Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN.

J DENGAN

POST OPERASI HERNIA INGUINAL DEXTRA REPONIBILIS

DI RUANG SOKA RSUD TARAKAN JAKARTA

DISUSUN OLEH:

LENI MULYANTI

40108028

AKADEMI KESEHATAN SWAKARSA

PROGRAM D III KEPERAWATAN

JAKARTA

2010

 
 

KATA PENGANTAR 

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada

Klien Tn. J Dengan Post Operasi Hernia Di Ruang Soka RSUD Tarakan Jakarta. Makalah ini
merupakan salah satu syarat dalam memenuhi tugas praktik klinik Keperawatan Medikal
Bedah I di Akademi Kesehatan Swakarsa Jakarta program Keperawatan.

Penulis banyak menemui hambatan dan kesulitan dalam penyusunan makalah ini, tapi
atas bantuan, bimbingan, serta pengarahan dari berbagai pihak terutama orang tua dan
  pembimbing akademik akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada yang
terhormat:

 
1. Bapak H. Idran A Karyan, SH, SMIP. Selaku ketua Yayasan Swakarsa Mandiri;
2.   Bapak Mubarokah, SKM. Selaku wali tingakat II program D III Keperawatan Akademi
Kesehatan Swakarsa Jakarta;
3.   Ibu Shinta Maharani, S. Kep. Selaku pembimbing klinik yang sabar dalam memberikan
 bimbingan serta pengarahan;
4.   Kedua orang tua tercinta yang selalu mendoakan keberhasilan anaknya dan tidak pernah
lupa memberikan kasih sayangnya dan selalu menjadi pembakar semangat untuk terus
maju.
5.   Rekan ± rekan mahasiswa/ i Akademi Kesehatan Swakarsa Jakarta, terutama tingkat II

 program D III Keperawatan yang telah banyak memberikan masukan dalam penyusunan
makalah ini.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat berguna begi pembaca dan penilis
khususnya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan bimbingan dari berbagai pihak dalam
penyusunan makalah berikutnya.

Jakarta, Maret 2010

Penulis
DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ................................ ................................ ........................... i

DAFTAR ISI ................................ ................................ ................................ ......... ii

BAB I PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang ................................ ................................ ..................... 1


B.  Tujuan Penulisan ................................ ................................ ..................
C.  Ruang Lingkup ................................ ................................ .....................
D.  Metode Penulisan ................................ ................................ .................

E.  Sistematika Penulisan ................................ ................................ ...........

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A.  Pengertian ................................ ................................ ............................


B.  Etiologi................................ ................................ ................................ .
C.  Patofisiologi ................................ ................................ .........................
1.  Proses Penyakit..................................................................................
2.  Manifestasi Klinis..............................................................................

3.  Klasifikasi..........................................................................................
4.  Komplikasi.........................................................................................
D.  Penatalaksanaan Medis ................................ ................................ .........
E.  Penatalaksanaan Keperawatan ................................ ..............................

BAB III TINJAUAN KASUS

A.  Identitas Klien ................................ ................................ ......................


B.  Resume................................ ................................ ................................ .

C.  Riwayat Keperawatan ................................ ................................ ..........


D.  Pengkajian Fisik ................................ ................................ ...................
E.  Penatalaksanaan ................................ ................................ ...................
F.  Data Fokus ................................ ................................ ...........................
G.  Analisa Data ................................ ................................ ........................
H.  Diagnosa Keperawatan............................................................................

I.  Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi .................... .................................

BAB IV PEMBAHASAN

A.  Pengkajian ................................ ................................ ............................


B.  Diagnosa Keperawatan ................................ ................................ .........
C.  Perencanaan ................................ ................................ .........................
D.  Pelaksanaan ................................ ................................ .........................
E.  Evaluasi ................................ ................................ ................................

BAB V PENUTUP

A.  Kesimpulan ................................ ................................ ..........................


B.  Saran ................................ ................................ ................................ ....

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Kesehatan adalah moda utama bagi manusia, kesehatan merupakan bagian yang
terpenting dalam menjaga kelangsungan hidup seseorang. Jika seseorang tidak sedan
dalam kondisi prima, maka segala aktivitasnya terganggu seperti makan, minum,
mandi,dan sebagainya. Aktivitas yang biasa dilakukan sendiri tetapi saat sakit semua
menjadi tidak dapat dilakukan sendiri.
Kesehatan merupakan masalah berharga dan sangat penting dalam berbagai tatanan
kehidupan manusia. Perhatian masyarakat terhadap kesehatan saat ini semakin besar,
sehingga meningkatkan tuntutan masyarakat terhadap perawatan yang berkualitas. Maka,
sebagai perawat dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai agar 

dapat memberikan pelayanan yang baik.


