Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KONSEP STRES ADAPTASI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi & Budaya Dalam Keperawatan
Dosen Pembimbing :H. Cembun,A.Per.Pen, MPH

Disusun Oleh Kelompok 4 :

1. Rizki Amalia.
2. Rizky Amaliah
3. Rizkita Ayuada
4. Seni Wati
5. Sri Hajratul Aswah
6. Sulthia Hair
7. Vendi Riswanda
8. Yuliati Rokmah

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS MATARAM
TAHUN AJARAN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya
yang telahdllimpahkan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Makalah ini merupakan salah satu tugas kelompok mata Kuliah
Psikologi & Budaya Dalam Keperawatan ”Yang Berjudul Konsep Stres Adaptasi ”.
Dalam penyusunan makalah ini, kami telah banyak mendapatkan bantuan dan
masukan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah
memberikan bimbingan serta arahan kepada :
1. H. Cembun,A.Per.Pen, MPH selaku dosen pengajar mata kuliah psikologi & budaya
dalam keperawatan yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada kami.
2. Teman-teman kelompok 5 yang telah sama-sama bekerja keras dalam menyelesaikan
makalah ini.
Akhirnya kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam
penulisan makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dan
para pembaca demi kesempurnaan laporan ini.

Mataram, September 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I.............................................................................................................................................iv
A. Latar Belakang.....................................................................................................................iv
B. Rumusan Masalah................................................................................................................iv
C. Tujuan...................................................................................................................................v
BAB II............................................................................................................................................vi
A. Konsep Stress......................................................................................................................vi
B. KonsepAdaptasi (Penyesuaian Diri)...................................................................................xx
BAB III.........................................................................................................................................27
A. Kesimpulan.........................................................................................................................27
B. Saran...................................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................28

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada era globalisasi saat ini banyak sekali hal yang terkadang sulit untuk diterima
oleh beberapa orang tertentu. Terutama dalam hal ekonomi. Tentunya orang-orang yang
termasuk kedalam kalangan perekonomian atas tidak akan terlalu memusingkan hal–hal
yang terjadi dalam pengaruh globalisasi. Berbeda dengan orang-orang yang termasuk
kalangan perekonomian menengah kebawah yang mungkin saja dengan keadaan ekonomi
yang dapat dikatakan sulit akan merasakan kesulitan dalam menerima hal-hal yang terjadi
dalam pengaruh globalisasi.
Tingkat pengangguran yang tinggi juga dapat meningkatkan tekanan bagi orang-
orang yang tidak berpenghasilan. Perbedaan status sosial memang sangat memicu tingkat
stres pada seseorang. Untuk itu perlu bagi kita untuk mengetahui apakah itu stres, cara
mengatasi stres, cara mencegah stres dan faktor yang memengaruhi stres.
Selain itu di era globalisasi juga terdapat beberapa perubahan yang harus dihadapi
oleh seluruh orang. Perlu adaptasi yang dilakukan agar individu atau orang tersebut tidak
terlalu stres dalam menghadapi perubahan yang terjadi akibat proses globalisasi tersebut.
Untuk itu perlu diketahui pula konsep adaptasi agar kita lebih mengerti apa itu adaptasi.
Khususnya untuk tenaga kerja kesehatan, agar dapat memberikan dampak positif bagi
pasien.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Stress?
2. Bagaimana klasifikasi Stress?
3. Apa yang dimaksud dengan Stresor?
4. Bagaimana penggolongan Stress?
5. Bagaimana respon psikologis Stress?
6. Bagaimana cara mengendalikan Stress?
7. Apa pengertian dari adaptasi?
8. Apa saja macam-macam adaptasi?
9. Bagaimana mekanisme koping?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian stress
2. Untuk mengetahui klasifikasi stress
3. Untuk mengetahui sumber stress (stressor)
4. Untuk mengetahui penggolongan stress
5. Untuk mengetahui respon psikologis stress
6. Untuk mengetahui cara mengendalikan stress
7. Untuk mengetahui pengertian adaptasi
8. Untuk mengetahui macam-macam adaptasi
9. Untuk memahami mekanisme koping

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Stress
1. Definisi Stress
Stress adalah suatu kondisiketika individu berespons terhadap perubahan
dalam status keseimbangan normal (Kozier, 2011).Stres adalah segala situasi di mana
tuntutan non-spesifik mengharuskan seorang individu berespon dan melakukan
tindakan (Selye, 1976 dalam Potter dan Perry, 2005).Stressor adalah setiap kejadian
atau stimulus yang menyebabkan individu mengalami stres.Ketika seseorang
menghadapi stressor, responnya disebut sebagai strategi koping, respon koping, atau
mekanisme koping.
Stres adalah sekumpulan perubahan fisiologis akibat tubuh terpapar terhadap
bahaya ancaman. Stres memiliki dua komponen: fisik yakni perubahan fisiologis dan
psikogis yakni bagaimana seseorang merasakan keadaan dalam hidupnya. Perubahan
keadaan fisik dan psikologis ini disebut sebagai stresor (pengalaman yang
menginduksi respon stres) (Pinel, 2009). Stres adalah suatu reaksi tubuh yang
dipaksa, di mana ia boleh menganggu equilibrium (homeostasis) fisiologi normal
(Julie K., 2005). Sedangkan menurut WHO (2003) Stres adalah reaksi/respons tubuh
terhadap stresor psikososial (tekanan mental/beban kehidupan). Stres dewasa ini
digunakan secara bergantian untuk menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas
berlebihan yang tidak disukai berupa respons fisiologis, perilaku, dan subjektif
terhadap stres; konteks yang menjembatani pertemuan antara individu dengan
stimulus yang membuat stres semua sebagai suatu sistem.
2. Sumber stress
Terdapat banyak sumber stres, yang secara luas dapat diklasifikasikan sebagai
stressor internal atau eksternal, atau stressor perkembangan atau situasional.
1) Stressor internalberasal dari dalam diri seseorang, sebagai contoh, demam,
kondisi seperti kehamilan atau menopause, atau suatu keadaan emosi seperti rasa
bersalah, kanker atau perasaan depresi.

