Anda di halaman 1dari 15

Audit Manajemen

(Audit Sistem Kepastian Mutu)

Jurusan Akuntansi
Politeknik Negeri Bali
2017
A. Pengertian Audit Sistem Kepastian Mutu
Audit mutu didefinisikan sebagai proses sistematik, independen dan terdokumentasi untuk
memperoleh bukti audit dan mengevaluasinya secara objektif untuk menentukan sampai sejauh
mana kriteria audit dipenuhi (BSN, 2002). Audit Sistem Mutu biasanya dilakukan untuk
menentukan tingkat kesesuaian aktivitas organisasi terhadap standar Sistem Manajemen Mutu
yang telah ditentukan serta efektivitas dari penerapan system tersebut.
Sedangkan menurut The International Standard For Terminology In Quality Manajement,
ISO 8402, audit mutu merupakan suatu pengujian yang sitematis dan independent untuk
menentukan apakah aktivitas mutu dan hasil sesuai dengan pengaturan yang direncanakan, dan
apakah pengaturan tersebut dapat diimplementasikan secara efektif dan cocok untuk mencapai
tujuan. Jadi dalam hal audit ini, auditor menguji kesesuaian terhadap standard system mutu
yang berlaku dan mengedentifikasi perbaikan yang mungkin dilakukan.
Audit sistem kepastian mutu adalah “proses sistematis, mandiri, dan terdokumentasi untuk
memperoleh bukti objektif dan menilainya secara objektif untuk menentukan sejauh mana
kriteria audit yang telah dipenuhi.” Audit ini dirancang untuk menilai aktivitas, praktik atau
kebijakan perusahaan untuk menentukan apakah perusahaan memiliki kemampuan untuk
memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan dalam operasinya.

B. Tujuan Audit Sistem Kepastian Mutu


ISO 10011 menggaris bawahi maksud dan tujuan dari audit sebagai berikut :
1. Menentukan ketidaksesuaian
2. Menentukan efektivitas sistem mutu
3. peluang untuk perbaikan sistem
4. Memenuhi persyaratan peraturan
5. Memudahkan registrasi / pendaftaran atas sistem mutu
6. Menilai pemasok dan memverifikasi sistem mutu pemasok
7. Menilai dan memverifikasi sistem mutu perusahaan sendiri.

C. Manfaat Audit Manajemen Kepastian Mutu


Berikut ini alasan dalam mengaudit kepastian mutu :
1. Memfasilitasi evaluasi kinerja, sistem kontrol, dan prosedur penjaminan mutu.
2. Meyakinkan bahwa institusi akuntabel terhadap mutu dan standar yang telah ditentukan.
3. Meningkatkan kemampuan institusi untuk memprioritaskan lingkup tertentu dan
memfasilitasi pengambilan keputusan.
4. Memudahkan institusi untuk memberikan tanggapan lebih baik terhadap persyaratan
yang diminta audit mutu eksternal serta untuk menilai mutu.
5. Menyediakan sarana untuk identifikasi cara kerja yang baik untuk disebarluaskan.
Audit sistem kepastian mutu memiliki peranan penting dalam memberikan kepastian
kualitas mutu kepada pelanggan dan proses yang berlangsung di dalam perusahaan. Hasil audit
kepastian mutu adalah laporan yang berisi temuan-temuan berupa deviasi atau penyimpangan
dari standar yang telah ditentukan dan tindakan korektif yang direkomendasikan kepada
manajemen dan fungsi perusahaan yang terkait.
Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap hasil audit sistem kepastian kualitas dengan
berbagai kepentingan dan tujuannya yaitu perusahaan, pelanggan, pemerintah, asosiasi, dan
lembaga sertifikasi.
Manfaat audit manajemen kepastian mutu sebagai berikut :
1. Menilai ketaatan terhadap prosedur pengendalian mutu dan standar program mutu.
2. Menilai proses pengembalian keputusan untuk keabsahan.
3. Menilai karakteristik mutu suatu produk serta proses yang berkaitan dengan spesifikasi
dari pelanggan atau pendesain melalui pengendalian dari inspkesi reguler.
4. Memperbaiki efektivitas dari program manajemen mutu.
5. Mengeksplorasi penyebab kerusakan, keluhan pelanggan dan masalah lain.
6. Memperoleh sertifikasi normal dari program manajemen mutu.
7. Mengarahkan dan memotivasi staff dan manajemen untuk menciptakan kesadaran mutu.
8. Menunjukkan perhatian manajemen mutu terhadap pemasok untuk memperoleh
perlindungan atas tuntutan liabilitas produk.
9. Memperkenalkan formalitas dan konsistensi dalam program mutu.
10. Melakukan pelatihan dan memberikan pengetahun teknis.

