinginkan oleh Arimbi.

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

Perik. Felisianus. 2008. Tekanan Batin Tokoh Arimbi Dalam Novel Detik
Terakhir Karya Alberthiene Endah Tinjauan Psikologi Sastra Thesis
S1. Yogyakarta: Indonesian Literature, Sanata Dharma University.

This research examines psychological strain of Arimbi’s character in the


novel of Detik Terakhir by Alberthiene Endah. The approach used in this research
is literature psychological approach. It is based on an assumption that there is a
strong relation between psychology and literature so it can be used to analyze
Arimbi’s psychological strain. By literature psychological, it can be known that
Arimbi’s psychological strain caused by not fulfilled basic needs makes Arimbi
has psychological strain problem.
The method used in this research is description method. By using this
method, researcher divides it into two stages. First, by analyzing the novel of
Detik Terakhir to understand its intrinsic structure; second, by using the analysis
result in first stages to understand psychological aspect related to the Arimbi’s
psychological strain in the novel of Detik Terakhir.
Main goal of this research is to explain psychological strain felt by Arimbi
and psychological strain because basic needs as a human are not fulfilled.
Based on the analysis result of literature psychological, it can be
concluded that necessity of feeling safe, necessity of appreciation, and necessity
of self-actualization are needed by Arimbi very much. Arimbi gets these
necessities not from his family.
Because of these not fulfilled basic needs, Arimbi feels suppressed.
Feeling of afraid, no self-confidence, and frustration cause psychological strain to
Arimbi’s character. Finally, Arimbi falls into narcotics and drugs that actually is
not expected by him very much.

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Dengan selesainya skripsi ini, penulis merasa bahwa Bunda Maria dan
Tuhan Yesus yang telah berkarya pada diri penulis. Untuk itu penulis
mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas anugerah dan
berkat-Nya. Tanpa campur tangan Tuhan skripsi ini tidak akan selesai pada waktu
yang direncanakan.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu persayaratan untuk memperoleh
gelar kesarjanaan Sastra Indonesia di Universitas Sanata Dharma. Skripsi dengan
judul Tekanan Batin Tokoh Arimbi dalam novel Detik Terakhir karya Alberthine
Endah ini tidak terwujud begitu saja, melainkan melalui proses dan berkat
kebaikan serta keprihatinan hati dari banyak pihak. Kebaikkan dan keprihatinan
itulah yang menjadikan semangat penulis untuk segera menyelesaikan studi.
Untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga
kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis.
1. Ibu Dra. Fr. Tjandrasih Adji, M.Hum., selaku dosen pembimbing pertama,
yang dengan sabar dan penuh perhatian memberi dorongan dan arahan kepada
penulis. Ditengah kesibukkannya beliau masih meluangkan waktu sehingga
muncul motivasi untuk segera menyelesaikan skripsi ini, dan berusaha lebih
baik lagi.
2. Bapak Drs. B. Rahmanto, M.Hum., selaku dosen pembimbing dua, terima
kasih atas segala bimbingan dan dukungan, serta nasihat, perhatian, kesabaran,
serta kesediaan meluangkan waktu dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Hery Antono, M.Hum., dan Bapak Dr. I Praptomo Baryadi, terima
kasih atas dukungan dan perhatiannya selama ini yang sering bertanya
”bagaimana skripsinya?” dan “kapan pendadaran?” pertanyaan-pertanyaan
tersebut telah memacu semangat untuk meyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Drs. FX. Santoso, M.S., Bapak Drs. P. Ari Subagyo, M.Hum, Ibu S.E.
Peni Adji, S.S., Bapak Drs. Yoseph Yapi Taum, M.Hum, terima kasih atas

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bimbinganya selama penulis menempuh studi di Fakultas Sastra Universitas


Sanata Dharma.
5. Karyawan Fakultas Sastra Univerisitas Sanata Dharma.
6. Karyawan UPT Perpustakaan Univeritas Sanata Dharma.
7. Mamaku tersayang Heno Kornelia Misa dan Papaku Heno Falentinus terima
kasih atas kasih sayang, dukungan dan doanya yang selalu mengiringi
langkahku, I love you ... “selamanya Mama Papa Henoku adalah mutiara
hatiku yang tak ternilaikan oleh apapun”.
8. Teruntuk kakakku tersayang Edison FX. Heno, Relly Heno, Remigius Heno,
Angela Matidis Heno, Irnawati FX Heno, Adi Heno, adikku Rio Heno, dan
keponakkanku Ivo Heno, Fanera Heno, Arthur Heno “saudara adalah bagian
hidupku yang tak akan tergantikan oleh apapun”.
9. Buat adik-adikku yang tersayang, Noni Ngamal, Upi Ngamal, Iwan Ngamal,
Tasya, Anjel, Paskual, kalian sudah besar, patuhi mama papa, rajinlah belajar,
galilah ilmu sedalam mungkin biar masa depan kalian cerah.
10. Teruntuk Papaku Karel, dan Mamaku Karel tercinta terima kasih atas
dukungan dan doanya selama ini.
11. Buat adikku Rio Heno, ingatlah pesan Mama Papa Heno jadilah anak yang
baik dan sukses jangan nakal, raihlah cita-citamu sebisa mungkin, agar papa
mama Heno bahagia, melihat adikku Rio Heno sukses.
12. Buat seseorang yang selalu ada dihatiku, Aku selalu mencintaimu.
13. Khusus sahabat kecilku adik Kisti Imoet terima kasih atas dukungan dan
doanya, “kakak selalu merindukanmu”.
14. Teruntuk kakakku yang baik, Sius Karel, Yos Karel, Nandus Karel Hiro
Karel, Li Karel dan semua keluarga Ema Koe Karel terima kasih atas
nasihatnya.
15. Teruntuk semua keluarga besar Rentung dari Mama Henoku, dan keluarga
besar Rego dari Papa Henoku terima kasih atas dukungannya.
16. Keluarga kakakku Donatus Lagus, Pr, dan keluarga kakakku F. X. Agus
Basuki, terima kasih atas perhatian, pengertian, dukungan doa dan semangat,

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

terlebih karena kesediaan menerima saya sebagai bagian keluarga ini. You’re
my second family.
17. Kakakku John Ngamal dan kak Omy Ngamal terima kasih atas nasihat,
dukungan dan doanya.
18. Terima kasih atas dukungan dari Kak Ti Ngamal, Kak Mar Ngamal, Kak
Largus Ngamal.
19. Adik-adikku tersayang Nayen Putriana, Arie Nayen, Aldo, Rinto, Klaus Reba
Entok Bertolomeus, Anto, Indri, Candra “ayo, skripsinya cepat diselesaikan”.
Akhirnya Feli dapat selesaikan skripsi ini, terima kasih atas dukungan dan
perhatian dari adik-adikku tersayang.
20. Sahabat seperjuanganku Sastra Indonesia ’01 khususnya Aji Yulianto, Andy
Permana, Sherlly, Kingkin, Ernest, Novi, Ririn Tari, Keynas, Dwi, Sita, Yuni,
Indah, Ompong Kristo Beo, Linda Wati terima kasih atas persahabatan selama
ini dan semangat kerjasama, perhatian, pengertian dukungan dan keceriaan
yang penuh makna. ”tidak akan Feli lupakan”.
21. Wina momang daku Esy terima kasih atas doa, dukungan dan perhatiannya
selama ini.
22. Ana Dominika terima kasih atas ketulusan sayang dan kasihmu.
23. Terima kasih atas dukungan dari teman-teman dan saudaraku Fides, S.E.,
Rama Sakti, S.E., 12 – Mh4 dan Dila, Doni, Fred, Tian Woyo, Yanu, Heri,
Petrus, Yulin, S.E., Eliys, Siti Suryanie Zein, Ivan, Nanang, S.S. Agus Wiwit,
Sigit, S.S., Adi Cahyono, Eka, Vero, Ema Koe Fansi, Retno Manis, Niken,
Wilma, Ameng, Ruth, S.S., Sovi, Karina Sitepu, Martina Mas, S.S., Menyun,
Rosa, Erda, Eli, Fanie, Martha, Romi, Endang, Riki, Andi Jay, Elin, Anye,
Onsi, Thomas, Retno, Yudha D.A., S. Pd, Pak Sutries, Mbak Pipiet.
24. Terima kasih atas dukungan dari Kak Ensi dan Kak Todi selama ini.
25. Terima kasih untuk Ibu Harto, Mbak Hesty, Mas Farid, Dimas, Damar, dan
Handi Harto atas dukungan dan doanya.
26. Terima kasih untuk keponakanku Yeti Dahat, Elen Dahat, Rio Zaman, Ita
Zaman yang telah mendukung dan mendoakan saya selama mengerjakan
skripsi.

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27. Terima kasih untuk teman-teman kos grinjing atas dukungan dan bantua nnya
selama ini.
Semoga kebaikkan hati pihak-pihak yang disebut di atas menjadi amal
baik serta mendapat balasan dari Tuhan. Meskipun penulis sudah berusaha
menyusun skripsi ini sebaik-baiknya, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari sempurna. Oleh sebab itu saran dan kritik senantiasa penulis perlukan
dari perbaikkan skripsi ini.

Penulis

Felisianus Perik

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia selalu berusaha untuk mendapatkan kebahagiaan dan kedamaian

di dalam hidup dengan berbagai macam cara, ada yang berhasil ada juga yang

tidak berhasil. Jika seorang tidak mendapatkan yang diinginkannya maka dia akan

stres, tertekan dan putus asa. Orang yang tabah dalam menjalankan hidup

kemungkinan besar dia akan terhindar dari penyakit yang diakibatkan oleh

tekanan batin (Daradjat, 1985 : 15).

Ketidaktentraman hati, atau kurang sehatnya mental, sangat

mempengaruhi kelakuan dan tindakan seseorang, misalnya orang akan merasa

tertekan, atau merasa gelisah dan berusaha mengatasi perasaan yang tidak enak itu

dengan jalan mengungkapkannya keluar. Akan tetapi, tidak selamanya orang

mendapat kesempatan untuk itu. Orang yang menghadapi kesukaran-

kesukarannya dengan tidak wajar atau ia tidak sanggup menyesuaikan diri dengan

situasi yang dihadapinya dapat mengala mi gangguan jiwa (Daradjat, 1985 : 22).

Tekanan batin (pressure) adalah suatu perasaan yang di dalamnya orang

merasa dirinya dibebani dan seolah-olah dikejar untuk mencapai sesuatu atau

berperilaku tertentu (Winkel, 1991 : 207).

Novel Detik Terakhir karya Alberthiene Endah ini cukup banyak

mengungkapkan dan menyoroti permasalahan tekanan batin yang terjadi pada

tokoh Arimbi. Permasalahan tekanan batin yang dialami oleh Arimbi adalah

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

berawal dari Arimbi melihat kedua orang tuanya yang selalu saja bertengkar,

setiap hari ayah Arimbi selalu memukul ibunya sampai berdarah, bahkan sampai

pingsan. Arimbi juga merasa tertekan melihat perselingkuhan kedua orang tuanya

dengan rekan kerja mereka di kantor.

Novel Detik Terakhir ini juga menceritakan tentang kehidupan keluarga

terpandang, kisah hidup Arimbi anak orang kaya dan memiliki orang tua yang

punya nama besar. Orang tua yang tampak harmonis dan bahagia meskipun di

dalam keluarga selalu saja sering saling menyakiti, Arimbi selalu saja

menyaksikan pertengkaran dan perselingkuhan kedua orang tuanya yang

menyebabkan Arimbi merasa tertekan batinnya dengan perbuatan orang tuanya.

Pada akhirnya Arimbi mengambil sebuah keputusan untuk lari dari rumah untuk

mencari dunia baru yang membuat hidupnya bahagia. Dunia baru itu adalah

narkoba. Arimbi terjerumus dalam dunia narkoba dan menjadi pecandu narkoba.

Arimbi melakukan ini bukan karena keinginannya, Arimbi terpaksa

melakukannya karena Arimbi merasa tertekan melihat kedua orang tuanya yang

setiap hari selalu saja ada pertengkaran. Bagi Arimbi hidup di rumahnya seperti

hidup di neraka yang setiap hari selalu saja menjerit meminta pertolongan.

Salah satu karya sastra adalah novel. Novel merupakan pengamatan

sastrawan terhadap kehidupan di sekitarnya. Penciptaan novel dipengaruhi latar

belakang pengarang, lingkungan, dan keperibadian pengarang itu sendiri. Novel

mengandung cerita kehidupan seorang sewaktu ia mengalami krisis dalam

jiwanya dan sebagainya (Sumardjo, 1984 : 4)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Karya sastra dapat memanfaatkan psikologi karena karya sastra

merupakan ekspresi batin manusia. Tokoh-tokoh dalam novel adalah manusia

yang terdiri dari unsur fisik dan mental (jiwa). Oleh karena itu, unsur psikologi

sangat berperan dalam penokohan (Sumardjo, 1984 : 8). Pada dasarnya psikologi

dan sastra mempunyai kaitan erat antara manusia dengan masyarakatnya

(Sumardjo, 1984 : 5).

Psikologi dapat memberikan gambaran-ganbaran atau penjelasan yang

bermanfaat tentang sastra, terutama tentang masalah- masalah yang berhubungan

dengan perasaan dalam sastra. Berbagai persamaan tujuan antara psikologi dan

sastra mendasari adanya suatu pendekatan psikologi terhadap suatu karya sastra

(Sumardjo, 1984 : 10).

Dalam kaitan antara psikologi dan sastra, Hartoko dan Rahmanto

mendefinisikan psikologi sastra sebagai cabang ilmu sastra yang mengkaji sastra

dari sudut pandang psikologi. Pendekatan ini diarahkan pada pengarang maupun

pembaca (psikologi komunikasi sastra) atau kepada teks itu sendiri (Hartoko dan

Rahmanto, 1986 : 29).

Sebuah cerita fiksi dalam bentuk novel, didukung oleh tokoh-tokoh cerita.

Tokoh utama selalu menjadi tokoh sentral. Ia bahkan menjadi pusat sorotan dalam

kisah (Sudjiman, 1988 : 18). Arimbi dalam novel Detik Terakhir ini dapat

dikatakan sebagai tokoh yang memegang peranan pemimpin karena Arimbi

banyak terdapat dalam setiap bagian cerita novel Detik Terakhir.

Peneliti memilih novel Detik Terakhir ini, sebagai bahan kajian dengan

alasan pertama novel Detik Terakhir ini mempunyai kekhasan dalam hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

penceritaan, pembaca dihadapkan pada permasalahan yang tidak jauh dari realita

kehidupan zaman sekarang yaitu banyaknya anak-anak muda yang terjermus

dalam dunia narkoba, disebabkan tidak adanya perhatian dan kasih sayang dari

orang tua serta keluarga mereka; kedua novel ini memenangkan penghargaan

Pertama Adikarya IKAPI untuk kategori novel remaja; ketiga tema novel ini

tentang narkoba sesuai dengan keadaan saat ini yang sedang digalangkan anti

narkoba, sehingga menarik untuk mengetahui kehidupan para pengguna narkoba.

Karya-karya Alberthiene Endah selalu sesuai dengan kehidupan modern.

Contohnya saja novel Detik Terakhir ini dan juga novel ini pernah difilmkan

dengan judul Jangan Beri Aku Narkoba. Karya-karya Alberthiene Endah berhasil

meraih 2 penghargaan khusus dari Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Fan

Campus dalam menanggulangi narkoba, dan Mei 2005, novel Jangan Beri Aku

Narkoba terpilih sebagai juara Pertama Adikarya Award 2005 IKAPI (Endah,

2004 : www. Gramedia. com).

Seorang mengalami tekanan perasaan atau tekanan batin yang sangat

berat, apalagi tidak ditemukan jalan keluarnya, akan mengakibatkan seseorang

mengalami gangguan jiwa atau bahkan penyakit jiwa. Hal ini disebabkan

seseorang tidak mampu menghadapi kesukaran-kesukaran dalam hidupnya

dengan jalan yang wajar atau bahkan ia tidak mampu menyesuaikan diri dengan

situasi yang sedang dihadapinya (Daradjat, 1985 : 24).

Dalam memahami karya sastra terutama novel, analisis intrinsik sangat

diperlukan sabagai langkah awal. Dalam penelitian ini unsur intrinsik yang akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

diteliti adalah tokoh dan latar dengan alasan kedua unsur ini sangat intensif

mengungkapkan permasalahan tekanan batin tokoh Arimbi.

Dari analisis struktur dilanjutkan analisis psikologi yang berhubungan

dengan tekanan batin tokoh Arimbi dalam novel Detik Terakhir. Teori yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teori psikologi Abraham Maslow karena

peneliti melihat adanya kesesuaian antara teori psikologi Abraham Maslow untuk

menganalisis tekanan batin tokoh Arimbi dalam menghadapi permasalahan hidup.

Permasalahan tekanan batin tokoh banyak terdapat dalam novel Detik

Terakhir, maka penulis tertarik untuk mengungkap permasalahan tersebut.

Pendekatan yang tepat digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

psikologis sastra, pendekatan ini digunakan untuk menganalisis segi kejiwaan

yang berhubungan dengan tokoh Arimbi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang akan dibahas dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimanakah struktur penceritaan novel Detik terakhir karya Alberthiene

Endah ?

1.2.2 Bagaimanakah tekanan batin yang dialami tokoh utama dalam novel Detik

Terakhir karya Alberthiene Endah ?


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah- masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini,

maka tujuan penelitian adalah:

1.3.1 Mendeskripsikan struktur penceritaan novel Detik Terakhir karya

Alberthiene Endah.

1.3.2 Mendeskripsikan tekanan batin yang dialami tokoh utama dalam novel

Detik Terakhir karya Alberthine Endah.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa :

1.4.1 Hasil penelitian ini dapat menambah bahan kajian tentang tekanan batin

untuk dunia sastra.

1.4.2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya tujuan

sastra dari sudut pandang psikologi.

1.5 Landasan Teori

1.5.1 Teori Struktural

Karya sastra merupakan struktur yang terdiri dari bagian-bagian yang

bermakna. Struktur sastra menyarankan pada penge rtian hubungan antar unsur

(intrinsik) yang bersifat timbal balik, saling mene ntukan, saling mempengaruhi

yang secara bersamaan membentuk kesatuan yang utuh (Nurgiyantoro, 1995 : 36)

Permasalahan sebuah karya sastra khususnya novel, dapat dilakukan

dengan memaparkan struktur novel. Tujuan pemaparan adalah mengetahui fungsi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama

menghadirkan keseluruhan (Nurgiyantoro,1995 : 37)

Analisis intrinsik dalam penelitian ini hanya difokuskan pada tokoh dan

latar saja. Hal ini dikarenakan latar merupakan tempat tokoh melakukan dan

dikenai suatu kejadian. Latar akan mempengaruhi tingkah laku dan cara berfikir

tokoh (Nurgiyantoro, 1995 : 75).

1.5.2 Tokoh

Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa dalam cerita

(Sudjiman, 1991 : 16). Berdasarkan fungsinya tokoh dalam cerita dapat dibedakan

menjadi tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh

yang kita kagumi yang salah satu jenisnya secara popular sering disebut tokoh

hero, yaitu tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai- nilai

yang ideal bagi kita (Nurgiyantoro, 1995 : 178). Tokoh antagonis atau tokoh

lawan adalah tokoh penentang dari tokoh utama dari tokoh protagonis (Sudjiman,

1991 : 19). Tokoh antagonis juga dapat dikatakan sebagai tokoh penyebab

terjadinya konflik (Nurgiyantoro, 1995 : 179)

Menurut Sudjiman (1988 : 17) berdasarkan fungsinya tokoh dibedakan

menjadi tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh yang memegang peranan

penting disebut tokoh utama atau protagonis. Tokoh protagonis selalu menjadi

tokoh sentral dalam cerita. Tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral di

dalam cerita, tetapi kehadiranya sangat diperlukan untuk menunjang dan

mendukung tokoh utama. Hartoko dan Rahmanto (1986 : 14) menjelaskan tokoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

adalah pelaku atau faktor dalam sebuah cerita sejauh ia oleh pembaca dianggap

tokoh kongkrit, individual.