3
2) Stressor eksternal berasal dari luar individu, sebagai contoh perpindahan ke
kota lain, kematian anggota keluarga, atau tekanan dari teman sebaya,
perubahan bermakna dalam suhu lingkungan, perubahan dalam peran keluarga
atau sosial, atau tekanan dari pasangan.
3) Stressor perkembangan terjadi pada waktu yang dapat diperkirakan sepanjang
hidup individu. Pada setiap tahap perkembangan, tugas tertentu harus dicapai
untuk mencegah atau mengurangi stres.
4) Stressor situasional tidak dapat diperkirakan dan dapat terjadi kapan pun
sepanjang hidup. Stres situasional dapat positif dan negatif.
Contoh
1) Kematian anggota keluarga
2) Pernikahan atau perceraian
3) Kelahiran anak
4) Pekerjaan baru
5) Penyakit
Sejauh mana pengaruh positif dan negatif peristiwa ini bergantung pada tahap
perkembangan individu. Sebagai contoh, kematian orang tua dapat lebih
menimbulkan stres bagi anak usia 12 tahun dibandingkan pada orang yang berusia 40
tahun
3. Macam-macam Stress
Ditinjau dari penyebab, maka stres dibagi menjadi tujuh macam, di antaranya:
a. Stres fisik
Stres yang disebabkan karena keadaan fisik seperti karena temperatur yang tinggi
atau yang sangat rendah, suara yang bising, sinar matahari atau karena tegangan
arus listrik.
b. Stres kimiawi
Stres ini disebabkan karena zat kimiawi seperti obat-obatan, zat beracun asam,
basa, faktor hormon atau gas dan prinsipnya karena pengaruh senyawa kimia.
c. Stres mikrobiologik
Stres ini disebabkan karena kuman seperti adanya virus, bakteri atau parasit.

4
d. Stres fisiologik
Stres yang disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh diantaranya
gangguan dari struktur tubuh, fungsi jaringan, organ dan lain-lain.
e. Stres proses pertumbuhan dan perkembangan
Stres yang disebabkan karena proses pertumbuhan dan perkembangan seperti
pada pubertas, perkawinan dan proses lanjut usia.
f. Stres psikis atau emosional
Stres yang disebabkan karena gangguan stimulus psikologis
atauketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri
sepertihubungan interpersonal, sosial budaya atau faktor keagamaan
(Alimul,2008).
4. Faktor Pengaruh TerhadapStresor
Respons terhadap segala bentuk stresor bergantung pada fungsi fisiologis,
kepribadian, dan karakteristik perilaku, seperti juga halnya sifat dari stresor
tersebut.sifat stresor mencakup faktor-faktor berikut ini:
a. Intensitas
b. Cakupan
c. Durasi
d. Jumlah dan sifat dari stresor
Setiap faktor mempengaruhi respons terhadap stresor.Seseorang dapat saja
mencerap intensitas atau besarnya stresor sebagai minimal, sedang, atua berat. Makin
besar stresor, makin besar respons stress yang ditimbulkan. Sama halnya, cakupan
dari stresor dapat digambarkan sebagai terbatas, sedang, atau luas.Makin besar
cakupan stresor, makin besar respons klien yang ditujukan terhadap stresor tersebut
(Lazarus & Folkman, 1984 dalam Perry dan Potter, 2005).
5. Tahapan Stres
a. Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai perasaan nafsu
bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa
memperhitungkan tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam.
b. Stres Tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak
segar dan letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan,

5
tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort), jantung
berdebar, otot tengkung dan punggung tegang. Hal tersebut karena cadangan
tenaga tidak memadai.
c. Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti defekasi tidak
teratur (kadang-kadang diare), otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah
terjaga dan sulit tidur kembali (middle insomnia), bangun terlalu pagi dan sulit
tidur kembali (late insomnia), koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh
pingsan.
d. Stres tahap keempat, tahapan stres dengan keluhan, seperti tidak mampu bekerja
sepanjang hari (loyo), aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respons
tidak adekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak
ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan
kecemasan.
e. Stres tahap kelima, tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik dan
mental (physical dan psychological exhaustion), ketidakmampuan
menyelesaikan pekerjaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas , bingung
dan panik.
f. Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stres dengan tanda-tanda, seperti
jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin, dan banyak keluar
keringat, loyo, serta pingsan atau collaps.
6. Reaksi Tubuh Terhadap Stres
Menurut seorang pelopor penelitian mengenai stres yang dilahirkan di Austria,
Hans Selye (1974, 1983), stres sebenarnya adalah kerusakan yang dialami tubuh
akibat berbagai tuntutan yang ditempatkan padanya. Berapapun kejadian dari
lingkungan atau stimulus yang menghasilkan respon stres yang sama pada tubuh.
Selye mengamati pasien yang memiliki masalah yang berbeda-beda: kematian
seseorang yang dekat, kehilangan pekerjaan, ditangkap karena melakukan
penggelapan. Tanpa memperhatikan masalah seperti apa yang dihadapi oleh seorang
pasien, gejala yang serupa muncul: hilangnya nafsu makan, otot menjadi lemah, dan
menurunnya minat terhadap dunia.

