Anda di halaman 1dari 58

CURRICULUM VITAE

Nama : Dr. Sudirman Katu, SpPD-KPTI,FINASIM

Pendidikan : - Fakultas Kedokteran UNHAS, 1996


- Spesialis Ilmu Penyakit Dalam FK UNHAS, 2008
- Konsultan Tropik Infeksi FKUI, 2012
- Honorary Fellow of Indonesian Society of Internal
Medicine, 2014

Jabatan : - Pengajar Dept. Ilmu Penyakit Dalam FKUNHAS


- Ketua Komite PPRA RSWS
- Ketua Komite PPI RSWS
- Ketua Pokja HIV RSWS
- Anggota Kolegium IPD PB.PAPDI
- Asesor LAMPTKES
- Anggota IDSA 2019

Pelatihan : - APSIC Singapore 2011


- TOT PPRA WHO
- TOT PPRA Kemenkes
- Workshop Infection Control IDSA 2017
- workshop Infection Control INASIC 2010 4/26/2020
- workshop SNARS ed 1 Jakarta 2017
Sudirman Katu
Komite PPI RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo

Disampaikan pada acara Webinar 19 April 2020


PENDAHULUAN
• 2019 novel Coronavirus (2019-nCoV) adalah virus baru yang
dapat menyebabkan infeksi pada manusia dan dapat ditularkan
antar manusia.
• Segolongan dengan virus SARS dan MERS, beta coronavirus .
• Diidentifikasi pertama kali pada tgl 7 Januari 2020 saat terjadi
wabah di Wuhan, China.
• Dapat menyebabkan infeksi saluran napas dengan gejala klinis
yang bervariasi (ringan hingga berat).
• Sampai dengan 18 April 2020 angka kematian akibat infeksi
2019 - nCov adalah 520 dari 5923 kasus.
• Penyakitnya disebut Covid-19, penyebabnya SARS-COV-2

3
4
CORONAVIRUS DISEASE (COVID-19)

Diketahui penyebabnya
adalah novel Coronavirus Covid19 sudah WHO
WHO
yaitu jenis virus baru yang tejadi di 53 negara menetapkan
menetapkan
satu family dengan virus dan semua regional
2019-nCoV Covid19
penyebab SARS & MERS. WHO ditempatkan sebagai
sebagai
PHEIC/KKMMD. dalam very high Pandemi

12 Feb 2020 2 Mar 2020


31 Des 2019 27 Jan 2020

9 Jan 2020 30 Jan 2020 11 Mar 2020


29 Feb 2020

Di Kota Wuhan, Cina, WHO melaporkan sudah terjadi WHO menetapkan Indonesia
dilaporkan 59 kasus penularan terbatas dari manusia ke nama 2019-nCoV melaporkan 2
dengan gangguan manusia (kontak keluarga) telah menjadi COVID-19 kasus konfirmasi
pernapasan dikonfirmasi di sebagian besar Kota COVID-19
(pneumonia) dan Wuhan, China dan negara lain.
dirawat di RS.
Rantai Penularan
Virus COVID 19

Pasien dengan
Komorbid Hidung , mulut
Usia lanjut, DM, dan mata,
Penyakit jantung dll permukaan
lingkungan
atau alat yang
tercemar

Mukosa
Mukosa Hidung Hidung
mukosa mulut mukosa mulut
mukosa mata mukosa mata

Transmisi Covid-19 ;
• Droplet/percikan yang keluar saat batuk maupun bersin
• Kontak langsung dari permukaan yang terkontaminasi virus
• Airborne saat melakukan tindakan yang menghasilkan
aerosol

• Agar infeksi dapat menyebar, setiap mata rantai harus tersambung


• Memutuskan sambungan mana pun akan menghentikan penularan!
Risiko kontaminasi virus SARS-COV 2
Daya Tahan Virus di Lingkungan
◼ SARS-COV 2 dapat bertahan pada objek hidup dan dapat bertahan
diudara sampai 5 hari pada suhu 22 -25oC dan kelembaban 40-50%
(seperti ruangan yg menggunakan AC), maka ruangan isolasi dan
kamar OK ;
 wajib dibersihkan setiap hari
 Dekontaminasi ruangan dapat mengurangi 65 % kontaminasi
airborne
 Pengaturan ventilasi aliran udara 12 ACH/jam dapat
membersihkan kontaminasi udara
◼ Plastik 72 jam
◼ Stainless 48 jam
◼ Tembaga 8 jam
Temuan virus SARS-COV 2 Pada
Pasein Klinis Berat
Rekomendasi WHO
Untuk memutuskan rantai infeksi COVID 19 ?
TERAPKAN KEWASPADAAN ISOLASI

