Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

PERAN KELUARGA MELALUI FAMILY SUPPORT PADA PASIEN


SCHIZOPHRENIA POST-PASUNG

LITERATUR REVIEW

Oleh:

MUHAMMAD IMRON ROSADI


NIM. P17212205035

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI
2020

i
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat
dan bimbinganNya kami dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Peran Keluarga Melalui Family Support Pada Pasien Schizophrenia Post-
Pasung (Literatur Review)”.
Makalah ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas
matrikulasi matakuliah keperawatan jiwa Prodi Pendidikan Profesi Ners Program
Profesi Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.
Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya dengan hati yang tulus kepada:
1. Imam Subekti, S.Kp., M.Kep., Sp.Kom selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Malang
2. Joko Wiyono, S.Kp., M.Kep., Sp.Kom selaku Ketua Prodi Pendidikan
Profesi Ners Program Profesi
3. Edi Sudjarwo, S.Kep., Ns., M.kep selaku dosen matakuliah
keperawatan jiwa.
4. Teman- teman ners angkatan tahun 2020 program regular dan non
regular Poltekkes Kemenkes Malang
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah
memberi kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami sadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, tetapi kami berharap makalah
ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi keperawatan.

Malang, September 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................... ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 3
1.3 Rumusan Masalah.......................................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus.................................................................................... 3
BAB 2 METODE .................................................................................................... 4
2.1 Strategi Pencarian Literatur ........................................................................... 4
2.1.1 Protokol dan Registrasi ...................................................................... 4
2.1.2 Database Pencarian............................................................................. 4
2.1.3 Kata Kunci.......................................................................................... 5
2.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ......................................................................... 5
2.3 Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas ............................................................. 6
2.3.1 Hasil Pencarian dan Seleksi Studi ...................................................... 6
2.3.2 Penilaian Kualitas ............................................................................... 8
BAB 3 HASIL DAN ANALISIS ............................................................................ 9
3.1 Karakteristik Studi ......................................................................................... 9
3.2 Karakteristik Responden Studi .................................................................... 12
3.3 Support Family pada Pasien Schizophrenia Post-Pasung ........................... 12
3.3.1 Pengawas Konsumsi Obat Pasien .................................................... 12
3.3.2 Mencari Dukungan Kesembuhan Pasien ODGJ .............................. 12
3.3.3 Memberdayakan Pasien Schizophrenia ............................................ 13
iii
iv

3.3.4 Dukungan Penilaian dari keluarga pada Pasien Gangguan Jiwa Pasca
Pasung ....................................................................................................... 14
3.3.5 Dukungan Instrumental .................................................................... 14
3.3.5 Dukungan Informasional .................................................................. 15
3.3.6 Dukungan Emosional ....................................................................... 15
3.3.7 Aktivitas Komunikasi Keluarga Pasien ODGJ Pasca Pasung .......... 16
3.3.7.1 Terapi Komunikasi Keluarga ............................................... 16
3.3.7.2 Terapi Komunikasi Obat ...................................................... 16
BAB 4 PEMBAHASAN ....................................................................................... 18
4.1 Family Support Pada Pasien Schizophrenia Post-Pasung .......................... 18
BAB 5 KESIMPULAN ......................................................................................... 23
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 23
5.2 Conflict of Interest ....................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 24
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kata Kunci Literatur Review …………………………………………. 5

Tabel 2.2 Format PICOS dalam Literatur Review........................................... 6

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 diagram flow mencari literature .................................................... 7

vi
BAB 1 PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Schizophrenia merupakan karakteristik gangguan mental dengan gejala

halusinasi dan delusi (Afconneri, & Puspita, 2020). Gangguan jiwa mengganggu

kualitas hidup, menurunkan produktivitas jangka panjang manusia dan hubungan

sosial, serta menjadi tantangan bagi bangsa jika tidak ditangani dengan tepat.

Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi,

60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena

dimensia. di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial

dengan keanekaragaman penduduk; maka jumlah kasus gangguan jiwa terus

bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan

produktivitas manusia untuk jangka Panjang (Rokom, 2016).

Tindakan pemasungan pada penderita gangguan jiwa adalah bentuk

tindakan pengekangan fisik masyarakat indonesia terhadap penderita gangguan

jiwa (biasanya yang berat) dengan cara dikurung, dirantai kakinya dimasukan

kedalam balok kayu sehingga kebebasannya menjadi hilang (Nihayati dkk, 2016;

Ulya Z, 2019). Tindakan pemasungan dilakukan oleh keluarga atau yang merawat

pasien gangguan jiwa karena mengalami ketidakberdayaan keluarga dalam

mempertahankan keadaan adaptif bagi penderita gangguan jiwa dan mengutaman

keselamatan (Katuuk, H. M., Daulima, N. H., & Wardani, I. Y., 2019)

Tindakan pemasungan pada pasien dengan gangguan jiwa di Indonesia

biasanya terjadi di daerah pedesaan. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

1
2

tahun 2013, menunjukkan bahwa satu dari tujuh pasien gangguan jiwa mengalami

pemaksaan (pasung), seringkali di pedesaan dan di keluarga dari kelompok sosial

ekonomi bawah. Kementerian Kesehatan memperkirakan jumlah ODGJ yang

mengalami pemasungan di seluruh Indonesia mencapai lebih 18 ribu jiwa.

Proporsi keluarga yang memiliki ODGJ psikosis dan pernah melakukan

pemasungan 14,3% atau sekitar 237 keluarga dari 1.655 keluarga yang memiliki

ODGJ yang dipasung dan terbanyak pada keluarga di pedesaan (18,2%)

(Riskesdas, 2013). Prosentase keluarga yang memiliki ODGJ yang dipasung di

Jawa Timur sebanyak 16,3% (Riskesdas, 2013).