D. Tipe Audit Mutu


Tipe audit dapat dibedakan tergantung dari pada obyek dan tujuan audit :
1. Internal dan Eksternal
Audit eksternal dilakukan oleh orang luar terhadap perusahaan. Hasil audit sering dibagi
oleh perusahaan yang diaudit dan pelanggan yang melakukan audit.
2. Sistem, Produk, Proses, Lokasi, dan Organisasional
Audit ini mensyaratkan keahlian teknologi auditor.
3. Garis dasar (baseline) dan regular
Baseline audit, biasanya lebih menyeluruh dan intensif. Regular audit, dapat diperluas
dengan audit khusus atau audit ad hoc dengan alasan kerusakan yang banyak, perubahan-
perubahan, dan ketersediaan sumber daya.
4. Khusus dan komprehensif
Audit khusus (special audits), adalah terbatas. Audit komprehensif (comprehensive
audits), mencakup area - area lain seperti akuntansi, operasi, dan pemasaran.

E. Sistem Mutu dan Audit


Tingkat Tanggung jawab mutu Dokumentasi Standar Verifikasi
Eksekutif Memastikan kepastian Buku pegangan Sistem mutu, Audit
mutu perusahaan secara mutu, wewenang yaitu ISO, sistem
keseluruhan, dan tanggungjawab peraturan mutu,
menetapkan manajemen yang berkaitan pemerintah, registrasi
mutu dan suatu sistem dengan mutu, yaitu sistem
mutu. pelatihan kesehatan,
manajemen. keamanan.
Manajer Memastikan mutu kerja, Prosedur untuk Seperti di atas Audit
mengarahkan dan unsur sistem, yaitu akan tetapi proses
menyokong pekerja, mengendalikan yang memfokus pada
memudahkan. non koforma, rincian teknis
menginspeksi/men dan pedoman
guji peralatan. teknis.
Pekerja Memastikan Instruksi kerja, Standar-standar Audit
produk/mutu pelayanan, pedoman untuk yang produk
memnuhi sedifikasi, kerja kelompok dan berhubungan
melaporkan dan/atau pemecahan masalah, dengan produk
memecahkan masalah, pengurusan rumah dan jasa,
kerja kelompok, tempat tangga pelatihan, pengendalian
kerja. dan kualifikasi. mutu dan
metrology (sistem
ukuran panjang
dan berat).
F. Prinsip dan Praktek Auditing
Ciri utama dari suatu audit mutu, menurut The International Audit Standard ISO 10011,
adalah memberikan bukti obyektif mengenai non konformasi. Manajemen dapat menggunakan
hasil audit untuk memperbaiki sistem mutu dan performa/kinerjanya.
Efektivitas sistem mutu harus meningkat, khususnya selama periode awal dari
implementasi dan meningkat lagi ketika kematangan sesuai dengan waktu. Efektivitas diukur
dalam arti reduksi proporsional dalam kegagalan atau biaya kegagalan (failure cost). Audit harus
mempunyai suatu dampak positif atas reduksi ini secara tidak langsung, melalui segala jenis
tindakan korektif dan perbaikan sistem. Suatu audit dasar (baseline audit) membangun
efektivitas yang ada dengan audit yang berikut, yang dijadwalkan dalam interval reguler. Apabila
keadaan dari stabilitas relatif telah tercapai, audit harus dijadwalkan dengan kurang sering.
Perbaikan melalui audit tindak lanjut menurun, walaupun pada tingkat tertentu sering
memungkinkan. Tujuan dan manfaat potensial dari audit mutu yang direncanakan dengan baik
dan dilakukan dengan baik adalah sedemikian rupa sehingga audit mutu:
1. Menilai ketaatan terhadap prosedur pengendalian mutu dan standar program mutu
2. Menilai proses pengambilan keputusan untuk keabsahan
3. Menilai karakteristik mutu dari produk serta proses yang berkaitan dengan spesifikasi
dari pelanggan atau pendisain melalui pengendalian dari inspeksi regeluer
4. Memperbaiki efektivitas dari program manajemen mutu
5. Mengeksplorasi penyebab kerusakan, keluhan pelanggan dan masalah lain
6. Memperoleh sertifikasi formal dari program manajemen mutu
7. Mengarahkan dan memotivasi staf dalam masalah mutu, menunjukkan perhatian
manajemen untuk mutu dan menciptakan kesadaran mutu
8. Menunjukkan perhatian manajemen untuk mutu terhadap pemasok dan pelanggan serta
memperoleh perlindungan terhadap tuntutan liabilitas produk
9. Memperkenalkan suatu formalitas yang perlu dan konsistensi dalam program mutu usaha
yang kecil
10. Melakukan pelatihan dan memberikan pengetahuan teknis
Agar memperoleh manfaat potensial dari audit mutu, proyek harus secara baik
