Anda di halaman 1dari 34

PROPOSAL RONDE KEPERAWATAN

RENCANA PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN


KLIEN DENGAN PNEUMONIA
DI PAV. CEMPAKA KELAS 3A RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN

OLEH :
OKTA NUGROHO
NIM. 04021381722045
REGULER B 2017

Dosen Pengampu:
Mutia Nadra Maulida, S, Kep., Ns., M.Kes., M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2020
RENCANA PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN PNEUMONIA
DI PAV. CEMPAKA KELAS 3A RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN

Topik : Asuhan keperawatan dengan Pneumonia.


Sasaran : Ny. K / 45 tahun
Waktu : Pukul 08.30 WIB – selesai
Hari/tanggal : Selasa, 22 September 2020
 
1. Tujuan Ronde Keperawatan
a. Tujuan Umum :
Menyelesaikan masalah pasien yang belum teratasi
b. Tujuan Khusus :
1) Tim keperawatan mampu menggali masalah-masalah klien yang
belum teratasi
2) Mampu mengemukakan alasan ilmiah terhadap masalah keperawatan
klien
3) Mampu merumuskan intervensi keperawatan yang tepat
mengenai masalah klien
4) Mampu mendesiminasikan tindakan yang tepat sesuai dengan
masalah klien
5) Mampu mengadakan justifikasi terhadap ren cana dan tindakan
keperawatan yangdilakukan

2. Sasaran
Klien Ny. K, Usia 45 Tahun yang di rawat di Pav. Cempaka RS Dr. Mohammad
Hoesin

3. Materi (terlampir)
1) Konsep dasar penyakit Efusi Pleura
2) Asuhan keperawatan klien dengan Efusi Pleura

4. Metode
Diskusi
5. Media
a. Dokumen/status pasien
b. Sarana diskusi
c. Materi yang disampaikan secara lisan
6. Proses Ronde
Waktu Tahap Kegiatan Pelaksana Kegiatan Tempat
pasien
1 hari Pra Pra Ronde: Penanggung Ruang PD
sebelum ronde 1. Menentukan kasus & topik jawab : RS
ronde 2. Menentukan Tim ronde - Mohamma
3. Informed Consent d hosein
4. Membuat Pra planning
5. Diskusi
6. Mencari Sumber Literatur
5 menit Ronde Pembukaan: Kepala - Nurse
1. Salam pembuka ruangan station
2. Memperkenalkan tim ronde (Karu)
3. Menyampaikan identitas dan
masalah pasien
4. Menjelaskan tujuan ronde
30 menit Penyajian masalah PP Mendengark Nurse
1. Memberi salam dan an station
memperkenalkan pasien dan
keluarga kepada tim ronde
2. Menjelaskan riwayat penyakit
dan keperawatan klien
3. Menjelaskan masalah klien dan
rencana tindakan yang telah
dilaksanakan dan menetapkan
prioritas yg perlu didiskusikan

Validasi data
4. Mencocokkan dan menjelaskan Karu, PP, Memberikan Ruang
kembali data yg telah konselor respon dan perawatan
disampaikan menjawab
5. Diskusi antar anggota tim dan pertanyaan
pasien ttg masalah keperawatan Karu, PP,
konselor
6. Pemberian justifikasi primer /
konselor / karu ttg masalah
pasien serta rencana tindakan
yg akan dilakukan
7. Menentukan tindakan Karu
keperawatan pada masalah
prioritas yg telah ditetapkan
10 menit Pasca 1. Evaluasi dan rekomendasi Karu, Nurse
ronde intervensi keperawatan supervisor, station
2. Penutup konselor,
pembimbing
7. Kriteria Evaluasi
a. Struktur :
1) Menentukan penanggung jawab ronde keperawatan.
2) Menetapkan kasus yang akan di rondekan.
3) Persiapan perlengkapan ronde keperawatan (klien yang akan
dirondekan, informed concent, menghubungi konsultan, dll).
4) Pembagian peran : Karu, Katim, PA.
b. Proses
1) Melaksanakan ronde keperawatan bersama-sama Kepala ruangan,
ketua tim, dan perawat pelaksana dan konsultan.
2) Penjelasan tentang klien oleh ketua tim dalam hal ini penjelasan
difokuskan pada masalah keperawatan dan intervensi yang telah
dilaksanakan tetapi belum mampu mengatasi masalah pasien
3) Diskusi antar anggota tim kesehatan tentang kasus tersebut.
4) Pemberian masukan solusi tindakan yang lain yang mampu mengatasi
masalah klien tersebut.
c. Hasil
1) Dapat dirumuskan tindakan keperawatan untuk menyelesaikan
masalah pasien
2) Hasil diskusi yang disampaikan dapat ditindak lanjuti dan
dilaksanakan.
8. Pengorganisasian
a. Kepala Ruangan : Okta Nugroho
b. PP I : Rama Sayoga
PP II : Dwi Nur Ariyanto
c. PP I : Engelbert
PP II : Anggi Pratama
d. Konselor : Ona Syafitri
e. Pembimbing : Jovie Bayu Satria S.Kep,. Ns
f. Supervisor : Vedro Adira Tampubolon S.Kep., Ns
SURAT PERSETUJUAN DILAKUKAN
RONDE KEPERAWATAN

Yangbertanda tangan dibawah ini :


            Nama : Tn. A
            Umur : 50 Th
            Jenis Kelamin : laki-laki
            Alamat : Palembang
 
Adalah suami/istri/orang tua/anak dari pasien:
            Nama : Ny. K
            Umur : 45 Th
            Jenis Kelamin : Perempuan
            Alamat : Palembang
            Ruangan : Ruang Penyakit dalam (I) No. 4
            No. Rm : 12345

Dengan ini menyatakan setuju untuk dilakukan ronde keperawatan

                                                                Palembang, ............…,2020


Penanggung Jawab

Perawat Yang Menerangkan                                      


 

.............................................. ...........................................
                                           

