FKP.N. 50-19 Sus G PDF
FKP.N. 50-19 Sus G PDF
SKRIPSI
CROSS-SECTIONAL STUDY
Oleh:
ARSI SUSILAWATI
NIM. 131711123049
SKRIPSI
CROSS-SECTIONAL STUDY
Oleh:
ARSI SUSILAWATI
NIM. 131711123049
SURAT PERNYATAAN
Saya bersumpah bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum pernah
dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang
Surabaya,
Yang menyatakan
Arsi Susilawati
NIM. 131711123049
HALAMAN PERNYATAAN
Arsi Susilawati
NIM. 131511123049
SKRIPSI
Oleh:
ARSI SUSILAWATI
13171123049
Oleh
Pembimbing Ketua
Pembimbing
Mengetahui
a.n Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga
Wakil Dekan I
Dr.Kusnanto,S.Kp.,M.Kes
NIP: 196808291989031002
SKRIPSI
Oleh :
Arsi Susilawati
NIM. 131711123049
TELAH DIUJI,
Pada tanggal, 30 Januari 2019
PANITIA PENGUJI
Mengetahui
a.n Dekan
Wakil Dekan I
MOTTO
“Jadilah seperti pohon yang tumbuh dan berbuah lebat. Dilempar dengan batu,
tapi membalasnya dengan buah”
(Abu Bakar R.A)
UCAPAN TERIMAKASIH
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat,
hidayat dan petunjuk-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Gambaran Kesiapan Tenaga Kesehatan Dalam Manajemen Bencana Di
Puskesmas Wilayah Rawan Bencana Di Kabupaten Sumbawa Barat “. Skripsi
ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan
(S.Kep) pada Program Studi Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas
Airlangga.
Penyusunan skripsi ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena
itu bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya dengan hati yang penuh ketulusan kepada :
4. Ni Ketut Alit Armini, S.Kp., M.Kes selaku pembimbing akademik yang telah
menyediakan waktu untuk membimbing, mengarahkan, memberikan masukan
dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
5. Erna Dwi Wahyuni, S.Kep.,Ns., M.Kep selaku ketua penguji yang telah
memberikan masukan, arahan dan waktu demi kesempurnaan skripsi ini.
6. Harmayetty, S.Kp., M.Kes selaku penguji proposal yang telah memberikan
saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.
7. Suhadi, SP. M.Si selaku a.n Kepala BAPPEDA LITBANG Kabupaten
Sumbawa Barat yang telah memberikan ijin kepada peneliti dalam
melaksanakan pengambilan data penelitian.
8. H. Tuwuh, SAP. selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat
yang telah memberikan ijin kepada peneliti dalam melaksanakan pengambilan
data penelitian.
9. Kepala Puskesmas se-Kabupaten Sumbawa Barat yang telah memberikan ijin
kepada peneliti dalam melaksanakan pengambilan data awal dan pengambilan
data penelitian.
10. Teman-teman sejawat yang telah menjadi pendamping penelitian atas
kesediaan dan waktunya dalam memberikan bantuan kepada penulis dalam
proses pengambilan data penelitian.
11. Orangtua tersayang, bapak, mama dan ummi atas doa yang selalu menyertai
setiap langkah penulis dalam melanjutkan pendidikan. Terspesial untuk bapak
tercinta atas segala kasih sayang, motivasi dan dukungan yang selalu diberikan.
12. Dua buah hati tercinta, mbak Vira dan abang Revan atas cinta, doa dan
kesabarannya selama ini yang telah memotivasi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
13. Seseorang terkasih atas kepercayaan, dukungan, semangat, doa, waktu, tenaga,
pikiran, perhatian dan kasih sayang kepada penulis sehingga dapat memotivasi
dalam menyelesaikan skripsi ini.
14. Kakak dan mbak tersayang atas segala semangat, dukungan, doa, dan
perhatiannya selama ini yang telah memotivasi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
15. Oy, Cape, Nina, Arya, dan Mono, adik-adik tersayang, terima kasih atas
dukungan dan doanya yang telah memotivasi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
16. Segenap keluarga yang telah memberikan doa dan dukungannya dalam proses
penulis menyelesaikan skripsi ini.
17. Jupe, Ijahh, Reko, Princess, Richa, Nope, dan kak Edda terimakasih buat
waktu, pikiran, dukungan, pembelajaran dan perjuangan bersama yang telah
memotivasi penulis untuk semangat dan yakin dalam menyelesaikan skripsi
ini.
18. Aca Ike, Yemi, Herlin, Diahe, Desi, Celly, Dewi, Nung, dan Nurfi terimakasih
buat dukungan dan doanya.
19. Angkatan Ksatria Airlangga B20 dan teman-teman seperjuangan AJ1 B20
khususnya kelompok 6 dan Fakultas Keperawatan serta semua pihak yang
membantu penyelesaian skripsi ini.
Semoga Tuhan membalas budi baik semua pihak yang telah memberi
kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis sadari
bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, tetapi penulis berharap skripsi ini bermanfaat
bagi pembaca dan bagi keperawatan.
Penulis
ABSTRAK
ABSTRACT
By : Arsi Susilawati
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ...................................................................................................... i
Halaman Judul & Prasyarat Gelar .................................................................... ii
Surat Pernyataan .................................................................................................. iii
Lembar Pernyataan .............................................................................................. iv
Lembar Persetujuan ............................................................................................. v
Lembar Penetapan Panitia Penguji ................................................................... vi
Motto ....................................................................................................................... vii
Ucapan Terima Kasih .......................................................................................... viii
Abstrak ................................................................................................................... xi
Abstract ................................................................................................................... xii
Daftar Isi ................................................................................................................ xiivi
Daftar Tabel ........................................................................................................... xvii
Daftar Gambar ...................................................................................................... xviii
Daftar Lampiran ................................................................................................... xix
Daftar Singkatan ................................................................................................... xxviii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................................... 5
1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 5
1.4.1 Manfaat Teoritis .................................................................................. 5
1.4.2 Manfaat Praktis ................................................................................... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 7
2.1 Konsep Bencana ............................................................................................... 7
2.1.1 Definisi Bencana ............................................................................... 7
2.1.2 Klasifikasi Bencana Alam ............................................................... 8
2.1.3 Macam-Macam Bencana Alam di Sekitar Kita .............................. 9
2.1.4 Potensi dan Ancaman Bencana ....................................................... 13
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Fasilitas Survey Pengambilan Data Awal ......... 129
Lampiran 2 Surat Keterangan Lulus Kaji Etik ...................................................... 130
Lampiran 3 Surat Permohonan Fasilitas Pengambilan Data Penelitian............... 131
Lampiran 4 Surat Izin Kegiatan Penelitian BAPPEDA LITBANG KSB .......... 132
Lampiran 5 Lembar Penjelasan Penelitian ............................................................ 133
Lampiran 6 Print Out Email Konfirmasi Penggunaan Kuisioner Instrumen
Penelitian.................................................................................................................. 135
Lampiran 7 Lembar Kesediaan Menjadi Responden ........................................... 136
Lampiran 8 Lembar Kuisioner Data Sosiodemografi .......................................... 137
Lampiran 9 Lembar Kuisioner Pengetahuan ......................................................... 138
Lampiran 10 Lembar Kuisioner Sikap ................................................................... 141
Lampiran 11 Lembar Kuisioner Praktik/Pengalaman Sebelumnya ..................... 143
Lampiran 12 Print Out Hasil Uji Statistik ............................................................. 146
DAFTAR SINGKATAN
BAB 1
PENDAHULUAN
serta mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat bencana yang merupakan suatu
kejadian yang tidak diinginkan dan biasanya terjadi secara mendadak serta
menimbulkan korban jiwa (Menteri Kesehatan RI, 2006). Salah satu kendala yang
Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan yang dapat difungsikan baik dari segi
jumlah dan jenis serta kompetensinya (Menteri Kesehatan RI, 2006). Menurut
kesehatan untuk pelayanan kesehatan pada kejadian bencana sangat perlu untuk
Indonesia (IRBI) Tahun 2013, Kabupaten Sumbawa Barat yaitu salah satu
resiko tinggi terhadap bencana gempa bumi (BNPB, 2015b). Untuk dapat
meminimalisir kerugian akibat bencana yang terjadi, peran tenaga kesehatan yang
tanggap dan siap sangat diperlukan (Tatuil, Mandagi and Engkeng, 2015). Namun
1
2
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
sejauh ini, tingkat kesiapan dan kompetensi manajemen bencana tenaga kesehatan
seringkali dan tidak terduga, yaitu di antaranya gempa bumi, tsunami, tanah
longsor, letusan gunung berapi, banjir, dan kekeringan (CFE-DM, 2018). Indonesia
berada di atas sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera,
Jawa, Nusa Tenggara dan Sulawesi, yang didominasi pegunungan vulkanik aktif,
dan menyebabkan 87% wilayah Indonesia rawan bencana alam (Putra et al., 2015).
2.862 kejadian bencana alam, diantaranya banjir (34,2%), puting beliung (31%),
tanah longsor (29,6%), kebakaran hutan dan lahan (3,4%), gempa bumi (0,7%),
Nusa Tenggara Barat (NTB), merupakan salah satu provinsi yang sering
mengalami ancaman bencana alam. BNPB mencatat pada 2017, provinsi ini
beliung (14), kekeringan (9), tanah longsor (6), dan kebakaran hutan dan lahan (1)
korban luka-luka dan 903.277 orang mengungsi (BNPB, 2018b). Secara materiil,
kejadian tersebut mengakibatkan 92 rumah rusak berat, 167 rumah rusak sedang,
948 rumah rusak ringan, 8.599 rumah terendam banjir dan 31 fasilitas umum dan
terjadi gempa bumi di NTB, yang disusul oleh rangkaian gempa susulan di
sepanjang bulan Agustus 2018, mengakibatkan korban jiwa dan materiil. Hingga
tanggal 21 Agustus 2018, BNPB (2018) mencatat 515 orang meninggal dunia dan
7.145 orang korban luka-luka dan 431.416 orang mengungsi. Secara materiil,
bencana tersebut mengakibatkan 73.843 rumah dan 798 fasilitas umum dan sosial
rusak.
berfungsi sebagai titik pusat koordinasi mitigasi bencana dan koordinator sinergi di
UNISDR menekankan bahwa rumah sakit dan fasilitas perawatan kesehatan lainnya
merupakan aset penting bagi masyarakat dalam upaya reduksi dampak bencana
pendirian pos kesehatan 24 jam di sekitar lokasi bencana, upaya gizi, Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA) dan sanitasi pengungsian, upaya kesehatan jiwa serta upaya
rentan pada fase akut bencana (Tatuil, Mandagi and Engkeng, 2015). Mereka perlu
untuk membekali diri dengan skill manajemen bencana yang baik (Tatuil, Mandagi,
kesehatan yang bekerja di Puskesmas Poto Tano, Kabupaten Sumbawa Barat belum
terlibat langsung dalam penanganan bencana. Hal ini menunjukkan bahwa kesiapan
masih diragukan.
untuk mengatasi ancaman yang menimpanya (BNPB, 2015b). Upaya ini dapat
pembangunan jalur jejaring bantuan (Husna, 2011). Namun, upaya tersebut belum
profesional telah menyebabkan tenaga kesehatan gagal untuk berperan saat bencana
Rumusan masalah dalam studi ini adalah “Apakah ada hubungan antara latar
1 Bagi responden
bencana.
Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat berupa laporan akhir yang dapat
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
secara meluas dan dirasakan oleh masyarakat, berbagai material dan lingkungan
mengatasinya dengan sumber daya yang ada (Khambali, 2017). Bencana alam
merupakan konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami, baik peristiwa fisik, seperti
letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor, dan aktivitas manusia (Khambali,
2017).
dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan/atau faktor non
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU
faktor alam, non alam, dan manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2007 tersebut juga mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana non
alam, dan bencana sosial. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa
gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
7
8
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
longsor. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. Bencana sosial adalah bencana yang
manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas
masyarakat, dan teror. Kejadian bencana merupakan peristiwa bencana yang terjadi
dan dicatat berdasarkan tanggal kejadian, lokasi, jenis bencana, korban dan/ataupun
kerusakan. Jika terjadi bencana pada tanggal yang sama dan melanda lebih dari satu
jenis, yaitu :
Bencana alam ini diakibatkan oleh gaya-gaya yang berasal dari dalam bumi
(gaya endogen). Contoh bencana alam geologis adalah gempa bumi, letusan
Bencana alam klimatologis adalah bencana alam yang diakibatkan oleh faktor
angin dan hujan. Termasuk dalam bencana alam klimatologis adalah banjir,
badai, banjir bandang, angin puting beliung, kekeringan, dan kebakaran alami
permukaan bumi maka akan menyebabkan bencana alam yang dahsyat bagi
1) Banjir
Banjir yaitu peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu daerah atau
2) Banjir bandang
Banjir bandang yaitu banjir yang datang secara tiba-tiba dengan debit air yang
Kebakaran hutan dan lahan merupakan suatu keadaan di mana hutan dan lahan
aktivitas dan kesehatan masyarakat sekitar. Hutan yang terbakar juga bisa
4) Gempa bumi
bumi akibat dari tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, aktivitas gunung
api atau runtuhan batuan. Gempa dengan skala tinggi dapat membuat luluh
lantak apa yang ada di permukaan bumi. Kebanyakan gempa bumi disebabkan
dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang lempengan yang
bergerak. Semakin lama tekanan itu semakin membesar dan akhirnya mencapai
pada keadaan di mana tekanan itu tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran
5) Tsunami
Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak lautan
pergeseran di dasar laut akibat gempa bumi yang menyapu daratan akibat
adanya gempa bumi di laut, tumbukan benda besar/cepat di laut, angin ribut,
dan lain sebagainya yang dapat menyapu bersih permukiman penduduk dan
menyeret segala isinya ke laut lepas yang dalam sehingga dampaknya bisa
membunuh banyak manusia dan makhluk hidup. Tsunami dapat terjadi akibat
gunung berapi, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi.
(1) Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0-30 KM)
(3) Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun.
Letusan gunung api adalah bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan
istilah "erupsi". Bahaya letusan gunung api dapat berupa awan panas, lontaran
material (pijar), hujan abu lebat, lava, gas racun, tsunami dan banjir lahar.
Angin puting beliung adalah angin kencang yang datang secara tiba-tiba,
50 km/jam hingga menyentuh permukaan bumi dan akan hilang dalam waktu
8) Tanah longsor
Tanah longsor adalah salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun
kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng. Batu, pohon, pasir dan bahan
alam lainnya bisa ikut longsor menghancurkan apa saja yang ada di bawahnya
sehingga jika ada orang atau permukiman penduduk di atas tanah longsor
tersebut atau dibawah tanah yang jatuh itu akan sangat berbahaya. Longsor atau
biasa disebut gerakan tanah merupakan suatu peristiwa geologi yang terjadi
akibat pergerakan batuan atau tanah berbagai tipe dan jenis, misalnya jatuhnya
karena efek terjadinya siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia dan berpotensi
kuat menimbulkan bencana alam. Indonesia bukan daerah lintasan siklon tropis
10) Abrasi
Abrasi merupakan proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan
arus laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai.
oleh gejala alami, namun manusia sering disebut sebagai penyebab utama
abrasi.
12) Kekeringan
Kekeringan adalah terjadinya kesenjangan antara air yang tersedia dengan air
yang diperlukan, berbeda dengan kondisi kering yang diartikan sebagai kondisi
jumlah curah hujan yang sedikit. Kekeringan dapat timbul karena gejala alam
yang terjadi, seperti pergantian musim yang merupakan dampak dari iklim.
Pada musim kemarau, sungai akan mengalami kekeringan sehingga sungai dan
menggunakan sistem pengairan dari air hujan juga akan mengalami kekeringan
dan tidak dapat menghasilkan panen serta pasokan air bersih juga berkurang.
bencana yaitu bahaya alam (natural hazards) dan bahaya karena ulah manusia
selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang
memanjang dari Pulau Sumatera, Jawa sampai Nusa Tenggara dan Sulawesi,
yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang
sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami,
Wilayah Indonesia terletak di daerah iklim tropis dengan dua musim yaitu
panas dan hujan dengan ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu dan arah angin
yang cukup ekstrim. Kondisi iklim seperti ini digabungkan dengan kondisi
topografi permukaan dan batuan yang relatif beragam, baik secara fisik
itu dapat menimbulkan beberapa akibat buruk bagi manusia seperti terjadinya
(banjir, tanah longsor dan kekeringan) yang terjadi secara silih berganti di
bencana.
yang selama ini bertumpu pada eksploitasi sumber daya alam (terutama dalam
skala besar) menyebabkan hilangnya daya dukung sumber daya ini terhadap
kehidupan masyarakat.
Potensi bencana lain yang tidak kalah seriusnya adalah faktor keragaman
mencapai 220 juta jiwa yang terdiri dari beragam etnis, kelompok, agama dan
tidak dimiliki bangsa lain. Namun karena pertumbuhan penduduk yang tinggi
(BNPB, 2017)
Menurut (Carter, 2008) umumnya dampak dari bencana adalah sebagai berikut:
1. Hilangnya jiwa
2. Cidera
3. Kerusakan properti
5. Gangguan produksi
pemerintahan
(Carter, 2008)
ancaman yang paling mungkin terjadi terhadap objek studi serta penganalisisan
melalui suatu tindakan analisis ancaman bencana dan suatu evaluasi terhadap
Analisis manfaat biaya merupakan suatu metode yang digunakan untuk memilih
opsi dengan cara memberi keseimbangan antara biaya setiap pilihan dengan
2. Analisis Dampak dan Model Kegagalan (Failure Modes and Effects Analysis)
Peta risiko merupakan gambaran suatu masyarakat atau wilayah geografis yang
bencana.
suatu wilayah dengan menggunakan berbagai skala peta, penutupan lahan, dan
detail lainnya.
(Khambali, 2017)
risiko.
1. Ancaman
2. Kerentanan
Kerentanan merupakan suatu kondisi yang ditentukan oleh berbagai faktor fisik,
3. Kapasitas
Kapasitas adalah suatu kemampuan sumber daya yang dimiliki tiap orang atau
tiap kelompok di suatu wilayah yang dapat digunakan dan ditingkatkan dengan
(BNPB, 2014)
daerah masing-masing.
paparan ancaman.
5. Analisis kapasitas untuk mengidentifikasi kapasitas dan sumber daya yang ada
Oleh karena itu, untuk mengurangi risiko bencana maka diperlukan upaya-
(2) Sarana dan prasarana kesehatan (rumah sakit, puskesmas, dan lain-lain).
(4) Data cakupan pelayanan kesehatan (imunisasi, KIA, gizi, dan lain-lain).
bumi, letusan gunung berapi, angin puyuh, banjir, tanah longsor, kebakaran
3. Karakteristik bahaya
1) Frekuensi
2) Dampak
3) Keluasan
Rentang waktu peringatan gejala awal hingga terjadinya dan lamanya proses
bencana berlangsung.
4. Kerentanan fisik
pemeliharaannya).
langsung).
5. Manajemen kebijakan
pembiayaan.
bencana.
4) Keluaran
harus diprioritaskan
(BNPB, 2015)
No.24, 2007).
dan mempersiapkan kerangka untuk membantu orang yang rentan bencana dalam
proses pembentukan atau penetapan tujuan bersama dan nilai bersama (common
(Khambali, 2017).
1. Mencegah dan membatasi jumlah korban manusia serta kerusakan harta benda
korban.
daerah asal bila memungkinkan atau merelokasi ke daerah baru yang layak huni
dan aman.
(BNPB, 2015a)
manajemen bencana nasional untuk sebagian besar negara yang dijelakan oleh
terkait dengan aspek lain dari kebijakan nasional, terutama yang berkaitan
(Carter, 2008)
bencana yang secara umum melaksanakan fungsi pertama dan utama dalam
lokal.
Secara umum manajemen bencana dan keadaan darurat adalah tahapan pra
bencana, saat bencana, dan pasca bencana, Untuk daerah-daerah yang kerap
tertimpa bencana, entah itu yang dibuat manusia (banjir, longsor, luapan lumpur,
dan lain-lain) ataupun yang tak terduga secara awam (gempa tektonik, vulkanik,
angin puting beliung, dan lain-lain), dan menerapkan tahapan-tahapan kerja yang
1. Riset (pelajari fenomena alam yang akan terjadi secara umum atau khusus di satu
daerah).
assessment).
6. Tindakan penyelamatan.
7. Komunikasi.
8. Penanganan darurat.
9. Keberlangsungan penanganan.
12. Simulasi. Setelah memiliki petugas yang cakap dan berpengetahuan, setiap
(BNPB, 2015a)
(2008), ada tiga tahapan kunci dari kegiatan yang diupayakan dalam manajemen
Kegiatan pra bencana di upayakan untuk mengurangi korban dan kerugian harta
langkah pengurangan risiko pada tahap ini disebut sebagai kegiatan mitigasi dan
kesiapsiagaan.
Ini termasuk upaya yang dilakukan untuk memastikan bahwa kebutuhan dan
Upaya yang diambil sebagai tanggapan bencana dengan tujuan untuk pemulihan
dan rehabilitasi dini komunitas yang terkena dampak, segera setelah terjadinya
bencana, bereaksi selama dan segera setelah bencana, dan mengambil langkah-
langkah untuk pulih setelah bencana terjadi. Tindakan yang tepat merupakan hal
penting dalam siklus guna mendukung kesiapan yang lebih baik, peringatan yang
dan rencana publik yang baik untuk memodifikasi penyebab bencana atau
mengurangi dampaknya pada manusia, harta benda, dan infrastruktur. Mitigasi dan
peran kunci dalam berkontribusi pada mitigasi dan persiapan komunitas efektif untuk
menghadapi bencana. Saat bencana terjadi, para pelaksana yang berperan dalam
darurat hingga fase pemulihan untuk jangka panjangnya (Khan, Vasilescu and Khan,
2008).
upaya penanggulangan bencana yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai
berikut:
1) Pencegahan (Prevention)
atau upaya yang dilakukan dengan tujuan untuk meminimalkan dampak yang
bencana alam, dan pada prinsipnya mitigasi merupakan usaha-usaha, baik itu
yang bersifat persiapan fisik (berupa penataan ruang kawasan dan kode
Bentuk mitigasi:
3) Kesiapsiagaan (Preparedness)
yang tepat guna dan berdaya guna (UU 24/2007). Sedangkan kesiapsiagaan
menanggapi suatu situasi bencana secara cepat dan tepat guna. Contohnya:
(5) Dokumentasi.
(1) Mengevaluasi risiko yang ada pada suatu negara/daerah tertentu terhadap
bencana.
respons/tanggapan.
(Khambali, 2017)
Kegiatan- kegiatan yang dilakukan pada tahap pra bencana adalah sebagai berikut:
bencana yang salah satunya terkait dengan penempatan dan mobilisasi SDM
kesehatan.
sebagai berikut:
bencana pada suatu daerah oleh lembaga yang berwenang (UU 24/2007 dalam
Tanggap darurat merupakan upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian
terutama berupa upaya penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi, dan
Korban relatif banyak akibat penyebab yang sama dan perlu pertolongan
segera dengan kebutuhan sarana, fasilitas, dan tenaga yang lebih dari yang
(2) Bencana
Bencana disertai permusuhan yang luas dan ancaman keamanan, serta arus
ancaman keamanan.
(1) Keterbatasan SDM. Tenaga yang ada umumnya mempunyai tugas rutin
lain.
bencana.
yang ditimbulkan.