Pemerintah telah berupaya dengan mencanangkan Indonesia bebas pasung

tahun 2014 dan telah berjalan dengan cukup baik. Hal ini dilakukan agar orang

yang dipasung bisa bebas, karena kegiatan pasung adalah kegiatan yang

melanggar Hak Asasi Manusia (Nihayati dkk, 2016). Penelitian Daulima, N. H.

C., Rasmawati, R., & yulia Wardani, I. (2019) menyatakan bahwa ada 3 tema

yang dihasilkan dari respon pasien gangguan jiwa post pasung yaitu harga diri

rendah sebagai respon perubahan peran paska pasung, penurunan kapasitas diri,

pemanfaatan dukungan social dan spiritual. Pemulihan kepercayaan diri dan

peningkatan kualitas hidup ODGJ pasca pasung dapat diperoleh dengan adanya

dukungan masyarakat, penciptaan lapangan kerja serta penerimaan ODGJ di

masyarakat. Oleh karena itu meskipun ODGJ sudah bebas dari pemasungan bukan

berarti orang dengan gangguan jiwa bisa kembali ke kehidupan seperti nomal.

Dukungan oleh berbagai pihak baik keluarga, lingkungan masyarakat dan petugas

kesehatan setempat sangat diperlukan agar kualitas hidup OGDJ pasca pasung

bisa lebih optimal.


3

Dukungan keluarga adalah cara yang efektif untuk menutup gap tehadap

stigma negative terhadap ODGJ dan keluarganya serta bisa menjadi pendukung

yang kuat yang dapat membantu mengembalikan keluarga mereka ke kehidupan

yang berkualitas dan bermartabat. Sebagian besar penelitian hingga saat ini masih

berfokus pada stigma pasien setelah pasung (Wulandari, I. A. P., Daulima, N. H.

C., & Wardani, I. Y., 2019) beban keluarga dalam merawat pasien pasca pasung

(Reknoningsih, dkk. 2015; Ilmy, S. K., Noorhamdani, N., & Windarwati, H. D.,

2020) dan peningkatan pengetahuan dan sikap keluarga melalui pendidikan

kesehatan (Aji, H. P. B., & Arif Widodo, A. K., 2016). Makalah ini yang akan

membahas bagaimana bentuk dukungan keluarga pada pasien gangguan jiwa

setelah pasung. Oleh karena itu perlu dilakukan rangkuman literatur yang

bertujuan untuk mengidentifikasi peran keluarga melalui family support pada

pasien skizofrenia post-pasung.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana bentuk peran keluarga melalui family support pada pasien

skizofrenia post-pasung?

1.3 Rumusan Masalah

1.3.1 Tujuan Umum

Menjelaskan bagaimana bentuk peran keluarga melalui family

support pada pasien skizofrenia post-pasung

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menjelaskan bagaimana bentuk peran keluarga melalui family support

pada pasien skizofrenia post-pasung.


BAB 2 METODE

METODE

2.1 Strategi Pencarian Literatur

2.1.1 Protokol dan Registrasi

Rangkuman menyeluruh dalam bentuk literature review mengenai

bentuk peran keluarga melalui family support pada pasien schizophrenia pasca

pasung. Evaluasi dari literature review akan menggunakan PRISMA checklist

untuk menentukan penyeleksian studi yang telah ditemukan dan disesuaikan

dengan tujuan dari literature review.

2.1.2 Database Pencarian

Literature review yang merupakan rangkuman menyeluruh beberapa

studi penelitian yang ditentukan berdasarkan tema tertentu. Pencarian literatur

dilakukan pada bulan September 2020. Data yang digunakan dalam peelitian ini

adalah data sekunder yang diperoleh bukan dari pengamatan langsung, akan tetapi

diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti

terdahulu. Sumber data sekunder yang didapat berupa artikel jurnal

bereputasi baik nasional maupun internasional dengan tema yang sudah

ditentukan. Pencarian literatur dalam literature review ini menggunakan lima

database dengan kriteria kualitas tinggi dan sedang, yaitu ProQuest, Scient

Direct, dan SINTA.

4
5

2.1.3 Kata Kunci

Pencarian artikel atau jurnal menggunakan keyword dan boolean operator

(AND, OR NOT or AND NOT) yang digunakan untuk memperluas atau

menspesifikkan pencarian, sehingga mempermudah dalam penentuan artikel atau

jurnal yang digunakan. Kata kunci dalam literature review ini disesuaikan dengan

Medical Subject Heading (MeSH) dan terdiri dari sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kata Kunci Literatur Review

Family support Post-Pasung Schizophrenia


OR OR OR
Family experience Post physical restrain Mental health disorder
OR OR OR
Dukungan Keluarga Post physical Confinement Mental disorder

2.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Strategi yang digunakan untuk mencari artikel menggunakan PICOS

framework, yang terdiri dari:

1. Population/problem yaitu populasi atau masalah yang akan di analisis sesuai

dengan tema yang sudah ditentukan dalam literature review

2. Intervention yaitu suatu tindakan penatalaksanan terhadap kasus perorangan

atau masyarakat serta pemaparan tentang penatalaksanaan studi sesuai dengan

tema yang sudah ditentukan dalam literature review.

3. Comparation yaitu intervensi atau penatalaksanaan lain yang digunakan

sebagai pembanding, jika tidak ada bisa menggunakan kelompok kontrol

dalam studi yang terpilih.


6

4. Outcome yaitu hasil atau luaran yang diperolah pada studi terdahulu

yang sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam literature review.

5. Study design yaitu desain penelitian yang digunakan dalam artikel yang akan

di review.