      Saksi-saksi :                                               Tanda Tangan


                                                                                   
1. ……………………………..                  1. ……………………
2. ……………………………..                  2..……………………
Resume Pasien

I. Identitas pasien
Nama                           : Ny. K
Umur                           : 45 Tahun
Suku/bangsa                : Jawa
Status Perkawinan        : Kawin
Agama                         : Islam
Pendidikan                   : SMA
Pekerjaan                     : Wiraswasta
Alamat                         : Jogoroto – Jombang
Tanggal masuk RS       : 13 Agustus 2017 / Jam
Tanggal Pengkajian      : 13 Agustus 2017 / Jam
No MR :
Dx. Medis : Pneumonia + Asma. Suspect + Ca. Mamae
II. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak dan nyeri dada saat batuk
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSUD Jombang pada tanggal 13 Agustus 2017 jam
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan pada tahun 2012 pernah operasi payudara dan operasi
benjolan dibawah leherkiri
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan di keluarga tidak ada yang mengalami sakit seperti
yang di alami pasien.
III. Pola Fungsi kesehatan
a. Pola nutrisi dan metabolisme
 Diet/suplemen khusus: tidak ada
 Intruksi diet sebelumnya: -
 Nafsu makan : Nafsu makan baik, diit bubur, 1 porsi makan habis, makan
3x/hari
 Penurunan sensasi kecap, mual-muntah, stomatitis : pasien kadang mual
 Pantangan/alergi : tidak ada
b. Pola Eliminasi
Buang air besar (BAB) :
 Frekuensi         : selama di RS belum pernah BAB
 Warna              : Kuning                    Konsistensi : Lembek
 Kesulitan (diare, konstipasi, inkontinensia) : Tidak ada
Buang air kecil (BAK) :
 Pasien terpasang selang kateter dengan jumlah urin 500 cc / 6 jam
c. Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan dari:

0 ═ Mandiri                                   3 ═ Dibantu orang lain dan peralatan

1 ═ Dengan alat bantu                   4 ═ ketergantungan/tidak mampu

2 ═ Dibantu orang lain

Kegiatan/aktivitas 0 1 2 3 4

Makan/minum √

Mandi √

Berpakaian/berdandan √

Toileting √

Mobilisasi di tempat √
tidur

Berpindah √

Berjalan √

d. Pola istirahat dan tidur


 Pasien tidak bisa tidur karena batuk dan nyeri dada, skala nyeri 6, nyeri
timbul pada saat pasien batuk
e. Pola Kognitif Dan Persepsi
 Status mental (sadar/tidak, orientasi baik/tidak) : orientasi baik
 Bicara : Normal (√), tak jelas (    ), gagap (    ), aphasia ekspresif (    )
 Kemampuan berkomunikasi : Ya (   √ ), tidak (    )
 Kemampuan memahami : Ya (  √  ), tidak (    )
 Pendengaran : DBN ( √   ), tuli (    ), kanan/kiri, tinnitus (    ), alat bantu
dengar (    )
 Ketidak nyamanan/nyeri (akut/kronik) : Pasien mengalami nyeri pada
daerah dada
f. Pola Aktivitas
Pasien mengatakan selama di RS tidak pernah melakukan aktivitas secara
mandiri, semua aktivitas di bantu keluarga. Dan semua aktivitas dilakukan di
atas tempat tidur sperti makan , ganti baju dan seka.

IV. Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum lemah, Kesadaran Composmentis, GCS 4, 5, 6
BB : 60 Kg
TB : 155
TTV : TD : 110/ 90 mmHg
ND : 84 x
RR : 26 x
S    : 36,7 ºC
a. B 1 (Breathing)
Inspeksi : Pasien terlihat sesak, terpasang alat bantu O2 Nasal 5 Lpm,
pernafasan cuping hidung, RR: 26 x/menit
Palpasi : terdsapat nyeri tekan
Perkusi : Suara paru pekak
Auskultasi : terdengar bunyi ronchi +/+
b. B 2 (Blood)
Inspeksi : Konjungtiva anemis, tidak ada perdarahan, terpasang infus RL
20 Tpm
Palpasi : TD: 110/80 mmHg, N: 84 x/menit, S: 36,7 C, CRT: <2 detik
Perkusi :
Auskultasi : S1, S2 tunggal lup dup
c. B3 ( Brain)
Inspeksi : Kesadaran Composmentis, GCS 4, 5, 6
d. B4 (Bledder)
Inspeksi : Terpasang selang kateter dengan jumlah urin 500cc/6 jam
Palpasi : tidak ada oedem
e. B5 (Bowel)
Inspeksi : Pasien makan 3x/hari dengan diit bubur, 1 porsi habis
Auskultasi : Suara bising usus 18x/m
f. B6 (Bone)
Inspeksi : Kekuatan otot 5/5/5/5, pasien tampak lemah, akral hangat, S:
36,7 C, Posisi tidur semi fowler.

V. Analisa Data

No Data Etiologi Problem

1. DS: Pasien Perubahan membrane Gangguan Pertukaran


mengatakan kapiler-alveolar Gas
sesak

DO:

 Pasien terlihat
gelisah
 Frekuensi nafas
tidak teratur
 BGA
 pH : 7,511
mmHg
 PO2 : 170
mmHg
 HCO3 :
29,3mmHg
 CO : 30,4
mmHg
 TTV
 TD : 110/80
mmHg
 N : 84 x/m
 S: 36,7 C
 RR : 26 x/m
 SPO2 : 98%
DS: Pasien kelainan dan
mengatakan penyakit (Produksi Ketidak efektifan
susah sekret berlebih) bersihan jalan napas
mengeluarkan
dahak

DO

 Suara nafas pada


hidung dan
mulut terdengar
Stredor
 Auskultasi pada
area ICS 1,2,3,
dan 5 terdengar
bunyi Ronci
 Perkusi pada
area ICS 1,2,3,
dan 5 terdengar
bunyi redup
 Batuk produktif
 Batuk tidak
efektif
 TTV
 TD : 110/80
mmHg
 N : 84 x/m
 S: 36,7 C
 RR : 26 x/m
 SPO2 : 98%
2. DS : Pasien Rasa Nyaman Gangguan Pola Tidur
mengatakan
tidak bisa tidur (Nyeri)
karena nyeri