1. Kebersihan tangan
2. Penggunaan APD
KEWASPADAAN 3. Manajemen Limbah
STANDAR 4. Manajemen Linen
5. Manajemen lingkungan 1.
6. Pembrosesan alat
KEWASPADAAN 7. Kesehatan petugas
ISOLASI 8. Penempatan pasien
9. Etika batuk/Kebersihan
pernapasan
10. Penyuntikan yang aman
KEWASPADAAN 11. Praktek lumbal punksi
TRANSMISI
AIR BORNE
CONTACT
DROPLET
Alat Pelindung Diri (APD)
◼ adalah pakaian khusus atau peralatan yang dipakai
petugas untuk memproteksi diri dari bahaya fisik, kimia,
biologis/bahan infeksius (OSHA)
◼ Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah
satu bagian dari kewaspadaan standar.
◼ Penggunaan APD perlu pengawasan karena dengan
penggunaan APD yang tidak tepat akan menambah cost
PENGGUNAAN APD
Unsur-unsur dalam 5W1H
What (apa) Jenis APD
Where (dimana) Ruang poli, perawatan, isolasi
When (kapan) Jenis aktivitas (intubasi, suction dll)
Who (siapa) Dokter, Perawat, petugas lain
Why (mengapa) APD untuk Proteksi penularan
How (bagaimana) Gunakan dan lepaskan APD dengan benar

ADIKSIMBA = kependekan
dari “Apa DImana Kapan SIapa
Mengapa BAgaimana.

APD adalah pakaian khusus atau peralatan yang dipakai petugas untuk memproteksi diri dari
bahaya fisik, kimia dan biologis/bahan infeksius (OSHA, CDC )

Melindungi kulit, membran mukosa, dan pakaian tenaga kesehatan dari resiko pajanan darah dan
semua jenis cairan tubuh lainnya.

13
Prinsip yang harus dipenuhi dalam pemilihan
(APD) antara lain :
1. Harus dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya yang spesifik
atau bahaya-bahaya yang dihadapi (Percikan,kontak langsung maupun
tidak langsung).
2. Berat alat hendaknya seringan mungkin, dan alat tersebut tidak
menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.
3. Dapat dipakai secara fleksibel (reuse maupun dispossible)
4. Tidak menimbulkan bahaya tambahan.
5. Tidak mudak rusak.
6. Memenuhi ketentuan dari standar yang ada.
7. Pemeliharaan mudah.
8. Tidak membatasi gerak.
Jenis APD yang direkomendasikan disediakan
di fasilitas layanan kesehatan adalah:

1. Masker bedah.
2. Masker N95
3. Pelindung wajah
4. Pelindung mata/face shild
5. Jubah ( gown)
6. Celemek (apron)
Coverall
7. Penutup kepala
8. Sarung tangan
9. Sepatu pelindung/cover shoes
a. Masker bedah (surgical/facemask)
• 3 lapisan material
• non woven (tidak di jahit),
• loose - fitting dan sekali pakai
• memblokir percikan (droplet) dan tetesan dalam partikel
besar.

b. Masker N95
• terbuat dari polyurethane dan polypropylene
• alat pelindung pernapasan yang dirancang dengan segel
ketat di sekitar hidung dan mulut
• menyaring hampir 95 % partikel yang lebih kecil < 0,3
mikron.
• menurunkan paparan terhadap kontaminasi melalui
airborne.
Masker Bedah
Ganti masker setiap 4 jam atau
ketika bocor atau terlalu
lembab, Jangan menggantung
masker dileher
Melepas
Masker
Masker Respirator
Tujuannya untuk melindungi dari inhalasi
aerosol atau infeksi Micobacterium
Tuberculosis
Masker N95


x
Fit Check
c. Pelindung wajah (face shield)
• terbuat dari plastik jernih transparan,
• menutupi wajah sampai ke dagu
• sebagai proteksi ganda bagi tenaga kesehatan dari
percikan infeksius pasien saat melakukan perawatan.

d. Pelindung mata (goggles)


