OLEH :
OKTA NUGROHO
NIM. 04021381722045
REGULER B 2017
Dosen Pengampu:
Mutia Nadra Maulida, S, Kep., Ns., M.Kes., M.Kep
2. Sasaran
Klien Ny. K, Usia 45 Tahun yang di rawat di Pav. Cempaka RS Dr. Mohammad
Hoesin
3. Materi (terlampir)
1) Konsep dasar penyakit Efusi Pleura
2) Asuhan keperawatan klien dengan Efusi Pleura
4. Metode
Diskusi
5. Media
a. Dokumen/status pasien
b. Sarana diskusi
c. Materi yang disampaikan secara lisan
6. Proses Ronde
Waktu Tahap Kegiatan Pelaksana Kegiatan Tempat
pasien
1 hari Pra Pra Ronde: Penanggung Ruang PD
sebelum ronde 1. Menentukan kasus & topik jawab : RS
ronde 2. Menentukan Tim ronde - Mohamma
3. Informed Consent d hosein
4. Membuat Pra planning
5. Diskusi
6. Mencari Sumber Literatur
5 menit Ronde Pembukaan: Kepala - Nurse
1. Salam pembuka ruangan station
2. Memperkenalkan tim ronde (Karu)
3. Menyampaikan identitas dan
masalah pasien
4. Menjelaskan tujuan ronde
30 menit Penyajian masalah PP Mendengark Nurse
1. Memberi salam dan an station
memperkenalkan pasien dan
keluarga kepada tim ronde
2. Menjelaskan riwayat penyakit
dan keperawatan klien
3. Menjelaskan masalah klien dan
rencana tindakan yang telah
dilaksanakan dan menetapkan
prioritas yg perlu didiskusikan
Validasi data
4. Mencocokkan dan menjelaskan Karu, PP, Memberikan Ruang
kembali data yg telah konselor respon dan perawatan
disampaikan menjawab
5. Diskusi antar anggota tim dan pertanyaan
pasien ttg masalah keperawatan Karu, PP,
konselor
6. Pemberian justifikasi primer /
konselor / karu ttg masalah
pasien serta rencana tindakan
yg akan dilakukan
7. Menentukan tindakan Karu
keperawatan pada masalah
prioritas yg telah ditetapkan
10 menit Pasca 1. Evaluasi dan rekomendasi Karu, Nurse
ronde intervensi keperawatan supervisor, station
2. Penutup konselor,
pembimbing
7. Kriteria Evaluasi
a. Struktur :
1) Menentukan penanggung jawab ronde keperawatan.
2) Menetapkan kasus yang akan di rondekan.
3) Persiapan perlengkapan ronde keperawatan (klien yang akan
dirondekan, informed concent, menghubungi konsultan, dll).
4) Pembagian peran : Karu, Katim, PA.
b. Proses
1) Melaksanakan ronde keperawatan bersama-sama Kepala ruangan,
ketua tim, dan perawat pelaksana dan konsultan.
2) Penjelasan tentang klien oleh ketua tim dalam hal ini penjelasan
difokuskan pada masalah keperawatan dan intervensi yang telah
dilaksanakan tetapi belum mampu mengatasi masalah pasien
3) Diskusi antar anggota tim kesehatan tentang kasus tersebut.
4) Pemberian masukan solusi tindakan yang lain yang mampu mengatasi
masalah klien tersebut.
c. Hasil
1) Dapat dirumuskan tindakan keperawatan untuk menyelesaikan
masalah pasien
2) Hasil diskusi yang disampaikan dapat ditindak lanjuti dan
dilaksanakan.
8. Pengorganisasian
a. Kepala Ruangan : Okta Nugroho
b. PP I : Rama Sayoga
PP II : Dwi Nur Ariyanto
c. PP I : Engelbert
PP II : Anggi Pratama
d. Konselor : Ona Syafitri
e. Pembimbing : Jovie Bayu Satria S.Kep,. Ns
f. Supervisor : Vedro Adira Tampubolon S.Kep., Ns
SURAT PERSETUJUAN DILAKUKAN
RONDE KEPERAWATAN
.............................................. ...........................................