6
Sindrom adaptasi umum (general adaptation syndrome/GAS) adalah konsep
yang dikemukakan oleh Selye yang menggambarkan efek umum pada tubuh ketika
ada tuntutan yang ditempatkan pada tubuh tersebut. GAS terdiri dari tiga tahap:
peringatan, perlawanan, dan kelelahan. Pertama, pada tahap peningkatan alarm,
individu memasuki kondisi shock yang bersifat sementara, suatu masa di mana
pertahanan terhadap stres ada di bawah normal. Individu mengenali keberadaan stres
dan mencoba menghilangkannya. Otot menjadi lemah, suhu tubuh menurun, dan
tekanan darah juga menurun. Kemudian tubuh mengalami apa yang disebut
countershock, di mana pertahanan terhadap stres mulai muncul; korteks adrenal mulai
membesar, dan pengeluaran hormon meningkat. Tahap alarm berlangsung singkat.
Tidak lama kemudian, individu bergerak memasuki tahap perlawanan (resistence), di
mana pertahanan terhadap stres menjadi semakin intensif, dan semua upaya dilakukan
untuk melawan stres. Pada tahap pertahanan, tubuh individu dipenuhi oleh hormon
stres; tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh, dan pernapasan semua meningkat.
Bila semua upaya yang dilakukan untuk melawan stres ternyata gagal dan stres tetap
ada, individu pun memasuki tahap kelelahan (exhausted), di mana kerusakan pada
tubuh semakin meningkat, orang yang bersangkutan mungkin akan jatuh pingsan di
tahap kelelahan ini, dan kerentanan terhadap penyakit pun meningkat.
Walupun demikian tidak semua stres itu buruk. Eustress adalah konsep Selye
yang menggambarkan sisi positifdari stres. Berkompetisi di suatu kejuaraan atletik,
menulis karangan, atau mengajar seseorang yang membuat tubuh menghabiskan
energi. Selye tidak mengatakan bahwa kita harus menghindari semua pengalaman
seperti ini dalam kehidupan kita, namun ia menekankan bahwa kita harus
meminimalkan kerusakan pada tubuh kita.
Salah satu kritik utama terhadap pandangan Selye adalah bahwa manusia tidak
selalu bereaksi terhadap stres dengan cara yang sama seperti yang ia kemukaka.
Masih banyak lagi yang harus dipahami mengenai stres pada manusia daripada
sekedar mengetahui reaksi fisik manusia terhadap stres. Kita juga perlu mengetahui
kepribadian mereka, susunan fisik mereka, persepsi mereka, dan konteks di mana
stresor, atau penyebab stres, muncul (Hobfoll, 1989).

7
7. Indikator Stres
Indikator stress individu dapat fisiologis, psikologis atau kognitif
a. Indikator fisiologik
Respons terhadap stress bervariasi, bergantung pada persepsi individu terhadap
peristiwa. Tanda dan gejala fisiologis stress muncul akibat aktivasi system
simpatetik dan system neuroendokrin tubuh.
b. Indikator Psikologis
Manifestasi psikologis stress mencakup ansietas, takut, marah depresi, dan
mekanisme pertahanan ego yang tidak disadari. Beberapa pola koping tersebut
dapat membantu; yang lain menjadi penghalang, bergantung pada situasi dan
lama waktu mekanisme tersebut digunakan atau dialami.
1) Ansietas
Reaksi umum terhadap stress adalah ansietas, satu kondisi kegelisahan mental,
keprihatinan, ketakutan, atau firasat atau perasaan putus asa karena ancaman
yang akan terjadi atau ancaman antisipasi yang tidak dapat diidentifikasikan
terhadap diri sendiri atau terhadap hubungan yang bermakna. Ansietas dapat
dialami pada tingkat sadar, setengah sadar, atau tidak sadar. Empat hal yang
membedakan ansietas dengan takut adalah:
a) Sumber ansietas tidak dapat diidentifikasi; sumber rasa takut dapat
diidentifikasi
b) Ansietas dikaitkan dengan masa depan, yaitu, untuk kejadian yang
diantisipasi. Rasa takt dikaitkan dengan kondisi saat ini.
c) Ansietas bersifat tidak jelas, sementara rasa takut bersifat pasti.
d) Ansietas merupakan akibat konflik psikologis atau emosi; rasa takut
merupakan akibat entitas fisik atau psikologis yang mempunyai ciri
tersendiri.
Ansietas dapat dimanifestasikan pada empat tingkat:
a) Ansietas ringan mencipttakan kondisi sedikit bergairah yang
meningkatkan kemampuan persepsi, pembelajaran dan produktif.
Sebagian besar individu yang sehat mengalami ansietas ringan, mungkin

8
sebagai perasaan gelisah ringan yang mendorong seseorang untuk mencari
informasi dan mengajukan pertanyaan.
b) Ansietas sedang meningkatkan status gairah ke satu titik ketika seseorang
mengekspresikan perasaan tegang, cemas, atau khawatir. Kemampuan
persepsi semakin sempit. Perhatian lebih difokuskan pada aspek tertentu
situasi dibandingkan aktivitas perifer.
c) Ansietas berat menghabiskan sebagian besar energy individu dan
membuuhkan intervensi. Persepsi mengalami penurunan lebih lanjut.
Individu tidak mampu berfokus terhadap apa yang benar-benar terjadi dan
hanya focus pada satu detail spesifik situasi yang menimbulkan ansietas.
d) Panic adalah tingkat kecemasan yang menakutkan dan sangat membebani
sehingga membuat individu kehilangan kendali. Panic lebih jarang dialami
dibandingkan dengan tingkat kecemasan lain.
2) Takut
Takut adalah emosi atau rasa khawatir yang dibangkitkan oleh persepsi
bahaya, nyeri atau ancaman lain yang akan terjadi atau tampak. Rasa takut
mungkin sebagai respons terhadap sesuatu yang sudah terjadi, sebagai respons
terhadap ancaman yang segera muncul atau sudah muncul, atau sebagai
respons terhadap sesuatu yang diyakini sesorang akan terjadi. Objek rasa takut
mungkin berdasarkan pada realitas, mungkin juga tidak.Sebagai contoh,
mahasiswa kebidanan baru mungkin takut dalam mengantisipasi pengalaman
pertama di tatanan perawatan pasien.Mahasiswa mungkin takut tidak mau
dirawat oleh mahasiswa atau mahasiswa secara tidak sengaja membahayakan
klien.
3) Marah
Marah adalah status ekonomi yang terdiri dari perasaan subjektif rasa
bermusuhan atau ketidak senangan yang kuat.Individu dapat merasa bersalah
ketika meraka marah karena diajarkan bahwa merasa marah itu salah. Akan
tetapi, marah dapat diekspresikan dalam cara verbal yang tidak membuat Si
empunya marah dijauhi; dengan demikian, marah dipertimbangkan sebagai