• berbentuk seperti kaca mata yang terbuat dari plastik
• pelindung mata yang menutup dengan erat area sekitarnya agar
terhindar dari cipratan yang dapat mengenai mukosa.
• digunakan pada saat tertentu seperti ;
• aktifitas dimana kemungkinan risiko terciprat /tersembur,
• khususnya pada saat prosedur menghasilkan aerosol,
• kontak dekat berhadapan muka dengan muka pasien COVID-19.
e. Gaun (gown)

• Pelindung tubuh dari pajanan kontak atau droplet cairan/ zat padat yang
infeksius
• Melindungi lengan dan area tubuh tenaga kesehatan selama prosedur dan
kegiatan perawatan pasien.
• Persyaratan gaun yang ideal antara lain ;
• Efektif barrier (mampu mencegah penetrasi cairan),
• Fungsi atau mobilitas,
• Nyaman ,
• Tidakmudah robek,
• Pas di badan (tidak terlalu besar atau terlalu kecil),
• Biocompatibility (tidak toksik),
• Flammability ,
• odor, dan
• Quality maintenance.
Jenis gaun antara lain gaun bedah, gaun isolasi bedah dan gaun non isolasi
bedah.
Menurut penggunaannya, gaun dibagi menjadi 2 yaitu gaun sekali pakai
(disposable) dan gaun dipakai berulang (reuseable).

1. Gaun sekali pakai


• Gaun sekali pakai (disposable)
• Tidak dijahit (non woven)
• dikombinasikan dengan plastik film untuk perlindungan dari penetrasi
cairan dan
• Bahannya adalah synthetic fibers (misalnya polypropylene, polyester,
polyethylene).

2. Gaun dipakai berulang (reuseable)


• Gaun dipakai berulang terbuat dari bahan 100% katun atau 100%
polyester, atau kombinasi antara katun dan polyester.
• dapat dipakai berulang maksimal sebanyak 50 kali dengan catatan tidak
mengalami kerusakan.
f. Celemek (apron)
• pelindung tubuh untuk melapisi luar gaun yang digunakan
petugas kesehatan dari penetrasi cairan infeksius pasien
• terbuat dari plastik sekali pakai atau
• bahan plastik berkualitas tinggi yang dapat digunakan
kembali (reuseable) yang tahan terhadap klorin saat dilakukan
desinfektan.

g. Sarung Tangan
• bahan lateks karet, polyvinyl chloride (PVC), nitrile, polyurethane,
• pelindung tangan tenaga kesehatan dari kontak cairan infeksius
pasien selama melakukan perawatan pada pasien.
• ideal harus tahan robek, tahan bocor, biocompatibility (tidak toksik)
dan pas di tangan.
• yang rutin digunakan dalam perawatan, bukan sarung tangan
panjang.
h. Pelindung Kepala
• pelindung kepala dan rambut tenaga kesehatan dari percikan cairan
infeksius pasien selama melakukan perawatan.
• Penutup kepala terbuat dari bahan yang tahan cairan, tidak mudah
robek dan ukuran nya pas di kepala tenaga kesehatan.
• Penutup kepala ini digunakan sekali pakai.

i. Sepatu pelindung
• terbuat dari karet atau bahan tahan air atau bisa dilapisi dengan kain
tahan air,
• merupakan alat pelindung kaki dari percikan cairan infeksius pasien
selama melakukan perawatan.
• harus menutup seluruh kaki bahkan bisa sampai betis apabila gaun yang
digunakan tidak mampu menutup sampai ke bawah.
PENGGUNAAN APD MEMERLUKAN 5 UNSUR YANG HARUS
DIPATUHI