direncanakan dan dilaksanakan. Kalau tidak, audit demikian dapat berkurang dari kepastian
mutu, daripada meningkatkannya. Misalnya, audit yang dilakukan oleh orang yang tidak dilatih
secara memadai dan tidak berkualifikasi sering menciptakan resistensi terhadap suatu pencarian
yang konstruktif atas kelemahan dan perbaikan. Suatu ketakutan untuk disalahkan ketidaktaatan
dan kekurangan lain mendominasi dan mengalihkan tujuan yang sebenarnya dari audit demikian.
Audit yang berorientasi menghukum sering dilakukan oleh banyak pelanggan, mengganggu
kepastian mutu dalam operasi normal dan menjadi gangguan untuk semua yang berkepentingan
termasuk orang yang melakukan audit sendiri.
Audit individual dikoordinasi dan diadministrasikan dalam bentuk suatu program audit.
Suatu program audit yang benar diimplementasikan dengan proyek audit mengakibatkan
perbaikan dalam mutu dan kepastian mutu. Manfaat dari suatu program audit adalah memberikan
manajemen dan pelanggan tolak ukur dari efektivitas sistem mutu, program audit secara
independen menilai performa/kinerja terhadap suatu standar sistem, program audit
mengidentifikasi area-area untuk perbaikan sistem yang mungkin, dan program audit umumnya
membantu memajukan mutu dan memotivasi personel.
Agar dapat mencapai tujuan tersebut, audit harus dilakukan secara baik, yang berarti audit
harus secara praktis sesuai dengan standar-standar audit yang ditetapkan dan diadopsi secara
internasional. Keputusan dari penilai yang mempimpin (lead assessors), khususnya orang yang
bekerja untuk badan sertifikasi yang diakreditasi, dapat secara signifikan mempengaruhi
keberuntungan perusahaan, dan bahkan dapat, dalam keadaan ekstrim, merusak perusahaan
tersebut. Dibawah ini akan diuraikan pokok-pokok dari auditing yang sehat tentang implementasi
dan pemelihaaraan program kepastian mutu. Konsep dan praktik audit akan diuraikan dengan
referensi terhadap standar utama dan perkembangan baru-baru ini. Suatu sistem audit mutu yang
terdiri dari program audit yang saling berhubungan dan proyek serta auditing untuk efektivitas
yang nyata dari kepastian mutu akan melengkapi survei ringkas dari alat manajemen modern ini.
ISO 10011 menggarisbawahi maksud dan tujuan dari audit sebagai berikut:
1. Menentukan ketidaksesuaian
2. Menentukan efektivitas sistem mutu
3. Memberikan peluang untuk perbaikan sistem
4. Memenuhi persyaratan peraturan
5. Memudahkan pendaftaran atas sistem mutu
6. Menilai pemasok dan memverifikasi sistem mutu pemasok
7. Menilai dan memverifikasi sistem mutu perusahaan sendiri
Audit harus menanggapi kebutuhan untuk informasi oleh manajemen dan harus
memuaskan kebutuhan tersebut secara efektif. Audit tidak pernah merupakan suatu masalah rutin
semata-mata. Beberapa prinsip dari auditing yang sehat harus di observasi agar memperoleh
hasil an manfaat yang dikehendaki dari kepastian mutu adalah:
1. Auditor harus berkualifikasi dan independen
2. Maksud dan tujuan dari audit harus diklasifikasi dan disetujui
3. Audit harus direncanakan dan dipersiapkan secara memadai
4. Orang yang bertanggung jawab atas aktivitas yang akan diaudit harus secara baik dan
dibertahukan sebelum dan setelah audit
5. Rencana audit dan laporan akhir harus tertulis
6. Auditor harus menindak lanjuti (mengaudit kembali) tindakan perbaikan
7. Penilaian terhadap standar harus obyektif, faktual dan apabila mungkin kuantitatif
8. Audit harus tidak terlalu mengganggu operasi yang berjalan
9. Frekuensi audit harus bervariasi dengan kebutuhan aktual dan demikian juga intensitas
dan luas dari audit
10. Kertas kerja dan dokumen-dokumen lain dari audit harus disimpan dalam bentuk yang
baik dan teratur
11. Uji petik untuk mengumpulkan bukti harus tidak memihak dan dapat dipercaya
Auditing yang efektif merestorasi dan memperbaiki efisiensi dari suatu sistem mutu.
Auditor dapat mencapai ini hanya melalui kerjasama yang erat dengan klien dan auditor.
Ketiganya harus memainkan peranan mereka dan memenuhi tanggungjawab mereka.