DO

 Frekuensi
tidur 3 jam
 TTV
 TD : 110/80
mmHg
 N : 84 x/m
 S: 36,7 C
 RR : 26 x/m

3. DS : pasien Agen Injuri (ca Nyeri Akut


mengatakan mamae)
nyeri di daerah
dada dan perut

DO:

 Pasien terlihat
menyeringai saat
batuk
 Pengkajian
nyeri:
P : Ca Mamae

Q :seperti di
tusuk-tusuk

R : di daerah
dada

S : sekala nyeri 6

T : saat batuk
 Hasil foto thorak
menunjukan
terdapat massa
pada daerah dada
kiri
 TTV
 TD : 110/80
mmHg
 N : 84 x/m
 S: 36,7 C
 RR : 26 x/m

VI. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pertukaran gas b/d Perubahan membrane kapiler-alveolar

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d kelainan dan penyakit (Produksi


sekret berlebih)

3. Gangguan pola tidur b/d gangguan rasa nyaman (nyeri)

4. Nyeri kronik b/d Agen Injuri (ca mamae)

VII. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan kreteria Intervensi


hasil

1. Gangguan pertukaran NOC label : NIC label


gas b.d. perubahan
Respiratory status Respiratory Monitoring
membran aveolar-
kapiler Setelah dilakukan 1. Monitor laju ritme dari nafas
tindakan keperawatan 2. Monitor suara nafas tambahan
selama 4x 24 jam seperti snoring
diharapkan pertukaran 3. Monitor peningkatan kelelahan
gas adekuat dengan 4. Monitor peningatan kegelisahan,
kreteria hasil : dan kekurangan oksigen
5. Monitor sekresi dari sistem
 RR normal (skla 5)
pernafasan pasien
 Ritme respiratory
6. Berikan terapi perawatan
normal (skala 5)
nebulizer sesuai kebutuhan
 Kedalaman nafas
Oxigen therapy
normal (skala 5)
 Akumulasi sputum 7. Bersihkan skresi mulut hidung

tidak ada (skala 5) dan trakea sesuai kebutuhan

Respiratory status :Gas 8. Memeberikan terapi oksigen

exchange sesuai kebutuhan


9. Monitor aliran oksigen
 Tekanan parsial 10. Monitor kerusakan kulit dari
karbondioksida gesekan dengan selang oksigen
pada darah arteri
normal (skala 5)
 pH arteri normal
(skala 5)
 Tidak terjadi
sianosis (skala 5)
2. Ketidakefektifan NOC label Respiratory 1. Pastikan kebutuhan oral /
bersihan jalan nafas status : Ventilation tracheal suctioning.
2. Berikan O2  4l/mnt, metode
Setelah dilakukan
kanul
tindakan keperawatan
3. Anjurkan pasien untuk
selama
istirahat dan napas dalam
…………..pasien
4. Posisikan pasien untuk
menunjukkan
memaksimalkan ventilasi
keefektifan jalan nafas
5. Lakukan fisioterapi dada
dibuktikan dengan
jika perlu
kriteria hasil :
6. Keluarkan sekret dengan
1. Mendemonstrasi batuk atau suction
kan batuk efektif 7. Auskultasi suara nafas, catat
dan suara nafas adanya suara tambahan
yang bersih, tidak 8. Berikan bronkodilator :
ada sianosis dan  ventolin
dyspneu (mampu  combiven
mengeluarkan 9. Monitor status
sputum, bernafas hemodinamik
dengan mudah, 10. Berikan pelembab udara
tidak ada pursed Kassa basah NaCl Lembab
lips) 11. Kolaborasi Berikan
2. Menunjukkan antibiotik 
jalan nafas
yang 12. Atur intake untuk cairan
paten (klien tidak mengoptimalkan keseimbangan.
merasa tercekik, 13. Monitor respirasi dan status
irama nafas, O2
frekuensi pernafasan 14. Pertahankan hidrasi yang
dalam rentang adekuat untuk mengencerkan
normal, tidak ada sekret
suara nafas 15. Jelaskan pada pasien dan
abnormal) keluarga tentang penggunaan
3. Mampu peralatan : O2, Suction,
mengidentifikasikan Inhalasi.
dan mencegah
faktor yang
penyebab.
4. Saturasi O2
dalam batas normal
5. Foto thorak
dalam batas norm
3. Nyeri kronik Lebel NOC : pain 1. Lakukan pengkajian nyeri
control, secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi,
Setelah dilakukan
frekuensi, kualitas dan faktor
tinfakan keperawatan
presipitasi
selama …. Pasien tidak
2. Observasi reaksi nonverbal
mengalami nyeri,
dari ketidaknyamanan
dengan kriteria hasil:
3. Bantu pasien dan keluarga
1. Mampu untuk mencari dan menemukan
mengontrol nyeri dukungan
(tahu penyebab 4. Kontrol lingkungan yang
nyeri, mampu dapat mempengaruhi nyeri
menggunakan seperti suhu ruangan,
tehnik pencahayaan dan kebisingan
nonfarmakologi 5. Kurangi faktor presipitasi
untuk mengurangi nyeri
nyeri, mencari 6. Kaji tipe dan sumber nyeri
bantuan) untuk menentukan intervensi
2. Melaporkan 7. Ajarkan tentang teknik non
bahwa nyeri farmakologi: napas dala,
berkurang dengan relaksasi, distraksi, kompres
menggunakan hangat/ dingin
manajemen nyeri 8. Berikan analgetik untuk
3. Mampu mengurangi nyeri: ……...
mengenali nyeri 9. Tingkatkan istirahat
(skala, intensitas, 10. Berikan informasi tentang
frekuensi dan tanda nyeri seperti penyebab nyeri,
nyeri) berapa lama nyeri akan
4. Menyatakan berkurang dan antisipasi
rasa nyaman setelah ketidaknyamanan dari prosedur
nyeri berkurang 11. Monitor vital sign sebelum
5. Tanda vital dan sesudah pemberian
dalam rentang analgesik pertama kali
normal