1. Tetapkan indikasi penggunaan dengan mempertimbangkan:


 Risiko terpapar
 Dinamika transmisi:
◼ Transmisi penularan Covid 19 ini adalah droplet dan kontak:
Gaun, sarung tangan, masker bedah, penutup kepala, goggles,
sepatu pelindung
◼ Transmisi airborne bisa terjadi pada tindakan yang memicu
terjadi nya aerosol : Gaun, sarung tangan, masker N 95,
penutup kepala, goggles, sepatu pelindung dan face shield
2. Cara "memakai" dengan BENAR
3. Cara "melepas" dengan BENAR
4. Cara mengumpulkan ("disposal") setelah dipakai.
5. Gunakan di dekat pasien dan segera lepaskan jika telah selesai
tindakan dia area perawatan
◼ Kaji risiko kontaminasi ke petugas
◼ Kaji risiko kontaminasi dari petugas
ke pasien
Kategori Risiko terhadap Paparan
◼ High risk exposures
◼ Tenaga kesehatan yang melakukan kontak erat
dengan pasien COVID-19 yang tidak mengenakan
masker, dimana tenaga kesehatan juga tidak
mengenakan masker/APD lainnya yang setara.
◼ Tambahan, berada di ruangan yang sama tanpa
mengenakan APD saat pasien sedang dilakukan
prosedur yang dapat menghasilkan aerosol seperti
intubasi, RJP, ekstubasi, bronkoskopi, nebulisasi,
dan induksi sputum
Kategori Risiko terhadap Paparan
◼ Medium risk exposures
◼ Secara umum adalah nakes dengan kontak erat (closed contact)
dengan pasien COVID-19 yang mengenakan masker, namun
hidung dan mulut nakes terekspos terhadap bahan yang
berpotensi terinfeksi COVID-19.
◼ Misalnya : nakes yang mengenakan gaun, gloves, pelindung
mata, dan masker bedah bukan respirator selama prosedur
yang menghasilkan aerosol.
◼ Low risk exposures
◼ Interaksi singkat dengan pasien COVID-19 atau kontak erat
dengan pasien yang mengenakan masker bedah dan nakes
mengenakan masker bedah atau respirator.
Tabel Klasifikasi Risiko Epidemiologis untuk Tenaga Kesehatan
Asimtomatik Setelah Terpapar dengan Pasien COVID-19
Faktor Risiko Kateogori Paparan Rekomendasi Monitoring Restriksi pekerjaan untuk
Epidemiologis (selama 14 hari setelah Nakes Asimtomatik
paparan terakhir)
Kontak erat lama dengan pasien COVID-19 yang menggunakan masker bedah
APD Nakes : Tidak pakai
sama sekali Medium Active Tidak ada restriksi

APD Nakes : Tidak


menggunakan masker Medium Active Tidak ada restriksi
bedah atau respirator
APD Nakes : Tidak Self with delegated
Low Tidak ada restriksi
memakai pelindung mata supervision
APD Nakes : Tidak
Self with delegated
menggunakan gaun atau Low Tidak ada restriksi
supervision
sarung tangan
APD Nakes :
Menggunakan semua
APD sesuai rekomendasi Self with delegated
Low Tidak ada restriksi
(kecuali menggunakan supervision
masker medis sebagai
pengganti respirator)
Tabel Klasifikasi Risiko Epidemiologis untuk Tenaga Kesehatan
Asimtomatik Setelah Terpapar dengan Pasien COVID-19
Faktor Risiko Kateogori Paparan Rekomendasi Monitoring Restriksi pekerjaan untuk
Epidemiologis (selama 14 hari setelah Nakes Asimtomatik
paparan terakhir)
Kontak erat lama dengan pasien COVID-19 yang tidak mengenakan masker bedah
APD Nakes : Tidak Exclude dari pekerjaan
menggunakan sama sekali High Active selama 14 hari setelah
paparan terakhir
APD Nakes : Tidak Exclude dari pekerjaan
High
menggunakan masker Active selama 14 hari setelah
bedah atau respirator paparan terakhir
APD Nakes : Tidak Exclude dari pekerjaan
Medium
memakai pelindung mata Active selama 14 hari setelah
paparan terakhir
APD Nakes : Tidak Self with delegated
menggunakan gaun atau Low supervision None
sarung tangan*
APD Nakes :
Menggunakan semua APD
sesuai rekomendasi Self with delegated
Low None
(kecuali menggunakan supervision
masker medis sebagai
pengganti respirator)**
Keterangan :
◼ *Kategori risiko pada baris ini dinaikkan 1 level bila Nakes melakukan
kontak tubuh secara ekstensif misalnya mengangkat pasien,
memindahkan posisi pasien
◼ **Kategori risiko pada baris ini dinaikkan 1 level bila Nakes melakukan
atau berada pada ruangan yang sama pada saat prosedur yang
menghasilkan aerosol seperti RJP, intubasi, ekstubasi, bronkoskopi,
terapi nebulisasi, induksi sputum.
◼ Nakes yang berjalan di depan pasien atau yang tidak melakukan direct
contact dengan pasien atau cairan tubuh pasien dianggap memiliki
risiko yang tidak teridentifikasi.
Cara pemakaian dan pelepasan APD
◼ Alat pelindung diri harus tersedia siap pakai di setiap ruangan
◼ Sekali pakai untuk setiap tindakan dan setiap pasien
◼ Setiap APD yang terlihat ternoda masif harus segera diganti
◼ APD yang sudah dipakai ditempatkan pada kontainer yang sudah
tersedia sesuai alatnya
◼ Setiap selesai tindakan APD harus segera dilepas
Strategi Manajemen APD dalam Masa Krisis :
1. Menghitung jumlah ketersediaan dan rata – rata utilisasi APD
2. Memprioritaskan penggunaan gaun yang untuk kegiatan: prosedur
aerosol, perawatan pasien dengan transmisi kontak yang lebih tinggi
seperti mengganti baju pasien, memandikan, memindahkan,
mengganti linen, mendampingi ke toilet, penggunaan alat atau
perawatan luka
3. Melaksanakan pengendalian lingkungan dan administratif dengan cara
:
a. Menggunakan barrier / penghalang berupa jendela dari kaca atau
b. plastik di meja IGD, ruang triase, ruang informasi, dan ruang farmasi
c. Mengurangi jumlah pasien yang berkunjung ke rawat jalan
d. Mengurangi tenaga kesehatan yang tidak terlibat langsung dalam
e. perawatan pasien COVID-19
Strategi Manajemen APD dalam Masa Krisis :
f. Melakukan kohorting pasien dan tenaga kesehatan
g. Memperpanjang lama penggunaan APD dengan cara
menggunakan APD tanpa melepas dan mengganti APD untuk
merawat beberapa pasien COVID-19 di dalam satu ruangan yang
sama. Hal ini bisa dilakukan apabila APD masih dalam keadaan
baik dan bersih serta tidak basah terkena cairan infeksius pasien
h. Memaksimalkan penggunaan telemedicine
i. Memberikan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan
untuk mengenakan dan melepas APD

