Full
Full
SKRIPSI
Oleh
Felisianus Perik
NIM : 014114050
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Dibuat di Yogyakarta
Yang menyatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Perik Felisianus. 2008. Tekanan Batin Tokoh Arimbi Dalam Novel Detik
Terakhir Karya Alberthiene Endah Tinjauan Psikologi Sastra. Skripsi
S1.Yogyakarta: Sastra Indonesia,Universitas Sanata Dharma
Penelitan ini mengkaji tekanan batin tokoh Arimbi dalam novel Detik
Terakhir Karya Alberthiene Endah. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pendekatan psikologi sastra. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa
antara psikologi dan sastra terdapat hubungan yang erat sehingga dapat digunakan
untuk menganalisis tekanan batin tokoh Arimbi. Melalui psikologi sastra dapat
diketahui tekanan batin yang dialami tokoh Arimbi yang disebabkan oleh tidak
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar mengakibatkan tokoh Arimbi
mengalami tekanan batin.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi
Dengan menggunakan metode tersebut, peneliti membagi menjadi dua tahap.
Pertama, menganalisis novel Detik Terakhir untuk mengetahui struktur
intrinsiknya, kedua, mempergunakan hasil analisis pada tahap pertama untuk
memahami aspek psikologi yang berkaitan dengan tekanan batin Arimbi dalam
novel Detik Terakhir.
Tujuan pokok penelitian ini adalah memaparkan tekanan batin yang
dialami oleh tokoh Arimbi dan tekanan batin akibat tidak terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan dasar sebagai manusia.
Dari hasil analisis psikologi sastra dapat disimpulkan bahwa kebutuhan
akan rasa aman, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan aktualisasi
diri sangat dibutuhkan oleh tokoh Arimbi. Ketiga kebutuhan ini tidak didapatkan
oleh Arimbi dari linkungan keluarganya.
Akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut
menimbulkan perasaan–perasaan tertekan pada tokoh Arimbi,seperti rasa takut,
rasa tidak percaya diri, dan rasa frustrasi yang menyebabkan tekanan batin pada
tokoh Arimbi dan pada akhirnya Arimbi terjerumus dalam dunia narkoba yang
sebenarnya tidak diinginkan oleh Arimbi.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Perik. Felisianus. 2008. Tekanan Batin Tokoh Arimbi Dalam Novel Detik
Terakhir Karya Alberthiene Endah Tinjauan Psikologi Sastra Thesis
S1. Yogyakarta: Indonesian Literature, Sanata Dharma University.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Dengan selesainya skripsi ini, penulis merasa bahwa Bunda Maria dan
Tuhan Yesus yang telah berkarya pada diri penulis. Untuk itu penulis
mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas anugerah dan
berkat-Nya. Tanpa campur tangan Tuhan skripsi ini tidak akan selesai pada waktu
yang direncanakan.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu persayaratan untuk memperoleh
gelar kesarjanaan Sastra Indonesia di Universitas Sanata Dharma. Skripsi dengan
judul Tekanan Batin Tokoh Arimbi dalam novel Detik Terakhir karya Alberthine
Endah ini tidak terwujud begitu saja, melainkan melalui proses dan berkat
kebaikan serta keprihatinan hati dari banyak pihak. Kebaikkan dan keprihatinan
itulah yang menjadikan semangat penulis untuk segera menyelesaikan studi.
Untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga
kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis.
1. Ibu Dra. Fr. Tjandrasih Adji, M.Hum., selaku dosen pembimbing pertama,
yang dengan sabar dan penuh perhatian memberi dorongan dan arahan kepada
penulis. Ditengah kesibukkannya beliau masih meluangkan waktu sehingga
muncul motivasi untuk segera menyelesaikan skripsi ini, dan berusaha lebih
baik lagi.
2. Bapak Drs. B. Rahmanto, M.Hum., selaku dosen pembimbing dua, terima
kasih atas segala bimbingan dan dukungan, serta nasihat, perhatian, kesabaran,
serta kesediaan meluangkan waktu dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Hery Antono, M.Hum., dan Bapak Dr. I Praptomo Baryadi, terima
kasih atas dukungan dan perhatiannya selama ini yang sering bertanya
”bagaimana skripsinya?” dan “kapan pendadaran?” pertanyaan-pertanyaan
tersebut telah memacu semangat untuk meyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Drs. FX. Santoso, M.S., Bapak Drs. P. Ari Subagyo, M.Hum, Ibu S.E.
Peni Adji, S.S., Bapak Drs. Yoseph Yapi Taum, M.Hum, terima kasih atas
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terlebih karena kesediaan menerima saya sebagai bagian keluarga ini. You’re
my second family.
17. Kakakku John Ngamal dan kak Omy Ngamal terima kasih atas nasihat,
dukungan dan doanya.
18. Terima kasih atas dukungan dari Kak Ti Ngamal, Kak Mar Ngamal, Kak
Largus Ngamal.
19. Adik-adikku tersayang Nayen Putriana, Arie Nayen, Aldo, Rinto, Klaus Reba
Entok Bertolomeus, Anto, Indri, Candra “ayo, skripsinya cepat diselesaikan”.
Akhirnya Feli dapat selesaikan skripsi ini, terima kasih atas dukungan dan
perhatian dari adik-adikku tersayang.
20. Sahabat seperjuanganku Sastra Indonesia ’01 khususnya Aji Yulianto, Andy
Permana, Sherlly, Kingkin, Ernest, Novi, Ririn Tari, Keynas, Dwi, Sita, Yuni,
Indah, Ompong Kristo Beo, Linda Wati terima kasih atas persahabatan selama
ini dan semangat kerjasama, perhatian, pengertian dukungan dan keceriaan
yang penuh makna. ”tidak akan Feli lupakan”.
21. Wina momang daku Esy terima kasih atas doa, dukungan dan perhatiannya
selama ini.
22. Ana Dominika terima kasih atas ketulusan sayang dan kasihmu.
23. Terima kasih atas dukungan dari teman-teman dan saudaraku Fides, S.E.,
Rama Sakti, S.E., 12 – Mh4 dan Dila, Doni, Fred, Tian Woyo, Yanu, Heri,
Petrus, Yulin, S.E., Eliys, Siti Suryanie Zein, Ivan, Nanang, S.S. Agus Wiwit,
Sigit, S.S., Adi Cahyono, Eka, Vero, Ema Koe Fansi, Retno Manis, Niken,
Wilma, Ameng, Ruth, S.S., Sovi, Karina Sitepu, Martina Mas, S.S., Menyun,
Rosa, Erda, Eli, Fanie, Martha, Romi, Endang, Riki, Andi Jay, Elin, Anye,
Onsi, Thomas, Retno, Yudha D.A., S. Pd, Pak Sutries, Mbak Pipiet.
24. Terima kasih atas dukungan dari Kak Ensi dan Kak Todi selama ini.
25. Terima kasih untuk Ibu Harto, Mbak Hesty, Mas Farid, Dimas, Damar, dan
Handi Harto atas dukungan dan doanya.
26. Terima kasih untuk keponakanku Yeti Dahat, Elen Dahat, Rio Zaman, Ita
Zaman yang telah mendukung dan mendoakan saya selama mengerjakan
skripsi.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27. Terima kasih untuk teman-teman kos grinjing atas dukungan dan bantua nnya
selama ini.
Semoga kebaikkan hati pihak-pihak yang disebut di atas menjadi amal
baik serta mendapat balasan dari Tuhan. Meskipun penulis sudah berusaha
menyusun skripsi ini sebaik-baiknya, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari sempurna. Oleh sebab itu saran dan kritik senantiasa penulis perlukan
dari perbaikkan skripsi ini.
Penulis
Felisianus Perik
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
di dalam hidup dengan berbagai macam cara, ada yang berhasil ada juga yang
tidak berhasil. Jika seorang tidak mendapatkan yang diinginkannya maka dia akan
stres, tertekan dan putus asa. Orang yang tabah dalam menjalankan hidup
kemungkinan besar dia akan terhindar dari penyakit yang diakibatkan oleh
tertekan, atau merasa gelisah dan berusaha mengatasi perasaan yang tidak enak itu
kesukarannya dengan tidak wajar atau ia tidak sanggup menyesuaikan diri dengan
situasi yang dihadapinya dapat mengala mi gangguan jiwa (Daradjat, 1985 : 22).
merasa dirinya dibebani dan seolah-olah dikejar untuk mencapai sesuatu atau
tokoh Arimbi. Permasalahan tekanan batin yang dialami oleh Arimbi adalah
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berawal dari Arimbi melihat kedua orang tuanya yang selalu saja bertengkar,
setiap hari ayah Arimbi selalu memukul ibunya sampai berdarah, bahkan sampai
pingsan. Arimbi juga merasa tertekan melihat perselingkuhan kedua orang tuanya
terpandang, kisah hidup Arimbi anak orang kaya dan memiliki orang tua yang
punya nama besar. Orang tua yang tampak harmonis dan bahagia meskipun di
dalam keluarga selalu saja sering saling menyakiti, Arimbi selalu saja
Pada akhirnya Arimbi mengambil sebuah keputusan untuk lari dari rumah untuk
mencari dunia baru yang membuat hidupnya bahagia. Dunia baru itu adalah
narkoba. Arimbi terjerumus dalam dunia narkoba dan menjadi pecandu narkoba.
melakukannya karena Arimbi merasa tertekan melihat kedua orang tuanya yang
setiap hari selalu saja ada pertengkaran. Bagi Arimbi hidup di rumahnya seperti
hidup di neraka yang setiap hari selalu saja menjerit meminta pertolongan.
yang terdiri dari unsur fisik dan mental (jiwa). Oleh karena itu, unsur psikologi
sangat berperan dalam penokohan (Sumardjo, 1984 : 8). Pada dasarnya psikologi
dengan perasaan dalam sastra. Berbagai persamaan tujuan antara psikologi dan
sastra mendasari adanya suatu pendekatan psikologi terhadap suatu karya sastra
mendefinisikan psikologi sastra sebagai cabang ilmu sastra yang mengkaji sastra
dari sudut pandang psikologi. Pendekatan ini diarahkan pada pengarang maupun
pembaca (psikologi komunikasi sastra) atau kepada teks itu sendiri (Hartoko dan
Sebuah cerita fiksi dalam bentuk novel, didukung oleh tokoh-tokoh cerita.
Tokoh utama selalu menjadi tokoh sentral. Ia bahkan menjadi pusat sorotan dalam
kisah (Sudjiman, 1988 : 18). Arimbi dalam novel Detik Terakhir ini dapat
Peneliti memilih novel Detik Terakhir ini, sebagai bahan kajian dengan
alasan pertama novel Detik Terakhir ini mempunyai kekhasan dalam hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penceritaan, pembaca dihadapkan pada permasalahan yang tidak jauh dari realita
dalam dunia narkoba, disebabkan tidak adanya perhatian dan kasih sayang dari
orang tua serta keluarga mereka; kedua novel ini memenangkan penghargaan
Pertama Adikarya IKAPI untuk kategori novel remaja; ketiga tema novel ini
tentang narkoba sesuai dengan keadaan saat ini yang sedang digalangkan anti
Contohnya saja novel Detik Terakhir ini dan juga novel ini pernah difilmkan
dengan judul Jangan Beri Aku Narkoba. Karya-karya Alberthiene Endah berhasil
meraih 2 penghargaan khusus dari Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Fan
Campus dalam menanggulangi narkoba, dan Mei 2005, novel Jangan Beri Aku
Narkoba terpilih sebagai juara Pertama Adikarya Award 2005 IKAPI (Endah,
mengalami gangguan jiwa atau bahkan penyakit jiwa. Hal ini disebabkan
dengan jalan yang wajar atau bahkan ia tidak mampu menyesuaikan diri dengan
diperlukan sabagai langkah awal. Dalam penelitian ini unsur intrinsik yang akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
diteliti adalah tokoh dan latar dengan alasan kedua unsur ini sangat intensif
dengan tekanan batin tokoh Arimbi dalam novel Detik Terakhir. Teori yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teori psikologi Abraham Maslow karena
peneliti melihat adanya kesesuaian antara teori psikologi Abraham Maslow untuk
Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang akan dibahas dalam
Endah ?
1.2.2 Bagaimanakah tekanan batin yang dialami tokoh utama dalam novel Detik
Sesuai dengan masalah- masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini,
Alberthiene Endah.