Perkembangan ilmu pengetahuan tentang illmu bedah saat ini sangat pesat. Hal ini
  juga harus didukung dengan peningkatan pemberian perawatan pada klien penderita
 penyakit bedah. Hernia merupakan penyakit salah satu penyakit yang seringkali ditemui
 pada penderita penyakit bedah. Hernia sendiri bermacam ± macam jenisnya disesuaikan
menurut letaknya, seperti hernia inguinalis, hernia femoralis, hernia umbilikalis, hernia
incisional, dan lain ± lain.
Insiden hernia inguinalis pada bayi dan anak- anak antara 1 % dan 2 %.
Kemungkinan terjadi hernia pada sisi kanan 60 %, sisi kiri 20 % - 25 %, dan bilateral 15

%. Kejadian hernia bilateral pada anak perempuan dibanding laki ±laki kira ± kira sama
(10 %) walaupun frekuensi prossessus vaginalis yang tetap terbuka lebih tinggi pada
  perempuan. Anak yang pernah menjalani operasi pada waktu bayi mempunyai
kemungkinan 16 % mendapat hernia kontralateral pada usia dewasa. Insiden hernia
inguinalis pada orang dewasa kira ± kira 2 %. Kemungkinan kejadian hernia bilateral
dari insiden tersebut mendekati 10 %.
Menghindari terjadinya komplikasi yang tidak diharapkan, perlu hendaknya
dilakukan penanganan yang baik. Dalam hal ini perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan perlu hendaknya meningkatkanmutu asuhan keperawatan yang akan

diberikan dengan memperhatikan aspek biologis, psikologis, social, dan spiritual.


B.   Tujuan Penulisan
1.  Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan dapat menerapkan pengalaman secara nyata tentang
asuhan keperawatan secara langsung pada Tn. J dengan Hernia Inguinalis Dextra

Reponibilis diruang perawatan Soka, RSUD Tarakan Jakarta selama 2 hari


 perawatan.
2.   Tujuan Khusus
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien Tn. J dengan
Hernia Inguinalis Dextra Reponibilis, penulis diharapkan mampu:
a.  Melakukan pengkajian keperawatan secara komprehensif pada Tn. J dengan
Hernia Inguinalis Dextra Reponibilis;
 b.  Menentukan masalah keperawatan pada Tn. J dengan Hernia Inguinalis Dextra
Reponibilis;

c.   Merencanakan tindakan keperawatan pada Tn. J dengan Hernia Inguinalis


Dextra Reponibilis secara benar;
d.   Melaksanakan tindakan keperawatan pada Tn. J dengan Hernia Inguinalis
Dextra Reponibilis sesuai dengan rencana yang telah dibuat;
e.   Melaksanakan evaluasi pada Tn. J dengan Hernia Inguinalis Dextra Reponibilis
sesuai dengan tindakan keperawatan yang telah dilakukan.

C.   Ruang Lingkup
Dalam penyusunan makalah ini, penulis hanya membatasi permasalahan asuhan

keperawatan pada Tn. J dengan Hernia Inguinalis Dextra Reponibilis diruang perawatan
Soka, RSUD Tarakan Jakarta, yang dilaksanakan pada tanggal 09 Februari 2010 sampai
10 Februari 2010.

D.   Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan metode deskripsi dengan
cara:
1.   Tehnik anamnesa
Yaitu metode pengumpulan data dengan melakukan wawancara langsung pada klien

dan keluarga untuk memperoleh data yang lengkap dan valid.


2.   Tehnik observasi
Yaitu metode pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan penulisan
secara langsung dengan menggunakan panca indra dalam mencari data penunjang
masalah kesehatan klien.
3.   Pemeriksaaan fisik 

Yaitu metode pengumpulan data dengan cara memeriksa kondisi kesehatan klien
melalui inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
4.   Study kepustaakaaaan
Yaitu mempelajari buku ± buku literatur untuk mendapatkan konsep dasar dalam
 penyusunan makalah ini secara teoritis yang kemudian diaplikasikan dalam bentuk kasus
kelolaan.
5.   Study dokumentasi
Yaitu mengumpulkan data dari status klien, catatan keperawatan, dan catatan
 perkembangan yang berhubungan dengan status Tn. J.

E.   Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari lima bab, yaitu:
BAB I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode
 penulisan, daan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis, terdiri dari pengertiaan, etiologi, patofisiologi,
 penatalaksanaan medis, dan penatalaksanaan keperawatan.
BAB III Tinjauan Kasus, terdiri dari identitas klien, riwayat keperawatan, pengkajian
fisik, resume, data focus, analisa data, diagnosa keperawatan, perencanaan,

 pelaksanaan, dan evaluasi.