1.5.3 Latar

Latar adalah tempat atau masa terjadinya peristiwa (Sumardjo, 1983 : 10).

Menurut Sayuti menjelaskan bahwa cerita berkisah tentang seseorang atau

beberapa tokoh (1988 : 44). Peristiwa-peristiwa di dalam cerita tentulah terjadi

pada suatu tempat tertentu. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa segala

keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan

suasana terjadinya cerita dalam suatu karya sastra membangun latar cerita.

Sebuah cerita dibangun dari unsur latar karena pelukisan latar dapat

membantu pembaca dalam memahami jalannya cerita dan keberadaan tokoh

dalam sebuah novel.

Latar atau setting disebut sebagai landas tumpu yang menyaran pada

pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan tempat terjadinya peristiwa-

peristiwa yang diceritakan (Nurgiyantoro, 1995 : 216). Latar memberi pijakan

cerita secara kongkrit. Hal ini penting untuk memberi kesan realitas kepada

pembaca, menciptakan suasana tertentu seolah-olah ada dan terjadi (Nurgiyantoro,

1995 : 217). Pendeskripsian unsur latar semakin memperjelas maksud yang ingin

disampaikan pengarang kepada pembaca. Latar memberi gambaran kepada

pembaca mengenai tempat tokoh berada, waktu kejadian berlangsung, dan

keadaan kondisi sosial tokoh. Latar dalam sebuah novel dapat dibagi menjadi tiga

yakni latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.5.3.1 Latar Tempat

Latar tempat menyarankan pada lokasi terjadinya peristiwa yang

diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang digunakan mungkin

beberapa tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, lokasi tertentu, dan tanpa

nama yang jelas (Nurgiyantoro, 1995 : 227).

Pengangkatan suasana kedaerahan, suatu yang mencerminkan local

colour, akan menyebabkan latar tempat menjadi unsur yang dominan dalam karya

sastra yang bersangkutan, tempat sesuatu yang bersifat khas, tipikal, dan

fungsional. Namun, perlu ditegaskan sifat ketipikalan daerah tidak hanya

ditentukan oleh rincian deskripsi lokasi, melainkan harus lebih didukung oleh sifat

kehidupan sosial masyarakat penghuninya (Nurgiyantoro, 1995 : 229)

1.5.3.2 Latar Sosial

Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku

kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam sebuah karya

fiksi. Tata cara kehidupan masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup

yang komplek, ia dapat berupa kebiasaan, adat istiadat, tradisi, keyakinan,

pandangan hidup, cara berpikir, dan bersikap (Nurgiyantoro, 1995 : 234). Hudson

via Sudjiman (1984 : 44) menjelaskan jika latar sosial mencakup penggambaran

keadaan masyarakat, kelompok-kelompok sosial dan sikapnya, adat kebiasaan,

cara hidup, bahasa, dan unsur lainnya yang melatari peristiwa


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

1.5.4 Psikologi Sastra

Teori yang akan digunakan sebagai landasan untuk menganalisis novel

Detik Terakhir adalah psikologi sastra. Menurut Awang dalam Shalauddin (1991 :

27) psikologi dan sastra memiliki banyak persamaan. Keduanya mempunyai

fungsi dan cara yang sama dalam pelaksanaan tugas untuk memahami perihal

manusia dan kehidupannya. Dalam pelaksanaan fungsinya, keduanya

menggunakan tinjauan yang sama, yaitu menjadikan pengalaman manusia sebagai

bahan utama untuk penulisan atau penelitian.

1.5.4.1 Psikologi Abraham Maslow

Teori Maslow mendasarkan diri pada pandangan bahwa seseorang itu pada

hakikatnya baik dan bebas, kekuatan jahat dan merusak yang ada pada manusia

merupakan hasil dari lingkungan yang buruk, bukan merupakan bawaan (Maslow

via Koeswara, 1989 : 224). Studi objektif tentang tingkah laku manusia belumlah

cukup, untuk memperoleh pengertian yang menyeluruh maka segi-segi

subjektifnya pun perlu dipertimbangkan termasuk perasaan, keinginan, harapan

dan aspirasi-asprasi seseorang (Maslow via Goble, 1987 : 41).

Konsep fundamental Maslow adalah manusia dimotivasikan oleh sejumlah

kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk semua spesies, tidak berubah dan

berasal dari sumber genetik atau naluriah. Kebutuhan-kebutuhan itu inti dari

kodrat manusia, hanya saja mereka itu lemah, mudah diselewengkan, dan dikuasai

oleh proses belajar kebiasaan atau tradisi yang keliru (Goble, 1987 : 70). Menurut

Maslow (1987 : 70) kebutuhan dasar manusia tersusun dari lima tingkatan, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki-

dimiliki dan akan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan

aktualisasi diri. Berkaitan dengan tujuan penelitian ini, kebutuhan dasar manusia

menurut Maslow yang akan diuraikan yang berkaitan dengan tekanan batin tokoh

Arimbi. Guna menjawab penyebab terjadinya tekanan batin tokoh Arimbi, akan

digunakan teori kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham Maslow. Teori ini

digunakan sebagai dasar penelitian terhadap novel Detik Terakhir.

Ketiga kebutuhan dasar manusia yang dianggap mengandung sebab-sebab

tekanan batin yang dialami oleh Arimbi dalam menghadapi hidupnya ialah

kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan penghargaan serta kebutuhan akan

aktualisasi diri ketiga kebutuhan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1.5.4.2 Kebutuhan Akan Rasa Aman

Kebutuhan akan rasa aman biasanya terpuaskan pada orang-orang dewasa

yang normal dan sehat, maka cara terbaik untuk memahaminya ialah dengan

mengamati anak-anak atau orang dewasa yang mengalami gangguan neurotik

(Maslow via Goble, 1987 : 73).

Seseorang yang tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan

stabilitas secara berlebihan serta berusaha keras menghindari hal- hal yang bersifat

asing dan tidak diharapkannya. Orang sehat juga menginginkan keteraturan dan

stabilitas, namun kebutuhan itu tidak sampai menjadi hidup atau mati seperti pada

orang neurotik (Maslow via Goble, 1987 : 73).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

Kebutuhan akan rasa aman dan terlindung tentu dibutuhkan oleh semua

orang. Dengan terpenuhinya kebutuhan itu maka manusia dapat hidup tentram,

manusia akan berkembang bila ia hidup aman dan jauh dari tekanan orang lain.

1.5.4.3 Kebutuhan akan Penghargaan

Menurut Maslow setiap orang memiliki dua kategori kebutuhan akan

penghargaan yakni, harga diri dan penghargaan dari orang lain. Harga diri

meliputi kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetisi, penguasaan, kecukupan,

ketidaktergantungan dan kebebasan. Penghargaan dari orang lain meliputi

prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik serta

penghargaan (Maslow via Goble, 1987 : 76). Penghargaan dari orang lain sangat

berarti dalam kehidupan manusia. Dengan penghargaan itu manusia berarti dan

diakui keberadaannya serta kemampuannya. Adanya penghargaan membuat

manusia lebih percaya diri menghadapi hidup.

1.5.4.4 Kebutuhan akan Aktualisasi Diri

Setiap orang harus berkembang sepenuh kemampuannya, pemaparan

tentang kebutuhan psikologis untuk menumbuhkan, mengembangkan dan

meggunakan kemampuan, oleh Maslow disebut aktualisasi diri. Maslow juga

melukiskan kebutuhan ini sebagai hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh

kemampuan sendiri. Menurut Maslow kebutuhan akan aktualisasi diri biasanya

muncul sesudah kebutuhan akan cinta dan akan penghargaan terpuaskan secara

memadai (Maslow via Goble, 1987 : 77).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

Bila manusia dapat tumbuh sesuai keinginan dan cita-cita hidup nya maka

hasrat untuk maju pun semakin besar. Dengan demikian apa yang dicita-citakan

dapat terwujud dengan baik. Dari situ manusia bisa tumbuh dan berkembang

sehingga ia mampu mengaktualisasikan dirinya dengan cara yang positif.

1.6 Tekanan Batin

Semua manusia mendambakan kebahagiaan, ketenangan, dan kedamaian

dalam hidupnya. Dengan berbagai cara manusia berusaha untuk mendapatkan

keinginannya itu. Namun, tidak sedikit orang yang gagal mendapatkan

keinginannya itu. Kegagalan yang dialami seseorang seringkali mengakibatkan

putus asa. Bahkan, bila rasa putus asa itu sangat berat, maka bisa saja seseorang

itu tertekan batinnya. Kesehatan mental sangat ditentukan oleh ketenangan dan

kebahagiaan batin seseorang terhadap suatu persoalan, dan kemampuan

menyesuaikan diri. Kesehatan mental pulalah yang menentukan apakah orang

akan mempunyai kegairahan untuk hidup atau akan pasif dan tidak bersemangat

(Daradjat, 1985 : 16).

Berhasil tidaknya seseorang mendapatkan kebahagiaan, ketenangan, dan

kedamaian dalam hidupnya, tergantung pada siap tidaknya seseorang menghadapi

permasalahan-permasalahan yang dihadapinya. Semakin seseorang itu siap dan

tabah menghadapi kenyataan hidup dan segala permasalahannya, maka semakin

besar pula kemungkinan seseorang untuk meraih impian- impian dalam hidupnya.

Frustrasi (tekanan perasaan) ialah suatu proses yang menyebabkan orang merasa

akan adanya hambatan terhadap terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan atau


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

menyangka bahwa akan terjadi sesuatu hal, yang menghalangi keinginannya.

(Daradjat, 1985 : 24).

Daradjat (1985 : 26-27) menjelaskan tekanan batin adalah suatu perasaan

yang di dalamnya orang merasa dirinya dibebani seolah-olah dikejar-kejar untuk

mencapai sesuatu atau berprilaku tertentu yang menyebabkan diri menjadi

kecemasan.

Heerdjan (1987 : 26-27) menjelaskan kegelisahan dan ketegangan yang

dijumpai pada orang normal termasuk gangguan kesehatan jiwa. Gangguan

kesehatan jiwa dapat disebabkan dalam beberapa hal, yaitu di antaranya yang

disebabkan sifat psikologi, seperti konflik jiwa, kurang perhatian dari orang tua,

kekecewaan, frustrasi dan semua hal yang bertalian dengan gejolak jiwa

seseorang.

Jika seseorang mengalami tekanan batin yang sangat berat sehingga dia

tidak dapat menemukan jalan keluarnya, maka seseorang itu akan menderita

penyakit jiwa (Phychose). Apalagi bila tekanan itu sudah mencapai puncaknya

dan tidak ditemukan jalan keluarnya. Salah satu jenis penyakit jiwa adalah

schizoprenia yakni, penyakit jiwa yang disebabkan ketidakmampuan manusia

menyeseuaikan diri sedemikian rupa sehingga menemui kegagalan dalam

usahanya dalam menghadapai kesukaran hidup. Penyakit ini biasanya lama sekali

perkembangannya, mungkin dalam beberapa bulan atau akhir tahun, baru ia

menunjukkan gejala-gejala yang ringan, tetapi akhirnya seperti peristiwa tertentu

tiba-tiba terlihat gejala hebat sekaligus (Daradjat, 1996 : 16).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

1.7 Metode Penelitian

1.7.1 Pendekatan

Analisis novel Detik Terakhir ini dilakukan dengan menggunakan

pendekatan secara psikologi dan sastra. Pendekatan dengan menggunakan teori

psikologi dan sastra dilakukan dengan alasan bahwa kedua teori tersebut memiliki

hubungan erat. Hubungan antara psikologi dan sastra keduanya merupakan ilmu

yang mengkaji tentang perilaku dan aktivitas manusia.

Dalam kajian yang menekan pada karya sastra ini, penelaah sastra mencoba

menangkap dan menyimpulkan aspek-aspek psikologi yang tercermin dalam

perwatakan tokoh-tokoh dalam karya sastra tanpa memperhatikan aspek biografi

pengarangnya. Penelaah dapat menganalisis psikologi tokoh melalui dialog dan

perilakunya menggunakan sumbangan pemikiran dari aliran psikologi tertentu.

Dengan demikian, apa yang dilakukan penelaah sastra dalam bentuk kajian ini

merupakan upaya mencari kesejajaran aspek-aspek psikologi dalam perwatakan

tokoh-tokoh suatu karya sastra dengan pandangan tentang manusia menurut

psikologi tertentu (Roekhan, 1987 : 148-149). Dalam penelitian ini pendekatan

dari sudut psikologi terhadap sastra sebagai proses kreatif menggunakan teori

psikoanalisis Abraham Maslow.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

1.7.2 Metode

Metode deskripsi adalah cara pemaparan atau penggambaran kata-kata

secara jelas dan terinci (Moeliono, 1990 : 30). Metode ini digunakan untuk

melaporkan yang telah dilakukan dalam suatu analisis dalam penelitian ini.

1.8 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik catat, maksudnya pencatatan data yang digunakan dengan alat tulis

tertentu, sedangkan kartu dan dapat berupa kertas dengan ukuran dan kualitas apa

pun asalkan mampu memuat, memudahkan pembacaan dan menjamin keawetan

data (Sudaryanto, 1988 : 58). Novel yang diteliti diidentifikasi, dianalisis, dan

dicatat dalam kartu data.

Biasanya satu data ditulis dalam satu kartu data serta diberi nomor kode

tertentu yang ditulis pada bagian tengah atas. Kartu data sebaiknya disusun

menurut abjad dari huruf pertama, sedangkan kode dari kartu data dapat

memudahkan penyusunan itu (Koentjaraningrat, 1977 : 391).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

1.9 Sumber Data

1.9.1 Sumber Data Primer

Judul buku : Detik Terakhir

Pengarang : Alberthiene Endah

Penerbit : PT. Gramedia

Tahun Terbit : 2006

Tebal buku : 243 halaman

Cetakan : ke-2

1.9.2 Sumber Data Sekunder

Dalam analisis ini peneliti menggunakan buku teori tentang kesehatan

mental yang ditulis oleh Zakiah Daradjat. Teori ini sebagai acuan dalam

menganalisis penyebab tekanan batin tokoh Arimbi. Selain buku di atas peneliti

juga menggunakan teori Psikologi Humanistik Abraham Maslow, dan buku-buku

sastra lain yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

1.10 Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : bab satu

berisi pendahuluan, berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika

penyajian. Bab dua berisi analisis struktur novel, meliputi tokoh dan latar. Bab

tiga berisi analisis tekanan batin yang dialami tokoh Arimbi. Bab empat penutup,

berisi kesimpulan dan saran.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

ANALISIS STRUKTUR CERITA

NOVEL DETIK TERAKHIR

Dalam pembicaraan sebuah fiksi, sering dipergunakan istilah- istilah

seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakkan, atau karakter dan

karekterisasi secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama.

Istilah- istilah tersebut, sebenarnya, tidak menyaran pada pengertian yang persis

sama, atau paling tidak dalam tulisan atau dipergunakan dalam pengertian yang

berbeda, walaupun memang ada diantaranya yang sinomim. Ada istilah yang

pengertiannya menyaran pada tokoh cerita, dan pada tehnik pengembangannya

dalam sebuah cerita. Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita,

misalnya sebagai jawab terhadap pertanyaan: siapakah tokoh utama dalam novel

itu? Atau ada berapa orang jumlah pelaku no vel itu atau siapakah tokoh

protagonis dan antagonis dalam novel itu, dan sebagainya? (Nurgiyantoro, 1998:

165)

2.1 Tokoh

Tokoh adalah rekaan individu yang mengalami peristiwa dalam cerita

(Sudjiman, 1991 : 16). Berdasarkan fungsi tokoh dalam cerita dapat dibedakan

menjadi tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh

yang kita kagumi yang satu jenisnya secara popular sering disebut tokoh hero,

yaitu tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai- nilai yang

ideal bagi kita (Nurgiyantoro, 1998: 178). Tokoh antagonis adalah tokoh

18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

penentang dari tokoh utama dari tokoh protagonis (Sudjiman, 1991: 19). Selain itu

tokoh antagonis dapat dikatakan sebagai tokoh penyebab terjadinya konflik

(Nurgiyantoro, 1998: 179).

Sudjiman (1991: 17) me nambahkan berdasarkan fungsinya tokoh

dibedakan menjadi tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh yang memegang

peranan penting disebut tokoh utama atau tokoh protagonis. Tokoh protagonis

selalu menjadi tokoh sentral dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan

untuk menunjang atau mendukung tokoh utama. Rahmanto dan Dick Hartoko

(1986: 14) menjelaskan tokoh adalah pelaku atau faktor dalam sebuah cerita

sejauh ia oleh pembaca dianggap tokoh kongkrit, individu.

Dalam novel Detik Terakhir Arimbi adalah tokoh utama yang memegang

peranan penting tidak saja karena frekuensi kemunculannya dalam setiap

peristiwa, tetapi Arimbi merupakan tokoh yang paling banyak menghadapi

permasalahan yang kompleks, sedangkan tokoh bawahan dalam novel ini adalah,

Mama, Papa, Ra jib, Vela, dan Dokter Goenawan. Semua tokoh tersebut

berpengaruh langsung terhadap psikologi Arimbi sebagai tokoh utama.

2.1.1 Tokoh Utama

Tokoh utama yang memegang peranan penting tidak saja karena frekuensi

kemunculannya dalam setiap peristwa, tetapi Arimbi juga merupakan tokoh yang

paling banyak menghadapi permasalahan. Tokoh utama dalam novel Detik

Terakhir terdiri dari dua jenis yaitu tokoh protagonis (Arimbi) dan antagonis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

(Mama) dan (Papa). Tokoh protagonis maupun antagonis ini diklasifikasikan

sebagai tokoh utama.

2.1.1.1 Tokoh Utama Protagonis :Tokoh Arimbi

Secara fisiologis Arimbi dilukiskan sebagai wanita yang cantik, hidung

yang mancung, pipi bertulang tinggi, dagu yang lancip, bibir bagus, dan sepasang

mata yang beralis tebal. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut :

(1) Bola matanya bergerak-gerak cepat, menunjukkan batinnya yang


dipenuhi rasa gelisah, wajahnya sangat keras, nyaris menghilangkan
raut cantik yang sebetulnya sangat kuat diperlihatkan detail wajahnya.
Hidung yang mancung dan ramping, pipi bertulang tinggi dan agak
tirus, dagu yang lancip, bibir yang bagus dan sepasang mata yang
dipayungi alis tebal. Dia sangat cantik (hlm.16).

Arimbi anak dari seorang pengusaha yang sangat terkenal dan memiliki

nama baik di masyarakat. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:

(2) Dia gadis yang luar biasa (hlm.11).


(3) Dia pelanggan saya yang paling aneh. Kaya, cerdas, pemberani, nekat,
dan benci narkoba, “katanya”. Dia menjadi pencadu dengan segala
kesadarannya melihat narkoba sebagai alat untuk membangun
keberanian, mendapatkan pencerahan (hlm.11).
(4) Seorang gadis kaya raya, tercampak dalam lembah narkoba atas
kehendak sendiri, merasa asing dengan kehidupan yang diberikan
kedua orang tuanya (hlm.11).
(5) Orang tuanya sangat pouler. “pasangan Ruslan Suwito dan Marini
Ruslan. Pengusaha papan atas yang punya pamor sanga t baik di mata
khalayak” (hlm.12).

