Anda di halaman 1dari 32

TUGAS PAPER

RISET AKUNTANSI
TEORI AKUNTANSI

DOSEN PEMBIMBING : Devi Savitri SE, M.Ak. Ak, CA

NAMA : SINTIA FITRI

NIM: 1702110185

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS RIAU
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1. Riset Akuntansi

1.1 Pengertian Riset Akuntansi

Riset akuntansi adalah upaya yang dilakukan untuk mencari kebenaran di bidang

akuntansi. Hasil riset ini merupakan penyambung antara fenomena sosial di bidang akuntansi

dengan struktur teori akuntansi. Fenomena sosial itu dituangkan dalam berbagai bentuk

“statement ilmiah” sehingga menjadi teori. Teori ini bisa menjelaskan tentang kebenaran

yang sudah ada (deskriptif), mendukung teori yang ada (justifikasi), mengingkari kebenaran

yang sudah lama (refute), atau ingin melahirkan teori baru.

1.2 Penelitian di Bidang Akuntansi

Riset dalam akuntansi terus menerus dilakukan oleh para peneliti akuntansi dan telah

memberikan sumbangan yang begitu besar terhadap perkembangan teori akuntansi dan

profesi akuntansi. Secara internasional, sangat banyak upaya yang dilakukan berbagai

lembaga akademik dan profesi. Namun, di Indonesia untuk Lembaga atau orang yang

melakukan penelitian dan memuat hasil risetnya sangat terbatas. Padahal, perkembangan

ilmu pengetahuan sangat bergantung pada frekuensi dan kuantitas penelitian yang dilakukan.

Sebagai tambahan dari pendekatan atau bidang-bidang yang telah disinggung di muka

berikut ini adalah bidang - bidang riset yang telah dilakukan dalam akutansi sebagaimana

ditulis Wolk dkk., (1989).

1. Pendekatan Model-Keputusan (The Decision-Model Approach)


Riset di bidang ini mencoba mempertanyakan dan mencari jawaban tentang informasi

apa yang diperlukan untuk proses pengambilan keputusan. Dalam bidang riset atau

pendekatan ini, bukan menanyakan kepada pemakai informasi tentang apa yang mereka

inginkan, tetapi informasi apa yang diperlukan dalam situasi tertentu. Maka, pendekatannya

adalah normatif dan dedduktif. Misalnya, dalam riset ini ditermukan bahwa penggunaan exit

value lebih berguna dalam pengambilan keputusan.

2. Riset Pasar Modal (Capital Market Research)

Riset di bidang ini mencoba meneliti sampai sejauh mana implikasi informasi

keuangan yang baru mempengaruhi reaksi masyarakat. Berbagai riset empiris telah

membuktikan bahwa saham yang diperdagangkan sangat cepat bereaksi dan bersifat tidak

bias tehradap informasi yang baru. Artinya, harga saham di bursa menggambarkan dampak

informasi yang tersedia bagi publik. Hasil penelitian ini yang menyebabkan munculnya

hipotesis yang disebut Efficient Market Hypothesis. Karena dalam teori Efficient Market

Hypothesis dinyatakan bahwa pendapatan saham sangat ditentukan oleh risikonya, maka riset

lainnya mencoba menilai hubungan antara ukuran-ukuran risiko yang diambil dari data

akuntansi, seperti rasio keuangan dan risiko yang didasarkan pada pasar.

3. Riset Keperilakuan (Behavioral Research)

Riset di bidang ini meneliti bagaimana pemakai informasi akuntansi melakukan

pengambilan keputusan dan informasi apa yang mereka butuhkan. Pendekatan yang

diterapkan adalah deskriptif. Sebagian besar penelitian di bidang ini menggunakan

laboratorium riset dengan melakukan percobaan.

4. Teori Agensi (Agency Theory sering disebut Contracting Theory)

Teori ini menyebutkan bahwa perusahaan adalah tempat bagi hubungan kontrak yang
terjadi antara manajemen, oemilik, kreditor, dan pemerintah. Salah satu hipotesis dalam

agency theory ini adalah manajemen akan mencoba memaksimalkan kesejahteraannya

sendiri dengan cara meminimalisasi berbagai biaya agency. Oleh karena itru, manajemen

diasumsikan akan memilih prinsip akuntansi yang sesuai dengan tujuannya yaitu,

memaksimalkan kepentingannya.

5. Informasi Ekonomi

Dalam bidang ini yang menjadi bahan penelitian adalah biaya memproduksikan

informasi akuntansi. Dengan kata lain, apakah dengan membuat atau menyusun informasi

tertentu, manfaatnya lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk itu. Biasanya pendekatan

yang digunakan adalah analisis atau deduktif.

6. Riset Critical Accounting

Critical Accounting adalah cabang teori akuntansi yang memandang akuntansi

memiliki peran sebagai poros dalam memutuskan konflik antara perusahaan dan konstituen

sosial seperti buruh, konsumen dan masyarakat umum. Hal ini secara langsung diperhatikan

secara aktif dalam peran sosial akuntan.

1.3 Ruang Lingkup Penelitian Akuntansi

Tidak mudah untuk merumuskan topik akuntansi yang bisa dijadikan bahan tulisan

untuk skripsi karena disiplin ilmu ekonomi yang sangat luas, berkaitan dengan berbagai

disiplin ilmu yang lain, perkembangannya juga sangat cepat, serta keterbatasan SDM.

Minimnya kemampuan bahasa serta keterbatasan sarana perpustakaan, sehingga bagi

mahasiswa pemilihan topik juga menjadi lebih sukar, apalagi jika disamakan dengan standar

baku dalam dunia ilmiah secara internasional. Oleh karena itu, perlu diingat bahwa
penjelasan yang dimuat dalam bab ini bersifat rujukan awal untuk memasuki proses

pencarian topik yang lebih cocok dengan perkembangan ilmu itu sendiri. Kita perlu

mengetahui akan muncul hasil penelitian yang akan terbit dari ribuan jurnal.

Penjelasan ini harus di tempatkan sebagai petunjuk saja, sedangkan pedoman yang

mendetail harus dibaca dari berbagai buku metode penelitian dan hasil-hasil penelitian yang

dipublikasikan di berbagai jurnal dan majalah. Pedoman ini hanya memberikan beberapa

kemungkinan bidang yang bisa menjadi alternatif bidang penelitian. Jurusan Akutansi dapat

dibagi dalam berbagai bidang konsentrasi, yaitu :

1. Konsentrasi Akuntansi Keuangan

Bidang ini membahas bagaimana laporan keuangan disusun untuk tujuan publik.