BAB II
TINJAUAN KASUS

A.   Pengertian
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dan tempatnya yang

normal melalui sebuah defek congenital atau yang didapat (Long, Barbara. C, 1996).
Hernia adalah suatu keadaan menonjolnya isi usus suatu rongga melalui lubang
(Oswari, E, 2000).
Hernia adalah penonjolan isi perut dari normal melalui lubang congenital atau
didapat (Juraidi, Purnawan, 2000).
Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan, atau struktur melewati dinding
rongga yang secara normal memang berisi bagian ± bagian tersebut (Nettina, 2001).
Hernia adalah protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan (Sjamsuhidajat, R dan Jong, Wim de, 2004).

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hernia merupakan


 penonjolan sebuah organ, jaringan, atau struktur melalui defek congenital atau didapat.

B.   Etiologi
Hernia dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.  Congenital;
2.   Obesitas;
3.   Ibu hamil;
4.  Mengejan;

5.  Pengangkatan beban berat.

C.   Patofisiologi
1.   Proses Penyakit
Defek pada dinding otot mungkin congenital karena kelemahan jaringan atau
ruang luas pada ligament inguinal atau dapat disebabkan oleh trauma. Tekanan intra
abdominal paling umum meningkat sebagai akibat dari kehamilan atau kegemukan.
Mengangkat beban berat dan mengejan juga dapat menyebabkan peningkSatan
tekanan intra abdominal.

Bila factor ± factor ini ada bersama kelemahan otot, individu akan mengalami
hernia. Bila tekanan dari cincin hernia memotong suplai darah ke segmenhernia dari
usus, usus menjadi terstrangulasi. Situasi ini adalah kedaruratan bedah, usus ini cepat
menjadi gangrene kerena kekurangan suplai darah.

Patoflow

kongenital, obesitas, ibu hamil,


mengejan, pengangkatan beban berat

 peningkatan tekanan intra abdominal

kelemahan otot

hernia

reponibel ireponibel strangulata

usus keluar jika berdiri perlekatan isi kantong pada isi hernia terjepitoleh
atau mengejan peritoneum kantong hernia cincin hernia

usus masuk lagi jika


  berbaring isi hernia tidak dapat gangguan
atau didorong masuk dimasukan lagi vaskularisasi

nekrosis isi
abdomen

Sumber: Pinrang Ruslan. (2009). Asuhan keperawatan klien dengan hernia.


www.ruslanpinrang.blogspot.com.
www.ruslanpinrang.blogspot.com Diambil tanggal 04 Februari 2010.

2.   Manifestasi Klinis
a.   Adanya benjolan pada lipatan paha;
 b.   Nyeri didaerah benjolan;

c.   Bila batuk atau mengejan benjolan akan bertambah besar;


d.   Mual, muntah, kembun;
e.   Konstipasi;
f.   Anoreksia;
g.   Demam;
h.   Pucat dan gelisah;
i.  Dehidrasi.

3.   Klasifikasi
a.   Berdasarkan letaknya, hernia dibagi atas;
1)  Inguinalis
Hernia inguinalis terbagi menjadi dua, yaitu:
a)   Indirek/ lateralis
Yaitu batang usus melewati cincin abdomen dan mengikuti saluran
sperma masuk kedalam kanalis inguinalis.
 b)  Direk/ medialis

Yaitu batang usus melewati dinding inguinalis bagian posterior.


2)   Femoralis
Hernia femoralis terjadi karena batang usus melewati femoral kebawah,
kedalam kanalis femoralis.
3)   Umbilikalis
Hernia umbilikalis terjadi karena batang usus melewati cincin umbilical.
4)   Incisional
Hernia incisional terjadi karena batang usus atau organ lain menonjol
melalui jaringan parut yang lemah.

 b.  Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas:


1)  Hernia bawaan/ congenital;
2)  Hernia dapatan/ akuisita.
c.  Berdasarkan sifatnya, hernia terbagi atas:
1)  Hernia reponibel
Yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk.
2)   Hernia ireponibel
Yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan lagi kedalam rongga.

Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum


kantong hernia. Hernia ini disebut juga hernia akreta (accretes = perlekatan
karena fibrosis).
3)   Hernia strangulata/ inkarserata
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia inkarserata berarti isi
kantong terperangkap, tidak dapat kembali kedalam rongga perut disertai

akibatnya yang berupa gangguan vaskularisasi. Hernia strangulata


mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen didalamnya karena tidak 
mendapat darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini
merupakan keadaan gawat darurat karenanya perlu mendapat pertolongan
segera.