1.3.2 Mendeskripsikan tekanan batin yang dialami tokoh utama dalam novel
1.4.1 Hasil penelitian ini dapat menambah bahan kajian tentang tekanan batin
1.4.2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya tujuan
bermakna. Struktur sastra menyarankan pada penge rtian hubungan antar unsur
(intrinsik) yang bersifat timbal balik, saling mene ntukan, saling mempengaruhi
yang secara bersamaan membentuk kesatuan yang utuh (Nurgiyantoro, 1995 : 36)
dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama
Analisis intrinsik dalam penelitian ini hanya difokuskan pada tokoh dan
latar saja. Hal ini dikarenakan latar merupakan tempat tokoh melakukan dan
dikenai suatu kejadian. Latar akan mempengaruhi tingkah laku dan cara berfikir
1.5.2 Tokoh
(Sudjiman, 1991 : 16). Berdasarkan fungsinya tokoh dalam cerita dapat dibedakan
menjadi tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh
yang kita kagumi yang salah satu jenisnya secara popular sering disebut tokoh
yang ideal bagi kita (Nurgiyantoro, 1995 : 178). Tokoh antagonis atau tokoh
lawan adalah tokoh penentang dari tokoh utama dari tokoh protagonis (Sudjiman,
1991 : 19). Tokoh antagonis juga dapat dikatakan sebagai tokoh penyebab
menjadi tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh yang memegang peranan
penting disebut tokoh utama atau protagonis. Tokoh protagonis selalu menjadi
tokoh sentral dalam cerita. Tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral di
mendukung tokoh utama. Hartoko dan Rahmanto (1986 : 14) menjelaskan tokoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
adalah pelaku atau faktor dalam sebuah cerita sejauh ia oleh pembaca dianggap
1.5.3 Latar
Latar adalah tempat atau masa terjadinya peristiwa (Sumardjo, 1983 : 10).
pada suatu tempat tertentu. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa segala
suasana terjadinya cerita dalam suatu karya sastra membangun latar cerita.
Sebuah cerita dibangun dari unsur latar karena pelukisan latar dapat
Latar atau setting disebut sebagai landas tumpu yang menyaran pada
cerita secara kongkrit. Hal ini penting untuk memberi kesan realitas kepada
1995 : 217). Pendeskripsian unsur latar semakin memperjelas maksud yang ingin
keadaan kondisi sosial tokoh. Latar dalam sebuah novel dapat dibagi menjadi tiga
diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang digunakan mungkin
beberapa tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, lokasi tertentu, dan tanpa
colour, akan menyebabkan latar tempat menjadi unsur yang dominan dalam karya
sastra yang bersangkutan, tempat sesuatu yang bersifat khas, tipikal, dan
ditentukan oleh rincian deskripsi lokasi, melainkan harus lebih didukung oleh sifat
kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam sebuah karya
fiksi. Tata cara kehidupan masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup
pandangan hidup, cara berpikir, dan bersikap (Nurgiyantoro, 1995 : 234). Hudson
via Sudjiman (1984 : 44) menjelaskan jika latar sosial mencakup penggambaran
10
Detik Terakhir adalah psikologi sastra. Menurut Awang dalam Shalauddin (1991 :
fungsi dan cara yang sama dalam pelaksanaan tugas untuk memahami perihal
Teori Maslow mendasarkan diri pada pandangan bahwa seseorang itu pada
hakikatnya baik dan bebas, kekuatan jahat dan merusak yang ada pada manusia
merupakan hasil dari lingkungan yang buruk, bukan merupakan bawaan (Maslow
via Koeswara, 1989 : 224). Studi objektif tentang tingkah laku manusia belumlah
kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk semua spesies, tidak berubah dan
berasal dari sumber genetik atau naluriah. Kebutuhan-kebutuhan itu inti dari
kodrat manusia, hanya saja mereka itu lemah, mudah diselewengkan, dan dikuasai
oleh proses belajar kebiasaan atau tradisi yang keliru (Goble, 1987 : 70). Menurut
Maslow (1987 : 70) kebutuhan dasar manusia tersusun dari lima tingkatan, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki-
dimiliki dan akan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan
aktualisasi diri. Berkaitan dengan tujuan penelitian ini, kebutuhan dasar manusia
menurut Maslow yang akan diuraikan yang berkaitan dengan tekanan batin tokoh
Arimbi. Guna menjawab penyebab terjadinya tekanan batin tokoh Arimbi, akan
digunakan teori kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham Maslow. Teori ini
tekanan batin yang dialami oleh Arimbi dalam menghadapi hidupnya ialah
kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan penghargaan serta kebutuhan akan
yang normal dan sehat, maka cara terbaik untuk memahaminya ialah dengan
stabilitas secara berlebihan serta berusaha keras menghindari hal- hal yang bersifat
asing dan tidak diharapkannya. Orang sehat juga menginginkan keteraturan dan
stabilitas, namun kebutuhan itu tidak sampai menjadi hidup atau mati seperti pada
12
Kebutuhan akan rasa aman dan terlindung tentu dibutuhkan oleh semua
orang. Dengan terpenuhinya kebutuhan itu maka manusia dapat hidup tentram,
manusia akan berkembang bila ia hidup aman dan jauh dari tekanan orang lain.
penghargaan yakni, harga diri dan penghargaan dari orang lain. Harga diri
penghargaan (Maslow via Goble, 1987 : 76). Penghargaan dari orang lain sangat
berarti dalam kehidupan manusia. Dengan penghargaan itu manusia berarti dan
melukiskan kebutuhan ini sebagai hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh
muncul sesudah kebutuhan akan cinta dan akan penghargaan terpuaskan secara
13
Bila manusia dapat tumbuh sesuai keinginan dan cita-cita hidup nya maka
hasrat untuk maju pun semakin besar. Dengan demikian apa yang dicita-citakan
dapat terwujud dengan baik. Dari situ manusia bisa tumbuh dan berkembang
putus asa. Bahkan, bila rasa putus asa itu sangat berat, maka bisa saja seseorang
itu tertekan batinnya. Kesehatan mental sangat ditentukan oleh ketenangan dan
akan mempunyai kegairahan untuk hidup atau akan pasif dan tidak bersemangat
besar pula kemungkinan seseorang untuk meraih impian- impian dalam hidupnya.
Frustrasi (tekanan perasaan) ialah suatu proses yang menyebabkan orang merasa
14
kecemasan.
kesehatan jiwa dapat disebabkan dalam beberapa hal, yaitu di antaranya yang
disebabkan sifat psikologi, seperti konflik jiwa, kurang perhatian dari orang tua,
kekecewaan, frustrasi dan semua hal yang bertalian dengan gejolak jiwa
seseorang.
Jika seseorang mengalami tekanan batin yang sangat berat sehingga dia
tidak dapat menemukan jalan keluarnya, maka seseorang itu akan menderita
penyakit jiwa (Phychose). Apalagi bila tekanan itu sudah mencapai puncaknya
dan tidak ditemukan jalan keluarnya. Salah satu jenis penyakit jiwa adalah
usahanya dalam menghadapai kesukaran hidup. Penyakit ini biasanya lama sekali
15
1.7.1 Pendekatan
psikologi dan sastra dilakukan dengan alasan bahwa kedua teori tersebut memiliki
hubungan erat. Hubungan antara psikologi dan sastra keduanya merupakan ilmu
Dalam kajian yang menekan pada karya sastra ini, penelaah sastra mencoba
Dengan demikian, apa yang dilakukan penelaah sastra dalam bentuk kajian ini
dari sudut psikologi terhadap sastra sebagai proses kreatif menggunakan teori
16
1.7.2 Metode
secara jelas dan terinci (Moeliono, 1990 : 30). Metode ini digunakan untuk
melaporkan yang telah dilakukan dalam suatu analisis dalam penelitian ini.
teknik catat, maksudnya pencatatan data yang digunakan dengan alat tulis
tertentu, sedangkan kartu dan dapat berupa kertas dengan ukuran dan kualitas apa
data (Sudaryanto, 1988 : 58). Novel yang diteliti diidentifikasi, dianalisis, dan
Biasanya satu data ditulis dalam satu kartu data serta diberi nomor kode
tertentu yang ditulis pada bagian tengah atas. Kartu data sebaiknya disusun
menurut abjad dari huruf pertama, sedangkan kode dari kartu data dapat
17
Cetakan : ke-2
mental yang ditulis oleh Zakiah Daradjat. Teori ini sebagai acuan dalam
menganalisis penyebab tekanan batin tokoh Arimbi. Selain buku di atas peneliti
Sistematika penyajian hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : bab satu
penyajian. Bab dua berisi analisis struktur novel, meliputi tokoh dan latar. Bab
tiga berisi analisis tekanan batin yang dialami tokoh Arimbi. Bab empat penutup,
BAB II
seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakkan, atau karakter dan
Istilah- istilah tersebut, sebenarnya, tidak menyaran pada pengertian yang persis
sama, atau paling tidak dalam tulisan atau dipergunakan dalam pengertian yang
berbeda, walaupun memang ada diantaranya yang sinomim. Ada istilah yang
dalam sebuah cerita. Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita,
misalnya sebagai jawab terhadap pertanyaan: siapakah tokoh utama dalam novel
itu? Atau ada berapa orang jumlah pelaku no vel itu atau siapakah tokoh
protagonis dan antagonis dalam novel itu, dan sebagainya? (Nurgiyantoro, 1998:
165)
2.1 Tokoh
(Sudjiman, 1991 : 16). Berdasarkan fungsi tokoh dalam cerita dapat dibedakan
menjadi tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh
yang kita kagumi yang satu jenisnya secara popular sering disebut tokoh hero,
ideal bagi kita (Nurgiyantoro, 1998: 178). Tokoh antagonis adalah tokoh
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
penentang dari tokoh utama dari tokoh protagonis (Sudjiman, 1991: 19). Selain itu
dibedakan menjadi tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh yang memegang
peranan penting disebut tokoh utama atau tokoh protagonis. Tokoh protagonis
selalu menjadi tokoh sentral dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan
untuk menunjang atau mendukung tokoh utama. Rahmanto dan Dick Hartoko
(1986: 14) menjelaskan tokoh adalah pelaku atau faktor dalam sebuah cerita
Dalam novel Detik Terakhir Arimbi adalah tokoh utama yang memegang
permasalahan yang kompleks, sedangkan tokoh bawahan dalam novel ini adalah,
Mama, Papa, Ra jib, Vela, dan Dokter Goenawan. Semua tokoh tersebut
Tokoh utama yang memegang peranan penting tidak saja karena frekuensi
kemunculannya dalam setiap peristwa, tetapi Arimbi juga merupakan tokoh yang
Terakhir terdiri dari dua jenis yaitu tokoh protagonis (Arimbi) dan antagonis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
yang mancung, pipi bertulang tinggi, dagu yang lancip, bibir bagus, dan sepasang
mata yang beralis tebal. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut :
Arimbi anak dari seorang pengusaha yang sangat terkenal dan memiliki
21
(10) “Seperti tadi malam, saya mencoba bunuh diri. Saya sudah
sembunyikan pisau dapur dalam saku jaket saya sejak makan malam.
Tapi tanpa saya tahu, sejak semalam jaket itu diambil seseorang
(hlm.19).
(11) Dia sedang mengatakan sesuatu yang wajar, kematian (hlm19).
Arimbi selalu menganggap dirinya adalah musuh dalam hidupnya. Hal ini
(12) Kalau boleh saya sebut siapa musuh terbesar dalam hidupnya adalah
diri saya sendiri (hlm.23).
(13) Ketika usia mulai membebani saya dengan banyak persoalan yang
tak saya sukai (hlm.23).
Arimbi sangat membenci bila pagi hari tiba. Hal ini terlihat dalam
kutipan berikut :
(14) Saya benci sekolah. Saya benci diajar. Setiap pagi adalah siksaan
(hlm.23).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
(15) Begitu telitinya mama melihat tata sarapan saya, sampai saya
berpikir apakah saya akan mati jika menelan mentimun terlebih dulu
(hlm.24).
ibunya tidak pernah melawan, Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:
(16) Saya tidak pernah melihat mama membela diri saat dianiaya papa
(hlm.35).
(17) Ibu saya tidak seberani itu. Dia hanya berteriak-teriak seperti ayam
baru dipenggal, dan merunduk-runduk seperti kucing ketakutan
(hlm.35).
Arimbi merasa benci terhadap sikap ayahnya yang kasar. Hal ini terlihat
Arimbi gadis yang keras kepala. Dia berkeinginan untuk menjadi pengedar
narkoba agar bisa membantu Vela, sebagai tema n lesbiannya Hal ini terlihat
(20) “Saya tidak main- main. Saya serius. Jadikan saya kurir. Saya butuh
uang (hlm.166).
