Anda di halaman 1dari 9

Peningkatan Kemapuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

Dengan Model Pembelajaran Creative Problem Solving


Rostina Sundayana1, Ekasatya Aldila Afriansyh2 dan Ikhsan Faturohman3*

1
Pendidikan Matematika, Institut Pendidikan Indonesia, Jl. Pahlawan No.32 Sukagalih, Garut,
Jawa Barat 43216, Indonesia
r_sundayan@yahoo.co.id

2
Pendidikan Matematika, Institut Pendidikan Indonesia, Jl. Pahlawan No.32 Sukagalih, Garut,
Jawa Barat 43216, Indonesia
Ekasatyafriansyah@institutpendidikan.ac.id

3
*Pendidikan Matematika, Institut Pendidikan Indonesia, Jl. Pahlawan No.32 Sukagalih, Garut,
Jawa Barat 43216, Indonesia
Ikhsanfatur15@gmail.com

Artikel diterima: 11 Mei 2019, direvisi: 19 Juni 2019, diterbitkan: -

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan bukti empiric serta mengetahui bagaimana
peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan penggunakan model
pembelajaran Creative Problem Solving. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuasi eksperimen dengan satu kelas sabagai kelas eksperimen, Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini berupa soal tes uraian yang diberikan sebelum dan setelah diterapkannya model
pembelajaran, dengan pokok bahasan materi fungsi. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas X SMAN 25 Garut dengan sampel satu kelas yaitu, kelas X MIA 3 sebanyak 32 siswa.
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara statistik peningkatan kemampuan berpikir kreatif
matematis kelas Creative Problem Solving bartaraf sedang, maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang menggunakan model
Creative Problem Solving.

Kata Kunci: Creative Problem Solving, Berpikir Kreatif Matematis, Soal Tes Uraian.

Increased Ability of Student Mathematical Creative Thinking with Learning


Model of Creative Problem Solving
Abstract
The purpose of this study was to obtain empirical evidence and find out how to improve students'
mathematical creative thinking skills by using Creative Problem Solving learning models. The
method used in this study is quasi-experimental with one class as an experimental class. The
instruments used in this study are descriptive test questions that were given before and after the
implementation of the learning model, with the subject matter of the function. The population in
this study were all students of class X SMAN 25 Garut with a sample of one class, namely, class X
MIA 3 as many as 32 students. The results showed that statistically an increase in the ability of
mathematical creative thinking of the Creative Problem Solving class in the middle class, it can be
concluded that there was an increase in mathematical creative thinking abilities of students using
the Creative Problem Solving model.

Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 1


Keywords: Creative Problem Solving, Mathematical Creative Thinking, Description Test
Questions

I. PENDAHULUAN menuntut siswa untuk menyelesaikan soal


Kemampuan berpikir kreatif matematis dalam beragam cara atau banyak jawab.
merupakan kemampuan yang strategis untuk Dalam mengembangkan kemampuan
dikembangkan dan harus dimiliki oleh berpikir kreatif matematis siswa diperlukan
seseorang, melalui proses kreatif matematis, kesalerasan kreatifitas dari unsur-unsur
konsep pemikiran dan wawasan siswa pendidikan metematika, terutama guru sebagai
terhadap matematika serta dalam kehidupan pengajar yang dituntut dapat menghidupkan
sehari-hari akan semakin terbuka luas, dan menstimulus siswa dalam berpikir kreatif.
sehingga tidak hanya terfokus pada topik yang guru disamping memberikan motivasi juga
sedang dipelajarinya saja. harus mampu memberikan ide dan gagasan
Bercermin pada pemaparan diatas yang relatif berbeda sehingga siswa mampu
bahwa berpikir kreatif merupakan hal yang menemukan sesuatu yang baru disetiap proses
penting dalam kehidupan pendidikan, namun pembelajarannya.
permasalahannya masih banyak siswa yang Berdasarkan latar belakang yang telah
beranggapan bahwa matematika merupakan dimunculkan, masalah peneelitian ini
pelajaran yang sulit dan masih lemahnya dirumuskan dalam pertanyaan: Bagaimana
kemampuan berpikir kreatif siswa, hal Peningkatan kemampuan berpikir kreatif
tersebut merupakan buah dari proses matematis siswa dengan model pembelajaran
pendidikan matematika kita yang lemah dan Creative Problem Solving (CPS)?
monoton, hal ini disebabkan oleh beberapa Berdasarkan apa yang telah dibahas
faktor diantaranya pembelajaran matematika sebelumnya, tujuan dalam penelitian ini adala
di kelas yang masih cenderung memaksakan mengetahui terdapat atau tidak terdapat
cara berpikir siswa dengan cara berpikir yang peningkatan yang signifikan kemampuan
dimiliki gurunya. Akibatnya siswa hanya berpikir kreatif matematis siswa dengan
mencontoh apa yang dikerjakan guru, tanpa menggunakan model Creative Problem
makna dan pengertian sehingga dalam Solving.
menyelesaikan soal siswa beranggapan cukup Adapun tahapan dari kemampuan
dikerjakan seperti apa yang dicontohkan, berpikir kreatif diuraikan sebagai berikut
umumnya guru hanya menjelaskan apa yang (Rakhmat, 2008);
telah dipersiapkan sebelumnya, sedangkan a. Orientasi: Masalah dirumuskan dan
siswa hanya sebagai penerima informasi. aspek-aspek masalah diidentifikasi.
Akibatnya siswa hanya mampu mengerjakan b. Preparasi: Pikiran berusaha
apa yang telah dicontohkan oleh guru tanpa mengumpulkan sebanyak mungkin
tahu makna dan pengertian dari apa yang informasi yang relevan dengan
mereka kerjakan. Hal tersebut sangat bertolak masalah.
belakang dengan prinsip berpikir kreatif c. Inkubasi: Pikiran beristirahat
pembelajaran matematika, yang salahsatunya sebentar,ketika berbagai pemecahan