Arimbi merasa putus asa dengan perbuatan orang tuanya ya ng

membawanya ke panti rehabilitasi. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut :


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

(6) “Berkali-kali dia mengancam, jika tidak dikeluarkan secepatnya dia


akan menggunakan narkoba dua kali lebih banyak dibandingkan saat
mencandu dulu (hlm.12).
(7) Dia dalam keadaan membenci narkoba, ketika orang tuanya untuk
kesekian kali memberengus dan memasukkannya kembali kepanti.
Ketika itu dia seharusnya telah mendapat kehidupan yang dia cinta.
Tapi kini dia sampai pada titik putus asa (hlm.11).
(8) Dia selalu mengatakan, kalan keluar terbaik untuk menyelamatkan
hidupnya adalah mati (hlm.11).
(9) “Menurut rencana, Arimbi akan dikirim ke Amerika, melewatkan
perawatan rehabilitasi di klinik kejiwaan di sana hingga sembuh dan
sekolah” (hlm.13).

Arimbi selalu mengatakan kematian adalah hal yang terindah dalam

hidupnya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut :

(10) “Seperti tadi malam, saya mencoba bunuh diri. Saya sudah
sembunyikan pisau dapur dalam saku jaket saya sejak makan malam.
Tapi tanpa saya tahu, sejak semalam jaket itu diambil seseorang
(hlm.19).
(11) Dia sedang mengatakan sesuatu yang wajar, kematian (hlm19).

Arimbi selalu menganggap dirinya adalah musuh dalam hidupnya. Hal ini

terlihat dalam kutipan berikut:

(12) Kalau boleh saya sebut siapa musuh terbesar dalam hidupnya adalah
diri saya sendiri (hlm.23).
(13) Ketika usia mulai membebani saya dengan banyak persoalan yang
tak saya sukai (hlm.23).

Arimbi sangat membenci bila pagi hari tiba. Hal ini terlihat dalam

kutipan berikut :

(14) Saya benci sekolah. Saya benci diajar. Setiap pagi adalah siksaan
(hlm.23).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

(15) Begitu telitinya mama melihat tata sarapan saya, sampai saya
berpikir apakah saya akan mati jika menelan mentimun terlebih dulu
(hlm.24).

Arimbi sangat membenci ibunya, karena setiap kali dipukul ayahnya,

ibunya tidak pernah melawan, Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:

(16) Saya tidak pernah melihat mama membela diri saat dianiaya papa
(hlm.35).
(17) Ibu saya tidak seberani itu. Dia hanya berteriak-teriak seperti ayam
baru dipenggal, dan merunduk-runduk seperti kucing ketakutan
(hlm.35).

Arimbi merasa benci terhadap sikap ayahnya yang kasar. Hal ini terlihat

dalam kutipan berikut:

(18) Sia-sia saya menanamkan kejengkelan pada sikap kasar papa


(hlm.35).
(19) Di rumah saya tersiksa dengan dua orang yang selalu bergumul
dengan nafsu masing- masing (hlm.56).

Arimbi gadis yang keras kepala. Dia berkeinginan untuk menjadi pengedar

narkoba agar bisa membantu Vela, sebagai tema n lesbiannya Hal ini terlihat

dalam kutipan berikut:

(20) “Saya tidak main- main. Saya serius. Jadikan saya kurir. Saya butuh
uang (hlm.166).

Arimbi memiliki sifat emosional. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut :

(21) “Ibu bodoh. Narkoba hanya akibat. Problem saya bukan itu. Ibu
jangan mengkambinghitamkan narkoba. Dia tidak pernah eksis,
kalau tidak ada manusia-manusia brengsek penyebab keinginan itu
muncul!” (hlm.118).
(22) “Kalau begitu, Ibu harus mengajar semuanya. Teman-teman saya di
luar sana, orang tua saya, semua! Jika saya merupakan bagian dari
itu semua, kenapa hanya saya yang disudutkan!” saya lebih emosi
(hlm.118).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

(23) “Lantas apakah saya tidak cukup untuk dibereskan? Kenapa Mama
menebus saya? Saya yang bersalah! Saya yang memaksa rajib
memberi pekerjaan untuk saya! Dia tidak sepantasnya dipukuli, Ma!”
saya menjerit-jerit emosi (hlm.193).

Arimbi menjadi lesbian karena pergaulannya dengan narkoba. Hal ini

terlihat dalam kutipan berikut:

(24) Saya tidak biasa menghitung waktu saya menelanjangi tubuh saya
sendiri, dan menelanjangi tubuhnya. Nafsu membuat segalanya
berubah dengan cepat dan tak lagi tertata. Kami bergerak, berguling,
menusuk, meremas (hlm.72).
(25) Saya tak perlu bertanya-tanya lagi tentang perasaan yang menjalar di
tubuh saya setiap kali melihat perempuan menarik. Saya tahu, saya
berbeda. Saya berani mengatakan bahwa saya lesbian.Tapi seperti
juga merahasiakan bahwa saya pemakai, saya tak mau berterus
terang bahwa saya lesbian. (hlm.89)

Arimbi merasa tidak nyaman dalam keluarga karena orang tuanya sering

bertengkar. Hal ini terlihat dalam kutian berikut:

(26) Sebab di rumah saya kerap ada pertunjukkan lenong di pagi hari
(hlm.32).
(27) Pertengkaran itu selalu saja berulang. Mama dipukul lagi, berdarah
lagi, menyerah lagi, lantas mereka bulan madu lagi (hlm.42).

Kondisi keluarga yang tidak harmonis membuat Arimbi bebas berprilaku,

malas belajar dan suka bermain denga n teman-teman sekelasnya. Hal ini telihat

dalam kutipan berikut:

(28) Saya sudah memutuskan dengan rumah bahkan tanpa sepengetahuan


orang tua saya. Saya melakukan banyak hal yang tidak diketahui
orang tua saya. Les- les tak saya datangi lagi. Saya ganti dengan
nongkrong berasama teman-teman sekolah yang sama kesepian,
sama kebingungan. Saya tak perla bilang orang tua. Sebab mereka
tak mengenal saya dan saya tak mengenal mereka (hlm.51).

Dari kutipan-kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa Arimbi

digambarkan sebagai gadis yang cantik (kutipan 1). Arimbi adalah anak dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

pengusaha terkenal (kutipan 2, 3, 4, dan 5). Arimbi merasa putus asa dengan

perbuatan orang tuanya (kutipan 6, 7, 8, dan 9). Arimbi menginginkan kematian

(kutipan 10 dan 11). Arimbi menganggap dirinya sebagai musuh ( kutipan 12 dan

13). Arimbi sangat membenci kehidupan pagi hari (kutipan 14 dan 15). Arimbi

sangat membenci Ibunya (kutipan 16 dan17). Arimbi membenci sikap ayahnya

(kutipan 18). Arimbi gadis yang keras kepala (kutipan 19). Arimbi memiliki sifat

emosional (kutipan 20, 21, dan 22). Arimbi lesbian (kutipan 23, 24, dan 25)

Arimbi tidak merasa nyaman dalam keluarga ( kutipan 26 dan 27). Kondisi

keluarga tidak bahagia membuat Arimbi bebas untuk berprilaku, dan malas

belajar (kutipan 28).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Arimbi merupakan tokoh

utama dalam novel Detik Terakhir. Sebagai tokoh utama Arimbi mempunyai

frekuensi keterlibatan yang tinggi dalam peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam

cerita dari awal hingga akhir, ada indikasi tokoh Arimbi mengalami tekanan

berkaitan dengan perbuatan orang tuanya yang selalu memasukan Arimbi ke panti

rehabilitasi.

2.1.1.2 Tokoh Utama Antagonis : Tokoh Mama

Secara fisiologis Mama Arimbi wanita yang bertubuh langsing, ramah,

cantik, dan menarik. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut :

(29) Mama saya punya sejuta daya tarik. Bukan saja karena tubuhnya
yang cantik selalu terbalut gaun menarik.Tapi juga karana dia pintar
membawa diri di luar rumah (hlm.30).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

Mama Arimbi sangat terkenal di masyarakat. Hal ini terlihat dalam

kutipan berikut :

(30) Mama tahu bagaimana cara menjual daya tarik. Mama dan wajahnya
cukup dikenal di ibu kota. Citra dirinya cukup baik. Saya melihat it u
dari bunyi artikel dengan judul yang merdu tentang Mama (hlm.31).
(31) Setiap kali kami berpergian berdua, saya juga melihat senyum penuh
tabik dari banyak orang kepada Mama. Mama orang yang sangat
dihargai (hlm.31).

Mama Arimbi juga merasa putus asa dengan perbuatan suaminya. Hal ini

terlihat dalam kutipan berikut:

(32) “Mau apa kamu! Mau mengancam saya cerai. Ayo! Ayo! Ceraikan
saya kalau berani. Kamu pikir saya takut dengan ancaman kamu
yang gertak sambal itu! Laki- laki tak tahu diri! ”Mama masih
histeris (hlm. 33).

Sebagai wanita Mama Arimbi orangnya sangat lemah. Hal ini terlihat

dalam kutipan berikut:

(33) Ibu saya tak seberani itu. Atau tak sepintar itu. Ekspresinya tiap kali
dipukuli ayah saya selalu serupa. Dia hanya bertariak-teriak seperti
ayam baru dipenggal, dan merunduk-runduk seperti kucing
ketakutan (hlm.35).
(34) Papa mendekam dalam kamar menemani Mama yang terbaring
lemah. Tubuh Mama dipenuhi perban (hlm.41).

Mama Arimbi, sangat teliti dalam mengatur makanan pagi untuk anaknya

Arimbi. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut :

(35) Begitu telitinya Mama melihat tata sarapan saya, saya saya berpikir
apakah saya akan mati jika menelan mentimun terlebih dulu
(hlm.24).

Mama Arimbi seorang ibu yang suka berfoya-foya dan bergaya hidup

mewah. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut :

(36) Begitu hidung saya bisa mengendus, saya tahu ibu wanita dengan
cita rasa tinggi yang terpuaskan dengan sempurna karena uang papa
yang tidak batasnya (hlm.25).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

(37) Mama sudah membelikan begitu banyak barang untuk saya (hlm.26).
(38) Mama sering keluar negeri. Ketika dia pulang, pembantu-pembantu
di rumah akan sibuk mengangkut belasan tas atau kardus yang
dibopong Mama (hlm.26).
(39) Mama akan mengumpulkan semua boyongannya terlebih dulu di
ruang tengah. Setelah itu dia membuka satu per satu dan
memamerkan apa yang dia beli (hlm.26).

Mama Arimbi memiliki sifat yang individualitas. Dia tidak pernah

memikirkan tentang perasaan Arimbi, Mamanya hanya memikirkan tentang

setatus kehidupan mereka yang paling penting. Hal ini terlihat dalam kutipan

berikut:

(40) Harapan kami satu-satunya. Kenyataan ya ng kamu berikan sekarang


pada kami, adalah penghancuran yang luar biasa buat kami
(hlm.196).
(41) Dan jangan sampai ada yang tahu. Ini aib. Mau dikemanakan muka
Mama, muka Papa! Ayahmu orang yang sukses, ibumu aktif di
mana-mana. Apa kata orang, kalau tahu kamu jadi seperti ini! (hlm.
186).
(42) Sekarang, kamu sudah ada di rumah ini. Kami sudah menyiapkan
program penyembuhan untukmu. Please, jangan merusak semua
pertolongan kami. Sekali ini saja, kasihanilah Papa dan
Mama……..” Mama menggeleng-gelengkan kepalanya (hlm.196).

Mama Arimbi ternyata juga bukan istri yang setia. Dia selingkuh dengan

seorang pelukis yang bekerja bersamanya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:

(43) Mama kembali asyik dengan percakapan manjanya di telepon, setiap


pukul 10.00. dan kepergiannya yang tak jelas setiap malam
(hlm.108).
(44) Setelah Papa pergi, Mama menelpon kekasihnya. Lebih lama.
Tertawa. Menertwai nasibnya. Lalu menggoda kekasihnya. Tertawa
lagi (hlm.108).
(45) “Tapi dia langsung pergi bersama pria itu. Itu lho pelukis yang naksir
ibu Non itu!” (hlm.92).

Mama Arimbi mempunyai bisnis event organizer di bidang pameran

lukisan memiliki kantor mewah di dekat rumah. Seperti terlihat dalam kutipan

berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

(46) Dia punya bisnis event organizer, terutama bergerak di bidang


pameran lukisan. Di rumah kami, ada lemari besar khusus untuk
brosur pameran, dokumen undangan, juga tetek bengek lainya.
Mama punya kantor sendiri. Tak jauh dari rumah. Masih di sekitar
kawasan mewah Kebayoran Baru. Tentu, kantornya lebih kecil dari
rumah saya. Tapi sangat nyaman dan mewah (hlm.30).

Mama Arimbi juga seorang pemarah karena Arimbi sering memakai

narkoba. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:

(47) “Mengaku kamuuu!” Mama mendekat. Matanya menyala nyala.


Saya melihat kemarahan yang hebat. Dia seperti terbakar. “Jangan
bohongi Mama! Kamu sudah jadi pecandu narkotika ya?” suaranya
menggelepar. Dia mau lagi selangkah. Dan tiba-tiba saja sesuatu
yang pedih menyambar salah satu pipi saya. Mama menampar (hlm.
95).
(48) Dengar, Ari, pecandu narkoba bisa menjadi orang-orang yang pasif.
Yang tak tahu harus berbuat apa jika tidak disuruh. Mereka tidak
bisa memimpin, tidak punya inisiatif, tidak bisa mengeluarkan ide.
Mereka jadi bodoh! Nafas Mama kini agak tersengal (hlm.196).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa secara fisiologis Mama

Arimbi memiliki wajah yang cantik dan membawa diri (kutipan 29). Mama

Arimbi terkenal di masyarakat (kutipan 30 dan 31). Mama Arimbi putus asa

dengan perbuatan suaminya (kutipan 32). Mama Arimbi sangat lemah (kutipan 33

dan 34). Mama Arimbi teliti mengatur dalam hal makanan (kutipan 35). Mama

Arimbi juga suka berfoya- foya dan berhidup mewah (kutipan 36, 37, 38, dan39).

Mama Arimbi juga memiliki sifat indfidualitas tidak pernah memikirkan perasaan

Armbi (kutipan 40, 41, dan 42). Juga Mama Arimbi bukan istri yang setia

(kutipan 43, 44, dan 45). Mama Arimbi memeliki bisnis event organizer bidang

pameran lukisan (kutipan 46). Mama Arimbi juga pemarah (kutipan 47 dan 48).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

2.1.1.3 Tokoh Utama Antagonis : Tokoh Papa

Papa, sebutan ayah yang dipakai Arimbi sebagai seorang pengusaha

sekaligus memilik perkebunan kelapa sawit di Sumatra dan usaha ritel di Jakarta

dan bisnis property. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:

(49) Begitu mengerti kata-kata, saya langsung tahu ayah, yang saya
panggil papa, adalah pemilik bisnis perkebunan kelapa sawit di
Sumatra, usaha ritel di Jakarta, dan bisnis property (hlm. 25).

Papa Arimbi tidak pernah meluangkan waktunya untuk bisa makan

bersama keluarganya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:

(50) Papa sibuk, dan bukan orang yang senang bercerita di rumah
(hlm.29).
(51) Papa sarapan dan bertemu rekan bisnis di restoran hotel berbintang.
Papa penggemar penampilan mewah (hlm.29).
(52) Papa berbohong Mama mengagguk maklum. Katanya saya sarapan
di Mandarin, Ma (hlm.44).

Papa Arimbi memiliki banyak mobil. Hal ini terlihat dalam kutipan

berikut:

(53) Ayah memiliki lima sedan lima warna (hlm. 27).

Papa Arimbi orang yang sangat kejam. Hal ini terlihat dalam kutipan

berikut :

(54) Kemudian Papa tanpa bicara apa-apa langsung mengayunkan tangan


kanannya yang besar dan berotot ke wajah Mama. Suara pukulan itu
kencang. Papa mengayunkan satu tamparan lagi dengan punggung
telapak tangan. Terus berapa kali (hlm. 39).
(55) “Beberapa kali saya bilang jangan terlalu mengusik emosi saya. Saya
angkut kalian semua ke sini, itu bukannya tanpa niat (hlm.39).

Papa Arimbi penggemar barang-barang mahal. Dia terlalu sibuk, waktu

untuk keluarga hanya sedikit. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:

(56) Papa penggemar penampilan mewah. Dia mengenakan jas Armani


atau Zegna setiap hari. Dasinya Prada. Papa memiliki belasan sepatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

Tod’s. Membawa tas kerja Hermes. Dia mempunyai dua handphone,


dan satu communicator. Tiap malam dia membaca The Jakarta Post,
Times, dan Bussiness Week. Jika sudah bosan papa menonton CNN.
Dia hanya menyisihkan sedikit waktu untuk mengobrol dengan
mama. Dan mungkin hanya sekali dalam seribu pertemuan kami, dia
mendaratkan ciuman di pipi saya (hlm.30).

Papa Arimbi pandai sekali untuk berbohong. Hal ini terlihat dalam kutipan

berikut:

(57) Kemarin pagi, pagi papa bilang dia akan meeting. Sampai larut,
katanya. Urusan ekspor yang mandeg (hlm. 47).
(58) Saya sarapan di Mandarin, Ma. Bimo mengajak meeting. Di
sana,”kata papa sambil memperbaiki letak dasinya. Ini juga
ungkapan yang telah saya hafal dengan baik (hlm.44).

Papa Arimbi bukan tipe suami yang setia buktinya dia selingkuh dengan

seorang model yang bernama Angela. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut:

(59) Papa tertawa dengan wajah remaja. Tangan kanannya melingkari


punggung Angela yang sudah berbalut jaket jins dan celana ketat
bahan kulit. Keduanya masuk mobil (hlm. 50).

Papa Arimbi juga suka memaksa kehendak pada istri dan anaknya. Hal ini

terlihat dalam kutipan berikut:

(60) Mama bergerak sedikit “Saya tidak pergi,” katnya pendek.”Tidak


pergi?’”Saya kan sudah bilang, saya sakit. Kamu bisa pergi berdua
dengan Arimbi. Atau siapa pun. Kamu tinggal memilih,” jawab
mama cepat.”Tapi nanti ada Haryo, Bimo, Glen. Semua dengan anak
dan istri. Gila apa tiba-tiba tak jadi ikut!” suara Papa melengking
(hlm.38).
(61) “Yang penting jawab dengan sederhana. Tidak perlu membela siapa-
siapa. Makin cepat dan lancer aja kamu menjawab makin baik,”Papa
memandang bahu saya dengan air muka yang sulit diartikan
(hlm.185).
(62) “Bukan. Kamu akan dikirim ke Los Angeles segera. Kami sudah
berpikir bahwa satu-satunya jalan terbaik untukmu adalah
memberikan suasana yang benar-benar baru untukmu……….Saya
terenyak (hlm 217).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Papa Arimbi

seorang pengusaha dan pemilik perkebunan kelapa sawit di Sumatra (kutipan 49).

Papa Arimbi tidak pernah meluangkan waktu untuk berkumpul bersama keluarga

(kutipan 50, 51,dan 52). Juga Papa Arimbi memiliki banyak mobil (kutipan 53).

Papa Arimbi sangat kejam (kutipan 54 dan 55). Papa Arimbi penggemar barang-

barang mahal (kutipan 56). Papa Arimbi pandai berbohong (kutipan 57 dan 58).

Papa Arimbi bukan tipe suami yang setia (kutipan 59). Papa Arimbi suka

memaksa kehendak pada istri dan anaknya (kutipan 60, 61, dan 62).

2.1.2 Tokoh Tambahan

Tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam

cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung

tokoh utama, walaupun pemunculannya tidak sentral, pengaruh tokoh tambahan

terhadap tokoh utama sangat penting.