9
emosi positif dan sebagai tanda kedewasaan emosi karena pertumbuhan dan
manfaat interaksi yang doitimbulkannya.
Ekspresi marah verbal dapat dipertimbangkan sebagai tanda
terhadap orang lain atas ketidak nyamanan psikologis internal individu dan
sebagai permintaan bantuan untuk menghadapi persepsi stress. Sebaliknya,
permusuhan biasanya ditandai dengan antagonism dan perilaku merusak atau
destruktif; agresi adalah serangan tanpa pemicu atau tindakan atau pandangan
bermusuhan, mencederai, atau merusak; dan kekerasan adalah penggunaan
kekuatan fisik untuk mencederai atau menganiaya. Kemarahan diekspresikan
secara verbal, berbeda dari rasa bermusuhan, agresi, dan kekerasan, , tetapi
dapat mengakibatkan kekerasan dan kerusakan apabila marah menetap dan tak
jua reda.
Komunikasi verbal marah yang diekspresikan secara jelas, ketika orang
yang marah mengatakan kepada orang lain mengenai kemarahannya dan
dengan cermat mengidentifikasi sumbernya merupakan tindakan konstruktif.
Kejelasan komunikasi ini membuat kemarahan “dikeluarkan” sehingga orang
lain dapat memahami rasa marah tersebut dan membantu meredakannya.
Orang yang marah “meluapkan” kemarahannya dan mencegah akumulasi
emosi.
4) Depresi
Depresi adalah reaksi umu terhadap kejadian yang tampak kacau atau
negative.Depresi, perasaan sedih, putus asa, kekesalan, perasaan tak berharga,
atau kekosongan ekstrem, terjadi pada jutaan orang Amerikasetiap tahun.
Tanda dan gejala depresi dan tingkat keparahan masalah berbeda pada setiap
klien dan bergantung pada makna kejadian pemicu. Gejala emosi mencakup
perasaan kelelahan, kesedihan,kehampaan, atau mati rasa. Tanda perilaku
depresi termasuk iritabilitas, ketidak mampuan untuk berkonsentrasi, kesulitan
dalam membuat keputusan, kehilangan gairah seksual, menangis, gangguan
tidur, dan menarik diri.Tanda fisik depresi mencakup kehilangan nafsu makan,
penurunan berat badan, konstipasi, sakit kepala, dan limbung. Banyak orang
menalami depresi periodesingkat sebagai respons terhadap kejadian pemicu

10
stress yang sangat banyak, seperti kematian orang yang dicintai atau
kehilangan pekerjaan; akan tetapi, depresi berkepanjangan, merupakan
penyebab kekhawatiran dan dapat membutuhkan penanganan.
5) Mekanisme Pertahanan Ego Yang Tak Disadari
Mekanisme pertahanan ego yang tak disadari adalah mekanisme
adaptif psikologik, atau dalam pernyataan Sigmund Freud (1946), mekanisme
mental yang brkembang saat personalitas berupaya mempertahankan diri,
menciptakan gangguan terhadap impuls, yang bertentangan, dan meredakan
ketegangan di dalam diri. Mekanisme pertahanan adalah pikiran yang tidak
disadari yang bekerja untuk melindungi individu dari ansietas.Mekanisme
pertahanan dapat dipertimbangkan sebagai precursor mekanisme koping
kognitif yang disadari yang akhirnya memecahkan masalah.Seperti beberapa
respons verbal dan motoric, mekanisme pertahanan melepaskan
ketegangan.Deskripsi mekanisme ini dan contoh penggunaannya yang adaptif
dan mal adaptif.
c. Indikator Kognitif
Indicator kognitif stress adalah respons berpikir yang mencakup pemecahan
masalah, penstrukturan, control diri atau disiplin diri, supresi dan fantasi.
Pemecahan masalah mencakup berpikir melalui situasi yang mengancam ,
menggunakan langkah spesifik atau mencapai solusi. Individu mengkaji situasi
yang mengancam, menggunakan langkah yang spesifik untuk mencapai
solusi.Individu mengkaji situasi atau masalah, menganalisis atau
mendefinisikannya, memilih alternative, melaksanakan alternative yang dipiih,
dan mengevaluasi apakah solusinya berhasil.
Penstrukturan adalah perencanaan atau menipulasi situasi sehingga kejadian
yang mengancam tidak tejadi.Sebagai contoh seorang perawat dapat menstruktur
atau mengontrol wawancara dengan klien dengan mengajukan hanya pertanyaan
lansung dan tertutup. Penstrukturan dapat menjadi produktif pada situasi
tertentu.Individu menjadwalkan pemeriksaan gigi enam bulan sekali untuk
mencegah penyakit gigi yang parah menggunakan penstrukturan yang produktif.