4. Selektif dalam melakukan prosedur tindakan bedah dengan


menunda yang sifatnya elektif atau non urgen untuk mengurangi
penggunaan APD
Alternatif APD Masa Krisis
No Jenis APD Alternatif
1 Sarung tangan Sarung tangan rumah tangga yang tebal

2 Masker N95 • Masker N95 yang sekali pakai (disposable)


dapat dijadikan reuseable dengan
menggunakan pelindung wajah sampai dagu
atau melapisi nya masker bedah di luar masker
N95. Masker N95 dapat dibuka dan di pasang
kembali sebanyak 5 kali selama 8 jam.
Reuseable dapat dilakukan kecuali setelah
masker N95 ini digunakan untuk tindakan
aerosol
• Elastrometric respirator
• Powered Air-Purifying Respirators (PAPR)
3 Kaca mata (Goggles) • Kacamata(goggles) yang sekali pakai
(disposable) dapat digunakan kembali
(reuseable) setelah proses desinfektan
• Kacamata renang
Alternatif APD Masa Krisis
No Jenis APD Alternatif
4 Facemask / masker • Masker wajah diperpanjang lama
wajah penggunaannya yang digunakan bersama
dengan pelindung wajah (face shield) kedap
airyang menutup hingga ke bawah dagu
• Masker kain apabila sudah tidak ada sama
sekali persediaan masker bedah atau
masker N 95 yang digunakan bersama
dengan pelindung wajah (face shield) kedap
air yang menutup hingga ke bawah dagu.

5 Penutup kepala • Surgical hood


• Topi renang
• Topi hiking
Alternatif APD Masa Krisis
No Jenis APD Alternatif
6 Jubah/ Gown • Coverall yang dapat terbuat dari polyester atau
katun polyester yang menyediakan perlindungan
360 derajat karena didesain untuk menutup seluruh
tubuh termasuk kepala, belakang dan bawah kaki.
Untuk coverall jika menggunakan resleting didepan
maka harus di lapisi dengan kain atau penutup
yang dijahit
• Gaun panjang pasien yang dikenakan dengan
manset atau jubah laboratorium. Keduanya harus
dikombinasikan dengan Apron Panjang
• Jas hujan sekali pakai (disposable) apabila sudah
tidak ada sama sekali persediaan gaun isolasi,
gaun bedah, dan coverall