Tabel 2.2 Format PICOS dalam Literatur Review

Kriteria Inklusi Eksklusi


Population Schizophrenia patien’s Schizophrenia patien’s
with Post-Pasung without Pasung
Intervention Family support Non family support
intervention intervention
Comparators No Comparator
Outcomes Analysis of the form of Not described Analysis of
family support in post- the form of family support
pasung Schizophrenia in post-pasung
patients Schizophrenia patients
Study design and Quasi-experimental
publication type studies, randomized
control and trial,
systematic review,
qualitative research and
cross-sectional studies
Publication years Post-2015 Pre-2015
Language English, Indonesian Language other than
English and Indonesian

2.3 Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas

2.3.1 Hasil Pencarian dan Seleksi Studi

Berdasarkan hasil pencarian literature melalui publikasi di tiga database

dan menggunakan kata kunci yang sudah disesuaikan dengan MeSH, peneliti

mendapatkan 49 artikel yang sesuia dengan kata kunci tersebut. Hasil pencarian

yang didapatkan kemudian diperiksa duplikasi terdapat 29 artikel yang sama


7

sehingga dikeluarkan dan tersisa 20 artikel. penulis kemudian melakukan skrining

berdasarkan judul (n=20), abstrak (n=10) dan full text (n=5) yang disesuaikan

dengan tema literature review. Assasment yang dilakukan berdasarkan kelayakan

terhadap kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan sebanyak 5 artikel yang bisa

dipergunakan dalam literatur review. hasil seleksi artikel studi dapat digambarkan

dalam diagram flow dibawah ini.

Research identified through Excluded (n = 10)


databases ScienDirect, Partisipant
Proquest and SINTA (n= 49) Does not focus on family support in
Schizophrenia’s patien post-pasung.
(n = 4)
Intervention
Records after duplicates
Irrelevant with family support in
removed (n = 20)
Schizophrenia’s patien post-pasung
(n = 2)
Title identified and screened Outcome
(n = 20) Does not discus family support in
Schizophrenia’s patien post-pasung
(n = 4)
Abstract identified and
screened (n = 10)
Excluded (n = 5)
Partisipant
Full copies retrieved and Does not focus on family support in
assessed for eligibility Schizophrenia’s patien post-pasung.
(n = 5) (n = 3)
Intervention
Irrelevant with family support in
Schizophrenia’s patien post-pasung
Study included in synthesis (n (n = 0)
= 5) Outcome
Does not discus family support in
Schizophrenia’s patien post-pasung
(n = 2)

Gambar 1 : Diagram Flow Literatur Review Berdasarkan PRISMA 2009 (Polit


and Beck, 2013)
8

2.3.2 Penilaian Kualitas


Analisis kualitas metodologi dalam setiap studi (n=5) dengan checklist

daftar penilaian dengan beberapa pertanyaan untuk menilai kualitas dari studi.

Penilaian kriteria diberikan nilai “ya”, “tidak”, “tidak jelas” atau “tidak berlaku”

dan setiap kriteria dengan skor “ya” diberi satu point dan nilai lainnya adalah nol,

setiap skor studi kemuadian dihitung dan dijumlahkan. critical apprasial untuk

menilai studi yang memenuhi syarat dilakukan oleh para peneliti. Jika score

penelitian setidaknya 50% memenuhi kriteria critical apprasial dengan nilai titik

cut-off yang telah disepakati oleh peneliti, studi dimasukkan ke dalam kriteria

inklusi. Peneliti mengecualikan studi yang berkualitas rendah untuk menghindari

bias dalam validitas hasil dan rekomendasi ulasan. Dalam skrining terakhir artikel

yang digunakan dalam literatur review ini terdapat 5 buah.

Risiko bias dalam literatur review ini menggunakan assasment pada

metode penelitian masing-masing studi, yang terdiri dari (Nursalam, 2020):

1) Teori : teori yang tidak sesuai, sudah kadaluarsa dan kredibiltas yang kurang.

2) Design : Design kurang sesuai dengan tujuan penelitian

3) Sample : ada 4 hal yang harus diperhatikan yaitu populasi, sample, sampling,

dan besar sample yang tidak sesuai dengan kaidah pengambilan sample

4) Variable : variable yang ditetapkan tidak sesuai dari segi jumlah,

pengontrolan variable perancu, dan variable lainnya.

5) Instrument : instrument yang digunakan tidak memiliki sensivitas, spesifikasi

dan validitas-reabilitas

6) Analisis data : analisis data tidak sesuai dengan kaidah analisis yang sesuai

dengan standart.
BAB 3 HASIL DAN ANALISIS

HASIL DAN ANALISIS

3.1 Karakteristik Studi


Enam artikel memenuhi kriteria inklusi berdasarkan topik literature review

yaitu peran keluarga melalui dukungan keluarga pada pasien schizophrenia setelah

pasung (6 studi). Dukungan keluarga pada pasien schizophrenia setelah pasung

semuanya menggunakan studi kualitatif. Jumlah rata-rata partisipan untuk untuk

studi kualitatif sebanyak 10 partisipan (Purba et al, 2020), 9 partisipan (Yunota et al,

2020; Yusuf & Tristiana, 2018), 7 partisipan (Wahyuningsih et al, 2019) dan 6 partisipan

(Suswinarto et al, 2015; Nihayati et al, 2016) semuanya menggunakan purposive

sampling.

