Anda di halaman 1dari 101

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

AKADEMI FARMASI AL-FATAH BENGKULU


DI RUMAH SAKIT HARAPAN DAN DOA KOTA BENGKULU
Tanggal : 03 Februari – 15 Februari 2020 (Shift 1)
17 Februari – 29 Februari 2020 (Shift 2)

Oleh :

Disusun Oleh :

ALDITYA SENTOSA (17101007)

AKADEMI FARMASI AL-FATAH


YAYASAN AL FATHAH
BENGKULU
2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


AKADEMI FARMASI AL-FATAH BENGKULU
DI RUMAH SAKIT HARAPAN DAN DOA KOTA BENGKULU
Tanggal : 03 Februari – 15 Februari 2020 (Shift 1)

17 Februari – 29 Februari 2020 (Shift 2)

Oleh:
Alditya Sentosa (17101107)

Disetujui Oleh

Pembimbing Lapangan Pembimbing PKL

(Ida Serehasian, S.Farm.,Apt) (Dewi Winni Fauziah, S.Farm.,Apt)


NIP.19841228 201001 2 012 NIDN. 0205019201

Disahkan Oleh
Direktur Akademi Farmasi Al-Fathah Bengkulu

(Densi Selpia Sopianti.,M.,Farm.,Apt)

NIK : 021985120109200901

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

dengan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan

praktik kerja lapangan (PKL) dengan sebaik mungkin. Laporan praktik kerja

lapangan dibuat untuk memahami persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan

ahli madya farmasi di akademi farmasi al-fatah bengkulu.

Dalam Pelaksanaan praktek kerja lapangan dan juga dalam pembuatan

laporan ini penulis telah banyak menerima bantuan baik secara langsung maupun

tidak langsung dan pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih

kepada :

1.Bapak Drs. Djoko Triyono, Apt., MM selaku Ketua Yayasan Akademi

Farmasi Al-Fatah Bengkulu.

2.Ibu Densi Selpia Sopianti, M.Farm., Apt Selaku Direktur Akademi

Farmasi Al-Fatah Bengkulu.

3. Ibu Dewi Winni Fauziah, S.Farm.,Apt selaku pembimbing praktik kerja

lapangan

4.Ibu Mardiyati, SY, S.Si., Apt selaku Apoteker pembimbing dan Kepala

Instalasi Farmasi RSHD Kota Bengkulu

5.Seluruh staf karyawan RSHD Kota Bengkulu

6.Para dosen dan staf karyawan Akademi Farmasi Al-Fatah Bengkulu yang

telah memberikan ilmu pengetahuan pada penulis selama menempuh

pendidikan di Akademi Farmasi Al-Fatah Bengkulu.

iii
7.Kepada Orang tua kami yang telah senantiasa mendoakan untuk

keberhasilan kami.

8. Rekan-rekan seangkatan di akademi Farmasi Al-Fatah bengkulu , yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

9.Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan PKL ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang sesuai dengan amal kebaikan

yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna

maka dari itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangatlah penulis

harapkan untuk kesempurnaan yang akan datang. Semoga laporan ini dapat

bermanfaat dalam menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi calon tenaga

teknis kefarmasian/asisten apoteker.

Bengkulu, April 2020

Penulis

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................iii

DAFTAR ISI...........................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................vi

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1

A. Latar Belakang 1

B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan 3

C. Manfaat Praktek Kerja Lapangan 4

BAB II TINJAUAN UMUM.................................................................................6

A. Ketentuan Umum Rumah Sakit 6

B. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit 9

C. Klasifikasi Rumah Sakit 10

D. Pendirian Institusi Rumah Sakit 22

E. Pencabutan Izin Rumah Sakit 33

F. Tugas, Tanggung Jawab dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit


( IFRS) 33

G. Pengelolaan Rumah Sakit 36

H. Pelayanan di Rumah Sakit 51

BAB III PEMBAHASAN....................................................................................55

A. Waktu, Tempat Dan Teknik Pelaksanaan 55

B. Sejarah RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu 55

v
C. Tujuan Pendirian RSHD Kota Bengkulu 57

D. Pengelolaan 58

E. Pelayanan 67

F. Perpajakan 70

G. Evaluasi Mutu Pelayanan 70

H. Strategi Pengembangan 70

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................72

A. Kesimpulan 72

B. Saran 73

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................74

LAMPIRAN..........................................................................................................75

vi
Daftar Gambar

Gambar 1. Alur Pelayanan Resep di RSHD Kota Bengkulu..........................67


Gambar 2. Skema alur Pelayanan pasien di RSHD Kota Bengkulu...............69

vii
Daftar Lampiran

Lampiran 1. Denah Lokasi..................................................................................76


Lampiran 2.Struktur Organisasi RSHD............................................................77
Lampiran 3.Etiket................................................................................................78
Lampiran 4. Kartu Stok......................................................................................80
Lampiran 5.Copy Resep......................................................................................81
Lampiran 6. Kwitansi..........................................................................................82
Lampiran 7. Surat Pesanan Obat Biasa.............................................................83
Lampiran 8. Surat Pesanan Prekursor..............................................................84
Lampiran 9. Surat Pesanan Yang Mengandung Obat-Obat Tertentu...........85
Lampiran 10. Surat Pesanan Psikotropika........................................................86
Lampiran 11. Surat Pesanan Narkotika............................................................87
Lampiran 12. Surat Pengantar Laporan Narkotika dan Psikotropika..........88
Lampiran 13.Laporan Penggunaan Obat Generik...........................................89
Lampiran 14. Laporan Penggunaan Obat Prekusor........................................90
Lampiran 15. Laporan Penggunan Narkotika..................................................91
Lampiran 16. Laporan Penggunaan Psikotropika...........................................92

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan. Kesehatan adalah

keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

ekonomis. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin

dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

harus diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat

yang setinggi-tingginya.

Salah satu sarana kesehatan yang dapat menunjang tercapainya tujuan

pembangunan kesehatan adalah sarana rumah sakit. Rumah sakit merupakan

sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan

kesehatan untuk kepentingan masyarakat serta dapat dimanfaatkan untuk

pendidikan atau penelitian.

Berdasarkan UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Rumah

Sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan

pelayanan Rawat inap, Rawat jalan, dan gawat darurat.

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah bagian dari rumah

sakit yang bertugas menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur,

seluruh pelayanan farmasi serta melaksanakan pembinaan teknis

kefarmasian di Rumah Sakit.

1
2

Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan

Kefarmasian. Pekerjaan kefarmasian adalah pekerjaan meliputi pembuatan

termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaaan,

pelayanan, penyimpanan, dan pendistribusian obat, pengelolaan obat,

pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, bahan obat,

dan obat tradisional.

Dalam pelayanan kefarmasian tersebut harus memenuhi standar

pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian

Rumah Sakit pada Permenkes No. 72 Tahun 2016 meliputi standar

Pengelolaan Sedian Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

dan Pelayanan Farmasi Klinik.

Untuk menyelenggarakan kegiatan kefarmasian tersebut maka

penyelenggaraan pendidikan terutama proses pembelajaran perlu ditingkatkan

secara terus-menerus. Selain itu salah satu upaya yang dilakukan adalah

dengan memberikan pengalaman kepada mahasiswa melalui latihan kerja

lapangan yang disebut dengan Praktek Kerja Lapangan (PKL).

Dalam rangka memberikan pembelajaran dan gambaran langsung kepada

mahasiswa maka salah satu institusi pendidikan kefarmasian yaitu Akademi

Farmasi Al-Fatah Bengkulu mengadakan suatu program PKL kepada

mahasiswa yang diselenggarakan di Rumah Sakit Harapan Dan Doa Kota

Bengkulu selama lebih kurang 2 minggu dengan tujuan agar mahasiswa dapat

menerapkan teori yang telah di dapatkan selama perkuliahan dan dapat lebih

memahami sistem pelayanan ,pengelolaan obat mulai dari perencaan obat

2
3

sampai sistem administrasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit sesuai dengan

Permenkes Nomor 72 tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di

Rumah Sakit

Pekerjaan kefarmasian dilakukan oleh seorang Apoteker dan Tenaga

Teknis Kefarmasian (TTK), tentunya yang memiliki kompetensi atau

kemampuan dan ilmu pengetahuan serta memiliki wawasan yang luas

dalam bidang kefarmasiaan, dan tanggung jawab yang tinggi atas

pekerjaannya.

Sehingga dengan diadakan PKL ini maka tenaga kesehatan dapat lebih

memahami bagaimana cara pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit, sistem

pengadaan obat, cara penyaluran obat ke semua ruangan di Rumah Sakit, juga

sistem administrasinya.

B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan

a. Tujuan Umum

Diharapkan Ahli Madya Farmasi dapat menciptakan tenaga kesehatan

khususnya tenaga farmasi tingkat diploma yang mampu bekerja secara

profesional dalam sistem dibidang kefarmasian.

b. Tujuan Khusus

1. Meningkatkan pemahaman calon Asisten Apoteker (AA) tentang peran,

fungsi, posisi, dan tanggung jawab asisten apoteker di dalam pelayanan

kefarmasian di Rumah Sakit.

3
4

2. Membekali calon Asisten Apoteker (AA) agar memiliki wawasan,

pengetahuan, keterampilan dan pengalaman praktis untuk melakukan

pekerjaan kefarmasian di Rumah Sakit.

3. Memberi kesempatan kepada calon Asisten Apoteker (AA) untuk

melihat dan mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat

dilakukan dalam rangka pengembangan praktek kefarmasian di Rumah

Sakit .

4. Mempersiapkan calon Asisten Apoteker (AA) dalam memasuki dunia

kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) yang handal.

5. Memberikan gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan

kefarmasian di Rumah Sakit.

6. Memberikan gambaran yang jelas tentang Rumah Sakit, administrasi

dan fungsi kefarmasian dalam Rumah Sakit.

C. Manfaat Praktek Kerja Lapangan

Adapun manfaat dari Praktek Kerja Lapangan ini antara lain :

1. Mahasiswa mampu memahami, mengembangkan, serta menerapkan

pelajaran yang diperoleh di kampus dan menerapkannya di lapangan kerja.

2. Mahasiswa mampu mencari alternatif pemecahan masalah kefarmasian

sesuai dengan pendidikan yang diterapkan.

3. Mengetahui, memahami tugas dan tanggung jawab Asisten Apoteker (AA)

di Rumah Sakit.

4. Mendapatkan pengetahuan manajemen praktis di Rumah Sakit.

4
5

5. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan Teknis kefarmasian

di Rumah Sakit.

6. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi Asisten Apoteker (AA)

yang handal.

5
BAB II
TINJAUAN UMUM

A. Ketentuan Umum Rumah Sakit

Beberapa ketentuan umum tentang rumah sakit adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

a. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.

b. Gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan

tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan

kecacatan lebih lanjut.

c. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang

meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

d. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah

kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan,

baik secara langsung maupun tidak langsung di Rumah Sakit.

e. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden

Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Republik

Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

f. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota dan

perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

6
7

g. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan

di bidang kesehatan.

2. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56

tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit,

a. Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan

kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.

b. Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan

utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan

disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau kekhususan

lainnya.

3. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72

tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit,

a. Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan

sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan

pelayanan kefarmasian.

b. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan

bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan

farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan

mutu kehidupan pasien.

c. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada

apoteker, baik dalam bentuk paper maupun elektronik untuk

menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang

berlaku.
8

d. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan

kosmetika.

e. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang

digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau

keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,

penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi

untuk manusia.

f. Alat Kesehatan adalah instrument, aparatus, mesin dan/atau implan

yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk 6 mencegah,

mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat

orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk

struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.

g. Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk

penggunaan sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur

dalam peraturan perundang-undangan.

h. Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang

menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah

Sakit.

i. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan

telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker.

j. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker

dalam menjalani pekerjaan kefarmasian yang terdiri atas Sarjana

Farmasi, Ahli Madya Farmasi, dan Analis Farmasi.


9

k. Direktur Jenderal adalah direktur jenderal pada Kementerian Kesehatan

yang bertanggung jawab di bidang kefarmasian dan alat kesehatan.

l. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan yang selanjutnya disingkat

kepala BPOM adalah Kepala Lembaga Pemerintahan Non Kementerian

yang mempunyai tugas untuk melaksanakan tugas pemerintahan di

bidang pengawasan obat dan makanan.

B. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Undang-undang no 44 tahun 2009 pasal 4 rumah sakit memiliki tugas

memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. sedangkan

untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pasal 4 pada Undang-

undang no 44 tahun 2009 pasal 5 rumah sakit memiliki fungsi sebagai

berikut:

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan

medis.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.


10

C. Klasifikasi Rumah Sakit

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 56 Tahun 2014 tentang

Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, Rumah Sakit dikategorikan

berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan yaitu Rumah Sakit Umum dan

Rumah Sakit Khusus. Penetapan klasifikasi Rumah Sakit tersebut didasarkan

pada pelayanan, sumber daya manusia, peralatan.

1. Rumah Sakit Umum

a. Rumah Sakit Umum Kelas A

1) Pelayanan

Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum Kelas A

paling sedikit meliputi pelayanan medik, pelayanan kefarmasian,

pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik,

pelayanan penunjang nonklinik dan pelayanan rawat inap. Pelayanan

medik yang dilakukan antara lain pelayanan gawat darurat yang

harus diselenggarakan 24 (dua puluh empat) jam sehari secara terus

menerus, pelayanan medik spesialis dasar meliputi pelayanan

penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, dan obstetri dan ginekologi,

pelayanan medik spesialis penunjang meliputi pelayanan

anestesiologi, radiologi, patologi klinik, patologi anatomi dan

rehabilitasi medik.

Pelayanan medik spesialis lain meliputi pelayanan mata, telinga

hidung tenggorokan (THT), syaraf, jantung dan pembuluh darah,

kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi, bedah


11

syaraf, bedah plastik dan kedokteran forensik. Pelayanan medik

subspesialis meliputi pelayanan subspesialis di bidang spesialisasi

pelayanan medik spesialis, pelayanan medik spesialis gigi dan mulut

meliputi pelayanan bedah mulut, konservasi/endodonsi, periodonti,

orthodonti, prosdonthi, pedodonsi dan penyakit mulut.

Pelayanan kefarmasian yang dilakukan meliputi pengelolaan

sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dan

pelayanan farmasi klinik.

2) Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia Rumah Sakit ini terdiri atas, tenaga medis,

tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan, tenaga kesehatan lain dan

tenaga nonkesehatan. Tenaga kefarmasian di Rumah Sakit ini paling

sedikit terdiri atas :

a) 1(satu) orang apoteker sebagai kepala instalasi farmasi rumah

sakit.

b) 5 (lima) orang apoteker yang bertugas di rawat jalan yang dibantu

oleh paling sedikit 10 (sepuluh) tenaga teknis kefarmasian.

c) 5 (lima) orang apoteker di rawat inap yang dibantu paling sedikit

10 (sepuluh) tenaga teknis kefarmasian.

d) 1 (satu) orang apoteker di instalasi gawat darurat yang dibantu

oleh minimal 2 (dua) tenaga teknis kefarmasian.

e) 1 (satu) orang apoteker di ruang ICU yang dibantu paling sedikit

2 (dua) tenaga teknis kefarmasian.


12

f) 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator penerimaan dan

distribusi yang dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi

klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga

teknis kefarmasiaan yang jumlanhya disesuaikan dengan beban

kerja pelayanan kefarmasian Rumah Sakit.

g) 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator produksi yang dapat

merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap

atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasiaan yang

jumlanhya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan

kefarmasian Rumah Sakit.

3) Peralatan

Peralatan paling sedikit terdiri dari peralatan medis untuk

instalasi gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, rawat intensif,

rawat operasi, persalinan, radiologi, laboratorium klinik, pelayanan

darah, rehabilitasi medik, farmasi, instalasi gizi, dan kamar

jenazah.

b. Rumah Sakit Umum Kelas B

1) Pelayanan

Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum Kelas B

paling sedikit meliputi pelayanan medik, pelayanan kefarmasian,

pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik,

pelayanan penunjang nonklinik dan pelayanan rawat inap. Pelayanan

medik yang dilakukan antara lain pelayanan gawat darurat yang


13

harus diselenggarakan 24 (dua puluh empat) jam sehari secara terus

menerus, pelayanan medik spesialis dasar meliputi pelayanan

penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, dan obstetri dan ginekologi,

pelayanan medik spesialis penunjang meliputi pelayanan

anestesiologi, radiologi, patologi klinik, patologi anatomi dan

rehabilitasi medik.

Pelayanan medik spesialis lain paling sedikit berjumlah delapan

pelayanan dari tiga belas pelayanan yang meliputi pelayanan mata,

telinga hidung tenggorokan (THT), syaraf, jantung dan pembuluh

darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi,

bedah syaraf, bedah plastik dan kedokteran forensik. Pelayanan

medik subspesialis paling sedikit berjumlah dua pelayanan yang

meliputi pelayanan subspesialis di bidang spesialisasi pelayanan

medik spesialis, pelayanan medik spesialis gigi dan mulut paling

sedikit berjumlah tiga pelayanan yang meliputi pelayanan bedah

mulut, konservasi/endodonsi, periodonti, orthodonti, prosdonthi,

pedodonsi dan penyakit mulut.

Pelayanan kefarmasian yang dilakukan meliputi pengelolaan

sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dan

pelayanan farmasi klinik.

2) Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia Rumah Sakit ini terdiri atas, tenaga

medis, tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan, tenaga kesehatan


14

lain dan tenaga nonkesehatan. Tenaga kefarmasian di Rumah Sakit

ini paling sedikit terdiri atas :

a) 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala instalasi farmasi rumah

sakit.

b) 4 (empat) orang apoteker yang bertugas di rawat jalan yang

dibantu oleh paling sedikit 8 (delapan) tenaga teknis kefarmasian.

c) 4 (empat) orang apoteker di rawat inap yang dibantu paling

sedikit 8 (delapan) tenaga teknis kefarmasian.

d) 1 (satu) orang apoteker di instalasi gawat darurat yang dibantu

oleh minimal 2 (dua) tenaga teknis kefarmasian.

e) 1 (satu) orang apoteker di ruang ICU yang dibantu paling sedikit

2 (dua) tenaga teknis kefarmasian.

f) 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator penerimaan dan

distribusi yang dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi

klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga

teknis kefarmasiaan yang jumlanhya disesuaikan dengan beban

kerja pelayanan kefarmasian Rumah Sakit.

g) 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator produksi yang dapat

merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap

atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasiaan yang

jumlanhya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan

kefarmasian Rumah Sakit.


15

3) Peralatan

Peralatan paling sedikit terdiri dari peralatan medis untuk

instalasi gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, rawat intensif, rawat

operasi, persalinan, radiologi, laboratorium klinik, pelayanan darah,

rehabilitasi medik, farmasi, instalasi gizi, dan kamar jenazah.

c. Rumah Sakit Umum Kelas C

1) Pelayanan

Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit i Umum Kelas C

paling sedikit meliputi pelayanan medik, pelayanan kefarmasian,

pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik,

pelayanan penunjang nonklinik dan pelayanan rawat inap. Pelayanan

medik yang dilakukan antara lain pelayanan gawat darurat yang

harus diselenggarakan 24 (dua puluh empat) jam sehari secara terus

menerus, pelayanan medik umum meliputi pelayanan medik dasar,

medik gigi mulut, kesehatan ibu dan anak, dan keluarga berencana.

Pelayanan medik spesialis dasar meliputi pelayanan penyakit dalam,

kesehatan anak, bedah, dan obstetri dan ginekologi, pelayanan medik

spesialis penunjang meliputi pelayanan anestesiologi, radiologi dan

patologi klinik.

2) Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia Rumah Sakit Umum Kelas C terdiri atas,

tenaga medis, tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan, tenaga


16

kesehatan lain dan tenaga nonkesehatan. Tenaga kefarmasian di

Rumah Sakit ini paling sedikit terdiri atas :

a) 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala instalasi farmasi rumah

sakit.

b) 2 (dua) orang apoteker yang bertugas di rawat jalan yang dibantu

oleh paling sedikit 4 (empat) tenaga teknis kefarmasian.

c) 4 (empat) orang apoteker di rawat inap yang dibantu paling

sedikit 8 (delapan) tenaga teknis kefarmasian.

d) 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator penerimaan dan

distribusi yang dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi

klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga

teknis kefarmasiaan yang jumlanhya disesuaikan dengan beban

kerja pelayanan kefarmasian Rumah Sakit.

3) Peralatan

Peralatan paling sedikit terdiri dari peralatan medis untuk

instalasi gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, rawat intensif, rawat

operasi, persalinan, radiologi, laboratorium klinik, pelayanan darah,

rehabilitasi medik, farmasi, instalasi gizi, dan kamar jenazah.

d. Rumah Sakit Umum Kelas D

1) Pelayanan

Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum Kelas D

paling sedikit meliputi pelayanan medik, pelayanan kefarmasian,

pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik,


17

pelayanan penunjang nonklinik dan pelayanan rawat inap. Pelayanan

medik yang dilakukan antara lain pelayanan gawat darurat yang

harus diselenggarakan 24 (dua puluh empat) jam sehari secara terus

menerus, pelayanan medik umum meliputi pelayanan medik dasar,

medik gigi mulut, kesehatan ibu dan anak, dan keluarga berencana.

Pelayanan medik spesialis dasar paling sedikit 2 (dua) dari 4 (empat)

meliputi pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, dan

obstetri dan ginekologi, pelayanan medik spesialis penunjang

meliputi pelayanan radiologi dan laboratorium.

2) Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia Rumah Sakit ini terdiri atas, tenaga

medis, tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan, tenaga kesehatan

lain dan tenaga nonkesehatan. Tenaga kefarmasian di Rumah Sakit

ini paling sedikit terdiri atas :

a) (satu) orang apoteker sebagai kepala instalasi farmasi rumah sakit

b) 1 (satu) orang apoteker yang bertugas di rawat inap dan rawat

jalan yang dibantu oleh paling sedikit 2 (dua) tenaga teknis

kefarmasian.

c) 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator penerimaan dan

distribusi yang dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi

klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga

teknis kefarmasiaan yang jumlanhya disesuaikan dengan beban

kerja pelayanan kefarmasian Rumah Sakit.


18

3) Peralatan

Peralatan paling sedikit terdiri dari peralatan medis untuk

instalasi gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, rawat intensif, rawat

operasi, persalinan, radiologi, laboratorium klinik, pelayanan darah,

rehabilitasi medik, farmasi, instalasi gizi, dan kamar jenazah.