Disini bisa dibahas metode pencatatan, prinsip dan standar akutansi keuangan, penyajian

laporan yang wajar, pemilihan teknik atau standar akutansi, metode penyusutan, penyisihan,

perbandingan metode teori akuntansi, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan topik ini.

Konsentrasi ini dapat lagi dikelompokkan dalam bidang-bidang berikut ini :

a) Teori Akuntansi

Disinilah mahasiswa melakukan penelitian terhadap elemen-elemen teori akuntansi

yang merupakan upaya untuk mendiskusikan, menganalisis dan mengkritik konsep, definisi,

dalil yang ada dalam struktur teori akuntansi. Misalnya mengkaji dan menganalisis konsep,

postulat atau paradigma akuntansi, prinsip, sifat-sifat dan kelemahan akuntansi, bagaimana

metode untuk melahirkan teori akuntansi, konsep akuntansi. Dalam bidang ini, dapat dibahas

dengan menggunakan objek penelitian satu objek atau beberapa objek perbandingan.

Contohnya adalah bidang, topik, judul, atau masalah yang dapat diteliti :

1) Metodologi penelitian apakah yang tepat untuk merumuskan Teori Akuntansi


2) Apakah sumber informasi yang digunakan para pemakai Laporan keuangan untuk

pengambilan keputusan

3) Konsep/prinsip akuntansi manakah yang kurang relevan dengan tuntutan pemakai laporan

di Indonesia

4) Pihak Manakah yang dominan dalam perumusan standar akuntansi di Indonesia

5) Apa tren akuntansi yang dominan di Indonesia

6) Bagaimana perkembangan akuntansi Islam di Indonesia atau di dunia

b) Standar Akuntansi

Disini mahasiswa bisa mengkaji, mengalisis, mengkritik, melaporkan fakta empiris

tentang perumusan standar, penerapan dan hasilnya di lapangan. Termasuk mengkaji dan

menganalisis dampaknya kepada perilaku orang yang berhubungan dengan standar itu

(bebavioral accounting).

Perbandingan standar akuntansi antarnegara, perumusannya, sejarahnya, dan

intervensi politik dalam penyusunan struktur akuntansi. Contoh judulnya :

1) Sejauh mana industri tertentu menerapkan PSAK.

2) Standardisasi akuntansi mana yang memberikan informasi yang lebih relevan.

3) Perbedaan standar akuntansi di beberapa negara.

4) Dampak standar akuntansi pada perilaku.

c) Akuntansi sebagai Pertanggungjawaban atau Agency Theory

Disini yang menjadi pokok bahasan adalah membahas hubungan accountability di

antara berbagai pihak yang berkepentingan dalam perusahaan dan kaitannya dengan laporan

keuangan. Misalnya antara manajemen dengan pemilik, manajemen denegan karyawan,

manajemen dengan karyawan, manajemen dengan publik, dan lain sebagainya. Biasanya
dalam literatur dikenal agency theory yang melihat hubungan berdasarkan konsep agent dan

principal. Contoh topik yang dapat dibahas :

1) Bagaimana praktik akuntansi yang dapat memenuhi pertanggungjawaban manajemen.

2) Bagaimana sikap manajemen terhadap penerapan prinsip akuntansi yang berlaku.

3) Apakah independen audit diyakini sebagai pemberi data informasi untuk

pertanggungjawaban.

4) Cukupkan Laporan Keuangan sebagai media pertanggungjawaban agent.

d) Perhitungan Laba Akuntansi

Disini dibahas sebagaimana prinsip akuntansi menghitung laba akuntansi yang

sebenarnya. Angka laba ini sangat penting bagi pemakai laporan untuk pengambilan

keputusan sehingga harus di hitung secara tepat. Aspek laba akuntansi menurut historical

accounting dapat memberi angka laba yang diyakini para pemakai laporan keuangan. Apakah

harus menggunakan current value, replacement cost, atau net realizable value. Contohnya

yaitu, dalam penelitian ini permasalahan dapat dijadikan bahan penelitian sebagai berikut :

1) Bagaimana struktur teori akuntansi, konsep akuntansi, dan prinsip akuntansi yang dapat

menghitung laba yang tepat di luar historical cost accounting.

2) Apakah perusahaan atau lembaga tertentu sudah menerapkan perhitungan laba sesuai

dengan konsep accounting income.

3) Bagaimana pendekatan sesuatu perusahaan (kelompok, individu, beberapa perusahaan)

dalam menghitung labanya (di luar model konvensional).

4) Hal apa yang menimbulkan perbedaan perhitungan laba pajak dengan konsep laba

akuntansi.

5) Perhitungan laba mana yang sesuai dengan manajemen atau para pengambil keputusan.
6) Bagaimana akuntansi merespons konsep laba ekonomi.

2. Akuntansi Manajemen

Disini dibahas bagaimana caranya agar akuntansi dapat dipergunakan untuk membuat

informasi tentang model-model yang berguna dalam pengambilan keputusan yang dilakukan

manajemen

a) Pengambilan Keputusan

Bagaimana memanfaatkan akuntansi untuk pengambilan keputusan. Contoh

permasalahan yang dapat dibahas adalah sebagai berikut:

1) Akuntansi dihubungkan dengan penggunaan quantitative models. Bagaimana perusahaan

menggunakan data akuntansi dalam model pengambilan keputusan misalnya Target

Costing, Relevant Costing.

2) Bagaimana rasio keuangan dapat memprediksi bankcruptcy, arus kas masa depan, take

over, take off, dan lain-lain.

3) Bagaimana penerapan Direct Cost, ABC Costing, dan lain sebagainya dalam menilai

kinerja departemen/ bagian/ manajemen.

b) Bidang Manajemen Pengawasan/Controllship/Budgeting

Di bidang ini dibahas konsep, teknis, jenis, struktur pengawasan, budgeting, model-

model pengawasan, misalnya :

1) Pengaruh struktur organisasi dalam efektivitas pengawasan.

2) Metode pengawasan di perusahaan tertentu dan dibandingkan dengan perusahaan lainnya.

3. Akuntansi Pasar Modal

Dalam bidang ini yang dapat dibahas adalah bagaimana reaksi pasar terhadap
keluarnya informasi akuntansi, laporan keuangan periodic atau informasi lainnya. Contoh

topik yang dibahas disini adalah sebagai berikut :

1) Pengaruh informasi laporan keuangan pada harga saham.

2) Perbedaan kinerja perusahaan yang mengeluarkan obligasi atau saham.

