Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Jurusan Akuntansi
Politeknik Negeri Bali
2017
A. Pengertian Audit Sistem Kepastian Mutu
Audit mutu didefinisikan sebagai proses sistematik, independen dan terdokumentasi untuk
memperoleh bukti audit dan mengevaluasinya secara objektif untuk menentukan sampai sejauh
mana kriteria audit dipenuhi (BSN, 2002). Audit Sistem Mutu biasanya dilakukan untuk
menentukan tingkat kesesuaian aktivitas organisasi terhadap standar Sistem Manajemen Mutu
yang telah ditentukan serta efektivitas dari penerapan system tersebut.
Sedangkan menurut The International Standard For Terminology In Quality Manajement,
ISO 8402, audit mutu merupakan suatu pengujian yang sitematis dan independent untuk
menentukan apakah aktivitas mutu dan hasil sesuai dengan pengaturan yang direncanakan, dan
apakah pengaturan tersebut dapat diimplementasikan secara efektif dan cocok untuk mencapai
tujuan. Jadi dalam hal audit ini, auditor menguji kesesuaian terhadap standard system mutu
yang berlaku dan mengedentifikasi perbaikan yang mungkin dilakukan.
Audit sistem kepastian mutu adalah “proses sistematis, mandiri, dan terdokumentasi untuk
memperoleh bukti objektif dan menilainya secara objektif untuk menentukan sejauh mana
kriteria audit yang telah dipenuhi.” Audit ini dirancang untuk menilai aktivitas, praktik atau
kebijakan perusahaan untuk menentukan apakah perusahaan memiliki kemampuan untuk
memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan dalam operasinya.
Menyiapkan audit
Frekuensi audit :
Auditor menelaah sistem mutu dari auditee
Menyiapkan dokumen kerja
Audit diberitahukan
Klien menyetujui rencana audit
Auditor menyiapkan audit
Auditor yang memimpin menugaskan auditor
Pelaksanaan Audit
Pertemuan pembukaan
Pengujian : Mengumpulkan bukti
1. Catatan
2. Penelaahan tim audit melaporkan - Auditor yang memimpin kepada klien
3. Penelaahan auditor yang memimpin dan auditee
4. Auditor harus memberi pernyataan
Retensi catatan
Dengan persetujuan klien, organisasi audit, dan auditee.
Tindaklanjut korektif :
Auditee memutuskan dan memprakarsai tindakan korektif.
Auditor mengidentifikasi ketidaksesuaian.
Diselesaikan dalam waktu yang disetujui oleh klien dan auditee, dan konsultasi dengan
auditor.
I. Mengorganisasi Auditing
Instansi dari suatu audit dideskripsikan dan dispesifikasi dalam ISO 10011 sebagai berikut:
1. Klien memprakarsai audit dan memutuskan ruang lingkup audit serta unsur-unsur sistem
mutu yang akan diaudit, audit harus memuaskan kebutuhan klien untuk informasi,
standar untuk sistem mutu harus dispesifikasi
2. Auditor yang memimpin membantu klien
3. Auditee harus dihubungi
4. Bukti obyektif yang cukup harus tersedia
5. Sumber daya yang memadai harus tersedia
J. Proyek Audit
1. Inisiasi audit
2. Perencanaan audit
3. Pelaksanaan
4. Pelaporan
5. Tindak lanjut
6. Penyelesaian
K. Perencanaan Audit
Rencana menetapkan tujuan dan obyek audit serta mengidentifikasi auditee, standar
referensi untuk obyek audit (produk, proses, sistem), anggota lain, bahasa audit, tanggal dan
tempat, pertemuan dan distribusi laporan audit. Dalam ISO 10011:
1. Rencana audit harus disetujui oleh klien dan dikomunikasikan kepada auditor dan auditee
2. Rencana audit harus memungkinkan perubahan-perubahan atas informasi yang
dikumpulkan selama audit dan memungkinkan penggunaan yang obyektif atas sumber
daya. Rencana harus memasukkan:
a. Tujuan dan ruang lingkup audit
b. Identifikasi partisipan audit
c. Identifikasi dari dokumen referensi seperti standar sistem mutu yang berlaku dan
manual mutu auditee
d. Bahasa audit
e. Tanggal dan tempat audit
f. Unit organisasional yang diaudit
g. Waktu yang diharapkan dan durasi dari audit serta aktivitas audit
h. Jadwal pertemuan manajemen
i. Persyaratan kerahasiaan
j. Distribusi laporan audit dan tanggal penerbitan yang diharapkan
M. Melaksanakan Audit
1. Pemberitahuan kepada auditee
2. Orientasi tim audit
3. Pertemuan tim audit
4. Unsur-unsur sistem auditing
5. Pertemuan wawancara harian
6. Pertemuan penutupan
O. Menangani Pengamatan
Perilaku auditor khususnya ketika melakukan observasi harus kalem, sopan, wajar dan
sudah tentu tidak memihak, faktual dan independen. Menurut ISO 10011 auditor harus:
1. Tetap dalam ruang lingkup audit
2. Menggunakan obyektifitas
3. Mengumpulkan dan menganalisis bukti yang relevan dan cukup untuk memungkinkan
penarikan kesimpulan yang berhubungan dengan sistem mutu yang diaudit
4. Tetap bersiap-siap untuk setiap indikasi bukti yang dapat mempengaruhi hasil audit dan
mungkin memerlukan auditing yang lebih ekstensif
Untuk menangani observasi ISO 10011 menetapkan berikut:
- Semua observasi audit harus didokumentasikan
- Setelah semua aktivitas diaudit, tim audit harus menelaah semua ketidaksesuaian mereka
- Tim audit kemudian harus memastikan bahwa ketidaksesuaian didokumentasikan dalam
keadaan yang jelas dan singkat dan didukung oleh bkti
- Ketidaksesuaian harus diidentifikasi dalam segi pertanyaan khusus dari standar atau
dokumen lain yang berhubungan terhadap audit mana yang telah dilakukan
- Observasi harus ditelaah oelh auditor yang memimpin dengan manajer auditee yang
bertanggungjawab
- Semua observasi atas ketidaksesuaian harus diakui oleh manajemen auditee.
Q. Penyelesaian Audit
Penyelesaian audit mencakup pengesahan laporan dan retensi catatan. Audit diselesaikan
setelah penyerahan laporan audit kepada klien (ISO 10011). Semua catatan dari proyek audit
harus dikumpulkan dan disampaikan kepada manajemen audit untuk retensi oleh auditor yang
memimpin. Catatan tersebut termasuk rencana audit, korespondesi, kertas kerja, observasi,
laporan audit akhir.