2. Rumah Sakit Khusus

Terdiri dari rumah sakit khusus ibu dan anak, mata, otak, gigi dan

mulut, kanker, jantung dan pembuluh darah, jiwa, infeksi paru, telinga-

hidung-tenggorokan, bedah, ketergantungan obat dan ginjal. Rumah sakit

khusus hanya dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai

bidang kekhususannya dan bidang lain yang menunjang kekhususan

tersebut.

a) Pelayanan

Pelayanan yang diselenggarakan di rumah sakit khusus meliputi

pelayanan medik, pelayanan kefarmasian, pelayanan keperawatan,

pelayanan penunjang klinik dan pelayanan penunjang nonklinik.

b) Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia Rumah Sakit ini terdiri atas, tenaga medis,

tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan, tenaga kesehatan lain dan

tenaga nonkesehatan. Tenaga kefarmasian di Rumah Sakit Khusus

haruslah apoteker dan tenaga teknis kefarmasian yang berkualifikasi

dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan kefarmasian

Rumah Sakit.
19

Menurut Siregar (2004), Rumah Sakit dapat diklasifikasikan atau dibagi

berdasarkan beberapa kriteria dengan tujuan untuk memberikan kemudahan

untuk mengetahui identitas,jenis pelayanan serta hal lain yang mungkin

dibutuhkan.

Adapun pembagian atau klasifikasi Rumah Sakit antara lain, yaitu :

1. Klasifikasi Berdasarkan Kepemilikan

Berdasarkan kepemilikan,Rumah Sakit dapat diklasifikasikan menjadi

Rumah Sakit milik Pemerintah,Rumah Sakit milik Militer, Rumah Sakit

milik BUMN, Rumah Sakit milik Swasta (Profit).

2. Klasifikasi Berdasarkan Jenis Pelayanan

Berdasarkan jenis pelayanannya, rumah sakit terdiri atas rumah sakit

umum dan rumah sakit khusus.Rumah sakit umum memberi pelayanan

kepada berbagai penderita dengan berbagai jenis kesakitan, memberi

pelayanan diagnosis dan terapi untuk berbagai kondisi medik, seperti

penyakit dalam, penyakit bedah, pediatrik, psikiatri, ibu hamil dan

sebagainya.Status/klasifikasi Rumah Sakit Umum menurut Peraturan

Menteri Kesehatan Tahun 1988 BAB III Pasal 13:

a) Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah terdiri dari :

1) Kelas A: mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik

spesialistik luas dan sub spesialistik luas.

2) Kelas B II: mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik

spesialistik luas dan spesialistik terbatas.


20

3) Kelas B I: mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik

sekurang-kurangnya 5 spesialistik 4 dasar lengkap.

4) Kelas D: mempunyai fasilitas dan kemampuan sekurang-kurangnya

pelayanan medik dasar.

5) Rumah sakit kelas A dan B II dapat berfungsi sebagai rumah sakit

pendidikan.

b) Rumah Sakit Khusus, adalah rumah sakit yang memberi pelayanan

diagnosis dan pengobatan untuk penderita dengan kondisi medik

tertentu baik bedah maupun non bedah, seperti rumah sakit kanker,

bersalin, psikiatri, pediatrik, mata, lepra, tuberculosis, ketergantungan

obat, rumah sakit rehabilitasi dan penyakit kronis.

3. Klasifikasi Berdasarkan Lama Tinggal di Rumah Sakit

Berdasarkan lama tinggal, rumah sakit terdiri atas rumah sakit

perawatan jangka pendek dan jangka panjang. Rumah sakit perawatan

jangka pendek adalah rumah sakit yang merawat penderita selama rata-

rata kurang dari 30 hari, misalnya penderita dengan kondisi penyakit akut

dan kasus darurat, biasanya dirawat dirumah sakit kurang dari 30 hari.

Rumah sakit umum pada umumnya adalah rumah sakit perawatan jangka

pendek karena penderita yang dirawat adalah penderita kesakitan akut

yang biasanya pulih dalam waktu kurang dari 30 hari.Sebaliknya, rumah

sakit jangka panjang adalah rumah sakit yang merawat penderita dalam

waktu rata-rata 30 hari atau lebih.Penderita demikian mempunyai

kesakitan jangka panjang, seperti kondisi psikiarti.


21

4. Klasifikasi Berdasarkan Kapasitas Tempat Tidur

Rumah sakit umum diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan

kemampuan pelayanan rumah sakit:

a. Rumah sakit umum kelas A adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas tempat tidur lebih dari 1000 dan kemampuan

pelayanan medik, spesialistik luas dan subspesialistik luas.

b. Rumah sakit umum kelas B adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas tempat tidur 500-1000 dan kemampuan

pelayanan medik sekurang-kurangnya sebelas spesialistik dan

subspesialistik terbatas.

c. Rumah sakit umum kelas C adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas tempat tidur 300-500 dan kemampuan pelayanan

medik spesialistik dasar.

d. Rumah sakit umum kelas D adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas tempat tidur 40-100 dan kemampuan pelayanan

medik dasar.

5. Klasifikasi Berdasarkan Afiliasi Pendidikan

Rumah sakit berdasarkan afiliasi pendidikan terdiri atas dua jenis,

yaitu rumah sakit pendidikan dan rumah sakit non pendidikan. Rumah

sakit pendidikan adalah rumah sakit yang melaksanakan program

pelatihan residensi dalam medik, bedah, pediatrik dan bidang spesialis

lain. Rumah sakit yang tidak memiliki program pelatihan residensi dan
22

tidak ada afiliasi rumah sakit dengan universitas disebut rumah sakit non

pendidikan.

6. Klasifikasi Berdasarkan Status Akreditasi

Rumah sakit berdasarkan akreditas terdiri atas rumah sakit yang telah

di akreditasi dan rumah sakit yang belum di akreditasi. Rumah sakit yang

telah diakreditasi adalah rumah sakit yang telah diakui secara formal oleh

suatu badan sertifikasi yang di akui, yang menyatakan bahwa suatu

rumah sakit telah memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan

tertentu.

D. Pendirian Institusi Rumah Sakit


1. Persyaratan

Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana,

sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan.

a. Lokasi

Harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan, keselamatan

lingkungan, dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan

dan kelayakan penyelenggaraan Rumah Sakit.

b. Bangunan

Persyaratan bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1)

harus memenuhi :

1) Persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung

pada umumnya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan
23

2) Persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit, sesuai dengan fungsi,

kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta

perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk

penyandang cacat, anak-anak, dan orang usia lanjut.

Bangunan rumah sakit paling sedikit terdiri atas ruang:

1) Rawat jalan

2) Ruang rawat inap

3) Ruang gawat darurat

4) Ruang operasi

5) Ruang tenaga kesehatan

6) Ruang radiologi

7) Ruang laboratorium

8) Ruang farmasi

9) Ruang kantor dan administrasi

10) Ruang ibadah, ruang tunggu

11) Ruang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit

12) Ruang menyusui

13) Ruang dapur

14) Laundry

15) Kamar jenazah

16) Pengolahan sampah

17) Pelataran parkir yang mencukupi


24

c. Prasarana

1) Prasarana Rumah Sakit dapat meliputi yaitu instalasi air, instalasi

mekanikal dan elektrikal, instalasi gas medik, instalasi uap,

instalasi pengelolaan limbah, pencegahan dan penanggulangan

kebakaran, petunjuk, standar dan sarana evakuasi saat terjadi

keadaan darurat, instalasi tata udara, sistem informasi dan

komunikasi dan ambulan.

2) Prasarana harus memenuhi standar pelayanan, keamanan, serta

keselamatan dan kesehatan kerja penyelenggaraan Rumah Sakit

3) Prasarana harus dalam keadaan terpelihara dan berfungsi dengan

baik.

4) Pengoperasian dan pemeliharaan prasarana Rumah Sakit dilakukan

oleh petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya.

5) Pengoperasian dan pemeliharaan prasarana Rumah Sakit harus

didokumentasi dan dievaluasi secara berkala dan

berkesinambungan.

d. Sumber daya manusia

Persyaratan sumber daya yaitu Rumah Sakit harus memiliki

tenaga tetap yang meliputi tenaga medis dan penunjang medis, tenaga

keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga manajemen Rumah Sakit,

dan tenaga non kesehatan.


25

e. Kefarmasian

Persyaratan kefarmasian harus menjamin ketersediaan sediaan

farmasi dan alat kesehatan yang bermutu, bermanfaat, aman dan

terjangkau.

f. Peralatan

Persyaratan peralatan meliputi peralatan medis dan nonmedis harus

memenuhi standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan,

keselamatan dan layak pakai.

Setiap Rumah Sakit wajib memiliki izin. Menurut Peraturan Menteri

Kesehatan RI Nomor 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah

Sakit, izin Rumah Sakit terdiri atas izin mendirikan dan izin operasional. Izin

mendirikan diajukan oleh pemilik Rumah Sakit sedangkan izin operasional

diajukan oleh pengelola Rumah Sakit. Pemberian izin mendirikan dan izin

operasional dilakukan berdasarkan kelas Rumah Sakit, dimana izin

mendirikan dan izin operasional Rumah Sakit kelas A diberikan oleh Menteri

setelah mendapatkan rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang

kesehatan pada Pemerintah Daerah provinsi. Menteri mendelegasikan

pemberian izin mendirikan dan izin operasional kepada Direktur Jenderal di

lingkungan Kementerian Kesehatan yang tugas dan tanggung jawabnya di

bidang pembinaan perumahsakitan.

Sedangkan untuk Rumah Sakit kelas B, Menteri mendelegasikan

pemberian izin mendirikan dan izin operasional Rumah Sakit kelas B kepada

pemerintah daerah provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari pejabat


26

yang berwenang di bidang kesehatan pada Pemerintah Daerah

kabupaten/kota. dan Menteri mendelegasikan pemberian izin mendirikan dan

izin operasional Rumah Sakit kelas C dan D kepada pemerintah daerah

kabupaten/kota setelah mendapatkan rekomendasi dari pejabat yang

berwenang di bidang kesehatan pada Pemerintah Daerah kabupaten/kota.

1. Izin Mendirikan Rumah Sakit

Izin mendirikan diberikan untuk mendirikan bangunan baru atau

mengubah fungsi bangunan lama untuk difungsikan sebagai Rumah Sakit.

Pendirian bangunan dan pengalihan fungsi bangunan harus dimulai segera

setelah mendapatkan Izin Mendirikan.Izin mendirikan diberikan untuk

jangka waktu 1 (satu) tahun dan hanya dapat diperpanjang untuk 1 (satu)

tahun.Perpanjangan Izin Mendirikan diperoleh dengan mengajukan

permohonan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum jangka waktu Izin

Mendirikan berakhir dengan melampirkan Izin Mendirikan.

a. Tata Cara Pengajuan Izin Mendirikan Rumah Sakit

Pemilik atau pengelola yang akan mendirikan Rumah Sakit

mengajukan permohonan Izin Mendirikan kepada pemberi izin sesuai

dengan klasifikasi Rumah Sakit yang akan didirikan dengan

melampirkan :

1) Fotokopi akta pendirian badan hukum yang sah sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan, kecuali instansi

Pemerintah atau Pemerintah Daerah.


27

2) Studi kelayakan.

3) Master plan.

4) Detail Engineering Design.