Studi yang sesuai dengan tinjauan sistematika ini semuanya dilakukan di

Indonesia. Lima studi menjelaskan tentang bentuk dukungan keluarga pasien

ODGJ pasca pasung (Purba et al, 2020; Yunota et al, 2020; Yusuf & Tristiana, 2018;

Suswinarto et al, 2015; Nihayati et al, 2016 ) dan satu studi menggali peran keluarga

dalam pemberian terapi komunikasi teraputik pasien ODGJ pasca pasung

(Wahyuningsih et al, 2019)

Tabel 3.1 Hasil Pencarian Literatur

Author and Study design, Sample, Variable, Outcome of Family Summary of Result
years Instument, Analysis Support
(Purba et al, Design : qualitative study dengan supervision of taking Family support is very
2020) pendekatan fenomenologi medication, important for people with
providing continuity severe mental illness.
Database: Sample : Purposive sampling
and optimized care, Psychiatric nurses need to
ScienDirect technique with 10 partisipants
and empowering assist families to scale up
Variable : Family support for people with support for people with
persons with schizophrenia after schizophrenia schizophrenia.
physical restraint and confinemen
Instrumen : Interview
Analysis : Colaizzi’s method
9
10

Author and Study design, Sample, Variable, Outcome of Family Summary of Result
years Instument, Analysis Support
(Yunota et al, Design : qualitative research Constructive shape : The results showed that
2020) using a case study approach looking for healing, families coping when
supervisor of taking care of patients
Database: Sample : purposive sampling (n= consuming drug,
Proquest 9 partisipant with mental disorders
interaction, positive
post-pasung comprise
Variable : Coping strategies used thinking.
seven themes. The seven
by families in Indonesia when
caring for patients with mental themes are formed by four
disorders post-pasung categories, 19 sub-themes
and 32 sections.
Instrumen : Interview
Analysis : Colaizzi’s method
(Yusuf & Design : desain kualitatif
Family support The result of the research
Tristiana, fenomenologi includes; support showed two big themes
2018) assessment, that are; pasung
Sample : purposive sampling (n= instrumental, phenomenon and family
Database: 9 orang) informational and supports after the patient
Jurnal emotional support. having pasung. The
keperawatan Variable : Fenomena pasung dan
dukungan keluarga terhadap pasung phenomenon
Padjadjaran includes; reasons,
(SINTA 2) pasien gangguan jiwa pasca
pasung decisions, methods,
exemptions and the effects
Instrumen: Interview/ wawancara of deprivation. Family
Analysis : Colaizzi’s method support includes; support
assessment, instrumental,
informational and
emotional support.
Family support is needed
for patients to achieve
healing and prevent
recurrence. The lack of
knowledge about the way
patients care for post
pasung mental disorders
cause the family support
provided to patients is not
optimal
(Suswinarto et Design : metode penelitian Perasaan keluarga Hasil penelitian
al, 2015) kualitatif dengan pendekatan yang secara langsung ditemukan 7 tema (1)
fenomenologi interpretif bersinggungan Penyebab gangguan jiwa
Database: dengan penderita (2) Perubahan perilaku (3)
Journal of Sample : purposive sampling (n= (sabar, pasrah tanggapan keluarga atas
Ners and 6 orang) memahami, dan situasi (4) Stigma
Midwifery keperluan penderita masyarakat (5) Pasung
(SINTA 4) Variable : Pengalaman Keluarga
terhadap Pemasungan dan Lepas dipenuhi, penerimaan dan re-pasung (6)
Pasung pada Anggota Keluarga dan pemahaman Pelepasan pasung (7)
yang Mengalami Gangguan Jiwa keluarga) kemudian Pemulihan penderita,
keluarga keluarga dan masyarakat
11

Author and Study design, Sample, Variable, Outcome of Family Summary of Result
years Instument, Analysis Support
Instrumen: Interview/ wawancara memberikan aktivitas
sehari-hari dan
Analysis : Colaizzi’s method aktivitas mandiri.

(Wahyuningsih Design : Qualitative research Aktivitas komunikasi Hasil Penelitiannya


et al, 2019) methods. constructive paradigms, keluarga pasien terjadi komunikasi
case study approaches ODGJ pasca pasung: keseharian keluarga
Database: terapi komunikasi dengan pasien. Adanya
Jurnal Ilmiah Sample : purposive sampling (n = keluarga, dan terapi kunjungan perawat dan
Permas 7 families, 7 patients, 2 mental komunikasi obat kader jiwa kerumah
(SINTA 4) cadres, and 1 nurse) pasien
Variable : Aktivitas komunikasi
keluarga pasien, keder jiwa,
perawat di lingkungan rumah
dengan gangguan jiwa pasca
pasung

Instrumen: observation, indepth


interviews, documentation, and
audio-visual materials
Analysis : Triangulation and
member check as validity
(Nihayati et al, Design : This study used
Keluarga mengamati Setelah lepas pasung,
2016) phenomenology design perkembangan fisik klien gangguan jiwa juga
pasien, memberikan mengalami kemajuan
Database: Sample : purposive sampling (n = kegiatan kepada dibandingkan saat
Jurnal Ners 6 partisipan) ODGJ, dan dipasung. Selain itu,
(SINTA 2) membawanya ke keluarga mengalami
Variable : Family Experience In
Taking Care Of Client Mental pelayanan kesehatan. hambatan selama
merawat klien gangguan
Disorders Post Restraint jiwa pasca pasung dan
ada juga yang tidak
Instrumen : interviews
mengalami hambatan.
Analysis : Tahap Selama merawat klien,
Horizonalization, dan Tahap keluarga selalu berharap
Cluster of Meaning terjadi perubahan status
kesehatan klien dan
perubahan kesehatan.
Keluarga juga mendukung
supaya klien gangguan
jiwa cepat sembuh
12

3.2 Karakteristik Responden Studi

Responden dalam penelitian adalah seluruh keluarga dengan pasien

Schizophrenia/ ODGJ setelah pasung. Dalam studi telah disebutkan beberapa

bentuk peran keluarga melalui support family pada pasien schizophrenia post-

pasung; dengan mayoritas responden berjumlah 6 sampai 10 orang. Responden

dalam penelitian ini adalah anggota keluarga pasien gangguan jiwa pasca pasung

meliputi kakak kandung, adik kandung, istri, suami, ayah kandung, ibu kandung

atau keluarga pasien dengan lama pasien gangguan jiwa dipasung bervariasi mulai

dari 1 minggu sampai 30 tahun di pasung menggunakan balok kayu, dikurung di

dalam kamar dan dikurung di dalam kandang serta di rantai. Karakteristik gender

pada studi menunjukkan Sebagian besar perempuan dengan pendidikan terakhir

sebagian besar dilevel Pendidikan dasar (SD) dan SMP. Usia responden dalam

studi rata-rata berusia antara 27 – 65 tahun dan bersuku jawa dan madura.

