Kelompok 4 - Veronika Wohon - Kasus - Ards - Kritis
Kelompok 4 - Veronika Wohon - Kasus - Ards - Kritis
Seorang laki-laki, An. A berusia 16 tahun, pekerjaan sebagai pelajar, suku Jawa, beragama
Islam, berdomisili di Gresik, dirujuk ke IRD dr. Soetomo dari Rumah Sakit BDH dengan
diagnosis near drowning dan mengeluh sesak napas. Sesak napas dirasa sejak 3 jam SMRS.
Sesak napas setelah pasien tenggelam di kolam air tawar. Pasien tenggelam kira-kira 15 menit.
Ketika dikeluarkan dari kolam pasien batuk disertai sedikit darah dan lumpur. Pasien pingsan
dan kebiruan. Pasien segera dibawa ke rumah sakit terdekat, setelah diberi oksigen pasien sadar.
Kolam tempat pasien tenggelam tidak terlalu dalam namun mengandung lapisan lumpur yang
tebal. Sebelum tenggelam pasien loncat dari pinggir kolam, ketika tidak timbul ke permukaan,
pasien segera dicari dan saat ditemukan dan ditolong, posisi kepala pasien ada dalam lapisan
lumpur. Berdasarkan Pemeriksaan Fisik, keadaan umum lemah, kesadaran kompos mentis,
tekanan darah 100/60 mmHg, frekuensi nafas 44×/menit, nadi 130×/menit, dan suhu aksiler
36,0° C. Kepala dan leher didapatkan dispnea, tidak ada tanda-tanda anemis, ikterus, dan
sianosis. Tidak didapatkan pembesaran kelenjar getah bening maupun peningkatan tekanan vena
jugularis. Pada regio toraks, inspeksi pergerakan dada simetris. Pada palpasi didapatkan fremitus
raba menurun pada kedua lapang paru. Perkusi didapatkan keredupan pada kedua lapang paru.
Auskultasi didapatkan suara bronkovesikuler pada kedua lapang paru. Didapatkan ronki basah
halus pada kedua lapang paru. Pada pemeriksaan jantung, suara jantung S1 dan S2 tunggal, tidak
didapatkan bising jantung maupun irama galop. Pada pemeriksaan abdomen, hepar dan lien tidak
teraba, tidak didapatkan massa intra abdomen dan nyeri tekan, serta bising usus dalam batas
normal. Pemeriksaan anggota gerak tidak didapatkan edema, tidak didapatkan jari tabuh, serta
tidak didapatkan pembesaran kelenjar getah bening di ketiak maupun lipatan paha. Berdasarkan
Pemeriksaan Laboratorium darah didapatkan Hb 16,6 g/dL, SGOT 38/μL, Leukosit 3.300/μL,
SGPT 15/μL, PLT 409.000/μL, Albumin 3,73 g/dL. Granulosit 76,6%, BUN 7,3 mg/dL, Hct
48,1%, SK 0,86%, PTT 12,3 detik, Natrium 133 mmol/L, APTT 27,9 detik, Kalium 3,3 mmol/L,
GDA 286 mg/dL, Klorida 98 mmol/L. Pemeriksaan Analisa gas darah (Oksigen Jackson Rees 10
lpm): pH 7,17, pCO2: 51 mmHg, pO2 80 mmHg, HCO3 16,6 mmol/L, BE - 9,9 dan SO2 92,2%.
Berdasarkan pemeriksaan foto toraks didapatkan perselubungan pada kedua lapang paru, dan
berkonsultasi pada SMF Ilmu Penyakit Jantung, didapatkan edema paru non cardiogenic yang
bisa disebabkan penyakit dasarnya (drowning), Pasien didiagnosis sementara Sesak napas,
Drowning, Perselubungan pada kedua lapang paru dan Hiperglikemia.