7 Sepatu pelindung • Sepatu kets tertutup dengan pelindung sepatu /


shoe covers
MANAJEMEN PENGGUNAAN APD
REUSEABLE

◼ Alat pelindung diri sebaiknya digunakan


sekali pakai (disposible) namun pada saat
krisis maka APD dapat digunakan kembali
setelah dilakukan pembersihan,
pencucian, desinfeksi dan penyimpanan
yang benar.
MANAJEMEN PENGGUNAAN APD REUSEABLE
A. Gaun Reuseable, Coverall, Apron, Surgical Hood,
Masker Kain

◼ Gaun reusable, coverall, apron, surgical hood dan masker


kain dapat digunakan kembali setelah dilakukan
pencucian dan desinfektan dengan cara :
◼ Pencucian gaun dilakukan pada suhu 57.2°C – 71°C
selama minimal 25 menit.
◼ Desinfektan yang digunakan adalah klorin dengan
konsentrasi 1 : 99
MANAJEMEN PENGGUNAAN APD REUSEABLE
B. Masker N95
◼ Masker N95 dapat digunakan kembali setelah dilakukan
penyimpanan atau sterilisasi yang benar. Masker N95
yang telah digunakan kemudian dilepas tidak boleh
menyentuh bagian dalam dan luar masker. Apabila
tersentuh, tenaga kesehatan harus segera melakukan
kebersihan tangan.
Ada beberapa metode agar masker N95 dapat
kembali digunakan seperti :
◼ Metode ke 1 : disimpan di kantong kertas berlabel nama petugas,
tanggal dan jam. Masker N95 dapat dibuka dan di pasang kembali
sebanyak 5 kali selama 8 jam
◼ Metode ke 2: dapat digunakan kembali setelah diletakkan kering di
ruangan terbuka dalam suhu kamar selama 3 – 4 hari. Masker N95
terbuat dari polypropylene yang bersifat hidrofobik dan sangat
kering sehingga Covid -19 tidak dapat bertahan hidup. Masker N95
tidak boleh di jemur di bawah sinar matahari karena akan merusak
material polypropylene. Masker N95 juga rusak oleh sinar ultraviolet
◼ Metode ke 3: Sterilisasi dengan cara menggantung masker N95
menggunakan jepitan kayu di dalam oven dapur dengan suhu 70oC
selama 30 menit
◼ Metode ke 4 ; Sterilisasi dengan menggantung masker N95 di atas
uap air panas dari air mendidih selama 10 menit
MANAJEMEN PENGGUNAAN APD REUSEABLE

C. Pelindung Mata dan Pelindung Wajah


◼ Pelindung mata dan pelindung wajah dapat digunakan kembali setelah
dilakukan pencucian dan desinfektan oleh petugas yang telah
menggunakan sarung tangan dengan cara:
◼ Membersihkan bagian dalam pelindung mata dan pelindung wajah
dengan menggunakan kain bersih yang sudah dicelupkan ke deterjen
◼ Membersihkan bagian luar pelindung matadan pelindung wajah dengan
menggunakan kain bersih yang sudah dicelupkan ke desinfektan
(klorin) dan kemudian dibersihkan kembali dengan menggunakan air
bersih atau alkohol untuk melepaskan residu.
◼ Mengeringkan pelindung mata dan pelindung wajah dengan cara di
jemur atau dilap bersih
MANAJEMEN PENGGUNAAN APD REUSEABLE
D. Sepatu pelindung dan Jas Hujan
Sepatu pelindung dan jas hujan dapat digunakan kembali setelah
dilakukan pencucian dan desinfektan oleh petugas yang telah
menggunakan sarung tangan dengan cara:
◼ Mencuci sepatu pelindung dengan menggunakan deterjen pada
suhu 20 – 30oC
◼ Menggunakan desinfektan klorin setelah dibilas dengan
menggunakan air bersih
◼ Mengeringkan sepatu pelindung dan jas hujan dengan cara di jemur
◼ Tidak ada pedoman penggunaan APD
◼ Tidak ada kebijakan penggunaan APD
◼ Tidak ada SOP penggunaan APD
◼ Kurangnya pengetahuan penggunaan APD
◼ Kurangnya sosialisasi
◼ Kurangnya poster, stiker
◼ Tidak ada monev, audit, feedback
◼ APD tidak tersedia
◼ Kecemasan ???

Anda mungkin juga menyukai