4.   Komplikasi
Akibat dari hernia dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut:
a.   Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga

isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan lagi, keadaan ini disebut hernia
inguinalis lateralis ireponibel. Pada keadaan ini belum terjadi gangguan
 penyaluran isi usus. Isi hernia yang menyebabkan ireponibell adalah omentum
karena mudah melekat pada dinding hernia.
 b.  Terjadi tekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang
masuk, cincin hernia relative semakin sempit dan menimbulkan gangguan isi
 perut. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis inkarserata.
c.  Bila hernia inkarserata dibiarkan maka akan timbul edema dan terjadi penekanan
 pembuluh darah sehingga terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinaalis

lateralis strangulasi, terjadi karena usus berputar (melintar) pada keadaan


inkarserata dan strangulasi, maka timbul gejala muntah, kembung, dan obstipasi.
Pada strangulasi terajdi nyeri hebat, daerah tonjolan menjadi lebih merah dan
 penderita sangat gelisah.

D.   Penatalaksanaan Medis
1.   Terapi konservatif/ non bedah, meliputi:
a.   Penggunaan alat penyangga yang bersifat sementara, seperti pemakaian sabuk atau
korset.

 b.  Pada hernia reponibel dilakukan tekanan secara terus menerus pada daerah
 benjolan seperti dengan bantal pasir.
c.   Dilakukan reposisi postural pada pasien dengan hernia inkarserata yang
tidak menunjukan gejala sistemik.
d.   Diberikan kompres untuk mengatasi pembengkakan.
e.   Diet makanan cair.
2.   Terapi pembedahan dilakukan untuk mengembalikan organ dan menutup lubang

hernia agar tidak terjadi kembali. Ada dua prinsip pembedahan, yaitu:
a.   Herniotomi, yaitu dengan memotong kantong hernia saja kemudian diikat.
 b.  Herniografi, yaitu perbaikan defek dengan pemasangan jaringan melalui operasi
terbuka atau laparaskopi.

E.   Penatalaksanaan Keperawatan
1.  Pengkajian
a.  Aktivitas/ istirahat
Gejala : riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat berat, duduk,

mengemudi dan waktu lama, membutuhkan papan/ matras yang


keras saat tidur, penurunan rentang gerak daan ekstremitas pada
salah satu bagian tubuh, tidak mampu melakukan aktivitas yang
 biasanya dilakukan.
Tanda : atropi otot pada bagian tubuh yang terkena gangguan dalam
 berjalan.
 b.  Eliminasi
Gejala : konstipasi dan adanya inkontinensia/ retensi urine.
c.  Integritas ego

Gejala : ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah pekerjaan,


financial, atau keluarga.
Tanda : tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga.
d.   Neurosensori
Gejala : kesemuttan, kekakuan, kelemahan dari tangan/ kaki.
Tanda : penurunan reflex tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia, nyeri
tekan, penurunan persepsi nyeri.
e.  Makanan/ cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna.

Tanda : membran mukosa kering, turgor kulit buruk, kering/ kulit bersisik.
f.  Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/ batuk, merokok.
g.  Kenyamanan
Gejala : nyeri seperti tertusuk pisau yang semakin memburuk dengan
adanya batuk, bersin, defekasi, nyeri yang tidak ada hentinya, nyeri

yang menjalar ke kaki, bokong, bahu/ lengan, kaku pada leher.


Tanda : perubahan cara berjalan, berjalan dengan terpincang ± pincang,
nyeri palpasi.
h.  Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : penggunaan obat analgesic, antiinflamasi, obat yang dijual bebas,
atau obat ± obatan rekreasional, penggunaan alcohol.
i.  Pemeriksaan penunjang
1)   Sinar X abdomen menunjukan abnormalnya kadar gas dalam usus/
obstruksi usus.

2)   Hitung darah lengkap dan erum elektrolit dapat menunjukan


hemokonsentrasi (peningkatan Ht), peningkatan leukosit, dan
ketidakseimbangan elektrolit.
2.   Diagnosa
Diagnosa yang muncul pada klien dengan post operasi Hernia, yaitu:
a.   Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan muntah pra operasi,
 pembatasan pasca operasi (puasa).
 b.  Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan diskontuinitas jaringan
akibat pembedahan.

c.   Resiko perdarahan berhubungan luka insisi pembedahan.


d.   Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme sekunder 
terhadap luka post operasi.
e.   Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
f.   Kurang pengetahuan tentang henia berhubungan dengan kurang terpaparnya
informasi.
3.   Perencanaan
a.   Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan muntah pra operasi,
 pembatasan pasca operasi (puasa).

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam,


diharapkan kebutuhan cairann terpenuhi.
Kriteria hasil:
1)   Membran mukosa lembab;
2)  Turgor kulit elastis;
3)  Kebutuhan cairan terpenuhi.
Intervensi:

1)   Pantau TTV;
2)   Evaluasi penggisian kapiler, turgor kulit, dan status membrane mukosa;
3)   Pantau masukan dan haluaran;
4)  Perhatikan adanya edema;
5)  Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan IV dan elektrolit.

 b.   Nyeri (akut) berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat pembedahan.