2.1.2.1 Tokoh Rajib

Rajib digambarkan sebagai seorang pengedar narkoba. Dia menjadi

pengedar narkoba dengan alasan untuk bisa menghidupi keluarganya. Hal tersebut

dalam kutipan berikut:

(63) Rajib tiba-tiba saja mendekatkan kepalanya ke wajah saya.”kalau


kamu nggak keberatan, saya mau memberimu sesua tu. Nggak
penting sih….menjejalkan selinting kertas kecil di telapak tangan
saya dan menutupkannya kembali dengan gerakan cepat (hlm. 63).
(64) Dia bukan pelajar di sini. Konon kabarnya dia hanya alumni. Dan dia
senang bertandang ke sekolah ini, setelah pulang kuliah. Entah dia
kuliah di mana. Dia juga sering melatih basket. Para guru, beberapa
sangat akrab dengannya. Kabarnya dulu dia siswa yang berprestasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

Anak-anak sekolah ini memanggilnya Rajib. Beberapa teman saya


sering bertemu dengannya (hlm. 62).
(65) Rajib mengangkat bahu. “Ibu saya mengidap penyakit asma yang
parah, adik saya kelaparan. Ini bukan bahaya. Ini jalan keluar.”
(hlm.77).

Secara fisiologis Rajib digambarkan sebagai orang yang tinggi, berhidung

mancung, mata yang bulat, dan kulitnya gelap. Hal ini kutipannya:

(66) Tak sulit buat saya untuk mengingat dengan cepat sosoknya. Dia
berperawakkan tinggi, dan mata yang bulat. Kulitnya gelap, dan
banyak bulu. Seperti wajah orang timur tengah (hlm. 62).
(67) Rajib sempat tersenyum dipaksakan. Setelah itu tub uh jankung itu
melesat cepat (hlm. 63).

Rajib adalah seorang pengedar narkoba yang sangat pandai. Berikut

kutipannya:

(68) Rajib mengirimkan barang di sela-sela jam pelajaran sekolah.


Kebanyakkan di area kantin. Dia menyelipkan putauw dalam buku
pelajaran. Dalam kotak permen karet, dalam selipan plastik, kartu
pulsa handphone (hlm.69).

Rajib adalah laki- laki yang sangat menyayangi wanita. Buktinya Rajib

menyuruh temannya ke panti rehabilitasi untuk mencegah Arimbi bunuh diri.

Kutipannya sebagai berikut:

(69) “Rajib mempercayai saya untuk datang ke sini,” akhirnya hanya itu
yang meluncur dari bibir saya. “Kamu wartawan?”Saya
mengangguk. “Tapi saya ke sini bukan dalam urusan peker
jaan saya. Saya hanya ingin bertemu denganmu.” Arimbi tertawa
pelan. Serak. Wajahnya dipenuhi semburat merah. Dia tertawa
dengan penuh emosi. “Rajib selalu tepat menebak kapan saya akan
bunuh diri!” Saya terperanjat (hlm. 19).

Akibat dari pengedar narkoba Rajib dimasukkan ke penjara. Hal ini

kutipannya:

(70) Pengedar ya ng bertobat dan sedang mendekam dalam penjara,


menghabiskan masa hukumannya yang tiga tahun. Rajib, pengedar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

itu mau melayani wawancara saya untuk artikel mengenai sindikat


narkoba (hlm. 8).

Rajib orang yang pernah membantu Arimbi dan Vela pada saat mereka

melarikan diri dari pantai rehabilitas. Rajib juga mengizinkan mereka berdua

untuk tinggal di rumah kontrakkannya. Hal ini dapat terlihat dalam kutipan

berikut:

(71) Vela tahu, dia telah menjadi kekasih Rajib. Tapi dia tidak
merasakan getar apa-apa. Yang dia tahu, semakin hari Rajib
semakn melindunginya (hlm. 79).
(72) Kami tinggal di rumah kontrakkan Rajib untuk sementara. Kami
tidak keluar rumah, karena takut ditemukan orang-orang yang kami
kenal. Rajib memberi kami ruang tidur yang tak lain adalah
kamarnya send iri (hlm. 161).
(73) Rajib juga berbaik hati membelikan kami beberapa potong baju dan
celana dalam (hlm. 161).
(74) Tentu saja dia menanggung makan kami. Tiga kali sehari. Pagi-
pagi sekali dia berjalan kaki ke pasar Tibet dekat rumah, dan
pulang dengan membawa tiga bungkus nasi lengkap dengan lauk-
pauk (hlm.161).

Sesuai dengan kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa Rajib adalah

pengedar narkoba (kutipan 63, 64, dan 65). Secara fisiologis Rajib digambarkan

sebagai orang yang tinggi (kutipan 66 dan 67). Rajib seorang pengedar narkoba

(kutipan 68). Rajib sangat menyayangi wanita (kutipan 69). Rajib dimasukkan ke

penjara (kutipan 70). Rajib juga pernah membantu Vela dan Arimbi saat lari dari

panti rehabilitas (kutipan 71, 72, 73, dan 74).

2.1.2.2 Tokoh Vela

Secara fisiologis Vela bertubuh kurus, cantik, dan keturunan Menado-

Belanda. Vela teman dari Armbi dan Rajib. Hal tersebut terlihat dalam kutipan

berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

(75) Vela mahluk yang indah (hlm. 7).


(76) Ada delapan orang yang berkumpul dengan paras yang sama.
Bolong dan tidak peduli. Satu diantaranya seorang gadis yang
bertubuh sangat ceking. Rambutnya kemerahan dengan paras yang
sangat manis. Dia berdarah Menado-Belanda. Namanya Vela.
Entah kenapa saya langsung menyenanginya. Terlebih karena
matanya yang sayu dan lemah. Dia menggenggam tangan saya
dengan kencang ketika kami berkenalan (hlm. 70).

Vela adalah anak dari keluarga yang miskin. Hal ini terlihat dalam kutipan

berikut :

(77) Vela datang ke Jakarta setelah orang tuanya yang miskin di


Menado merasa perlu menitip-nitipkan anak-anaknya untuk
melegakan kesulitan ekonomi (hlm. 73).
(78) Tapi dia dihina dan disakiti. Bekerja melebihi tugas pembantu
(hlm. 73).
(79) Vela sering berbicara dengan Rajib. Bercerita tentang kemiskinan
mereka. Tentang ketertekanan mereka. Tentang ketakutan mereka
memandang hidup. Tentang kenistaan mereka memandang hidup
(hlm. 76).

Vela adalah teman Rajib. Bila ada masalah dia selalu menceritakan pada

Rajib. Berikut kutipannya:

(80) Kedekatan dengan Rajib membuatnya merasa anak muda itu bagian
dari hidupnya. Meskipun Vela tak merasakan getar apa-apa. Tapi
dia tidak bisa tidak melihat Rajib barang sehari (hlm. 79).

Selain teman dekat Rajib Vela juga pacar Rajib. Hal ini terdapat dalam

kutipan berikut:

(81) Baginya Rajib bukan lagi seorang teman. Dia pelindung, selimut,
pemberi kekuatan (hlm.79).
(82) Vela tahu dia menjadi kekasih Rajib (hlm. 79).

Vela teman lesbian Arimbi. Berikut kutipannya:

(83) Saya memeluknya. Cerita Vela sudah cukup bagi saya untuk
menyerahkan segenap tenaga dan perhatian saya detik itu pada nya.
Dia menangis dalam pelukkan saya (hlm. 83).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

(84) Saya mencintainya. Dia mencintai saya. Apa bedanya kami


sekarang. Detik itu juga saya telah memutuskan hidup dan mati
saya untuk Vela (hlm. 83).

Akibat pergaulan dengan Rajib, Vela juga menjadi pemakai narkoba.

Berikut kutipannya:

(85) “Kamu terlalu lama. Saya sudah sakaw….,” katanya dengan suara
bergetar. Keringat di dahinya sebesar butiran jagung. Dia tidak
menyalakan api.Tidak menyiapkan aluminium foil seperti layaknya
orang yang siap menikmati sabu (hlm. 71).
(86) “Saya menyimpan sedikit,” katanya sambil menarik laci di meja
rendahnya. Selipat kertas putih kecil. Dia membukanya dengan
hati-hati. Menjaga isi dalamnya agar tak jatuh. Serbuk putih itu
(hlm. 72).

Sebagai wanita lemah, Vela mudah terpengaruh dengan bujukkan dari

Rajib untuk menjadi pengedar narkoba. Berikut kutipannya:

(87) Vela menurut. Petualangannya yang lebih dahsyat Vela lakukan


bersama Rajib. Menyisir diskotek-diskotek di Kuta yang dipenuhi
bule. Menyusuri tongkrongan anak-anak muda di Yogya dan rutin
menelusuri pinggiran Dagon di Bandung. Berkali-kali mereka
nyaris tertangkap polisi di bandara. Tapi akal Rajib begitu licin,
sehingga mereka selalu saja bebas (hlm. 79).

Begitu banyak penderitaan yang dihadapi Vela dalam hidupnya. Hal ini

terlihat dalam kutipan berikut:

(88) Tapi dia dihina dan disakiti. Bekerja melebihi tugas pembantu.
Tidak leluasa menonton televis karena selalu disindir
menghabiskan listrik orang tanpa membayar. Tidak bebas
berdandan, karena satu-satunya bedak yang dia beli dari hasil
menabung ditumpahkan dengan sengaja oleh sepupunya yang
selalu siap menerkam. Dia tidur meringkuk di ranjang besi di
bawah tangga dapur (hlm. 75).
(89) Semalam dia diperkosa. Dan sekarang dia merasa sengsara. Vela
menangis. Dia merasa diludahi. Dia merasa lebih tak berharga dari
sekedar bukan siapa-siapa. Dia lebih sengsara gadis malang yang
tidur di bawah tangga (hlm. 82).
(90) Tiga hari setelah penyiksaan di bak mandi itu, Vela meringkuk di
kamar karena demam tinggi. Suhu tubuhnya panas, dan dia terus-
terusan mengigau (hlm. 151).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara fisiologis Vela

bertubuh kurus, cantik, dan keturunan Menado-Belanda (kutipan 75 dan 76). Vela

anak dari keluarga miskin (kutipan 77, 78, dan79). Vela teman Rajib (kutipan 80).

Vela juga pacar Rajib (kutipan 81 dan 82). Vela juga teman lesbian Arimbi

(kutipan 83 dan 84). Akibat pergaulan dengan Rajib Vela menjadi pemakai

narkoba (kut ipan 85 dan 86). Vela juga sebagai pengedar narkoba (kutipan 87).

Banyak penderitaan yang dihadapi Vela (kutipan 88, 89, dan 90).

2.2 Latar

Latar menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan

sosial terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam

Nurgiyantoro, 1995 : 216). Latar berfungsi untuk mengekspresikan perwatakkan

dan kemauan, memiliki hubungan yang erat dengan alam dan manusia (Wellek

dan Warren dalam Sukada, 1985: 61).

Latar mencakup tiga unsur, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.

Latar tempat menunjuk pada lokasi terjadinya peristiwa dalam karya fiksi. Latar

waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang

diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial menunjuk pada hal- hal yang

berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan

(Nurgiyantoro, 1995: 227-234).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

2.2.1 Latar Tempat

Latar tempat menunjuk pada lokasi terjadinya peristiwa dalam karya fiksi.

Dalam novel Detik Terakhir penggambaran latar tempat digambarkan secara

menarik yaitu menceritakan tentang gaya hidup bebas orang-orang Jakarta dan

sekitarnya. Oleh karena itu, latar yang diceritakan terfokus pada tempat-tempat di

Jakarta dan sekitarnya. Untuk menguraikan latar tempat dalam novel Detik

Terakhir akan dilanjutkan dalam berbagai kutipan di bawah ini:

Cisarua dalam cerita mempunyai fungsi sebagai tempat Arimbi di

rehabilitasi. Hai ini terdapat dalam kutipan berikut:

(91) Rajib menyebut nama sebuah panti. ”Saya yakin dia ada di sana,
”Katanya. Panti Selaras Damai di Cisarua. Seorang gadis kaya
raya, tercampak dalam lembah narkoba, atas kehendak sendiri,
merasa asing dengan kehidupan yang diberikan orang tuanya,
merana dalam pengenalannya yang tanpa arah pada orang tua
(hlm.10-11).
(92) Kami berkendaraan jauh. Melewati tol Jagowari. Menembus
Cisarua. Mencapai puncak. Berkelok, menikung, dan berhenti di
depan pagar besar dari kayu. Ada di tengah perkampungan. Rumah
yang sangat besar. Besar sekali. Beberapa menit kemudian, saya
tahu di dalamnya ada begit u banyak orang. Dengan sorot mata yang
sama dengan saya. Saya tahu sekarang. Saya berada di dalam panti
rehabilitasi (hlm.14).
(93) Dan sekarang, hari ini saya ada di panti ini. Panti dengan
penampilan tak ubahnya vila- vila milik orang super kaya (hlm.13).
(94) Bangunan mentereng bercat putih dengan pilar-pilar khas rumah
Spanyol (hlm.14).

Rumah dalam cerita ini berfungsi sebagai tempat Arimbi tinggal bersama

orang tuanya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

(95) Tak adakah karakter menarik di rumah saya? Mungkin ada


(hlm.29).
(96) Saya bagian dari rutinitas orang tua. Papa sibuk, dan bukan orang
yang senang berbicara di rumah, papa jarang sarapan di rumah
(hlm.29).
(97) Sebab di rumah saya ada pertunjukkan lenong (hlm. 32).
(98) Di kamar ini, kesendirian adalah hal yang paling menyenga t. Saya
tak pernah betah (hlm.31).

Bali dalam cerita ini berfungsi sebagai tempat pariwisata yang menarik

bagi Arimbi bersama orang tuanya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:

(99) Ketika kami bertiga berada di Bali untuk merayakan Tahun Baru
kami tidak tinggal di Hotel. Tapi di Vila mewah milik seorang
kolega papa (hlm.36).
(100) Seharusnya sore itu kami habiskan di pantai, atau di mana pun di
kawasan Kuta, sesuai janji papa. Tapi mama mendadak mengeluh
sakit perut. Dia minta diantar kembali ke Vila. Papa memandang
mama dengan mimik tak suka (hlm.37).
(101) Saya menjadi was-was, sepanjang jalan, menyusuri kawasan
perbelanjaan di Kuta, kami bertiga diam (hlm.38).

Sekolah dalam cerita ini berfungsi sebagai tempat Arimbi belajar. Hal ini

terlihat dalam kutipan berikut:

(102) Saya pergi ke sekolah tanpa berpamitan (hlm.45).


(103) Saya sadari bahwa diam-diam saya merasakan getaran aneh setiap
kali berdekatan dengan taman-teman wanita di kelas (hlm.55).

Kamar kos Vela dalam cerita ini, berfungsi sebagai tempat Arimbi dan

Vela bercinta. Berikut kutipannya:

(104) Saya mendatangi kamar kosnya yang tak seberapa luas di daerah
karbela. “Kemarilah ….”panggilnya sayup. Saya mendekat. Dia
bukan lagi perempuan kurus dengan keringat sebesar butiran
jagung yang rebah di depan saya. Sebab saya bukan lagi hanya
mendekat. Saya menempel di tubuhnya. Mata saya sudah terantuk
pada kulitnya (hlm. 72).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

Rumah sakit di selatan Jakarta dalam cerita ini berfungsi sebagai tempat

Arimbi berobat. Berikut kutipannya:

(105) Saya diturunkan di sebuah rumah sakit di selatan Jakarta. Tangan


saya dimulai dicangkeram ketika kaki saya menjejak tanah. Saya
terus digiring. Melewati lorong panjang dengan ruangan-ruangan
berkaca di painggirnya (hlm.99).

Bar dan Diskotik dalam cerita ini berfungsi sebagai tempat Arimbi dan

teman-temannya berkumpul untuk memakai narkoba. Berikut kutipannya:

(106) Kelompok itu memang baik. Menerima saya dengan sikap yang
baik. Kami lantas sering berpergian bersama. Ke berbagai bar dan
diskotik (hlm.70).

2.2.2 Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-

peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar waktu dalam novel Detik

Terakhir hanya terbatas pada pagi, siang, malam dan pukul berapa peristiwa itu

terjadi.

Setiap pagi, di rumah Arimbi, selalu menyaksikan pertengkaran orang

tuanya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:

(107) Sebab di rumah saya kerap ada pertunjukkan lenong di pagi hari.
Lenong pertengkaran. Seperti suatu kali saya ingat. Dari arah
kamar orang tua saya terdengar suara obrolan dengan suara cukup
keras. Mula- mula hanya berupa obrolan, lama- lama pertengkaran,
akhirnya cekcok hebat (hlm.32).

(108) Saya menjadi mual. Pagi-pagi berikutnya saya tak membalas


senyum mama yang berbinar, dan semakin dibuat-buat ketika papa
keluar dari kamar, dengan setelan kemeja (hlm.46).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

(109) Saya mengumpat sarapan di pagi hari. Saya menyumpahi kecupan


papa dikening mama. Saya mengisi roh diri sendiri (hlm.50).

Setiap dua hari sekali dan di sela-sela jam pelajaran sekolah, Rajib

mengirim narkoba untuk Arimbi. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:

(110) Rajib mengirim barang di sela-sela jam pelajaran sekolah (hlm.69).

(111) Sejak diberi gratis oleh Rajib, saya tak bisa mengatakan tidak. Dia
menyuplai putaw setiap dua hari sekali (hlm.69).
Malam itu terjadi pertengkaran antara Papa Arimbi dan Mama Arimbi

akibatnya tidak bisa merayakan akhir tahun dengan bahagia. Berikut kutipannya :

(112) Malam itu tidak ada tahun baru. Papa mendekam dalam kamar.
Menemani mama yang terbaring lemah. Tubuh mama dipenuhi
perban(hlm.41).

(113) Pembantu yang menyediakan makan malam yang cuk up enak


(hlm.42).

(114) Saya memandang jalan raya depan rumah, sepi. Hanya lampu-
lampu menyala dari rumah seberang yang sama meganya dengan
rumah saya, yang menandakan malam ini ada sesuatu yang hidup
(hlm.66).

2.2.3 Latar Sosial

Latar sosial menunjuk pada hal- hal yang berhubungan dengan perilaku

sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan. Cerita dalam novel Detik

Terakhir menggunakan latar sosial status keluarga Arimbi.

Status sosial Arimbi yang terlahir dari keluarga terpandang, pengusaha dan

sebagai aktivis sukses. Berikut kutipannya:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

(115) Begitu mengerti kata-kata, saya langsung tahu ayah, saya panggil
papa, adalah pemilik bisnis perkebunan kelapa sawit di Sumatra,
dan usaha ritel di Jakarta (hlm.25).