4. Gangguan pola tidur Lebel NOC:Pain Level Sleep Enhancement


1. Determinasi efek-efek
Setelah dilakukan
medikasi terhadap pola tidur
tindakan keperawatan
2. Jelaskan pentingnya tidur
selama …. gangguan
yang adekuat
pola tidur pasien
3. Fasilitasi untuk
teratasi dengan kriteria
hasil: mempertahankan aktivitas
sebelum tidur (membaca)
1. Jumlah jam
4. Ciptakan lingkungan yang
tidur dalam batas
nyaman
normal
5. Kolaburasi pemberian obat
2. Pola
tidur
tidur,kualitas
dalam batas
normal
3. Perasaan fresh
sesudah
tidur/istirahat
4. Mampu
mengidentifikasi
hal-hal yang
meningkatkan
tidur

VIII. Implementasi

No Dx. Tanggal Jam Implementasi Paraf

1 22-09-2020 08.0 1. Memonitor laju ritme dari nafas


0 2. Memonitor suara nafas tambahan
3. Memonitor peningkatan kelelahan
4. Memonitor peningatan kegelisahan, dan
kekurangan oksigen
5. Monitor sekresi dari sistem pernafasan pasien
6. Berikan terapi perawatan nebulizer ventolin
7. membersihkan skresi mulut dan hidung
8. Memeberikan terapi oksigen Nasal Kanul 4liter
9. Memonitor aliran oksigen

2 22-09-2020 08.0 1. memberikan O2 kanul 4 l/mnt


0 2. menganjurkan pasien untuk istirahat dan napas
dalam
3. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
4. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
5. mengauskultasi suara nafas, dan mencatat adanya
suara tambahan
6. memberikan bronkodilator ventolin nabulezer
7. Monitor status hemodinamik
8. Kolaborasi memberikan antibiotik ceftriaxon 1mg
9. mengAtur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
10. Memonitor respirasi dan status O2
11. menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang
penggunaan peralatan : O2 kanul dan Nabulazer
3 22-09-2020 1. melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2. mengobservasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
3. membantu pasien dan keluarga untuk mencari
dan menemukan dukungan
4. mengontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
5. mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
6. mengjarkan tentang teknik non farmakologi:
napas dala, relaksasi, distraksi,
7. kolaborasi memerikan analgetik Antrain 1amp
8. menganjurkan pasien untuk meningkatkan
istirahat
9. memerikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang
dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
10. Monitor vital sign
4 22-09-2020 08.0 1. mengkaji efek-efek medikasi terhadap pola
0 tidur
2. menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat
3. menfasilitasi untuk mempertahankan aktivitas
sebelum tidur (membaca)
4. menciptakan lingkungan yang nyaman
TINJAUAN PUSTAKA

PNEUMONIA

1.1 Definisi
a. Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengensi jaringan
paru (alveoli). (DEPKES. 2006).
b. Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli,
serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat. (Zuh Dahlan. 2006).
c. Pneumonia adalah penyakit infeksi akut paru yang disebabkan terutama oleh
bakteri; merupakan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang
paling sering menyebabkan kematian pada anak dan anak balita (Said 2007).
d. Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (IKA, 2001)

1.2 EPIDEMIOLOGI
Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia. Pneumokokus
dengan serotipl sampai 8 menyebabkan pneumonia pada orang dewasa lebih dari
80%, sedangkan pada anak ditemukan tipe 14,1,6,dan 9. Angka kejadian tertinggi
ditemukan pada usia kurang dari 4 tahun dan berkurang dengan meningkatnya
umur. Pneumonia lobaris hampir selalu disebabkan oleh pneumokokus-
ditemukan pada orang dewasa dan anak besar, sedangkan bronchopneumonia
lebih sering dijumpai pada anak kecil dan anak.
Pneumonia sangat rentan terhadap anak berumur di bawah dua bulan,
berjenis kelamin laki-laki, tingkat sosioekonomi rendah, tingkat pendidikan ibu
rendah, tingkat pelayanan kesehatan masih kurang, adanya penyakit kronis pada
anak, kurang gizi, berat badan lahir rendah, tidak mendapatkan ASI yang
memadai, polusi udara, kepadatan tempat tinggal, imunisasi yang tidak memadai,
dan defisiensi vitamin A.
Pneumonia juga merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai
negara terutama di negara berkembang termasuk Indonesia, dan merupakan
penyebab kematian utama pada balita. Hasil penelitian yang dilakukan
Departemen Kesehatan mendapatkan pneumonia penyebab kejadian dan
kematian tertinggi pada balita. Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan
pneumonia, antara lain virus dan bakteri. Beberapa faktor yang dapat
meningkatkan resiko untuk terjadinya pneumonia antara lain adalah defek
anatomi bawaan, defisit imunologi, polusi, GE, aspirasi, dll.
Said (2007) menyatakan bahwa diperkirakan 75% pneumonia pada anak
balita di negara berkembang termasuk di Indonesia disebabkan oleh
pneumokokus dan Hib. Di seluruh dunia setiap tahun diperkirakan terjadi lebih 2
juta kematian balita karena pneumonia. Di Indonesia menurut Survei Kesehatan
Rumah Tangga tahun 2001 kematian balita akibat pneumonia 5 per 1000 balita
per tahun. Ini berarti bahwa pneumonia menyebabkan kematian lebih dari
100.000 balita setiap tahun, atau hampir 300 balita setiap hari, atau 1 balita setiap
5 menit. Menunjuk angka-angka di atas bisa dimengerti para ahli menyebut
pneumonia sebagai The Forgotten Pandemic atau "wabah raya yang terlupakan"
karena begitu banyak korban yang meninggal karena pneumonia tetapi sangat
sedikit perhatian yang diberikan kepada masalah pneumonia. Tidak heran bila
melihat kontribusinya yang besar terhadap kematian balita pneumonia dikenal
juga sebagai "pembunuh balita nomor satu".
Senada dengan Said, Betz dan Sowden (2002) menyatakan bahwa insidens
dari pneumonia antara lain :
1. Pneumonia virus lebih sering dijumpai daripada pneumonia bakterial
2. Pneumonia streptokokus paling sering terdapat pada 2 tahun pertama
kehidupan. Pada 30 % anak dengan pneumonia yang berusia kurang dari 3
bulan dan pada 70 % anak dengan pneumonia yang berusia kurang dari 1
tahun.
3. Pneumonia pneumokokus mencakup 90 % dari semua pneumonia
4. Mikoplasma jarang menimbulkan pneumonia pada anak yang berusia
5tahun, mereka berhubungan dengan 20 % kasus pneumonia yang di
diagnosis pada pasien antara umur 16 dan 19 tahun.
5. Pneumonia akan terjadi lebih berat dan lebih sering pada anak dan anak-
anak kecil
6. Virus sinsisium respiratori merupakan penyebab terbesar dari kasus
pneumonia virus.
7. Infeksi virus saluran nafas atas adalah penyebab kematian kedua pada anak
dan anak kecil.
8. Pneumonia mikoplasma mencakup 10 sampai 20 % pneumonia yang
dirawat di rumah sakit.