3) Fluktuasi saham sebelum atau sesudah merger.

4) Penerapan PSAK pada perusahaan yang terdaftar di BEJ.

4. Akuntansi Perpajakan

Disini dibahas bagaimana akuntansi mengakomodasi masalah peraturan perpajakan,

perbedaan konsep  antara akuntansi dan perpajakan, konsep pengakuan biaya, pengakuan

hasil perbedaan metode penyusunan, deferred tax dan sebagainya. Contohnya :

1) Dampak depresiasi dipercepat pada pajak penghasilan perusahaan;

2) Pengaruh metode penilaian terhadap pajak penghasilan;

3) Menyesuaikan Accounting Income dan Tax Income.

5. Auditing

Disini dapat dibahas hal-hal yang berkaitan dengan auditing, teori, proses, hasil

perilaku, dan sebagainya. Contohnya :

1) Peranan operasional audit mengontrol kinerja perusahaan.

2) Menilai resiko audit.

3) Hubungan antara internal control dengan sikap auditor.

4) Efektifitas audit.

5) Perilaku auditee sewaktu ditemukan kesalahan akuntansi.


6. Sistem Informasi  Akuntansi

Disini dibahas bagaimana mendesain sistem informasi akuntansi dan

mengahasilkan informasi yang sudah menjadi komoditas. Dalam pertimbangannya tentu

harus memerhatikan cost bonefit ratio. Dalam bidang ini misalnya dibahas :

1) Pengaruh sistem akuntansi pada efisiensi biaya.

2) Perbedaan tingkat efisiensi pada berbagai model sistem akuntansi.

3) Penyajian laporan keuangan pada perusahaan/lembaga syariah.

4) Laporan keuangan lembaga nirlaba, dan lain sebagainya.

5) Bagaimana pengungkapan dalam laporan keuangan.

6) Dampak penggunaan EDP system, IT, Internet dan sebagainya pada disclosure dalam

laporan keuangan.

7. Tren Akuntansi

Disini dibahas berbagai hal yang sudah dibicarakan dalam literature, tetapi masih

dalam tahap proses belum menjadi prinsip yang harus diberlakukan, misalnya :

1) Akuntansi Sosial Ekonomi, yang membahas pengaruh kegiatan perusahaan terhadap

masyarakat baik yang positif atau yang negatif.

2) Akuntansi Lingkungan, mengukur kerusakan lingkungan yang ditimbulkan perusahaan.

3) Akuntansi Sosial, mengukur asset masyarakat/Negara.

4) Akuntasi Islam, mengukur teori, konsep Islam dalam bidang Akuntansi.

5) Akuntansi Sumber Daya Manusia, mengukur SDM sebagai asset perusahaan.

6) Akuntansi Nilai Tambah, menyajikan informasi tentang pemberi/contributor bagi

perusahaan.

7) Pelaporan Pegawai, menginformasikan beberapa data yang diperlukan pegawai, dan lain
sebagainya

8. Topik Lain

a) Bidang Akuntansi Nirlaba/Pemerintahan

Disini dibahas kerangka tujuan laporan keuangan pemerintahan, nonprofit

organization atau nirlaba, jenis laporan, prinsip akuntansinya, aspek politik, sosial,

pengaruh parlemen, praktik akuntansi di masjid, gereja dan sebagainya

b) Pendidikan dalam bidang akuntansi

Disini diteliti berbagai aspek pendidikan akuntansi di tanah air atau

perbandingannya dengan luar negeri. Pendekatan ini memang lebih sederhana dan mudah

bagi mahasiswa, namun luas dan beraneka serta saling tumpang tindih, apalagi yang

dibahas lebih dalam. Misalnya, teori akuntansi bisa mengenai akuntansi keuangan,

nirlaba, perpajakan, dan sebagainya.

Dari penjelasan di atas, terasa sekali betapa luasnya bidang ilmu akuntansi yang

bisa menjadi objek penelitian atau penulisan skripsi. Bahkan sebagaimana yang telah

dijelaskan, masih banyak lagi bidang-bidang lain yang belum tercakup dalam penjelasan

itu karena merupakan disiplin baru atau penemuan baru.

c) Behavioral Accounting; Akuntansi dan Perilaku Individu

Disini dibahas pengaruh  antara pemakai informasi akuntansi dengan informasi

akuntansi itu. Bagaimana dampak informasi akuntansi pada pengambilan keputusan,

sikap, dan pengaruh pada perilaku lainnya. Permasalahan yang dibahas di sini adalah:

1) Bagaimana pengaruh budgetting pada manajer atau kepala bagian?

2) Bagaimana sikap auditor dalam melakukan pemeriksaan ?


3) Bagaimana sikap klien sewaktu dilakukan pemeriksaan ?

4) Bagaimana sikap fiskus membaca laporan keuangan yang diaudit akuntan publik, dan

lain sebagainya?

d) Akuntansi Koperasi

Disini bisa dibahas berbagai penerapan standar akuntansi untuk lembaga usaha

koperasi.

1.4 Riset Akuntansi Multiparadigma

Mulanya, akuntansi sebagai ilmu pengetahuan lainnya yang belum tersentuh oleh

akademisi, peneliti, dan scientist lainnya. Namun, hal ini berubah total. Akuntansi telah

menjadi perbincangan dan menjadi bahan riset dan penelitian para akademisi, universitas,

organisasi profesi, dan lainnya. Oleh karena itu, lahirlah paradigma yang disederhanakan

sebagai pola atau model yang sudah berterima umum.

George Ritzer mendefinisikan paradigma sebagai ciri mendasar dari suatu yang

menjadi perbincangan (subject matter) dalam wilayah science. Di sini dibahas apa yang

akan dipelajari, apa yang akan dipermasalahkan, bagaimana ia harus ditanya, dan aturan

apa yang harus diikuti dalam menerjemahkannya untuk mendapat jawaban. Paradigma

adalah pengertian yang lebih luas dari konsesus dalam science dan dapat membedakan

suatu masyarakat scientist. Dengan masyarakat scientist lainnya. Ia mengaitkan antara

exemplar, teori, metode, instrument yang ada didalamnya.