Arimbi memiliki sifat emosional. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut :
(21) “Ibu bodoh. Narkoba hanya akibat. Problem saya bukan itu. Ibu
jangan mengkambinghitamkan narkoba. Dia tidak pernah eksis,
kalau tidak ada manusia-manusia brengsek penyebab keinginan itu
muncul!” (hlm.118).
(22) “Kalau begitu, Ibu harus mengajar semuanya. Teman-teman saya di
luar sana, orang tua saya, semua! Jika saya merupakan bagian dari
itu semua, kenapa hanya saya yang disudutkan!” saya lebih emosi
(hlm.118).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
(23) “Lantas apakah saya tidak cukup untuk dibereskan? Kenapa Mama
menebus saya? Saya yang bersalah! Saya yang memaksa rajib
memberi pekerjaan untuk saya! Dia tidak sepantasnya dipukuli, Ma!”
saya menjerit-jerit emosi (hlm.193).
(24) Saya tidak biasa menghitung waktu saya menelanjangi tubuh saya
sendiri, dan menelanjangi tubuhnya. Nafsu membuat segalanya
berubah dengan cepat dan tak lagi tertata. Kami bergerak, berguling,
menusuk, meremas (hlm.72).
(25) Saya tak perlu bertanya-tanya lagi tentang perasaan yang menjalar di
tubuh saya setiap kali melihat perempuan menarik. Saya tahu, saya
berbeda. Saya berani mengatakan bahwa saya lesbian.Tapi seperti
juga merahasiakan bahwa saya pemakai, saya tak mau berterus
terang bahwa saya lesbian. (hlm.89)
Arimbi merasa tidak nyaman dalam keluarga karena orang tuanya sering
(26) Sebab di rumah saya kerap ada pertunjukkan lenong di pagi hari
(hlm.32).
(27) Pertengkaran itu selalu saja berulang. Mama dipukul lagi, berdarah
lagi, menyerah lagi, lantas mereka bulan madu lagi (hlm.42).
malas belajar dan suka bermain denga n teman-teman sekelasnya. Hal ini telihat
digambarkan sebagai gadis yang cantik (kutipan 1). Arimbi adalah anak dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
pengusaha terkenal (kutipan 2, 3, 4, dan 5). Arimbi merasa putus asa dengan
(kutipan 10 dan 11). Arimbi menganggap dirinya sebagai musuh ( kutipan 12 dan
13). Arimbi sangat membenci kehidupan pagi hari (kutipan 14 dan 15). Arimbi
(kutipan 18). Arimbi gadis yang keras kepala (kutipan 19). Arimbi memiliki sifat
emosional (kutipan 20, 21, dan 22). Arimbi lesbian (kutipan 23, 24, dan 25)
Arimbi tidak merasa nyaman dalam keluarga ( kutipan 26 dan 27). Kondisi
keluarga tidak bahagia membuat Arimbi bebas untuk berprilaku, dan malas
utama dalam novel Detik Terakhir. Sebagai tokoh utama Arimbi mempunyai
cerita dari awal hingga akhir, ada indikasi tokoh Arimbi mengalami tekanan
berkaitan dengan perbuatan orang tuanya yang selalu memasukan Arimbi ke panti
rehabilitasi.
(29) Mama saya punya sejuta daya tarik. Bukan saja karena tubuhnya
yang cantik selalu terbalut gaun menarik.Tapi juga karana dia pintar
membawa diri di luar rumah (hlm.30).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
kutipan berikut :
(30) Mama tahu bagaimana cara menjual daya tarik. Mama dan wajahnya
cukup dikenal di ibu kota. Citra dirinya cukup baik. Saya melihat it u
dari bunyi artikel dengan judul yang merdu tentang Mama (hlm.31).
(31) Setiap kali kami berpergian berdua, saya juga melihat senyum penuh
tabik dari banyak orang kepada Mama. Mama orang yang sangat
dihargai (hlm.31).
Mama Arimbi juga merasa putus asa dengan perbuatan suaminya. Hal ini
(32) “Mau apa kamu! Mau mengancam saya cerai. Ayo! Ayo! Ceraikan
saya kalau berani. Kamu pikir saya takut dengan ancaman kamu
yang gertak sambal itu! Laki- laki tak tahu diri! ”Mama masih
histeris (hlm. 33).
Sebagai wanita Mama Arimbi orangnya sangat lemah. Hal ini terlihat
(33) Ibu saya tak seberani itu. Atau tak sepintar itu. Ekspresinya tiap kali
dipukuli ayah saya selalu serupa. Dia hanya bertariak-teriak seperti
ayam baru dipenggal, dan merunduk-runduk seperti kucing
ketakutan (hlm.35).
(34) Papa mendekam dalam kamar menemani Mama yang terbaring
lemah. Tubuh Mama dipenuhi perban (hlm.41).
Mama Arimbi, sangat teliti dalam mengatur makanan pagi untuk anaknya
(35) Begitu telitinya Mama melihat tata sarapan saya, saya saya berpikir
apakah saya akan mati jika menelan mentimun terlebih dulu
(hlm.24).
Mama Arimbi seorang ibu yang suka berfoya-foya dan bergaya hidup
(36) Begitu hidung saya bisa mengendus, saya tahu ibu wanita dengan
cita rasa tinggi yang terpuaskan dengan sempurna karena uang papa
yang tidak batasnya (hlm.25).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
(37) Mama sudah membelikan begitu banyak barang untuk saya (hlm.26).
(38) Mama sering keluar negeri. Ketika dia pulang, pembantu-pembantu
di rumah akan sibuk mengangkut belasan tas atau kardus yang
dibopong Mama (hlm.26).
(39) Mama akan mengumpulkan semua boyongannya terlebih dulu di
ruang tengah. Setelah itu dia membuka satu per satu dan
memamerkan apa yang dia beli (hlm.26).
setatus kehidupan mereka yang paling penting. Hal ini terlihat dalam kutipan
berikut:
Mama Arimbi ternyata juga bukan istri yang setia. Dia selingkuh dengan
seorang pelukis yang bekerja bersamanya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:
lukisan memiliki kantor mewah di dekat rumah. Seperti terlihat dalam kutipan
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Arimbi memiliki wajah yang cantik dan membawa diri (kutipan 29). Mama
Arimbi terkenal di masyarakat (kutipan 30 dan 31). Mama Arimbi putus asa
dengan perbuatan suaminya (kutipan 32). Mama Arimbi sangat lemah (kutipan 33
dan 34). Mama Arimbi teliti mengatur dalam hal makanan (kutipan 35). Mama
Arimbi juga suka berfoya- foya dan berhidup mewah (kutipan 36, 37, 38, dan39).
Mama Arimbi juga memiliki sifat indfidualitas tidak pernah memikirkan perasaan
Armbi (kutipan 40, 41, dan 42). Juga Mama Arimbi bukan istri yang setia
(kutipan 43, 44, dan 45). Mama Arimbi memeliki bisnis event organizer bidang
pameran lukisan (kutipan 46). Mama Arimbi juga pemarah (kutipan 47 dan 48).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
sekaligus memilik perkebunan kelapa sawit di Sumatra dan usaha ritel di Jakarta
(49) Begitu mengerti kata-kata, saya langsung tahu ayah, yang saya
panggil papa, adalah pemilik bisnis perkebunan kelapa sawit di
Sumatra, usaha ritel di Jakarta, dan bisnis property (hlm. 25).
(50) Papa sibuk, dan bukan orang yang senang bercerita di rumah
(hlm.29).
(51) Papa sarapan dan bertemu rekan bisnis di restoran hotel berbintang.
Papa penggemar penampilan mewah (hlm.29).
(52) Papa berbohong Mama mengagguk maklum. Katanya saya sarapan
di Mandarin, Ma (hlm.44).
Papa Arimbi memiliki banyak mobil. Hal ini terlihat dalam kutipan
berikut:
Papa Arimbi orang yang sangat kejam. Hal ini terlihat dalam kutipan
berikut :
untuk keluarga hanya sedikit. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:
29
Papa Arimbi pandai sekali untuk berbohong. Hal ini terlihat dalam kutipan
berikut:
(57) Kemarin pagi, pagi papa bilang dia akan meeting. Sampai larut,
katanya. Urusan ekspor yang mandeg (hlm. 47).
(58) Saya sarapan di Mandarin, Ma. Bimo mengajak meeting. Di
sana,”kata papa sambil memperbaiki letak dasinya. Ini juga
ungkapan yang telah saya hafal dengan baik (hlm.44).
Papa Arimbi bukan tipe suami yang setia buktinya dia selingkuh dengan
seorang model yang bernama Angela. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut:
Papa Arimbi juga suka memaksa kehendak pada istri dan anaknya. Hal ini
30
seorang pengusaha dan pemilik perkebunan kelapa sawit di Sumatra (kutipan 49).
Papa Arimbi tidak pernah meluangkan waktu untuk berkumpul bersama keluarga
(kutipan 50, 51,dan 52). Juga Papa Arimbi memiliki banyak mobil (kutipan 53).
Papa Arimbi sangat kejam (kutipan 54 dan 55). Papa Arimbi penggemar barang-
barang mahal (kutipan 56). Papa Arimbi pandai berbohong (kutipan 57 dan 58).
Papa Arimbi bukan tipe suami yang setia (kutipan 59). Papa Arimbi suka
memaksa kehendak pada istri dan anaknya (kutipan 60, 61, dan 62).
pengedar narkoba dengan alasan untuk bisa menghidupi keluarganya. Hal tersebut
31
mancung, mata yang bulat, dan kulitnya gelap. Hal ini kutipannya:
(66) Tak sulit buat saya untuk mengingat dengan cepat sosoknya. Dia
berperawakkan tinggi, dan mata yang bulat. Kulitnya gelap, dan
banyak bulu. Seperti wajah orang timur tengah (hlm. 62).
(67) Rajib sempat tersenyum dipaksakan. Setelah itu tub uh jankung itu
melesat cepat (hlm. 63).
kutipannya:
Rajib adalah laki- laki yang sangat menyayangi wanita. Buktinya Rajib
(69) “Rajib mempercayai saya untuk datang ke sini,” akhirnya hanya itu
yang meluncur dari bibir saya. “Kamu wartawan?”Saya
mengangguk. “Tapi saya ke sini bukan dalam urusan peker
jaan saya. Saya hanya ingin bertemu denganmu.” Arimbi tertawa
pelan. Serak. Wajahnya dipenuhi semburat merah. Dia tertawa
dengan penuh emosi. “Rajib selalu tepat menebak kapan saya akan
bunuh diri!” Saya terperanjat (hlm. 19).
kutipannya:
32
Rajib orang yang pernah membantu Arimbi dan Vela pada saat mereka
melarikan diri dari pantai rehabilitas. Rajib juga mengizinkan mereka berdua
untuk tinggal di rumah kontrakkannya. Hal ini dapat terlihat dalam kutipan
berikut:
(71) Vela tahu, dia telah menjadi kekasih Rajib. Tapi dia tidak
merasakan getar apa-apa. Yang dia tahu, semakin hari Rajib
semakn melindunginya (hlm. 79).
(72) Kami tinggal di rumah kontrakkan Rajib untuk sementara. Kami
tidak keluar rumah, karena takut ditemukan orang-orang yang kami
kenal. Rajib memberi kami ruang tidur yang tak lain adalah
kamarnya send iri (hlm. 161).
(73) Rajib juga berbaik hati membelikan kami beberapa potong baju dan
celana dalam (hlm. 161).
(74) Tentu saja dia menanggung makan kami. Tiga kali sehari. Pagi-
pagi sekali dia berjalan kaki ke pasar Tibet dekat rumah, dan
pulang dengan membawa tiga bungkus nasi lengkap dengan lauk-
pauk (hlm.161).
pengedar narkoba (kutipan 63, 64, dan 65). Secara fisiologis Rajib digambarkan
sebagai orang yang tinggi (kutipan 66 dan 67). Rajib seorang pengedar narkoba
(kutipan 68). Rajib sangat menyayangi wanita (kutipan 69). Rajib dimasukkan ke
penjara (kutipan 70). Rajib juga pernah membantu Vela dan Arimbi saat lari dari
Belanda. Vela teman dari Armbi dan Rajib. Hal tersebut terlihat dalam kutipan
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Vela adalah anak dari keluarga yang miskin. Hal ini terlihat dalam kutipan
berikut :
Vela adalah teman Rajib. Bila ada masalah dia selalu menceritakan pada
(80) Kedekatan dengan Rajib membuatnya merasa anak muda itu bagian
dari hidupnya. Meskipun Vela tak merasakan getar apa-apa. Tapi
dia tidak bisa tidak melihat Rajib barang sehari (hlm. 79).