(2) Efektif: sistem tanggap bencana harus tepat guna dan sesuai dengan
kebutuhan.
(3) Terukur: semua tahapan dan tindakan harus terukur, yakni disesuaikan
(4) Tepat sasaran: sistem tanggap bencana harus sesuai dengan tujuan dan
hasil akhir yang diharapkan, artinya sistem tanggap bencana harus memuat
kerangka tujuan yang jelas sehingga memiliki nilai fungsional yang positif
Bantuan darurat adalah upaya yang dilakukan untuk memberikan bantuan yang
1) Pemulihan (Recovery)
yang ada pada keadaan yang semula. Upaya yang dilakukan, yaitu:
memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar (jalan, listrik, air bersih, pasar,
2) Rehabilitasi (Rehabilitation)
umum, dan fasilitas sosial yang penting, dan menghidupkan kembali roda
perekonomian.
3) Rekonstruksi (Reconstruction)
masyarakat pada kondisi yang sama atau bahkan lebih baik dari sebelumnya.
kerugian harta benda yang tidak kita harapkan dapat terselamatkan secara cepat
dan tepat serta upaya pemulihan pasca bencana dapat dilakukan segera.
bencana ini yaitu sosialisasi kehati-hatian, terutama pada daerah yang rawan
bencana.
(CFE-DM, 2018)
Ini dipahami dengan baik dan diakui bahwa pemerintahan di sebagian besar
negara, berkaitan dengan berbagai macam bidang kebijakan utama. Hal ini biasanya
sebagainya. Bidang kebijakan utama semacam itu, tentu saja, harus diprioritaskan
dari sudut pandang pemerintah. Oleh karena itu, tidak realistis untuk mengharapkan
mengalokasikan dana dan sumber daya yang tidak dapat dibenarkan secara positif.
dan keterkaitan yang sesuai dengan kebijakan nasional lainnya. Ini jelas melibatkan
dalam beberapa kasus, mungkin kebijakan manajemen bencana yang baik dapat
timbal balik dan keuntungan yang dibawa ini kemungkinan akan datang.
bencana terhadap berbagai program dan proyek yang terlibat. Namun, pada
negara untuk mengatasi bencana karena sementara beberapa dari mereka dapat
manfaat dari kebijakan manajemen bencana yang terkait secara tepat dengan
pemerintah pusat, akan sangat disarankan untuk menganggap konsep ini sebagai
(CFE-DM, 2018)
diimplementasikan oleh semua pihak. Bencana adalah urusan semua pihak. Secara
1. Legislasi
2. Kelembagaan
Kelembagaan dapat ditinjau dari sisi formal dan non formal. Secara formal,
Bencana Daerah (BPBD). Dari sisi non formal, forum-forum baik di tingkat
yang terdiri unsur masyarakat sipil, dunia usaha, perguruan tinggi, media dan
lembaga internasional.
3. Pendanaan
Saat ini kebencanaan bukan hanya isu lokal atau nasional, tetapi melibatkan
2) Dana Kontijensi
3) Dana On-call
(BNPB, 2017)
kebutuhan dasar yang diperlukan segera sebagai respons dalam kejadian bencana
(Khambali, 2017).
kegiatan pengumpulan data dan informasi yang dilakukan dengan tujuan untuk
(Khambali, 2017)
1. Initial Health Assessment (penilaian masalah kesehatan awal) yang dalam hal ini
kepala puskesmas setempat. Hal ini dilakukan untuk menentukan jenis bantuan
dikontrol.
(Khambali, 2017)
1. Unsur medis: untuk menilai dampak dan kebutuhan pelayanan medis bagi
korban.
pengungsi.
1. Mempersiapkan RHA
2) Penetapan tim.
4) Komunikasi dan koordinasi dengan daerah kejadian dan tim lain (akses ke
2. Tim RHA
1) Petugas medis
2) Epidemiologi.
3) Kesehatan lingkungan.
4) Sosial.
Diharapkan tim memiliki kemampuan analisis yang baik dalam bidangnya, dapat
bekerja sama dan dapat diterima, memiliki kapasitas untuk mengambil keputusan.
3. Informasi awal
masalah.
4. Pengumpulan data/informasi
4) Data potensi Sumber Daya Manusia (SDM) di puskesmas dan dinas kesehatan
dan rumah sakit setempat yang masih dapat dimanfaatkan (jumlah, tempat, dan
5) Data dan potensi kesehatan yang ada di sekitar wilayah administrasi daerah
bencana/kejadian.
7) Data endemisitas penyakit menular potensial wabah yang selama ini ada.
9) Mengidentifikasi ketersediaan air bersih yang ada dan potensi yang masih
dapat dimanfaatkan.
6. Rekomendasi
5) Penyediaan makanan.
6) Bantuan lain yang diperlukan,baik dari tingkat di atasnya maupun dari sumber
lain.
sektoral.
2. Rencana Kontijensi
wilayah.
3. Rencana Operasi
terjadi kedaruratan.
2) Rencana operasi tidak selalu sesuai dengan keadaan nyata di lapangan sehingga
4. Rencana Pemulihan
sektor.
(Khambali, 2017)
depan, dalam keadaan tidak menentu, diman skenario dan tujuan disetujui, tindakan
manajerial dan teknis ditentukan, dan sistem untuk menanggapi kejadian disusun
agar dapat mencegah, atau mengatasi secara lebih baik keadaan atau situasi darurat
yang dihadapi.
(single hazard).
(Khambali, 2017)
Koordinasi memerlukan :
2. Adanya tujuan, peran dan tanggung jawab yang jelas dari organisasi.
1. Perencanaan
2. Pengorganisasian
3. Pengendalian
birokrasi yang ada serta didasari adanya hubungan antar manusia yang baik.
Kedaruratan/Bencana: Infrastruktur:
1. Pengalaman Penanggulangan 1. Komunikasi
(Frekwensi) 2. Informasi
2. Intensitas Sebelumnya 3. Transportasi
3. Jenis
Gambar 2.2 Skema Komponen Kepemimpinan Situasi Krisis (DEPKES RI, 2002)
kepemimpinan adalah:
1) Sumber daya yang ada: antara lain ketersediaan tenaga kesehatan, obat dan alat
transportasi.
1) Perencanaan (Planning)
ditetapkan.
(3) Perencanaan itu amat diperlukan dalam rangka mengarahkan tujuan dan
2) Pengorganisasian (Organizing)
dari perencanaan, yang penting demi adanya pembagian kerja yang setepat-
tepatnya.
3) Pendorongan (Motivating)
membina dan mendorong semangat kerja dan kerelaan kerja para pegawai
(2) Pendorongan itu penting sekali mengingat arti pentingnya faktor manusia
(1) Pengendalian atau kontrol adalah rangkaian kegiatan yang harus dilakukan
sebagainya.
(2) Dari hasil itu dapatlah diadakan penyempurnaan, evaluasi dan penentuan
pelaksanaannya.
1. Komponen
3) Pertemuan reguler
Rumah Sakit
Umum (RSU) Koordinasi Satuan Pelaksana
Kab/Kota PMK Dinkes Penanggulangan Bencana dan
Kab/Kota LKB Pengungsian (SATLAK PBP)
Satuan Petugas
Puskesmas Puskesmas di Penanggulangan
Wilayah Lain Lokasi Bencana Dan
Bencana Pengungsian
(Satgas PBP)
Kecamatan
LOKASI
Organisasi Non Pemerintah Disdokes/Denkesyah
BENCANA
(ORNOP)/Lembaga (Detasemen Kesehatan
Swadaya Masyarakat Wilayah)
(LSM)
guna menekan angka morbiditas dan mortalitas. Hal dipengaruhi oleh jumlah
korban, keadaan korban, geografi, lokasi, fasilitas yang tersedia di lokasi dan
sumberdaya yang ada. Faktor lain yang juga mempengaruhi adalah : organisasi di
menghasilkan output/ keluaran yang maksimal sesuai sumber daya yang ada
organisasi yang terlibat penanggulangan bencana di lapangan. Dalam hal ini perlu
jawab dan otoritas dari masing-masing komponen/ organisasi yang terus menerus
dilakukan secara lintas program dan lintas sektor mulai saat persiapan, saat
3) Melakukan mobilisasi tim pelayanan ke lokasi bencana (On site) serta tim
kesiapan, respons, pencegahan dan mitigasi, serta rehabilitasi dan pemulihan dalam
jawab atas mobilisasi dan penyaluran peralatan dalam respons bencana yang
darurat juga memimpin dalam kesiapan dan respons. BNPB dijalankan oleh Kepala
BNPB dan memiliki empat wakil; Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan,
Deputi Tanggap Darurat, Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi, dan Deputi
Bidang Logistik dan Peralatan. BNPB terdiri dari komite pengarah manajemen
bencana terdiri dari Kepala Sekretariat; deputi untuk pencegahan dan kesiapsiagaan,
Bencana ditunjuk oleh parlemen, dan terdiri dari 18 anggota termasuk pejabat (CFE-
DM, 2018).
Kepala BNPB :
Sekretaris Pertahanan Nasional
Unit Teknis
nyawa;
menghadapi bencana;
(BNPB, 2015)
bencana
bencana yang cepat dan andal, yang dialokasikan mulai tahapan siaga darurat,
pakai (On Call) untuk bantuan darurat dan pelayanan pengungsi, operasi
penggunaan anggaran.
4. Strategi Pembiayaan
bencana bersumber dari dana APBN, APBD dan/atau masyarakat, serta pada
lainnya
secara elektronik.
penanggulangan bencana.
adanya sarana dan prasarana yang memadai dan terpelihara dengan baik,
menjadi sangat penting seperti penyediaan gedung dan kantor, ruang kerja
yang nyaman dan memadai, sarana dan prasarana pendukung kinerja lainnya
(BNPB, 2015b)
(BNPB, 2015a)
(BNPB, 2015b)
Suna (2018), yang melibatkan 120 perawat bagian gawat darurat di 4 Rumah Sakit
di daerah Jawa ini menunjukkan bahwa perawat gawat darurat memiliki tingkat
(Rizqillah and Suna, 2018). Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Moh.
Syafar Sangkala, Marie Frances Gerdtz (2017) yang melibatkan 254 koordinator
terbaik untuk mencapai kesiapsiagaan bencana yang efektif (Syafar and Frances,
2018).
2.7.1 Pengetahaun
1. Definisi
Menurut Notoatmodjo (2005) pengetahuan adalah hasil dari “Tahu” dan ini
dorongan fisik dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun dengan dorongan
adalah :
1) Umur
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya
2) Jenis Kelamin
3) Pendidikan
dengan tujuan agar terjadi perubahan perilaku yaitu dari yang tidak tahu
banyak aspek positif dari objek yang diketahui akan menumbuhkan sikap yang
4) Pekerjaan
jenis pekerjaan yang sering berinteraksi dengan orang lain lebih banyak
5) Sumber Informasi
Sumber informasi adalah data yang diproses ke dalam suatu bentuk yang
mempunyai arti sebagai si penerima dan mempunyai nilai nyata dan mersa bagi
sarana komunikasi sebagai bentuk media massa seperti radio, televisi, surat
dan kepercayaan semua orang. Adanya informasi baru mengenai suatu hal
2.7.2 Sikap
1. Definisi
cara menempatkan atau membawa diri, merasakan, jalan pikiran dan perilaku.
perasaan. Dalam hal ini, sikap seseorang terhadap suatu objek tertentu adalah
kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi satu sama lain (Wawan and
M, 2010).
2. Komponen Sikap
Menurut Sarwono, dkk (2009) terdapat tiga komponen sikap yang saling
individu mengenai objek sikap, dapat berupa keyakinan atau tanggapan, kesan.
individu terhadap objek sikap yang berasal dari masa lalu. Respon yang
dimaksud dapat berupa tindakan yang dapat diamati dan dapat berupa niat atau
3. Tingkatan Sikap
yaitu :
diberikan
siap menanggung segala resiko atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
(Notoatmodjo, 2003)
psikologi.