Pada tahun 1977, sebenarnya SOATATA (Statement on Accounting Theory and

Theory acceptance) yang dikeluarkan AAA telah mengidentifikasikan tiga bidang untuk

membahas teori akutansi : (1) pendekatan klasik atau true income/inductive approach. (2)
decision usefulness approach; (3) information/economics approach. George Ritzer

kemudian memperluas domain ini dan jika dikombinasikan keduanya maka akan lahir

enam paradigma akutansi sebagai berikut:

1. The Anthropological/inductive paradigm. Dalam paradigma ini disebutkan (dianggap,

difokuskan) bahwa akuntansi (berfungsi memfokuskan) mengutamakan hubungan

accountability di antara berbagai pihak yang berkepentingan. Akuntansi dianggap sebagai

media untuk memberikan pertanggungjawaban ke pihak lain, sehingga penggunaan

akuntansi current cost dan current value dalam paradigma ini tidak begitu penting. Dalam

riset, yang menjadi perhatian adalah praktik akuntansi yang berlaku serta sikap manajemen

terhadap praktik itu sebagai alat pertanggungjawaban.

2. The True income / deductive paradigm. Menurut paradigma ini akuntansi dianggap

sebagai salah satu alat ukur yang tepat untuk menilai laba. Maka, idealnya laba harus

diukur dengan menggunakan dasar atau standar yang tunggal, karena dengan pendekatan

ini akan memenuhi kepentingan semua pihak. Oleh karena itu nilai harga sekarang (current

price) lebih bermanfaat daripada historical accounting, terutama dalam pengambilan

keputusan. Dalam riset, yang menjadi perhatian adalah konstruksi teori akuntansi

berdasarkan konsep yang normatif dan rasional serta perumusan konsep yang ideal dalam

menghitung laba di luar model historical accounting.

3. The Decision usefulness/decision model paradigm. Menurut konsep ini  akuntansi adalah

media atau alat dalam proses pengambilan keputusan sehingga teori akuntansi harus

menggunakan konsep yang mendukung proses pengambilan keputusan yang tepat disinilah

antara lain dianggap “current cash equivalent” sebagai alat ukur yang ideal. Sehingga

akuntansi dipergunakan untuk membimbing, membuat kebijaksanaan mengenai kriteria


legalitas dividen, pemberian kredit, informasi bagi prospektus investor, penilaian pada

invetasi, membantu tugas pemerintah, dan menghitung pajak. Yang menjadi perhatian

adalah bagaimana agar informasi akuntansi berguna dalam membuat model pengambilan

keputusan.

4. The Decision usefulness/aggregate market behavior paradigm. Dalam paradigma ini

disebut bahwa yang menjadi sorotan akutansi adalah tentang reaksi pasar terhadap data dan

angka-angka akutansi. Akuntansi mempengaruhi kelompok perilaku (aggregate behavior),

sehingga yang menjadi sorotan dalam penilaian isi informasi dan data akuntansi serta

prosedur yang dipakai dalam menghasilkan angka dan data itu adalah kaitan antara

informasi dengan reaksi pasar. Yang menjadi perhatian adalah respon dari aggregate

market terhadap variabel akuntansi. Teori atau hipotesa yang dipakai dalam paradigma ini

adalah Capital Market Efficiency atau Efficient Market Hypothesis. Teori atau hipotesis ini

menyebutkan bahwa informasi akuntansi mempengaruhi harga pasar saham di bursa.

Dengan kata lain, harga saham di bursa digambarkan oleh semua informasi yang tersedia

bagi publik.

5. The Decision usefulness/decision maker/individual user paradigm. Dalam paradigma ini

disebut bahwa akutansi itu dianggap mempuyai pengaruh pada perilaku individu

(individual behavior) bukan reaksi pasar (aggregate behavior) seperti diatas. Di sini,

dianggap bahwa ada hubungan antara informasi atau data akuntansi lainnya dengan

pemakai informasi individual pada pengambilan keputusan, konsepsi pengambilan yang

dilakukannya. Fokus perhatian dalam konsep ini adalah bagaimana respon pemakai laporan

secara individu terhadap variabel akuntansi. Di sini dianggap bahwa penggunaan data

akuntansi mendorong perilaku manusia, sehingga dalam riset selalu dikaji sampai di mana
kecukupan pengungkapan informasi, sikap pada isu pelaporan keuangan, kegunaan laporan

keuangan bagi individu tertentu, materialitas, dan sebagainya.

6. The Information/economics paradigm. Dalam paradigma ini disebutkan bahwa kerangka

dalam menentukan nilai suatu perubahan dalam sistem informasi untuk mengambil

keputusan-keputusan individu harus melihat nilai ekonomis atau cost benefit-nya. Dalam

kerangka ini diyakini bahwa individu perlu menghitung kegunaan yang diharapkannya dari

suatu sistem informasi khusus. Sementara itu, yang menjadi perhatian adalah informasi

sebagai komoditi ekonomi, dan  untuk memperoleh sejumlah informasi tersangkut masalah

pilihan ekonomis. Artinya, dalam memilih suatu informasi harus menggunakan kriteria

cost benefit dalam struktur decision theory dan economic theory.

1.5 Trend Riset Akuntansi

Diperkembangan-perkembangan terakhir yang masih dalam perbincangan dan masih

dalam perkembangan penelitian dalam akuntansi, trend yang paling sering dibicarakan

adalah :

1. Akuntansi internasional

Dalam kaitannya dengan standar internasional, terdapat beberapa macam langkah

yang dilakukan oleh banyak negara sehubungan dengan perbedaan dengan standar yang

mereka buat sebelumnya.Secara garis besar langkah-langkah yang dapat diambil tersebut

dapat dibagi menjadi harmonisasi dan konvergensi. Harmonisasi merupakan proses untuk

meningkatkan komparabilitas (kesesuaian) praktik akuntansi dengan menentukan batasan-

batasan seberapa besar praktik-praktik tersebut dapat beragam. Secara sederhana

pengertian harmonisasi standar akuntansi dapat diartikan bahwa suatu negara tidak
mengikuti sepenuhnya standar yang berlaku secara internasional.Negara tersebut hanya

membuat agar standar akuntansi yang mereka miliki tidak bertentangan dengan standar

akuntansi internasional. Keuntungan Harmonisasi Internasional:

Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh dunia

tanpa hambatan. Standar pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang digunakan secara

konsisten di seluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi modal.

Investor dapat membuat keputusan investasi yang lebih baik portofolio akan lebih

beragam dan risiko keuangan berkurang. Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses

pengambilan keputusan strategi dalam bidang merger dan akuisisi. Gagasan terbaik yang

timbul dari aktivitas pembuatan standard pat disebarkan dalam mengembangkan standar

global yang berkualitas tertinggi.

IFRS (Internasional Financial Accounting Standard) IFRS merupakan standar

akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International Accounting Standar Board

(IASB).Standar Akuntansi Internasional disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu

Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC),

Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasional

(IFAC).