Tujuan : Setelah dilakuakan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam,
diharapkan nyeri hilang atau berkurang.

Kriteria hasil:
1)  Rasanyeri berkurang atau hilang;
2)  TTV dalam batas normal;
3)  Klien tampak tenag dan rileks.
Intervensi:
1)   Pantau TTV;
2)   Kaji intensitas dan skala nyeri,catat lokasi,karakteristik nyeri;
3)  Anjurkan klien istirahat ditempat tidur;
4)   Atur posisi klien senyaman mungkin;

5)   Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam;


6)   Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik.

c.   Resiko perdarahan berhubungan luka insisi pembedahan.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam,
diharapkan tidak terjadi perdarahan.
Kriteria hasil:
1)   Tidak terjadi perdarahan;
2)  TTV dalam batas normal;

3)  Luka bersih, tidak lembab dan kotor.


Intervensi:
1)   Pantau TTV;
2)   Monitor tanda ± tanda perdarahan;
3)  Pantau masukan dan haluaran;
4)   Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian caiaran IV;

5)   Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian transfusi darah;


6)   Kolaborasi dengan dokter dalam pemberiaan obat untuk mengatasi
 perdarahan.

d.   Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme sekunder terhadap


luka post operasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam,
diharapkan tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil:

1)   Tidak ada tanda ± tanda infeksi;


2)   Luka bersih, tidak lembab, dan kotor;
3)   TTV dalam batas normal.
Intervensi:
1)   Pantau TTV;
2)   Lakukan perawatan luka dengan tehnik aseptic;
3)   Ganti balutan luka operasi secara teratur dan sewaktu ± waktu bila kotor;
4)  Jika ditemukan tanda infeksi, kolaborasi untuk pemeriksaan darah;
5)  Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotic.

e.   Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan efek sekunder terhadap luka post


operasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam,
diharapkan klien dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri.
Kriteria hasil:
1)   Mampu memenuhi kebutuhan diri;
2)   Mampu melakukan aktivitas tanpa dibantu;
3)  Mampu melakukan aktivitas tanpa nyeri;

4)  Skala nyeri 0 ± 3.


Intervensi:
1)   Kaji keadaan umum klien;
2)   Kaji ketidakmampuaan klien dalam beraktivitas;
3)  Berikan istirahat yang cukup;
4)  Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan diri;

5)  Berikan latihan aktivitas secara bertahap.

f.   Kurang pengetahuan tentang henia berhubungan dengan kurang terpaparnya


informasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam,
diharapkan pengetahuan klien tentang hernia bertambah.
Kriteria hasil:
1)   Klien mengerti tentang penyakit hernia;
2)  Klien mengerti tentang penyebab hernia;

3)  Klien mengerti tentang cara perawatan luka akibat pembedahan.


Intervensi:
1)   Kaji kemauan dan kemampuan klien untuk belajar;
2)   Terangkan mengenai penyakit sesuai kemampuan dapat diterima klien;
3)  Berikan informasi dalam bentuk lisan maupun tulisan;
4)  Demonstrasikan cara perawatan luka.

4.   Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan langkah keempat dalam proses keperawatan

dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang


telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini perawata
harus mengetahui berbagai hal, diantaranya bahaya ± bahaya fisik dan perlindungan
  pada klien, tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman
tentang hak ± hak dari klien serta dalam memahami tingkat perkembangan klein.
Dalam pelaksanaan rencana tindakan terdapat dua jenis tindakan, yaitu tindakan
 jenis mandiri dan tindakan kolaborasi.
Tujuan dari pelaksaan keperawatan yaitu membantu klien dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan

  penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping. Selama tahap


  pelaksanaan, perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan
 perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien.

5.   Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan merupakan tahap mekanisme umpan balik 

diman perawat menilai tercapai atau tidaknya tujuan yang diharapkan sesuai dengan
rencana yang telah dibuat. Dengan demikian evaluasi dapat berupa evaluasi formatif 
maupun evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif dilakukan terus menerus selama melakukan tindakan
keperawatan. Evaluasi ini berguna untuk menilai setiap dalam perencanaan,
mengukur kemajuan klien dalam menentukan keefektifan rencana atau menentukan
apakah rencana tersebut dapat diteruskan, perlu diubah, atau sudah tercapai.
Evaluasi sumatif adalah evaluasiakhir yang menggambarkan apakah tujuan
akhiir tercapai atau tidak sesuai dengan rencana tindakan atau hanya tercapai

sebagian atau bahkan timbul masalah keperawatan yang baru.