3.3 Support Family pada Pasien Schizophrenia Post-Pasung

3.3.1 Pengawas Konsumsi Obat Pasien

Keluarga memiliki peran sebagai pengawas dalam konsumsi obat pasien

dengan gangguan jiwa (ODGJ) di lingkungan rumah mereka. Penelitian Yunita et

al (2020) dan Purba et al (2020) menyatakan bahwa keluarga memastikan pasien

meminum obat secara rutin dan berusaha mengambil obat dari pelayanan

kesehatan atau toko obat.

3.3.2 Mencari Dukungan Kesembuhan Pasien ODGJ

Keluarga membantu pasien dalam mencapai tingkat kesembuhannya

dengan memeriksakan pasien dan melakukan pengobatan pada petugas kesehatan.

Hasil penelitian Yunita et al (2020) menyatakan bahwa bagian pertama yang


13

dilakukan oleh keluarga adalah membawa pasien kepada perawat dan dokter atau

melakukan perawatan sendiri, dalam studi disebutkan bahwa keluarga

mengatakan mereka membawa pasien ODGJ ke perawat dan memeriksakannya

disana, serta membelikan obat. keluarga juga mencari kesembuhan dengan

membawa ke RS jember kemudian membawa ke psikiatri RSJ Lawang. Studi

yang dilakukan oleh Nihayati et al (2016) juga menyebutkan bahwa keluarga juga

tidak lupa untuk memeriksakan klien ke pelayanan kesehatan dan mengambil obat

untuk klien.

3.3.3 Memberdayakan Pasien Schizophrenia

Melibatkan pasien Schizophrenia dalam kegiatan sehari-hari dengan

memasak dan makan sendiri, merapikan dapur, diajari membuat keset, dan ada

klien yang hanya menyapu lantai karena dia suka menyapu lantai, serta

melibatkan klien untuk berbicara menyambut tamu, teman dan kerabat (Yunita et

al, 2020). Selain itu keluarga bisa memberdayakan pasien schizophernia untuk

lebih produktif, studi Suswinarto et al (2015) menyatakan perawatan diri aktivitas

kemandirian yang dapat merangsang klien mandiri bahkan menghasilkan uang.

Dengan memberi aktivitas membuat sapu, membuat kerajinan dan diajari mencuci

baju sendiri serta aktivitas sosialisasi dilakukan oleh keluarga. Studi yang

dilakukan oleh Nihayati et al (2016) juga menjelaskan sekarang klien pasca

pasung sudah bisa bekerja, membantu memenuhi kebutuhan anggota keluarga,

dan membantu partisipan mengerjakan pekerjaan rumah. Bekerja yang dimaksud

adalah klien sudah bisa mendapatkan penghasilan sehingga bisa membantu

memenuhi keperluan keluarga. Klien juga bisa membantu mengerjakan pekerjaan

rumah seperti menyapu, mengepel, menjaga warung, dan lain-lain.


14

3.3.4 Dukungan Penilaian dari keluarga pada Pasien Gangguan Jiwa Pasca

Pasung

Penelitian ini menemukan bahwa kemampuan keluarga untuk memberikan

dukungan penilaian terhadap pasien gangguan jiwa pasca pasung sangat minimal.

Keluarga hanya akan bisa memberikan dukungan penilaian apabila keluarga

memahami bahwa pasien gangguan jiwa sedang sakit dan membutuhkan bantuan.

Masih adanya pemahaman bahwa pasien mengalami kesurupan dan anggapan

bahwa pasien bukan orang baik-baik, merupakan hambatan keluarga dalam

memberikan dukungan penilaian. Kurangnya perhatian keluarga pada pasien

pasca pasung juga ditemukan dalam penelitian ini dimana hanya 2 dari 9

partisipan yang ditemukan memberikan perhatian kepada pasien gangguan jiwa

pasca pasung (Yusuf et al, 2018).

Hal ini berbeda dengan studi yang dilakukan Nihayati et al (2016) bahwa

hasil studi menunjukkan keluarga mampu mengidentifikasi adanya gangguan

terhadap perkembangan fisik pasien ODGJ dan anggota keluarga seharusnya

mengenali perubahan kesehatan anggota keluarga lainnya sekecil apapun

perubahan itu.

3.3.5 Dukungan Instrumental

Hasil Studi menemukan bahwa seluruh keluarga mampu memenuhi

kebutuhan pasien dalam menyediakan makan dan minum. Bentuk bantuan jasa

yang diberikan keluarga dengan mengambilkan obat ke rumah sakit meskipun

Sebagian besar pasien memiliki kartu jamkesmas sehingga pasien tidak

memerlukan biaya ke rumah sakit namun biaya waktu, dan tenaga mengambil

obat di rumah sakit di tanggung oleh keluarga. Adanya keluarga dengan


15

gangguan jiwa merupakan beban untuk keluarga. Pasien yang tidak dapat

berfungsi secara ekonomi dan keterbatasan dalam pemenuhan kebutuhan

sehari-hari, mengharuskan keluarga untuk dapat memenuhi kebutuhan pasien

tersebut yang termasuk beban obyektif keluarga meliputi tempat tinggal,

makanan, transportasi, pengobatan, keuangan, dan intervensi krisis (Yusuf et al,

2018).