2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting, cenderung memiliki sikap yang
seseorang.
4) Media massa, sebagai sarana komunikasi berupa media massa seperti televisi,
radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap
5) Faktor emosional, bentuk sikap yang didasari oleh emosi yang berfungsi
pertahanan ego.
5. Fungsi Sikap
1) Fungsi instrumental, sikap yang dikaitkan dengan alasan praktis atau manfaat
2) Fungsi pertahanan ego, sikap yang diambil untuk melindungi diri dari
3) Fungsi nilai ekspresi, sikap yang menunjukkan nilai yang ada pada dirinya.
Sistem nilai individu dapat dilihat dari sikap yang diambil individu
bersangkutan.
4) Fungsi pengetahuan, setiap individu memiliki motif untuk ingin tahu, mengerti,
kehidupan sehari-hari.
5) Fungsi penyesuaian sosial, sikap yang diambil sebagai bentuk adaptasi dengan
lingkungannya.
(Maulana, 2009)
memberikan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya
individu tersebut akan melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui atau
pengalaman individu sebagai tenaga kesehatan dalam segala upaya yang berkaitan
2.7.4 Sosiodemografi
Faktor sosiodemografi sebagai variabel yang dalam hal ini adalah data suatu
1. Umur
hidup yang diukur dengan tahun yang dihitung sejak dilahirkan. Ajzen (2005)
menyampaikan bahwa pekerja usia 20-30 tahun mempunyai motivasi kerja relatif
lebih rendah dibanding pekerja yang usianya lebih tua, karena pekerja yang lebih
muda belum berdasar pada landasan realitas, sehingga pekerja muda lebih sering
kinerja dan kepuasan kerja, semakin lanjut usia seseorang maka semakin meningkat
2. Jenis kelamin
kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin
tertentu. Misalnya, bahwa manusia jenis kelamin laki-laki adalah manusia yang
alat reproduksi seperti rahim dan saluran untuk melahirkan, memproduksi sel telur,
3. Tingkat pendidikan
motivasi kerja seseorang. Dengan kata lain bahwa pekerja yang mempunyai latar
belakang pendidikan yang tinggi akan mewujudkan motivasi kerja yang berbeda
tinggi memiliki motivasi yang lebih baik karena telah memiliki pengetahuan dan
wawasan yang lebih luas dibandingkan dengan pekerja yang memiliki pendidikan
tingkah laku lainnya dalam masyarakat tempat ia hidup, proses sosial yakni orang
dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol, sehingga dia
keterampilan yang telah diketahui dan dikuasai seseorang yang akibat dari
perbuatan atau pekerjaan yang telah dilakukan selama beberapa waktu tertentu.
Dengan pengalaman yang didapat seseorang akan lebih cakap dan terampil serta
waktu atau masa kerja yang telah ditempuh seseorang untuk dapat memahami
tugas-tugas suatu pekerjaan dan telah dilaksanakan dengan baik. Menurut Djauzak
seseorang adalah waktu (lama bertugas), frekuensi, jenis tugas, penerapan dan hasil.
(Malayu, 2007)
tertangkap oleh panca indera dan tersimpan dalam memori. Pengalaman dapat
diperoleh ataupun dirasakan saat peristiwa baru saja terjadi maupun sudah lama
berlangsung. Pengalaman yang terjadi dapat diberikan kepada siapa saja untuk
sebagai tenaga kesehatan dalam segala upaya penanggulangan bencana yang pernah
terjadi sebelumnya.
pekerjaan saat ini atau di masa depan. Definisi tersebut menggambarkan bahwa
yang terencana. Hal ini dilakukan melalui upaya untuk membantu mengembangkan
maupun di masa yang akan datang. Ini berarti bahwa pelatihan dapat dijadikan
sebagai bagian dari pendidikan yang mengandung proses belajar untuk memperoleh
dan meningkatkan keterampilan, waktu yang relatif singkat dan metode yang lebih
mengutamakan praktek daripada teori. Hal yang diteliti disini hanya keikutsertaan
(Malayu, 2007)
Pada saat terjadinya bencana perlu adanya mobilisasi SDM kesehatan yang
tergabung dalam suatu Tim Penanggulangan Krisis di puskesmas yaitu Tim Gerak
Cepat (TGC). Tim Gerak Cepat merupakan tim yang diharapkan dapat segera
bergerak dalam waktu 0-24 jam setelah ada informasi kejadian bencana ataupun
KLB (Menteri Kesehatan RI, 2006). Tim ini terdiri dari tenaga medis dan tenaga
kesehatan lainnya. Hal yang di teliti adalah keterlibatan tenaga kesehatan yang
BAB 3
MANAJEMEN BENCANA
( Tahap Pra bencana)
78
79
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dari mitigasi sendiri adalah pencegahan dan pengurangan dampak, dimana bisa
dimulai dengan tahap analisis resiko yaitu dengan mengidentifikasi kapasitas dan
sumber daya yang ada untuk mengurangi tingkat risiko atau dampak dari bencana.
Sumber daya di bidang kesehatan merupakan salah satu yang sangat penting untuk
Puskesmas sebagai pusat layanan kesehatan pada tingkat dasar dalam upaya
pengurangan resiko bencana harus disiapkan dengan disaster plan yang didukung
dengan peran serta tenaga kesehatan dalam manajemen bencana terutama pada
daerah yang memang diketahui sebagai daerah rawan bencana. Hal-hal yang harus
Puskesmas dalam manajemen bencana, sehingga hasil dari analisis tersebut dapat
H1 :
waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya
satu kali dalam satu waktu (Nursalam, 2017). Setiap objek penelitian hanya
diobservasi satu kali dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau
variabel subjek pada saat pemeriksaan dan tidak ada tindak lanjut.
4.2.1 Populasi
sebagai berikut:
81
82
Didapatkan hasil estimasi besar sampel dalam penelitian ini adalah 199
tenaga kesehatan dari total populasi 408 tenaga kesehatan yang bekerja di
n6 = 19
7. Puskesmas Maluk
n7 = (199/408) x (Populasi total di Puskesmas Maluk)
n7 = (199/408) x (39)
n7 = 19
8. Puskesmas Sekongkang
n8 = (199/408) x (Populasi total di Puskesmas Sekongkang)
n8 = (199/408) x (29)
n8 = 14
9. Puskesmas Tongo
n9 = (199/408) x (Populasi total di Puskesmas Tongo)
n9 = (199/408) x (25)
n9 = 12
sebagai berikut :
Tabel 4.1 Definisi Operasional Gambaran Kesiapan Tenaga Kesehatan Dalam Manajemen Bencana di Puskesmas Wilayah Rawan Bencana
di Kabupaten Sumbawa Barat
Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Skor
Variabel
independen
Latar belakang
sosiodemografi :
1. Umur Rentang kehidupan/lamanya hidup Usia responden Kuisioner Ordinal Remaja Akhir : 17-25
yang diukur dengan tahun yang tahun; Dewasa Awal :
dihitung sejak dilahirkan. 26-35 tahun; Dewasa
Akhir : 36-45 tahun;
Lansia awal 46-55
tahun
2. Jenis Pembagian dua jenis kelamin Jenis kelamin responden Kuisioner Nominal Laki-laki/perempuan
kelamin manusia yang ditentukan secara
biologis yang melekat pada jenis
kelamin tertentu.
3. Tingkat Proses seseorang mengembangkan Jenjang pendidikan terakhir Kuisioner Ordinal SPK/Diploma/Sarjana/
pendidikan kemampuan, sikap, dan bentuk- responden Magister : pendidikan
bentuk tingkah laku lainnya akan memberikan
sehingga dia dapat memperoleh pengetahuan sehingga
atau mengalami perkembangan terjadi peningkatan
kemampuan sosial dan kemampuan perubahan perilaku
individu yang optimal. yang positif
4. Pengalaman Keterampilan yang telah diketahui Pengalaman yang didapat Kuisioner Nominal Tempat bertugas dan
kerja dan dikuasai seseorang yang akibat seseorang akan lebih cakap lama bertugas
dari perbuatan atau pekerjaan yang dan terampil serta mampu
Untuk penelitian ini, instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data studi
sosiodemografi dengan pilihan jawaban diisi sesuai data dasar dari responden
yang pernah diikuti, dan keterlibatan dalam Tim Gerak Cepat (TGC). Untuk
aspek mulai dari definisi, klasifikasi, fase dan kegiatannya terhadap dampak
menentukan sikap mereka pada keterlibatan, fase dan kegiatannya pada tanggap
bencana. Item untuk bagian latihan terdiri jawaban ya-tidak-pasti. Skor semua
domain adalah set ke 60% cut-off point untuk membedakan yang memadai, tidak
memadai untuk pengetahuan dan latihan, dan positif, negatif untuk sikap.
1. Uji Validitas
(Arikunto, 2010).
pengujian validitas dan reliabilitas dan diteliti oleh para ahli dari kedokteran
diuji melalui studi percontohan dari populasi perawat yang sama. Pengujian
tabel ditentukan sesuai jumlah responden dan diuji dengan tingkat signifikan
5% (0,05). Item instrumen dianggap valid atau relevan jika r hitung > r tabel
yang telah ditentukan. Data yang diolah dengan menggunakan uji analisis
statistik Chi-Square.
2. Uji Reliabilitas
alat pengumpulan data karena instumen tersebut sudah baik. Apabila datanya
benar dan sesuai dengan kenyataan maka beberapa kali pun diambil akan tetap
sama (Arikunto, 2010). Alat pengukur dianggap reliabel jika digunakan 2 kali
atau lebih untuk mengukur gejala yang sama dan hasilnya relatif konsisten. Uji
dikelompokan dalam empat kelas dengan rank yang sama, maka ukuran
Untuk hasil uji reliabilitas dari Ahayalimudin, kuesioner ini dinilai dengan
Cronbach pada pengetahuan dan praktik muncul di atas 0,7, dan 0,660 untuk
sikap. Semua pertanyaan pada kuisioner ini telah dinyatakan valid dan reliabel
Lokasi penelitian ini dilakukan di semua Puskesmas (9) yang ada di wilayah kerja
Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa Barat dengan pertimbangan Puskesmas sebagai pusat
layanan kesehatan pada tingkat dasar dalam upaya pengurangan resiko bencana harus
disiapkan dengan disaster plan yang didukung dengan peran serta tenaga kesehatan
rawan bencana.
Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat. Setelah mendapat izin dari Dinas
penelitian kepada semua Kepala Puskesmas yang berada di wilayah kerja Dinas
Kesehatan Kab. Sumbawa Barat. Peneliti menjelaskan langkah dan tujuan penelitian
Penanggung Jawab yang di usulkan oleh Kepala Puskesmas yang kemudian bersedia
kesehatan yang bertugas di puskesmas tersebut (dokter, perawat, dan bidan). Peneliti
kemudian menjelaskan langkah dan tujuan penelitian serta cara pengisian kuisioner
4. Berdasarkan hasil cluster sampling yang telah ditentukan kemudian responden dipilih
yang tertulis nomor urut nama tenaga kesehatan (sesuai dengan list yang diberikan
sebelumnya oleh pendamping penelitian) yang diletakkan dalam suatu wadah. Jumlah
pengambilan kertas sesuai hasil cluster sampling. Akan tetapi, di beberapa Puskesmas
awalnya tidak terpilih mengajukan diri sebagai responden untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini, dengan rincian penambahan responden sebagai berikut Puskesmas Poto
responden, dan Puskesmas Brang Rea 1 responden. Sehingga total sampel yang
awalnya diperkirakan 199 responden yang akan terlibat dalam penelitian ini menjadi
211 responden.