IFRS (Internasional Financial Accounting Standard) adalah suatu upaya untuk

memperkuat arsitektur keungan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap

kurangnya transparansi informasi keuangan. Tujuan IFRS adalah memastikan bahwa

laporan keungan interim perusahaan untuk periode-periode yang dimaksukan dalam

laporan keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang Transparansi


bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode yang disajikan ,

menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS dan

dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna.

2. Akuntansi islam

Dalam Islam, akuntansi dikenal dengan istilah Ilmu Hisab (ilmu hitung) atau dikenal

juga sebagai Muhasabah. Kedua kata tersebut berasal dari dasar kata yang sama yakni

hasaba, yang bermakna menghitung, menimbang amalan manusia dan tingkah lakunya

sesuai dengan apa yang tercatat dan terdaftar. Hasaba juga mengandung arti kata kerja yang

berarti mengkalkulasi dan mendata. Menghisab sesuatu berati mendata sesuatu,

menyusunnya dan mengkalkulasikannya. Jadi ilmu hisab adalah cikal bakal ilmu

matematika dan kadang dinamai juga dengan istilah ilmu bilangan, yakni ilmu yang

membahas tentang cara menentukan plus atau minusnya suatu bilangan. Tujuan dari

akuntansi dalam Islam adalah sebagai bentuk pertanggung jawaban dan menegakkan

keadilan dan kebenaran. Manfaatnya tentu sangat besar, yakni menjaga transaksi yang

tercatat tersebut terekam dengan baik sehingga dikemudian hari dapat dilihat kembali dan

dimanfaatkan informasinya, terutama pada transaksi-transaksi keuangan yang bersifat

hutang-piuntang.

3. Akuntansi Sumber Daya Manusia

Telah didefinisikan oleh Komite Akuntansi Sumber Daya Manusia dari American

Accounting Association sebagai suatu proses identifikasi dan pengukuran data mengenai

sumber daya manusia serta pengkomunikasian informasi ini ke pihak-pihak yang

berkepentingan. Dalam pengertian harfiah, akuntansi sumber daya manusia berarti


akuntansi untuk manusia sebagai suatu sumber daya organisasional. Hal ini melibatkan

pengukuran biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan bisnis dan organisasi

lainnya untuk merekrut, menyeleksi, mempekerjakan, melatih dan mengembangkan aktiva

manusia. Akuntansi sumber daya manusia juga melibatkan pengukuran terhadap biaya

yang akan dikeluarkan untuk menggantikan sumber daya manusia dari suatu organisasi.

4. Triple entry accounting system

Dalam model ini bukan saja transaksi yang mempengaruhi pos-pos pada sisi aktiva

dan pasiva yang dilaporkan tetapi juga power yang menyebabkannya. Model ini

sebenarnya merupakan upaya untuk menambah informasi kepada pembaca khususnya

pihak manajemen dan para pengambil keputusan yang berkepentingan dengan laporan

keuangan perusahaan.

5. Employee reporting

Beberapa hal yang mendesak dilakukan employee reporting ini adalah :

1. Tekanan semakin besar akan perlunya full disclosure.

2. Praktek dan masalah yang berkaitan dengan hubungan perburuhan.

3. Munculnya perdebatan tentang demokratisasi perusahaan.

4. Perkembangan di negara lain akan perlunya informasi dimaksud.

Beberapa informasi penting yang diminta dilaporkan dalam employee reporting ini

adalah :

1. Jumlah pegawai

2. Lokasi tempat kerja


3. Umur kekayaan

4. Jam kerja

5. Biaya tenaga kerja

6. Program pensiun

7. Program jaminan social, kecelakaan kerja, kesehatan dan hari tua

8. Pelatihan dan pendidikan

9. Pengakuan terhadap serikat pekerja

10. Daftar karyawan berdasarkan agama, suku, bangsa, kelamin dan sebagainya

6. Value added reporting

Value Added Reporting (VAR) atau laporan pertambahan nilai berkaitan juga dengan

akuntansi SDM dan pelaporan karyawan terutama dalam hal informasi yang disajikan.VAR

ini masih belum diwajibkan ebagai laporan utama diberbagai negara, jadi masih dalam

tahap wacana akademik. VAR ini sebenarnya menutupi kekurangan informasi yang

disajikan dalam laporan keuangan utama, neraca, laba rugi, arus kas. Karena semua laporan

ini gagal memberikan informasi Total produktivitas dari perusahaan dan Share dari setiap

stakeholders yang ikut dalam proses manajemen yaitu : pemegang saham, kreditur,

pegawai dan pemerintah. VAR berusaha untuk mengisi kekurangan ini ditambah dengan

memberikan informasi tentang kompensasi yang diberikan kepada pegawai yang dapat

digunakan baik oleh pegawai maupun mereka yang berkepentinagan lainnya terhadap

informasi kegiatan SDM dan prestasi perusahaan.

7. Akuntansi perilaku
Yang menjadi sorotan di Akuntansi Perilaku adalah dampak dari akuntansi terhadap

perilaku orang yang membaca atau menyiapkanyya. Juga melihat reaksi manusia terhadap

informasi akuntansi yang diberikan. Tiga bagian besar dari akuntansi perilaku adalah :

1. Pengaruh perilaku manusia terhadap desain, konstruksi, dan penggunaan sistem akuntansi.

2. Pengaruh system akuntansi terhadap perilaku manusia.

3. Metode untuk meramalkan dan strategi untuk mengubah perilaku manusia

2. Topik yang di angkat yaitu “Pentingnya Manajemen Laba Terhadap kinerja

perusahaan”.

Manajemen laba adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen yang

menaikkan atau menurunkan laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawab

yang tidak mempunyai hubungan dengan kenaikan atau penurunan profitabilitas perusahaan

untuk jangka panjang. Dengan demikian manajemen laba dapat diartikan sebagai suatu

tindakan manajemen laba yang mempengaruhi laba yang dilaporkan dan memberikan

manfaat ekonomi yang keliru kepada perusahaan, sehingga dalam jangka panjang hal

tersebut akan sangat mengganggu bahkan membahayakan perusahaan.