1.3 ETIOLOGI
1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram
posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus
pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella
pneumonia dan P. Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia
virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung, tanah serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001)
Menurut (Smeltzer, 2001) etiologi pneumonia, meliputi :

1) Pneumonia bakterial
Penyebab yang paling sering: Streptoccocus pneumonia

Jenis yan lain :

- staphiloccocus aureus menyebakan pneumonia stapilokokus


- Klebsiella pnemoniae menyebabkan pneumonia klebsiella
- Pseudomonas aerugilnosa menyebabkan pneumonia pseudomonas
- Haemophilus influenzae menyebabkan Haemophilus influenza
2) Pneumonia atipikal
Penyebab paling sering :
- Mycoplasma penumoniae menyebabkan pneumonia mikoplasma
Jenis lain :

- Legionella pneumophila menyebakan penyakit legionnaires


- Mycoplasma penumoniae menyebabkan pneumonia mikoplasma
- Virus influenza tipe A, B, C menyebakan pneumonia virus
- Penumocyctis carini menyebakan pneumonia pnemosistis carinii (PCP)
- Aspergillus fumigates menyebakan pneumonia fungi
- Cipittaci menyebabkan pneumonia klamidia (pneumonia TWAR)
- Mycobacterium tuberculosis menyebabkan tuberculosis
(Smeltzer, 2001 : 568-570).

3) Pneumonia juga disebabkan oleh terapi radiasi (terapi radisasi untuk kanker
payudara/paru) biasanya 6 minggu atau lebih setelah pengobatan selesai ini
menyebabkan pneumonia radiasi. Bahan kimia biasanya karena mencerna
kerosin atau inhalasi gas menyebabkan pneumonitis kimiawi (Smeltzer,
2001 : 572). Karena aspirasi/inhalasi (kandungan lambung) terjadi ketika
refleks jalan nafas protektif hilang seperti yang terjadi pada pasien yang tidak
sadar akibat obat-obatan, alkohol, stroke, henti jantung atau pada keadaan
selang nasogastrik tidak berfungsi yang menyebabkan kandungan lambung
mengalir di sekitar selang yang menyebabkan aspirasi tersembunyi.
( Smeltzer, 2001 :637)
Sedangkan dari sudut pandang sosial, penyebab pneumonia menurut Depkes RI
(2005) antara lain :

1. Status gizi anak


2. Imunisasi tidak lengkap
3. Lingkungan
4. Kondisi sosial ekonomi orang tua

1.4 PATOFISIOLOGI
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari anak
sampai usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan
gangguan penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan
tubuhnya , adalah yang paling berisiko. Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada
dan hidup normal pada tenggorokan yang sehat. Pada saat pertahanan tubuh
menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri
pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak organ paru-paru.
Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru banyak
disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu. Selain
itu, toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis dapat
secara langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah. Pneumonia
bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling mencolok.
Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, ataupun seluruh lobus,
bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan
dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi
dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri
pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia
(Sipahutar, 2007).

Proses pneumonia mempengaruhi ventilasi. Setelah agen penyebab


mencapai alveoli, reaksi inflamasi akan terjadi dan mengakibatkan ektravasasi
cairan serosa ke dalam alveoli. Adanya eksudat tersebut memberikan media bagi
pertumbuhan bakteri. Membran kapiler alveoli menjadi tersumbat sehingga
menghambat aliran oksigen ke dalam perialveolar kapiler di bagian paru yang
terkena dan akhirnya terjadi hipoksemia (Engram 1998).

Setelah mencapai alveoli, maka pneumokokus menimbulkan respon yang


khas terdiri dari empat tahap yang berurutan (Price, 1995 : 711) :

1. Kongesti (24 jam pertama) : Merupakan stadium pertama, eksudat yang kaya
protein keluar masuk ke dalam alveolar melalui pembuluh darah yang
berdilatasi dan bocor, disertai kongesti vena. Paru menjadi berat, edematosa
dan berwarna merah.
2. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya) : Terjadi pada stadium kedua, yang
berakhir setelah beberapa hari. Ditemukan akumulasi yang masif dalam ruang
alveolar, bersama-sama dengan limfosit dan magkrofag. Banyak sel darah
merah juga dikeluarkan dari kapiler yang meregang. Pleura yang menutupi
diselimuti eksudat fibrinosa, paru-paru tampak berwarna kemerahan, padat
tanpa mengandung udara, disertai konsistensi mirip hati yang masih segar dan
bergranula (hepatisasi = seperti hepar).
3. Hepatisasi kelabu (3-8 hari) : Pada stadium ketiga menunjukkan akumulasi
fibrin yang berlanjut disertai penghancuran sel darah putih dan sel darah
merah. Paru-paru tampak kelabu coklat dan padat karena leukosit dan fibrin
mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang terserang.
4. Resolusi (8-11 hari) : Pada stadium keempat ini, eksudat mengalami lisis dan
direabsorbsi oleh makrofag dan pencernaan kotoran inflamasi, dengan
mempertahankan arsitektur dinding alveolus di bawahnya, sehingga jaringan
kembali pada strukturnya semula. (Underwood, 2000 : 392).