5. Setelah peneliti mendapat persetujuan dari 211 responden yang terpilih, peneliti
memberikan kuisioner dalam bentuk tautan yang merujuk pada halaman google form
yang berisi penjelasan penelitian, informed consent, dan formulir kuisioner yang
berisi pertanyaan/soal.
tercantum di section 1 google form, serta mengisi lembar pernyataan persetujuan ikut
untuk ikut penelitian maka responden dapat memilih option “bersedia” pada lembar
pertanyaan kuisioner. Kuisioner diisi sesuai dengan kondisi yang dialami responden
saat itu. Tanggapan secara otomatis akan diterima peneliti secara Online.
7. Tanggapan yang masuk kemudian akan direkapitulasi sesuai dengan puskesmas asal
masing-masing responden, jika jumlah tanggapan yang masuk masih kurang dari
Secara garis besar analisis data meliputi langkah persiapan dan tabulasi data.
Proses yang dilakukan setelah pengumpulan data adalah pengolahan dan analisis data
dengan tahapan sebagai berikut coding, editing, entry, dan tabulating (Arikunto, 2010).
1. Coding, suatu usaha untuk memberikan kode terhadap jawaban yang ada pada
2. Editing, pemeriksaan kelengkapan isi kuisioner atau dengan kata lain memastikan
sebelum proses pemasukan data, agar data yang salah atau meragukan masih dapat
3. Entry, proses pemasukan data yakni berupa jawaban dari masing-masing responden
dalam bentuk kode ke dalam program atau software komputer. Setelah dilakukan
editing data tersebut dimasukkan kedalam program yang digunakan untuk mengolah
data menggunakan komputer dan perangkat lunak yang sesuai, data yang sudah
supaya mudah dalam dilakukan penjumlahan, disusun dan ditata agar dapat disajikan
dan dianalisis.
Analisis data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan
fenomena. Data mentah yang didapat, tidak dapat menggambarkan informasi yang
diinginkan untuk menjawab masalah penelitian (Nursalam, 2017). Data yang telah
statistik Chi-Square untuk melihat asosiasi. Uji normalitas ini digunakan untuk
mengetahui adanya korelasi atau hubungan, dikatakan berdistribusi normal jika hasil
penelitian didapatkan nilai α ≤ 0.05, yang artinya ada hubungan antara latar belakang
demografi dengan pengetahuan, sikap dan praktik tenaga kesehatan dalam manajemen
bencana.
menurut Nursalam (2016), merupakan hubungan antara variabel yang diamati dan
Sampel yang memenuhi kriteria inklusi : Tenaga kesehatan diantaranya dokter, perawat, dan
bidan yang bertugas di puskesmas. Berdasarkan penghitungan sampel Raosoft-Sample Calculator
didapatkan estimasi jumlah responden sebanyak 199 orang. Pada kenyataannya responden yang
terlibat lebih banyak yaitu 211 responden (adanya responden yang mengajukan diri)
Gambar 4.1 Kerangka kerja penelitian gambaran kesiapan tenaga kesehatan dalam
manajemen bencana di puskesmas wilayah rawan bencana di
Kabupaten Sumbawa Barat.
rekomendasi dari Dekan Program Studi Keperawatan Universitas Airlangga. Peneliti juga
melakukan uji etik terlebih dahulu ke bagian Komite Etik Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga, dan kemudian dinyatakan telah lulus uji etik dengan nomor
sertifikat etik No. 1228-KEPK (lihat lampiran 2). Setelah persetujuan diperoleh, penelitian
kriteria dan akan diteliti, bila subyek menolak maka peneliti tidak dapat memaksa dan
memberikan nama responden pada lembar alat ukur, hanya menuliskan kode lembar
pengumpulan data.
baik informasi maupun masalah – masalah lainnya. Semua informasi yang telah
Dalam azas berbuat baik (beneficience), penelitian ini memiliki manfaat dalam
1. Nilai sosial
layanan kesehatan pada tingkat dasar dalam upaya pengurangan resiko bencana
harus disiapkan dengan disaster plan yang didukung dengan peran serta tenaga
2. Nilai ilmiah
1. Penelitian ini tidak melibatkan proporsi jenis kelamin (laki-laki dan perempuan)
yang berimbang. Hal ini mengakibatkan besarnya resiko bias terhadap interpretasi
bencana.
2018 sampai dengan 28 Desember 2018 di 9 (sembilan) Puskesmas wilayah kerja Dinas
Data yang telah diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan narasi, terdiri dari
gambaran umum lokasi penelitian, data umum dan data khusus. Data umum tentang
sosiodemografi meliputi data usia, jenis kelamin, tingkat pengetahuan, tempat bekerja,
lama bertugas, pernah terlibat dalam kegiatan tanggap darurat bencana, pernah
pelatihan tentang manajemen bencana, dan termasuk dalam tim Gerak Cepat (TGC) di
menggunakan kuisioner yang disebarkan dalam bentuk tautan yang merujuk pada
98
99
Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI)
tinggi terhadap bencana gempa bumi. Tidak ditemukan adanya bukti ilmiah yang
Kabupaten Sumbawa Barat adalah satu dari 5 kabupaten yang ada di pulau
terluas di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Di sisi barat dan utara kabupaten berbatasan
antaranya dokter, perawat dan bidan yang bertugas di puskesmas sebanyak 211 orang
kelamin, tingkat pengetahuan, tempat bekerja, lama bertugas, pernah terlibat dalam
kegiatan tanggap darurat bencana, pernah pelatihan tentang manajemen bencana, dan
termasuk dalam tim Gerak Cepat (TGC) di Puskesmas atau tidak. Distribusi data umum
Secara umum, sebagian besar responden penelitian ini berusia 26-35 tahun
(63,5%) dengan tendensi jenis kelamin perempuan yang lebih banyak (77,3%)
(62,6%), masa kerja kurang dari lima tahun (54,5%), pernah terlibat dalam kegiatan
tanggap darurat bencana (57,8%), tidak pernah berpartisipasi sebagai peserta pelatihan
manajemen bencana (77,3%), dan tidak termasuk dalam Tim Gerak Cepat bencana di
Secara spesifik, sebagian besar responden (n=122) pernah terlibat dalam kegiatan
gempa bumi, banjir, dan vulkanik.. Keterlibatan mereka bervariasi, sebagian besar di
antaranya pada kejadian kurang dari satu tahun sebelum pengumpulan data (83,6%),
dan sisanya pada bencana yang terjadi pada 5 hingga 10 tahun sebelumnya (tabel 5.2).
Tabel 5.2 Data Spesifik Jenis Bencana dan Saat Terjadinya Bencana yang Pernah
Melibatkan Tenaga Kesehatan di Puskesmas Wilayah Rawan Bencana
Dalam Kegiatan Tanggap Darurat Bencana di Kabupaten Sumbawa Barat
No. Karakteristik Bencana N %
1. Jenis Bencana
Banjir 24 19,7
Gempa Bumi 97 79,5
Letusan Gunung Api 1 0,8
Bencana Alam Lainnya 0 0
Total 122 100
2. Saat Terjadinya Bencana
< 1 Tahun 102 83,6
1-2 Tahun Yang Lalu 5 4,1
2-5 Tahun
10 Yang Lalu 10 8,2
5-10 Tahun Yang Lalu 4 3,3
>10 Tahun Yang Lalu 1 0,8
Total 122 100
berpartisipasi pada jenis simulasi lapangan (77,1%) dan sebagian kecil lainnya
mengikuti pelatihan fungsional, drill bencana, dan Table Top (tabel 5.3).
Sedangkan pada data riwayat responden yang pernah mengikuti pelatihan tentang
manajemen bencana, dijabarkan juga jenis pelatihan manajemen bencana yang pernah
Tabel 5.3 Data Jenis Pelatihan Manajemen Bencana Yang Diikuti Tenaga Kesehatan
di Puskesmas Wilayah Rawan Bencana di Kabupaten Sumbawa Barat
No. Karakteristik Pelatihan Manajemen N %
Bencana
1. Jenis Pelatihan Manajemen Bencana
Yang Pernah Diikuti
Latihan Table Top 3 6,3
Simulasi Lapangan 37 77,1
Latihan Fungsional 4 8,3
Latihan Drill Bencana 4 8,3
Total 48 100
Data khusus akan disajikan data yang berkaitan dengan variabel yang diteliti
Responden penelitian ini sebagian besar memiliki pengetahuan yang baik tentang
dalam pemahaman manajemen tersebut. Lebih dari setengah total reponden memiliki
sikap yang negatif terhadap upaya manajemen bencana. Hal ini bermakna bahwa
tenaga kesehatan yang ada di Kabupaten Sumbawa Barat masih belum memahami
bencana untuk mengurangi dampak dari kejadian bencana di wilayah rawan bencana.
memiliki pemahaman yang cukup baik. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar
sebelumnya yang memadai dalam berbagai kegiatan yang terkait dengan manajemen
bencana.
Praktik/Pengalaman Sebelumnya
PENGETAHUAN
No Karakteristik Responden n Persentase
BAIK CUKUP KURANG (%)
n % N % N %
1 Umur <25 Tahun 25 17,7 15 25,4 1 9,1 41 19,4
26-35 Tahun 86 61 41 69,5 7 63,6 134 63,5
36-45 Tahun 26 18,5 3 5,1 3 27,3 32 15,2
46-55 Tahun 3 2,1 0 0 0 0 3 1,4
56-65 Tahun 1 0,7 0 0 0 0 1 0,5
Total 141 100 59 100 11 100 211 100
X² value 10,378a
p value 0,240
2 Jenis kelamin Laki-laki 38 27 10 17 0 0 48 22,7
Perempuan 103 73 49 83 11 100 163 77,3
Total 141 100 59 100 11 100 211 100
X² value 5,785a
p value 0,055
3 Tingkat SPK 4 2,8 0 0 0 0 4 1,9
Pendidikan DIPLOMA 79 56,1 43 72,9 10 90,9 132 62,6
SARJANA 58 41,1 16 27,1 1 9,1 75 35,5
Total 141 100 59 100 11 100 211 100
X² value 9,949a
p value 0,041
PENGETAHUAN
No Karakteristik Responden n Persentase
BAIK CUKUP KURANG (%)
n % n % N %
4 Tempat Puskesmas Poto Tano 15 10,6 12 20,3 0 0 27 12,8
Bekerja Puskesmas Seteluk 24 17,0 11 18,6 1 9,1 36 17,1
Puskesmas Taliwang 33 23,4 7 11,9 2 18,2 42 19,9
Puskesmas Brang Ene 10 7,1 5 8,5 0 0 15 7,1
Puskesmas Brang Rea 18 12,8 8 13,5 1 9,1 27 12,8
Puskesmas Jereweh 14 9,9 4 6,8 1 9,1 19 9,0
Puskesmas Maluk 17 12,1 2 3,4 0 0 19 9,0
Puskesmas Sekongkang 8 5,7 6 10,2 0 0 14 6,6
Puskesmas Tongo 2 1,4 4 6,8 6 54,5 12 5,7
Total 141 100 59 100 11 100 211 100
X² value 66,745a
p value 0,000
5 Lama <1 Tahun 18 12,8 8 13,5 1 9,1 27 12,8
Bertugas 1-5 Tahun 54 38,3 28 47,5 6 54,5 88 41,7
6-10 Tahun 45 31,9 17 28,8 2 18,2 64 30,3
11-15 Tahun 18 12,8 5 8,5 1 9,1 24 11,4
16-20 Tahun 3 2,1 1 1,7 0 0 4 2
21-25 Tahun 1 0,7 0 0 1 9,1 2 0,9
> 25 Tahun 2 1,4 0 0 0 0 2 0,9
Total 141 100 59 100 11 100 211 100
X² value 12,457a
p value 0,410
6 Pernah Terlibat Ya 88 62,4 31 52,5 3 27,3 122 57,8
Kegiatan
Tanggap Darurat
Bencana
Tidak 53 37,6 28 47,5 8 72,7 89 42,2
Total 141 100 59 100 11 100 211 100
X² value 6,101a
p value 0,047
7 Pernah Ya 37 26,2 11 18,6 0 0 48 22,7
Pelatihan
Manajemen
Bencana
Tidak 104 73,8 48 81,4 11 100 163 77,3
X² value 4,783a
p value 0,091
PENGETAHUAN
No Karakteristik Responden n Persentase
BAIK CUKUP KURANG (%)
n % n % N %
8 Termasuk Dalam Ya 43 30,5 12 20,3 1 9,1 56 26,5
Tim Gerak Cepat
(TGC) di
Puskesmas
Tidak 98 69,5 47 79,7 10 90,9 155 73,5
Total 141 100 59 100 11 100 211 100
X² value 4,014a
p value 0,134
*nilai signifikan p<0,05, tidak signifikan p>0,05
Hasil uji statistik Chi-Square dengan nilai signifikan p> 0,05 menjelaskan
bahwa umur dan pengetahuan responden tidak memiliki hubungan yang signifikan.