Selain teman dekat Rajib Vela juga pacar Rajib. Hal ini terdapat dalam
kutipan berikut:
(81) Baginya Rajib bukan lagi seorang teman. Dia pelindung, selimut,
pemberi kekuatan (hlm.79).
(82) Vela tahu dia menjadi kekasih Rajib (hlm. 79).
(83) Saya memeluknya. Cerita Vela sudah cukup bagi saya untuk
menyerahkan segenap tenaga dan perhatian saya detik itu pada nya.
Dia menangis dalam pelukkan saya (hlm. 83).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Berikut kutipannya:
(85) “Kamu terlalu lama. Saya sudah sakaw….,” katanya dengan suara
bergetar. Keringat di dahinya sebesar butiran jagung. Dia tidak
menyalakan api.Tidak menyiapkan aluminium foil seperti layaknya
orang yang siap menikmati sabu (hlm. 71).
(86) “Saya menyimpan sedikit,” katanya sambil menarik laci di meja
rendahnya. Selipat kertas putih kecil. Dia membukanya dengan
hati-hati. Menjaga isi dalamnya agar tak jatuh. Serbuk putih itu
(hlm. 72).
Begitu banyak penderitaan yang dihadapi Vela dalam hidupnya. Hal ini
(88) Tapi dia dihina dan disakiti. Bekerja melebihi tugas pembantu.
Tidak leluasa menonton televis karena selalu disindir
menghabiskan listrik orang tanpa membayar. Tidak bebas
berdandan, karena satu-satunya bedak yang dia beli dari hasil
menabung ditumpahkan dengan sengaja oleh sepupunya yang
selalu siap menerkam. Dia tidur meringkuk di ranjang besi di
bawah tangga dapur (hlm. 75).
(89) Semalam dia diperkosa. Dan sekarang dia merasa sengsara. Vela
menangis. Dia merasa diludahi. Dia merasa lebih tak berharga dari
sekedar bukan siapa-siapa. Dia lebih sengsara gadis malang yang
tidur di bawah tangga (hlm. 82).
(90) Tiga hari setelah penyiksaan di bak mandi itu, Vela meringkuk di
kamar karena demam tinggi. Suhu tubuhnya panas, dan dia terus-
terusan mengigau (hlm. 151).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
bertubuh kurus, cantik, dan keturunan Menado-Belanda (kutipan 75 dan 76). Vela
anak dari keluarga miskin (kutipan 77, 78, dan79). Vela teman Rajib (kutipan 80).
Vela juga pacar Rajib (kutipan 81 dan 82). Vela juga teman lesbian Arimbi
(kutipan 83 dan 84). Akibat pergaulan dengan Rajib Vela menjadi pemakai
narkoba (kut ipan 85 dan 86). Vela juga sebagai pengedar narkoba (kutipan 87).
Banyak penderitaan yang dihadapi Vela (kutipan 88, 89, dan 90).
2.2 Latar
dan kemauan, memiliki hubungan yang erat dengan alam dan manusia (Wellek
Latar mencakup tiga unsur, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.
Latar tempat menunjuk pada lokasi terjadinya peristiwa dalam karya fiksi. Latar
diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial menunjuk pada hal- hal yang
36
Latar tempat menunjuk pada lokasi terjadinya peristiwa dalam karya fiksi.
menarik yaitu menceritakan tentang gaya hidup bebas orang-orang Jakarta dan
sekitarnya. Oleh karena itu, latar yang diceritakan terfokus pada tempat-tempat di
Jakarta dan sekitarnya. Untuk menguraikan latar tempat dalam novel Detik
(91) Rajib menyebut nama sebuah panti. ”Saya yakin dia ada di sana,
”Katanya. Panti Selaras Damai di Cisarua. Seorang gadis kaya
raya, tercampak dalam lembah narkoba, atas kehendak sendiri,
merasa asing dengan kehidupan yang diberikan orang tuanya,
merana dalam pengenalannya yang tanpa arah pada orang tua
(hlm.10-11).
(92) Kami berkendaraan jauh. Melewati tol Jagowari. Menembus
Cisarua. Mencapai puncak. Berkelok, menikung, dan berhenti di
depan pagar besar dari kayu. Ada di tengah perkampungan. Rumah
yang sangat besar. Besar sekali. Beberapa menit kemudian, saya
tahu di dalamnya ada begit u banyak orang. Dengan sorot mata yang
sama dengan saya. Saya tahu sekarang. Saya berada di dalam panti
rehabilitasi (hlm.14).
(93) Dan sekarang, hari ini saya ada di panti ini. Panti dengan
penampilan tak ubahnya vila- vila milik orang super kaya (hlm.13).
(94) Bangunan mentereng bercat putih dengan pilar-pilar khas rumah
Spanyol (hlm.14).
Rumah dalam cerita ini berfungsi sebagai tempat Arimbi tinggal bersama
37
Bali dalam cerita ini berfungsi sebagai tempat pariwisata yang menarik
bagi Arimbi bersama orang tuanya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:
(99) Ketika kami bertiga berada di Bali untuk merayakan Tahun Baru
kami tidak tinggal di Hotel. Tapi di Vila mewah milik seorang
kolega papa (hlm.36).
(100) Seharusnya sore itu kami habiskan di pantai, atau di mana pun di
kawasan Kuta, sesuai janji papa. Tapi mama mendadak mengeluh
sakit perut. Dia minta diantar kembali ke Vila. Papa memandang
mama dengan mimik tak suka (hlm.37).
(101) Saya menjadi was-was, sepanjang jalan, menyusuri kawasan
perbelanjaan di Kuta, kami bertiga diam (hlm.38).
Sekolah dalam cerita ini berfungsi sebagai tempat Arimbi belajar. Hal ini
Kamar kos Vela dalam cerita ini, berfungsi sebagai tempat Arimbi dan
(104) Saya mendatangi kamar kosnya yang tak seberapa luas di daerah
karbela. “Kemarilah ….”panggilnya sayup. Saya mendekat. Dia
bukan lagi perempuan kurus dengan keringat sebesar butiran
jagung yang rebah di depan saya. Sebab saya bukan lagi hanya
mendekat. Saya menempel di tubuhnya. Mata saya sudah terantuk
pada kulitnya (hlm. 72).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Rumah sakit di selatan Jakarta dalam cerita ini berfungsi sebagai tempat
Bar dan Diskotik dalam cerita ini berfungsi sebagai tempat Arimbi dan
(106) Kelompok itu memang baik. Menerima saya dengan sikap yang
baik. Kami lantas sering berpergian bersama. Ke berbagai bar dan
diskotik (hlm.70).
peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar waktu dalam novel Detik
Terakhir hanya terbatas pada pagi, siang, malam dan pukul berapa peristiwa itu
terjadi.
(107) Sebab di rumah saya kerap ada pertunjukkan lenong di pagi hari.
Lenong pertengkaran. Seperti suatu kali saya ingat. Dari arah
kamar orang tua saya terdengar suara obrolan dengan suara cukup
keras. Mula- mula hanya berupa obrolan, lama- lama pertengkaran,
akhirnya cekcok hebat (hlm.32).
39
Setiap dua hari sekali dan di sela-sela jam pelajaran sekolah, Rajib
mengirim narkoba untuk Arimbi. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:
(111) Sejak diberi gratis oleh Rajib, saya tak bisa mengatakan tidak. Dia
menyuplai putaw setiap dua hari sekali (hlm.69).
Malam itu terjadi pertengkaran antara Papa Arimbi dan Mama Arimbi
akibatnya tidak bisa merayakan akhir tahun dengan bahagia. Berikut kutipannya :
(112) Malam itu tidak ada tahun baru. Papa mendekam dalam kamar.
Menemani mama yang terbaring lemah. Tubuh mama dipenuhi
perban(hlm.41).
(114) Saya memandang jalan raya depan rumah, sepi. Hanya lampu-
lampu menyala dari rumah seberang yang sama meganya dengan
rumah saya, yang menandakan malam ini ada sesuatu yang hidup
(hlm.66).
Latar sosial menunjuk pada hal- hal yang berhubungan dengan perilaku
sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan. Cerita dalam novel Detik
Status sosial Arimbi yang terlahir dari keluarga terpandang, pengusaha dan
40
(115) Begitu mengerti kata-kata, saya langsung tahu ayah, saya panggil
papa, adalah pemilik bisnis perkebunan kelapa sawit di Sumatra,
dan usaha ritel di Jakarta (hlm.25).
(116) Mama punya kantor sendiri. Tak jauh dari rumah. Dia punya bisnis
event organizer (hlm.30).
(117) Ayahmu orang yang sukses, ibumu aktif di mana- mana. Apa kata
orang, kala u tahu kamu jadi seperti ini (hlm.96).
(118) Rajib sampai memberitahu saya latar belakang Arimbi, dan saya
sangat kaget. Orang tuanya sangat popular. “Pasangan Ruslan
Suwito dan Marini Ruslan. Pengusaha papan atas yang punya
pamor sangat baik di mata khalayak (hlm.12).
Arimbi hidup dalam keluarga yang termasuk terpandang. Papanya seorang
papanya sering tidak ada waktu untuk memperhatikan dirinya. Seperti pada
kutipan berikut:
(119) Papa sering dinas luar. Bahkan, saya dengar dari mama, papa kini
masuk klub eksekutif yang punya kegiatan rutin golf di Nirwana,
Bali, jika sedang tidak ada acara lain. Saya semakin tak punya
akhir pekan dengan keluarga yang lengkap. Papa juga semakin
jarang menampilkan diri di ruang makan ketika saya menghabiskan
nasi goreng setiap pagi. Papa mulai sering bangun kesiangan. Saya
berangkat sekolah tanpa melihatnya. Dan pergi tidur sebelum papa
kembali ke rumah (hlm.154).
Demikian juga pengarang menggambarkan latar sosial di sekolah, diskotik
atau bar, arena biliyar, dan panti rehabilitasi yang sebagian besar di daerah Jakarta
(120) Saya menjadi ragu. Sebab tak saya dapati nafsu ketika melihat
siswa pria paling baik di kelas. Tapi saya bisa sangat bernafsu pada
lekuk seksi siswi paling memuakkan di dalam kelas (hlm.59).
(121) Rajib sudah seminggu pergi ke Bali. Sudah tiga hari kami puasa
putaw. Saya coba membelinya dari seorang kenalan pengedar di
belakang Kartika Candra. Mereka hanya memberi saya sejumput
kecil (hlm.112).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
(125) Tidak terlalu banyak yang saya bawa. Nilainya hanya belasan juta
rupiah saja. Dengan volume ketergantungan orang-orang di
diskotik itu yang sudah mencapai kadar super madat, barang di
dalam tas saya paling hanya cukup untuk memenuhi sepuluh
pembeli saja (hlm.175).
Terdapat pula latar yang menyangkut status sosial yang dimiliki orang tua
Arimbi, karena orang tua Arimbi termasuk kalangan atas, mereka berusaha
tidak turun dan tercemar. Maklum mereka adalah pengusaha dengan aktivis
(126) “Ari. Tolong kami untuk terakhir kalinya. Kami sudah berusaha
semaksimal mungkin menolong kamu. Ke psikolog, ke panti,
memanggil guru ke rumah. Membebaskan kamu dari penjara.
Sekarang kamu sudah ada di rumah ini. Kami sudah menyiapkan
program penyembuhan untukmu (hlm.196).
(127) Tak ada yang tahu selain kami, Ari. Nenek, kakek, oma, opa, sanak
saudara tidak ada yang tahu. Dan jangan sampai ada yang tahu. Ini
aib. Mau dikemanakan muka mama, muka papa! Ayahmu orang
yang sukses, ibumu aktif di mana- mana. Apa kata orang, kalau
tahu kamu jadi orang seperti ini? Sekarang suara mama sudah
meninggi (hlm.196).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa latar ini menunjukkan
pada situasi sosial yang terjadi dalam lingkungan masyarakat. Misalnya kebiasaan
hidup, status sosial, keyakinan, bersikap, berfikir atau pun tradisi (kutipan 115,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
116, 117, 118, dan 119). Tokoh Arimbi dalam kehidupan sehari- harinya yang
tidak baik. Pengarang menggambarkan latar sosial di sekolah, diskotik atau bar,
arena biliyar, dan panti rehabilitasi (kutipan 120, 121, 122, 123, 124, dan 125).