11
Kontrol diri (disiplin) adalah menunjukan perilaku dan ekspresi wajah yang
menggambarkan rasa dapat mengontrol atau berwenang. Ketika control diri
mencegah panic dan tindakan membahayakan atau tindakan non produkif dalam
situasi yang mengancam, control diri merupakan respons bermanfaat yang
menunjukkan kekuatan. Akan tetapi, control diri terlalu ekstrem dapat menunda
pemecahan masalah dan mencegah individu menerima dukngan dari orang lain,
yang mungkin menganggapnya mampu menangani situasi dengan baik, tenang,
atau tidak khawatir.
Supresi adalah menempatkan pikiran atau perasaan di luar ingatannya secara
disadari dan disengaja. “saya tidak mau menghadapi hal itu hari ini. Saya akan
melakukannya besok.” Respons ini menurunkan stres sementara, tetapi tidak
memecahkan masalah. Seorang pria yang tetap mengabaikan sakit gigi, dengan
menekannya diluar ingatan karena ia takut merasa sakit,tidak akan meredakan
gejala yang dialaminya.
Fantasi atau bermimpi sama dengan berkhayal. Keinginan dan harapan yang
tidak terpenuhi dibayangkan terpenuhi, atau pengalaman yang mengancam
dikerjakan kembali atau diulang kembali sehingga akhirnya dapat berbeda dari
kenyataan. Pengalaman dapat dibangkitkan kembali, setiap hari masalah
diselesaikan, dan rencana masa depan disusun. Hasil masalah yang sedang
dihadapi juga dapat difantasikan. Sebagai contoh seorang klien yang menunggu
hasil biopsy payudara dapat memfantasikan bahwa dokter bedah mengatakan.
“Anda tidak mengidap kanker.”Respons fantasi dapat membantu apabila
menimbulkan pemecahan masalah.Sebagai contoh, klien yang menunggu hasi
biopsy payudara dapat berkata pada dirinya sendiri, “meskipun dokter
mengatakan, ‘Anda mengidap kanker’, asalkan ia juga mengatakan bahwa kanker
tersebut dapat disembuhkan, saya dapat menerimanya.”Fantasi dapat destruktif
dan non produktif apabila indivdu menggunakannya secara berlebihan dan
melarikan diri dari kenyataan.
8. Proses Keperawatan Manajemen Stres
Istilah manajemen stres merujuk pada identifikasi dan analisis terhadap
permasalahan yang terkait dengan stres dan aplikasi berbagai alat teraupetik untuk

12
mengubah sumber stres atau pengalaman stres (Cotton dalam Intan 2012). Munandar
(2001) mendefinisikan manajemen stres sebagai usaha untuk mencegah timbulnya
stres, meningkatkan ambang stres dari individu dan menampung akibat fisiologikal
dari stress. Manajemen stress adalah kemungkinan melihat promosi kesehatan sebagai
aktivitas atau intervensi atau mengubah pertukaran respon terhadap penyakit.
Fokusnya tergantung pada tujuan dari intervensi keperawatan berdasarkan keperluan
pasien. Perawat bertanggung jawab pada implementasi pemikiran stress agar tidak
dikeluarkan pada beberapa daerah perawatan.
Stres merupakan sumber dari berbagai penyakit pada manusia. Apabilastres
tidak cepat ditanggulangi atau dikelola dengan baik, maka akan berdampaklebih
lanjut seperti mudah terjadi gangguan atau terkena penyakit. Untukmencegah dan
mengatasi stres agar tidak sampai ke tahap yang paling berat, makadapat dilakukan
dengan cara :
a. Pengaturan Diet dan Nutrisi
Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalammengurangi atau
mengatasi stres melalui makan yang teratur, menubervariasi, hindari makan
daging dan monoton karena dapat menurunkankekebalan tubuh.
b. Istirahat dan Tidur
Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi streskarena
dengan istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keletihanfisik dan akan
memulihkan keadaan tubuh. Tidur yang cukup akanmemberikan kegairahan
dalam hidup dan memperbaiki sel-sel yang rusak.
c. Olah Raga atau Latihan Teratur
Olah raga dan latihan teratur adalah salah satu cara untuk meningkatkan daya
tahan dan kekebalan fisik maupun mental. Olah raga dapat dilakukan dengan
cara jalan pagi, lari pagi minimal dua kali seminggu dan tidak perlu lama-lama
yang penting menghasilkan keringat setelah itu mandi dengan air hangat untuk
memulihkan kebugaran.

13
d. Berhenti Merokok
Berhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi streskarena dapat
meningkatkan status kesehatan dan mempertahankanketahanan dan kekebalan
tubuh.
e. Tidak Mengkonsumsi Minuman Keras
Minuman keras merupakan faktor pencetus yang dapat mengakibatkan terjadinya
stres. Dengan tidak mengkonsumsi minuman keras, kekebalan dan ketahanan
tubuh akan semakin baik, segala penyakitdapat dihindari karena minuman keras
banyak mengandung alkohol.
f. Pengaturan Berat Badan
Peningkatan berat badan merupakan faktor yang dapatmenyebabkan timbulnya
stres karena mudah menurunkan daya tahantubuh terhadap stres. Keadaan tubuh
yang seimbang akan meningkatkanketahanan dan kekebalan tubuh terhadap
stres.
g. Pengaturan Waktu
Pengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan
menanggulangi stres. Dengan pengaturan waktu segala pekerjaan yang dapat
menimbulkan kelelahan fisik dapat dihindari. Pengaturan waktu dapat dilakukan
dengan cara menggunakan waktu secara efektif dan efisien serta melihat aspek
produktivitas waktu. Seperti menggunakan waktu untuk menghasilkkan sesuatu
dan jangan biarkan waktu berlalu tanpa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
h. Terapi Psikofarmaka
Terapi ini dengan menggunakan obat-obatan dalam mengatasi stresyang dialami
dengan cara memutuskan jaringan antara psiko neuro danimunologi sehingga
stresor psikososial yang dialami tidak mempengaruhifungsi kognitif, afektif atau
psikomotor yang dapat mengganggu organtubuh yang lain. Obat-obatan yang
biasanya digunakan adalah anti cemasdan anti depresi.
i. Terapi Somatik
Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibatstres yang
dialami sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu systemtubuh yang lain.