responden perempuan memiliki pengatahuan yang lebih baik jika dibandingkan pada
responden laki-laki. Namun, uji statistik pada penelitian ini menunjukkan tidak adanya
memiliki pengetahuan yang baik, dan responden berlatar Diploma dan Sarjana
sebagian besar memiliki pengetahuan baik. Pada subvariabel tempat bekerja dan
bekerja di lokasi akses informasi, sarana prasarana, dan fasilitas penunjang kerja yang
baik memiliki pengetahuan yang memadai tentang manajemen bencana. Hubungan ini
dikuatkan dengan nilai p<0,05 yang menjelaskan bahwa tempat bekerja dan
sebelumnya, dan keterlibatan responden dalam Tim Gerak Cepat (TGC) tidak
kabupaten Sumbawa Barat tidak dibekali dengan pengetahuan yang memadai dan di
pilih tidak berdasarkan kompetensi yang dimilikinya. Hal tersebut juga karena upaya
Tabel 5.6 Hubungan Data Sosiodemografi Dengan Sikap Tenaga Kesehatan Terhadap
Manajemen Bencana di Puskesmas Wilayah Rawan Bencana di Kabupaten
Sumbawa Barat
SIKAP
No Karakteristik Responden N Persentase
POSITIF NEGATIF (%)
N % N %
1 Umur <25 Tahun 22 22,9 19 16,5 41 19,4
26-35 Tahun 59 61,5 75 65,2 134 63,5
36-45 Tahun 14 14,6 18 15,7 32 15,2
46-55 Tahun 1 1,0 2 1,7 3 1,4
56-65 Tahun 0 0 1 0,9 1 0,5
Total 96 100 115 100 211 100
X² value 2,271a
p value 0,686
2 Jenis kelamin Laki-laki 26 27,1 22 19,1 48 22,7
Perempuan 70 72,9 93 80,9 163 77,3
Total 96 100 115 100 211 100
X² value 1,883a
p value 0,170
3 Tingkat SPK 2 2,1 2 1,7 4 1,9
Pendidikan DIPLOMA 50 52,1 82 71,3 132 62,6
SARJANA 44 45,8 31 27,0 75 35,5
Total 96 100 115 100 211 100
X² value 8,368a
p value 0,015
SIKAP
No Karakteristik Responden N Persentase
POSITIF NEGATIF (%)
N % N %
4 Tempat Puskesmas Poto Tano 13 13,5 14 12,2 27 12,8
Bekerja Puskesmas Seteluk 24 25,0 12 10,4 36 17,1
Puskesmas Taliwang 18 18,8 24 20,8 42 19,9
Puskesmas Brang Ene 5 5,2 10 8,7 15 7,1
Puskesmas Brang Rea 9 9,4 18 15,7 27 12,8
Puskesmas Jereweh 13 13,5 6 5,2 19 9,0
Puskesmas Maluk 9 9,4 10 8,7 19 9,0
Puskesmas Sekongkang 4 4,2 10 8,7 14 6,6
Puskesmas Tongo 1 1,0 11 9,6 12 5,7
Total 96 100 115 100 211 100
X² value 25,561a
p value 0,006
5 Lama <1 Tahun 17 17,7 10 8,7 27 12,8
Bertugas 1-5 Tahun 37 38,5 51 44,3 88 41,7
6-10 Tahun 28 29,2 36 31,3 64 30,3
11-15 Tahun 9 9,4 15 13,0 24 11,4
16-20 Tahun 4 4,2 0 0 4 1,9
21-25 Tahun 1 1,0 1 0,9 2 0,9
> 25 Tahun 0 0 2 1,7 2 0,9
Total 96 100 115 100 211 100
X² value 10,920a
p value 0,091
6 Pernah Ya 53 55,2 69 60,0 122 57,8
Terlibat
Kegiatan
Tanggap
Darurat
Bencana
Tidak 43 44,8 46 40,0 89 42,2
Total 96 100 115 100 211 100
X² value 0,493a
p value 0,483
7 Pernah Ya 25 26,0 23 20,0 48 22,7
Pelatihan
Manajemen
Bencana
Tidak 71 74,0 92 80,0 163 77,3
Total 96 100 115 100 211 100
X² value 1,087a
p value 0,297
SIKAP
No Karakteristik Responden N Persentase
POSITIF NEGATIF (%)
N % N %
8 Termasuk Ya 26 27,1 30 26,1 56 26,5
Dalam Tim
Gerak Cepat
(TGC) di
Puskesmas
Tidak 70 72,9 85 73,9 155 73,5
Total 96 100 115 100 211 100
X² value 0,027a
p value 0,870
*signifikan p<0,05, tidak signifikan p>0,05
memiliki sikap negatif terhadap aamanjemen bencana lebih besar dibandingkan dengan
responden yang memiliki sikap positif (tabel 5.6). Uji Chi-Square pada penelitian ini
menjelaskan ketiadaan hubungan antara umur dan jenis kelamin dengan sikap
responden. Dominasi responden perempuan yang bersikap positif lebih banyak jika
dibandingkan dengan mereka yang memiliki sikap negatif. Hal tersebut dimungkinkan
karena proporsi jenis kelamin yang tidak berimbang antara perempuan dan laki-laki.
bencana (tabel 5.6). Demikian pula, lokasi bekerja juga tidak menentukan sikap
manajemen bencana (tabel 5.6). Begitupun juga dalam hal keterlibatan mereka dalam
TGC di puskesmas. Kedua variabel ini tidak berhubungan dengan sikap terhadap
antaranya yang memiliki pengalaman yang baik. Hasil uji Chi-Square (p>0,05)
menjelaskan tidak adanya hubungan yang bermakna di antara variabel umur responden
memiliki pengalaman praktik tentang bencana yang baik, dan responden berlatar
Diploma dan Sarjana sebagian besar memiliki pengalaman praktik tentang bencana
yang cukup memadai. Pada subvariabel tempat bekerja dan pengetahuan tenaga
kesehatan, penelitian menunjukkan bahwa tenaga kerja yang bekerja di lokasi yang
sering terjadi bencana alam dan denga tenaga kerja yang didominasi oleh tenaga
kesehatan senior memiliki pengalaman praktik tentang bencana yang cukup memadai
tentang manajemen bencana. Hubungan ini dikuatkan dengan nilai p<0,05 yang
menjelaskan bahwa tempat bekerja responden dan pengalaman praktik tentang bencana
sebelumnya, dan keterlibatan responden dalam Tim Gerak Cepat (TGC) tidak
Barat sebagian besar tidak memiliki pengalaman yang baik dalam kegiatan terkait
dimiliki tentang kebencanaan. Hal tersebut juga karena upaya peningkatan kompetensi
optimal.
5.2 Pembahasan
dan bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik para perawat.
bencana. Tenaga medis dan perawat gawat darurat yang mengikuti pelatihan bencana
dan terlibat dalam penanggulangan bencana lebih percaya diri dan tanggap dalam
manajemen bencana.
perawat, dan bidan) memiliki pengetahuan yang baik tentang manajemen bencana,
walaupun sebagian besarnya masih salah dalam membedakan klasifikasi bencana alam,
non alam daan bencana sosial. Di beberapa penelitian sejenisnya yang dilakukan pada
tenaga kesehatan yaitu perawat menunjukkan bahwa hasil ini tidak sejalan dengan
pengetahuan tentang bencana yang lebih rendah. Demikian pula, hasil studi Hammad
sehingga walaupun sebagian besar responden tidak pernah mengikuti pelatihan tentang
yang harus diketahui tenaga kesehatan dalam manajemen bencana. Salah satu
penanganan bencana yang terjadi di Indonesia yang dapat diakses dengan mudah
melalui situs internet. Hal ini merupakan bentuk perkembangan kondisi telekomunikasi
menjelaskan bahwa semakin tinggi pendidikan responden maka semakin baik pula
akan menjadi faaktor penghalang dalam menangani situasi darurat (Depkes RI,
melalui pendidikan formal dan non formal. Penelitian ini juga merekomendasikan
tempat bekerja responden dengan pengetahuan yang dimiliki. Hal ini tidak sejalan
pendapat peneliti, hal ini berkenaan dengan ketersediaan fasilitas kesehatan, sarana
kesehatan. Opini ini didukung oleh data penelitian yng menunjukkan bahwa lokasi
penelitian yang memiliki skor terbaik pada komponen pengetahuan dan praktik
Maluk dan Puskesmas Taliwang yang berada di daerah industri berkembang dan
pengetahuan
bahwa pengalaman yang dilakukan dapat digunakan dan menjadi pedoman serta
pengalaman yang didapat seseorang akan lebih cakap dan terampil serta mampu
proses pembelajaran yang paling baik bagi seseorang untuk mempelajari segala
hal secara langsung, dimana pemahamannya akan situasi kondisi yang pernah
dialami, dijalani dan dilakukan pasti akan lebih baik daripada jika dipelajari
secaara teori, hal tersebut tentunya akan menjadi gambaran yang lebih riil bagi
menjadi lebih tahu. Sumber daya kesehatan yang kompeten, tanggap, cakap, dan
bencana, untuk mewujudkan sumber daya manusia yang terlatih maka diperlukan
Hasil dari penelitian ini menunjukkan sikap negatif dari responden lebih
dominan dari sikap positif, dimana jawaban responden menunjukkan masih ada
tenaga kesehatan yang merasa khawatir terhadap dampak bencana bagi dirinya jika
menjadi relawan saat terjadinya bencana, serta ada sebagian responden yang merasa
bahwa memenuhi kebutuhan dasar korban bencana bukanlah tanggung jawab tenaga
kesehatan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Mohammed Diab dan Mabrouk
(2015) yang melaporkan bahwa hanya sebagian kecil dari responden dalam
penelitian pada perawat di rumah sakit di Malaysia memiliki sikap positif terhadap
manajemen bencana. Sikap positif responden dalam penelitian ini tidak sejalan
sebagian besar perawat memiliki sikap positif terhadap manajemen bencana. Juga,
studi lain Moabi (2008) menunjukkan bahwa sikap para peserta terhadap
kesiapsiagaan bencana baik dan responden percaya pada kebutuhan untuk memiliki
wawasan tentang manajemen bencana. Menurut asumsi peneliti, sikap negatif ini
sehingga responden tidak menyadari betapa perlunya bagi tenaga kesehatan untuk
Sikap positif pada responden dengan jenjang pendidikan terakhir Sarjana lebih
dengan hasil penelitian yang dilakukan Osman (2016) yang menyatakan adanya
untuk menanamkan sikap tanggap dan responsif terhadap bencana sehingga risiko
yang fatal bisa dihindari dan mereka tidak hanya sekedar mengetahui dan
memahami tentang bencana, tetapi yang lebih penting dan utama adalah
bagaimana mereka bisa menghadapi risiko bencana dengan sikap siaga dan
dan akurat saat bencana datang. Karena sikap yang positif akan menghasilkan
kemampuan yang baik serta menguasai apa yang dilakukan dan terampil di
bidangnya. Untuk menghadapi situasi krisis saat bencana tidak hanya diperlukan
kesiapan dalam tindakan tapi juga membutuhkan kesiapan mental yang bisa
dimulai dengan sikap yang positif, karena tanpa hal itu pengetahuan dan
keterampilan akan menjadi sia-sia. Proses pendidikan akan membentuk pola pikir
matang pula seseorang dalam keilmuan dan kepribadian sehingga sikap yang
dimiliki akan terlatih lebih positif dan terbuka dalam setiap hal.