(116) Mama punya kantor sendiri. Tak jauh dari rumah. Dia punya bisnis
event organizer (hlm.30).
(117) Ayahmu orang yang sukses, ibumu aktif di mana- mana. Apa kata
orang, kala u tahu kamu jadi seperti ini (hlm.96).
(118) Rajib sampai memberitahu saya latar belakang Arimbi, dan saya
sangat kaget. Orang tuanya sangat popular. “Pasangan Ruslan
Suwito dan Marini Ruslan. Pengusaha papan atas yang punya
pamor sangat baik di mata khalayak (hlm.12).
Arimbi hidup dalam keluarga yang termasuk terpandang. Papanya seorang

pengusaha sukses yang memiliki banyak perusahaan. Dari banyaknya usaha,

papanya sering tidak ada waktu untuk memperhatikan dirinya. Seperti pada

kutipan berikut:

(119) Papa sering dinas luar. Bahkan, saya dengar dari mama, papa kini
masuk klub eksekutif yang punya kegiatan rutin golf di Nirwana,
Bali, jika sedang tidak ada acara lain. Saya semakin tak punya
akhir pekan dengan keluarga yang lengkap. Papa juga semakin
jarang menampilkan diri di ruang makan ketika saya menghabiskan
nasi goreng setiap pagi. Papa mulai sering bangun kesiangan. Saya
berangkat sekolah tanpa melihatnya. Dan pergi tidur sebelum papa
kembali ke rumah (hlm.154).
Demikian juga pengarang menggambarkan latar sosial di sekolah, diskotik

atau bar, arena biliyar, dan panti rehabilitasi yang sebagian besar di daerah Jakarta

dan sekitarnya. Berikut kutipannya:

(120) Saya menjadi ragu. Sebab tak saya dapati nafsu ketika melihat
siswa pria paling baik di kelas. Tapi saya bisa sangat bernafsu pada
lekuk seksi siswi paling memuakkan di dalam kelas (hlm.59).

(121) Rajib sudah seminggu pergi ke Bali. Sudah tiga hari kami puasa
putaw. Saya coba membelinya dari seorang kenalan pengedar di
belakang Kartika Candra. Mereka hanya memberi saya sejumput
kecil (hlm.112).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

(122) Di sebuah arena biliyar di bilangan Sudirman, saya pernah mabuk


hebat setelah menenggak bergelas- gelas wiski (hlm.55).

(123) Ketika pertama kali berkeliling kesudut-sudut tempat ini, bayangan


saya tentang panti rehabilitasi ini lenyap-nyap! Tak ada kamar
kumuh dengan dipan tanpa kasur (hlm.119).
(124) Sebuah kafe di kawasan Kemang. Remang dan jalang. Helena
memaksa saya mendatangi kafe itu pada malam yang sudah
ditetapkan “peragaan busana Lingerie”. Angela ada. Papamu juga
pasti ada. Kamu mesti datang biar percaya, katanya serius (hlm.47-
48).

(125) Tidak terlalu banyak yang saya bawa. Nilainya hanya belasan juta
rupiah saja. Dengan volume ketergantungan orang-orang di
diskotik itu yang sudah mencapai kadar super madat, barang di
dalam tas saya paling hanya cukup untuk memenuhi sepuluh
pembeli saja (hlm.175).

Terdapat pula latar yang menyangkut status sosial yang dimiliki orang tua

Arimbi, karena orang tua Arimbi termasuk kalangan atas, mereka berusaha

semaksimal mungkin untuk menyembunyikan masalah Arimbi agar status mereka

tidak turun dan tercemar. Maklum mereka adalah pengusaha dengan aktivis

sukses. Berikut kutipannya:

(126) “Ari. Tolong kami untuk terakhir kalinya. Kami sudah berusaha
semaksimal mungkin menolong kamu. Ke psikolog, ke panti,
memanggil guru ke rumah. Membebaskan kamu dari penjara.
Sekarang kamu sudah ada di rumah ini. Kami sudah menyiapkan
program penyembuhan untukmu (hlm.196).

(127) Tak ada yang tahu selain kami, Ari. Nenek, kakek, oma, opa, sanak
saudara tidak ada yang tahu. Dan jangan sampai ada yang tahu. Ini
aib. Mau dikemanakan muka mama, muka papa! Ayahmu orang
yang sukses, ibumu aktif di mana- mana. Apa kata orang, kalau
tahu kamu jadi orang seperti ini? Sekarang suara mama sudah
meninggi (hlm.196).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa latar ini menunjukkan

pada situasi sosial yang terjadi dalam lingkungan masyarakat. Misalnya kebiasaan

hidup, status sosial, keyakinan, bersikap, berfikir atau pun tradisi (kutipan 115,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

116, 117, 118, dan 119). Tokoh Arimbi dalam kehidupan sehari- harinya yang

membuatnya terjerumus narkoba dan tertekan karena kondisi keluarganya yang

tidak baik. Pengarang menggambarkan latar sosial di sekolah, diskotik atau bar,

arena biliyar, dan panti rehabilitasi (kutipan 120, 121, 122, 123, 124, dan 125).

Terdapat pula latar yang menyangkut status sosial yang dimiliki orang tua Arimbi

(kutipan 126 dan 127).

2.2.4 Rangkuman

Dari análisis keseluruhan tokoh dan latar terlihat bahwa kedua unsur ini

sangat intensif mengungkapan permasalahan tekanan batin tokoh Arimbi, karena

kedua unsur tersebut merupakan unsur struktural yang saling mendukung dalam

sebuah cerita. Melalui latar sifat seseorang akan dibentuk oleh keadaan dan

pengaruh latar. Kesimpulan melalui uraian-uraian di atas dapat dilihat bagaimana

watak dan keadaan tokoh Arimbi. Arimbi adalah seorang gadis yang mengalami

tekanan batin akibat dari perbuatan orang tuanya yang tidak pernah

memperhatikan Arimbi. Orang tuanya selalu sibuk dengan pekerjaan mereka

sendiri. Akibat kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya

mengakibatkan tokoh Arimbi terjerumus ke dalam dunia narkoba. Lebih lanjut

dalam Bab III nanti akan mengkaji secara lebih dalam tekanan batin tokoh Arimbi

dalam menghadapi permasalah hidup.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III

TEKANAN BATIN TOKOH ARIMBI

DALAM NOVEL DETIK TERAKHIR

Dalam Bab I telah diuraikan bahwa analisis yang akan digunakan untuk

menjawab permasalahan tekanan batin tokoh Arimbi dalam menghadapi kemelut

hidup, adalah dengan menggunakan pendekatan psikologi. Dengan menggunakan

pendekatan psikologi ini, peneliti mencoba menganalisis dan menyimpulkan aspek-

aspek psikologi yang terdapat dalam tokoh Arimbi.

Dalam Bab II, novel Detik Terakhir telah dianalisis secara struktural. Hasil

analisis tersebut selanjut nya akan digunakan untuk analisis psikologi. Psikologi

merupakan suatu ilmu yang menyelidiki serta mempelajari tingkah laku dan aktivitas-

aktivitas manusia karena tingkah laku dan aktivitas-aktivitas tersebut merupakan

manifestasi dari kehidupan jiwanya (Bimo Wagito via Roekhan, 1987 : 144).

3.1 Sebab-Sebab Tekanan Batin

Semua manusia mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi, tidak terkecuali

dengan Arimbi. Ia juga mempunyai kebutuhan untuk hidup aman, dihargai, dan

mengaktualisasikan dirinya. Tidak terpenuhi kebutuhannya itu disebabkan konflik

yang melanda Arimbi. Konflik yang dihadapi Arimbi dalam kehidupan dengan

keluarganya yang tersiksa, di mana Arimbi dihadapi dengan kedua orang tuanya yang

43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

selalu saja bertengkar setiap hari, Arimbi juga merasa tertekan melihat kedua orang

tuanya berselingkuh, tanpa memperhatikan kehidupan Arimbi sebagai anak mereka.

Menurut Maslow kebutuhan dasar manusia dibedakan menjadi lima tingkat

yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa

memiliki–dimiliki dan akan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan dan

kebutuhan akan aktualisasi diri. Berkaitan dengan tujuan penelitian ini, kebutuhan

dasar menurut Maslow yang akan diuraikan hanya kebutuhan yang berkaitan dengan

ketertekanan batin tokoh Arimbi. Kebutuhan itu adalah kebutuhan akan rasa aman,

kebutuhan akan penghargaan, serta kebutuhan akan aktualisisi diri.

Berikut ini akan dipaparkan hasil analisis dari ketiga kebutuhan dasar manusia

bagi tokoh Arimbi dan akibat tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut yang

menyebabkan tokoh Arimbi tertekan batinnya.

3.1.1 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Akan Rasa Aman

Kebutuhan akan rasa aman biasanya terpuaskan pada orang-orang dewasa

yang norma l dan sehat, maka cara terbaik untuk memahaminya ialah denga n

menga mati anak-anak atau orang dewasa yang mengalami gangguan neurotik.

Seseorang yang tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas secara

berlebihan serta berusaha keras menghindari hal- hal yang bersifat asing dan tidak

diharapkannya. Orang sehat juga menginginkan keteraturan dan stabilitas, namun


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

kebutuhan tidak sampai menjadi hidup atau mati seperti pada orang neurotik (Maslow

via Goble, 1987 : 73 )

Setiap orang membutuhkan rasa aman baik itu dalam lingkungan sekitar atau

dalam kehidupan berbeda dengan Arimbi, ia tidak pernah mendapatkan rasa aman

baik dalam keluarga, dan lingkungan apalagi dalam kehidupannya. Hal ini terlihat

dalam kutipan berikut:

(128) Di kamar ini, kesedihan adalah hal yang menye ngat. Saya tak pernah
betah. (hlm. 32).
(129) Sebab di rumah saya kerap ada pertunjukan lenong di pagi hari.
Lenong pertengkaran. Seperti suatu kali saya ingat, dari arah kamar
orang tua saya terdengar suara obrolan. Lama- lama pertengkaran.
Akhirnya cekcok hebat, lalu cekcok mulut menjadi sengketa dan arena
caci maki. Kemudian perang mulut tak terbendung dengan teriakkan
melengking. (hlm. 32).

Arimbi juga, merasakan tidak pernah bebas, setiap kali berangkat ke sekolah,

Arimbi selalu saja diantar jemput oleh sopir yang bekerja di rumahnya. Arimbi

merasa kehid upannya selalu saja diatur oleh orang tuanya. Hal ini terlihat dalam

kutipan berikut :

(130) Saya tidak pernah disiksa panas terik matahari. Tentu, selain karena
dipekarangan sekolah rimbun karena pepohonan, saya juga tak perlu
berlama-lama menerobos area yang disiram sinar matahari. Ketika bel
pulang berbunyi dan kedua kaki saya mulai mengarah ke pintu pagar,
Pak Beno supir saya sudah melongok dengan paras siaga. Dia tak
pernah membiarkan saya lebih dari lima menit menanti. Wajah
bulatnya membiasakan senyum kemenangan setiap kali dua mata
tengkolnya menangkap bayangan saya. Kasihan sopir ini. Dia pikir
menemukan diri saya secepat mungkin selepas bel pulang adalah
prestasi (hlm. 27).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

(131) Sejujurnya, saya ingin seperti teman yang lain, yang menikmati peluh
dalam antrian tukang bakso kojek. Menjumput panganan yang tengik
di pelataran sekolah. Sebagian lagi tak jajan apa-apa, tapi mereka main
dorong-dorongan, saya sering berharap pak Beno datang terlambat,
dan saya leluasa berkelabat di antara gerobak- gerobak penjual jajanan,
berteriak bebas di tengah teman-teman sekolah. Tapi pak Beno takut
dipecat. Dia sadar sepenuhnya, bahwa setelah mata jengkolnya
menangkap tubuh saya yang bulat-bulat, maka tugas selanjutnya
adalah membawa secepat mungkin kembali ke rumah. (hlm. 27).

Rasa tidak aman juga dirasakan Arimbi ketika Arimbi bangun pagi hari,

karena melihat mamannya sudah menyiapkan makanan yang selalu sama saja setiap

hari. Menunya tidak pernah diganti. Arimbi merasa tidak suka dengan cara mamanya

yang sering mengaturnya pada waktu sarapan pagi. Hal ini terlihat dalam kutipan

berikut :

(132) Setiap pagi adalah siksaan. Pagi-pagi saya sudah muak dua kali. Muak
pertama adalah sarapan nasi goreng dengan rasa dan tatanan yang itu-
itu melulu. Gundukkan nasi goreng menyerupai mangkuk terbalik,
telur mata sapi di sisi kanan, taburan abon di sisi kiri, dan irisan telur
dadar di atas nasi. Sisi kosong di piring diisi dengan irisan mentimun
dan tomat. Mama mengajari saya dengan tahapan yang benar,
menghabiskan nasi dengan lauknya, dan mengakhiri dengan irisan
mentimun. Setelah itu menenggak susu sampai tandas. (hlm. 24).
(133) Begitu telitinya mama melihat tata sarapan saya, sampai saya pernah
berpikir apakah saya akan mati bila menelan mentimun terlebih dulu
atau menyikat susu pertama-tama, lalu memakan telurnya dan
membuang nasinya. Atau saya muntahkan semuanya. Bahkan, apa
salahnya sesekali saya tidak sarapan? Tapi mama selalu menunggui
saya makan. (hlm. 24).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

Rasa cemas juga yang dirasakan oleh Arimbi, ketika ayahnya memukul

ibunya sampai pingsan. Arimbi merasa cemas dan takut kalau-kalau terjadi sesuatu

pada ibunya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut :

(134) Kemudian papa tanpa bicara apa-apa langsung menggunakan tangan


kanannya yang besar dan berotot ke wajah mama. Suara pukulan itu
kencang. Mama mengaduh, tidak hanya sekali. Papa mengayunkan
satu tamparan lagi dengan punggung telapak tangan, terus beberapa
kali saya bergidik. Dia menampar mama seperti tukang sate
mengibaskan kipas di atas panggangan. Berkali-kali, bertenaga, dan
tanpa emosi (hlm. 39).
(135) Herannya mama tidak berteriak lagi. Dia hanya mengaduh tertahan,
tubuhnya sudah setengah kelojotan, dengan kaki lengser perlahan ke
bawah. Ketika mama jatuh tertunduk, papa tidak pergi, melainkan
berjongkok. (hlm. 39).
(136) Mereka melakukan pertolongan pada mama dengan gerakan tenang
tapi pasti, sesuatu telah disuntikkan dilengan mama, dan membuatnya
tiba-tiba tidur. Papa berdiri mematung disudut kamar. Saya tak berani
memandang wajahnya, rasa jijik dan takut sudah membaur dan
melumpuhkan hasrat saya untuk menyadari bahwa dia ada. (hlm. 41).
(137) Kesibukkan itu sedikit membuat perasaan saya tenang. Tapi tak
menyudahi kecemasan saya yang hebat, darah itu begitu banyak. Saya
pernah mendengar orang bisa mati karena kehabisan darah. Apakah itu
juga yang menyebabkan papa tiba-tiba berlari keluar dan memanggil
orang medis? Jika dia memang takut mama mati, kanapa dia
memukulinya? (hlm. 41).

Kegelisahan juga yang dirasakan Arimbi, saat Arimbi merasa bahwa ia

bingung untuk mengenal dirinya sendiri, Arimbi juga merasa bimbang dan ragu untuk

mengenali orang tuanya, yang membuat dia merasa tersiksa dengan kehidupan di

rumah bersama orang tuanya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut :

(138) Saya bingung dengan perasaan saya sendiri. Saya tak mengenali orang
tua saya, dan saya mulai tak mengenali diri saya sendiri. Saya panik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

Pikiran berkecamuk tak tentu arah. Di rumah saya tersiksa dengan dua
orang yang selalu bergumul dengan nafsu masing- masing. Di luar
rumah saya bergumul dengan diri saya sendiri. Mempertanyakan
perasaan aneh yang semakin lama semakin mencekram saya dalam
kebingungan saya yang menyiksa. (hlm. 56).

Kegelisahan juga yang dirasakan Arimbi, saat ia mengetahui bahwa ia lesbian,

ketika ia melihat pembantunya memakai baju yang tipis. Arimbi merasakan ada

perasaan yang aneh dalam pikirannya. Arimbi merasa tiba-tiba tertarik dengan sikap

pembantu yang bekerja di rumahnya yang begitu menarik perhatiannya dengan

mengenakan daster tipis berpotongan pendek, sampai-sampai dadanya kelihatan. Hal

ini terlihat dalam kutipan berikut :

(139) Saya tahu perbedaan yang saya rasakan telah meluncur jauh dari batas
pikiran. Tanpa sadar saya telah memperlihatkannya dalam bentuk
yang terlihat. Sikap. (hlm. 56).
(140) Mbok Nem, pembantu saya yang usianya paling muda, sekitar tiga
puluh tahuna n, masuk ke kemar tidur saya pada suatu siang, dia
mengenakan daster tipis berpotongan dada rendah. Papa dan mama
sedang tak ada di rumah, sehingga dia berani memakai baju seperti itu
(hlm. 56).
(141) Saya tahu, saya takut atau benci pada lelaki, karena saya ingat papa.
Dan saya enggan jadi perempuan kerena saya tak mau sebodoh mama.
Maka, akan jadi apa saya? Saya akan menjadi laki- laki yang tidak
sejahat papa. Dan menjadi perempuan yang sebodoh mama. Tapi, lalu
saya menjadi ragu, apakah saya menjadi lesbian karena membenci
papa? Atau meludahi mama? (hlm. 59).
(142) Saya menjadi ragu, sebab tak saya dapati nafsu ketika melihat siswa
pria paling baik hati di kelas. Tapi saya bisa sangat nafsu pada lekuk
seksi siswi paling memuakkan didalam kelas. Tidak, saya tidak
menyukai laki- laki bukan karena saya membenci papa. Karena saya
membenci kejahatan. Saya membenci laki- laki dan menyukai
perempuan karena saya terlahir berbeda. (hlm. 59).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

Perasaan khawatir juga terjadi pada Arimbi, ketika dia mengetahui, bahwa dia

lesbian, Arimbi merasa bahwa kalau lesbiannya itu diketahui oleh para pembantunya,

dan para teman-teman sekolahnya, apa yang harus ia perbuat . Hal ini terlihat dalam

kutipan berikut :

(143) Saya tahu, saya telah membuat mbak Nem takut. Dan saya makin tahu,
semakin hari saya mulai membuat orang lain curiga. Bersamaan
dengan itu saya tidak bisa membohongi sikap-sikap atau bahasa tubuh
yang menjawab desir yang mendebarkan disekujur tubuh saya. Setiap
melihat sosok perempuan yang menggetarkan. (hlm. 59).
(144) Saya merasakan bahwa mata teman-teman perempuan saya mendadak
lebih mendelik ketika mereka berganti baju olah raga di ruang ganti,
dan mata saya dengan tajam me nelusuri tubuh bugil mereka. (hlm.
59).

Perasaan khawatir juga yang terjadi pada Arimbi, ketika bertemu dengan

Rajib di sekolahnya. Rajib menawarkan sesuatu kepada Arimbi untuk merasakan obat

yang diberi oleh Rajib. Obat yang diberikan oleh Rajib adalah narkoba. Pada awalnya

Arimbi menolaknya, karena Arimbi merasa orang itu, yaitu Rajib belum pernah ia

kenal. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut :

(145) “Kamu sakit, ya?” saya tak menjawab, malas, karena belum kenal.
“nama saya Rajib”. Matanya mencari bola mata saya.” Sory, kita
memang belum kenal….” Dia menjulurkan tangannya. Saya
menanggapinya dengan biasa. Saya me ngulurkan tangan dengan cepat.
(hlm. 62).
(146) “Kalau sakit saya punya obatnya….” Saya membuang muka. “nggak
apa-apa kalau kamu malas menanggapi tawaran saya. Saya hanya…
sering melihat kamu melamun dikantin. Sudah lama sih pengen kenal,
kayaknya saya bari berani sekarang ini,” katanya tanpa malu. (hlm.
62).
(147) “Saya nggak mau butuh bantuanmu. Maaf.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

“”nggak apa-apa, saya Cuma mau baik sama kamu.” Dia kelihatan
gelisah. Lehernya meninggi, dan kepala nya menoleh ke beberapa
sudut (hlm. 63).
(148) Rajib tiba-tiba saja mendekatkan kepalanya kewajah saya. “kalau
kamu ga keberatan, saya mau memberimu sesuatu. Nggak penting
sih… dibuang juga boleh. Nih! “dia menarik tangan saya dan
menutupnya kembali dengan gerakan cepat. (hlm. 63).