1.5 KLASIFIKASI
Klasifikasi Pneumonia dapat dibagi menjadi :

1) Klasifikasi klinis

 Klasifikasi tradisional, meninjau ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi


atas:
a. Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris yg
klasik antara lain awitan yg akut dgn gambaran radiologist berupa
opasitas lobus, disebabkan oleh kuman yang tipikal terutama S.
pneumoniae, Klebsiella pneumoniae, H. influenzae.
b. Pneumonia atipikal, ditandai dgn gangguan respirasi yg meningkat
lambat dgn gambaran infiltrate paru bilateral yg difus, disebabkan
oleh organisme atipikal dan termasuk Mycoplasma pneumoniae,
virus, Chlamydia psittaci.
 Klasifikasi berdasarkan factor lingkungan dan penjamu, dibagi atas:
a. Pneumonia komunitas  sporadis atau endemic, muda dan orang tua
b. Pneumonia nosokomial  didahului oleh perawatan di RS
c. Pneumonia rekurens  mempunyai dasar penyakit paru kronik
d. Pneumonia aspirasi  alkoholik, usia tua
e. Pneumonia pd gangguan imun  pada pasien transplantasi, onkologi,
AIDS
 Sindrom klinis, dibagi atas :
a. Pneumonia bacterial, memberikan gambaran klinis pneumonia yang
akut dgn konsolidasi paru, dapat berupa :
- Pneumonia bacterial atipikal yang terutama mengenai parenkim
paru dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia lobar
- Pneumonia bacterial tipe campuran dengan presentasi klinis
atipikal yaitu perjalanan penyakit lebih ringan (insidious) dan
jarang disertai konsolidasi paru. Biasanya pada pasien penyakit
kronik
b. Pneumonia non bacterial
Dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan oleh Mycoplasma,
Chlamydia pneumoniae.

 Area paru-paru yang terkena.


a. Pneumonia lobaris : area yang terkena yang meliputi satu lobus atau
lebih.
b. Bronkopneumonia : proses pneumonia yang dimulai di bronkus dan
menyebar ke jaringan paru sekitar.
2) Klasifikasi berdasarkan etiologi, dibagi atas :
a. Bakterial : Streptokokus pneumonia, Streptokokus aureus, H. influenza,
Klebsiella,dll
b. Non bacterial : tuberculosis, virus, fungi, dan parasit

Pneumonia dikelompokkan berdasarkan sejumlah sistem yang berlainan.


Salah satu diantaranya adalah berdasarkan cara diperolehnya, dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu:

1. Community-acquired (diperoleh diluar institusi kesehatan)


Pneumonia yang didapat diluar institusi kesehatan paling sering disebabkan
oleh Streptococcus pneumoniae.
2. Hospital-acquired (diperoleh di rumah sakit atau sarana kesehatan lainnya).
Pneumonia yang didapat di rumah sakit cenderung bersifat lebih serius karena
pada saat menjalani perawatan di rumah sakit, sistem pertahanan tubuh
penderita untuk melawan infeksi seringkali terganggu. Selain itu,
kemungkinannya terjadinya infeksi oleh bakteri yang resisten terhadap
antibiotik adalah lebih besar.

Secara klinis, pneumonia dapat terjadi baik sebagai penyakit primer maupun
sebagai komplikasi dari beberapa penyakit lain. Secara morfologis pneumonia
dikenal sebagai berikut:

1. Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau
lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia
bilateral atau “ganda”.
2. Bronkopneumonia, terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh
eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus
yang berada didekatnya, disebut juga pneumonia loburalis.
3. Pneumonia interstisial, proses inflamasi yang terjadi di dalalm dinding
alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular.
Pneumonia lebih sering diklasifikasikan berdasarkan agen penyebabnya,
virus, atipikal (mukoplasma), bakteri, atau aspirasi substansi asing. Pneumonia
jarang terjadi yang mingkin terjadi karena histomikosis, kokidiomikosis, dan
jamur lain.

1. Pneumonia virus, lebih sering terjadi dibandingkan pneumonia bakterial.


Terlihat pada anak dari semua kelompok umur, sering dikaitkan dengan ISPA
virus, dan jumlah RSV untuk persentase terbesar. Dapat akut atau berat.
Gejalanya bervariasi, dari ringan seperti demam ringan, batuk sedikit, dan
malaise. Berat dapat berupa demam tinggi, batuk parah, prostasi. Batuk
biasanya bersifat tidak produktif pada awal penyakit. Sedikit mengi atau
krekels terdengar auskultasi.
2. Pneumonia atipikal, agen etiologinya adalah mikoplasma, terjadi terutama di
musim gugur dan musim dingin, lebih menonjol di tempat dengan konsidi
hidup yang padat penduduk. Mungkin tiba-tiba atau berat. Gejala sistemik
umum seperti demam, mengigil (pada anak yang lebih besar), sakit kepala,
malaise, anoreksia, mialgia. Yang diikuti dengan rinitis, sakit tenggorokan,
batuk kering, keras. Pada awalnya batuk bersifat tidak produktif, kemudian
bersputum seromukoid, sampai mukopurulen atau bercak darah. Krekels
krepitasi halus di berbagai area paru.
3. Pneumonia bakterial, meliputi pneumokokus, stafilokokus, dan pneumonia
streptokokus, manifestasi klinis berbeda dari tipe pneumonia lain, mikro-
organisme individual menghasilkan gambaran klinis yang berbeda. Awitannya
tiba-tiba, biasanya didahului dengan infeksi virus, toksik, tampilan menderita
sakit yang akut , demam, malaise, pernafasan cepat dan dangkal, batuk, nyeri
dada sering diperberat dengan nafas dalam, nyeri dapat menyebar ke abdomen,
menggigil, meningismus.

Berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia,


pneumonia dapat diklasifikasikan:
1. Usia 2 bulan – 5 tahun
a. Pneumonia berat, ditandai secara klinis oleh sesak nafas yang dilihat
dengan adanya tarikan dinding dada bagian bawah.
b. Pneumonia, ditandai secar aklinis oleh adanya nafas cepat yaitu pada usia
2 bulan – 1 tahun frekuensi nafas 50 x/menit atau lebih, dan pada usia 1-5
tahun 40 x/menit atau lebih.
c. Bukan pneumonia, ditandai secara klinis oleh batuk pilek biasa dapat
disertai dengan demam, tetapi tanpa terikan dinding dada bagian bawah
dan tanpa adanya nafas cepat.
Berdasarkan pedoman MTBS (2000), pneumonia dapat diklasifikasikan secara
sederhana berdasarkan gejala yang ada. Klasifikasi ini bukanlah merupakan
diagnose medis dan hanya bertujuan untuk membantu para petugas kesehatan
yang berada di lapangan untuk menentukan tindakan yang perlu diambil,
sehingga anak tidak terlambat penanganan. Klasifikasi tersebut adalah:

1. Pneumonia berat atau penyakit sangat berat,


apabila terdapat gejala :
 Ada tanda bahaya umum, seperti anak tidak bisa minum atau menetek,
selalu memuntahkan semuanya, kejang atau anak letargis/tidak sadar.
 Terdapat tarikan dinding dada ke dalam.
 Terdapat stridor ( suara napas bunyi ‘grok-grok’ saat inspirasi )
2. Pneumonia, apabila terdapat gejala napas
cepat, batasan nafas cepat adalah :
 Anak usia 2 – 12 bulan apabila frekuensi napas 50 x/menit atau lebih.
 Anak Usia 1 – 5 tahun apabila frekuensi napas 40 x/menit atau lebih.
3. Batuk bukan Pneumonia, apabila tidak ada tanda – tanda atau penyakit
sangat berat.

1.6 MANIFESTASI KLINIS


Suriadi dan Rita (2001) menyebutkan manifestasi klinis yang terdapat pada
penderita pneumonia, yaitu :

1. Serangan akut dan membahayakan


2. Demam tinggi (pneumonia virus bagian bawah)
3. Batuk
4. Reles (ronchi)
5. Wheezing
6. Sakit kepala, malaise
7. Nyeri abdomen

Manifestasi klinis :
 Biasanya didahului infeksi saluran pernafasan bagian atas. Suhu dapat naik
secara mendadak (38 – 40 ºC), dapat disertai kejang (karena demam tinggi).
 Gejala khas :
a. Sianosis pada mulut dan hidung.
b. Sesak nafas, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping
hidung.
c. Gelisah, cepat lelah.

 Batuk mula-mula kering produktif.


 Kadang-kadang muntah dan diare, anoreksia.

3.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


Pemeriksaan penunjang menurut Betz dan Sowden (2002) dapat dilakukan antara
lain :

1. Kajian foto thorak– diagnostic, digunakan untuk melihat adanya infeksi di


paru dan status pulmoner (untuk mengkaji perubahan pada paru)
2. Nilai analisa gas darah, untuk mengevaluasi status kardiopulmoner
sehubungan dengan oksigenasi
3. Hitung darah lengkap dengan hitung jenis untuk menetapkan adanya anemia,
infeksi dan proses inflamasi
4. Pewarnaan gram (darah) untuk seleksi awal antimikroba
5. Tes kulit untuk tuberkulin– mengesampingkan kemungkinan TB jika anak
tidak berespons terhadap pengobatan
6. Jumlah leukosit– leukositosis pada pneumonia bakterial
7. Tes fungsi paru, digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan
luas dan beratnya penyakit dan membantu mendiagnosis keadaan
8. Spirometri statik, digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
9. Kultur darah – spesimen darah untuk menetapkan agens penyebabnya seperti
virus dan bakteri
10. Kultur cairan pleura– spesimen cairan dari rongga pleura untuk menetapkan
agens penyebab seperti bakteri dan virus
11. Bronkoskopi, digunakan untuk melihat dan memanipulasi cabang-cabang
utama dari pohon trakeobronkhial; jaringan yang diambil untuk diuji
diagnostik, secara terapeutik digunakan untuk menetapkan dan mengangkat
benda asing.
12. Biopsi paru– selama torakotomi, jaringan paru dieksisi untuk melakukan
kajian diagnostik.

Sedangkan menurut Engram (1998) pemeriksaan penunjang meliputi


1. Leukosit, umumnya pneumonia bakteri didapatkan leukositosis dengan
predominan polimorfonuklear. Leukopenia menunjukkan prognosis yang
buruk.
2. Cairan pleura, eksudat dengan sel polimorfonuklear 300-100.000/mm.
Protein di atas 2,5 g/dl dan glukosa relatif lebih rendah dari glukosa darah.
3. Titer antistreptolisin serum, pada infeksi streptokokus meningkat dan dapat
menyokong diagnosa.
4. Kadang ditemukan anemia ringan atau berat.
Pemeriksaan mikrobiologik
1. Spesimen: usap tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan bronkus atau sputum
darah, aspirasi trachea fungsi pleura, aspirasi paru.
2. Diagnosa definitif jika kuman ditemukan dari darah, cairan pleura atau
aspirasi paru
Pemeriksaan imunologis
1. Sebagai upaya untuk mendiagnosis dengan cepa
2. Mendeteksi baik antigen maupun antigen spesifik terhadap kuman penyebab.
3. Spesimen: darah atau urin.
4. Tekniknya antara lain: Conunter Immunoe Lectrophorosis, ELISA, latex
agglutination, atau latex coagulation.
Pemeriksaan radiologis, gambaran radiologis berbeda-beda untuk tiap
mikroorganisme penyebab pneumonia.