tempat bekerja responden dengan pengetahuan yng dimiliki. Hasil ini tidak sejalan
Mabrouk (2015) yang tidak menemukan adanya hubungan tempat bekerja dengan
persentase sikap positif lebih tinggi dari sikap negatif yaitu Puskesmas Seteluk dan
Sumbawa Barat terbentuk. Staf puskesmas yang bertugas di sana lebih banyak
yang sudah senior. Puskesmas Jereweh berada di daerah yang sering terjadi banjir
dan tanah longsor, sehingga tiap tahunnya tenaga kesehatan yang bertugas di sana
Puskesmas Seteluk yang berada di daerah rawan banjir dan pernah terjadinya
(dokter, perawat, dan bidan) memiliki pengalaman praktik sebelumnya yang cukup
menjelaskan bahwa responden siap untuk terlibat dalam tanggap darurat saat
manajemen bencana. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Osman (2016) yang
dengan persentase rata-rata 65,3%. Namun, hasil ini tidak sejalan dengan studi
praktik yang tidak memadai. Praktik merupakan salah satunya komponen penting
dalam domain apa pun untuk mempelajari satu rutinitas. Dalam penilaian, praktik
lebih mengacu pada penggunaan ide dan keyakinan daripada kinerja terhadap
manajemen bencana. Hal ini lebih disebabkan karena hanya sebagian kecil dari
tenaga kesehatan yang siap terlibat dalam penanggulangan bencana sehingga akan
manajemen bencana. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Moabi
Skor pengalaman yang baik dalam manajemen bencana sebagian besarnya pad
bencana. Dengan kata lain jenjang pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi
pola pikir tenaga kesehatan untuk lebih terbuka dalam melakukan setiap tindakan
Nasution (2005) rencana untuk keadaan darurat bencana ini menjadi bagian yang
pertama dan penyelamatan agar korban bencana dapat diminimalkan. Upaya ini
sangat penting terutama pada saat terjadinya bencana dan hari-hari pertama setelah
bencana sebelum datangnya bantuan dari pihak luar. Proses pendidikan tentunya
Apapun yang telah dipelajari secara teori, dalam proses pendidikan akan terbuka
dan memahami sesuatu akan memotivasi seseorang untuk berani mencoba agar
menjadi lebih cakap di bidangnya, sehingga menjadi hal yang wajar jika tingkat
manajemen bencana. Hasil ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
Taliwang, Puskesmas Brang Rea dan Puskesmas Maluk, memiliki staf yang lebih
senior, sedangkan puskesmas yang hasil nilainya rendah lebih di dominasi oleh
tenaga kesehatan dengan masa kerja kurang dari 5 tahun. Riwayat pernah atau
dengan seringnya menghadapi situasi krisis bencana dan terlibat dalam upaya
terlatih untuk tanggap dalam situasi tersebut karena dari 4 Puskesmas yang
Bab ini akan menjelaskan mengenai kesimpulan penelitian dan saran yang
6.1 Simpulan
termasuk pada kategori baik. Tingkat pendidikan, tempat bekerja, dan pernah
manajemen bencana.
124
125
6.2 Saran
1. Bagi Responden
dapat bersikap lebih positif untuk mempersiapkan diri terlibat dalam manajemen
bencana dengan menjalankan peran dan tugasnya sebagai tenaga kesehatan yang
sigap, tanggap, dan terampil dalam tindakan dan membuka kesempatan bagi
dirinya untuk lebih meningkatkan pengalaman dan peran sertanya dalam upaya-
Hasil penelitian ini disampaikan kepada Puskesmas lokasi penelitian dan Dinas
Kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat berupa laporan akhir yang dapat menjadi
ada, peningkatan sarana dan prasarana serta akses informasi yang kemudian akan
bencana, untuk mewujudkan sumber daya manusia yang terlatih maka diperlukan
Bagi peneliti yang berminat untuk membuat penelitian lebih lanjut, dapat
lainnya dengan jumlah sampel yang lebih banyak sehingga hasilnya dapat
DAFTAR PUSTAKA
Nursing Journal.
Hermawati, D., Hatthakit, U. and Chowalit, A. (2010) ‘Nurse’s Preparedness of
Knowledge and Skills in Caring for Patients Attacked by Tsunami and Its
Relating Factors’.
Husna, C. (2012) ‘Influencing Factors on Disaster Preparedness in RSUDZA Banda
Aceh Cut Husna’, Idea Nursing Journal, 3(2).
Khambali, I. (2017) Manajemen Penanggulangan Bencana. 1st edn. Yogyakarta: CV.
ANDI OFFSET.
Khan, H., Vasilescu, G. and Khan, A. (2008) ‘Disaster Management Cycle – A
Theoretical Approach’.
Malayu, S. . H. (2003) Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas.
Jakarta: Bumi Aksara.
Malayu, S. . H. (2007) Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan 9. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Maulana, H. D. . (2009) Promosi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Menteri Kesehatan RI (2006) ‘Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.066/MENKES/SK/II/2006 Tentang Pedoman Manajemen Sumber Daya
Manusia (SDM) Kesehatan Dalam Penanggulangan Bencana’.
Moabi, R. M. (2008) ‘Knowledge, Attitudes and Practices of Health Care Workers
Regarding Disaster Preparedness at Johannesburg Hospital In Gauteng Province,
South Africa’.
Notoatmodjo, S. (2003) Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2007) Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2010) Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam (2017) Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis Edisi
4. 4th edn. Jakarta: Salemba Medika.
Osman, N. N. S. and Ahayalimuddin, N. (2016) ‘Disaster management: Emergency
nursing and medical personnel’s knowledge, attitude and practices of the East
Coast region hospitals of Malaysia’, Australasian Emergency Nursing Journal.
College of Emergency Nursing Australasia, pp. 1–7. doi:
10.1016/j.aenj.2016.08.001.
Putra, A. et al. (2015) ‘Nurses ’ Role and Leadership in disaster management at the
emergency response’, Idea Nursing Journal, 6(1), pp. 25–31.
Rizqillah, A. F. and Suna, J. (2018) ‘Indonesian emergency nurses’ preparedness to
respond to disaster: A descriptive survey’, Australasian Emergency Care.
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
PROGRAM KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
PENJELASAN PENELITIAN
JUDUL PENELITIAN : Gambaran Kesiapan Tenaga Kesehatan Dalam
Manajemen Bencana Di Puskesmas Wilayah Rawan
Bencana Di Kabupaten Sumbawa Barat
PENELITI : Arsi Susilawati
NIM : 131711123049
Peneliti
.
Arsi Susilawati
NIM. 131711123049
Lampiran 6
Lampiran 7
Lembar Kesediaan Menjadi Responden
Kode Partisipan
PROGRAM KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
LEMBAR PERSETUJUAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :
Telah mendapat keterangan secara terinci dan jelas mengenai:
1. Penelitian yang berjudul “Gambaran Kesiapan Tenaga Kesehatan Dalam
Manajemen Bencana Di Puskesmas Wilayah Rawan Bencana Di Kabupaten
Sumbawa Barat”
2. Manfaat bersedia sebagai partisipan penelitian
3. Prosedur penelitian
Berdasarkan penjelasan yang telah saya terima dari peneliti, maka dengan ini saya
menyatakan bersedia/tidak bersedia*) secara sukarela untuk menjadi partisipan dalam
penelitian dengan penuh kesadaran serta tanpa keterpaksaan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya tanpa ada paksaan dari
pihak manapun.
Taliwang, Desember 2018
Peneliti Partisipan
.....................................
Lampiran 8
LEMBAR KUISIONER
BAGIAN A (DATA SOSIODEMOGRAFI)
1. Umur: ______________________
2. Jenis Kelamin:
Laki-laki Perempuan
3. Tingkat Pendidikan
SPK Diploma
Sarjana Magister
Ya Tidak
Jika YA, isilah tabel berikut di bawah ini:
1.
2.
3.
4.
5.
Simulasi lapangan
Latihan fungsional
7. Apakah Anda termasuk dalam Tim Gerak Cepat (TGC) di institusi tempat anda
bekerja?
Ya Tidak
Lampiran 9
Lembar Kuisioner Pengetahuan
BAGIAN B (PENGETAHUAN)
Petunjuk
0 = Tidak yakin, 1 = Tidak/Salah, 2 = Ya/Benar
NO PERTANYAAN 0 1 2
Apakah Anda pernah mendengar tentang manajemen bencana
sebelumnya? Jika YA, tolong sebutkan sumber informasinya:
1.
________________________________________________
NO PERTANYAAN 0 1 2
Tanggap darurat merupakan kegiatan perencanaan kesiapsiagaan
12. yang dilakukan pada fase saat terjadinya bencana.
Keterangan :
Soal Nomor 7 s/d 17 tentang kegiatan dan upaya penanggulangan bencana pada
tiap-tiaf fase/tahapan
Lampiran 10
BAGIAN C (SIKAP)
Petunjuk
1 = Sangat tidak setuju 2 = Tidak setuju 3 = Tidak yakin4 = setuju 5 = Sangat setuju
NO PERKARA / ITEM 1 2 3 4 5
Menurut saya, dalam tahap mitigasi, tenaga medis / kesehatan harus dilibatkan
1. dalam melakukan penilaian risiko sesuai keahliannya masing-masing.
Menurut saya, sebaiknya petugas kesehatan diberikan pemahaman tentang efek
2. jangka panjang dari bencana alam, seperti masalah kesehatan mental.
Saya khawatir terhadap dampak negatif bencana (seperti cedera, stress akibat
7. bencana) yang akan terjadi pada saya jika menjadi relawan saat terjadinya
bencana.
Saya merasa bahwa tenaga medis ataupun tenaga kesehatan tidak harus terlibat
8. dalam fase pemulihan bencana.
Menjadi tanggung jawab saya untuk menangani korban bencana.
9.
11.
Mohon dibiarkan
SPK Sarjana Muda kosong
Diploma Magister
Lampiran 11
BAGIAN D (PRAKTIK)
Petunjuk
0 = Tidak yakin , 1 = Tidak , 2 = Ya
NO. PERTANYAAN 0 1 2
Apakah anda tahu lokasi titik kumpul evakuasi dalam perencanaan
kesiapsiagaan penanggulangan bencana?
1.
Jika YA, tolong tuliskan lokasinya: ______________________________
Apakah lokasi titik kumpul evakuasi di institusi tempat Anda bekerja mudah di
2. akses?
3.
Kurang dari setahun yang lalu Mohon
dibiarkan
Lebih dari setahun yang lalu kososng
8.
NO. ITEM 0 1 2
Apakah anda lebih suka berada di Puskesmas dan menunggu korban bencana
di bawa ke tempat anda bertugas?
9.
Di bawah ini, dimana lokasi bekerja yang anda pilih saat terjadinya bencana:
Sil a kosongkan
ruangan
10. Di Puskesmas
Kindl y leave it
Di lokasi bencana blank
Apakah pelatihan penanggulangan bencana yang pernah dilaksanakan telah
11. melibatkan tenaga medis dan tenaga kesehatan?
Apakah pelatihan tanggap bencana di institusi anda bekerja melibatkan
12. lembaga yang lain (misalnya, Pemadam Kebakaran, TNI, Dinas Pemerintahan
setempat)?