G. Pemisahan Klien, Auditor dan Auditee


Seorang klien memilih dan menunjuk auditor: yaitu manajemen senior menyewa seorang
auditor ekternal yang diakreditasi untuk mengaudit sistem mutu seorang pemasok. Auditor
merencanakan dan melakukan audit dan melaporkan kepada klien. Auditee adalah orang yang
bertanggungjawab untuk area yang diaudit dan memberikan akses terhadap bukti yang
diperlukan oleh auditor. Gambar berikut mendeskripsikan pemisahan tersebut secara lebih rinci.
Sikap-sikap yang diamati auditing adalah :
Sebagai klien :
 Saya perlu memastikan bahwa sistem mutu berfungsi
 Auditor ini sebenarnya tidak melaporkan apa yang saya tidak ketahui
 Si Ali akan pensiun, akan tetapi saya akan tempatkan dia sebagai auditor.
 Amat harus memperoleh suatu pengalaman dalam perusahaan sebelum bergabung dengan
tim manajemen: saya akan tempatkan dia sebagai seorang auditor.
Sebagai auditee :
 Seseorang sedang memeriksa kita
 Kita takut pertanyaan-pertanyaan yang tidak biasa
 Jawaban yang salah akan menyakiti kita
 Auditor dapat melihat perbaikan dan kita akan merasa bodoh
 Kita diaudit sampai “mati”
Sebagai auditor :
 Kita mengaudit orang yang tidak ingin diaudit
 Ketika kita mengecek performa atau konforma mereka, kita merasakan penolakan mereka
 Kita diharapkan untuk mencatat dan melaporkan pengamatan yang negatif
 Kita ingin membantu akan tetapi menemukan bahwa kita tidak diterima dengan tangan
terbuka
Auditor modern yang konstruktif dan tidak bersifat menghukum mendasari standar-standar
auditing internasional sekarang. Standar-standar tersebut memerlukan kerjasama klien, auditee
dan auditor dalam semangat dan manajemen mutu modern yang dorongan konstruktifnya untuk
perbaikan yang berkesinambungan.
Klien, sebagai inisiator dari suatu audit, memainkan suatu peranan kunci, karena klien
merupakan pemakai utama dari hasil audit. Dalam setiap audit, terdapat 3 pihak kerjasama yang
berbeda, yaitu: klien (sering manajer senior dari perusahaan), auditor, dan subyek audit. Manfaat
dapat diperoleh dari subyek audit apabila audit secara eksplisit dan efektif suatu keadaan yang
konstruktif. Mutu dari suatu audit sangat tergantung pada kecakapan atau keahlian auditor dan
dukungan yang diberikan oleh manajemen senior. Standar auditing internasional, ISO 10011,
mendefinisikan peranan dan tanggungjawab dari setiap tiga mitra dalam suatu proyek audit.
Auditor adalah seseorang yang berkualifikasi untuk melaksanakan suatu auditor dan orang yang