Adapun hasil evaluasi yang diharapkan pada klien dengan post operasi hernia
diantaranya ialah:
a.   Kebutuhan cairan terpenuhi;
 b.   Nyeri berkurang atau hilang;
c.  Tidak terjadi perdarahan;
d.   Tidak terjadi infeksi;
e.   Klien dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri;
f.   Pengetahuan klien tentang hernia bertambah.
BAB II

TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 09 Februari 2010

Ruang/ Kelas : Soka

  Nomor Register : 90 26 56

Diagnosa Medis : Herni Inguinalis Dextra Reponibilis

Tanggal Masuk : 08 Februari 2010

A.   Identitas Klien
Klien bernama Tn. J berusia 44 tahun, lahir di Gunung Kidul pada 06 Februari
1966. Klien berjenis kelamin laki ± laki, status pernikahan kawin, beragama Islam, suku
 bangsa Jawa, dan bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Pendidikan
terakhir klien D III, klien bekerja sebagai PNS. Klien bertempat tinggal di Jl. Depsos
IV No. 14 Rt. 002 Rw. 002 Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Sumber biaya
berasal dari Askes. Informasi didapat dari klien, keluarga klien, dan status klien.

B.   Resume
Tn. J usia 44 tahun datang ke RSUD Tarakan Jakarta pada tanggal 08 Februari
2010 pukul 09.00 WIB ke poli bedah dengan keluhan adanya benjolan dilipatan paha
sebelah kanan dan klien merasakan nyeri pada benjolan tersebut sejak 2 minggu sebelum
masuk rumah sakit, timbulnya keluhan secara bertahap. Setelah dilakukan pemeriksaan
oleh dokter bedah didapatkan diagnosa medis Hernia Inguinalis Dextra Reponibilis
dengan rencana tindakan operasi cito pada hari itu juga dan klien menyatakan setuju.
Klien diantar keruang operasi pukul 10.00 WIB dan dilakukan operasi pukul 10.30
WIB dan selesai pukul 11.20 WIB. Pukul 11.30 WIB klien dijemput oleh perawat ruang
Soka. Berdasarkan pengkajian pada tanggal 08 Februari 2010 didapatkan data klien,
yaitu klien mengatakan terdapat luka operasi perut kanan bawah, nyeri pada daerah luka
operasi, klien mengeluh kesulitan untuk melakukan aktivitas seperti makan, minum, dan
eliminasi. Terdapat luka operasi pada daerah inguinal dextra, keadaan luka bersih dan
ditutup verban, aktivitas klien dibantu keluarga dan perawat seperti makan, minum, dan
eliminasi. Klien terpasang infus Ka-EN 3B 28 tpm dan terpasang kateter. TD: 120/ 80
mmHg, N: 80 x/ menit, RR: 22 x/ menit, S: 36 o C. Dari data diatas ditemukan diagnosa
keperawatan nyeri (akut) berhubungnan dengan diskontuinitas jaringan akibat

  pembedahan, resiko infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme sekunder terhadap


luka post operasi, serta keterbatan aktivitas berhubungan dengan efek sekunder 
terhadap luka post operasi.
Instruksi post operasi:
1.   Observasi TTV setelah diruangan;
2.   Bed rest total sampai dengan pukul 18.00 WIB pada tanggal 08 Februari
2010; 3.  Bila sadar klien diperbolehkan makan dan minum.
Penatalaksanaan:
1.  Cinam 2 x 1,5 mg

2.  Vit. C 1x 400 mg


3.  Ketopain 3 x 30 mg
4.  Ka-EN 3B 28 tpm

C.   Riwayat Keperawatan
1.   Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan utama klien saat masuk rumah sakit yaitu adanya benjolan dilpatan
  paha sebelah kanan dan klien merasakan nyeri pada benjolan tersebut sejak 2
minggu sebelum masuk rumah sakit. Klien mengatakan factor pencetus adanya

 benjolan tersebut karena klien sering mengendarai sepeda motor untuk bekerja serta
untuk mengantar jemput anak dan istrinya. Timbulnya benjolan tersebut secara
  bertahap dan sudah ada sejak 1 tahun yang lalu. Benjolan tersebut hilang dan
mengecil saat berbaring. Upaya yang dilakukan klien selama ini untuk mengatasi
keluhanya ialah dengan pergi berobat ke poli bedah.
2.   Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi, baik alergi obat, makanan,
 binatang, maupun lingkungan. Klien tidak memiliki riwayat kecelakaan, klien juga
  belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya. Klien tidak memiliki riwayat

alergi obat.
3.   Riwayat Kesehatan Keluarga

Keterangan:
: laki ± laki : hubungan keluarga

: perempuan : hubungan perkawinan

: meninggal : tinggal satu rumah

: klien

Klien mengatakan pada saat ini tidak ada keluarganya yang sedang sakit.
Klien juga mengatakan tidak ada keluarganya yang mengidap penyakit hernia
sebelumnya. Jadi, klien tidak beresiko mengidap penyakit hernia karena faktor keturunan.