I. Identitas pasien
Nama : Ny. K
Umur : 45 Tahun
Suku/bangsa : Jawa
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jogoroto – Jombang
Tanggal masuk RS : 13 Agustus 2017 / Jam
Tanggal Pengkajian : 13 Agustus 2017 / Jam
No MR :
Dx. Medis : Pneumonia + Asma. Suspect + Ca. Mamae
II. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak dan nyeri dada saat batuk
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSUD Jombang pada tanggal 13 Agustus 2017 jam
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan pada tahun 2012 pernah operasi payudara dan operasi
benjolan dibawah leherkiri
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan di keluarga tidak ada yang mengalami sakit seperti
yang di alami pasien.
III. Pola Fungsi kesehatan
a. Pola nutrisi dan metabolisme
Diet/suplemen khusus: tidak ada
Intruksi diet sebelumnya: -
Nafsu makan : Nafsu makan baik, diit bubur, 1 porsi makan habis, makan
3x/hari
Penurunan sensasi kecap, mual-muntah, stomatitis : pasien kadang mual
Pantangan/alergi : tidak ada
b. Pola Eliminasi
Buang air besar (BAB) :
Frekuensi : selama di RS belum pernah BAB
Warna : Kuning Konsistensi : Lembek
Kesulitan (diare, konstipasi, inkontinensia) : Tidak ada
Buang air kecil (BAK) :
Pasien terpasang selang kateter dengan jumlah urin 500 cc / 6 jam
c. Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan dari:
Kegiatan/aktivitas 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Berpakaian/berdandan √
Toileting √
Mobilisasi di tempat √
tidur
Berpindah √
Berjalan √
V. Analisa Data
DO:
Pasien terlihat
gelisah
Frekuensi nafas
tidak teratur
BGA
pH : 7,511
mmHg
PO2 : 170
mmHg
HCO3 :
29,3mmHg
CO : 30,4
mmHg
TTV
TD : 110/80
mmHg
N : 84 x/m
S: 36,7 C
RR : 26 x/m
SPO2 : 98%
DS: Pasien kelainan dan
mengatakan penyakit (Produksi Ketidak efektifan
susah sekret berlebih) bersihan jalan napas
mengeluarkan
dahak
DO
DO
Frekuensi
tidur 3 jam
TTV
TD : 110/80
mmHg
N : 84 x/m
S: 36,7 C
RR : 26 x/m
DO:
Pasien terlihat
menyeringai saat
batuk
Pengkajian
nyeri:
P : Ca Mamae
Q :seperti di
tusuk-tusuk
R : di daerah
dada
S : sekala nyeri 6
T : saat batuk
Hasil foto thorak
menunjukan
terdapat massa
pada daerah dada
kiri
TTV
TD : 110/80
mmHg
N : 84 x/m
S: 36,7 C
RR : 26 x/m
VIII. Implementasi
PNEUMONIA
1.1 Definisi
a. Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengensi jaringan
paru (alveoli). (DEPKES. 2006).
b. Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli,
serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat. (Zuh Dahlan. 2006).
c. Pneumonia adalah penyakit infeksi akut paru yang disebabkan terutama oleh
bakteri; merupakan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang
paling sering menyebabkan kematian pada anak dan anak balita (Said 2007).
d. Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (IKA, 2001)
1.2 EPIDEMIOLOGI
Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia. Pneumokokus
dengan serotipl sampai 8 menyebabkan pneumonia pada orang dewasa lebih dari
80%, sedangkan pada anak ditemukan tipe 14,1,6,dan 9. Angka kejadian tertinggi
ditemukan pada usia kurang dari 4 tahun dan berkurang dengan meningkatnya
umur. Pneumonia lobaris hampir selalu disebabkan oleh pneumokokus-
ditemukan pada orang dewasa dan anak besar, sedangkan bronchopneumonia
lebih sering dijumpai pada anak kecil dan anak.