3. Analisis Data
Data Subjektif Data Objektif
Klien mengatakan sesak nafas sejak 3 jam - TTV
sebelum masuk rumah sakit TD : 100/60 mmHg
Nadi : 130x/menit
RR : 44x/menit
SB : 36,0C (axiler)
- KU : Lemah
- Kesadaran : Compos mentis
- Kepala dan leher di dapatkan dispnea
- Edema paru non cardiogenik
- Hiperglikemia. GDA 286 mg/dL
- Regio toraks
Palpasi : Fremitus raba menurun pada
kedua lapang paru
Perkusi : Keredupan pada kedua
lapang paru
Auskultasi : Ronki basah halus pada
kedua lapang paru
- Diagnosis sementara Drowning,
perselubungan pada kedua lapang paru
- SGOT : 38/uL
- Leukosit : 3.300/uL
- PLT : 409.00/uL
- BUN : 7,3 mg/dL
- PTT : 12,3 detik
- Natrium : 133 mmol/L
- Kalium : 3,3 mmol/L
- Pemeriksaan AGD
PH : 7,17
pCO2 : 51 mmHg
HCO3 : 16,6 mmol/L
BE : 9,9
SO2 : 92,2%
4. Diagnosis Keperawatan
- Gangguan Pertukaran Gas b.d perubahan membrane alveolus-kapiler d.d dyspnea, PCO2
meningkat, pH arteri menurun, takikardia, bunyi nafas tambahan, sianosis, pola nafas
abnormal
- Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif b.d hipersekresi jalan nafas d.d ronkhi, dyspnea,
sianosis, frekuensi nafas berubah
- Resiko Perfusi Perifer Tidak Efektif d.d hiperglikemia
5. Perencanaan
Diagnosa Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan Pertukaran Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi :
Gas tindakan keperawatan - Monitor frekuensi, irama,
DS : selama 1x24jam, kedalaman dan upaya napas
- Klien mengatakan diharapkan pertukaran - Monitor pola napas
sesak nafas sejak 3 gas menjadi normal, - Monitor adanya produksi sputum
jam sebelum masuk dengan kriteria hasil : - Monitor adanya sumbatan jalan
rumah sakit - Dispnea menurun nafas
DO : (dari 2 menjadi 5) - Palpasi kesimetrisan ekspansi
- PCO2 : 51 mmHg - Bunyi nafas tambahan paru
- Nadi : 130x/menit menurun (dari 3 - Auskultasi bunyi napas
- pH : 7,71 menjadi 5) - Monitor saturasi oksigen
- Ronkhi - PCO2 membaik (dari - Monitor nilai AGD
- Sianosis 2 menjadi 5) - Monitor hasil x-ray thoraks
- RR 44x/menit - Takikardia membaik - Atur interval pemantauan
(dari 1 menjadi 5) respirasi sesuai kondisi pasien
- pH arteri membaik - Dokumentasikan hasil
(dari 2 menjadi 5) pemantauan
- Sianosis membaik - Jelaskan tujuan dan prosedur
(dari 2 menjadi 5) pemantauan
- Pola nafas membaik - Informasikan hasil pemantauan
(dari 1 menjadi 5) Terapi Oksigen
- Monitor kecepatan aliran oksigen
- Monitor posisi alat terapi oksigen
- Monitor aliran oksigen secara
periodic dan pastikan fraksi yang
diberikan cukup
- Monitor keefektifan terapi
oksigen
- Monitor tanda-tanda hipoventilasi
- Monitor tanda dan gejala
toksikasi oksigen dan atelectasis
- Monitor tingkat kecemasan akibat
terapi oksigen
- Monitor integritas mukosa hidung
akibat pemasangan oksigen
- Bersihkan secret pada mulut,
hidung dan trakea
- Pertahankan kepatenan jalan
nafas
- Siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen
- Berikan oksigen tambahan
- Gunakan perangkat oksigen yang
sesuai dengan tingkat mobilitas
pasien
- Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
Dukungan Ventilasi
- Identifikasi adanya kelelahan otot
bantu napas
- Identidikasi efek perubahan
posisi terhadap status pernafasan
- Monitor status respirasi dan
oksigenasi
- Pertahankan kepatenan jalan
nafas
- Berikan posisi semi fowler atau
fowler
- Fasilitasi mengubah posisi
senyaman mungkin
- Berikan oksigenasi sesuai
kebutuhan
Bersihan Jalan Nafas Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas
Tidak Efektif tindakan keperawatan - Monitor pola nafas
DS : Klien mengatakan selama 1x24jam, - Monitor bunyi nafas tambahan
sesak nafas sejak 3 jam diharapkan bersihan jalan - Monitor sputum
sebelum masuk rumah nafas menjadi efektif, - Pertahankan kepatenan jalan
sakit dengan kriteria hasil : nafas
DO : - Ronkhi menurun (dari - Posisikan semi fowler atau fowler
- Ronkhi 2 menjadi 5) - Lakukan penghisapan lender
- Sianosis - Dispnea menurun kurang dari 15 detik
- RR : 44x/menit (dari 1 menjadi 5) - Kolaborasi pemberian
- Frekuensi nafas bronkodilator, ekspektoran,
membaik (dari 2 mukolitik
menjadi 5)
- Sianosis membaik
(dari 2 menjadi 5)
Daftar Pustaka
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tidakan Keperawata. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. 2019. Jakarta: DPP PPNI.