Setelah Rajib menawarkan sesuatu yaitu narkoba, pada Arimbi, Arimbi

merasa tetap khawatir untuk mencobanya, karena Arimbi merasa bahwa obat ini

adalah, obat yang membahayakan orang, obat ini lah yang sering dilarang, karena

kata orang bahwa narkoba adalah benda jahat. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut :

(149) Itu pasti sejenis narkoba, entah shabu, putaw, atau apapun. Pokoknya
sejenis bubuk itu. Saya berdiri ragu.
Seperti hipnotis.
Buang ke tempat sampah?
Saya ada masalah? Benar-benar sekali ……
Tapi ini apa… benda jahat itu? Yang sering dilarang- larang
Itu? Kayak gini nih bendanya?
Saya nggak butuh.
Nggak berani.
Tapi saya ada masalah, kan?
Banyak bahkan.
Cobain dikit. Atau buang.
Sayang
Cobain dikit kan nggak ada salahnya
Kalau nggak suka tinggal buang
Kalau suka?
Ini pasti putaw
Nggak mau! Nggak!!
Tapi, saya punya masalah, kan? (hlm. 63-64).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

Setelah Arimbi mencoba obat yang ditawarkan oleh Rajib padanya, Arimbi

merasa gelisah dan tidak bisa tidur, karena obat yang dia hirup itu adalah narkoba.

Setelah ia menghirup obat itu, obat itu baru bereaksi dalam tubuhnya, Arimbi merasa

seluruh tubuhnya terasa sakit. Anehnya Arimbi tidak merasa lapar atau sedih. Hal ini

terlihat dalam kutipan berikut :

(150) Tiba-tiba saja, sekujur tubuh saya dialiri perasaan aneh. Benar-benar
aneh. Seperti ada kerinduan yang hebat. Begitu hebatnya sehingga
terasa sakit. Anehnya, saya tak merasa lemas, lapar atau sedih. Saya
hanya merasakan kesepian, tapi sekaligus tak menginginkan siapapun
ada. Saya ingin sendiri. Tapi saya butuh teman. Dan dia, bukan
seseorang. Dia…. Aduh, kenapa diri saya? (hlm. 66).
(151) Saya mencoba berdiri. Tubuh saya limbang. Perasaan asing itu telah
melunglaikan seluruh persendian saya. Saya loncati lagi kusen jendela
dan masuk kamar. Berjalan tertatih menuju sudut yang tak saya tuju.
Saya bahkan tak tahu ke mana harus berjalan. Saya mencoba
berbaring. Rasa mual dan terbakar seperti tadi muncul lagi. Aduh,
kenapa saya? (hlm. 66-67).

Kegelisahan juga selalu menyelimuti hati Arimbi bila tidak memakai narkoba.

Arimbi merasa bahwa tanpa narkoba dia tidak bisa hidup. Dengan memakai narkoba,

Arimbi bisa merasakan lebih hidup. Akibat dari narkoba inilah yang menyebabkan

Arimbi di bawa ke panti rehabilitasi oleh orang tuanya. Hal ini terlihat dalam kutipan

berikut :

(152) Mereka memenjarakan saya di atas kasur keras ini. Memberi makan
tiga kali sehari, yang berkali-kali saya memuntahkan kembali. Mereka
merampas kebebasan saya nenikmati bubuk surga. Saya disiksa sakaw,
tubuh saya seperti dirajam. Otot saya dibetot-betot. Darah saya
dibiarkan mendidih dan beku. Beganti- ganti. Daging saya dicabik-
cabik. Seluruh persendian saya dijepit. Saya berteriak kesakitan. Saya
bukan mencari gara- gara, tapi tubuh ini memang sakit. Nyeri saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

kerap, berteriak histeris dengan kaki ditendang-tendang ke udara.


Tangan saya terus meronta. Mata saya berair, dari hidung saya terus-
menerus keluar ingus. Saya muntah- muntah, karena terasa mual yang
sangat. (hlm. 99).

Arimbi juga merasa gelisah dan sedih saat orang tuanya mengatakan padanya,

bahwa tolong hal ini dirahasiakan. Arimbi merasa bahwa orang tuanya, benar-benar

tidak memperdulikan kehidupan Arimbi. Orang tuanya selalu saja mementingkan

kehormatan dan nama baik mereka, ketimbang nyawa anak mereka. Hal ini terlihat

dalam kutipan berikut :

(153) “Ada satu yang mama pesan. Please, jika kamu sudah pulih dan bebas
keluar nanti, jangan katakan pada siapa pun, kamu kena narkoba. Ya?”
cukup papa dan mama yang tahu. Bukannya apa-apa. Kamu kan tahu
nama papa dan mama di luar sana cukup di kenal. Jadi, Bantu kami
agar nama keluarga tidak jadi tercoreng gara- gara kamu. Ya?” mama
menepuk-nepuk pipi saya. Wajahnya kelihatan lega seperti seorang
dewa baru menumpangkan wangsitnya. Saya bertambah sedih. Hingga
detik ini, hal yang penting buat mereka adalah kehormatan diri. Bukan
keadaan saya. Saya melamun hingga malam hari, pada hari pertama
kedatangan saya di rumah. (hml. 104).

Rasa tidak aman juga yang dirasakan oleh Arimbi, ketika Rajib dan Vela tidak

ada didekatnya. Arimbi merasakan bahwa Rajib dan Vela sudah pergi

meninggalkannya. Arimbi menjadi marah pada orang tuanya, karena orang tuanya lah

Rajib dan Vela ditangkap oleh polisi. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut :

(154) “Ma, siapa yang melaporkan Rajib?”


“cepat atau lambat dia akan tertangkap dengan sendirinya,” katanya
dan melihat kearah saya!” mama tersenyum setengah mencibir.”
Orang seperti dia memang harus dibereskan, “katanya penedek, tanpa
emosi (hlm. 193).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

(155) Saya ingin menampar wajah ibu saya. “lantas apakah saya tidak cukup
alasan untuk dibereskan? Kenapa mama menebus saya? Saya yang
bersalah! Saya memaksa Rajib memberi pekerjaan untuk saya! Dia
tidak sepantasnya dipukuli, ma!” saya menjerit-jerit dengan emosi
dalam mobil (hlm. 193).
(156) “Tak ada orang yang bisa menubus Rajib. Tidak juga saya, sudah
nasibnya seperti ini. Dulu dia pernah bilang sama saya. Hidupnya akan
berhenti begitu dia ditangkap. Sebab, dia bukan orang yang
terpandang atau punya cukup uang untuk menyelamtkan diri. Hanya
saja saya tidak menyangka, dia akan benar-benar ditangkap.” (hlm.
228).

Kekecewaan juga yang dirasakan oleh Arimbi, ketika mengetahui orang

tuanya selingkuh. Perbuatan dari kedua orang tuanya inilah yang menyebabkan

Arimbi merasa bahwa Arimbi sudah tidak memiliki rasa kebahagiaan dalam keluarga.

Arimbi merasa bahwa dalam keluarga juga dia tidak pernah diperhatikan, kedua

orang tuanya selalu saja sibuk dengan urusan mereka sendiri-sendiri. Hal ini terlihat

dalam kutipan berikut :

(157) “Mereka punya kekasih masing- masing. Papa dengan pacar gelapnya.
Mama dengan pacar gelapnya. Mereka punya dunia indah masing-
masing, tapi dengan bodoh mau mempersatukan diri dalam
pertarungan yang tak pernah berhenti di rumah ini.” (hlm. 203).

3.1.2 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Akan Penghargaan

Seseorang yang memiliki cukup harga diri akan lebih percaya diri serta lebih

mampu, maka juga lebih produktif. Sebaliknya jika harga diri setiap orang kurang,

maka orang itu akan diliputi rasa rendah diri serta rasa tidak berdaya, yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

selanjutnya seseorang dapat menimbulkan rasa putus asa serta tingkah laku neurotik.

(Maslow via Goble, 1987 : 76).

Harga diri sangat dibut uhkan oleh setiap orang. Penghargaan diri dari orang

lain dapat membuat seseorang lebih percaya diri dalam menghadapi hidup. Seseorang

yang tidak mendapatkan penghargaan dari orang lain akan tertekan batinnya.

Arimbi merasakan hal ini, yaitu Arimbi tidak pernah mengetahui apa itu

kehidupan, Arimbi hanya bisa memikirkan bagaimana cara untuk bisa mati. Arimbi

selalu saja berpikir cara yang terbaik untuk mati, berbagai cara Arimbi mencoba, tapi

ternyata sia-sia. Arimbi juga sempat mencoba untuk bunuh diri, tapi ketahuan oleh

pihak panti yaitu penjaga panti tempat Arimbi rehabilitasi. Hal yang dilakukan

Arimbi adalah tidak adanya penghargaan atas dirinya sendiri. Hal ini terlihat dalam

kutipan berikut :

(158) “Seminggu lagi orang tua saya akan menciduk saya dari sini dan
membawa saya ke Amerika.” Setelah berulang kali mereka menciduk
saya di tempat persembunyian saya, kali ini saya sudah putus asa.
Mereka tak akan bisa membawa saya pergi. Saya sudah mati pada saat
mereka datang. Saya sudah mempelajari teknik bunuh diri yang
efektif. Tapi panti itu begitu reseh. Mereka me rampas obat tidur saya,
memeriksa setiap senti meter kamar tidur saya setiap hari, dan tak
membiarkan saya menyimpan silet. (hlm. 20).
(159) Mereka merampas sesuatu yang bisa menggantung leher saya. Tali,
gasper, kain panjang, mereka tak mengizinkan saya menyemprot
nyamuk dengan pembasmi serangga, bahkan tak menaruh benda
kimiawi apapun di kamar ini. Mereka pikir saya bisa mati dengan
menelan sabun atau mene gguk sampo. Mereka menggeledah saya
sebelum pergi tidur.” (hlm. 20).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

Kebutuhan penghargaan atas dirinya pun tidak pernah Arimbi perhatikan. Hal

ini terlihat dalam kutipan berikut:

(160) Kalau boleh saya sebut siapa musuh terbesar dalam hidup saya, dia
adalah diri saya sendiri. Dia yang tak pernah saya kenali. Dia yang tak
pernah bisa berkompromi. Dia yang bahkan sulit saya usir dari tubuh
saya sendiri. (Hlm. 23).
(161) Saya mulai membenci diri sendiri sejak usia sebelas. Ketika sudah
habis masa- masa indah menertawai dunia dengan otak anak kecil.
Ketika usia mulai membebani saya dengan banyak persoalan yang tak
saya sukai. Saya benci pagi hari. Ketika beker menunjukkan pukul
06.00, dan saya harus buru-buru menyudahi kenikmatan tidur yang tak
terbayar. (Hlm. 23).
(162) Saya selalu mengenakan seragam sekolah dengan bibir cemberut. Saya
tak menyukai tubuh sendiri. Terutama dua gundukkan kecil di dada
yang membuat saya enggan berdiri tegap. (Hlm. 23).

Sebagai seorang anak, Arimbi sangat ingin dihargai oleh orang tuanya.

Arimbi ingin sekali agar orang tuanya selalu memperhatikan dia, dan mau

meluangkan waktu sebentar untuk bisa makan dan berkumpul bersama. Sebagaimana

layaknya hidup dalam sebuah keluarga. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:

(163) Saya hanya memiliki sedikit kenangan hingga usia beranjak remaja.
Orang-orang bilang saya enak jadi orang kaya. Orang-orang bilang
hidup saya seperti mimpi. Saya bilang, hidup saya tak punya cerita.
Apa yang bisa diceritakan dari hari-hari yang hanya punya tititk
tempat, rumah, sekolah, dan mobil mewah. (Hlm. 31)
(164) Maka begitu ingin saya menyemburkan kata-kata pada teman-teman
saya di sekolah. Mereka mengatakan saya bahagia karena saya anak
orang kaya. Saya ingin mengatakan pada mereka apakah mereka
sering menyaksikan ibu mereka dipukuli oleh ayah mereka?. (Hlm.
34).
(165) Saya tidak pernah melihat mama membela diri saat dianiaya papa.
Saya tak bisa memakai contoh sinetron atau film- film. Saat seorang
istri yang digebuki lantas menuntut cerai atau sekalian kabur dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

rumah. Saya pernah menonton film, tentang seorang istri teraniaya


yang mati- matian menuntut perilaku suaminya ke pengadilan. Tidak,
ibu saya tak seberani itu. Atau tak sepintar itu. Ekspresinya tiap kali
dipukuli ayah saya selalu serupa. Dia hanya berteriak-teriak seperti
ayam yang baru dipenggal, merunduk-runduk seperti kucing
ketakutan. (Hlm. 35).
(166) Saya mulai menangis. Bukan hanya telinga saya kini yang menjadi
ingin pecah. Hati saya bahkan sudah siap meledak. Saya menengok ke
segala penjuru. Berharap ada seseorang muncul dan bisa
menghentikan tindakkan biadap papa. Tapi tak ada seorangpun orang
terdekat semestinya adalah sopir dan saya. (Hlm.40).
(167) Saya tak tahan lagi. Saya ingin berlari ke kamar itu, tapi kaki saya
seperti dikunci. Tangis saya menjadi seduh sedan tak terkendali. Saya
berdiri, dan jatuh menggeleser begitu saja. Kenapa saya lemah! Saya
memaki dalam hati. Saya terus menangis. Ketika suara itu berhenti,
tangis saya menjadi sisa dalam ruang ya ng tiba-tiba menjadi senyap.
(Hlm. 40).

Sebagai seorang anak, Arimbi merasa bahwa kedua orang tuanya tidak

pernah menghargai dirinya, sebagai anak mereka. Orang tuanya selalu saja mengurus

keperluan mereka sendiri. Mereka tidak pernah memperdulikan keadaan Arimbi.

Akibat dari perbuatan kedua orang tuanya, Arimbi merasa bahwa dia tidak dihargai

lagi oleh kedua orang tuanya. Pada akhirnya Arimbi mengambil keputusan untuk

pergi dari rumah. Hal ini terlihat dalam kutipan sebagai berikut:

(168) Saya sudah memutuskan hubungan dengan rumah bahkan tanpa


sepengetahuan orang tua saya. Saya melakukan banyak haj yang tidak
diketahui orang tua saya. Les- les tak saya datangi lagi. Saya ganti
dengan nongkrong bersama teman-teman sekolah yang sama kesepian,
sama kebingungan. Saya tak merasa perlu bilang orang tua. Sebab
mereka tak mengenal saya dan saya tak mengenal mereka. Maka, saya
tak merasa bersalah telah membohongi mereka. Sebab mereka tidak
mengenal saya. (Hlm. 51).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

(169) Kebiasaan saya merokok bertambah parah. Terlebih setelah rumah


semakin memisahkan penghuninya. Pap semakin sering dinas luar.
Bahkan saya dengar dari mama, papa kini masuk klub eksklusif yang
punya kegiatan rutin golf di Nirwana Bali. Itu artinya hampir
seminggu sekali papa ke Bali, jika sedang tidak ada acara lain. Saya
semakin tak punya akhir pekan dengan keluarga yang lengkap. Papa
juga jarang menampilkan diri di ruang makan ketika saya
menghabiskan nasi goreng setiap pagi. Papa mulai bangun kesiangan.
Saya berangkat sekolah tanpa melihatnya. Dan pergi tidur sebelum
papa kembali ke rumah. (Hlm. 54).
(170) Sementara mama semakin sibuk menggelar pameran lukisan. Bahkan
kali ini bukan hanya di Jakarta. Tapi juga Surabaya dan Medan. Mama
ikut- ikutan seperti papa, kembali ke rumah ketika lampu- lampu telah
dimatikan. Saya hanya mendengar sayup deru mobilnya masuk, ketika
kantuk saya sudah mencapai puncaknya. Saya tak merasa itu menjadi
masalah. Sebab saya tak mengenal mereka. Dan mereka tak mengenal
saya. (Hlm. 54).
(171) Badan saya semakin kurus. Dan orang tua saya tidak cukup tahu. Saya
mulai mentertawakan perasaan melankolis saya dulu. Merasa bahwa
saya cukup memperhatikan saya. Kenapa saya tak menyentuh batang
rokok sejak duduk sekolah dasar? Dengan demikian saya tak akan
begitu lama tersiksa menyerap hal- hal yang membingungkan di rumah
saya. (Hlm. 54).

Akibat dari perbuatan orang tuanya yang tidak pernah memperdulikan

Arimbi, Arimbi merasa bahwa dia sudah tidak berharga lagi untuk tinggal bersama

kedua orang tuanya. Arimbi menjadi putus asa. Dan Arimbi juga merasa hidupnya

tidak berharga lagi di mata kedua orang tuanya. Arimbi mulai bergabung dengan

orang-orang yang merasa kesepian seperti dia, orang-orang tersebut adalah teman-

teman sekolahnya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:

(172) Saya semakin sering menghabiskan waktu di bar, di mal- mal atau di
arena biliar dan boling, dengan teman-teman pria yang semakin
banyak. Bahkan kini teman-teman pria yang semakin banyak. Bahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

kini teman saya juga bertambah, dari beberapa sekolah lain.


Kebanyakkan dari kami memiliki uang cukup banyak. Karenanya
kami bisa memesan minuman yang cukup mahal. Dalam waktu yang
amat singkat saya sudah mahir mabuk. Mabuk saya parah. Dan
memalukan. (Hlm. 54-55).
(173) Saya bingung dengan perasaan saya sendiri. Saya tak mengenali orang
tua saya. Dan saya tak mengenali diri sendiri. Saya panik. Pikiran saya
berkecamuk tak tentu arah. Di rumah saya tersiksa dengan dua orang
yang selalu bergumul dengan nafsu masing- masing. Di luar rumah
saya bergumul dengan diri sendiri. Mempertanyakan perasaan ane h
yang semakin lama semakin mencekram saya dala m kebingungan
yang menyiksa. (Hlm. 56).
(174) Saya mengenalnya di mana- mana. Salah jika orang tua menganggap
saya sudah cukup aman dengan pendidikan komplet dan perlindungan
mutahir dalam mobil mewah setiap hari. Saya tidak sepenuhnya aman
dari bubuk itu. Terutama karena saya dibiarkan sendiri ketika
kebingungan yang tak berujung pangkal tanpa pertolongan sama
sekali. (Hlm. 60).
(175) Mereka sebetulnya memberikan pintu gerbang itu pada saya.
Kebodohan orang tua-orang tua kaya. Menceburkan anak dalam nista
yang paling dekat. (Hlm. 61).

3.1.3 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri

Setiap orang, memiliki rasa kebebasan dalam menjalani hidup. Ada yang

menghargai kehidupannya dengan cara mengembangkan bakat sesuai dengan

kemampuan yang dimilikinya. Namun, tidak semua orang bisa berkembang sesuai

harapannya. Kebutuhan manusia untuk tumbuh, berkembang dan menggunakan

kemamp uannya di sebut aktualisasi diri. Manusia yang menjalani hidup yang sesuai

dengan cita-citanya, harapan dan keinginannya dapat hidup lebih maju dan

berkembang. Terwujudnya cita-cita, harapan dan keinginan membuat seseorang lebih

termotivasi untuk mengembangkan apa yang sudah diperolehnya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

Berbeda dengan hal yang dialami oleh Arimbi, Arimbi menjalani hidupnya

dengan penuh penderitaan yang dihadapinya. Arimbi tidak pernah merasa betah

berada bersama orang tuanya. Arimbi selalu menyaksikan pertengkaran orang tuanya

setiap hari. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:

(176) Masa remaja saya sungguh membingungkan. Saya tak mengerti,


apakah benar di setiap rumah, orang tua-orang tua selalu membiarkan
anak-anak mereka tak mengenali dengan baik orang tua sendiri?
Bukan sekadar wujud, tapi hati?. (Hlm. 43).
(177) Ketika usia saya tujuh belas tahun, saya belum juga bisa mengenali
dengan baik kedua orang tua saya. Memreka asyik dengan dunia
mereka yang tidak saya mengerti. Saya terus tumbuh, berenang
sendirian dengan menggapai- gapai mencari kayu atau perahu yang
bisa dijadikan tumpuan. Saya tak pernah melihat pelabuhan. Sebab
tiada yang mengajarkan saya untuk berenang ke arah yang tepat. (Hlm.
43).
(178) Tapi jawaban memang tak pernah datang. Saya dapati papa terus
memukuli mama. Saya dapati mama bertahan dalam kebodohannya.
Dan saya dapati diri saya semakin jauh berlari. Saya tak melihat titik
temu di rumah ini. (Hlm. 61).