5) Dokumen pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

6) Fotokopi sertifikat tanah/bukti kepemilikan tanah atas nama badan

hukum pemilik rumah sakit.

7) Izin undang-undang gangguan (Hinder Ordonantie/HO).

8) Surat Izin Tempat Usaha (SITU).

9) Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

10) Rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan

pada Pemerintah Daerah provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan

klasifikasi Rumah Sakit.

Pemberi izin harus menerbitkan bukti penerimaan berkas

permohonan yang telah lengkap atau memberikan informasi apabila

berkas permohonan belum lengkap kepada pemilik atau pengelola

yang mengajukan permohonan Izin Mendirikan dalam jangka waktu

paling lama 6 (enam) hari kerja sejak berkas permohonan diterima.

Jika berkas permohonan belum lengkap maka pemohon harus

mengajukan permohonan ulang kepada pemberi izin. Dalam jangka

waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah bukti penerimaan berkas

diterbitkan, pemberi izin harus menetapkan untuk memberikan atau

menolak permohonan Izin Mendirikan.


28

Jika dalam kurun waktu tersebut terdapat masalah yang tidak dapat

diselesaikan maka pemberi izin dapat memperpanjang jangka waktu

pemrosesan izin paling lama 14 (empat belas) hari kerja dengan

menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada pemohon.Penetapan

pemberian atau penolakan permohonan Izin Mendirikan dilakukan

setelah pemberi izin melakukan penilaian dokumen dan peninjauan

lapangan. Jika izin mendirikan ditolak, pemberi izin harus

memberikan alasan penolakan yang disampaikan secara tertulis

kepada pemohon. Apabila pemberi izin tidak menerbitkan izin

mendirikan atau tidak menolak permohonan hingga berakhirnya batas

waktu maka permohonan izin mendirikan dianggap diterima.

2. Izin Operasional

Izin operasional merupakan izin yang diberikan kepada pengelola

rumah sakit untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Izin

operasional berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat

diperpanjang selama memenuhi persyaratan. Perpanjangan izin

operasional dilakukan dengan mengajukan permohonan perpanjangan

selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sebelum habis masa berlakunya izin

operasional.

Jika izin operasional telah berakhir dan pemilik rumah sakit belum

mengajukan perpanjangan izin operasional maka rumah sakit harus

menghentikan kegiatan pelayanannya kecuali pelayanan gawat darurat dan

pasien yang sedang dalam perawatan inap dan jika rumah sakit tetap
29

menyelenggarakan pelayanan tanpa izin operasional maka dikenakan

sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

a. Tata Cara Pengajuan Izin Operasional

Untuk memperoleh izin operasional, pengelola mengajukan

permohonan secara tertulis kepada pejabat pemberi izin sesuai dengan

klasifikasi Rumah Sakit dengan melampirkan dokumen :

1) Izin mendirikan Rumah Sakit, bagi permohonan izin operasional

untuk pertama kali.

2) Profil Rumah Sakit, meliputi visi dan misi, lingkup kegiatan, rencana

strategis, dan struktur organisasi.

3) Isian instrument self assessment sesuai klasifikasi Rumah Sakit yang

meliputi pelayanan, sumber daya manusia, peralatan, bangunan dan

prasarana.

4) Gambar desain (blue print) dan foto bangunan serta sarana dan

prasarana pendukung.

5) Izin penggunaan bangunan (IPB) dan sertifikat laik fungsi.

6) Dokumen pengelolaan lingkungan berkelanjutan.

7) Daftar sumber daya manusia.

8) Daftar peralatan medis dan nonmedis.

9) Daftar sediaan farmasi dan alat kesehatan.

10) Berita acara hasil uji fungsi peralatan kesehatan disertai kelengkapan

berkas izin pemanfaatan dari instansi berwenang sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan untuk peralatan tertentu.


30

11) Dokumen administrasi dan manajemen.

Pemberi izin harus menerbitkan bukti penerimaan berkas permohonan

yang telah lengkap atau memberikan informasi apabila berkas permohonan

belum lengkap kepada Instansi Pemerintah, Instansi Pemerintah Daerah,

atau badan hukum yang mengajukan permohonan izin operasional dalam

jangka waktu paling lama 6 (enam) hari kerja sejak berkas permohonan

diterima. Terhadap Berkas permohonan izin operasional Rumah Sakit

kelas A yang telah lengkap, menteri akan menugaskan pejabat yang

berwenang di bidang kesehatan di tingkat provinsi untuk membentuk tim

visitasi yang terdiri atas unsur Kementerian Kesehatan, dinas kesehatan

provinsi, dinas kesehatan kabupaten/kota, dan asosiasi perumahsakitan

nasional, untuk berkas permohonan izin operasional Rumah Sakit kelas B

yang telah lengkap, kepala Pemerintah Daerah Provinsi menugaskan

pejabat yang berwenang di bidang kesehatan di tingkat kabupaten/kota

untuk membentuk tim visitasi yang terdiri atas unsur Kementerian

Kesehatan, dinas kesehatan provinsi, dinas kesehatan kabupaten/kota dan

asosiasi perumahsakitan nasional sedangkan untuk berkas permohonan

izin operasional Rumah Sakit kelas C dan D yang telah lengkap, kepala

Pemerintah Daerah kabupaten/kota menugaskan pejabat yang berwenang

di bidang kesehatan di tingkat kabupaten/kota untuk membentuk tim

visitasi yang terdiri atas unsur dinas kesehatan provinsi, dinas kesehatan

kabupaten/kota dan asosiasi perumahsakitan daerah.


31

Tim visitasi harus melakukan visitasi dalam rangka penilaian kesiapan

dan kelayakan operasional Rumah Sakit sesuai dengan klasifikasi Rumah

Sakit paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak penugasan. Kemudian

tim visitasi harus menyampaikan laporan hasik visitasi kepada pejabat

yang berwenang di bidang kesehatan di tingkat provinsi atau

kabupaten/kota paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah visitasi dilakukan

kemudian berdasarkan laporan hasil visitasi tersebut, pejabat yang

berwenang di bidang kesehatan di tingkat provinsi atau kabupaten/kota

menyampaikan rekomendasi pemberian atau penolakan permohonan izin

operasional kepada Menteri, pemerintah Daerah Provinsi atau Pemerintah

Daerah kabupaten/kota paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak laporan tim

visitasi diterima. Dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak

rekomendasi diterima, Menteri, Pemerintah Daerah Provinsi atau

Pemerintah Daerah kabupaten/kota sebagai pemberi izin harus menetapkan

untuk memberikan atau menolak permohonan izin operasional. Jika

terdapat masalah yang tidak dapat diselesaikan dalam kurun waktu

tersebut, pemberi izin dapat memperpanjang jangka waktu pemrosesan

izin paling lama 14 (empat belas) hari kerja dengan menyampaikan

pemberitahuan tertulis kepada pemohon.

Jika permohonan izin operasional diterima, pemberi izin menerbitkan

izin operasional berupa surat keputusan dan sertifikat yang memuat kelas

Rumah Sakit dan jangka waktu berlakunya izin. Jika permohonan izin

operasional ditolak, pemberi izin harus memberikan alasan penolakan


32

yang disampaikan secara tertulis kepada pemohon dan memberikan pilihan

kepada pemohon untuk melengkapi persyaratan izin operasional sesuai

klasifikasi Rumah Sakit yang akan diselenggarakan atau mengajukan

permohonan izin operasional sesuai klasifikasi Rumah Sakit hasil

penilaian tim penilai tanpa dilakukan visitasi ulang.

Setiap Rumah Sakit yang telah memiliki izin operasional dapat

mengajukan permohonan perubahan izin operasional secara tertulis yang

hanya dapat dilakukan jika terjadi perubahan kepemilikan, jenis Rumah

Sakit, nama Rumah Sakit serta kelas Rumah Sakit. Perubahan izin

operasional diajukan dengan melampirkan hal-hal berikut :

1) Akte notaris, surat keputusan dari pejabat yang berwenang, dan/atau

putusan pengadilan tentang perubahan status kepemilikan Rumah Sakit.

2) Rekomendasi dari pejabat berwenang di bidang kesehatan pada

Pemerintah Daerah provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan klasifikasi

Rumah Sakit.

3) Studi kelayakan dan rencana strategis perubahan jenis Rumah Sakit

yang memuat kelayakan pada aspek pelayanan, sosial ekonomi,

kebijakan dan peraturan perundang-undangan.

4) Surat pernyataan pengajuan perubahan izin operasional dari pemilik

Rumah Sakit.
33

E. Pencabutan Izin Rumah Sakit


Berdasarkan Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit,

izin Rumah Sakit dapat dicabut jika terjadi hal-hal berikut :

1. Habis masa berlakunya.

2. Tidak lagi memenuhi persyaratan dan standar.

3. Terbukti melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang- undangan.

4. Atas perintah pengadilan dalam rangka penegakan hukum.

F. Tugas, Tanggung Jawab dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit


( IFRS)

Sesuai dengan Permenkes Nomor 72 tahun 2016 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Tugas dan Tanggung Jawab Instalasi

Farmasi meliputi:

1. Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi

seluruh kegiatan Pelayanan Kefarmasian yang optimal dan profesional

serta sesuai prosedur dan etikprofesi.

2. Melaksanakan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien.

3. Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan Sediaan Farmasi,

Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai guna memaksimalkan efek

terapi dan keamanan serta meminimalkan risiko.

4. Melaksanakan Komunikasi, Edukasi dan Informasi (KIE) serta

memberikan rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien.

5. Berperan aktif dalam Komite/Tim Farmasi dan Terapi.

6. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan Pelayanan


34

Kefarmasian.

7. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan

formularium Rumah Sakit.

Menurut Permenkes Nomor 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Rumah Sakit,Fungsi Instalasi Farmasi,meliputi:

1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis

Pakai, meliputi :

a. Memilih Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai sesuai kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.

b. Merencanakan kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai secara efektif, efisien dan optimal.

c. Mengadakan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai

ketentuan yang berlaku.

d. Memproduksi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di Rumah

Sakit.

e. Menerima Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku.

f. Menyimpan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian.

g. Mendistribusikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai ke unit-unit pelayanan di Rumah Sakit.


35

h. Melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu.

i. Melaksanakan pelayanan Obat “unit dose”/dosis sehari.

j. Melaksanakan komputerisasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (apabila sudah

memungkinkan).

k. Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.

l. Melakukan pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang sudah tidak dapat

digunakan.

m. Mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai.

n. Melakukan administrasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,

dan Bahan Medis Habis Pakai.

2. Pelayanan farmasi klinik

a. Mengkaji dan melaksanakan pelayanan Resep atau permintaan Obat.

b. Melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan Obat.

c. Melaksanakan rekonsiliasi Obat.

d. Memberikan informasi dan edukasi penggunaan Obat baik berdasarkan

resep maupun Obat non Resep kepada pasien/keluarga pasien.

e. Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.

f. Melaksanakan visite mandiri maupun bersama tenaga kesehatan lain.


36

g. Memberikan konseling pada pasien dan/atau keluarganya.

h. Melaksanakan Pemantauan Terapi Obat (PTO).

1) Pemantauan efek terapi Obat.

2) Pemantauan efek samping Obat.

3) Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD).

i. Melaksanakan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO).

j. Melaksanakan dispensing sediaan steril.

1) Melakukan pencampuran Obat suntik.

2) Menyiapkan nutrisi parenteral.

3) Melaksanakan penanganan sediaan sitotoksik.