14
j. Psikoterapi
Terapi ini dengan menggunakan teknik psikologis yangdisesuaikan dengan
kebutuhan seseorang. Terapi ini dapat meliputipsikoterapi suportif dan
psikoterapi reedukatif di mana psikoterapi suportifini memberikan motivasi atas
dukungan agar pasien mengalami percayadiri, sedangkan psikoterapi reedukatif
dilakukan dengan memberikanpendidikan secara berulang. Selain itu ada
psikoterapi rekonstruktif,psikoterapi kognitif dan lain-lain.
k. Terapi Psikoreligius
Terapi ini dengan menggunakan pendekatan agama dalammengatasi
permasalahan psikologis mengingat dalam mengatasi ataumempertahankan
kehidupan seseorang harus sehat secara fisik, psikis,sosial dan sehat spiritual
sehingga stres yang dialami dapat diatasi.
Menurut Dadang Hawari (2002, dalam Alimul 2008), manajemen
stresyang lain adalah dengan cara meningkatkan strategi koping yaitu koping
yangberfokus pada emosi dan koping yang berfokus pada masalah. Penggunaan
kopingyang berfokus pada emosi dengan cara pengaturan respons emosional dari
stresmelalui perilaku individu seperti cara meniadakan fakta-fakta yang tidak
menyenangkan, kontrol diri, membuat jarak, penilaian secara positif, menerima
tanggung jawab, lari dari kenyataan (menghindar). Sedangkan strategi koping
berfokus pada masalah dengan mempelajari cara-cara atau keterampilan
yangdapat menyelesaikan masalah seperti merencanakan problem
solving danmeningkatkan dukungan sosial, teknik lain dalam mengatasi stres
adalah relaksasi,retrukturisasi kognitif, meditasi, terapi multi model dan lain-lain.
l. Homeostasis
Merupakan suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam
menghadapi kondisi yang dialaminya. Proses homoestasis ini dapat terjadi
apabila tubuh mengalami stress yang ada sehingga tubuh secara alamiah akan
melakukan mekanisme pertahanan diri untuk menjaga kondisi yang seimbang,
atau juga dapat dikatakan bahwa homeostasis adalah suatu proses perubahan
yang terus menerus untuk memelihara stabilitas dan beradaptasi terhadap kondisi
lingkungan sekitarnya. Hemoestasis yang terdapat dalam tubuh manusia dapat

15
dikendalikan oleh suatu system endokrin dan syaraf otonom. Secara alamiah
proses Homeostatis dapat terjadi dalam tubuh manusia. Dalam mempelajari cara
cara tubuh melakukan proses homeostatis ini dapat melalui empat cara yaitu :
(1) Self regulation dimana system ini terjadi secara otomatis pada orang yang
sehat seperti dalam pengaturan proses system fisiologis tubuh manusia.
(2) Berkompensasi yaitu tubuh akan cenderung bereaksi terhadap
ketidaknormalan dalam tubuh.
(3) Dengan cara system umpan balik negative, proses ini merupakan
penyimpangan dari keadaan normal segera dirasakan dan diperbaiki dalam
tubuh dimana apabila tubuh dalam keadaan tidak normal akan secara sendiri
mengadakan mekanisme umpan balik untuk menyeimbangkan dari keadaan
yang ada.
(4) Cara umpan balik untuk mengkoreksi suatu ketidakseimbangan fisiologis.

16
B. KonsepAdaptasi (Penyesuaian Diri)
1. Definisi Adaptasi (Penyesuaian Diri)
Ada beberapa pengertian tentang mekanisme penyesuaian diri, antara lain:
a. W.A. Gerungan (1996) menyebutkan bahwa “Penyesuaian diri adalah mengubah
diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai
dengan keadaan (keinginan diri)”.
Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan sifatnya pasif (autoplastis),
misalnya seorang bidan desa harus dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma
dan nilai-nilai yang dianut masyarakat desa tempat ia bertugas.
Sebaliknya, apabila individu berusaha untuk mengubah lingkungan sesuai dengan
keinginan diri, sifatnya adalah aktif (alloplastis), misalnya seorang bidan desa
ingin mengubah perilaku ibu-ibu di desa untuk meneteki bayi sesuai manajemen
laktasi.
b. Menurut Soeharto Heerdjan (1987), “Penyesuaian diri adalah usaha atau perilaku
yang tujuannya mengatasi kesulitan dan hambatan”.
Adaptasi merupakan pertahanan yang didapat sejak lahir atau diperoleh karena
belajar dari pengalaman dan mengatasi stres. Cara mengatasi stres dapat berupa
membatasi tempat terjadinya stres, mengurangi, atau menetralisasi
pengaruhnya.Adaptasi adalah suatu cara penyesuaian yang berorientasi pada tugas
(task oriented).
2. Tujuan Adaptasi
a. Menhadapai tuntutan keadaan secara sadar
b. Menghadapi tuntutan keadaan secara realistik
c. Mengahdapi tuntutan keadaan secara objektif
d. Menhadapi tuntutan keadaan secara rasional
e. Cara yang ditempuh dapat bersifat terbuka maupun tertutup, antara lain:
f. Menghadapi tuntutan secara frontal (terang-terangan)
g. Regresi (menarik diri) atau tidak mau tahu sama sekali
h. Kompromi (atau kesepakatan)