Apakah ada rencana pelatihan tanggap bencana yang lebih spesifikasi di
institusi anda bekerja (misalnya, banjir, kebakaran, penyakit menular)? Jika
YA, Sebutkan:
a.____________________________________________
13.
b.____________________________________________
c.____________________________________________
Sila kosongkan
ruangan
Kindly leave it
blank
Crosstabs
UMUR * TAHU
Crosstabulation
Count
TAHU
BAIK CUKUP KURANG Total
umur 15-25 25 15 1 41
26-35 86 41 7 134
36-45 26 3 3 32
46-55 3 0 0 3
56-65 1 0 0 1
Total 141 59 11 211
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 10,378a 8 ,240
Likelihood Ratio 12,783 8 ,120
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 5,785a 2 ,055
Likelihood Ratio 8,247 2 ,016
Linear-by-Linear Association 5,593 1 ,018
N of Valid Cases 211
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,50.
11-15 18 5 1 24
16-20 3 1 0 4
21-25 1 0 1 2
26-40 2 0 0 2
Total 141 59 11 211
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 12,457a 12 ,410
Likelihood Ratio 8,978 12 ,705
Linear-by-Linear Association ,800 1 ,371
N of Valid Cases 211
a. 13 cells (61,9%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,10.
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 6,101a 2 ,047
Likelihood Ratio 6,108 2 ,047
Linear-by-Linear Association 5,489 1 ,019
N of Valid Cases 211
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,64.
Crosstab
Count
TAHU
BAIK CUKUP KURANG Total
PERNAH PELATIHAN YA 37 11 0 48
TENTANG MANAJEMEN TIDAK 104 48 11 163
BENCANA
Total 141 59 11 211
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 4,783a 2 ,091
Likelihood Ratio 7,217 2 ,027
Linear-by-Linear Association 4,344 1 ,037
N of Valid Cases 211
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,50.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Umur 211 1 5 2,00 ,669
Valid N (listwise) 211
DESCRIPTIVES VARIABLES=SIKAP
/STATISTICS=MEAN STDDEV MIN MAX.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
SIKAP 211 15 54 38,89 4,427
Valid N (listwise) 211
RECODE SIKAP (Lowest thru 39=1) (40 thru 100=2) INTO sikap1.
EXECUTE.
CROSSTABS
/TABLES=jenis_kelamin umur Tingkat_pendidikan Tempat_bekerja Lama_tugas Pernah_terlibat
Pernah_pelatihan Termasuk_timgercep BY sikap1
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ
/CELLS=COUNT
/COUNT ROUND CELL.
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value Df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 1,883a 1 ,170
Continuity Correction b 1,458 1 ,227
Likelihood Ratio 1,877 1 ,171
Fisher's Exact Test ,189 ,114
Linear-by-Linear Association 1,874 1 ,171
N of Valid Cases 211
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21,84.
b. Computed only for a 2x2 table
UMUR * SIKAP
Crosstab
Count
SIKAP
negatif Positif Total
umur <25 19 22 41
26-35 75 59 134
36-45 18 14 32
46-55 2 1 3
56-65 1 0 1
Total 115 96 211
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value Df sided)
Pearson Chi-Square 2,271a 4 ,686
Likelihood Ratio 2,649 4 ,618
Linear-by-Linear Association 1,537 1 ,215
N of Valid Cases 211
a. 4 cells (40,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is ,45.
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 8,368a 2 ,015
Likelihood Ratio 8,387 2 ,015
Linear-by-Linear Association 6,848 1 ,009
N of Valid Cases 211
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 1,82.
SIKAP
negatif positif Total
tempat bekerja PKM POTO TANO 14 13 27
PKM SETELOK 12 24 36
PKM TALIWANG 24 18 42
PKM BRANG ENE 10 5 15
PKM BRANG REA 18 9 27
PKM JEREWEH 6 13 19
PKM MALUK 10 9 19
PKM SEKONGKANG 10 4 14
PKM TONGO 11 1 12
Total 115 96 211
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 21,561a 8 ,006
Likelihood Ratio 23,120 8 ,003
Linear-by-Linear Association 5,692 1 ,017
N of Valid Cases 211
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
5,46.
LAMA TUGAS * SIKAP
Crosstab
Count
SIKAP
Negatif positif Total
lama tugas 0-1 TH 10 17 27
2-5 TH 51 37 88
6-10 36 28 64
11-15 15 9 24
16-20 0 4 4
21-25 1 1 2
26-40 2 0 2
Total 115 96 211
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 10,920a 6 ,091
Likelihood Ratio 13,196 6 ,040
Linear-by-Linear Association ,888 1 ,346
N of Valid Cases 211
a. 6 cells (42,9%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is ,91.
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 25,48.
b. Computed only for a 2x2 table
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
jenis kelamin * praktik dan 211 100,0% 0 0,0% 211 100,0%
pengalaman sebelumnya
umur * praktik dan pengalaman 211 100,0% 0 0,0% 211 100,0%
sebelumnya
tingkat pendidikan * praktik 211 100,0% 0 0,0% 211 100,0%
dan pengalaman sebelumnya
tempat bekerja * praktik dan 211 100,0% 0 0,0% 211 100,0%
pengalaman sebelumnya
lama tugas * praktik dan 211 100,0% 0 0,0% 211 100,0%
pengalaman sebelumnya
pernah terlibat kegiatan tangap 211 100,0% 0 0,0% 211 100,0%
bencana * praktik dan
pengalaman sebelumnya
PERNAH PELATIHAN 211 100,0% 0 0,0% 211 100,0%
TENTANG MANAJEMEN
BENCANA * praktik dan
pengalaman sebelumnya
TERMASUK DALAM TIM 211 100,0% 0 0,0% 211 100,0%
GERAK CEPAT (TGC) DI
PUSKESMAS * praktik dan
pengalaman sebelumnya
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 1,928a 2 ,381
Likelihood Ratio 1,968 2 ,374
Linear-by-Linear Association 1,837 1 ,175
N of Valid Cases 211
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 1,59.
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 61,602a 16 ,000
Likelihood Ratio 68,556 16 ,000
Linear-by-Linear Association 6,133 1 ,013
N of Valid Cases 211
a. 10 cells (37,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is ,40.
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 1,59.
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.
CROSSTABS
/TABLES=Tingkat_pendidikan BY TAHU1
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CORR
/CELLS=ROW COLUMN TOTAL
/COUNT ROUND CELL.
Notes
Output Created 24-JAN-2019 21:09:53
Comments
Input Data C:\Users\TOSHIBA\Downloads\SP
SS Skripsi Arsi.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 211
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each table are based on
all the cases with valid data in the
specified range(s) for all variables
in each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES=Tingkat_pendidikan
BY TAHU1
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CORR
/CELLS=ROW COLUMN
TOTAL
/COUNT ROUND CELL.
Resources Processor Time 00:00:00,02
Dimensions Requested 2
CROSSTABS
/TABLES=Lama_tugas BY TAHU1
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CORR
/CELLS=ROW COLUMN TOTAL
/COUNT ROUND CELL.
lama tugas 0-1 TH % within lama tugas 66.7% 29.6% 3.7% 100.0%
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.
CROSSTABS
/TABLES=Pernah_terlibat BY TAHU1
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CORR
/CELLS=ROW COLUMN TOTAL
/COUNT ROUND CEL
Case Processing Summary
Cases
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.
CROSSTABS
/TABLES=Pernah_pelatihan BY TAHU1
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CORR
/CELLS=ROW COLUMN TOTAL
/COUNT ROUND CELL.
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.
CROSSTABS
/TABLES=Termasuk_timgercep BY TAHU1
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CORR
/CELLS=ROW COLUMN TOTAL
/COUNT ROUND CELL.
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.
CROSSTABS
/TABLES=umur jenis_kelamin Tingkat_pendidikan Tempat_bekerja Lama_tugas Pernah_terlibat
Pernah_pelatihan Termasuk_timgercep BY sikap1
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CORR
/CELLS=ROW COLUMN TOTAL
/COUNT ROUND CELL.
Case Processing Summary
Cases
umur * SIKAP
Crosstab
SIKAPP
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.
SIKAP
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.
tempat bekerja PKM POTO TANO % within tempat bekerja 51.9% 48.1% 100.0%
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.
CROSSTABS
/TABLES=umur jenis_kelamin Tingkat_pendidikan Tempat_bekerja Lama_tugas Pernah_terlibat
Pernah_pelatihan Termasuk_timgercep BY pRAKTEK_PENGALAMAN
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CORR
/CELLS=ROW COLUMN TOTAL
/COUNT ROUND CELL.
Case Processing Summary
Cases
umur * PRAKTIK/PENGALAMAN
211 100.0% 0 0.0% 211 100.0%
SEBELUMNYA
jenis kelamin * PRAKTIK/PENGALAMAN
211 100.0% 0 0.0% 211 100.0%
SEBELUMNYA
tingkat pendidikan *
211 100.0% 0 0.0% 211 100.0%
PRAKTIK/PENGALAMAN SEBELUMNYA
tempat bekerja * PRAKTIK/PENGALAMAN
211 100.0% 0 0.0% 211 100.0%
SEBELUMNYA
lama tugas * PRAKTIK/PENGALAMAN
211 100.0% 0 0.0% 211 100.0%
SEBELUMNYA
pernah terlibat kegiatan tangap bencana *
211 100.0% 0 0.0% 211 100.0%
PRAKTIK/PENGALAMAN SEBELUMNYA
PERNAH PELATIHAN TENTANG
MANAJEMEN BENCANA * 211 100.0% 0 0.0% 211 100.0%
PRAKTIK/PENGALAMAN SEBELUMNYA
TERMASUK DALAM TIM GERAK CEPAT
(TGC) DI PUSKESMAS * 211 100.0% 0 0.0% 211 100.0%
PRAKTIK/PENGALAMAN SEBELUMNYA
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.
jenis kelamin laki-laki % within jenis kelamin 4.2% 64.6% 31.3% 100.0%
% within
praktik/pengalaman 28.6% 25.8% 17.9% 22.7%
sebelumnya
% within
praktik/pengalaman 71.4% 74.2% 82.1% 77.3%
sebelumnya
% within
praktik/pengalaman 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
sebelumnya
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.
% within praktik/pengalaman
85.7% 57.5% 67.9% 62.6%
sebelumnya
% within praktik/pengalaman
40.0% 32.1% 35.5%
sebelumnya
% within praktik/pengalaman
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
sebelumnya
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.
tempat PKM POTO % within tempat bekerja 11.1% 37.0% 51.9% 100.0%
bekerja TANO % within
praktik/pengalaman 42.9% 8.3% 16.7% 12.8%
sebelumnya
% within
praktik/pengalaman 28.6% 19.2% 13.1% 17.1%
sebelumnya
% within
praktik/pengalaman 5.8% 14.3% 9.0%
sebelumnya
% within
praktik/pengalaman 12.5% 4.8% 9.0%
sebelumnya
% within
praktik/pengalaman 14.3% 5.7%
sebelumnya
% within
praktik/pengalaman 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
sebelumnya
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.
% within praktik/pengalaman
28.6% 37.5% 48.8% 41.7%
sebelumnya
% within praktik/pengalaman
14.3% 14.2% 7.1% 11.4%
sebelumnya
% within praktik/pengalaman
3.3% 1.9%
sebelumnya
% within praktik/pengalaman
0.8% 1.2% 0.9%
sebelumnya
% within praktik/pengalaman
1.7% 0.9%
sebelumnya
% within praktik/pengalaman
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
sebelumnya
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.
% within
praktik/pengalaman 42.9% 40.0% 45.2% 42.2%
sebelumnya
% within
praktik/pengalaman 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
sebelumnya
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.
% within praktik/pengalaman
100.0% 71.7% 83.3% 77.3%
sebelumnya
% within praktik/pengalaman
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
sebelumnya
Symmetric Measures
Ap
pro
x.
Asymp. Std. Sig
Value Errora Approx. Tb .
% within praktik/pengalaman
85.7% 71.7% 75.0% 73.5%
sebelumnya
% within praktik/pengalaman
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
sebelumnya
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.