4) Melaksanakan pengemasan ulang sediaan steril yang tidak stabil.

k. Melaksanakan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada tenaga

kesehatan lain, pasien/keluarga, masyarakat dan institusi di luar Rumah

Sakit dan melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).

G. Pengelolaan Rumah Sakit

1. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)

Instalasi Farmasi harus memiliki Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian

yang sesuai dengan beban kerja dan petugas penunjang lain agar tercapai

sasaran dan tujuan Instalasi Farmasi. Ketersediaan jumlah tenaga Apoteker

dan Tenaga Teknis Kefarmasian di Rumah Sakit dipenuhi sesuai dengan

ketentuan klasifikasi dan perizinan Rumah Sakit yang ditetapkan oleh

Menteri.
37

Uraian tugas tertulis dari masing-masing staf Instalasi Farmasi harus ada

dan sebaiknya dilakukan peninjauan kembali paling sedikit setiap tiga tahun

sesuai kebijakan dan prosedur di Instalasi Farmasi.

a. Kualifikasi Sumber Daya Manusia (SDM)

Berdasarkan pekerjaan yang dilakukan, kualifikasi SDM Instalasi

Farmasi diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Untuk pekerjaan kefarmasian terdiri dari:

a. Apoteker

b. Tenaga Teknis Kefarmasian

2) Untuk pekerjaan penunjang terdiri dari:

a) Operator Komputer/Teknisi yang memahami kefarmasian

b) Tenaga Administrasi

c) Pekarya/Pembantu pelaksana

2. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai

Kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai, meliputi:

1. Pemilihan

Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan

kebutuhan. Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai ini berdasarkan:

a. Formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi.


38

b. Standar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai

yang telah ditetapkan.

c. Pola penyakit.

d. Efektifitas dan keamanan.

e. Pengobatan berbasis bukti.

f. Mutu.

g. Harga.

h. Ketersediaan di pasaran.

Tahapan proses penyusunan Formularium Rumah Sakit:

a. Membuat rekapitulasi usulan Obat dari masing-masing Staf Medik

Fungsional (SMF) berdasarkan standar terapi atau standar pelayanan

medis.

b. Mengelompokkan usulan Obat berdasarkan kelas terapi.

c. Membahas usulan tersebut dalam rapat Tim Farmasi dan Terapi

(TFT), jika diperlukan dapat meminta masukan dari pakar.

d. Mengembalikan rancangan hasil pembahasan Tim Farmasi dan

Terapi (TFT), dikembalikan ke masing-masing SMF untuk

mendapatkan umpan balik.

e. Membahas hasil umpan balik dari masing-masing SMF.

f. Menetapkan daftar Obat yang masuk ke dalam Formularium Rumah

Sakit.

g. Menyusun kebijakan dan pedoman untuk implementasi.


39

h. Melakukan edukasi mengenai Formularium Rumah Sakit kepada staf

dan melakukan monitoring.

Kriteria pemilihan Obat untuk masuk Formularium Rumah Sakit:

a. Mengutamakan penggunaan Obat generik.

b. Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling

menguntungkan penderita.

c. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas.

d. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan.

e. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan.

f. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien.

g. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi

berdasarkan biaya langsung dan tidak lansung.

h. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman

(evidence based medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan

dengan harga yang terjangkau.

2. Perencanaan Kebutuhan

Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan

jumlah dan periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk

menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan

efisien dengan menggunakan metode.

Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan

jumlah dan periode pengadaan. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan


40

Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk

menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan

efisien.

Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan Obat

dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan

dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi,

epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan

disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan:

a. Anggaran yang tersedia.

b. Penetapan prioritas.

c. Sisa persediaan.

d. Data pemakaian periode yang lalu.

e. Waktu tunggu pemesanan.

f. Rencana pengembangan.

3. Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk

merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus

menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang

terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang

berkesinambungan dimulai dari pemilihan, penentuan jumlah yang

dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode

pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi kontrak,


41

pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran. Tujuan dari pengadaan

adalah mendapatkan perbekalan farmasi dengan harga yang layak,

dengan mutu yang baik, pengiriman barang terjamin dan tepat waktu,

proses berjalan lancar, dan tidak memerlukan tenaga serta waktu

berlebihan.

Untuk memastikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai sesuai dengan mutu dan spesifikasi yang

dipersyaratkan maka jika proses pengadaan dilaksanakan oleh bagian lain

di luar Instalasi Farmasi harus melibatkan tenaga kefarmasian.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan Sediaan Farmasi,

Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai antara lain:

a. Bahan baku Obat harus disertai Sertifikat Analisa.

b. Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet

(MSDS).

c. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus

mempunyai Nomor Izin Edar.

d. Expired date minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk Sediaan Farmasi,

Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai tertentu (vaksin,

reagensia,dan lain-lain).

Pengadaan merupakan kegiatan untuk merelisasikan kebutuhan

yang telah direncanakan dan disetujui, melalui:


42

a. Pembelian

Pembelian adalah rangkaian proses pengadaan unutuk

mendapatkan perbekalan farmasi. Hal ini sesuai dengan peraturan

presiden RI no 94 tahun 2007 tentang pengendalian dan pengawasan

atas pengadaan dan penyaluran bahan obat, obat spesifik dan alat

kesehatan yang berfungsi sebagai obat dan peraturan presiden RI no

95 tahun 2007 tentang perubahan ketujuh atas keputusan presiden no

80 tahun 2003 tentang pedoman pelaksanaan pengadaan barang atau

jasa pemerintah.

Ada 4 metode pada proses pembelian :

1) Tender terbuka, berlaku untuk semua rekanan yang terdaftar, dan

sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

2) Tender terbatas, sering disebutkan lelang tertutup. Hanya dilakukan

pada rekanan tertentu yang sudah terdaftar dan memiliki riwayat

yang baik.

3) Pembelian dengan tawar-menawar, dilakukan bila item tidak

penting, tidak banyak, dan biasanya dilakukan pendekatan

langsung untuk item tertentu.

4) Pembelian langsung, pembeli jumlah kecil, perlu segera tersedia.

Dengan harga tertentu, relatif agak lebih mahal.

b. Produksi

Produksi perbekalan farmasi di rumah sakit merupakan kegiatan

membuat, merubah bentuk, dan pengemasan kembali sediaan farmasi


43

steril atau non-steril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan

di rumah sakit.

Kriteria perbekalan farmasi yang di produksi :

1) Sediaan farmasi dengan formula khusus.

2) Sediaan farmasi dengan mutu sesuai standar dengan harga lebih

murah.

3) Sediaan farmasi yang memerlukan pengemasan kembali.

4) Sediaan farmasi yang tidak tersedia di pasaran.

5) Sedian farmasi untuk penelitian.

6) Sediaan nutrisi parenteral.

7) Rekonstotusi sediaan perbekalan farmasi sitostasika.

8) Sediaan farmasi yang harus selalu di buat baru.

c. Sumbangan /hibah/droping

Pada prinsipnya pengelolaan perbekalan farmasi dari hibah/

sumbangan, mengikuti kaidah umum pengelolaan perbekalan farmasi

regular. Perbekalan farmasi yang tersisa dapat dipakai untuk

menunjang pelayanan kesehatan disaat situasi normal (Depkes RI,

2008).

4. Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,

spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera

dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.

Semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.


44

5. Penyimpanan

Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan

penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus

dapat menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan

kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi

persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban,

ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai.

Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan

penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus

dapat menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan

kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi

persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban,

ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai.

Berdasarkan Permenkes RI Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, metode penyimpanan dapat

dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan, dan jenis Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan disusun

secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out

(FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi


45

manajemen. Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai yang penampilan dan penamaan yang mirip (LASA,

Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi

penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan

Obat.

Rumah Sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan Obat

emergensi untuk kondisi kegawat daruratan. Tempat penyimpanan harus

mudah diakses dan terhindar dari penyalahgunaan dan pencurian.

Obat-obatan sebaiknya disimpan sesuai dengan syarat kondisi

penyimpanan masing-masing obat. Kondisi penyimpanan yang dimaksud

antara lain adalah temperatur/suhu sekitar 20- , kelembaban dan atau

paparan cahaya. Tempat penyimpanan yang digunakan dapat berupa

ruang atau gedung yang terpisah, lemari, lemari terkunci, lemari es,

freezer, atau ruangan sejuk. Tempat penyimpanan tergantung pada sifat

atau karakteristik masing-masing obat (Siregar, 2004).

Pengaturan obat digudang dapat dikelompokkan dengan 7 (tujuh)

cara yaitu berdasarkan :

a. Kelompok farmakologi/terapeutik

b. Indikasi klinik

c. Kelompok alphabetis

d. Tingkat penggunaan

e. Bentuk sediaan

f. Random
46

g. Kode barang.

Selain disimpan dalam temperatur yang sesuai, barang-barang

sebaiknya disimpan dalam keadaan yang mudah terambil dan tetap

terlindung dari kerusakan (Siregar, 2004).

6. Pendistribusian

Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka

menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit

pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah,

dan ketepatan waktu. Rumah Sakit harus menentukan sistem distribusi

yang dapat menjamin terlaksananya pengawasan dan pengendalian

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di unit

pelayanan.

Ada 2 bentuk distribusi perbekalan farmasi dirumah sakit:

a. Sentralisasi

Penyimpanan dan pendistribusian perbekalan farmasi dipusatkan

pada satu tempat di Instalasi Farmasi(unit/bagian distribusi perbekalan

farmasi). Seluruh kebutuhan perbekalan farmasi untuk unit pelayanan/

ruang rawat baik untuk kebutuhan individu pasien maupun kebutuhan

dasar ruang rawat disuplai langsung dari pelayanan farmasi pusat.


47

b. Desentralisasi

Perbekalan farmasi tidak langsung dilayani oleh pelayanan farmasi

pusat tetapi disuplai dari depo/satelit tersebut. Ada 5 sistem distribusi

perbekalan farmasi yaitu:

1) Sistem persediaan lengkap diruang rawat (Ward Total Floor Stock).

Seluruh persediaan obat kebutuhan pasien disimpan 42

diruang rawat, dan pengelolaannya menjadi tanggung jawab

perawat. Kebutuhan obat pasien langsung dilayani oleh perawat

diruang rawat, sehingga farmasis tidak terlibat sama sekali dalam

proses pengkajian resep sebelum obat disiapkan.

2) Sistem resep individual (Individual Prescription)

Sistem ini memberikan pelayanan kepada pasien secara

individual dan cara ini memudahkan penarikan pembayaran atas

obat yang diberikan kepada pasien.

3) Kombinasi system resep individual dengan Total Floor Stock

Pada system ini distribusi obat terutama dilakukan

berdasarkan resep individual dikombinasikan dengan total floor

stock untuk perbekalan farmasi tertentu dan dalam jumlah terbatas.

Sistem ini umumnya digunakan pada rumah sakit yang menarik

biaya pengobatan secara individual.

4) Sistem dosis unit

Pada sistem unit dosis, permintaan obat pada instruksi

pengobatan tidak diserahkan seluruhnya tetapi disiapkan hanya


48

untuk kebutuhan 24 jam, dan obat dikemas dalam bentuk satuan

dosis unit/wadah plastik kecil untuk satu waktu pemberian (satu

kemasan untuk satu waktu pemberian, yaitu pagi, siang, sore, dan

malam).

5) Sistem One Day Dose (ODD).