17
Contoh:
Seorang mahasiswa gagal dalam ujian akhir program, mungkin ia akan bekerja keras
(terang-terangan), regresi dengan keluar dari pendidikan, serta mungkin mau
mengulang lagi dengan berusaha semampunya (kompromi)).
3. Macam-macam Adaptasi
a. Adaptasi fisiologis
Adalah proses dimana respon tubuh terhadap stresor untuk mempertahankan
fungsi kehidupan, dirangsang oleh faktor eksternaldan internal, respons dapat dari
sebagian tubuh atau seluruh tubuhserta setiap tahap perkembangan punya stresor
tertentu.Mekanisme fisiologis adaptasi berfungsi melalui umpan baliknegatif,
yaitu suatu proses dimana mekanisme kontrol merasakansuatu keadaan abnormal
seperti penurunan suhu tubuh dan membuatsuatu respons adaptif seperti mulai
mengigil untuk membangkitkanpanas tubuh.Ketiga dari mekanisme utama yang
digunakan dalammenghadapi stressor dikontrol oleh medula oblongata,
formasiretikuler dan hipofisis.Riset klasik yang telah dilakukan oleh Hans Selye
(1946,1976)telah mengidentifikasi dua respons fisiologis terhadap stres, yaitu:
1) LAS ( Lokal Adaptasion Syndrome)
Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap stres,responnya
berjangka pendek
Karakteristik dari LAS:
a) Respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semuasistem.
b) Respons bersifat adaptif, diperlukan stresor untukmenstimulasikannya.
c) Respons bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.
d) Respons bersifat restorative.
2) GAS (General Adaptasion Syndrom)
Merupakan respons fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres.Respons yang
terlibat didalamnya adalah sistem saraf otonom dansistem endokrin. Di
beberapa buku teks GAS sering disamakandengan Sistem Neuroendokrin.

18
GAS diuraikan dalam tiga tahapan berikut:
a) Fase alarm
Melibatkan pengerahan mekanisme pertahan dari tubuh danpikiran untuk
menghadapi stresor seperti pengaktifan hormone yang berakibat
meningkatnya volume darah dan akhirnyamenyiapkan individu untuk
bereaksi. Aktifitas hormonal yangluas ini menyiapkan individu untuk
melakukan responsmelawan atau menghindar. Respons ini bisa
berlangsung darimenit sampai jam. Bila stresor menetap maka individu
akanmasuk kedalam fase resistensi.
b) Fase resistensi (melawan)
Individu mencoba berbagai macam mechanism penanggulangan
psikologis dan pemecahan masalah sertamengatur strategi. Tubuh
berusaha menyeimbangkan kondisifisiologis sebelumnya kepada keadaan
normal dan tubuhmencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stres. Bila
teratasi,gejala stres menurun atau normal. Bila gagal maka individu
tersebut akan jatuh pada tahapan terakhir dari GAS yaitu: Fasekehabisan
tenaga.
c) Fase exhaustion(kelelehan)
Merupakan fase perpanjangan stres yang belum dapat tertanggulangi
pada fase sebelumnya. Tahap ini cadangan energy telah menipis atau
habis, akibatnya tubuh tidak mampu lagi menghadapi stres.
Ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap stresor
inilah yang akan berdampak pada kematian individu tersebut.
b. Adaptasi psikologi
Perilaku adaptasi psikologi membantu kemampuan seseorang untuk menghadapi
stresor, diarahkan pada penatalaksanaan stres dan didapatkan melalui
pembelajaran dan pengalaman sejalan dengan pengidentifikasian perilaku yang
dapat diterima dan berhasil. Perilaku adaptasi psikologi dapat konstruktif atau
destruktif. Perilaku konstruktif membantu individu menerima tantangan untuk
menyelesaikan konflik. Perilaku destruktif mempengaruhi orientasi realitas,
kemampuan pemecahan masalah, kepribadian dan situasi yang sangat berat,

19
kemampuan untuk berfungsi. Perilaku adaptasi psikologis juga disebut sebagai
mekanisme koping. Mekanisme ini dapat berorientasi pada tugas, yang mencakup
penggunaan teknik pemecahan masalah secara langsung untuk menghadapi
ancaman atau dapat juga mekanisme pertahanan ego, yang tujuannya adalah
untuk mengatur distres emosional dan dengan demikian memberikan
perlindungan individu terhadap ansietas dan stres. Mekanisme pertahanan ego
adalah metode koping terhadap stres secara tidak langsung.
1) Task oriented behavior
Perilaku berorientasi tugas mencakup penggunaan kemampuan kognitif untuk
mengurangi stres, memecahkan masalah, menyelesaikan konflik dan
memenuhi kebutuhan (Stuart & Sundeen, 2005).
Tiga tipe umum perilaku yang berorientasi tugas adalah:
a) Perilaku menyerang
Adalah tindakan untuk menyingkirkan atau mengatasi suatu stresor.
b) Perilaku menarik diri
Adalah menarik diri secara fisik atau emosional dari stresor.
c) Perilaku kompromi
Adalah mengubah metode yang biasa digunakan, mengganti tujuan atau
menghilangkan kepuasan terhadap kebutuhan untuk memenuhi lain atau
untuk menghindari stres.
2) Ego Dependen Mekanism
Perilaku tidak sadar yang memberikan perlindungan psikologis terhadap
peristiwa yang menegangkan (Sigmund Frued). Mekanisme ini sering kali
diaktifkan oleh stressor jangka pendek dan biasanya tidak mengakibatkan
gangguan psikiatrik.Adabanyak mekanisme pertahanan ego, yaitu:
(a) Represi
Menekan keinginan, impuls/dorongan, pikiran yang tidak menyenagkan ke
alam tidak sadar dengan cara tidak sadar.
(b) Supresi
Menekan secara sadar pikiran, impuls, perasaan yang tidak menyenangkan
ke alam tidak sdar.

20
(c) Reaksi formasi
Tingkah laku berlawanan dengan perasaan yang mendasari tingkah laku
tersebut.
(d) Kompensasi
Tingkah laku menggantikan kekurangan dengan kelebihan yang lain yaitu
Kompensasi langsung dan Kompensasi tidak langsung.
(e) Rasionalisasi
Berusaha memperlihatkan tingkah laku yang tampak sebagai pemikiran
yang logis bukan karenakeinginan yang tidak disadari.
(f) Substitusi
Mengganti obyek yang bernilai tinggi dengan obyek yangkurang bernilai
tetapi dapat diterima oleh masyarakat.
(g) Restitusi
Mengurangi rasa bersalah dengan tindakan pengganti.
(h) Displacement
Memindahkan perasaan emosional dari obyek sebenarnya kepada obyek
pengganti.
(i) Proyeksi
Memproyeksikan keinginan, perasaan, impuls, pikiran pada orang
lain/obyek lain/lingkungan untuk mengingkari.
(j) Simbolisasi
Menggunakan obyek untuk mewakili ide/emosi yang menyakitkan untuk
diekspresikan
(k) Regresi
Ego kembali pada tingkat perkembangan sebelumnya dalam pikiran,
perasaan dan tingkah lakunya.
(l) Denial
Mengingkari pikiran, keinginan, fakta dan kesedihan.
(m) Sublimasi
Memindahkan energi mental (dorongan) yang tidak dapat diterima kepada
tujuan yang dapat diterima masyarakat.