Terdapat pula latar yang menyangkut status sosial yang dimiliki orang tua Arimbi
2.2.4 Rangkuman
Dari análisis keseluruhan tokoh dan latar terlihat bahwa kedua unsur ini
kedua unsur tersebut merupakan unsur struktural yang saling mendukung dalam
sebuah cerita. Melalui latar sifat seseorang akan dibentuk oleh keadaan dan
watak dan keadaan tokoh Arimbi. Arimbi adalah seorang gadis yang mengalami
tekanan batin akibat dari perbuatan orang tuanya yang tidak pernah
sendiri. Akibat kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya
dalam Bab III nanti akan mengkaji secara lebih dalam tekanan batin tokoh Arimbi
BAB III
Dalam Bab I telah diuraikan bahwa analisis yang akan digunakan untuk
Dalam Bab II, novel Detik Terakhir telah dianalisis secara struktural. Hasil
analisis tersebut selanjut nya akan digunakan untuk analisis psikologi. Psikologi
merupakan suatu ilmu yang menyelidiki serta mempelajari tingkah laku dan aktivitas-
manifestasi dari kehidupan jiwanya (Bimo Wagito via Roekhan, 1987 : 144).
dengan Arimbi. Ia juga mempunyai kebutuhan untuk hidup aman, dihargai, dan
yang melanda Arimbi. Konflik yang dihadapi Arimbi dalam kehidupan dengan
keluarganya yang tersiksa, di mana Arimbi dihadapi dengan kedua orang tuanya yang
43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
selalu saja bertengkar setiap hari, Arimbi juga merasa tertekan melihat kedua orang
yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa
kebutuhan akan aktualisasi diri. Berkaitan dengan tujuan penelitian ini, kebutuhan
dasar menurut Maslow yang akan diuraikan hanya kebutuhan yang berkaitan dengan
ketertekanan batin tokoh Arimbi. Kebutuhan itu adalah kebutuhan akan rasa aman,
Berikut ini akan dipaparkan hasil analisis dari ketiga kebutuhan dasar manusia
bagi tokoh Arimbi dan akibat tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut yang
yang norma l dan sehat, maka cara terbaik untuk memahaminya ialah denga n
menga mati anak-anak atau orang dewasa yang mengalami gangguan neurotik.
Seseorang yang tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas secara
berlebihan serta berusaha keras menghindari hal- hal yang bersifat asing dan tidak
45
kebutuhan tidak sampai menjadi hidup atau mati seperti pada orang neurotik (Maslow
Setiap orang membutuhkan rasa aman baik itu dalam lingkungan sekitar atau
dalam kehidupan berbeda dengan Arimbi, ia tidak pernah mendapatkan rasa aman
baik dalam keluarga, dan lingkungan apalagi dalam kehidupannya. Hal ini terlihat
(128) Di kamar ini, kesedihan adalah hal yang menye ngat. Saya tak pernah
betah. (hlm. 32).
(129) Sebab di rumah saya kerap ada pertunjukan lenong di pagi hari.
Lenong pertengkaran. Seperti suatu kali saya ingat, dari arah kamar
orang tua saya terdengar suara obrolan. Lama- lama pertengkaran.
Akhirnya cekcok hebat, lalu cekcok mulut menjadi sengketa dan arena
caci maki. Kemudian perang mulut tak terbendung dengan teriakkan
melengking. (hlm. 32).
Arimbi juga, merasakan tidak pernah bebas, setiap kali berangkat ke sekolah,
Arimbi selalu saja diantar jemput oleh sopir yang bekerja di rumahnya. Arimbi
merasa kehid upannya selalu saja diatur oleh orang tuanya. Hal ini terlihat dalam
kutipan berikut :
(130) Saya tidak pernah disiksa panas terik matahari. Tentu, selain karena
dipekarangan sekolah rimbun karena pepohonan, saya juga tak perlu
berlama-lama menerobos area yang disiram sinar matahari. Ketika bel
pulang berbunyi dan kedua kaki saya mulai mengarah ke pintu pagar,
Pak Beno supir saya sudah melongok dengan paras siaga. Dia tak
pernah membiarkan saya lebih dari lima menit menanti. Wajah
bulatnya membiasakan senyum kemenangan setiap kali dua mata
tengkolnya menangkap bayangan saya. Kasihan sopir ini. Dia pikir
menemukan diri saya secepat mungkin selepas bel pulang adalah
prestasi (hlm. 27).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
(131) Sejujurnya, saya ingin seperti teman yang lain, yang menikmati peluh
dalam antrian tukang bakso kojek. Menjumput panganan yang tengik
di pelataran sekolah. Sebagian lagi tak jajan apa-apa, tapi mereka main
dorong-dorongan, saya sering berharap pak Beno datang terlambat,
dan saya leluasa berkelabat di antara gerobak- gerobak penjual jajanan,
berteriak bebas di tengah teman-teman sekolah. Tapi pak Beno takut
dipecat. Dia sadar sepenuhnya, bahwa setelah mata jengkolnya
menangkap tubuh saya yang bulat-bulat, maka tugas selanjutnya
adalah membawa secepat mungkin kembali ke rumah. (hlm. 27).
Rasa tidak aman juga dirasakan Arimbi ketika Arimbi bangun pagi hari,
karena melihat mamannya sudah menyiapkan makanan yang selalu sama saja setiap
hari. Menunya tidak pernah diganti. Arimbi merasa tidak suka dengan cara mamanya
yang sering mengaturnya pada waktu sarapan pagi. Hal ini terlihat dalam kutipan
berikut :
(132) Setiap pagi adalah siksaan. Pagi-pagi saya sudah muak dua kali. Muak
pertama adalah sarapan nasi goreng dengan rasa dan tatanan yang itu-
itu melulu. Gundukkan nasi goreng menyerupai mangkuk terbalik,
telur mata sapi di sisi kanan, taburan abon di sisi kiri, dan irisan telur
dadar di atas nasi. Sisi kosong di piring diisi dengan irisan mentimun
dan tomat. Mama mengajari saya dengan tahapan yang benar,
menghabiskan nasi dengan lauknya, dan mengakhiri dengan irisan
mentimun. Setelah itu menenggak susu sampai tandas. (hlm. 24).
(133) Begitu telitinya mama melihat tata sarapan saya, sampai saya pernah
berpikir apakah saya akan mati bila menelan mentimun terlebih dulu
atau menyikat susu pertama-tama, lalu memakan telurnya dan
membuang nasinya. Atau saya muntahkan semuanya. Bahkan, apa
salahnya sesekali saya tidak sarapan? Tapi mama selalu menunggui
saya makan. (hlm. 24).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Rasa cemas juga yang dirasakan oleh Arimbi, ketika ayahnya memukul
ibunya sampai pingsan. Arimbi merasa cemas dan takut kalau-kalau terjadi sesuatu
bingung untuk mengenal dirinya sendiri, Arimbi juga merasa bimbang dan ragu untuk
mengenali orang tuanya, yang membuat dia merasa tersiksa dengan kehidupan di
rumah bersama orang tuanya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut :
(138) Saya bingung dengan perasaan saya sendiri. Saya tak mengenali orang
tua saya, dan saya mulai tak mengenali diri saya sendiri. Saya panik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Pikiran berkecamuk tak tentu arah. Di rumah saya tersiksa dengan dua
orang yang selalu bergumul dengan nafsu masing- masing. Di luar
rumah saya bergumul dengan diri saya sendiri. Mempertanyakan
perasaan aneh yang semakin lama semakin mencekram saya dalam
kebingungan saya yang menyiksa. (hlm. 56).
ketika ia melihat pembantunya memakai baju yang tipis. Arimbi merasakan ada
perasaan yang aneh dalam pikirannya. Arimbi merasa tiba-tiba tertarik dengan sikap
(139) Saya tahu perbedaan yang saya rasakan telah meluncur jauh dari batas
pikiran. Tanpa sadar saya telah memperlihatkannya dalam bentuk
yang terlihat. Sikap. (hlm. 56).
(140) Mbok Nem, pembantu saya yang usianya paling muda, sekitar tiga
puluh tahuna n, masuk ke kemar tidur saya pada suatu siang, dia
mengenakan daster tipis berpotongan dada rendah. Papa dan mama
sedang tak ada di rumah, sehingga dia berani memakai baju seperti itu
(hlm. 56).
(141) Saya tahu, saya takut atau benci pada lelaki, karena saya ingat papa.
Dan saya enggan jadi perempuan kerena saya tak mau sebodoh mama.
Maka, akan jadi apa saya? Saya akan menjadi laki- laki yang tidak
sejahat papa. Dan menjadi perempuan yang sebodoh mama. Tapi, lalu
saya menjadi ragu, apakah saya menjadi lesbian karena membenci
papa? Atau meludahi mama? (hlm. 59).
(142) Saya menjadi ragu, sebab tak saya dapati nafsu ketika melihat siswa
pria paling baik hati di kelas. Tapi saya bisa sangat nafsu pada lekuk
seksi siswi paling memuakkan didalam kelas. Tidak, saya tidak
menyukai laki- laki bukan karena saya membenci papa. Karena saya
membenci kejahatan. Saya membenci laki- laki dan menyukai
perempuan karena saya terlahir berbeda. (hlm. 59).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Perasaan khawatir juga terjadi pada Arimbi, ketika dia mengetahui, bahwa dia
lesbian, Arimbi merasa bahwa kalau lesbiannya itu diketahui oleh para pembantunya,
dan para teman-teman sekolahnya, apa yang harus ia perbuat . Hal ini terlihat dalam
kutipan berikut :
(143) Saya tahu, saya telah membuat mbak Nem takut. Dan saya makin tahu,
semakin hari saya mulai membuat orang lain curiga. Bersamaan
dengan itu saya tidak bisa membohongi sikap-sikap atau bahasa tubuh
yang menjawab desir yang mendebarkan disekujur tubuh saya. Setiap
melihat sosok perempuan yang menggetarkan. (hlm. 59).
(144) Saya merasakan bahwa mata teman-teman perempuan saya mendadak
lebih mendelik ketika mereka berganti baju olah raga di ruang ganti,
dan mata saya dengan tajam me nelusuri tubuh bugil mereka. (hlm.
59).
Perasaan khawatir juga yang terjadi pada Arimbi, ketika bertemu dengan
Rajib di sekolahnya. Rajib menawarkan sesuatu kepada Arimbi untuk merasakan obat
yang diberi oleh Rajib. Obat yang diberikan oleh Rajib adalah narkoba. Pada awalnya
Arimbi menolaknya, karena Arimbi merasa orang itu, yaitu Rajib belum pernah ia
(145) “Kamu sakit, ya?” saya tak menjawab, malas, karena belum kenal.
“nama saya Rajib”. Matanya mencari bola mata saya.” Sory, kita
memang belum kenal….” Dia menjulurkan tangannya. Saya
menanggapinya dengan biasa. Saya me ngulurkan tangan dengan cepat.
(hlm. 62).
(146) “Kalau sakit saya punya obatnya….” Saya membuang muka. “nggak
apa-apa kalau kamu malas menanggapi tawaran saya. Saya hanya…
sering melihat kamu melamun dikantin. Sudah lama sih pengen kenal,
kayaknya saya bari berani sekarang ini,” katanya tanpa malu. (hlm.
62).
(147) “Saya nggak mau butuh bantuanmu. Maaf.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
“”nggak apa-apa, saya Cuma mau baik sama kamu.” Dia kelihatan
gelisah. Lehernya meninggi, dan kepala nya menoleh ke beberapa
sudut (hlm. 63).
(148) Rajib tiba-tiba saja mendekatkan kepalanya kewajah saya. “kalau
kamu ga keberatan, saya mau memberimu sesuatu. Nggak penting
sih… dibuang juga boleh. Nih! “dia menarik tangan saya dan
menutupnya kembali dengan gerakan cepat. (hlm. 63).
merasa tetap khawatir untuk mencobanya, karena Arimbi merasa bahwa obat ini
adalah, obat yang membahayakan orang, obat ini lah yang sering dilarang, karena
kata orang bahwa narkoba adalah benda jahat. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut :
(149) Itu pasti sejenis narkoba, entah shabu, putaw, atau apapun. Pokoknya
sejenis bubuk itu. Saya berdiri ragu.
Seperti hipnotis.
Buang ke tempat sampah?
Saya ada masalah? Benar-benar sekali ……
Tapi ini apa… benda jahat itu? Yang sering dilarang- larang
Itu? Kayak gini nih bendanya?
Saya nggak butuh.
Nggak berani.
Tapi saya ada masalah, kan?
Banyak bahkan.
Cobain dikit. Atau buang.