4.   Riwayat Psikososial Dan Spiritual


Orang terdekat klien saat ini adalah istrinya. Interaksi dalam keluarga
harmonis dengan pola komunikasi terbuka, pembuat keputusan adalah keluarga atau
secara musyawarah, dan klien mengikuti kegiatan kemasyarakatan. Dampak 
  penyakit klien terhadap keluarga ialah keluarga menjadi sangat khawatir dengan
kondisi klien saat ini. Keluarga klien terlihat sangat mensupport klien agar cepat
sembuh. Keluarga perhatian penuh terhadap perawatan klien dan menginginkan
 perawatan yang terbaik untuk kesembuhan klien. Masalah yang mempengaruhi klien
adalah penyakit yang dideritanya. Mekanisme koping klien terhadap stress yaitu

dengan pemecahan masalah. Hal yang sangat dipikirkan klien saat ini adalah luka
  bekas operasinya, klien berharap ingin cepat sembuh dari penyakitnya agar dap
kembali beraktivitas lagi seperti biasanya. Perubahan yang dirasakan klien setelah
 jatuh sakit ialah klien merasa takut untuk melakukan aktivitas karena taku akan luka
  bekas operasinya. Tugas perkembangna klien menurut usia saat ini ialah bekerja.
Tidak ada nilai ± nilai yang bertentangan kesehatan klien, aktivitas keagamaan yang
 biasa dilakukan klien ialah shalat liam waktu dan berdoa kepada Allah SWT.

5.   Kondisi Lingkungan Rumah


Klien mengatakan kondisi rumahnya bersih, selalu disapu dan dipel setiap
hari. Lingkungan sekitar rumah klien padat, tetapi tidak kumuh. Rumah klien jauh
dari polusi udara dan bising perusahaan atau pabrik.
6.   Pola Kebiasaan Sehari ± Hari Sebelum Sakit
Pola nutrisi klien sebelum dirawat dirumah sakit baik, yaitu makan 3 x/ hari,
nafsu makan baik, porsi makan dihabiskan. Jenis makan dirumah yaitu 4 sehat 5
sempurna. Klien mengatakan tidak ada makanan yang tidak disukai, tidak ada alergi
atau pantangan makanan. Kebiasaan klien sebelum makan adalah cuci tangan dan

 berdoa.
Pola eliminasi klien sebelum dirawat dirumah sakit yaitu kilen terbiasa
BAK dengan frekuensi 4 ± 5 x/ hari, berwarna kuning jernih dan tidak ada
keluhan saat BAK. Kebiasaan BAB 1x/ hari pada waktu pagi hari dengan warna
kuning kecoklatan, bau khas, konsistensi setengah padat, tidak ada keluhan saat BAB
dan tidak menggunakan laksatif atau obat pencahar.
Klien mandi 2 x/ hari menggunakan sabun pada pagi dan sore hari. Oral
hygine 3x/ hari menggunakan pasta gigi pada pagi, sore, dan sebelum tidur. Klien
mencuci rambut 2x/ minggu dengan menggunakan shampo.

Lama tidur klien 6 jam/ hari mulai dari pukul 23.00 ± 05.00 WIB. Klien jarang
tidur siang karena bnayak melakukan aktivitas pada siang hari. Kegiatan dalam
  pekerjaan ialah klien sebagai pegawai kantor disalah satu perusahaan di Jakarta.
Klien bekerja pada pagi hingga sore hari. Klien sering melakukan olah raga,
khususnya badminton. Klien terbiasa bermain badminton 2 x/ minggu. Klien
tidak memiliki keluhan dalam beraktivitas. Klien tidak memiliki kebiasaan yang dapat
mempengaruhi kesehatannya, seperti merokok, minum ± minuman keras, dan
ketergantungan obat.
7.   Pola Kebiasaan Di Rumah Sakit
Saat dirumah sakit klien makan 3 x/ hari, nafsu makan klien baik, klien
menghabiskan porsi makanan yang diberikan oleh rumah sakit. BB klien 5 7 kg dan
TB 165 cm, diit makanan lunak.
Klien mandi 2 x/ hari pada pagi dan sore hari, oral hygiene 2 x/ hari

menggunakan pasta gigi pada pagi dan sore hari, klien tidak mencuci rambut.
Lama tidur klien 7 jam/ hari mulai dari pukul 22.00 ± 05.00 WIB. Saat
dirumah sakit klien tidur siang selama 1 jam mulai dari pukul 13.00 ± 14.00 WIB.
Keluhan klien dalam beraktivitas ialah klien merasa takut melakuakn aktivitas
karena adanya luka operasi, klien merasa kesulitan dalam pergerakan tubuh,
mengenakan pakaian, makan, minum, dan eliminasi sehingga aktivitas tersebut
dibantu keluarga dan perawat.