diberi wewenang untuk suatu audti dan proyek audit. Auditor pemimpin (Lead Auditor)
mengelola suatu audit.
Seorang auditor harus :
a. Mentaati persyaratan audit dan berkomunikasi dan mengklarifikasi dengan mitra audit
yang lain
b. Merencanakan dan melaksanakan penugasan audit dengan baik
c. Mencatat observasi dan pelaporan
d. Memverifikasi tindakan korektif
e. Mengamankan dokumen audit
f. Memelihara kerahasiaan
g. Bekerja sama dengan lead auditor.
Lead auditor harus :
a. Membantu menetapkan rencana audit
b. Mewakili tim audit
c. Menyampaikan laporan audit
Klien harus :
a. Menentukan kebutuhan dan memprakarsai audit
b. Menerima laporan audit
c. Menentukan tindak lanjut audit
Auditee harus :
a. Memberikan pemahaman kepada staf tentang audit
b. Memberikan dukungan pada auditor
c. Memberikan akses terhadap fasilitas dan material pembuktian
d. Bekerjasama dengan auditor
e. Melakukan tindakan korektif
Dalam praktik auditing internasional, konsep dan prinsip dari audit mutu bervariasi sekali.
Beberapa negara industri mengukur bahwa keandalan audit dan konsistensi hanya dapat
diperoleh melalui seleksi yang hati-hati, pelatihan, dan mengarahkan auditor, klien juga perlu
tahu tentang audit, karena auditee juga merupakan partisipan yang penting.

H. Daur Hidup Audit Mutu


Bagian I dari ISO 10011 mendeskripsikan pelaksanaan audit. Auditing mencakup aktivitas-
aktivitas dari seorang auditor dalam suatu proyek audit, dan bagian tersebut juga melukiskan
suatu proses dari langkah-langkah urutan yang teratur secara logis. Akan tetapi selain auditor,
atau tim audit, klien dan auditee memainkan peranan penting yang juga dicakup oleh standar.
Daur hidup audit mutu menuru ISO 10011 dapat digambarkan sebagai berikut :
Inisiasi dan perencanaan audit
Menginisiasi audit
menentukan
Klien

 Ruang Lingkup audit

Menyiapkan audit
 Frekuensi audit :
Auditor menelaah sistem mutu dari auditee
Menyiapkan dokumen kerja

Audit diberitahukan
Klien menyetujui rencana audit
Auditor menyiapkan audit
Auditor yang memimpin menugaskan auditor

Pelaksanaan Audit

Pertemuan pembukaan
Pengujian : Mengumpulkan bukti

Apabila observasi Apabila tujuan audit tidak dapat dicapai

1. Catatan
2. Penelaahan tim audit melaporkan - Auditor yang memimpin kepada klien
3. Penelaahan auditor yang memimpin dan auditee
4. Auditor harus memberi pernyataan

Menutup pertemuan dengan auditee


Pelaporan dan Tindaklanjut Audit
penyiapan laporan : Isi laporan

 Auditor yang memimpin mengarahkan dan mengkomunikasikan.