Arimbi merasa tidak betah juga, hidup bersama kedua orang tuanya, karena

semua keinginan Arimbi untuk mendapatkan kebahagiaan tidak terwujud. Akibatnya

Arimbi pergi dari rumah untuk mencari dunia baru yaitu narkoba. Hal ini terlihat

dalam kutipan berikut:

(179) Maafkan saya, Mama. Maafkan saya, Papa. Tetapi ini adalah dunia
yang menyenangkan. Ini dunia tanpa beban. Di sini tak ada kurikulum.
Tak ada kewajiban sarapan pukul 06.30. di sini saya punya bahasa
yang beda, dan surga yang beda. (Hlm. 68).
(180) Saya Arimbi, berusia delapan belas, menjelang sembilan belas. Telah
cukup besar otak saya untuk mencerna kehidupan yang begini rumit
dengan kedewasaan yang saya bangun dengan paksa. (Hlm. 68).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

(181) Telah cukup lama benak saya berpetualang sampai saya temukan
pelabuhan yang tak bertuan. Serbuk putih ini ternyata jauh lebih
paham akan makna kasih sayang ketimbang kalian. Dia lebih punya
hati. Dia bukan sekedar sebuah rumah. Dia pelabuhan tempat yang
dituju semua orang yang lelah berjalan. Dia bukan hanya yang selalu
memaksa orang untuk pulang. Dia pelabuhan. (Hlm. 68).
(182) Sudah saya sesali, kenapa saya tak menginjak surga ini sejak dulu.
Kenapa saya harus menelan dulu realita yang pahit sebelum memijak
nirwana ini. Kenapa mata saya harus menjadi sipit dengan belasan
buku pelajaran padahal serbuk putih yang hanya setitik di telapak ini
lebih memb uat diri saya merasa pintar. (Hlm. 68).

Harapan Arimbi untuk bisa hidup dan bahagia bersama orang tuanya menjadi

sirna. Arimbi sudah masuk ke dunia baru yaitu narkoba. Arimbi merasa bahwa

kehidupan yang paling aman buat dia adalah narkoba. Bagi Arimbi, narkoba adalah

suatu kehidupan baru. Dengan memakai narkoba Arimbi merasa semua permasalahan

yang dihadapinya bisa diselesaikan. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:

(183) Saya menemukan pemecahan. Saya menemukan teman. Saya


menemukan jawaban. (Hlm. 68).
(184) Sungguh pun saya tahu apa yang saya lakukan dihujat selur uh manusia
di luar sana. Bahwa apa yang saya nikmati adalah sesuatu yang
diludahi di luar sana. Tapi mereka tidak mengenal saya. Dan saya
tidak mengenal mereka. Maka saya tidak perlu merasa harus peduli.
(Hlm. 68-69).
(185) Bubuk putih itu telah membawa saya pada arena pergaulan baru. Saya
masih sesekali nongkrong dengan geng jerry dan Doel. Tapi setelah
saya mengenal bubuk ini, di mata saya mereka tak ubahnya anak-anak
kecil yang sedang norak-noraknya berkenalan dengan dunia orang
dewasa. Terlebih lagi saya menyadari, teman-teman saya terlalu
banyak omong itu, ternyata hanya orang-orang kerdil yang protes pada
orang tua tapi sekaligus juga menyimpan takut pada mereka. (Hlm.
69).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

Bergabungnya Arimbi dengan dunia narkoba membawa dirinya ke kehidupan

baru. Arimbi bisa merasakan kehidupan yang bebas tanpa mengharapkan perhatian

dari kedua orang tuanya. Arimbi menjadi pecandu narkoba, tanpa sepengetahuan

orang tuanya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:

(186) Betapa rentannya sebutan orang tua. Mereka bilang me reka tahu
semua tentang saya. Mereka bilang mereka sudah mendidik saya.
Mereka bilang mereka sudah memberi segala yang terbaik pada saya.
Mereka tak tahu, mereka sudah kehilangan anak mereka. Jika begitu,
mengapa mereka menyebut diri mereka orang tua. Saya lebih suka
menganggap mereka orang lain. (Hlm. 84).
(187) Saya menikmati dunia ini. Bukan perangkap. Ini hanya celah
tersembunyi dalam kehidupan bertata krama di luar sana. Saya
mendapatkan pergaulan yang indah di dalam sini. (Hml. 84).
(188) Serbuk ini juga telah membawa saya pada hubungan yang makin
menyenangkan dengan Vela. Saya tak perlu bertanya-tanya lagi
tentang perasaan aneh yang menjalar di tubuh saya setiap kali melihat
perempuan menarik. Saya tahu, saya berbeda. Saya berani mengatakan
bahwa saya lesbian. Tapi seperti juga merahasiakan bahwa saya
pemakai, saya tak mau berterus terang bahwa saya lesbian. Siapa yang
harus dipersalahkan bila di dunia ini saya mendapat tempat untuk
berkata-kata dengan lapang. (Hlm. 89).

Setelah Arimbi bertemu dengan Vela, Arimbi sangat bahagia, Arimbi merasa

kehidupannya dengan Vela, membuat dirinya terasa bahagia, karena mereka berdua

sama-sama mengkonsumsi narkoba. Setiap hari Arimbi selalu saja menghisap

narkoba, mereka sangat senang dengan kehidupan dunia mereka yaitu, dunia narkoba.

Sampai pada akhirnya Arimbi dan Vela, overdosis. Hal ini terlihat dalam kutipan

berikut:

(189) Mereka memenjarakan saya di atas kasur keras ini. Memberi saya
makan tiga kali sehari, yang berkali-kali saya muntahkan kembali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

Mereka merampas kebebasan saya menikmati bubuk surga. Saya


disiksa sakaw. Tubuh saya seperti dirajam. Otot saya dibetot-betot.
Darah saya dibiarkan mendidih dan beku. Berganti- ganti daging saya
dicabik-cabik. Seluruh persendian saya dijepit. Saya berteriak
kesakitan. Saya bukan mau mencari gara- gara. Tapi tubuh ini memang
sakit nyeri. Saya kalap. Berteriak histeris dengan kaki ditendang-
tendang ke udara. Tangan saya terus meronta. Mata saya berair. Dari
hidung saya terus menerus keluar ingus. Saya muntah- muntah. Karena
rasa mual yang teramat sangat. (Hlm.99).
(190) Saya merindukan Vela setengah mati. Saya merindukan nikmatnya
asap ganja yang keluar dari mulutnya. Merindukan aroma putaw yang
menggugah rasa damai. (Hlm. 107).
(191) Saya pecandu narkoba.
Tepatnya mantan pecandu
Tapi tak seorangpun yang tahu dan berhak tahu, kenapa saya pernah
mencandu narkoba. (Hlm. 145).
(192) Saya tahu narkoba jahat. Saya tahu narkoba membuat gila. Saya tahu
narkoba menghentikan segalanya. Tapi dia hanya sebentuk barang
yang tidak memiliki daya apapun selain ciri-cirinya sebagai barang.
Saya tidak mau menyalakan narkoba seperti manusia- manusia bertata
krama di luar sana memandangnya sebagai raja dari segala raja
pembunuh. Saya memandangnya sebagai barang yang sangat cerdik
mempermainkan emosi. (Hlm. 232).
(193) Saya menangis, saya merasa remuk. Apakah hidup memang berisi
kesimpulan duri atau pedang bermata seribu yang meluluh lantakkan
jiwa manusia? Apakah memang harus seperti ini untuk bisa
mengatakan bahwa saya seseorang yang hidup. (Hlm. 232).
(194) Salahkah saya jika saya ingin menuntaskan kehidupan yang sudah
saya jalani setengah mati tapi tak juga saya mengerti? Saya telah
sampai pada kondisi perasaan manusia yang paling menyedihkan.
Putus asa. (Hlm. 233).
(195) Putus asa yang hebat. Yang membuat saya bahkan tidak berani
membenarkan keputusan saya sendiri dan takut pada suara hati saya
sendiri. Bukankah itu keadaan paling menyedihkan dalam diri seorang
manusia?. (Hlm 324).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

Akibat kepergian Vela, Arimbi mulai sadar bahwa, narkobalah yang

membuat dirinya bahagia. Arimbi tidak mempersalahkan narkoba. Arimbi hanya

mempermasalahkan kedua orang tuanya yang selalu saja menikmati hidup mereka

sendiri-sendiri tanpa memikirkan kehidupan anak mereka. Kepergian Vela lah yang

membuat Arimbi berusaha untuk melepaskan diri dari narkoba, karena bagi Arimbi

Vela adalah kehidupan baru bagi dirinya, untuk bisa bertahan hidup.

Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Arimbi tidak

pernah mendapatkan rasa aman baik dalam keluarga, lingkungan, maupun dalam

kehidupannya. Hal ini terlihat dalam kutipan no. (128-129). Arimbi tidak pernah

bebas, setiap kali berangkat ke sekolah, Arimbi selalu diantar-jemput oleh sopirnya,

terlihat dalam kutipan no.(130-131). Rasa tidak aman juga dirasakan oleh Arimbi

ketika bangun pagi hari, seperti terlihat dalam kutipan no. (132-133). Rasa cemas

juga dirasakan Arimbi ketika ayahnya memukul ibunya sampai pingsan, terlihat

dalam kutipan no. (134-137). Kegelisahan juga yang dirasakan Arimbi, merasa

bingung untuk mengenal dirinya sendiri, seperti terlihat dalam kutipan no. (138).

Kegelisahan juga yang dirasakan Arimbi, saat ia mengetahui dirinya lesbian, seperti

kutipan no. (139-142). Perasaan kuatir juga yang dirasakan Arimbi, seperti dalam

kutipan no. (143-144). Perasaan kuatir juga yang terjadi pada Arimbi, ketika bertemu

dengan Rajib, seperti terlihat dalam kutipan no. (145-148). Arimbi merasa kuatir

untuk mencoba narkoba yang ditawarkan Rajib, seperti terlihat dalam kutipan no.

(149). Arimbi merasa gelisah dan tidak bisa tidur, karena menghirup narkoba, seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

dalam kutipan no. (150-151). Kegelisahan selalu menyelimuti Arimbi bila tidak

memakai narkoba, seperti kutipan no. (152). Arimbi merasa gelisah dan sedih, karena

orang tuanya selalu saja mementingkan kehormatan dan nama baik keluarga, seperti

terlihat dalam kutipan no. (153). Rasa tidak aman juga yang dirasakan Arimbi, pada

saat Rajib dan Vela tidak ada dekatnya, terlihat dalam kutipan no. (154-156).

Kekecewaan juga dirasakan Arimbi ketika mengetahui orang tuanya selingkuh,

seperti terlihat dalam kutipan no. (157). Tidak adanya penghargaan atas dirinya

seperti terlihat dalam kutipan no. (158-159). Kebutuhan penghargaan atas dirinya

tidak pernah Arimbi perhatikan, seperti terlihat dalam kutipan no. (160-162). Arimbi

ingin dihargai oleh orang tuanya, seperti terlihat dalam kutipan no. (163-167). Arimbi

merasa bahwa kedua orang tuanya tidak pernah menghargai dirinya, seperti terlihat

kutipan no. (168-171). Arimbi merasa orang tuanya tidak pernah memperdulikan

dirinya, terlihat dalam kutipan no. (172-175). Arimbi tidak merasa betah berada

bersama orang tuanya, seperti terlihat dalam kutipan no. (176-178). Arimbi merasa

tidak betah hidup bersama orang tuanya, karena semua keinginan Arimbi untuk

mendapatkan kebahagiaan tidak terwujud, seperti terlihat dalam kutipan no. (179-

182). Harapan Arimbi untuk bisa hidup bahagia bersama orang tuanya menjadi sirna,

seperti terlihat dalam kutipan no. (183-185). Arimbi menjadi pecandu narkoba,

seperti terlihat dalam kutipan no. (186-188). Arimbi merasa bahagia hidup dengan

Vela, terlihat dalam kutipan no. (189-192). Akibat kepergian Vela, Arimbi berusaha

melepaskan diri dari narkoba, seperti terlihat dalam kutipan no. (193-195).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

3.2 Bentuk-Bentuk Tekanan Batin Akibat Tidak Terpenuhinya Kebutuhan

Kebutuhan Dasar.

Tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar tokoh Arimbi di atas dapat

menimbulkan berbagai perasaan yang mengakibatkan tekanan batin terhadap dirinya.

Perasaan-perasaan itu berupa ketakutan, tidak percaya diri, dan frustrasi.

3.2.1 Rasa Takut

Rasa takut yang dialami oleh tokoh Arimbi, merupakan salah satu akibat dari

tekanan batin. Seseorang yang merasa hidupnya tidak aman dan nyaman, jika

dipenuhi dengan ketakutan. Begitu juga yang dirasakan oleh Arimbi, ketika Arimbi

berada bersama orang tuanya. Arimbi merasa takut dengan perbuatan ayahnya, yang

memukul ibunya sampai pingsan dan keluar darah. Arimbi merasa bahwa perbuatan

dari ayahnya sangat keterlaluan. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:

(196) Di kamar ini, kesendirian adalah hal yang menyengat. Sebab di rumah
saya kerap ada pertunjukkan lenong di pagi hari. Lenong pertengkaran.
Seperti suatu kali saya ingat. Dari arah kamar orang tua saya terdengar
suara obrolan dalam suara yang cukup keras. Mula- mula hanya berupa
obrolan dalam suara obrolan. Lama- lama pertengkaran, akhirnya
cekcok hebat. Lalu cekcok mulut menjadi sengketa dan arena caci
maki. Kemudian perang mulut tak berbendung dengan teriakkan
melengking. (Hlm. 32).
(197) Kemudian papa tanpa bicara apa-apa langsung mengayunkan tangan
kanannya yang besar dan berotot ke wajah mama. Suara pukulan itu
kencang. Mama mengadu. Tidak hanya sekali. Papa mengayunkan
satu tamparan lagi dengan punggung telapak tangan. Terus beberapa
kali saya bergidik. Dia menampar mama seperti tukang sate
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

mengibaskan kipas di atas panggangan. Berkali-kali, bertenaga, dan


tanpa emosi. (Hlm.39).
(198) Herannya mama tidak berteriak lagi. Dia hanya mengaduh tertahan.
Tubuhnya sudah setengah kelonjatan, dengan kaki lengser perlahan ke
bawah. Ketika mama jatuh tertunduk, papa tidak pergi, melainkan
berjongkok. (Hlm. 39).
(199) Mereka melakukan pertolongan pada mama dengan gerakan tenang
tapi pasti. Sesuatu telah disuntikkan dilengan mama, dan membuatnya
tiba-tiba tidur. Papa berdiri mematung di sudut kamar. Saya tak berani
memandang wajahnya. Rasa jijik dan takut sudah membaur dan
melumpuhkan hasrat saya untuk menyadari bahwa dia ada (Hlm. 41).
(200) Kesibukkan itu sedikit membuat perasaan saya tenang. Tapi tak
menyudahi kecemasan saya yang hebat. Darah itu. Begitu banyak.
Saya pernah mendengar orang bisa mati karena kehabisan darah.
Apakah itu juga yang menyebabkan papa tiba-tiba berlari keluar dan
memanggil orang medis? Jika dia memang takut mama mati, kenapa
dia memukulinya? (Hlm. 41).

Rasa takut juga dialami Arimbi, ketika ia merasa bingung dengan perasaannya

sendiri. Arimbi merasa tidak mengenali orang tuanya. Dia merasa tersiksa hidup

bersama orang tuanya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:

(201) Saya bingung dengan perasaan saya sendiri. Saya saya tak mengenali
orang tua saya. Dan saya mulai tak mengenali diri sendiri. Saya panik.
Pikiran saya berkecamuk tak tentu arah. (Hlm.56).
(202) Di rumah saya tersiksa dengan du orang yang selalu bergumul dengan
nafsu masing- masing. Di luar rumah saya bergumul dengan diri
sendiri. Mempertanyakan perasaan aneh yang semakin lama semakin
mencekram saya dalam kebingungan yang menyiksa. (Hlm. 56).

Rasa takut juga dirasakan Arimbi, pada saat dia mengetahui dirinya lesbian.

Arimbi merasa ada sesuatu yang aneh terjadi pada dirinya. Dan dia juga selalu

bertanya, mengapa ini terjadi pada dirinya, siapa yang harus saya persalahkan. Hal ini

terlihat dalam kutipan berikut:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

(203) Saya sulit berpaling dari daya tarik perempuan.


Kenapa saya?
Kenapa beda? (Hlm. 59).
(204) Saya tahu. Saya takut atau benci pada lelaki, karena saya ingat papa.
Dan saya enggan jadi peremp uan karena saya tak mau sebodoh mama.
(Hlm. 59).
(205) Maka, akan jadi apa saya? Saya kan menjadi laki- laki yang tidak
sejahat papa. Dan menjadi perempuan yang tidak sebodoh mama.
(Hlm.59).
(206) Tapi, lalu saya menjadi ragu.
Apakah saya menjadi lesbian karena membenc i papa? Atau meludahi
mama? (Hlm. 59).
(207) Saya menjadi ragu. Sebab tak saya dapati nafsu ketika melihat siswa
pria paling baik hati di kelas. Tapi saya bisa sangat bernafsu pada
lekuk seksi siswi paling memuakkan di dalam kelas. (Hlm. 59).

Rasa takut juga yang dirasakan Arimbi, ketika ibunya mengetahui kalau

Arimbi pecandu narkoba. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut :

(208) Saya sudah mencium ge lagat buruk, ketika selama seharian saya
dilanda rasa cemas. Bukan karena sakaw. Tapi naluri saya mengatakan
sesuatu yang mengerikan akan datang. Gelas minum saya terjatuh
sendiri di meja. Sandal saya putus sebelah, dan televisi di kamar saya
mendadak mati. Saya tak percaya tahayul. Tapi batin saya mengatakan
sesuatu yang buruk sedang berjalan ke arah saya. (Hlm. 94).
(209) “Kamu bohongi orang tuamu, Ari! Bikin malu kamu!! Mau ditaruh
mana muka mama kalau semua orang tahu kamu pecandu narkotika!
Mau ditaruh di mana muka mama? Jawaaaab!!!”. (Hlm. 95).

Rasa takut juga dialami Arimbi, ketika Vela overdosis. Arimbi takut

kehilangan Vela, Arimbi takut terjadi sesuatu pada Vela. Hal ini terlihat dalam

kutipan berikut:

(210) Saya gemetar. Pasti kelewat banyak pil yang sudah ditelan. Vela
mengeluarkan bunyi yang aneh. Saya segera melempar tatapan saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

pada mulutnya. Astaga! Berbusa. Saya begitu panik. Tak saya buang
waktu lagi untuk cepat-cepat menghubungi Igil, kakaknya. Saya
berlari ke telepon umum. Tangan saya gemetar menekan tombol.
Untung Igil cepat datang dihubungi di rumah tante. (Hlm. 112).
(211) Vela diangkut ke rumah sakit dekat rumah kos. Rumah sakit Jakarta.
Dia hampir mati karena overdosis. (Hlm. 112).
(212) Saya menungguinya semalam suntuk. Berhari- hari.
Saya bangun dan tidur bersamanya.
Saya menghitung nafasnya.
Pikiran saya berputar. Perasaan saya tertindih diantara lapar, tertekan
dan ketakutan. Ini kehidupan yang sengsara. (Hlm.113).