Sayang
Cobain dikit kan nggak ada salahnya
Kalau nggak suka tinggal buang
Kalau suka?
Ini pasti putaw
Nggak mau! Nggak!!
Tapi, saya punya masalah, kan? (hlm. 63-64).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Setelah Arimbi mencoba obat yang ditawarkan oleh Rajib padanya, Arimbi
merasa gelisah dan tidak bisa tidur, karena obat yang dia hirup itu adalah narkoba.
Setelah ia menghirup obat itu, obat itu baru bereaksi dalam tubuhnya, Arimbi merasa
seluruh tubuhnya terasa sakit. Anehnya Arimbi tidak merasa lapar atau sedih. Hal ini
(150) Tiba-tiba saja, sekujur tubuh saya dialiri perasaan aneh. Benar-benar
aneh. Seperti ada kerinduan yang hebat. Begitu hebatnya sehingga
terasa sakit. Anehnya, saya tak merasa lemas, lapar atau sedih. Saya
hanya merasakan kesepian, tapi sekaligus tak menginginkan siapapun
ada. Saya ingin sendiri. Tapi saya butuh teman. Dan dia, bukan
seseorang. Dia…. Aduh, kenapa diri saya? (hlm. 66).
(151) Saya mencoba berdiri. Tubuh saya limbang. Perasaan asing itu telah
melunglaikan seluruh persendian saya. Saya loncati lagi kusen jendela
dan masuk kamar. Berjalan tertatih menuju sudut yang tak saya tuju.
Saya bahkan tak tahu ke mana harus berjalan. Saya mencoba
berbaring. Rasa mual dan terbakar seperti tadi muncul lagi. Aduh,
kenapa saya? (hlm. 66-67).
Kegelisahan juga selalu menyelimuti hati Arimbi bila tidak memakai narkoba.
Arimbi merasa bahwa tanpa narkoba dia tidak bisa hidup. Dengan memakai narkoba,
Arimbi bisa merasakan lebih hidup. Akibat dari narkoba inilah yang menyebabkan
Arimbi di bawa ke panti rehabilitasi oleh orang tuanya. Hal ini terlihat dalam kutipan
berikut :
(152) Mereka memenjarakan saya di atas kasur keras ini. Memberi makan
tiga kali sehari, yang berkali-kali saya memuntahkan kembali. Mereka
merampas kebebasan saya nenikmati bubuk surga. Saya disiksa sakaw,
tubuh saya seperti dirajam. Otot saya dibetot-betot. Darah saya
dibiarkan mendidih dan beku. Beganti- ganti. Daging saya dicabik-
cabik. Seluruh persendian saya dijepit. Saya berteriak kesakitan. Saya
bukan mencari gara- gara, tapi tubuh ini memang sakit. Nyeri saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Arimbi juga merasa gelisah dan sedih saat orang tuanya mengatakan padanya,
bahwa tolong hal ini dirahasiakan. Arimbi merasa bahwa orang tuanya, benar-benar
kehormatan dan nama baik mereka, ketimbang nyawa anak mereka. Hal ini terlihat
(153) “Ada satu yang mama pesan. Please, jika kamu sudah pulih dan bebas
keluar nanti, jangan katakan pada siapa pun, kamu kena narkoba. Ya?”
cukup papa dan mama yang tahu. Bukannya apa-apa. Kamu kan tahu
nama papa dan mama di luar sana cukup di kenal. Jadi, Bantu kami
agar nama keluarga tidak jadi tercoreng gara- gara kamu. Ya?” mama
menepuk-nepuk pipi saya. Wajahnya kelihatan lega seperti seorang
dewa baru menumpangkan wangsitnya. Saya bertambah sedih. Hingga
detik ini, hal yang penting buat mereka adalah kehormatan diri. Bukan
keadaan saya. Saya melamun hingga malam hari, pada hari pertama
kedatangan saya di rumah. (hml. 104).
Rasa tidak aman juga yang dirasakan oleh Arimbi, ketika Rajib dan Vela tidak
ada didekatnya. Arimbi merasakan bahwa Rajib dan Vela sudah pergi
meninggalkannya. Arimbi menjadi marah pada orang tuanya, karena orang tuanya lah
Rajib dan Vela ditangkap oleh polisi. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut :
53
(155) Saya ingin menampar wajah ibu saya. “lantas apakah saya tidak cukup
alasan untuk dibereskan? Kenapa mama menebus saya? Saya yang
bersalah! Saya memaksa Rajib memberi pekerjaan untuk saya! Dia
tidak sepantasnya dipukuli, ma!” saya menjerit-jerit dengan emosi
dalam mobil (hlm. 193).
(156) “Tak ada orang yang bisa menubus Rajib. Tidak juga saya, sudah
nasibnya seperti ini. Dulu dia pernah bilang sama saya. Hidupnya akan
berhenti begitu dia ditangkap. Sebab, dia bukan orang yang
terpandang atau punya cukup uang untuk menyelamtkan diri. Hanya
saja saya tidak menyangka, dia akan benar-benar ditangkap.” (hlm.
228).
tuanya selingkuh. Perbuatan dari kedua orang tuanya inilah yang menyebabkan
Arimbi merasa bahwa Arimbi sudah tidak memiliki rasa kebahagiaan dalam keluarga.
Arimbi merasa bahwa dalam keluarga juga dia tidak pernah diperhatikan, kedua
orang tuanya selalu saja sibuk dengan urusan mereka sendiri-sendiri. Hal ini terlihat
(157) “Mereka punya kekasih masing- masing. Papa dengan pacar gelapnya.
Mama dengan pacar gelapnya. Mereka punya dunia indah masing-
masing, tapi dengan bodoh mau mempersatukan diri dalam
pertarungan yang tak pernah berhenti di rumah ini.” (hlm. 203).
Seseorang yang memiliki cukup harga diri akan lebih percaya diri serta lebih
mampu, maka juga lebih produktif. Sebaliknya jika harga diri setiap orang kurang,
maka orang itu akan diliputi rasa rendah diri serta rasa tidak berdaya, yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
selanjutnya seseorang dapat menimbulkan rasa putus asa serta tingkah laku neurotik.
Harga diri sangat dibut uhkan oleh setiap orang. Penghargaan diri dari orang
lain dapat membuat seseorang lebih percaya diri dalam menghadapi hidup. Seseorang
yang tidak mendapatkan penghargaan dari orang lain akan tertekan batinnya.
Arimbi merasakan hal ini, yaitu Arimbi tidak pernah mengetahui apa itu
kehidupan, Arimbi hanya bisa memikirkan bagaimana cara untuk bisa mati. Arimbi
selalu saja berpikir cara yang terbaik untuk mati, berbagai cara Arimbi mencoba, tapi
ternyata sia-sia. Arimbi juga sempat mencoba untuk bunuh diri, tapi ketahuan oleh
pihak panti yaitu penjaga panti tempat Arimbi rehabilitasi. Hal yang dilakukan
Arimbi adalah tidak adanya penghargaan atas dirinya sendiri. Hal ini terlihat dalam
kutipan berikut :
(158) “Seminggu lagi orang tua saya akan menciduk saya dari sini dan
membawa saya ke Amerika.” Setelah berulang kali mereka menciduk
saya di tempat persembunyian saya, kali ini saya sudah putus asa.
Mereka tak akan bisa membawa saya pergi. Saya sudah mati pada saat
mereka datang. Saya sudah mempelajari teknik bunuh diri yang
efektif. Tapi panti itu begitu reseh. Mereka me rampas obat tidur saya,
memeriksa setiap senti meter kamar tidur saya setiap hari, dan tak
membiarkan saya menyimpan silet. (hlm. 20).
(159) Mereka merampas sesuatu yang bisa menggantung leher saya. Tali,
gasper, kain panjang, mereka tak mengizinkan saya menyemprot
nyamuk dengan pembasmi serangga, bahkan tak menaruh benda
kimiawi apapun di kamar ini. Mereka pikir saya bisa mati dengan
menelan sabun atau mene gguk sampo. Mereka menggeledah saya
sebelum pergi tidur.” (hlm. 20).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Kebutuhan penghargaan atas dirinya pun tidak pernah Arimbi perhatikan. Hal
(160) Kalau boleh saya sebut siapa musuh terbesar dalam hidup saya, dia
adalah diri saya sendiri. Dia yang tak pernah saya kenali. Dia yang tak
pernah bisa berkompromi. Dia yang bahkan sulit saya usir dari tubuh
saya sendiri. (Hlm. 23).
(161) Saya mulai membenci diri sendiri sejak usia sebelas. Ketika sudah
habis masa- masa indah menertawai dunia dengan otak anak kecil.
Ketika usia mulai membebani saya dengan banyak persoalan yang tak
saya sukai. Saya benci pagi hari. Ketika beker menunjukkan pukul
06.00, dan saya harus buru-buru menyudahi kenikmatan tidur yang tak
terbayar. (Hlm. 23).
(162) Saya selalu mengenakan seragam sekolah dengan bibir cemberut. Saya
tak menyukai tubuh sendiri. Terutama dua gundukkan kecil di dada
yang membuat saya enggan berdiri tegap. (Hlm. 23).
Sebagai seorang anak, Arimbi sangat ingin dihargai oleh orang tuanya.
Arimbi ingin sekali agar orang tuanya selalu memperhatikan dia, dan mau
meluangkan waktu sebentar untuk bisa makan dan berkumpul bersama. Sebagaimana
layaknya hidup dalam sebuah keluarga. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:
(163) Saya hanya memiliki sedikit kenangan hingga usia beranjak remaja.
Orang-orang bilang saya enak jadi orang kaya. Orang-orang bilang
hidup saya seperti mimpi. Saya bilang, hidup saya tak punya cerita.
Apa yang bisa diceritakan dari hari-hari yang hanya punya tititk
tempat, rumah, sekolah, dan mobil mewah. (Hlm. 31)
(164) Maka begitu ingin saya menyemburkan kata-kata pada teman-teman
saya di sekolah. Mereka mengatakan saya bahagia karena saya anak
orang kaya. Saya ingin mengatakan pada mereka apakah mereka
sering menyaksikan ibu mereka dipukuli oleh ayah mereka?. (Hlm.
34).
(165) Saya tidak pernah melihat mama membela diri saat dianiaya papa.
Saya tak bisa memakai contoh sinetron atau film- film. Saat seorang
istri yang digebuki lantas menuntut cerai atau sekalian kabur dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Sebagai seorang anak, Arimbi merasa bahwa kedua orang tuanya tidak
pernah menghargai dirinya, sebagai anak mereka. Orang tuanya selalu saja mengurus
Akibat dari perbuatan kedua orang tuanya, Arimbi merasa bahwa dia tidak dihargai
lagi oleh kedua orang tuanya. Pada akhirnya Arimbi mengambil keputusan untuk
pergi dari rumah. Hal ini terlihat dalam kutipan sebagai berikut:
57
Arimbi, Arimbi merasa bahwa dia sudah tidak berharga lagi untuk tinggal bersama
kedua orang tuanya. Arimbi menjadi putus asa. Dan Arimbi juga merasa hidupnya
tidak berharga lagi di mata kedua orang tuanya. Arimbi mulai bergabung dengan
orang-orang yang merasa kesepian seperti dia, orang-orang tersebut adalah teman-
(172) Saya semakin sering menghabiskan waktu di bar, di mal- mal atau di
arena biliar dan boling, dengan teman-teman pria yang semakin
banyak. Bahkan kini teman-teman pria yang semakin banyak. Bahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Setiap orang, memiliki rasa kebebasan dalam menjalani hidup. Ada yang
kemampuan yang dimilikinya. Namun, tidak semua orang bisa berkembang sesuai
kemamp uannya di sebut aktualisasi diri. Manusia yang menjalani hidup yang sesuai
dengan cita-citanya, harapan dan keinginannya dapat hidup lebih maju dan
59
Berbeda dengan hal yang dialami oleh Arimbi, Arimbi menjalani hidupnya
dengan penuh penderitaan yang dihadapinya. Arimbi tidak pernah merasa betah
berada bersama orang tuanya. Arimbi selalu menyaksikan pertengkaran orang tuanya
Arimbi merasa tidak betah juga, hidup bersama kedua orang tuanya, karena
Arimbi pergi dari rumah untuk mencari dunia baru yaitu narkoba. Hal ini terlihat
(179) Maafkan saya, Mama. Maafkan saya, Papa. Tetapi ini adalah dunia
yang menyenangkan. Ini dunia tanpa beban. Di sini tak ada kurikulum.