3.3.5 Dukungan Informasional

Keluarga memberikan dukungan informasional dengan memberikan

informasi untuk minum obat dengan teratur. Sebagian besar partisipan

mengungkapkan bahwa kunjungan rumah dan pendampingan oleh petugas

puskesmas hanya dilakukan pada saat sebelum pasien dibebaskan dari pasung.

Partisipan tidak mengakui bahwa tindakan mengurung di dalam kendang dan di

kamar sebagai pemasungan hal ini membuktikan sangat kurangnya pengetahuan

partisipan tentang tindakan pasung. Keluarga membutuhkan informasi yang tepat

tentang gangguan jiwa, agar dapat dicapai pasien yang dapat berfungsi secara

social (Yusuf et al, 2018).

3.3.6 Dukungan Emosional

Penelitian ini mengidentifikasi bahwa dukungan emosional terhadapt

pasien gangguan jiwa pasca pasung diberikan dengan cara memberikan semangat

terhadapt pasien. Terdapat satu partisipan tidak memberikan dukungan emosional

dan menjelaskan bahwa memberikan rasa nyaman dan membuat pasien berharga

adalah cukup dengan memenuhi kebutuhan sehari-hari (Yusuf et al, 2018).

Keluarga juga harus berfikir positif dengan menunjukkan perasaan positif kepada

pasien pasca pasung yaitu dengan merasa tenang dan keluarga merasa kasihan
16

kepada pasien sehingga merasa tidak lelah dalam merawat pasien (Yunita et al,

2020).

Studi Suswinarto et al (2015) menyatakan bahwa peran keluarga didahului

oleh perasaan keluarga yang secara langsung bersinggungan dengan penderita,

adanya perasaan sabar, pasrah, memahami, dan permintaan penderita dipenuhi,

penerimaan dan pemahaman keluarga.

3.3.7 Aktivitas Komunikasi Keluarga Pasien ODGJ Pasca Pasung

3.3.7.1 Terapi Komunikasi Keluarga

Keluarga ODG pasca pasung dalam hal kebutuhan dasar bagi ODGJ

pasca pasung harus sangat diperhatikan. Kebutuhan dasar ini berkenaan dengan

kegiatan kesehariannya ODG pasca pasung ketika dilingkungan rumah.

Kebutuhan dasar ini diantaranya adalah kebutuhan makan, tidur, minum,

mandi, ganti pakaian, pekerjaan dan kebutuhan yang lain terkait dengan

kebutuhan ODGJ.

Keluarga mengadakan latihan terus-menerus dalam kegiatan keseharian

ODG pasca pasung, agar ODGJ selalu bersemangat untuk mengisi hidupnya

dengan rutinitas harian, dan hidupnya mempunyai makna kembali seperti

sedia kala. Keluarga mempunyai peranan penting dalam memulihkan

kesehatan ODGJ pascapasung dengan memberikan banyak stimulus kepada

ODGJ pasca pasung (Wahyuningsih et al, 2019).

3.3.7.2 Terapi Komunikasi Obat

Pasien sakit meminum obat adalah kebutuhan sebagai terapi kesembuhan

pasien terutama pasien ODGJ pasca pasung merupakan suatau keharusan.

Keluarag memiliki peran penting untuk mengingatkan meminum obat dengan


17

teratur kepada pasien sebagai anggota keluarganya. Fungsi dari meminum obat

adalah agar pasien mengalami perkembangan kesehatan jiwa lebih baik untuk

pulih Kembali seperti sedia kala agar dapat beraktivitas dan bermanfaat bagi

keluarga dan masyarakat sekitar (Wahyuningsih et al, 2019).


BAB 4 PEMBAHASAN

PEMBAHASAN

4.1 Family Support Pada Pasien Schizophrenia Post-Pasung

Studi pada literatur review ini bertujuan untuk mengetahui bentuk peran

keluarga melalui family support pada pasien schizophrenia post-pasung. Pada

studi ini didapatkan hasil bahwa bentuk peran keluarga melalui family support

pada pasien schizophrenia post-pasung meliputi pengawas konsumsi obat pasien,

mencari dukungan kesembuhan pasien ODGJ, memberdayakan pasien

schizophrenia, dukungan penilaian dari keluarga pada pasein ODGJ pasca pasung,

dukungan instrumental, informasional, emosional, dan aktivitas komunikasi

keluarga pasien ODGJ pasca pasung (terapi komunikasi keluarga dan terapi

komunikasi obat).

Perawatan ODGJ di rumah, keluarga merupakan orang yang paling lama

berinteraksi dengan ODGJ pasca pemasungan. Tanggung jawab merawat

menjadikan keluarga harus menjalankan berbagai fungsi dalam keluarga. Bentuk

dukungan keluarga yang pertama adalah sebagai pengawas konsumsi obat pasien.

Keluarga bertanggungjawab untuk memastikan pasien ODGJ pasca pasung

meminum obat secara teratur dan memfasilitasi pengambilan obat di pelayanan

kesehatan atau toko obat (Purba et al, 2020; Yunota et al, 2020).