Pihak manajemen sangat berperan penting dalam relevansi dan keandalan laporan

keuangan perusahaa manajemen seringkali melakukan praktik manipulasi angka-angka

didalam laporan keuangan sehingga menunjukkan kondisi perusahaan yang seakan-akan

memiliki prestasi yang bagus dan baik walaupun sebenarnya perusahaan tersebut sedang

tidak dalam kondisi yang baik. Tindakan tersebut dilakukan agar para pengguna laporan

keuangan perusahaan tetap menaruh kepercayaan kepada perusahaan tersebut dan menarik
para investor untuk mau berinvestasi. Penyimpangan dalam pelaporan keuangan yang

dilakukanoleh manajemen salah satunya adalah mempengaruhi tingkat laba yang disajikan

dalam laporan keuangan. Tindakan ini disebut manajemen laba (earnings management).

(Herawaty, 2008)

Alasan peneliti untuk mengambil tema manajemen laba adalah karena salah satu

bentuk tanggung jawab perusahaan kepada stakeholder di akhir periode adalah membuat

laporan keuangan. Selain berfungsi sebagai bentuk tanggung jawab, laporan keuangan juga

merupakan media komunikasi perusahaan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan.

Biasanya yang menjadi perhatian pengguna laporan keuangan adalah kinerja manajemen laba

terkait keuntungan perusahaan. Adanya kecenderungan perhatian pada laba ini tentu disadari

oleh manajemen, maka para manajer biasanya membuat bagaimana laba atau keuntungan

dalam laporan keuangan digunakan untuk menguntungkan perusahaan. Cara yang digunakan

ini biasa disebut dengan manajemen laba (earning management).

Adapun kasus atau isu yang berhubungan dengan manajemen laba adalah salah diantaranya

kasus PT Agis Tbk (AGIS), PT Inovisi Infracom (INVS) dan perusahaan milik Grup Bakrie.

Pada kasus PT Agis berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal,

2007) AGIS terbukti telah memberikan informasi yang secara material tidak besar terkait

dengan pendapatan dari 2 (dua) perusahaan yang diakuisisi yaitu PT Akira Indonesia dan PT

TT Indonesia, dimana dinyatakan bahwa pendapatan kedua perusahaan tersebut adalah

sebesar Rp 800 miliar, namun demikian berdasarkan Laporan Keuangan kedua perusahaan

yang akan diambil alih tersebut per 31 Maret 2007 total pendapatannya hanya sebesar kurang

lebih Rp 466,8 miliar. AGIS juga melakukan pelanggaran terkait Laporan Keuangan AGIS

yang merupakan konsolidasi dari anak-anak perusahaan yang salah satunya adalah PT AGIS
Eletronik. Dalam Laporan Laba Rugi Konsolidasi AGIS diungkapkan Pendapatan Lain-Lain

Bersih sebesar Rp 29,4 miliar yang berasal dari Laporan Keuangan AGIS Elektronik sebagai

anak perusahaan AGIS yang tidak didukung dengan bukti-bukti kompeten dan kesalahan

penerapan prinsip akuntansi. Dengan demikian pendapatan lain-lain dalam Laporan

Keuangan AGIS Elektronik adalah tidak wajar yang berakibat Laporan Keuangan

Konsolidasian AGIS juga tidak wajar. (http://www.bapepam.go.id//siaran-pers-17-

Desember-2007-AGIS).

Kasus PT Inovisi Infracom (INVS) pada tahun 2015. Dalam kasus ini Bursa Efek

Indonesia (BEI) menemukan indikasi salah saji dalam laporan keuangan INVS periode

September 2014. Dalam keterbukaan informasi INVS bertanggal 25 Februari 2015, ada

delapan item dalam laporan keuangan INVS yang harus diperbaiki. BEI meminta INVS

untuk merevisi nilai aset tetap, laba bersih per saham, laporan segmen usaha, kategori

instrumen keuangan, dan jumlah kewajiban dalam informasi segmen usaha. Selain itu, BEI

juga menyatakan manajemen INVS salah saji item pembayaran kas kepada karyawan dan

penerimaan (pembayaran) bersih utang pihak berelasi dalam laporan arus kas. Pada periode

semester pertama 2014 pembayaran gaji pada karyawan Rp1,9 triliun. Namun, pada kuartal

ketiga 2014 angka pembayaran gaji pada karyawan turun menjadi Rp59 miliar.

Sebelumnya, manajemen INVS telah merevisi laporan keuangannya untuk periode

Januari hingga September 2014. Dalam revisinya tersebut, beberapa nilai pada laporan

keuangan mengalami perubahan nilai, salah satu contohnya adalah penurunan nilai aset tetap

menjadi Rp1,16 triliun setelah revisi dari sebelumnya diakui sebesar Rp1,45 triliun. Inovisi

juga mengakui laba bersih per saham berdasarkan laba periode berjalan. Praktik ini

menjadikan laba bersih per saham INVS tampak lebih besar. Padahal, seharusnya perseroan
menggunakan laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk

(http://www.bareksa.com, diposting pada: 25 Februari 2015).

Fenomena manipulasi laporan keuangan juga terjadi pada perusahaan milik Grup

Bakri. Indonesia Coruption Watch (ICW) melaporkan penjualan tiga perusahaan tambang

batu bara milik Grup Bakrie kepada Direktorat Jendral Pajak. ICW menduga rekayasa

pelaporan yang dilakukan PT Bumi Resources Tbk., dan anak usaha sejak 2003-2008

tersebut menyebabkan kerugian negara sebesar US$ 620,49 juta. Koordinator Divisi

Monitoring dan Analisis Anggaran ICW, Firdaus Ilyas, mengatakan dugaan manipulasi

laporan penjualan terjadi PT Kaltim Prima Coal (KPC), PT Arutmin Indonesia (Arutmin),

dan induk kedua perusahaan tersebut, yakni PT Bumi Resources Tbk (Bumi).

Hasil perhitunga ICW dengan menggunakan berbagai data primer termasuk laporan

keuangan yang telah diaudit, menunjukkan laporan penjualan Bumi selama 2003-2008 lebih

rendah US$ 1,06 miliar dari yang sebenarnya. Akibatnya, selama itu pula diperkirakan

kerugian negara dari kekurangan penerimaan Dana Hasil Produksi Batubara (royalti) sebesar

US$ 143,29 juta. (www.tempo.com Senin, 15 Februari 2010)


BAB 2

ISI

2.1 PENGERTIAN MANAJEMEN LABA

Manajemen laba, menurut Sulistyanto (2008) adalah upaya manajer dalam

mempengaruhi informasi laporan keuangan sehingga dapat mengelabuhi para stakeholder.

Manajemen laba adalah hasil campur tangan manajemen dalam penyusunan laporan keuangan

sehingga dengan demikian akan meningkatkan laba yang menguntungkan manajemen atau

perusahaan.