a. Pneumonia pneumokokus: gambaran radiologiknya bervariasi dari infiltrasi


ringan sampai bercak-bercak konsolidasi merata (bronkopneumonia) kedua
lapangan paru atau konsolidasi pada satu lobus (pneumonia lobaris). Anak
dan anak-anak gambaran konsolidasi lobus jarang ditemukan.
b. Pneumonia streptokokus, gambagan radiologik menunjukkan
bronkopneumonia difus atau infiltrate interstisialis. Sering disertai efudi
pleura yang berat, kadang terdapat adenopati hilus.
c. Pneumonia stapilokokus, gambaran radiologiknya tidak khas pada permulaan
penyakit. Infiltrat mula=mula berupa bercak-bercak, kemudian memadat dan
mengenai keseluruhan lobus atau hemithoraks. Perpadatan hemithoraks
umumhya penekanan (65%), < 20% mengenai kedua paru.
3.8 PENATALAKSANAAN
Pengobatan umum pasien – pasien pneumonia biasanya berupa pemberian
antibiotik yang efektif terhadap organism tertentu, terapi oksigen untuk
menanggulangi hipoksemia dan pengobatan komplikasi seperti pada efusi pleura
yang ringan, obat pilihan untuk penyakit ini adalah penisilin G. (patofisiologi
page 806).

Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal
itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya:

 Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.


 Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
 Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi menunjukkan tanda-
tanda
 Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia.
 Bila terjadi gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup.
Terapi suportif yang bisa dilakukan, antara lain:

 Berikan oksigen
 Lakukan fisioterapi dada (lakukan hanya pada daerah yang terdapat sekret )
Tahapan fisioterapi
1. INHALASI
Inhalasi adalah pengobatan dengan cara memberikan obat dalam bentuk uap
kepada pasien langsung melalui alat pernapasannya (hidung ke paru-paru). Alat
terapi inhalasi bermacam-macam. Salah satunya yang efektif bagi anak adalah
alat terapi dengan kompresor (jet nebulizer). Cara penggunaannya cukup praktis
yaitu anak diminta menghirup uap yang dikeluarkan nebulizer dengan
menggunakan masker. Obat-obatan yang dimasukkan ke dalam nebulizer
bertujuan melegakan pernapasan atau menghancurkan lendir. Semua penggunaan
obat harus selalu dalam pengawasan dokter. Dosis obat pada terapi inhalasi jelas
lebih sedikit tapi lebih efektif ketimbang obat oral/obat minum seperti tablet atau
sirup, karena dengan inhalasi obat langsung mencapai sasaran. Bila tujuannya
untuk mengencerkan lendir/sekret di paru-paru, obat itu akan langsung menuju ke
sana.
2. PENGATURAN POSISI TUBUH
Tahapan ini disebut juga dengan postural drainage, yakni pengaturan posisi tubuh
untuk membantu mengalirkan lendir yang terkumpul di suatu area ke arah cabang
bronkhus utama (saluran napas utama) sehingga lendir bisa dikeluarkan dengan
cara dibatukkan. Untuk itu, orang tua mesti mengetahui di mana letak lendir
berkumpul.

Caranya:
* Setelah letak lendir berhasil ditemukan (dengan melihat hasil rontgen atau
dengan penjelasan dari dokter mengenai letak dari sekret di paru-paru), atur
posisi anak.
- Bila lendir berada di paru-paru bawah maka letak kepala harus lebih rendah dari
dada agar lendir mengalir ke arah bronkhus utama. Posisi anak dalam keadaan
tengkurap.
- Kalau posisi lendir di paru-paru bagian atas maka kepala harus lebih tinggi agar
lendir mengalir ke cabang utama. Posisi anak dalam keadaan telentang.
- Kalau lendir di bagian paru-paru samping/lateral, maka posisikan anak dengan
miring ke samping, tangan lurus ke atas kepala dan kaki seperti memeluk guling.
3. PEMUKULAN/PERKUSI
Teknik pemukulan ritmik dilakukan dengan telapak tangan yang melekuk pada
dinding dada atau punggung. Tujuannya melepaskan lendir atau sekret-sekret
yang menempel pada dinding pernapasan dan memudahkannya mengalir ke
tenggorok. Hal ini akan lebih mempermudah anak mengeluarkan lendirnya.
Caranya:
* Lakukan postural drainage. Bila posisinya telentang, tepuk-tepuk (dengan
posisi
tangan melekuk) bagian dada sekitar 3-5 menit. Menepuk anak cukup dilakukan
dengan menggunakan 3 jari.
* Dalam posisi tengkurap, tepuk-tepuk daerah punggungnya sekitar 3-5 menit.
* Dalam posisi miring, tepuk-tepuk daerah tubuh bagian sampingnya. Setelah itu
lakukan vibrasi (memberikan getaran) pada rongga dada dengan menggunakan
tangan (gerakannya seperti mengguncang lembut saat membangunkan anak dari
tidur). Lakukan sekitar 4-5 kali.

 Observasi tanda vital


 Kaji dan catat pengetahuan serta partisipasi keluarga dalam perawatan,
misalnya, pemberian obat serta pengenalan tanda dan gejala inefektivitas pola
napas.
 Ciptakan lingkungan yang nyaman

3.9 KOMPLIKASI
a. Demam menetap / kambuhan akibat alergi obat
b. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna) terjadi karena
obstruksi bronkus oleh penumukan sekresi
c. Efusi pleura (terjadi pengumpulan cairan di rongga pleura)
d. Empiema (efusi pleura yang berisi nanah)
e. Delirium terjadi karena hipoksia
f. Super infeksi terjadi karena pemberian dosis antibiotic yang besar. Ex:
penisilin
g. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
h. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
i. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

Anda mungkin juga menyukai