One daily dose (ODD) merupakan pendistribusian perbekalan

farmasi dimana pasien mendapat obat yang sudah dipisah-pisah

untuk pemakaian sekali pakai, tetapi obat diserahkan untuk sehari

pakai pada pasien (Siregar, 2014).

7. Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai

Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan

dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai bila:

a. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu.

b. Telah kadaluwarsa.

c. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan

kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan.

d. Dicabut izin edarnya.


49

Tahapan pemusnahan Obat terdiri dari:

a. Membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai yang akan dimusnahkan.

b. Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan.

c. Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada

pihak terkait.

d. Menyiapkan tempat pemusnahan.

e. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan

serta peraturan yang berlaku.

Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Badan

Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Penarikan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan oleh BPOM atau

pabrikan asal. Rumah Sakit harus mempunyai sistem pencatatan terhadap

kegiatan penarikan.

8. Pengendalian

Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan

penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai. Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus

bersama dengan Tim Farmasi dan Terapi (TFT) di Rumah Sakit.

Tujuan pengendalian persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,

dan Bahan Medis Habis Pakai adalah untuk:


50

a. Penggunaan Obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit.

b. Penggunaan Obat sesuai dengan diagnosis dan terapi.

c. Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan

dan kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, dan kehilangan

serta pengembalian pesanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai.

9. Administrasi

Kegiatan administrasi terdiri dari:

a. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi

perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, pendistribusian,

pengendalian persediaan, pengembalian, pemusnahan dan penarikan

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.

Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan Instalasi Farmasi

dalam periode waktu tertentu (bulanan, triwulanan, semester atau

pertahun).

b. Administrasi Keuangan

Administrasi keuangan merupakan pengaturan anggaran,

pengendalian dan analisa biaya, pengumpulan informasi keuangan,

penyiapan laporan, penggunaan laporan yang berkaitan dengan semua


51

kegiatan Pelayanan Kefarmasian secara rutin atau tidak rutin dalam

periode bulanan, triwulanan, semesteran atau tahunan.

c. Administrasi Penghapusan

Administrasi penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian

terhadap Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai yang tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak, mutu tidak

memenuhi standar dengan cara membuat usulan penghapusan

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku.

H. Pelayanan di Rumah Sakit

1. Pengkajian dan Pelayanan Resep

Pengkajian Resep dilakukan untuk menganalisa adanya masalah

terkait Obat, bila ditemukan masalah terkait Obat harus dikonsultasikan

kepada dokter penulis Resep. Apoteker harus melakukan pengkajian Resep

sesuai persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan

klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.

Pelayanan Resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan,

penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai termasuk peracikan Obat, pemeriksaan, penyerahan disertai

pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan Resep dilakukan

upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian Obat (medication

error).

2. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat


52

Penelusuran riwayat penggunaan Obat merupakan proses untuk

mendapatkan informasi mengenai seluruh Obat/Sediaan Farmasi lain yang

pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari

wawancara atau data rekam medik/pencatatan penggunaan Obat pasien.

3. Rekonsiliasi Obat

Rekonsiliasi Obat merupakan proses membandingkan instruksi

pengobatan dengan Obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan

untuk mencegah terjadinya kesalahan Obat (medication error) seperti Obat

tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi Obat. Kesalahan

Obat (medication error) rentan terjadi pada pemindahan pasien dari satu

Rumah Sakit ke Rumah Sakit lain, antar ruang perawatan, serta pada

pasien yang keluar dari Rumah Sakit ke layanan kesehatan primer dan

sebaliknya.

4. Pelayanan Farmasi Klinik

a. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan

dan pemberian informasi, rekomendasi Obat yang independen, akurat,

tidak bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker

kepada dokter, Apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta

pasien dan pihak lain di luar Rumah Sakit.

b. Konseling

Konseling Obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau

saran terkait terapi Obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien


53

dan/atau keluarganya. Konseling untuk pasien rawat jalan maupun

rawat inap di semua fasilitas kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif

Apoteker, rujukan dokter, keinginan pasien atau keluarganya.

Pemberian konseling yang efektif memerlukan kepercayaan pasien

dan/atau keluarga terhadap Apoteker.

c. Visite

Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang

dilakukan Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan

untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji

masalah terkait Obat, memantau terapi Obat dan Reaksi Obat yang

Tidak Dikehendaki, meningkatkan terapi Obat yang rasional, dan

menyajikan informasi Obat kepada dokter, pasien serta profesional

kesehatan lainnya.

d. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang

mencakup kegiatan untuk memastikan terapi Obat yang aman, efektif

dan rasional bagi pasien. Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas

terapi dan meminimalkan risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki

(ROTD).

e. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan

pemantauan setiap respon terhadap obat yang tidak dikehendaki, yang

terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan
54

profilaksis, diagnosa dan terapi. Efek Samping Obat adalah reaksi Obat

yang tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja farmakologi.

f. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)

Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan program evaluasi

penggunaan Obat yang terstruktur dan berkesinambungan secara

kualitatif dan kuantitatif.

g. Dispensing Sediaan Steril

Dispensing sediaan steril harus dilakukan di Instalasi Farmasi

Rumah Sakit dengan teknik aseptik untuk menjamin sterilitas dan

stabilitas produk dan melindungi petugas dari paparan zat berbahaya

serta menghindari terjadinya kesalahan pemberian Obat.

h. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)

Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) merupakan

interpretasi hasil pemeriksaan kadar Obat tertentu atas permintaan dari

dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit atau atas usulan

dari apoteker kepada dokter.


BAB III
PEMBAHASAN

A. Waktu, Tempat Dan Teknik Pelaksanaan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) diselenggarakan di Instalasi Farmasi

RSHD Kota Bengkulu yang beralamat di jalan Basuki Rahmat Padang Jati

Kota Bengkulu untuk shift 1 dari tanggal 03 Februari sampai dengan 15

Februari 2020, dan shift 2 dari tanggal 17 Februari – 29 Februari 2020.

Pelaksanaan PKL dimulai dari pukul 08.00 sampai pukul 14.00/16.00 WIB.

Kegiatan ini dilaksanakan dari hari senin sampai dengan sabtu selama dua

minggu.

Mahasiswa yang mengikuti kegiatan PKL (Praktek Kerja Lapangan)

berjumlah 23 orang. Masing-masing mahasiswa dalam pelaksanaanya

ditempatkan pada Depo-depo farmasi yang berbeda dengan sistem rolling

atau pergantian Depo farmasi setiap 2 (dua) hari sekali dan dalam satu hari

setiap mahasiswa mendapat waktu magang selama 6 – 8 jam..

Berdasarkan jadwal yang telah disusun dengan sungguh-sungguh maka

pelaksanaan kegiatan PKL (Praktek Kerja Lapangan) berjalan dengan baik

dan tertib.

B. Sejarah Rumah Sakit Harapan Dan Doa Kota Bengkulu

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bengkulu mulai beroperasi pada bulan

Januari tahun 2014 dengan izin operasional sementara Walikota Bengkulu

No. 49 tahun 2013 tanggal 27 Februari tahun 2013 dan diregistrasi pada

tanggal 28 Februari tahun 2013 dengan kode Rumah Sakit 1771002S,

55
56

menempati gedung DPRD Kota dan Gedung C Pemerintah Kota Bengkulu

dan pada tanggal 24 Februari tahun 2015 telah dikeluarkan Rekomendasi Izin

Operasional Rumah Sakit dengan nomor rekomendasi : 440/71/DKK/Rek-

RS/II/2015.

Pada tanggal 3 Maret 2015 RSHD Kota Bengkulu mendapat izin

operasional tetap No.28 tahun 2015. Rumah Sakit Umum Kota Bengkulu

dengan menempati luas tanah 11.651 dan luas bangunan mencapai 1.350

. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bengkulu walaupun dengan

terbatasnya sarana dan prasarana yang ada. RSHD Kota Bengkulu pada saat

ini merupakan satu-satunya rumah sakit yang dimiliki Pemerintah Kota

Bengkulu, pada tahun 2015 Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bengkulu

termasuk dalam klasifikasi Rumah Sakit Umum Tipe-C.

Pada tanggal 11 Desember 2018 RSHD Kota Bengkulu telah berubah

nama menjadi RSHD Kota Bengkulu. RSHD Kota Bengkulu dalam

menyelenggarakan upaya kesehatan diwajibkan harus memperhatikan dasar-

dasar pembangunan kesehatan. Dalam mendukung pembangunan kesehatan,

perlu adanya aspek yaitu perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian,

adil dan merata serta pengutamaan dan manfaat. RSHD Kota Bengkulu

merupakan rumah sakit rujukan di kota Bengkulu,guna membantu

penyembuhan pasien yang berobat ke rumah sakit. Upaya tersebut meliputi

kuratif, rehabilitatif, prefentif dan promotif.


57

a. Falsafah , Visi dan Misi, Motto RSHD Kota Bengkulu

 Falsafah

Falsafah dari RSHD Kota Bengkulu sebagai lahan pengabdian kepada

masyarakat

 Visi

Visi RSHD Kota Bengkulu adalah Memberikan pelayanan yang

bermutu dan terjangkau dengan mengutamakan kepuasan menuju

rumah sakit Se-Provinsi Bengkulu.

 Misi

1. Menjadikan Rumah Sakit Harapan dan Do’a Kota Bengkulu

sebagai pemberi pelayanan yang bermutu, berorientasi pada

kebutuhan dan kepuasan pasien.

2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang profesional.

3. Meningkatkan kesejahteraan seluruh pegawai.

4. Menciptakan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.

 Motto

Melayani degan hati, hati-hati, setulus hati dan tidak sesuka hati.

C. Tujuan Pendirian RSHD Kota Bengkulu

a. Menjadikan Rumah Sakit yang dapat memberikan pelayanan prima dan

mampu :

1) Menyelenggarakan pelayanan yang bermutu, memuaskan dan

professional berdasarkan standar yang ditetapkan.


58

2) Mengembangkan pendidikan dan penelitian di segala bidang khususnya

bidang kesehatan.

3) Menggalang dan mengembangkan kemitraan dengan berbagai pihak

untuk menjalin jaringan kerjasama yang saling menguntungkan.

4) Mewujudkan keselamatan dan kepuasan pelanggan.

5) Memberdayakan kepemimpinan untuk menggerakan seluruh potensi

sumber daya yang ada di rumah sakit, meningkatkan kesejahteraan

karyawan.

6) Meningkatkan pendapatan serta efisiensi dan efektifitas penggunaan

anggaran.

b. Menjadikan Rumah Sakit yang mampu mewujudkan fungsinya sebagai

rumah sakit rujukan, pendidikan dan penelitian yang terpercaya dan

mempunyai daya saing se-Provinsi Bengkulu.

D. Pengelolaan

1. Sumber Daya Manusia (SDM)

Seksi pelayanan medis dan keperawatan membawahi IRNA (Instalansi

Rawat Inap), IRJA (Instalansi Rawat Jalan), IGD (Instalansi Gawat

Darurat), OK (Operasi Kamar), serta berkoordinasi dengan Komite Medik,

PPI, dan Komite Keperawatan.