Menurut Schipper (1989), manajemen laba adalah suatu kegiatan intervensi dengan

tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal, untuk memperoleh beberapa

keuntungan. Sementara Asih dan Gudono (2000) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu

proses yang dilakukan dengan sengaja dalam batasan GAAP (General Addopted Accounting

Principle) untuk mengarahkan tingkatan laba yang dilaporkan.

Manajemen laba menurut Rahmawati, et. al., (2006) merupakan investasi dari tujuan

tertentu untuk mendapatkan keuntungan privat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

manajemen laba adalah hasil campur tangan manajemen dalam mengelola laporan keuangan

dengan tujuan mengelabuhi para stakeholder untuk menguntungkan diri sendiri maupun

perusahaan.

Secara umum manajemen laba didefinisikan sebagai upaya manajer perusahaan untuk

mengintervensi atau memengaruhi informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk

mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan.


Manajemen laba adalah kebijakan akuntansi yang dipilih oleh manajer dengan maksud

mencapai tujuan khusus (Scott 2006). Manajemen laba dapat dilakukan karena standar akuntansi

menggunakan dasar akrual yang memungkinkan manaj emen untuk memilih kebijakan akuntansi

yang dapat memenuhi kepentingannya. Oleh karenanya, kebijakan akrual dianggap sebagai cara

yang paling sering digunakan oleh perusahaan dalam melakukan manajemen laba.

Manajemen laba adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh manajer untuk

memaksimumkan, meminimumkan, ataupun melakukan perataan laba perusahaan. Pihak

manajemen sebagai pengelola perusahaan dapat mempengaruhi nilai pasar perusahaannya

melalui manajemen laba, seperti menunjukkan laba yang terus meningkat setiap tahun yang

menunjukkan keberhasilan suatu perusahaan. Hal ini dapat menarik para investor untuk

menananamkan modal di perusahaan tersebut (Aminah dan Lidya, 2015).

2.2 landasan teori

2.2.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori Keagenan (Agency Theory) didefinisikan sebagai hubungan keagenan sebagai suatu

kontrak kerja sama yang menggambarkan manajemen laba sehingga dapat diminimalisir dengan

pengawasan. Hubungan antara principlal dan agen dapat mengarahkan pada kondisi yang

ketidakseimbangan informasi karena agen memiliki informasi yang lebih banyak dibanding

principal (Deneswari dan Widuri, 2014). Perbedaan kepentingan ekonomis ini bisa saja

disebabkan atau menyebabkan asimetry (kesenjangan informasi) antara pemegang saham

(stakeholders) dan organisasi. Adanya pemisah kepemilikan antara principal dengan agen dalam

praktiknya menimbulkan berbagai perbedaan kepentingan antara pihak principal dan agen.

Principal yaitu menyediakan fasilitas dan dana untuk menyediakan kebutuhan operasi
perusahaan, sedangkan agen berkewajiban mengelola perusahaan dengan tujuan meningkatkan

kemakmuran pemilik atau perusahaan (Gunawan dkk, 2015).

Menurut Rahmawati (2013) menyatakan manajemen laba muncul sebagai dampak

masalah keagenan yang terjadi karena adanya ketidakselarasan kepentingan antara pemilik

(principal) dan manajemen perusahaan (agent) atau disebut dengan agency conflict. Konflik

keagenan terjadi karena kepentingan principal dalam memperoleh laba yang terus bertambah dan

agen tertarik untuk menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan. Sehingga terdapat dua

kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan, dimana masing-masing pihak berusaha untuk

mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki.

2.2.2 Teori Signaling (signaling theory)

Informasi laba yang dilaporkan manajemen merupakan sinyal mengenai laba di masa

yang akan datang, oleh karena itu pengguna laporan keuangan dapat membuat prediksi atas laba

perusahaan di masa yang akan datang (Assih, 2000). Informasi laba menjadi indikator dalam

menganalisis nilai suatu perusahaan bagi pelaku di pasar modal. Jika investor bertransaksi dalam

sebuah pasar yang efisien, maka mereka dapat mendasarkan pada hargaharga yang merefleksikan

berbagai rangkaian informasi, termasuk informasi laporan keuangan, dan mereka tidak harus

memproses semua informasi secara langsung (Beaver, 2002).

Kualitas keputusan investor dipengaruhi oleh kualitas informasi yang diungkapkan

perusahaan dalam laporan keuangan (Maria, 2006). Kualitas informasi yang baik bertujuan agar

tidak terjadi perbedaan informasi yang diterima oleh pihak pemilik perusahaan ataupun pihak

eksternal perusahaan dari pihak pengelola perusahaan. Teori signalling bertujuan membantu

pihak pemilik, pengelola, dan investor mengurangi perbedaan informasi tentang kondisi

perusahaan yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan.


2.2.3 Teori Akuntansi Positif (accounting positif theory)

Teori Akuntansi Positif mengusulkan tiga hipotesis yang mendorong perusahaan untuk

melakukan manajemen laba, yaitu (Watts, 1986):

a. Bonus Plan Hypothesis

Manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan utilitasnya yaitu bonus

yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan bonus besar berdasarkan laba lebih

banyak menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan.

b. Debt Covenant Hypothesis

Manajer perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian kredit cenderung memilih

metode akuntansi yang memiliki dampak meningkatkan laba (Rahmawati, 2006). Hal ini

untuk menjaga reputasi mereka dalam pandangan pihak eksternal.

c. Political Cost Hypothesis

Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan tersebut memilih

metode akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut dikarenakan dengan laba yang tinggi

pemerintah akan segera mengambil tindakan, misalnya: menaikkan pajak pendapatan

perusahaan

2.3 Hasil Penelitian Terdahulu

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sukaisih dan Nurma (2014) bahwa manajemen

laba berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan. Laporan keuangan

merupakan cerminan dari hasil kegiatan perusahaan dalam satu periode tertentu, oleh sebab itu

laporan keuangan dijadikan alat pengambil keputusan oleh berbagai pihak (internal dan

eksternal). Pihak manajemen selaku pengelola perusahaan memiliki informasi tentang


perusahaan lebih banyak dan lebih dahulu dari pada pemegang saham sehingga terjadi asimetri

informasi yang memungkinkan manajemen melakukan praktek akuntansi dengan orientasi pada

laba yaitu manajemen laba. Sehingga mampu meningkatkan kinerja keuangan perusahaan pada

saat tertentu namun dapat menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai nilai perusahaan

yang sebenarnya

Selanjutnya, Hasil penelitian yang dilakukan Herawaty (2008) yang dalam pengujianya