2 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika


Volume 7, Nomor 3, September 2018
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
berhadapan dengan jalan buntu. Pada memecahkan masalah dengan sistem yang
tahap ini, proses pemecahan masalah dinamis dan fleksibel sehingga mampu
berlangsung terus dalam jiwa bawah mengembangkan berpikir kreatif dan logis.
sadar kita. Adapun sintak dari model
d. Iluminasi: Masa inkubasi berakhir pembelajaran Creative Problem Solving
ketika pemikir memperoleh semacam menurut (Pepkin, 2004) yaitu:
ilham, serangkaian insight yang a. Klarifikasi Masalah, meliputi
memecahkan masalah. pemberian penjelasan kepada siswa
e. Verifikasi: Tahap terakhir untuk tentang masalah yang diajukan, agar
menguji dan secara kritis menilai siswa dapat memahami tentang
pemecahan masalah yang diajukan penyelesaian yang diharapkan.
pada tahap keempat. b. Pengungkapan Gagasan, siswa
Kemudian indikator berpikir kreatif dibebaskan untuk menungkapkan
menurut Torrance (Bloom, 1998), gagasan tentang berbagai macam
menegmukakan empat indikator berpikir strategi penyelesain masalah.
kreatif matematis yaitu; c. Evaluasi dan Seleksi, setiap kelompok
a. Kelancaran (fluency), yaitu mendiskusikan pendapat-pendapat atau
memepunyai banyak ide/gagasan strategi-strategi yang cocok untuk
dalam berbagai kategori menyelesaikan masalah.
b. Keluwesan (flexibility), yaitu d. Implementasi, siswa menurunkan
mempunyai ide/gagasan yang Strategi yang dapat diambil untuk
beragam. menyelesaikan masalah, kemudian
c. Keaslian (originality), yaitu menerapkannya sampai menemukan
mempunyai ide/gagasan baru dalam penyelesaian dari masalah tersebut.
menyelasaikan persoalan.
d. Elaborasi (elaboration), yaitu II. METODE
mengembangkan ide/gagasan untuk Metode yang digunakan peneliti adalah
menyelesaikan masalah secara rinci. metode kuasi eksperimen, yaitu metode yang
Kemudian model yang digunakan digunakan untuk melihat suatu pengaruh
dalam penelitian ini merupakan model model pembelajaran.
pembelajaran Creative Problem Solving, a. Populasi dan Sampel
dimana model ini adalah suatu model Penelitian ini dilakukan di SMAN 25 Garut
pembelajaran yang berpusat pada kemampuan dengan Populasi Seluruh siswa kelas X.
pemecahan masalah yang diikuti dengan Sampel pada penelitian ini adalah kelas X IPA
penguatan kreativitas dan mengembangkan 3 sebagai kelas eksperimen.
kemampuan berpikir kreatif (Prayogo, 2011). b. Desain Penelitian
Menurut Lim dkk, (2010) bahwa model Desain merupakan kerangka, pola, atau
pembelajaran Creative Problem Solving rancangan yang menggambarkan arah
merupakan model pembelajaran yang berpusat penelitian. Adapun desain penelitian ini
pada pembelajaran dan keterampilan adalah sebagai berikut:

Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 3


Volume 7, Nomor 3, September 2018
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
yang digunakan merupakan data diskrit yaitu
O X O data yang berupa sebaran atau data yang tidak
------------------------- disajikan dalam bentuk interval. Uji
Keterangan: normalitas digunakan untuk mengetahui
O = Instrumen tes awal dan tes akhir apakah skor pretest yang diperoleh dari kelas
X1 = Perlakuan dengan model pembelajaran penelitian tersebut sebaran datanya
Creative Problem Solving berdistribusi normal atau tidak.
--- = Pengambilan sampel idak dilakukan Hasil dari uji normalitas data disajikan
secara acak. dalam tabel berikut:
c. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah tes kemampuan berpikir kreatif
berupa tes tulis yang terdiri dari tes awal (pre-
test) dan tes akhir (post-test). Tes awal
digunakan untuk mengukur kemampuan awal Tabel 1
siswa terhadap peningkatan kemampuan Hasil Uji Normalitas Data
berpikir kreatif sebelum mendapatkan Pretest dan Posttest
pengajaran dengan model yang akan Lmak Ltabe
Kelas Kriteria
diterapkan. Sedangkan tes akhir dilaksanakan s l
CPS
setelah diberi perlakuan, dan digunakan untuk
sebelum Tidak
mengatahui peningkatan kemampuan berpikir pembelajara 0.17 0.15 Berdistribu
kreatif detelah dapat perlakuan. n 5 9 si Normal
CPS
Bentuk dari tes merupakan tes uraian yang sesudah
terdiri dari 4 butir soal kemampuan berpikir pembelajara 0.13 0.15 Berdistribu
kreatif. Soal tersebut sebelumnya telah n 1 9 si Normal
diujukan pada kelas dengan jenjang yang lebih
Berdasarkan data pada Tabel 1
tinggi yang mana kelas tersebut telah
diperoleh informasi bahwa nilai Lmaks=175
mempelajari materi fungsi dan relasi
sebelumya, setelah dilakukan uji coba, dat kelas yang menggunakan model pembelajaran
tersebut diolah dengan mengukur validitas, Creative Problem Solving sebelum
reliabilitas, daya pembeda, serta tingkat pembelajaran, dan Ltabel =0.159, Jadi, Lmaks >
kesukaran. Hal tersebut digunakan untuk Ltabel sehingga data posttest kelas yang
menjadi tolak ukur kualitas butir soal yang mendapatkan model pembelajaran Creative
akan diberikan. Problem Solving tidak berdistribusi normal.
Sedangkan data yang diperoleh sesudah model
pembelajaran diterapkan, diperoleh Lmaks
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
kelas yang menggunakan model pembelajaran
a. Analisis Data
Creative Problem Solving adalah 0,131 dan
1) Uji Normalitas
Ltabel dengan derajat kebebasan 5% adalah
Untuk menguji normalitas data pretest 0,159 yang menunjukan bahwa data tersebut
peneliti penggunakan uji Liliefors karena data berdistribusi normal.
4 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 7, Nomor 3, September 2018
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
2) Analisis Gain Ternormalisasi terdapat pula siswa yang memperoleh
meningkatan yang tinngi maupun rendah.
Untuk mengetahui seberapa besar
peningkatan kemampuan berpikir kreatif b. Deskripsi Hasil Tes
matematis pada kelas Creative Problem Penelitian dilaksanakan kurang
Solving dapat dilihat pada tabel berikut: lebih selama tiga minggu dengan jumlah enam
Tabel 2 kali pertemuan yaitu pada tanggal 23 Januari
Deskripsi Data Tes AkhirMenggunakan 2019 sampai tanggal 8 Februari 2019, untuk
Gain Ternormalisasi populasi yang diambil adalah seluruh siswa
Kelas Jumlah Ratarata Simpanga kelas X SMA Negeri 25 Garut dangan sampel
siswa n baku
kelas yang telah ditentukan oleh guru
Creative 32 0,56 2,72
Problem sebelumnya yaitu kelas X IPA 3 dengan
Solving jumlah 32 siswa sebagai kelas eksperimen,
kelas tersebut pertama diberikan pretest
Pada tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa dengan tujuan melihat kemampuan awal kelas
nilai rata-rata indeks gain untuk kelas Cretive tersebut, kemudian setelah proses
Probem Solving adalah 0.56, maka nilai pembelajaran selesai siswa kembali diberikan
tersbut dapat dikatakan tergolong sedang tes berupa posttest untuk melihat kemampuan
secara statistik, dengan presentase siswa setelah pembelajaran dengan model
Tabel 3 pembelajaran Creative Problem Solving.
Presentasi Gain Ternormalisasi
Dalam penelitian ini peneliti
Interpretas membuat perangkat pendidikan berupa RPP
No fi Persentase yang disesuaikan dengan jumlah pertemuan
i Gain
1 Rendah 4 12.5 yang diberikan, disertakan LKS untuk
2 Sedang 20 62.5 menguji sejauh mana penerimaan
