Analisis Jurnal Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas UTS Mata Kuliah:
MPBA 1: KONVENSIONAL
Dosen Pengampu:
Oleh:
2020
ABSTRAK
Perjalanan pembelajaran bahasa Arab, baik di dunia Arab maupun di luar dunia Arab, memiliki sejarah panjang.
Penyebaran bahasa Arab berlangsung seiring dengan penyebaran Islam itu sendiri. Pada masa Umawiyah,
pembelajaran bahasa Arab berlangsung dengan pengiriman putra-putra istana ke Badui. Pada zaman Abbasiyah,
pola pembelajaran bahasa Arab berubah dengan mendatangkan orang-orang Badui ke istana untuk mengajarkan
bahasa Arab kepada keluarga istana. Memasuki abad ke-17 M., bahasa Arab mulai diajarkan di perguruan tinggi di
Barat, meskipun baru menemukan pendekatan yang sistematis pada abad ke-19 M. setelah mengadopsi metode-
metode pembelajaran bahasa Asing di Barat. Sejak abad ke-20, lembaga-lembaga pembelajaran bahasa Arab mulai
banyak mengembangkan sayapnya. Universitas al-Azhar menerima perutusan generasi muda muslim dari segala
penjuru dunia, termasuk Indonesia. Di Saudi Arabia, muncul akademi-akademi pembelajaran-pembelajaran bahasa
Arab seperti Universitas Ibnu Saud, Universitas Ummul Qura, dan akhir-akhir ini, Universitas Islam Madinah. Saudi
Arabia sendiri tidak hanya mendirikan lembaga pembelajaran bahasa Arab di dunia Arab, tetapi melebarkan sayapnya
ke negara-negara lain, termasuk di Indonesia (LIPIA) pada tahun 1980. Di Jepang juga terdapat lembaga
pembelajaran bahasa Arab yang diprakarsai oleh Saudi Arabiah. Di Seoul, Korea Selatan, beberapa organisasi studi
Islam mulai menggalakkan pengajaran bahasa Arab, baik bagi orientalis maupun kaum muslimin yang ada di sana.
II. Pembahasan
A. Tinjauan Historis Pembelajaran Bahasa Asing
Pembelajaran bahasa asing memiliki alur sejarah yang sangat panjang. Awal mula
pembelajaran bahasa Asing dapat dirujuk kepada zaman kekaisaran Romawi kuno. Ketika bangsa
Yunani mengalami kemajuan pesat dalam bidang ilmu pengetahuan, kekaisaran Romawi masih
tergolong terkebelakang dari segi akademik. Atas dasar itu, bangsa Romawi mempelajari bahasa
Yunani sebagai bahasa kedua (baca: bahasa Asing) untuk dijadikan sebagai media yang
memudahkan dalam menggali khazanah penge-tahuan dari bangsa Yunani. Pembelajaran bahasa
Yunani ketika itu juga masih didominasi oleh kelompok penguasa, dan belum menjadi tradisi umum
di kalangan masyarakat.
Pada awal munculnya usaha tersebut, belum dijumpai adanya bangsa Romawi yang
menguasai bahasa Yunani. Oleh sebab itu, untuk memuluskan usaha tersebut, pihak kekaisaran dan
1Ismail R. Al-Faruqi dan Lois Lamya Al-Faruqi, Atlas Budaya Islam, penerjemah Ilyas Hasan (Bandung:
3Mulyanto Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing: Sebuah Tinjauan dari Segi Metodologi (Jakarta: Bulan
2011), h. 41-42.
8Muhbib Abdul Wahhab, Epistemologi dan Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Cet. I; Jakarta:
1 Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya: 0 Beberapa Pokok Pikiran (Cet. II;
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 12; bandingkan dengan Ibrahim Anis, al-Lugat Baina al-Qawmiyat wa al-
‘Alamiyah (Mesir: Dar al-Ma’arif, 1970), h. 277.
1 1 Perguruan Tinggi/IAIN (Jakarta: Direktorat
Team Penyusun, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab di
Jenderal Bimas Islam Departemen Agama, 1976), h. 40.
1 Team Penyusun, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab di2 Perguruan Tinggi/IAIN, h. 52.
Ketika sebagian orientalis mempelajari bahasa Arab, masyarakat non muslim yang lain pun
di Eropa dan Amerika mulai akhir abad yang lalu banyak yang tertarik mempelajari bahasa Arab.
Dewasa ini, bahasa Arab memperoleh banyak perhatian dari dunia non Arab yang lebih luas
dibanding abad-abad sebelumnya. Saat ini bahasa Arab tidak lagi dipelajari sekedar karena tuntutan
agama, tetapi juga karena desakan kepentingan komunikasi dalam dunia politik, perdagangan,
ekonomi, atau hubungan internasional.