Mencari dukungan kesembuhan pasien ODGJ dilakukan oleh keluarga

dalam upaya membantu proses kesembuhan pasien. Upaya dukungan yang

dilakukan keluarga antara lain dengan mengantarkan pasien untuk memeriksakan

kesehatan ke fasilitas kesehatan (yunita et al, 2020; Nihayati et al, 2016). Dari

18
19

hasil studi tersebut menunjukkan bahwa keluarga memiliki peran yg sangat

penting dalam membantu pasien untuk sembuh dengan memeriksakan anggota

keluarganya ke fasilitas kesehatan. Penulis berargumen apabila keluarga tidak

menerapkan dukungan ini kemungkinan pasien untuk kambuh kembali dan re-

pasung akan lebih besar terjadi.

Pemberdayaan pasien schizophernia pasca pasung adalah bentuk peduli

keluarga untuk mengembalikan fungsi pasien seperti manusia yang lain pada

umumnya. Hasil studi menunjukkan beberapa kegiatan yang biasa dilakukan

antara lain menyapu, memasak, membersihkan tempat tidur dan sebagainya,

bahkan pasien sudah mulai diajarkan untuk berbicara menyambut tamu, teman

atau kerabat yang datang. Beberapa keluarga sudah mulai membiasakan

memberikan aktivitas yang lebih productive pada pasien OGDJ dengan membuat

sebuah kerajinan tangan yang bisa menghasilkan uang (yunita et al, 2020;

siswantoro et al, 2015; Nihayati et al, 2016). Penulis berargumen bahwa peran

keluarga dengan melibatkan pasien dalam aktivitas sehari-hari dapat

meningkatkan kualitas hidup pasien dengan ODGJ pasca pasung dan

mempercepat proses kesembuhan pasien.

Penilaian keluarga pada pasien ODGJ pasca pasung juga sangat penting

dilakukan dengan memberikan perhatian kepada pasien dan mengetahui sejak dini

gangguan perkembangan fisik ataupun psikis pada pasien. Hasil studi Yusuf et al

(2018) menyebutkan masih adanya pemahaman bahwa pasien mengalami

kesurupan dan anggapan bahwa pasien bukan orang baik-baik, merupakan

hambatan keluarga dalam memberikan dukungan penilaian. Penulis berargumen


20

bahwa keluarga harus melakukan penialaian secara positif kepada pasien ODGJ

dengan memberikan perhatian dan mengenali masalah kesehatan pasien.

Dukungan instrumental dari keluarga dibutuhkan oleh pasien ODGJ pasca

pasung dengan membantu memenuhi kebutuhan pasien makan dan minum serta

bantuan jasa yang diberikan keluarga dengan mengambilkan obat ke rumah sakit

(Yusuf et al, 2018). Penulis berargumen bahwa keluarga merupakan sumber

bantuan praktis bagi pasien dalam pemenuhan kebutuhannya. dukungan

instrumental yang diberikan keluarga kepada pasien merupakan suatu beban

tersendiri bagi keluarga terutama keluarga dengan ekonomi ke bawah. Mungkin

saran penulis keluarga bisa memberdayakan pasien untuk melakukan kegiatan

yang produktiv yang bisa membantu ekonomi keluarga dan kebutuhan sehari-hari

pasien sendiri.

Keluarga harus aktif memberikan informasi kepada pasien ODGJ pasca

pasung untuk selalu meminum obat secara teratur (Yusuf et al, 2018).

Pengetahuan informasi yang dimiliki keluarga disini sangatlah dibutuhkan karena

terbatasnya informasi yang dimiliki oleh keluarga menyebabkan kurangnya

dukungan informasional yang diberikan keluarga terhadap pasien gangguan jiwa

pasca pasung. Penulis mensarankan untuk petugas kesehatan setempat turut aktif

dalam membantu meningkatkan pengetahuan keluarga agar keluarga bisa

memberikan dukungan informasional kepada pasien ODGJ pasca pasung dalam

melakukan kegiatan sehari-harinya.

Keluarga dalam melakukan perawatan kepada pasien OGDJ pasca pasung

harus memberikan dukungan secara emosional melalui sabar, pasrah, memahami,

saling mengerti, dan menerima (siswantoro et al, 2015) sehingga pasien merasa
21

berharga dan merasa nyaman. Hasil studi Yusuf et al (2018) menyebutkan bahwa

masih ada keluarga yang memiliki persepsi untuk memberikan rasa nyaman dan

berharga adalah cukup dengan memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien. Penulis

berargumen berdasarkan hasil studi tersebut dukungan emosional sangat

diperlukan oleh pasien ODGJ pasca pasung tidak hanya secara fisik dengan

memenuhi kebutuhan sehari-hari tetapi pasien juga perlu diperhatikan secara

psikis dengan perasaan sabar, saling memahami, menerima, saling mengerti

sehingga pasien merasa dihargai oleh keluarga.

Salah satu bentuk kegiatan terapi yang bisa dilakukan oleh keluarga untuk

membantu proses kesembuhan pasien pasca pasung adalah dengan melakukan

aktivitas komunikasi keluarga melalui terapi komunikasi keluarga dan terapi

komunikasi obat. Terapi komunikasi keluarga ini adalah keluarga mengajak

berkomunikasi kepada pasien ODGJ pasca pasung dengan berbagai rutinitas

kegiatannya sehari-hari dirumah maupun dilingkungan sekitar rumah. Keluarga

pasien pasca pasung Keluarga pasien ODGJ pasca pasung disebut sebagai

particular other terhadap pasien, dalam hal ini terapi komunikasi keluarga

sangat berpengaruh dalam kesembuhan pasien, karena pasien lebih memerlukan

bentuk perhatian, sentuhan, rangkulan, dari orang-orang terdekat pasien yaitu

keluarga (Wahyuningsih et al, 2019).