3 Tinggi 8 25 pembelajaran yang didapat siswa, Dengan
Jumlah 32 100 menggunakan LKS pada kelas yang
mendapatkan model pembelajaran Creative
Berdasarkan tabel 5 diperoleh Problem Solving siswa diarahkan untuk dapat
kesimpulan bahwa peningkatan kelas Creative mencari solusi dari permasalahan secara
Problem Solving termasuk kedalam ketegori kreatif,
sedang dengan jumlah 32 siswa 62.5% Seperti yang telah dijelaskan bahwa
termasuk kategori sedang, 25% termasuk Pembelajaran menggunakan model
kategori tinggi dan 12% termasuk kategori pembelajaran Creative Problem Solving ini
rendah. dibantu dengan Lembar Kerja Siswa (LKS),
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lembar evaluasi dan Buku paket untuk
data dari hasil analisis indeks Gain memudahkan peneliti dalam menyampaikan
ternormalisasi menunjukan Peningkatan materi sebagai media pembelajaran. Pada awal
kemampuan berpikir kreatif siswa dengan pelaksanaan proses pembelajaran di kelas
model pembelajaran Creative Problem yang mendapatkan model pembelajaran
Solving secara umum berkategori sedang, Creative Problem Solving, umumnya siswa
Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 5
Volume 7, Nomor 3, September 2018
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
masih tampak belum mengerti dan memahami dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal siswa
proses pembelajaran. Siswa masih bingung dipersiapkan untuk dapat mengingat kembali
dengan pembelajaran yang dilakukan secara pelajaran yang telah mereka peroleh
berkelompok yang terdiri dari lima sampai sebelumnya yang dapat menunjang dalam
enam orang per-kelompok secara heterogen penyelesaian masalah dengan cara
dan siswa harus mengerjakan LKS yang memberikan pertanyaan-pertanyaan yang
menuntun siswa dalam mencari berbagai berkaitan dengan materi fungsi. Selain itu,
macam cara dalam menyelesaikan siswa diberikan motivasi berkaitan dengan
permasalahan mengenai materi fungsi. pembelajaran yang dilakukan.
Pada saat mengerjakan LKS, siswa Selanjutnya peneliti akan membahas
masih perlu dibimbing oleh peneliti sebab mengenai perkembangan siswa pada setiap
siswa belum terbiasa menggunakan LKS pertemuan, Pertemuan pertama di kelas yang
sebagai media pembelajaran. Namun, pada mendapatkan model pembelajaran Creative
pertemuan kedua dan selanjutnya Problem Solving dibahas mengenai fungsi
pembelajaran sudah bisa dikondisikan sesuai linear. Siswa diberikan permasalahan
dengan perencanaan. Beberapa siswa kelas X dilibatkan dalam kehidupan sehari-hari yang
IPA 3 SMA Negeri 25 Garut yang dijadikan menggambarkan pola bilangan. Solusi
sebagai kelas eksperimen dengan model permasalahan dari fungsi linear bisa siswa
pembelajaran Creative Problem Solving tidak pahami sebab siswa menemukan sendiri
terlalu antusias karena pembelajaran tidak dengan cara berdiskusi bersama kelompoknya
seperti biasanya, namun kebanyakan siswa masing-masing yang kemudian
mengaku bahwa dengan menggunakan model dipersentasikan untuk menyamakan solusi
pembelajaran Creative Problem Solving permasalahan tersebut. Pembelajaran
suasana kelas menjadi lebih hidup dan berlangsung sesuai dengan langkah-langkah
pembelajaran tidak membosankan sebab model pembelajaran Creative Problem
belajar dilakukan secara berkelompok. Solving, hanya saja pada pertemuan pertama
Model pembelajaran Creative Problem ini saat tahap implementasi siswa masih
Solving merupakan hal yang baru di sekolah terlihat malu-malu dalam mengomentari hasil
tersebut dan bagi siswa yang ada di kelas X diskusi kelompok lain. Selain itu, siswa
IPA 3. Namun demikian, siswa di kelas merasa terbebani pada tahap evaluasi yakni
tersebut tidak kesulitan untuk menyesuaikan pemberian tugas individu berupa soal-soal
diri dalam pembelajaran sehingga latihan. Namun, hal ini masih bisa diatasi
pembelajaran berjalan lancar dan kondusif. sebab sebelumnya guru menyampaikan bahwa
Siswa mulai terbiasa dengan model akan memberikan reward bagi siswa yang
pembelajaran yang digunakan meskipun mendapatkan nilai tertinggi dan tercepat
masih ada beberapa siswa yang tidak dapat dalam menyelesaikan soal-soal latihan.
mengikuti alur pembelajaran dengan baik. Pertemuan kedua membahas mengenai
Berdasarkan pemaparan sebelumnya gambar grafik fungsi linear dan
model pembelajaran Creative Problem menyelesaikan masalah yang berkaitan
Solving meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dengan grafik fungsi linear. Dengan