Pneumonia sangat rentan terhadap anak berumur di bawah dua bulan,
berjenis kelamin laki-laki, tingkat sosioekonomi rendah, tingkat pendidikan ibu
rendah, tingkat pelayanan kesehatan masih kurang, adanya penyakit kronis pada
anak, kurang gizi, berat badan lahir rendah, tidak mendapatkan ASI yang
memadai, polusi udara, kepadatan tempat tinggal, imunisasi yang tidak memadai,
dan defisiensi vitamin A.
Pneumonia juga merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai
negara terutama di negara berkembang termasuk Indonesia, dan merupakan
penyebab kematian utama pada balita. Hasil penelitian yang dilakukan
Departemen Kesehatan mendapatkan pneumonia penyebab kejadian dan
kematian tertinggi pada balita. Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan
pneumonia, antara lain virus dan bakteri. Beberapa faktor yang dapat
meningkatkan resiko untuk terjadinya pneumonia antara lain adalah defek
anatomi bawaan, defisit imunologi, polusi, GE, aspirasi, dll.
Said (2007) menyatakan bahwa diperkirakan 75% pneumonia pada anak
balita di negara berkembang termasuk di Indonesia disebabkan oleh
pneumokokus dan Hib. Di seluruh dunia setiap tahun diperkirakan terjadi lebih 2
juta kematian balita karena pneumonia. Di Indonesia menurut Survei Kesehatan
Rumah Tangga tahun 2001 kematian balita akibat pneumonia 5 per 1000 balita
per tahun. Ini berarti bahwa pneumonia menyebabkan kematian lebih dari
100.000 balita setiap tahun, atau hampir 300 balita setiap hari, atau 1 balita setiap
5 menit. Menunjuk angka-angka di atas bisa dimengerti para ahli menyebut
pneumonia sebagai The Forgotten Pandemic atau "wabah raya yang terlupakan"
karena begitu banyak korban yang meninggal karena pneumonia tetapi sangat
sedikit perhatian yang diberikan kepada masalah pneumonia. Tidak heran bila
melihat kontribusinya yang besar terhadap kematian balita pneumonia dikenal
juga sebagai "pembunuh balita nomor satu".
Senada dengan Said, Betz dan Sowden (2002) menyatakan bahwa insidens
dari pneumonia antara lain :
1. Pneumonia virus lebih sering dijumpai daripada pneumonia bakterial
2. Pneumonia streptokokus paling sering terdapat pada 2 tahun pertama
kehidupan. Pada 30 % anak dengan pneumonia yang berusia kurang dari 3
bulan dan pada 70 % anak dengan pneumonia yang berusia kurang dari 1
tahun.
3. Pneumonia pneumokokus mencakup 90 % dari semua pneumonia
4. Mikoplasma jarang menimbulkan pneumonia pada anak yang berusia
5tahun, mereka berhubungan dengan 20 % kasus pneumonia yang di
diagnosis pada pasien antara umur 16 dan 19 tahun.
5. Pneumonia akan terjadi lebih berat dan lebih sering pada anak dan anak-
anak kecil
6. Virus sinsisium respiratori merupakan penyebab terbesar dari kasus
pneumonia virus.
7. Infeksi virus saluran nafas atas adalah penyebab kematian kedua pada anak
dan anak kecil.
8. Pneumonia mikoplasma mencakup 10 sampai 20 % pneumonia yang
dirawat di rumah sakit.
1.3 ETIOLOGI
1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram
posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus
pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella
pneumonia dan P. Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia
virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung, tanah serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001)
Menurut (Smeltzer, 2001) etiologi pneumonia, meliputi :
1) Pneumonia bakterial
Penyebab yang paling sering: Streptoccocus pneumonia
3) Pneumonia juga disebabkan oleh terapi radiasi (terapi radisasi untuk kanker
payudara/paru) biasanya 6 minggu atau lebih setelah pengobatan selesai ini
menyebabkan pneumonia radiasi. Bahan kimia biasanya karena mencerna
kerosin atau inhalasi gas menyebabkan pneumonitis kimiawi (Smeltzer,
2001 : 572). Karena aspirasi/inhalasi (kandungan lambung) terjadi ketika
refleks jalan nafas protektif hilang seperti yang terjadi pada pasien yang tidak
sadar akibat obat-obatan, alkohol, stroke, henti jantung atau pada keadaan
selang nasogastrik tidak berfungsi yang menyebabkan kandungan lambung
mengalir di sekitar selang yang menyebabkan aspirasi tersembunyi.