Terapi komunikasi obat ini adalah keluarga mengajak berkomunikasi

kepada pasien untuk selalu patuh pada jadwal peminuman obat psikotik atau

terapi psikofarma untuk pasien ODGJ pasca pasung. Keluarga pasien ODGJ

pasca pasung dalam posisi Particular others adalah hubungannya sangat dekat

sekali karena keluarga adalah tempat utama dimana ada kasih sayang, dan
22

saling peduli satu sama lain, ketika pasien ODGJ pasca pasung ini adalah jiwa

yang lemah maka anggota keluarganya yang sehat sangat berperan dalam

mendukung penyembuhan pasien yaitu dengan selalu mengingatkan kepatuhan

dalam terapi obat psikotik yang telah diresepkan oleh psikiater maupun

perawat (Wahyuningsih et al, 2019).


BAB 5 KESIMPULAN

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Bentuk peran keluarga melalui family support pada pasien schizophrenia

post-pasung adalah pengawas konsumsi obat, mencari dukungan kesembuhan,

memberdayakan pasien schizophrenia, dukungan penilaian dari keluarga,

dukungan instrumental, informasional, emosional, dan aktivitas komunikasi

keluarga pasien ODGJ pasca pasung (terapi komunikasi keluarga dan terapi

komunikasi obat). Upaya berbagai dukungan keluarga yang diberikan kepada

pasien ODGJ pasca pasung sangat bergantung kepada tingkat pengetahuan yang

dimiliki oleh keluarga sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut cara untuk

meningkatkan tingkat pengetahuan keluarga sehingga keluarga bisa memberikan

dukungan secara maksimal baik secara fisik maupun psikis pada pasien

schizophrenia pasca pasung.

5.2 Conflict of Interest

Rangkuman menyeluruh atau literature review ini adalah penulisan secara

mandiri, sehingga tidak terdapat konflik kepentingan dalam penulisannya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Afconneri, Y., & Puspita, W. G. (2020). Factors on Quality of Life in Scizofrenia


Patients. Jurnal Keperawatan Jiwa, 8(3), 273-278.

Aji, H. P. B., & Arif Widodo, A. K. (2016). Pengaruh Pendidikan Kesehatan


Terhadap Pengetahuan dan Sikap Keluarga dan Masyarakat yang Terdapat
Pasien Pasca Pasung di Tawangsari (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).

Daulima, N. H. C., Rasmawati, R., & yulia Wardani, I. (2019). Penurunan


Kemampuan Kepala Keluarga dalam Memenuhi Kebutuhan Ekonomi
Keluarga: Studi Fenomenologi Pengalaman Orang dengan Gangguan Jiwa
Paska Pasung. Jurnal Keperawatan Indonesia, 22(2), 139-146.

Idaiani, S., Yunita, I., Prihatini, S., & Indrawati, L. (2013). Riset kesehatan dasar
2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Ilmy, S. K., Noorhamdani, N., & Windarwati, H. D. (2020). Family Burden of


Schizophrenia in Pasung During COVID-19 Pandemic: A Scoping
Review. INDONESIAN NURSING JOURNAL OF EDUCATION AND
CLINIC (INJEC), 5(2), 172-183.

Katuuk, H. M., Daulima, N. H., & Wardani, I. Y. (2019). Families’ experience


caring for mentally ill patients with re-pasung. Enfermeria clinica, 29,
270-274.

Nihayati, H. E., Mukhalladah, D. A., & Krisnana, I. (2016). Pengalaman Keluarga


Merawat Klien Gangguan Jiwa Pasca Pasung. Jurnal Ners, 11(2), 283-287.

Purba, J. M., Simamora, R. H., Karota, E., & Siregar, C. T. (2020). Family
support for persons with schizophrenia after physical restraint and
confinement. Enfermería Clínica, 30, 53-56.

Reknoningsih, W., Daulima, N. H. C., & Putri, Y. S. E. (2015). Pengalaman


Keluarga dalam Merawat Pasien Pascapasung. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 18(3), 171-180.

Rokom. (2016). Peran Keluarga Dukung Kesehatan Jiwa Masyarakat.


http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-
media/20161006/4318188/peran-keluarga-dukung-kesehatan-jiwa-
masyarakat/. Diakses Tanggal 22 September 2020.

Suswinarto, D. Y., Andarini, S., & Lestari, R. (2015). Studi Fenomenologi:


Pengalaman Keluarga terhadap Pemasungan dan Lepas Pasung pada
Anggota Keluarga yang Mengalami Gangguan Jiwa di Wilayah Kerja
Puskesmas Bantur Kabupaten Malang Propinsi Jawa Timur. Jurnal Ners
24
25

dan Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery), 2(2), 176-187.

Ulya, Z. (2019). Coercion (pasung) and people with a mental disorder in


Indonesia: Bioethics and health law. International journal of law and
psychiatry, 66, 101477.

Wahyuningsih, S., Dida, S., Suminar, J. R., & Setianti, Y. (2019). Aktivitas
Komunikasi Keluarga Pasien, Kader Jiwa, Perawat Di Lingkungan Rumah
Orang Dengan Gangguan Jiwa Pasca Pasung. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal
Ilmiah STIKES Kendal, 9(3), 267-286.

Wulandari, I. A. P., Daulima, N. H. C., & Wardani, I. Y. (2019). The fight against
stigma in the recovery process of post-pasung mentally ill
patients. Enfermeria clinica, 29, 295-299.

Yunita, F. C., Yusuf, A., Nihayati, H. E., & Hilfida, N. H. (2020). Coping
strategies used by families in Indonesia when caring for patients with
mental disorders post-pasung, based on a case study approach. General
Psychiatry, 33(1).

Yusuf, A., & Tristiana, D. T. (2018). Fenomena pasung dan dukungan keluarga
terhadap pasien gangguan jiwa pasca pasung. Jurnal Keperawatan
Padjadjaran, 5(3).

Anda mungkin juga menyukai