Jumlah tenaga dilingkungan seksi pelayanan medis dan keperawatan

tahun 2017 sebanyak 193 orang yang terdiri dari : IGD jumlah tenaga 17

orang, OK jumlah tenaga 10 orang, CSSD jumlah tenaga 4 orang,

kebidanan jumlah tenaga 17 orang, perinatologi jumlah tenaga 10 orang,


59

VIP jumlah tenaga 16 orang, perawatan kelas 1 jumlah tenaga 14 orang,

perawatan kelas 2 jumlah tenaga 14 orang, perawatan kelas 3 jumlah

tenaga 16 orang, ICU jumlah tenaga 9 orang, staf IRNA jumlah tenaga 5

orang, staf IRJA jumlah tenaga 3 orang, poli gigi jumlah tenaga 3 orang,

laboratorium prosto jumah tenaga 3 orang, poli anak jumlah tenaga 2

orang, poli kebidanan jumah tenaga 2 orang, poli umum jumlah tenaga 2

orang, poli bedah jumlah tenaga 2 orang, poli penyakit dalam jumlah

tenaga 8 orang, poli syaraf jumah tenaga 2 orang, poli THT jumlah tenaga

2 orang, staf yanmed jumlah tenaga 5 orang, jumlah dokter yang melayani

di RSHD Kota Bengkulu 27 orang (dr. umum 11 orang, dr. spesialis 13

orang, dr. gigi 3 orang).

No Pendidikan Jumlah Keterangan


2014 2015 2016 2017
1. Apoteker 2 5 8 8 2 PNS dan
6 Honorer
2. SKM-SMF - - 1
3. D3 Analis - 1 1 1 PNS
Farmasi
4. D3 Farmasi 2 2 3 7 1 PNS dan
6 Honorer
5. SMF 5 4 4 7 3 PNS dan
4 Honorer
6. SMA 1 1 2 2 Honorer
Sederajat
Jumlah 10 13 19 25

Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Di Instalasi Farmasi RSHD Bengkulu


60

2. Sarana Dan Prasarana

Kondisi sarana di RSHD Kota Bengkulu tahun 2020, sebagaimana

digambarkan pada tabel dibawah ini :

No Gedung Luas (M2)


1 IGD 624
2 Rawat jalan 512
3 Rawat inap 2126
4 Kamar operasi 367
5 Labratorium 52
6 Radiologi 75
7 Dapur 300
8 Farmasi 85
9 Kamar jenazah 85
10 Gedung adm dan manajemen 367
11 Gedung laundry 52
12 Gedung pertemuan 367
13 Gedung layanan administrasi 427
Jumlah 5.439
Tabel 2. sarana di RSHD Kota Bengkulu tahun 2020

Ambulans RSHD Kota Bengkulu

No Ambulans Jumlah Kondisi Baik/ Rusak


ringan/ Rusak Berat
1 Nisan Jasa Raharja 1 Baik

2 Ambulan IZUZU 1 Baik

3 Ambulan IZUZU BPJS 1 Baik

4 Ambulan Inova 1 Baik


5 Ambulan Suzuki APV 1 Baik
Jumlah 5 Baik

Tabel 3. Ambulans RSHD Kota Bengkulu

3. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Lainnya


61

a. Pemilihan

Pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP di RSHD Kota

Bengkulu dilakukan berdasarkan Formularium Nasional, Formularium

Rumah sakit, pola penyakit, efektivitas dan keamanan, pengobatan

berbasis bukti, mutu harga dan ketersediaan dipasaran.

b. Perencanaan

Perencanaan obat di RSHD Kota Bengkulu berdasarkan formularium

rumah sakit yang disusun oleh KFT (Komite Farmasi dan Terapi) yang

merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan

sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai

dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhnya kriteria

tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.

Perencanaan perbekalan farmasi dilakukan dengan baik dan

sistematis karena dilakukan oleh petugas di Gudang Farmasi Rumah

Sakit dengan menggunakan data dari pola penyakit, pola penggunaan

obat, serta permintaan dokter. Perencaan yang ada di RSHD Kota

Bengkulu juga dengan mempertimbangkan metode konsumsi

disesuaikan dengan anggaran yang tersedia, sisa persediaan, waktu

tunggu pemesanan, rencana pengembangan dan data pemakaian periode

yang lalu yaitu mengacu pada laporan stok opname.

c. Pengadaan
62

Pengadaan obat yang dilakukan di RSHD kota Bengkulu pada awal

berdiri didapat dari hibah Dinas Kesehatan Kota Bengkulu dan UPTD

Farmasi. Namun setelah memasuki tahun kedua yang tepatnya pada

bulan Juni 2014 hibah tersebut berhenti dan RSHD kota Bengkulu

mulai melakukan pemesanan barang ke PBF, menggunakan sistem e-

catalogue. E-catalogue itu sendiri merupakan sistem informasi

elektronik yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis dan harga

barang tertentu dari berbagai penyedia barang/jasa. Untuk pembelian

sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP harus sesuai dengan

ketentuan pengadaan barang dan jasa.

d. Penerimaan

Untuk penerimaan dari Pendagang Besar farmasi (PBF) mengantar

obat yang dipesan sesuai dengan SP dan membawa faktur yang

kemudian dilakukan penerimaan oleh petugas gudang farmasi yang

sebelumnya barang diperiksa terlebih dahulu sesuai apa tidak dengan

jumlah dan jenis barang yang dipesan.

Pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas Gudang Farmasi meliputi

kelengkapan barang tersebut seperti nama obat, bentuk sediaan, jumlah

obat, kemasan dan tanggal expired date-nya, apabila sesuai dengan

pemesanan maka petugas gudang farmasi menanda tanganinya serta

memberi stampel. Faktur-faktur yang telah masuk dikumpulkan,

dilakukan pencatatan dan disimpan kedalam tempat khusus

penyimpanan faktur.
63

e. Penyimpanan
Setelah barang diterima oleh Instalasi Farmasi, kemudian obat

disimpan ketempat penyimpanannya. Metode penyimpanan yang

dilakukan di RSHD Kota Bengkulu menggunakan sistem FEFO (First

expire First Out) disusun menurut alfabetis, bentuk sediaan, suhu, dan

untuk obat-obat OKT dan narkotika disimpan dalam lemari khusus.

Dimana untuk lemari OKT dan narkotikayang terdapat di RSHD telah

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, diantaranya

yaitu lemari terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak, memiliki pintu

ganda, memiliki lambang narkotika di pintunya, kuncinya tidak

tergantung, Ukurannya yaitu 40 X 80 X 100 cm, dan juga lemari

tersebut tidak dapat dipindah-pindah.

Untuk obat dalam jumlah kecil, disimpan pada rak-rak obat

sedangkan obat dalam jumlah besar atau dalam bentuk cairan biasa

disimpan di atas palet. Penyimpanan obat di atas palet bertujuan agar

tidak terjadi kontak langsung antara obat dengan lantai, juga tidak

bersentuhan langsung dengan dinding, hal ini dilakukan untuk menjaga

mutu dan kualitas dari obat yang disimpan, karena adanya kontak fisik

antara lantai, dinding, dan obat akan dapat menimbulkan kelembapan

yang dapat merusak dan mengurangi mutu serta khasiat obat.

Gudang penyimpanan obat di RSHD juga telah sesuai dengan

peraturan yang berlaku diantaranya adalah gudang memiliki ventilasi

dan atau AC untuk menjaga sirkulasi udara yang baik, gudang tidak

terpapar langsung oleh sinar matahari, keadaannya bersih dan cukup


64

rapi, obat disusun dengan rapi dan tidak dibiarkan bertumpukan, serta

terbebas dari hama penganggu seperti seranga dan tikus.

f. Pendistribusian

Distribusi sediaan farmasi di RSHD rawat jalan menggunakan

Sistem Resep Perorangan (Individual Prescription) yaitu

pendistribusian sediaan farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis

Habis Pakai berdasarkan resep yang diberikan oleh dokter untuk pasien.

Sedangkan distribusi di rawat inap menggunakan sistem UDD (Unit

Dose Dispensing) yaitu pemberian obat sesuai resep untuk sekali pakai

atau dalam dosis terbagi.

g. Pengendalian
pengendalian yang dilakukan di IFRS RSHD Bengkulu adalah

pengendalian penggunaan obat sesuai dengan formularium rumah sakit,

penggunaan obat sesuai dengan diagnosis dan terapi, serta memastikan

persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan

kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluarsa, dan kehilangan serta

pengembalian pesanan sedian farmasi, alat kesehatan dan BMHP. Cara

pengendalian persediaan sediaan farmasi, alkes, dan BMHP yang

dilakukan adalah stok opname yang dilaksanakan tiap akhir bulan pada

seluruh depo farmasi dan gudang RSHD Bengkulu.

h. Administrasi
Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan

untuk memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu. Kegiatan

administrasi terdiri dari Pencatatan dan Pelaporan. Setiap barang dan


65

obat yang didistribusikan harus dicatat dan dilaporkan. Pencatatan yang

dilakukan di gudang IFRS RSHD dr. M. Yunus diantaranya adalah

pencatatan kartu stok obat dan pencatatan barang masuk atau keluar

dari gudang ke depo-depo, pencatatan administrasi keuangan.

Pembukuan yang ada di RSHD Bengkulu meliputi :

1. Buku pencatatan resep harian

Buku yang digunakan untuk mencatat total harga resep, nama

pasien dan poli yang mengeluarkan resep sebagai arsip untuk

penagihan biaya ke BPJS.

2. Buku kwitansi rawat jalan VIP

Buku yang digunakan untuk mengetahui biaya yang harus

ditagihkan ke pasien yang ditagihkan ke BPJS.

3. Buku Amprahan
Amprahan adalah daftar permintaan obat/alkes dari Instalasi

farmasi atau ruangan ke gudang farmasi Instalasi. Terdiri amprahan

apotek dan persediaan diruangan. Amprahan yang berasal dari

apotek ditujukan ke gudang Instalasi Farmasi lalu disiapkan oleh

petugas gudang kemudian dicek oleh SPI dan setelah itu disusun di

apotek.

4. Kartu Stock

Kartu stock adalah blangko yang digunakan untuk mengetahui

keluar masuknya suatu obat. Kartu stock digunakan untuk setiap satu

jenis obat. Fungsinya untuk melacak kesalahan penggunaan obat.

Setiap obat yang keluar selalu dicatat diblanko tersebut.


66

5. Pembukuan OK

Pembukuan ini berguna untuk mencatat obat-obat yang

dikembalikan dari pasian IGD atau pasien rawat inap ke instalasi

farmasi.

6. Buku Faktur

Buku ini digunakan untuk menyalin faktur dari pbf tempat kita

memesan sebagai arsip.

7. Buku Daftar Harga Obat

Buku ini memuat nama dan daftar harga untuk obat, alat

kesehatan, dan bahan medis habis pakai.

8. Buku Operan

i. Keuangan

Keuangan bagian farmasi di Rumah Sakit Harapan dan Do’a

bersifat rahasia.

E. Pelayanan

Pelayanan resep yang ada di RSHD Kota Bengkulu terbagi menjadi 2

yaitu resep BPJS, dan resep non BPJS (umum)

Alur pelayanan resep baik BPJS maupun non BPJS


67

Pasien datang

Resep diserahkan

Cek status pasien


BPJS/Umum

BPJS UMUM

Skrining Resep: Obat dihargai


1. Administrasi Pasien diminta
2. Farmasetika persetujuan harga
3. Klinis

Penyiapan/peracikan Setuju Tidak setuju


obat dan pemberian Dibayar ke loket Ressep diserahkan
etiket pembayaran

Pengecekan ulang obat


berdasarkan resep

Penyerahan obat desertai


dengan informasi obat
Pasien pulang

Gambar 1. Alur Pelayanan Resep di RSHD Kota Bengkulu

Keterangan :

1. Pasien datang dengan membawa resep ke depo rawat jalan atau depo rawat

inap/IGD untuk menyerahkan resep.