Sejak abad ke-20, lembaga-lembaga pembe-lajaran bahasa Arab mulai banyak
mengembangkan sayapnya. Universitas al-Azhar sendiri sebagai lembaga pendidikan Islam formal
tertua, selalu menerima perutusan generasi muda muslim dari segala penjuru dunia, termasuk
Indonesia. Di Saudi Arabia, muncul akademi-akademi pembelajaran-pembelajaran bahasa Arab
seperti Universitas Ibnu Saud, Universitas Ummul Qura, dan akhir-akhir ini, Universitas Islam
Madinah. Saudi Arabia sendiri tidak hanya mendirikan lembaga pembelajaran bahasa Arab di dunia
Arab, tetapi melebarkan sayapnya ke negara-negara lain, termasuk di Indonesia (LIPIA) pada tahun
1980. Di Jepang juga terdapat lembaga pembelajaran bahasa Arab yang diprakarsai oleh Saudi
Arabiah. Di Seoul, Korea Selatan, beberapa organisasi studi Islam mulai menggalakkan pengajaran
bahasa Arab, baik bagi orientalis maupun kaum muslimin yang ada di sana.1
Pada akhir tahun 90-an, sekolompok pengu-saha muslim di Uni Emirat Arab mendirikan
yayasan yang bernama Dar el-Birr, yang pada tahun 2002 berubah nama menjadi Asean Moslem
Charity Fundation (AMCF), yang bertujuan untuk melakukan pengembangan dan pembinaan
lembaga-lembaga pendidikan Islam. Yayasan ini mendirikan lembaga pembelajaran bahasa Arab di
berbagai negara di dunia, termasuk di Indonesia. Point pertama dari misi Yayasan al-Birr adalah
menyebarluaskan dan menyeleng-garakan pendidikan bahasa Arab.1
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, diketahui bahwa pembelajaran bahasa Arab
mengalami perkembangan dan pasang surut dari masa ke masa, mulai dari pembelajaran secara
alamiah sampai kepada pembelajaran yang bersifat akademis.
Pembelajaran Bahasa Arab (Studi Kasus di Ma’had al-Birr Makassar”, Penelitian, Lembaga Penelitian IAIN
Sultan Amai Gorontalo Tahun 2010, h. 28-29.
Memasuki abad ke-21 (awal 2000-an) terjadi perkembangan yang cukup signifikan dalam
pembelajaran bahasa Arab di Indonesia. Pada tahun 1999 melalului serangkaian pertemuan yang
dirancang secara sistematis oleh tiga jurusan bahasa dan sastra (Universitas Negeri Malang,
Universitas Gajah Mada, dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), diresmikan berdirinya organisasi
profesi pengajar bahasa Arab dengan nama Ittihadul Mudarrisin li al-Lugatil Arabiyah (IMLA) di kota
Batu Malang. Organisasi ini secara rutin melaksanakan seminar dan muktamar dalam tataran
internasional. Sejak keberadaan organisasi ini, para pengajar bahasa Arab mulai aktif menjadi
peserta menyajikan makalah dalam seminar internasional.2 0
Beberapa perguruan tinggi melakukan tero-bosan dan inovasi dalam pengajaran bahasa
Arab, seperti UIN Malang dengan Program Khusus Pembelajaran Bahasa Arab (PKPB). Program ini
diformat sedemikian rupa secara sistemik sehingga menjadi sebuah model pembelajaran bahasa
Arab percontohan di Indonesia.
1 7
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, h. 29.
1 8
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, h. 30.
1 9
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, h. 31.
2 0
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, h. 34.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahhab, Muhbib. Epistemologi dan Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Cet. I; Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2008.
Al-Hafid, H.M. Radhi. Mengenal Metode-metode Pengajaran Bahasa Arab. Ujungpandang: Berkah
Utami, 1993.
Anis, Ibrahim. al-Lugat Baina al-Qawmiyat wa al-‘Alamiyah. Mesir: Dar al-Ma’arif, 1970.
Arsyad, Azhar. Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya: Beberapa Pokok Pikiran. Cet. II;
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Effendy, Ahmad Fuad. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Cet. IV; Malang: Misykat, 2009.
Sukanta, M. “Pembelajaran Bahasa Arab pada Lembaga Bahasa dan Ilmu Alqur’an DKI Jakarta”,
dalam Jurnal ‘Afaq ‘Arabiyah, Volume 2, No. 2, Desember 2007.
Sumardi, Mulyanto. Pengajaran Bahasa Asing: Sebuah Tinjauan dari Segi Metodologi. Jakarta: Bulan
Bintang, 1974.
Team Penyusun, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab di Perguruan Tinggi/IAIN. Jakarta: Direktorat
Jenderal Bimas Islam Departemen Agama, 1976.
Yasin, Zohra dan Damhuri, “Penerapan Direct Method dan Penciptaan Bi’ah Lugawiyah dalam
Pembelajaran Bahasa Arab (Studi Kasus di Ma’had al-Birr Makassar”, Penelitian, Lembaga
Penelitian IAIN Sultan Amai Gorontalo Tahun 2010.