6 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika


Volume 7, Nomor 3, September 2018
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
menggunakan LKS siswa diingatkan kembali Berdasarkan Uji Gain Ternormalisasi
pada materi grafik fungsi linear yang dapat dilihat peningkatan kemampuan berpikir
sebenarnya telah diberikan pada jenjang kreatif siswa dengan menggunakan
sekolah menengah pertama, pada pertemuan pembelajaran CPS. Rata-rata Gain
kedua pembelajaran tidak terfokus dalam ternormalisasi dari kelas CPS adalah 0,56
menggambar grafik fungsi linear lagi namun termasuk kategori sedang secara umum,
lebih menyelesaikan permasalahan- namun terdapat pula siswa yang memperoleh
permasalahan grafik fungsi linear yang harus peningkatan dengan kategori tinggi. Setelah
diselesaikan dengan cara kreatif pembelajaran peneliti meneukan kelebihan
Pertemuan ketiga siswa mulai diajak dan kekurangan pada model pembelajaran
dalam menyelesaikan suatu permasalahan CPS.
yang berkaitan dengan fungsi kuadrat, siswa Adapun kelebihan dari Creative Problem
diberikan konsep awal tentang materi fungsi Solving adalah:
kuadrat pada pertemuan tersebut siswa a. Siswa dapat belajar secara
berkelompok dan dapat menghargai
diajukan suatu permasalahan yang harus perlu
perbedaan sikap dan karakter diantara
diselesaikan dengan pola berpikir kereatif, teman sekelasnya.
seperti mencari sumbu simetri dari persamaan b. Siswa dapat lebih memahami materi
kuadrat dalam beberapa cara, serta sebab siswa menemukan sendiri rumus
menentukan titik puncak suatu fungsi kuadrat dan konsep terkait materi yang
dengan cara yang tidak lazim. dipelajari.
Pertemuan keempat siswa mulai c. Adanya diskusi kelompok yang
membantu siswa untuk terlibat aktif
diberikan konsep tentang menggambar grafik
dalam pembelajaran, terbiasa untuk
fungsi kuadrat meliputi cara, menentukan titik menghargai perbedaan pendapat, dan
puncak dan sumbu simetri, kemudian siswa terbiasa untuk dapat menyelesaikan
diberikan soal-soal dalam bentuk LKS yang masalah bersama-sama sehingga
diharapkan dapat merangsang kemampuan membentuk pemahaman yang sama
berpikir kreatif matematis siswa. Soal-soal dalam kelompok.
yang diberikan meliputi, mencari nilai k pada d. Adanya kegiatan mempresentasikan
hasil diskusi, siswa mulai terlatih
persamaan parabola, dan membuat pemodelan
untuk berani mengemukakan
fungsi kuadrat dari masalah sehari-hari. pendapatnya dan berani untuk bertanya
Setelah pembelajaran telah diberikan terhadap hal-hal yang belum dipahami.
selanjutnya siswa diberikan tes akhir dengan Hal ini akan membantu perkembangan
tujuan untuk mengetahui peningkatan kelas siswa dalam belajar.
eksperimen setelah dilakukannya perlakukan. Sedangkan kekurangan model pembelajaran
Berdasarkan hasil analisis terhadap tes akhir, Creative Problem Solving (CPS) adalah:
a. Alokasi Waktu yang diperlukan
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan membuntuhkan waktu yang banyak.
kemampuan berpikir kreatif siswa yang b. Beberapa pokok bahasan sangat sulit
signifikan antara siswa kelas Creative untuk diterapkan dalam model
Problem Solving. pembelajaran Creative Problem
Solving.

Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 7


Volume 7, Nomor 3, September 2018
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
c. Siswa kebanyakan kesulitan Asikin, M., & Pujiandi. (2014). Pengaruh
mengerjakan soal-soal yang memiliki Model Pembelajaran Creative Problem
penyelesaian banyak cara. Solving berbantuan CD Interaktif
d. Guru lebih banyak berkeliling dan
Terhadap Kemampuan Pemecahan
bertanya untuk lebih mengetahui
permasalahan yang mereka alami. Masalah Kelas X. Al-Jabar : Jurnal
e. Pemberian motivasi yang lebih pada Pendidikan Matematika, 1(2), 251–262.
siswa agar tidak malu saat Bloom, F. (1998). Torrance Journal for
mengungkapkan pendapat Applied Creativity (Vol. 1). Georgia: the
Midwest.
IV. PENUTUP Budingsih, A. (2003). Belajar dan
Berdasarkan data yang diperoleh dari Pembelajaran. Yogyakarta: PT. Rineka
hasil penelitian dan analisis data serta Cipta
pengujian hipotesisnya diperoleh kesimpulan Cahyono, A.N. (2005). Pengembangan Model
bahwa Kualitas peningkatan kemampuan Creative Problem Solving Berbasis
berpikir kreatif matematis siswa kelas yang Teknologi Dalam Pembelajaran
mendapatkan model pembelajaran Creative Matematika Di SMA. [online] tersedia di
Problem Solving berdasarkan hasil analisis http://pendidikansains.blogspot.com [26
data gain ternormalisasi memperoleh Juni 2018].
interpretasi sedang, hal tersebut menunjukan Khodijah, N. (2006). Psikologi Pendidikan.
bahwa tidak terdapat peningkatan yang Palembang: IAIN Raden Fatah
signifikan kemampuan berpikir kreatif Lestari, T. P., & Sofyan, D. (2013).
matematis siswa yang menggunakan model Perbandingan Kemampuan Proses
pembelajaran Creative Problem Solving. Pemecahan Masalah Antara Siswa Yang
Adapun saran dalam penelitian ini, Menggunakan Pembelajaran Creative
Setelah model pembelajaran ini diterapkan Problem Solving dan Konvensional.
dalam pembelajaran, akan lebih baik apabila Mosharafa, 2(1), 179–190.
peneliti selanjutnya memilih waktu belajar Levine, N. L., & Wright, C. A. (2008).
serta kelas yang memiliki kemampuan lebih Enchancing mathematical creativity
dari kelas lainnya, hal itu mengingat though multiple solutions to open ended
kemampuan berpikir kreatif matematis problems. Continuing Education, pp. 37–
merupakan suatu hal yang memerlukan 45. University of Utah.
keterampilan berpikir nalar tinggi. Munandar, U. (1999). Kreativitas dan
Keterbakatan. Jakarta: Gramedia Pustaka
DAFTAR PUSTAKA Utama.
Ana, C. (2005). Membangun Kreatifitas Anak. Munandar, U. (2004) Mengembangkan Bakat
Depok: Insanni Press. dan Kreativitas Anak Sekolah Petunjuk
Arnyana, P. (2006). Pengaruh Strategi Bagi Para Orang Tua dan Guru. Jakarta:
Pembelajaran Inovatif Terhadap Grasindo.
kemampuan berpikir Siswa. Skripsi IKIP Pepkin, K. L. (2004). Creative Problem
Negeri Singaraja: Tidak diterbitkan. Solving In Math.

8 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika


Volume 7, Nomor 3, September 2018
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://www.uh.edu/hti/cu/2004/v02/04.
Diakses pada tanggal 26 Juli 2018
Rakhmat, J. (1991). Metode Penelitian
Komunikasi: dilengkapi contoh Analisis.
Jakarta: Remaja Rosdakarya.
Solso, L. R. (1991). Psikologi Kognitif.
Jakarta: Erlangga
Sukmadinata. (2004). Landasan Psikologi
Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Tarlina, W. H., & Afriansyah, E. A. (2016).
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Melalui Creative Problem Solving.
EduMa, 5(2), 42–51. Retrieved from
http://journal.umpo.ac.id/index.php/silogi
sme/article/view/269/255

Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 9


Volume 7, Nomor 3, September 2018
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika

Anda mungkin juga menyukai