Tak ada kewajiban sarapan pukul 06.30. di sini saya punya bahasa
yang beda, dan surga yang beda. (Hlm. 68).
(180) Saya Arimbi, berusia delapan belas, menjelang sembilan belas. Telah
cukup besar otak saya untuk mencerna kehidupan yang begini rumit
dengan kedewasaan yang saya bangun dengan paksa. (Hlm. 68).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
(181) Telah cukup lama benak saya berpetualang sampai saya temukan
pelabuhan yang tak bertuan. Serbuk putih ini ternyata jauh lebih
paham akan makna kasih sayang ketimbang kalian. Dia lebih punya
hati. Dia bukan sekedar sebuah rumah. Dia pelabuhan tempat yang
dituju semua orang yang lelah berjalan. Dia bukan hanya yang selalu
memaksa orang untuk pulang. Dia pelabuhan. (Hlm. 68).
(182) Sudah saya sesali, kenapa saya tak menginjak surga ini sejak dulu.
Kenapa saya harus menelan dulu realita yang pahit sebelum memijak
nirwana ini. Kenapa mata saya harus menjadi sipit dengan belasan
buku pelajaran padahal serbuk putih yang hanya setitik di telapak ini
lebih memb uat diri saya merasa pintar. (Hlm. 68).
Harapan Arimbi untuk bisa hidup dan bahagia bersama orang tuanya menjadi
sirna. Arimbi sudah masuk ke dunia baru yaitu narkoba. Arimbi merasa bahwa
kehidupan yang paling aman buat dia adalah narkoba. Bagi Arimbi, narkoba adalah
suatu kehidupan baru. Dengan memakai narkoba Arimbi merasa semua permasalahan
yang dihadapinya bisa diselesaikan. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:
61
baru. Arimbi bisa merasakan kehidupan yang bebas tanpa mengharapkan perhatian
dari kedua orang tuanya. Arimbi menjadi pecandu narkoba, tanpa sepengetahuan
(186) Betapa rentannya sebutan orang tua. Mereka bilang me reka tahu
semua tentang saya. Mereka bilang mereka sudah mendidik saya.
Mereka bilang mereka sudah memberi segala yang terbaik pada saya.
Mereka tak tahu, mereka sudah kehilangan anak mereka. Jika begitu,
mengapa mereka menyebut diri mereka orang tua. Saya lebih suka
menganggap mereka orang lain. (Hlm. 84).
(187) Saya menikmati dunia ini. Bukan perangkap. Ini hanya celah
tersembunyi dalam kehidupan bertata krama di luar sana. Saya
mendapatkan pergaulan yang indah di dalam sini. (Hml. 84).
(188) Serbuk ini juga telah membawa saya pada hubungan yang makin
menyenangkan dengan Vela. Saya tak perlu bertanya-tanya lagi
tentang perasaan aneh yang menjalar di tubuh saya setiap kali melihat
perempuan menarik. Saya tahu, saya berbeda. Saya berani mengatakan
bahwa saya lesbian. Tapi seperti juga merahasiakan bahwa saya
pemakai, saya tak mau berterus terang bahwa saya lesbian. Siapa yang
harus dipersalahkan bila di dunia ini saya mendapat tempat untuk
berkata-kata dengan lapang. (Hlm. 89).
Setelah Arimbi bertemu dengan Vela, Arimbi sangat bahagia, Arimbi merasa
kehidupannya dengan Vela, membuat dirinya terasa bahagia, karena mereka berdua
narkoba, mereka sangat senang dengan kehidupan dunia mereka yaitu, dunia narkoba.
Sampai pada akhirnya Arimbi dan Vela, overdosis. Hal ini terlihat dalam kutipan
berikut:
(189) Mereka memenjarakan saya di atas kasur keras ini. Memberi saya
makan tiga kali sehari, yang berkali-kali saya muntahkan kembali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
63
mempermasalahkan kedua orang tuanya yang selalu saja menikmati hidup mereka
sendiri-sendiri tanpa memikirkan kehidupan anak mereka. Kepergian Vela lah yang
membuat Arimbi berusaha untuk melepaskan diri dari narkoba, karena bagi Arimbi
Vela adalah kehidupan baru bagi dirinya, untuk bisa bertahan hidup.
pernah mendapatkan rasa aman baik dalam keluarga, lingkungan, maupun dalam
kehidupannya. Hal ini terlihat dalam kutipan no. (128-129). Arimbi tidak pernah
bebas, setiap kali berangkat ke sekolah, Arimbi selalu diantar-jemput oleh sopirnya,
terlihat dalam kutipan no.(130-131). Rasa tidak aman juga dirasakan oleh Arimbi
ketika bangun pagi hari, seperti terlihat dalam kutipan no. (132-133). Rasa cemas
juga dirasakan Arimbi ketika ayahnya memukul ibunya sampai pingsan, terlihat
dalam kutipan no. (134-137). Kegelisahan juga yang dirasakan Arimbi, merasa
bingung untuk mengenal dirinya sendiri, seperti terlihat dalam kutipan no. (138).
Kegelisahan juga yang dirasakan Arimbi, saat ia mengetahui dirinya lesbian, seperti
kutipan no. (139-142). Perasaan kuatir juga yang dirasakan Arimbi, seperti dalam
kutipan no. (143-144). Perasaan kuatir juga yang terjadi pada Arimbi, ketika bertemu
dengan Rajib, seperti terlihat dalam kutipan no. (145-148). Arimbi merasa kuatir
untuk mencoba narkoba yang ditawarkan Rajib, seperti terlihat dalam kutipan no.
(149). Arimbi merasa gelisah dan tidak bisa tidur, karena menghirup narkoba, seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
dalam kutipan no. (150-151). Kegelisahan selalu menyelimuti Arimbi bila tidak
memakai narkoba, seperti kutipan no. (152). Arimbi merasa gelisah dan sedih, karena
orang tuanya selalu saja mementingkan kehormatan dan nama baik keluarga, seperti
terlihat dalam kutipan no. (153). Rasa tidak aman juga yang dirasakan Arimbi, pada
saat Rajib dan Vela tidak ada dekatnya, terlihat dalam kutipan no. (154-156).
seperti terlihat dalam kutipan no. (157). Tidak adanya penghargaan atas dirinya
seperti terlihat dalam kutipan no. (158-159). Kebutuhan penghargaan atas dirinya
tidak pernah Arimbi perhatikan, seperti terlihat dalam kutipan no. (160-162). Arimbi
ingin dihargai oleh orang tuanya, seperti terlihat dalam kutipan no. (163-167). Arimbi
merasa bahwa kedua orang tuanya tidak pernah menghargai dirinya, seperti terlihat
kutipan no. (168-171). Arimbi merasa orang tuanya tidak pernah memperdulikan
dirinya, terlihat dalam kutipan no. (172-175). Arimbi tidak merasa betah berada
bersama orang tuanya, seperti terlihat dalam kutipan no. (176-178). Arimbi merasa
tidak betah hidup bersama orang tuanya, karena semua keinginan Arimbi untuk
mendapatkan kebahagiaan tidak terwujud, seperti terlihat dalam kutipan no. (179-
182). Harapan Arimbi untuk bisa hidup bahagia bersama orang tuanya menjadi sirna,
seperti terlihat dalam kutipan no. (183-185). Arimbi menjadi pecandu narkoba,
seperti terlihat dalam kutipan no. (186-188). Arimbi merasa bahagia hidup dengan
Vela, terlihat dalam kutipan no. (189-192). Akibat kepergian Vela, Arimbi berusaha
melepaskan diri dari narkoba, seperti terlihat dalam kutipan no. (193-195).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Kebutuhan Dasar.
Rasa takut yang dialami oleh tokoh Arimbi, merupakan salah satu akibat dari
tekanan batin. Seseorang yang merasa hidupnya tidak aman dan nyaman, jika
dipenuhi dengan ketakutan. Begitu juga yang dirasakan oleh Arimbi, ketika Arimbi
berada bersama orang tuanya. Arimbi merasa takut dengan perbuatan ayahnya, yang
memukul ibunya sampai pingsan dan keluar darah. Arimbi merasa bahwa perbuatan
dari ayahnya sangat keterlaluan. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:
(196) Di kamar ini, kesendirian adalah hal yang menyengat. Sebab di rumah
saya kerap ada pertunjukkan lenong di pagi hari. Lenong pertengkaran.
Seperti suatu kali saya ingat. Dari arah kamar orang tua saya terdengar
suara obrolan dalam suara yang cukup keras. Mula- mula hanya berupa
obrolan dalam suara obrolan. Lama- lama pertengkaran, akhirnya
cekcok hebat. Lalu cekcok mulut menjadi sengketa dan arena caci
maki. Kemudian perang mulut tak berbendung dengan teriakkan
melengking. (Hlm. 32).
(197) Kemudian papa tanpa bicara apa-apa langsung mengayunkan tangan
kanannya yang besar dan berotot ke wajah mama. Suara pukulan itu
kencang. Mama mengadu. Tidak hanya sekali. Papa mengayunkan
satu tamparan lagi dengan punggung telapak tangan. Terus beberapa
kali saya bergidik. Dia menampar mama seperti tukang sate
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Rasa takut juga dialami Arimbi, ketika ia merasa bingung dengan perasaannya
sendiri. Arimbi merasa tidak mengenali orang tuanya. Dia merasa tersiksa hidup
(201) Saya bingung dengan perasaan saya sendiri. Saya saya tak mengenali
orang tua saya. Dan saya mulai tak mengenali diri sendiri. Saya panik.
Pikiran saya berkecamuk tak tentu arah. (Hlm.56).
(202) Di rumah saya tersiksa dengan du orang yang selalu bergumul dengan
nafsu masing- masing. Di luar rumah saya bergumul dengan diri
sendiri. Mempertanyakan perasaan aneh yang semakin lama semakin
mencekram saya dalam kebingungan yang menyiksa. (Hlm. 56).
Rasa takut juga dirasakan Arimbi, pada saat dia mengetahui dirinya lesbian.
Arimbi merasa ada sesuatu yang aneh terjadi pada dirinya. Dan dia juga selalu
bertanya, mengapa ini terjadi pada dirinya, siapa yang harus saya persalahkan. Hal ini
67
Rasa takut juga yang dirasakan Arimbi, ketika ibunya mengetahui kalau
(208) Saya sudah mencium ge lagat buruk, ketika selama seharian saya
dilanda rasa cemas. Bukan karena sakaw. Tapi naluri saya mengatakan
sesuatu yang mengerikan akan datang. Gelas minum saya terjatuh
sendiri di meja. Sandal saya putus sebelah, dan televisi di kamar saya
mendadak mati. Saya tak percaya tahayul. Tapi batin saya mengatakan
sesuatu yang buruk sedang berjalan ke arah saya. (Hlm. 94).
(209) “Kamu bohongi orang tuamu, Ari! Bikin malu kamu!! Mau ditaruh
mana muka mama kalau semua orang tahu kamu pecandu narkotika!
Mau ditaruh di mana muka mama? Jawaaaab!!!”. (Hlm. 95).
Rasa takut juga dialami Arimbi, ketika Vela overdosis. Arimbi takut
kehilangan Vela, Arimbi takut terjadi sesuatu pada Vela. Hal ini terlihat dalam
kutipan berikut:
(210) Saya gemetar. Pasti kelewat banyak pil yang sudah ditelan. Vela
mengeluarkan bunyi yang aneh. Saya segera melempar tatapan saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
pada mulutnya. Astaga! Berbusa. Saya begitu panik. Tak saya buang
waktu lagi untuk cepat-cepat menghubungi Igil, kakaknya. Saya
berlari ke telepon umum. Tangan saya gemetar menekan tombol.
Untung Igil cepat datang dihubungi di rumah tante. (Hlm. 112).
(211) Vela diangkut ke rumah sakit dekat rumah kos. Rumah sakit Jakarta.
Dia hampir mati karena overdosis. (Hlm. 112).
(212) Saya menungguinya semalam suntuk. Berhari- hari.
Saya bangun dan tidur bersamanya.
Saya menghitung nafasnya.
Pikiran saya berputar. Perasaan saya tertindih diantara lapar, tertekan
dan ketakutan. Ini kehidupan yang sengsara. (Hlm.113).