21
(n) Konvesi
Pemindahan konflik mental pada gejala fisik
(o) Introyeksi
Mengambil alih semua sifat dari orang yang berarti menjadi bagian dari
kepribadiannya sekarang.
c. AdaptasiPerkembangan
Pada setiap tahap perkembangan, seseorang biasanya menghadapi tugas
perkembangan dan menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap perkembangan
tersebut. Stres yang berkepanjangan dapat mengganggu atau menghambat
kelancaran menyelesaikan tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuk
ekstrem,stres yang terlalu berkepanjangan dapat mengarah pada
krisispendewasaan. Bayi atau anak kecil umumnya menghadapi stresor di rumah.
Jika diasuh dalam lingkungan yang responsive dan empati, mereka mampu
mengembangkan harga diri yang sehat dan pada akhirnya belajar respons koping
adaptif yang sehat (Haber et al, 2002). Anak-anak usia sekolah biasanya
mengembangkan rasa kecukupan. Mereka mulai menyadari bahwa akumulasi
pengetahuan dan penguasaan keterampilan dapat membantu mereka mencapai
tujuan, dan harga diri berkembang melalui hubungan berteman dan saling berbagi
diantara teman. Pada tahap ini, stres ditunjukan oleh ketidakmampuan atau
ketidakinginan untuk mengembangkan hubungan berteman. Remaja biasanya
mengembangkan rasa identitas yang kuat tetapi pada waktu yang bersamaan perlu
diterima oleh teman sebaya. Remaja dengan sistem pendukung sosial yang kuat
menunjukkan suatu peningkatan kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap
stresor, tetapi remaja tanpa sistem pendukung sosial sering menunjukan
peningkatan masalah psikososial (Dubos, 2002). Dewasa muda berada dalam
transisi dari pengalaman masa remaja ke tanggung jawab orang dewasa. Konflik
dapat berkembang antara tanggung jawab pekerjaan dan keluarga. Stresor
mencakup konflik antara harapan dan realitas. Usia setengah baya biasanya
terlibat dalam membangun keluarga, menciptakan karier yang stabil dan
kemungkinan merawat orang tua mereka. Mereka biasanya dapat mengontrol
keinginan dan pada beberapa kasus menggantikan kebutuhan pasangan, anak-

22
anak, atau orang tua dari kebutuhan mereka. Usia lansia biasanya menghadapi
adaptasi terhadap perubahan dalam keluarga dan kemungkinan terhadap kematian
dari pasangan atau teman hidup. Usia dewasa tua juga harus
menyesuaikanterhadap perubahan penampilan fisik dan fungsi fisiologis.
d. Adaptasi sosial budaya
Mengkaji stresor dan sumber koping dalam dimensi social mencakup
penggalian tentang besaranya, tipe dan kualitas dariinteraksi sosial yang ada.
Stresor pada keluarga dapat menimbulkanefek disfungsi yang mempengaruhi
klien atau keluarga secarakeseluruhan (Reis & Heppner, 2003).
e. Adaptasi spiritual
Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stress dalam
banyak cara, tetapi stres dapat juga bermanifestasi dalamdimensi spiritual. Stres
yang berat dapat mengakibatkan kemarahanpada Tuhan, atau individu mungkin
memandang stresor sebagaihukuman.

23
BAB III
A. Kesimpulan
Stres adalah sekumpulan perubahan fisiologis akibat tubuh terpapar terhadap

bahaya ancaman. Stres memiliki dua komponen: fisik yakni perubahan fisiologis dan

psikogis yakni bagaimana seseorang merasakan keadaan dalam hidupnya. Perubahan

keadaan fisik dan psikologis ini disebut sebagai stresor (pengalaman yang menginduksi

respon stres)Stress yang dialami seseorang tidak mungkin secara langsung, beberapa

tahap akan muncul dalam diri seesorang tersebut, apabila stress tidak dapat

ditanggulangi maka akan berdampak lebih lanjut. ?leh sebab itu, terapkanlah sebuah

manajemen agar  keadaan seesorang tersebut masih bisa terkon

B. Saran
Kesehatan merupakan harta yang paling berharga bagi manusia, oleh karena itu

jagalah kesehatan sebagaimana mestinya. Stress dapat dikatakan sebagai salah satu tes

mental bagi jiwa manusia walaupun tidak dapat dipungkiri stress juga berdampak pada

fisik manusia. 'ntuk menghindari stress dapat dilakukan dengan menjaga kondisi tubuh

antara input dan output agar tetap seimbang (homeostatis). Sebagai manusia terapi

psikologis juga diperlukan untuk membangun spirit hidup, terapi psikologis yang paling

sederhana dapat dilakukan dengan cara selalu berpikir positif. Berpikir positif akan

selalu membawa manusia kepada hal-hal yang menjurus kepada keberhasilan dan sikap

optimisme, selain itu berpikir positif juga dapat mengurangi dampak stress pada diri

seseorang.

24
DAFTAR PUSTAKA

Kozier, Barbara. Erb, Glenora. Berman, Audrey. Snyder, Shirlee J. 2011. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC.
Potter, P.A, Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata. Komalasari,dkk.Jakarta:EGC.

25

Anda mungkin juga menyukai