Dengan terjadinya overdosis pada diri Vela, Arimbi merasa sangat takut,

ketakutan itulah yang membawa Arimbi pada sebuah kesadaran, bahwa narkoba

sudah tidak penting lagi bagi dirinya. Karena takut kehilangan Vela, Arimbi

mengambil sebuah keputusan untuk berhenti dari narkoba. Hal ini terlihat dalam

kutipan berikut:

(213) Sesuatu yang menghantam datang bersamaan dengan kecemasan saya


kehilangan Vela. Mungkin saya memang sudah saatnya total
menghentikan narkoba! Kami sudah menemukan jalan keluar. Saya
sudah terbebas dari rumah, dan saya sudah memiliki kekasih yang bisa
menerima saya. Vela...seharusnya juga merasa aman hidup dengan
saya. Maka narkoba sudah tak penting lagi. Saya menangis.
Menyalahkan kelalaian saya membiarkan Vela tetap dengan
ketergantungannya yang makin hebat. Saya mengutuk diri saya
sendiri. (Hlm. 113).
(214) Kenapa saya harus terjerembab pada impitan hidup seperti ini?
Napasnya tinggal satu-satu. Denyut jantungnya melemah. Mata saya
sudah lamur dengan air mata. Saya ketakutan. Saya ketakutan. (Hlm.
113).

Ketakutan dapat menyebabkan kekalutan mental bahkan penyakit mental.

Penyakit mental ditandai dengan fenomena ketakutan, pahit hati, hambar hati, apatis,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

cemburu, iri hati, dengki, kemarahan-kemarahan yang eksplosif, ketegangan batin

yang kronis, dan lain- lain. (Kartono, 1989:5).

Selain kekalutan mental, ketakutan merupakan salah satu ciri orang yang

memiliki kepribadian yang tidak sehat. Seseorang yang berperilakunya tidak sehat,

hidupnya selalu dipenuhi konflik batin dan tegangan, selalu dikuasai oleh macam-

macam maslah serta diri merasa tidak aman. (Kartono, 1989:5). Dengan Arimbi

adalah seseorang yang mengalami ketegangan batin yang kronis dan memiliki pribadi

yang tidak sehat. Hal ini disebabkan karena ketakutan-ketakutan yang ada pada

dirinya.

3.2.2 Rasa Tidak Percaya Diri

Setiap orang sangat membutuhkan rasa percaya diri. Seseorang yang sangat

rasa percaya diri, dia harus bisa menghargai diri sendiri dan menerima diri apa

adanya. Namun tidak demikian dengan tokoh Arimbi, Arimbi tidak pernah merasa,

menghargai dirinya. Inilah yang menyebabkan Arimbi putus asa. Arimbi selalu

membenci dengan keadaan dirinya ketika banyak persoalan yang membebani dirinya.

Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:

(215) Kalau boleh saya sebut siapa musuh terbesar dalam hidup saya, dia
adalah diri saya sendiri. Dia yang tak pernah saya kenali. Dia yang tak
pernah saya mengerti. Dia yang tak pernah bisa kompromi. Dia yang
bahkan sulit saya usir dari tubuh saya sendiri. (Hlm. 23).
(216) Saya mulai membenci diri sendiri sejak usia sebelas. Ketika sudah
habis masa- masa indah menertawai dunia dengan otak anak kecil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

Ketika usia mulai membebani saya dengan banyak persoalan yang tak
saya sukai. (Hlm. 23).

Arimbi juga merasa sangat tidak percaya diri, untuk bisa membantu ibunya

dari tindakan ayahnya, yang sering memukul ibunya. Arimbi sangat menyesal, karena

tidak bisa mencari cara untuk membantu ibunya. Hal ini terlihat dalam kutipan

berikut:

(217) Kali ini saya tak punya keberanian lagi untuk membuka mata. Bunyi
gemeletar gesper yang dicambukkan ke tubuh, seperti petasan yang
pekak di telinga. Tarrr!Tarrr!Tarrr! Bahkan suara rintihan mama sudah
tenggelam dalam bunyi siksa. Berkali-kali papa mencambuk. Berkali-
kali. Puluhan kali! (Hlm. 40).
(218) Saya mulai menangis. Bukan hanya telinga saya kini yang menjadi
ingin pecah. Hati saya bahkan sudah seperti siap meledak. Saya
menengok ke segala penjuru. Berharap ada seseorang muncul dan bisa
menghentikan tindakkan biadab papa. Tapi tak ada seorang pun.
Orang terdekat semestinya sopir. Dan saya. (Hlm. 40).
(219) Tapi saya tidak melakukan apa-apa.
Bunyi itu terus bergeletar. (Hlm .40)

Rasa tidak percaya diri juga yang dialami Arimbi, yang membuat dirinya

terperangkap dalam dunia narkoba. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:

(220) Hanya sejumput kecil serbuk berwarna putih bersih.


“Hirup sampai bubuknya hilang...” terngiang kata-kata Rajib. Napas
saya mendekatkan hidung ke arah kertas yang sudah terbuka. Napas
saya gemetar. Saya gemetar. (Hlm. 64).
(221) Dunia apa yang datang kepada saya barusan? Kepala saya berputar.
Saya jatuh tertunduk di tangga batu menjelang pintu kelas. Saya
memegang erat kepala saya. Dada saya sesak, mata saya mulai berair.
(Hlm. 65).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

Akibat dari rasa tidak percaya diri, menyebabkan Arimbi putus asa dan masuk

ke dalam dunia narkoba. Dia terperangkap dengan kehidupan barunya yaitu dunia

narkoba. Seseorang yang merasa tidak percaya diri, adalah seseorang yang tidak bisa

menerima dan menghargai orang lain, karena ia sendiri belum bisa menghargai dan

menerima dirinya.

(222) Saya menjadi lesbian karena kemarahan? Jika itu benar, alasannya
memang ada. Saya membenci figur laki- laki, karena laki- laki yang
saya lihat di rumah saya adalah laki- laki penyiksa. Saya tak menyukai
figur perempuan bodoh dan pengecut. (Hlm. 215).

3.2.3 Rasa Frustrasi

Fustrasi adalah suatu keadaan, di mana suatu kebutuhan tidak bisa terpenuhi

dan tujuan tidak bisa tercapai, sehingga orang kecewa dan mengalami suatu halangan

dalam usahanya mencapai suatau tujuan. (Kartono, 1989:70).

Arimbi mengalami frus trasi disebabkan oleh kedua orang tuanya, yang tidak

pernah memperhatikan dan memberikan kasih sayang terhadap dirinya, sehingga

menyebabkan Arimbi terjerumus dalam dunia narkoba. Hal ini terlihat dalam kutipan

berikut:

(223) Saya merasa, saya adalah anak yang menderita. Sebab saya tidak
mengenali orang tua saya, dan mereka tidak mengenali saya. Kami
seperti orang lain. Bahkan pada fase saat saya sudah begini sengsara,
tak ada satu gairah pun pada diri saya untuk berusaha merengkuh
perhatian mereka. Saya sudah mati angin. (Hlm. 126).
(224) Bagi saya narkoba seperti perempuan-perempuan binal yang selalu
berhasil menggeletakkan nafsu lelaki dan membuat mereka mudah
sejenak melupakan anak- istri. Apa bedanya dengan nanrkoba?. (Hlm.
145).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

Dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tidak terpenuhinya

kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan

aktualisasi diri yang dialami oleh tokoh Arimbi, membuat Arimbi mengalami

ketakutan, tidak percaya diri dan frustrasi.

Dengan demikian, dari ketakutan, tidak percaya dir dan frustrasi yang dialami

Arimbi, mengakibatkan tekanan batin. Permasalahan-permasalahan yang terjadi di

dalam hidupnya membuat Arimbi sangat tertekan. Puncak dari semua permasalahan

berawal dari pertengkaran orang tuanya. Arimbi merasa tertekan batinnya melihat

ayahnya sering memukul ibunya sendiri. Arimbi merasa bahwa kedua orang tuanya

lebih mementingkan pekerjaan dibandingkan dengan anaknya.

Akibat dari perbuatan kedua orang tuanya yang tidak pernah memperhatikan

Arimbi, menyebabkan Arimbi mengambil keputusan untuk mencari dunia baru yang

bisa menerimanya, yaitu dunia narkoba. Inilah yang menyebabkan Arimbi tertekan

batinnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada analisis pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan

bahwa tokoh utama dalam novel Detik Terakhir Karya Alberthiene Endah adalah

Arimbi. Hal ini dikarenakan sejak awal hingga akhir cerita, baik sebagai pelaku

kejadian maupun dikenai kejadian. Sebagai pelaku kejadian Arimbi hadir dan dikenai

tekanan batin berkaitan dengan kehidupan yang dihadapi selama berada bersama

orang tuanya atau keluarganya.

Dalam novel Detik Terakhir, peneliti menggunakan dua unsur yaitu tokoh

dan latar. Melalui dua unsur itu (tokoh dan latar) dapat dilihat tokoh Arimbi sebagai

tokoh utama, begitu banyak mengalami permasalahan yang dihadapinya dalam

keluarga, yaitu kurangnya kasih sayang dari orang tua, dia sering mendapatkan orang

tuanya selalu saja bertengkar, adanya perselingkuhan dan orang tuanya selalu saja

tidak pernah memperhatikannya. Arimbi, anak dari seorang pengusaha yang terkenal.

Orang tuanya meiliki perusahan dan dunia bisnis. Tokoh tambahan dalam novel Detik

Terakhir ini yang kehadirannya dan keberadaannya sebagai penunjang tokoh utama

sangat besar antara lain Papa Arimbi, Mama Arimbi, Vela dan Rajib.

Novel Detik Terakhir berlatar tempat di daerah Jakarta, Cisarua, Bali,

Sekolah, Rumah, dan Rumah sakit. Jakarta tempat tinggal Arimbi, Cisarua

merupakan tempat Arimbi direhabilitasi, Bali sebagai tempat pariwisata Arimbi

73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

bersama orang tuanya, sedangkan sekolah adalah tempat Arimbi belajar, rumah

adalah tempat tinggal Arimbi bersama orang tuanya dan Rumah sakit adalah tempat

pengobatan Arimbi dalam proses penyembuhan. Latar waktu dalam novel Detik

Terakhir digambarkan pada pagi, siang, dan malam. Sedangkan latar sosialnya dapat

dilihat dari status sosiai keluarga Arimbi kaya, pengusaha terbesar, dan juga sangat

terpandang dalam masyarakat.

Sebagai manusia normal, Arimbi juga mempunyai kebutuhan akan rasa aman,

kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Namun kebutuhan-

kebutuhan itu tidak didapatkan oleh Arimbi. Sebagai seorang anak, apalagi sebagai

wanita Arimbi merasa tidak berharga dan selalu merasa ada perasaan takut. Tidak

adanya penghargaan terhadap dirinya disebabkan oleh perilaku orang tuanya yang

tidak pernah menyayanginya.

Tidak terpenuhinya kebutuhan akan rasa aman dan kebutuhan akan

penghargaan membuat kebutuhan aktualisasi diri Arimbi tidak terpenuhi. Akibat dari

tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan itu membuat perilaku Arimbi menyimpang.

Arimbi terjerumus dan menjadi pecandu narkoba, akibat dari perbuatan kedua orang

tuanya yang tidak pernah membuat Arimbi merasa bahagia dan diperhatikan. Orang

tuanya hanya sibuk dengan mengurus perusahaan mereka sendiri-sendiri, dan selalu

saja bertengkar setiap hari. Hal inilah yang membuat Arimbi merasa hidupnya

tertekan. Wujud tekanan batin yang dialami Arimbi adalah rasa takut, rasa tidak

percaya diri dan frustrasi.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

4.2 Saran

Penelitian terhadap novel Detik Terakhir Karya Alberthiene Endah ini,

penelitian analisis berdasarkan tahap awal, berupa struktur tokoh dan latar.

Kemudian, dilanjutkan dengan memakai pendekatan psikologi untuk menganalisis

tekanan batin tokoh Arimbi berdasarkan teori psikologi Abraham Maslow.

Sebenarnya masih banyak lagi permasalahan yang dapat diangkat sebagai bahan

penelitian ini. Misalnya saja, dengan memakai pendekatan sosiologi. Hal ini dapat

dilihat dari adanya perbedaan antara golongan masyarakat menengah ke atas dan

golongan masyarakat menengah ke bawah.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Daradjat, Zakiah. 1985. Kesehatan Mental. Jakarta : Gunung Agung.

Endah, Alberthiene. 2006. Detik Terakhir. Jakarta: Gramedia

, . 2004. Website : www.gramedia.com

Goble, Frank G. 1987. Mazhab Ketiga, Psikologi Humanistik Abraham Maslow.


Terjemahan oleh Supratiknya, A. Yogyakarta : Kanisius.

Hardjana, Andre. 1981. Kritik Sastra: Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia.

Hartoko, Dick dan B. Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta:


Kanisius.

Heerdjan, Soeharto. 1987. Apa itu Kesehatan Jiwa?. Jakarta: FKUI.

Kartono, Kartini. 1989. Psikologi Abnormal dan Abnomalitas Seksual. Bandung:


Mandar Mayu.

Koentjaraningrat. 1977. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Koeswara E. 1989. Motivasi, Teori, dan Penelitiannya. Bandung : Angkasa.

Moeliono, Anton. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Luxemburg, Jan Van (dkk). 1984. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia.

Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada


University Press.

Pradopo. 1990. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Roekhan. 1987. “Ruang Lingkup Kajian Psikologi Sastra” Dalam Nurhadi (Ed.)
Kapita Selekta Kajian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya. Malang: YA3 :
144.

Sayuti, Suminto. A. 1988. Dasar-Dasar Analisis Fiksi. Yogyakarta: LP3S.

Semi, N. Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Shalahuddin, Mahfuddin. 1991. Pengantar Psikologi Umum. Surabaya: Bina Ilmu.

Sudaryanto. 1998. Metode Linguistik: Bagian Pertama ke Arah Memahami Metode


Linguistik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

. 1988. Bagian Kedua Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data.


Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.

, . (ed). 1986. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Gramedia.

Sukada, Made. 1987. Pembinaan Kritik Sastra Indonesia. Bandung: Angkasa.

Sumardjo, Jakob. 1983. Pengantar Novel Indonesia. Jakarta: Karya Impress.

, . 1984. Masyarakat dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: Nur Cahaya.

, . 1984. Memahami Kesustraan. Bandung: Alumni.

Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka
Jaya.

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1995. Teori Kesusteraan. Terjemahan oleh Melani
Budianta. Jakarta: Gramedia.

Winkel, W.S. 1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta:


Grasindo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN

Sinopsis Novel Detik Terakhir

Novel ini menceritakan kisah hidup seorang gadis yang bernama Arimbi.

Dia adalah anak orang kaya. Orang tuanya juga mempunyai banyak usaha. Bagi

Arimbi kekayaan tidaklah penting. Arimbi hanya menginginkan sebuah

kehidupan yang harmonis dalam keluarga bersama kedua orang tuanya. Orang tua

Arimbi selalu sibuk dengan dunianya masing- masing. Ayah Arimbi adalah

pemilik bisnis perkabunan kelapa sawit di Sumatra, usaha ritel di Jakarta, dan

bisnis properti. Ibu Arimbi mempunyai bisnis Even Organizer terutama bergerak

dibidang pameran lukisan. Ibu Arimbi memiliki kantor sendiri yang tidak jauh

dari rumah.

Dalam kehidupan sehari-harinya Arimbi merasa tidak puas, karena sertiap

hari Arimbi selalu berhadapan dengan banyak pembantu di rumahnya. Arimbi

tidak pernah merasakan bisa berkumpul bersama dengan orang tuanya di saat

Arimbi pulang dari sekolah, padahal Arimbi sudah mengharapkan, bahwa setelah

pulang sekolah ia bisa dijemput oleh kedua orang tuanya, tetapi harapannya hanya

sia-sia saja karena yang menjemput adalah sopirnya.

Akibat dari kesibukkan kedua orang tuanya, Arimbi pergi dari rumahnya

untuk mencari kebahagiaan yang tidak pernah dia dapat dari keluarganya. Selain

orang tuanya sibuk, Arimbi juga merasa tidak percaya terhadap orang tuanya,

dikarenakan sifat orang tuanya yang tidak pernah membuat bahagia dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Puncak ketidak-percayaan Arimbi terhadap kedua orang tuanya adalah

ketika menyaksikan ayahnya selingkuh dengan seorang model, sedangkan ibunya

selingkuh dengan seorang pelukis muda teman kerjanya. Dari situlah Arimbi

mulai merasa benci, dan tidak percaya kepada kedua orang tuaya. Arimbi merasa

bahwa kedua orang tuanya tidak menginginkan Arimbi untuk bisa berada bersama

mereka di rumah. Kebahagiaan yang diinginkan Arimbi untuk bisa hidup aman

dengan ayah, dan ibunya tidak pernah Arimbi rasakan. Semua impian dan

harapannya tidak terpenuhi. Arimbi menjadi putus asa denga n melihat segala

perbuatan orang tuanya yang setiap hari selalu bertengkar.

Pada akhirnya Arimbi, berteman dengan Rajib yang berprofesi sebagai

seorang pengedar narkoba. Rajib memberikanya putauw, setelah itu Arimbi mulai

ketagihan dan menemukan dunia yang baru, bersama dengan tema n-temannya dan

menjadi pecandu narkoba. Arimbi bersama tema nnya memakai narkoba di Kafe,

Kos teman, dan diskotik. Arimbi juga terjerumus dalam dunia lesbian. Arimbi

sangat merasa aman untuk berhubungan dengan sesama perempuan. Nama teman

lesbia nnya adalah Vela. Vela juga merasa aman dan terlindung dengan

keberadaan Arimbi bersamanya. Mereka berdua adalah anak yang kurang

mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tua dan keluarga

mereka.

Awalnya, kelakuan Arimbi tidak diketahui oleh kedua orang tuanya, tetapi

ibunya merasakan ada gelagat buruk terhadap tingkah laku Arimbi dan akhirnya

ketahuan juga, kalau Arimbi adalah pecandu narkoba. Orang tua Arimbi menjadi

marah, dan memasukan Arimbi ke panti rehabilitasi daerah Cisarua. Selama


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

berada dipanti rehabilitasi, Arimbi selalu berusaha untuk bunuh diri karena dia

merasa tidak ada gunanya hidup tanpa narkoba dan Vela.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BIOGRAFI

Felisianus Perik Lahir di Lante Manggarai, Flores. (Nusa

Tenggara Timur), pada tanggal 15 Agustus 1983. Memulai

studi di Fakultas Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta pada tahun 2001.

Tugas akhir yang disusun penulis yang berjudul Tekanan Batin Tokoh Arimbi

dalam novel Detik Terakhir karangan Alberthiene Endah Tinjauan Psikologi Sastra

mengantarkan penulis mendapatkan gelar Sarjana Sastra.

Jenjang pendidikan yang ditempuh oleh penulis, SDK Waekajong Manggarai

(1989-1995), melanjutkan studi di SLTP Dharma Bakti Ruteng Manggarai (1995-

1998), kemudian melanjutkan studi di SMU Katholik St. Fransiskus Saverius Ruteng

(1998-2001).

Alamat penulis SDK Waekajong Kec. Reok. Kab. Manggarai- Ruteng-Reok-

Kajong-Flores-NTT 86511.

Anda mungkin juga menyukai