( Smeltzer, 2001 :637)
Sedangkan dari sudut pandang sosial, penyebab pneumonia menurut Depkes RI
(2005) antara lain :
1.4 PATOFISIOLOGI
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari anak
sampai usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan
gangguan penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan
tubuhnya , adalah yang paling berisiko. Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada
dan hidup normal pada tenggorokan yang sehat. Pada saat pertahanan tubuh
menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri
pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak organ paru-paru.
Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru banyak
disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu. Selain
itu, toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis dapat
secara langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah. Pneumonia
bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling mencolok.
Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, ataupun seluruh lobus,
bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan
dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi
dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri
pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia
(Sipahutar, 2007).
1. Kongesti (24 jam pertama) : Merupakan stadium pertama, eksudat yang kaya
protein keluar masuk ke dalam alveolar melalui pembuluh darah yang
berdilatasi dan bocor, disertai kongesti vena. Paru menjadi berat, edematosa
dan berwarna merah.
2. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya) : Terjadi pada stadium kedua, yang
berakhir setelah beberapa hari. Ditemukan akumulasi yang masif dalam ruang
alveolar, bersama-sama dengan limfosit dan magkrofag. Banyak sel darah
merah juga dikeluarkan dari kapiler yang meregang. Pleura yang menutupi
diselimuti eksudat fibrinosa, paru-paru tampak berwarna kemerahan, padat
tanpa mengandung udara, disertai konsistensi mirip hati yang masih segar dan
bergranula (hepatisasi = seperti hepar).
3. Hepatisasi kelabu (3-8 hari) : Pada stadium ketiga menunjukkan akumulasi
fibrin yang berlanjut disertai penghancuran sel darah putih dan sel darah
merah. Paru-paru tampak kelabu coklat dan padat karena leukosit dan fibrin
mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang terserang.
4. Resolusi (8-11 hari) : Pada stadium keempat ini, eksudat mengalami lisis dan
direabsorbsi oleh makrofag dan pencernaan kotoran inflamasi, dengan
mempertahankan arsitektur dinding alveolus di bawahnya, sehingga jaringan
kembali pada strukturnya semula. (Underwood, 2000 : 392).
1.5 KLASIFIKASI
Klasifikasi Pneumonia dapat dibagi menjadi :
1) Klasifikasi klinis
Secara klinis, pneumonia dapat terjadi baik sebagai penyakit primer maupun
sebagai komplikasi dari beberapa penyakit lain. Secara morfologis pneumonia
dikenal sebagai berikut:
1. Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau
lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia
bilateral atau “ganda”.
2. Bronkopneumonia, terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh
eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus
yang berada didekatnya, disebut juga pneumonia loburalis.
3. Pneumonia interstisial, proses inflamasi yang terjadi di dalalm dinding
alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular.
Pneumonia lebih sering diklasifikasikan berdasarkan agen penyebabnya,
virus, atipikal (mukoplasma), bakteri, atau aspirasi substansi asing. Pneumonia
jarang terjadi yang mingkin terjadi karena histomikosis, kokidiomikosis, dan
jamur lain.
Manifestasi klinis :
Biasanya didahului infeksi saluran pernafasan bagian atas. Suhu dapat naik
secara mendadak (38 – 40 ºC), dapat disertai kejang (karena demam tinggi).
Gejala khas :
a. Sianosis pada mulut dan hidung.
b. Sesak nafas, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping
hidung.
c. Gelisah, cepat lelah.