Distributor Laporan
 Auditor yang memimpin menyerahkan laporan kepada klien; penyelesaian audit.
 Klien mengirim suatu copy kepada manajemen auditee.
 Suatu distribusi lebih lanjut setelah konsultasi dengan auditee.

Retensi catatan
 Dengan persetujuan klien, organisasi audit, dan auditee.

Tindaklanjut korektif :
 Auditee memutuskan dan memprakarsai tindakan korektif.
 Auditor mengidentifikasi ketidaksesuaian.
 Diselesaikan dalam waktu yang disetujui oleh klien dan auditee, dan konsultasi dengan
auditor.

I. Mengorganisasi Auditing
Instansi dari suatu audit dideskripsikan dan dispesifikasi dalam ISO 10011 sebagai berikut:
1. Klien memprakarsai audit dan memutuskan ruang lingkup audit serta unsur-unsur sistem
mutu yang akan diaudit, audit harus memuaskan kebutuhan klien untuk informasi,
standar untuk sistem mutu harus dispesifikasi
2. Auditor yang memimpin membantu klien
3. Auditee harus dihubungi
4. Bukti obyektif yang cukup harus tersedia
5. Sumber daya yang memadai harus tersedia

J. Proyek Audit
1. Inisiasi audit
2. Perencanaan audit
3. Pelaksanaan
4. Pelaporan
5. Tindak lanjut
6. Penyelesaian

K. Perencanaan Audit
Rencana menetapkan tujuan dan obyek audit serta mengidentifikasi auditee, standar
referensi untuk obyek audit (produk, proses, sistem), anggota lain, bahasa audit, tanggal dan
tempat, pertemuan dan distribusi laporan audit. Dalam ISO 10011:
1. Rencana audit harus disetujui oleh klien dan dikomunikasikan kepada auditor dan auditee
2. Rencana audit harus memungkinkan perubahan-perubahan atas informasi yang
dikumpulkan selama audit dan memungkinkan penggunaan yang obyektif atas sumber
daya. Rencana harus memasukkan:
a. Tujuan dan ruang lingkup audit
b. Identifikasi partisipan audit
c. Identifikasi dari dokumen referensi seperti standar sistem mutu yang berlaku dan
manual mutu auditee
d. Bahasa audit
e. Tanggal dan tempat audit
f. Unit organisasional yang diaudit
g. Waktu yang diharapkan dan durasi dari audit serta aktivitas audit
h. Jadwal pertemuan manajemen
i. Persyaratan kerahasiaan
j. Distribusi laporan audit dan tanggal penerbitan yang diharapkan

L. Menyiapkan Kertas Kerja


Kertas kerja dalam suatu audit merupakan semua dokumentasi yang mencakup aktivitas
individual dari instansi sampai penyelesaian audit. ISO 10011 menspesifikasi kertas kerja
sebagai berikut:
1. Daftar pertanyaan yang digunakan
2. Formulir untuk melaporkan pengamatan audit
3. Formulir untuk mendokumentasikan bukti pendukung untuk simpulan
Daftar periksa membantu auditor dalam mengumpulkan dan menilai bukti yang obyektif.
Daftar periksa harus ditandatangani oelh auditor karena daftar periksa merupakan dokumen yang
formal dari proyek audit. Suatu daftar periksa dapat secara wajar dirinci dan menuntun auditor
dalam setiap langkah dalam mengaudit suatu fungsi, proses, operasi, atau unsur sistem.