menguji apakah terdapat pengaruh manajemen laba terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Hasilnya adalah negatif signifikan bahwa manajemen laba berpengaruh terhadap kinerja

keuangan, namun penelitian yang dilakukan oleh Widiatmaja (2010) manajemen laba

berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Menurut Aminah dan Lidya (2015) bawha manajemen laba perbengaruh signifikan

terhadap return on asset (ROA), tetapi manajemen laba berpengaruh tidak signifikan negatif

terhadap dept to equity ratio (DER). ROA atau tingkat pengembalian aset adalah rasio

profitabilitas yang menunjukkan persentase keuntungan (laba bersih) yang diperoleh perusahaan

sehubungan dengan keseluruhan sumber daya atau rata-rata jumlah asetnya. DER adalah rasio

yang membandingkan jumlah hutang terhadap ekuitas. Rasio ini sering digunakan para

investoruntuk melihat sebrapa besar hutang perusahaan jika dibandingkan dengan ekuitas yang

dimiliki oleh perusahaan atau para pemegang saham.

Penelitian yang dilakukan oleh Tresnaningsih (2008) Manajemen Laba berpengaruh

negatif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Artinya pengaruh yang diakibatkan dari praktik

manajemen laba memberikan dampak menurunnya kinerja keuangan perusahaan. Penelitian

Dewi et al (2012) juga telah mencoba untuk menguji pengaruh signifikan antara manajemen laba

terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan melalui ROA. Berdasarkan hasil
penelitian, kesimpulan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen laba akrual

berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Chung et al (2005) berusaha menemukan adanya pengaruh manajemen laba terhadap

kinerja perusahaan. Dalam studinya, ditemukan motif untuk melakukan manajemen laba dengan

discretionary accruals untuk meningkatkan laba perusahaan yang berpengaruh positif terhadp

profitabilitas perusahaan. Manajemen laba dikatakan efisien bila discretionary accruals

berhubungan positif signifikan dengan profitabilitas masa depan yakni, selisih antara net income

dengan cash flow from operation bernilai positif dan dikatakan oportunistik jika tidak

berhubungan signifikan atau berhubungan negatif signifikan.

Penelitian oleh Maisyarah et.al (2017) dengan hasil penelitiannya adalah manajemen laba

berpengaruh positif signifikan terhadap variabel nilai perusahaan. Hal ini menunjukan bahwa

manajer lebih cenderung memilih metode akuntansi yang dapat meningkatkan laba perusahaan

dengan tujuan untuk menghindari terjadinya pelanggaran perjanjian hutang (Debt convenant),

karena akan diberi sanksi berupa pembatasan deviden antar investor atau pemegang saham dan

sulitnya memperoleh tambahan pinjaman jika melanggar perjanjian tersebut. Maka hal ini

menyebabkan investor merespon positif sebagaimana nilai perusahaan yang tercermin dalam

harga saham terhadap pandangan reaksi investor dalam menanamkan sahamnya pada perusahaan

manufaktur.
BAB 3

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Laba merupakan salah satu informasi potensial yang terkandung di dalam laporan

keuangan dan yang sangat penting bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan, karena

melalui laba dapat dinilai tingkat kinerja manajemen, tingkat kemampuan menghasilkan laba

dalam jangka waktu panjang,serta tingkat risiko investasi dalam perusahaan tersebut. Oleh

karena itu, manajemen mempunyai kecenderungan untuk melakukan tindakan yang dapat

membuat laporan keuangan menjadi baik salah satunya dengan melakukan perataan laba (income

smoothing). Laba yang meningkat dari periode sebelumnya mengindikasikan bahwa kinerja

perusahaan adalah bagus dan hal ini dapat mempengaruhi peningkatan harga saham perusahaan.

Sebagaimana disebutkan dalam SFAC No.1 bahwa informasi laba pada umumnya merupakan

perhatian utama dalam menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen dan informasi

laba membantu pemilik atau pihak lain melakukan penaksiran atas earning power perusahaan di

masa yang akan datang (Fadhli, 2011).

Salah satu tindakan manajemen atas laba melalui tindakan perataan laba (income

smoothing) tetapi masih dalam batasan Generally Accepted Accounting Principles (GAAP)

(Yosika, 2010). Terdapat berbagai faktor yang diduga mempengaruhi perusahaan dalam

melakukan perataan laba (income smoothing). Penelitian ini bertujuan untuk meneliti kembali

beberapa faktor yang mempengaruhi perataan laba yaitu Financial leverage, dividend payout

ratio, Return on Asset pada perusahaan.


DAFTAR PUSTAKA

Harahap, S.S,. (2001). Teori Akuntansi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Bapepam. (2007). Retreived From Bapepam website: http://www.bapepam.go.id//siaran-pers-17-


Desember-2007-AGIS

PT. Bareksa Portal Investasi. (2015). Investasi Reksadana website: http://www.bareksa.com

Meteored. (2010). Retreived From Tempo website: www.tempo.com

Herawaty, Vinola. (2008). Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable
dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan, Vol,10, No. 2, November 2008: 97-108

Widiatmaja, Bayu Fatma. (2010). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap


Manajemen Laba dan Konsekuensi Manajemen Laba Terhadap Kinerja Keuangan. Jurnal
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Vol, 15, No. 8, Februari 2010: 88-96

Chung, R., Firth, M., and J Kim. (2005). “Earnings Management, Surplus Free Cash Flow, and
External Monitoring.” Journal of Business Research 58: 766- 776

Dewi, K. S., & Prasetiono. (2012). “Analisis Pengaruh ROA, NPM, DER, dan SIZE Terhadap
Praktik Perataan Laba (Studi kasus pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2007-2010”). Diponegoro Journal of Management, Vol 12, No. 4: 172-180

Sukaisih, & N, Risa. (2014). “Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan Melalui GCG Sebagai Variabel Moderating”. Jurnal Review Akuntansi dan
Keuangan. Vol. 5, No. 1 Februari 2014: 70-84

Tresnaningsih, Elok. (2008). Manajemen Laba Pada Perusahaan dengan Permasalahaan Free
Cash Flow dan peran Moderasi dari Modetoring Eksternal”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Indonesia. Vol. 5, No. 1 Juni 2008
Maisyarah, H., Maslichah, & Mawardi, M.C. (2016). “Pengaruh Manajemen Laba dan Kinerja
Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan”. Jurnal Eonomi Islam Malang. Vol. 7, No. 5 April 2016

Anda mungkin juga menyukai