Dengan terjadinya overdosis pada diri Vela, Arimbi merasa sangat takut,
ketakutan itulah yang membawa Arimbi pada sebuah kesadaran, bahwa narkoba
sudah tidak penting lagi bagi dirinya. Karena takut kehilangan Vela, Arimbi
mengambil sebuah keputusan untuk berhenti dari narkoba. Hal ini terlihat dalam
kutipan berikut:
Penyakit mental ditandai dengan fenomena ketakutan, pahit hati, hambar hati, apatis,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Selain kekalutan mental, ketakutan merupakan salah satu ciri orang yang
memiliki kepribadian yang tidak sehat. Seseorang yang berperilakunya tidak sehat,
hidupnya selalu dipenuhi konflik batin dan tegangan, selalu dikuasai oleh macam-
macam maslah serta diri merasa tidak aman. (Kartono, 1989:5). Dengan Arimbi
adalah seseorang yang mengalami ketegangan batin yang kronis dan memiliki pribadi
yang tidak sehat. Hal ini disebabkan karena ketakutan-ketakutan yang ada pada
dirinya.
Setiap orang sangat membutuhkan rasa percaya diri. Seseorang yang sangat
rasa percaya diri, dia harus bisa menghargai diri sendiri dan menerima diri apa
adanya. Namun tidak demikian dengan tokoh Arimbi, Arimbi tidak pernah merasa,
menghargai dirinya. Inilah yang menyebabkan Arimbi putus asa. Arimbi selalu
membenci dengan keadaan dirinya ketika banyak persoalan yang membebani dirinya.
(215) Kalau boleh saya sebut siapa musuh terbesar dalam hidup saya, dia
adalah diri saya sendiri. Dia yang tak pernah saya kenali. Dia yang tak
pernah saya mengerti. Dia yang tak pernah bisa kompromi. Dia yang
bahkan sulit saya usir dari tubuh saya sendiri. (Hlm. 23).
(216) Saya mulai membenci diri sendiri sejak usia sebelas. Ketika sudah
habis masa- masa indah menertawai dunia dengan otak anak kecil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Ketika usia mulai membebani saya dengan banyak persoalan yang tak
saya sukai. (Hlm. 23).
Arimbi juga merasa sangat tidak percaya diri, untuk bisa membantu ibunya
dari tindakan ayahnya, yang sering memukul ibunya. Arimbi sangat menyesal, karena
tidak bisa mencari cara untuk membantu ibunya. Hal ini terlihat dalam kutipan
berikut:
(217) Kali ini saya tak punya keberanian lagi untuk membuka mata. Bunyi
gemeletar gesper yang dicambukkan ke tubuh, seperti petasan yang
pekak di telinga. Tarrr!Tarrr!Tarrr! Bahkan suara rintihan mama sudah
tenggelam dalam bunyi siksa. Berkali-kali papa mencambuk. Berkali-
kali. Puluhan kali! (Hlm. 40).
(218) Saya mulai menangis. Bukan hanya telinga saya kini yang menjadi
ingin pecah. Hati saya bahkan sudah seperti siap meledak. Saya
menengok ke segala penjuru. Berharap ada seseorang muncul dan bisa
menghentikan tindakkan biadab papa. Tapi tak ada seorang pun.
Orang terdekat semestinya sopir. Dan saya. (Hlm. 40).
(219) Tapi saya tidak melakukan apa-apa.
Bunyi itu terus bergeletar. (Hlm .40)
Rasa tidak percaya diri juga yang dialami Arimbi, yang membuat dirinya
terperangkap dalam dunia narkoba. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:
71
Akibat dari rasa tidak percaya diri, menyebabkan Arimbi putus asa dan masuk
ke dalam dunia narkoba. Dia terperangkap dengan kehidupan barunya yaitu dunia
narkoba. Seseorang yang merasa tidak percaya diri, adalah seseorang yang tidak bisa
menerima dan menghargai orang lain, karena ia sendiri belum bisa menghargai dan
menerima dirinya.
(222) Saya menjadi lesbian karena kemarahan? Jika itu benar, alasannya
memang ada. Saya membenci figur laki- laki, karena laki- laki yang
saya lihat di rumah saya adalah laki- laki penyiksa. Saya tak menyukai
figur perempuan bodoh dan pengecut. (Hlm. 215).
Fustrasi adalah suatu keadaan, di mana suatu kebutuhan tidak bisa terpenuhi
dan tujuan tidak bisa tercapai, sehingga orang kecewa dan mengalami suatu halangan
Arimbi mengalami frus trasi disebabkan oleh kedua orang tuanya, yang tidak
menyebabkan Arimbi terjerumus dalam dunia narkoba. Hal ini terlihat dalam kutipan
berikut:
(223) Saya merasa, saya adalah anak yang menderita. Sebab saya tidak
mengenali orang tua saya, dan mereka tidak mengenali saya. Kami
seperti orang lain. Bahkan pada fase saat saya sudah begini sengsara,
tak ada satu gairah pun pada diri saya untuk berusaha merengkuh
perhatian mereka. Saya sudah mati angin. (Hlm. 126).
(224) Bagi saya narkoba seperti perempuan-perempuan binal yang selalu
berhasil menggeletakkan nafsu lelaki dan membuat mereka mudah
sejenak melupakan anak- istri. Apa bedanya dengan nanrkoba?. (Hlm.
145).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan
aktualisasi diri yang dialami oleh tokoh Arimbi, membuat Arimbi mengalami
Dengan demikian, dari ketakutan, tidak percaya dir dan frustrasi yang dialami
dalam hidupnya membuat Arimbi sangat tertekan. Puncak dari semua permasalahan
berawal dari pertengkaran orang tuanya. Arimbi merasa tertekan batinnya melihat
ayahnya sering memukul ibunya sendiri. Arimbi merasa bahwa kedua orang tuanya
Akibat dari perbuatan kedua orang tuanya yang tidak pernah memperhatikan
Arimbi, menyebabkan Arimbi mengambil keputusan untuk mencari dunia baru yang
bisa menerimanya, yaitu dunia narkoba. Inilah yang menyebabkan Arimbi tertekan
batinnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
bahwa tokoh utama dalam novel Detik Terakhir Karya Alberthiene Endah adalah
Arimbi. Hal ini dikarenakan sejak awal hingga akhir cerita, baik sebagai pelaku
kejadian maupun dikenai kejadian. Sebagai pelaku kejadian Arimbi hadir dan dikenai
tekanan batin berkaitan dengan kehidupan yang dihadapi selama berada bersama
Dalam novel Detik Terakhir, peneliti menggunakan dua unsur yaitu tokoh
dan latar. Melalui dua unsur itu (tokoh dan latar) dapat dilihat tokoh Arimbi sebagai
keluarga, yaitu kurangnya kasih sayang dari orang tua, dia sering mendapatkan orang
tuanya selalu saja bertengkar, adanya perselingkuhan dan orang tuanya selalu saja
tidak pernah memperhatikannya. Arimbi, anak dari seorang pengusaha yang terkenal.
Orang tuanya meiliki perusahan dan dunia bisnis. Tokoh tambahan dalam novel Detik
Terakhir ini yang kehadirannya dan keberadaannya sebagai penunjang tokoh utama
sangat besar antara lain Papa Arimbi, Mama Arimbi, Vela dan Rajib.
Sekolah, Rumah, dan Rumah sakit. Jakarta tempat tinggal Arimbi, Cisarua
73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
bersama orang tuanya, sedangkan sekolah adalah tempat Arimbi belajar, rumah
adalah tempat tinggal Arimbi bersama orang tuanya dan Rumah sakit adalah tempat
pengobatan Arimbi dalam proses penyembuhan. Latar waktu dalam novel Detik
Terakhir digambarkan pada pagi, siang, dan malam. Sedangkan latar sosialnya dapat
dilihat dari status sosiai keluarga Arimbi kaya, pengusaha terbesar, dan juga sangat
Sebagai manusia normal, Arimbi juga mempunyai kebutuhan akan rasa aman,
kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Namun kebutuhan-
kebutuhan itu tidak didapatkan oleh Arimbi. Sebagai seorang anak, apalagi sebagai
wanita Arimbi merasa tidak berharga dan selalu merasa ada perasaan takut. Tidak
adanya penghargaan terhadap dirinya disebabkan oleh perilaku orang tuanya yang
penghargaan membuat kebutuhan aktualisasi diri Arimbi tidak terpenuhi. Akibat dari
Arimbi terjerumus dan menjadi pecandu narkoba, akibat dari perbuatan kedua orang
tuanya yang tidak pernah membuat Arimbi merasa bahagia dan diperhatikan. Orang
tuanya hanya sibuk dengan mengurus perusahaan mereka sendiri-sendiri, dan selalu
saja bertengkar setiap hari. Hal inilah yang membuat Arimbi merasa hidupnya
tertekan. Wujud tekanan batin yang dialami Arimbi adalah rasa takut, rasa tidak
75
4.2 Saran
penelitian analisis berdasarkan tahap awal, berupa struktur tokoh dan latar.
Sebenarnya masih banyak lagi permasalahan yang dapat diangkat sebagai bahan
penelitian ini. Misalnya saja, dengan memakai pendekatan sosiologi. Hal ini dapat
dilihat dari adanya perbedaan antara golongan masyarakat menengah ke atas dan
DAFTAR PUSTAKA
Luxemburg, Jan Van (dkk). 1984. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia.
Roekhan. 1987. “Ruang Lingkup Kajian Psikologi Sastra” Dalam Nurhadi (Ed.)
Kapita Selekta Kajian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya. Malang: YA3 :
144.
Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka
Jaya.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1995. Teori Kesusteraan. Terjemahan oleh Melani
Budianta. Jakarta: Gramedia.
LAMPIRAN
Novel ini menceritakan kisah hidup seorang gadis yang bernama Arimbi.
Dia adalah anak orang kaya. Orang tuanya juga mempunyai banyak usaha. Bagi
kehidupan yang harmonis dalam keluarga bersama kedua orang tuanya. Orang tua
Arimbi selalu sibuk dengan dunianya masing- masing. Ayah Arimbi adalah
pemilik bisnis perkabunan kelapa sawit di Sumatra, usaha ritel di Jakarta, dan
bisnis properti. Ibu Arimbi mempunyai bisnis Even Organizer terutama bergerak
dibidang pameran lukisan. Ibu Arimbi memiliki kantor sendiri yang tidak jauh
dari rumah.
tidak pernah merasakan bisa berkumpul bersama dengan orang tuanya di saat
Arimbi pulang dari sekolah, padahal Arimbi sudah mengharapkan, bahwa setelah
pulang sekolah ia bisa dijemput oleh kedua orang tuanya, tetapi harapannya hanya
Akibat dari kesibukkan kedua orang tuanya, Arimbi pergi dari rumahnya
untuk mencari kebahagiaan yang tidak pernah dia dapat dari keluarganya. Selain
orang tuanya sibuk, Arimbi juga merasa tidak percaya terhadap orang tuanya,
dikarenakan sifat orang tuanya yang tidak pernah membuat bahagia dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
selingkuh dengan seorang pelukis muda teman kerjanya. Dari situlah Arimbi
mulai merasa benci, dan tidak percaya kepada kedua orang tuaya. Arimbi merasa
bahwa kedua orang tuanya tidak menginginkan Arimbi untuk bisa berada bersama
mereka di rumah. Kebahagiaan yang diinginkan Arimbi untuk bisa hidup aman
dengan ayah, dan ibunya tidak pernah Arimbi rasakan. Semua impian dan
harapannya tidak terpenuhi. Arimbi menjadi putus asa denga n melihat segala
seorang pengedar narkoba. Rajib memberikanya putauw, setelah itu Arimbi mulai
ketagihan dan menemukan dunia yang baru, bersama dengan tema n-temannya dan
menjadi pecandu narkoba. Arimbi bersama tema nnya memakai narkoba di Kafe,
Kos teman, dan diskotik. Arimbi juga terjerumus dalam dunia lesbian. Arimbi
sangat merasa aman untuk berhubungan dengan sesama perempuan. Nama teman
lesbia nnya adalah Vela. Vela juga merasa aman dan terlindung dengan
mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tua dan keluarga
mereka.
Awalnya, kelakuan Arimbi tidak diketahui oleh kedua orang tuanya, tetapi
ibunya merasakan ada gelagat buruk terhadap tingkah laku Arimbi dan akhirnya
ketahuan juga, kalau Arimbi adalah pecandu narkoba. Orang tua Arimbi menjadi
berada dipanti rehabilitasi, Arimbi selalu berusaha untuk bunuh diri karena dia
BIOGRAFI
Tugas akhir yang disusun penulis yang berjudul Tekanan Batin Tokoh Arimbi
dalam novel Detik Terakhir karangan Alberthiene Endah Tinjauan Psikologi Sastra
1998), kemudian melanjutkan studi di SMU Katholik St. Fransiskus Saverius Ruteng
(1998-2001).
Kajong-Flores-NTT 86511.