M. Melaksanakan Audit
1. Pemberitahuan kepada auditee
2. Orientasi tim audit
3. Pertemuan tim audit
4. Unsur-unsur sistem auditing
5. Pertemuan wawancara harian
6. Pertemuan penutupan

N. Mengumpulkan dan Menilai Bukti Yang Obyektif


Menguji bukti yang obyektif merupakan aktivitas utama auditor dan memerlukan
kualifikasi yang tepat dan usaha. Seluruh informasi kualitatif dan kuantitatif dan catatan atau
laporan mengenai fakta yang berhubungan dengan mutu dari item atau jasa atau terhadap
eksistensi dan implementasi dari suatu unsur sistem mutu dikumpulkan dan kemudian dinilai
dalam tahap audit penting ini.

O. Menangani Pengamatan
Perilaku auditor khususnya ketika melakukan observasi harus kalem, sopan, wajar dan
sudah tentu tidak memihak, faktual dan independen. Menurut ISO 10011 auditor harus:
1. Tetap dalam ruang lingkup audit
2. Menggunakan obyektifitas
3. Mengumpulkan dan menganalisis bukti yang relevan dan cukup untuk memungkinkan
penarikan kesimpulan yang berhubungan dengan sistem mutu yang diaudit
4. Tetap bersiap-siap untuk setiap indikasi bukti yang dapat mempengaruhi hasil audit dan
mungkin memerlukan auditing yang lebih ekstensif
Untuk menangani observasi ISO 10011 menetapkan berikut:
- Semua observasi audit harus didokumentasikan
- Setelah semua aktivitas diaudit, tim audit harus menelaah semua ketidaksesuaian mereka
- Tim audit kemudian harus memastikan bahwa ketidaksesuaian didokumentasikan dalam
keadaan yang jelas dan singkat dan didukung oleh bkti
- Ketidaksesuaian harus diidentifikasi dalam segi pertanyaan khusus dari standar atau
dokumen lain yang berhubungan terhadap audit mana yang telah dilakukan
- Observasi harus ditelaah oelh auditor yang memimpin dengan manajer auditee yang
bertanggungjawab
- Semua observasi atas ketidaksesuaian harus diakui oleh manajemen auditee.

P. Melaporkan Hasil dan Tindak Lanjut Audit


Pelaporan merupakan suatu keharusan dan langkah yang penting dalam setiap audit.
Laporan harus secara jelas menyatakan semua observasi dan diperkuat oleh bukti yang obyektif
dalam penulisan. ISO 10011 menetapkan:
Audit kepala harus
1. Segera melaporkan ketidaksesuaian yang kritikal kepada auditee
2. Melaporkan setiap rintangan yang ditemui dalam melaksanakan audit
3. Menentukan tindak lanjut, apabila perlu, yang akan diambil dan memberitahu auditee
mengenai hal tersebut
Klien
1. Menerima laporan audit
2. Menentukan tindakan tindak lanjut, apakah perlu yang akan diambil dan memberitahu
auditee mengenai hal tersebut
Beberapa tindakan korektif sudah dapat dilakukan segera selama audit dan dicatat dalam
laporan ISO 10011 menetapkan:
1. Laporan audit harus dikirim kepada klien oleh auditor kepala
2. Laporan audit yang mencakup informasi rahasia dan pribadi harus secara tepat
diamankan oleh organisasi auditing dan klien
3. Laporan audit harus diterbitkan segera mungkin. Apabila laporan audit tidak dapat
diberikan dalam suatu periode waktu yang disepakati, alasan untuk penundaan harus
diberikan baik kepada klien atau auditee dan suatu tanggal penerbitan yang direvisi
ditetapkan

Q. Penyelesaian Audit
Penyelesaian audit mencakup pengesahan laporan dan retensi catatan. Audit diselesaikan
setelah penyerahan laporan audit kepada klien (ISO 10011). Semua catatan dari proyek audit
harus dikumpulkan dan disampaikan kepada manajemen audit untuk retensi oleh auditor yang
memimpin. Catatan tersebut termasuk rencana audit, korespondesi, kertas kerja, observasi,
laporan audit akhir.

Anda mungkin juga menyukai