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal
itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya:
Berikan oksigen
Lakukan fisioterapi dada (lakukan hanya pada daerah yang terdapat sekret )
Tahapan fisioterapi
1. INHALASI
Inhalasi adalah pengobatan dengan cara memberikan obat dalam bentuk uap
kepada pasien langsung melalui alat pernapasannya (hidung ke paru-paru). Alat
terapi inhalasi bermacam-macam. Salah satunya yang efektif bagi anak adalah
alat terapi dengan kompresor (jet nebulizer). Cara penggunaannya cukup praktis
yaitu anak diminta menghirup uap yang dikeluarkan nebulizer dengan
menggunakan masker. Obat-obatan yang dimasukkan ke dalam nebulizer
bertujuan melegakan pernapasan atau menghancurkan lendir. Semua penggunaan
obat harus selalu dalam pengawasan dokter. Dosis obat pada terapi inhalasi jelas
lebih sedikit tapi lebih efektif ketimbang obat oral/obat minum seperti tablet atau
sirup, karena dengan inhalasi obat langsung mencapai sasaran. Bila tujuannya
untuk mengencerkan lendir/sekret di paru-paru, obat itu akan langsung menuju ke
sana.
2. PENGATURAN POSISI TUBUH
Tahapan ini disebut juga dengan postural drainage, yakni pengaturan posisi tubuh
untuk membantu mengalirkan lendir yang terkumpul di suatu area ke arah cabang
bronkhus utama (saluran napas utama) sehingga lendir bisa dikeluarkan dengan
cara dibatukkan. Untuk itu, orang tua mesti mengetahui di mana letak lendir
berkumpul.
Caranya:
* Setelah letak lendir berhasil ditemukan (dengan melihat hasil rontgen atau
dengan penjelasan dari dokter mengenai letak dari sekret di paru-paru), atur
posisi anak.
- Bila lendir berada di paru-paru bawah maka letak kepala harus lebih rendah dari
dada agar lendir mengalir ke arah bronkhus utama. Posisi anak dalam keadaan
tengkurap.
- Kalau posisi lendir di paru-paru bagian atas maka kepala harus lebih tinggi agar
lendir mengalir ke cabang utama. Posisi anak dalam keadaan telentang.
- Kalau lendir di bagian paru-paru samping/lateral, maka posisikan anak dengan
miring ke samping, tangan lurus ke atas kepala dan kaki seperti memeluk guling.
3. PEMUKULAN/PERKUSI
Teknik pemukulan ritmik dilakukan dengan telapak tangan yang melekuk pada
dinding dada atau punggung. Tujuannya melepaskan lendir atau sekret-sekret
yang menempel pada dinding pernapasan dan memudahkannya mengalir ke
tenggorok. Hal ini akan lebih mempermudah anak mengeluarkan lendirnya.
Caranya:
* Lakukan postural drainage. Bila posisinya telentang, tepuk-tepuk (dengan
posisi
tangan melekuk) bagian dada sekitar 3-5 menit. Menepuk anak cukup dilakukan
dengan menggunakan 3 jari.
* Dalam posisi tengkurap, tepuk-tepuk daerah punggungnya sekitar 3-5 menit.
* Dalam posisi miring, tepuk-tepuk daerah tubuh bagian sampingnya. Setelah itu
lakukan vibrasi (memberikan getaran) pada rongga dada dengan menggunakan
tangan (gerakannya seperti mengguncang lembut saat membangunkan anak dari
tidur). Lakukan sekitar 4-5 kali.
3.9 KOMPLIKASI
a. Demam menetap / kambuhan akibat alergi obat
b. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna) terjadi karena
obstruksi bronkus oleh penumukan sekresi
c. Efusi pleura (terjadi pengumpulan cairan di rongga pleura)
d. Empiema (efusi pleura yang berisi nanah)
e. Delirium terjadi karena hipoksia
f. Super infeksi terjadi karena pemberian dosis antibiotic yang besar. Ex:
penisilin
g. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
h. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
i. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.