68

2. Setelah resep diserahkan cek status resep BPJS/UMUM.

3. Untuk resep BPJS lakukan skrining resep kemudian langsung obat disiapkan,

kemudian buat etiketnya dan dimasukkan kedalam plastik klip, setelah itu

lakukan double check barulah obat diserahkan ke pasien sambil diberikan

PIO, dan barulah pasien pulang.

4. Sedangkan untuk resep umum pertama lakukan skrining resep, lihat

persediaan obat ada atau tidak barulah resep dihargai dan konfirmasi ke

pasien berapa harga yang harus dibayarkan. Jika pasien setuju maka siapkan

obatnya sesuai permintaan resep, kemudian buat etiketnya dan dimasukkan

kedalam plastik klip, setelah itu lakukan double check barulah obat

diserahkan ke pasien sambil diberikan PIO, dan barulah pasien pulang. Kalau

pasien tidak setuju dengan harga yang harus dibayarkan maka resep

diserahkan kembali ke pasien dan pasien langsung pulang.

Skema alur pelayanan pasien RSHD Kota Bengkulu

Keluarga/pasien datang

Loket
69

Pasien baru: Pasien lama:


1. Keluarga/pasien mengambil nomor antri 1. Keluarga/pasien mengambil nomor antri
2. Petugas memanggil semua nomor urut 2. Petugas memanggil semua nomor urut
3. Petugas mencatat identitas pasien dibuku 3. Petugas mencatat identitas pasien dibuku
registrasi pendaftaran registrasi pendaftaran
4. Petugas membuat kartu berobat 4. Petugas karcis menarik biaya karcis dan
5. Petugas karcis menarik biaya karcis dan dokumen RM
dokumen RM

Pendaftaran
1. Cek persyaratan sesuai dengan ketentuan
2. Petugas mengecek SEP untuk pasien BPJS
3. Triase
4. Petugasmeminjam dokumen rekam medik (RM) pasien dibagian filing (pasien lama)
5. Menyatukan nomor urut panggilan pasienn pada dokumen RM
6. Petugas RM (Caraka) mendistribusikan dokumen RM ke politeknik

Politeknik
1. Poli Kebidanan 5. Poli Prostodenti
2. Poli Bedah 6. Poli Syaraf
3. Poli Anak 7. Pili Gigi
IGD 4. Poli Dalam 8. Poli Umum
Penunjang Medik 9.Poli Fisioterapi
a. Radiologi
b. laboraturium

Rawat inap Konsul/rujuk Administrasi/


kasir

Loket administrasi rawat inap:


1. Petugas menyediakan dan melengkapi berkas dokumen RM rawat inap. Apotek
2. Petugas menyediakan informasi sesuai ruang dan kelas perawatannya serta tarif rawat
inap.
3. Petugas menginformasikan hal yang lain(daftar nama dokter, tata tertib rawat, hak
dan kewajiban pasien, perkiraan biaya yang diperlukan. Pasien pulang
4. Petugas loket menyiapkan dan menyelesaikan di peerjanjian rawat inap.
a. Foto kopi KTP bagi keluarga / penanggung jawab sebanyak 2 lembar.
b. Keluarga mengganti biaya materai sebanyak 3 lembar.
5. Petugas keuangan menyelesaikan urusan biaya perawatan rawatinap ssuai kelas
perawatan,
6. Untuk pasien JKN (BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan).
7. Petugas RM mengantarkan dokumen RM ke ruang perawatan.

Gambar 2. Skema alur Pelayanan pasien di RSHD Kota Bengkulu


F. Perpajakan

Perpajakan bagian farmasi di Rumah Sakit Harapan dan Do’a bersifat

rahasia.
70

G. Evaluasi Mutu Pelayanan

Evaluasi terhadap pelayanan kefarmasian di RSHD Kota Bengkulu

diadakan jika terdapat hal – hal yang harus diperbaiki lagi atau sesuatu yang

dapat dikembangkan agar pelayanan di RSHD Kota Bengkulu dapat berjalan

dengan aman dan nyaman terhadap pasien. biasanya pihak RSHD Kota

Bengkulu membuat aturan-aturan yang kiranya perlu untuk diterapkan di

RSHD Kota Bengkulu.

Berdasarkan hasil pengamatan selama PKL (Praktik Kerja Lapangan) di

RSHD Bengkulu Pengelolaan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Harapan dan

Doa dijalankan sesuai dengan prosedur pelaksanaan yang berlaku, semua

personil yang ada di instalasi farmasi bekerja sesuai dengan tugas dan

tanggung jawab masing – masing. Untuk mencapai tujuan pengembangan

kesehatan sangat diperlukan kerjasama yang baik antara tenaga kerja yang satu

dengan yang lainnya.

H. Strategi Pengembangan

Sebagai rumah sakit rujukan, RSHD Kota Bengkulu melaksanakan

pelayanan kesehatan mencakup wilayah kota Bengkulu. Hal ini menjadi tugas

berat bagi RSHD Kota Bengkulu yang dituntut untuk senantiasa memberikan

pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. Hal ini hendaknya didukung oleh

fasilitas peralatan medis yang cukup dan memenuhi standar pelayanan rumah

sakit.

Disamping itu merupakan persiapan menuju rumah sakit dengan layanan

unggulan “Trauma Center”. Trauma center adalah sebuah fasilitas pelayanan


71

kesehatan yang khusus menangani pasien trauma di rumah sakit, pelayanan

tersebut dilakukan oleh beberapa dokter ahli seperti dokter ahli bedah, dokter

anastesi serta perawat khusus yang menyediakan peralatan pendukung hidup

lanjud serta cepat yang siap dalam 24 jam. Penanganan pasien trauma di

trauma center didukung beberapa instalasi dan unit pendukung trauma center

antara lain: Instalasi Rawat Darurat (IRD), ambulance, laboraturium, radiologi,

kamar operasi, Intensive Care Unit (ICU), rehabilitasi medik dan apotek.

Sebuah trauma center pada sebuah rumah sakit dilengkapi dengan

pelayanan medis gawat darurat secara komprehensif untuk pasien yang

mengalami trauma berat atau luka berat yang siap 24 jam. Pusat trauma telah

dibentuk sebagai relasasi penetapan medis bahwa luka atau trauma perlu

penanganan yang segera dan kompleks termasuk pembedahan untuk mencegah

kecacatan dan kematian dari pasien. Saat ini terjadi peningkatan insiden trauma

karena adanya perkembangan industrilisasi, urbanisasi, adanya kekerasan di

masyarakat, konflik sosial, dan bencana alam yang disebabkan oleh perbuatan

manusia.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Selama mahasiswa/i melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di RSHD

Kota Bengkulu pada tanggal 17 Februari sampai 29 Februari 2020,

mahasiswa/i mendapatkan pengalaman dan pengetahuan tambahan yang tidak

diperoleh selama di sekolah. Maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Diharapkan dengan diadakannya Praktik Kerja Lapangan (PKL) dapat

menciptakan tenaga kesehatan di bidang farmasi tingkat diploma yang

mampu bekerja secara professional.

2. RSHD Bengkulu merupakan rumah sakit tipe C, dimana penerapan

pengelolaan perbekalan farmasi dan farmasi klinik yang ada telah sesuai

dengan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit sebagaimana

yang tertera pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 72 tahun 2016.

3. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) di IFRS RSHD Bengkulu

sudah cukup sesuai dengan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah

Sakit sebagaimana yang tertera pada Peraturan Menteri Kesehatan RI

Nomor 72 tahun 2016.

4. Sarana dan Prasarana di IFRS R.S Raflesia Bengkulu sudah cukup sesuai

dengan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit sebagaimana yang

tertera pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 72 tahun 2016.

72
73

B. Saran

Berdasarkan hasil Praktik Kerja Industri yang sudah dilaksanakan di

RSHD, maka Penyusun ingin memberikan saran sebagai berikut :

1.Bagi pihak akademik

Hendaknya kegiatan Praktik Kerja Lapangan dilakukan dalam jangka waktu

yang lebih lama agar dapat mendapat lebih banyak pengetahuan tentang

pengelolaan obat

2.Bagi pihak RSHD

Dapat memberikan ilmu pengetahuan yang lebih baik bagi mahasiwa/I

Praktik Kerja Industri sehingga dapat lebih mengetahui berbagai kegiatan

kefarmasian di Rumah Sakit Harapan dan Doa Kota Bengkulu.


DAFTAR PUSTAKA

Arsip-arsip dan pembukuan di Rumah Sakit Harapan dan Do’a Kota Bengkulu
Departemen Kesehatan. 2009, Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang
pekerjaan kefarmasian, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Departemen Kesehatan. 2016, Peraturan Menteri Kesehatan No. 72/2016 tentang


standar pelayanan kefarmasian dirumah sakit, Departemen Kesehatan
RI, Jakarta.

Departemen Kesehatan. 2014, Peraturan Menteri Kesehatan No. 56/2014 tentang


klasifikasi dan perizinan rumah sakit, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.

Departemen Kesehatan. 2008, Peraturan Menteri Kesehatan No. 129/2008


tentang standar pelayanan minimal dirumah sakit, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.

Departemen Kesehatan. 2009, Undang-undang No. 36 Tahun 2009.Departemen


Kesehatan RI, Jakarta.

Departemen Kesehatan. 2009, Undang-undang No. 44 Tahun 2009. Departemen


Kesehatan RI, Jakarta.

Siregar,C.J.P., 2004, Farmasi Rumah Sakit, Penerbit Buku Kedokteran ECG,


Jakarta.

74
75
76

L
A
M
P
I
R
A
N
Lampiran 1. Denah Lokasi
77

Lampiran 2.Struktur Organisasi RSHD


DIREKTUR KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
78

SPI KOMITE INSTALANSI

Seksi Seksi Penunjang Sub Bagian Sub Bagian


Pelayanan Medis Umum Dan Keuangan Dan
Medik Dan Perlengkapan Perencanan
Perawatan

Sub Bagian
Kepegawaian

Lampiran 3.Etiket
79

Etiket Obat Pulang Etiket Obat Luar

Etiket Obat Pagi (Pagi) Etiket Obat Malam (Hijau)


80

Etiket Obat Siang (Kuning) Etiket Obat Sore (Merah)

Etiket Obat KP (Kapan Perlu ) Etiket Cairan

Lampiran 4. Kartu Stok


81

Lampiran 5.Copy Resep


82

Lampiran 6. Kwitansi
83

Lampiran 7. Surat Pesanan Obat Biasa


84

Lampiran 8. Surat Pesanan Prekursor


85

Lampiran 9. Surat Pesanan Yang Mengandung Obat-Obat Tertentu


86

Lampiran 10. Surat Pesanan Psikotropika


87
88

Lampiran 11. Surat Pesanan Narkotika


89

Lampiran 12. Surat Pengantar Laporan Narkotika dan Psikotropika


90

Lampiran 13.Laporan Penggunaan Obat Generik


91

Lampiran 14. Laporan Penggunaan Obat Prekusor


92

Lampiran 15. Laporan Penggunan Narkotika


93

Lampiran 16. Laporan Penggunaan Psikotropika

Anda mungkin juga menyukai