D.   Pengkajian Fisik 

1.   Sistem Penglihatan
Posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata normal,
konjungtiva merah muda, korne normal, sklera anikterik, pupil isokor, oto ± otot
mata tidak ada kelainan, fungsi penglihatan baik, tidak ada tanda ± tanda radang,
tidak menggunakan kaca mata maupun lengsda kontak, reaksi terhadap cahaya baik.
2.   Sistem Pendengaran
Daun telinga normal, kondisi telingan normal, tidak ada cairan dari telinga,
tidak ada perasaan penuh ditelinga, tidak ada tinitus, fungsi pendengaran normal,
tidak menggunakan alat bantu pendengaran.

3.   Sistem Wicara
Klien tidak ada kesulitan dalam wicara.
4.   Sistem Pernapasan
Jalan napas klien bersih, napas tidak sesak, tidak menggunakan otot bantu
 pernapasan, frekuensi pernapasan 20 x/ menit, irama teratur, kedalaman pernapasan
dalam, klien tidak batuk, suara napas vesikuler.
5.   Sistem Kardiovaskular 
Sirkulasi perifer, nadi 72 x/ menit dengan irama teratur dan denyut lemah, TD:
120/ 80 mmHg, tidak ada distensi vena jugularis pada kanan dan kiri, temperatur 

kulit hangat, warna kulit kemerahan, pengisian kapiler < 3 detik, tidak ada edema.
Kecepatan denyut apical 72 x/ menit dengan irama teratur, tidak ada kelainan bunyi
 jantung, dan tidak ada rasa sakit pada dada.
6.   Sistem Hematologi
Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 26 Januari 2010, yaitu:
Hb : 15, 6 gr/ dl Ht : 47 vol% leukosit: 13, 2 ribu/ ul

Eritrosit: 5, 25 juta/ ul trombosit: 193 ribu/ul


Klien tidak mengeluh kesakitan.
7.   Sistem Saraf Pusat
Tingkat kesadaran klien compos mentis, tidak terjadi peningkatan tekanan
intra kranial.
8.   Sistem Pencernaan
Keadaan mulut klien tidak ada caries pada gigi, tidak menggunakan gigi palsu,
tidak ada stomatitis, lidah tidak kotor, salifa normal, klien tidak mual dan tidak muntah,
nafsu makan baik. Klien mengeluh nyeri pada daerah luka post operasi.

Klien mengatakan nyeri datang pada saat mengubah posisi dari berbaring untuk duduk,
namun setelah lama berdiam pada satu posisi nyeri hilang. Klien tyampak 
mengerutkan wajahnya jika sedang mengubah posisi. Karakteristik nyeri seperti
ditusuk ± tusuk dengan skala nyeri 6, klien tampak melindungi area yang nyeri,
tidak ada rasa penuh pada perut. Kebiasaan BAB 1 x/ hari, bising usus 6 x/ menit,
klien tidak megalami diare, warna feses kuning dengan konsistensi lembek, hepar
tidak teraba, dan abdomen baik.
9.   Sistem Endokrin
 Napas tidak berbau keton, klien tidak mengalami poliuri, polidipsi, poliphagia,

dan polinefritis.
10.   Sistem Urogenital
Klien terpasang kateter, BAK 4 ± 5 X/ hari dengan volume 1500 cc/ hari,
warna kuning jernih, tidak ada distensi pada kandung kemih, tidak ada keluha sakit
 pinggang.
11.   Sistem Integumen
Turgor kulit elastis, warna kulit kemerahan, terdapat loka post operasi dengan
8 jahitan sepanjang 12 cm, keadaan luka tertutup verban, dan tampak bersih. Pada
lengan sebelah kiri terpasang infus Ka- EN 3B 28 tpm, keadaan rambut bersih

dengan tekstur baik.


12.   Sistem Muskuloskeletal
Klien mengalami kesulitan dalam pergerakan karena adanya luka post operasi
 pada daerah inguinal dextra. Tidak ada sakit pada tulang dan sendi, tidak ada fraktur,
tidak ada kelainan bentuk tulang sendi.
13.   Sistem Kekebalan Tubuh

Suhu 36, 4O C, BB sebelum sakit 57 kg, BB setelah sakit 56 kg, tidak ada
 pembesaran kelenjar getah bening.

E.   Pelaksanaan
Terapi yang diberikan yaitu:
1.  Cinam 2 x 1,5 mg
2.  Vit. C 1x 400 mg
3.  Ketopain 3 x 30 mg
4.  Ka-EN 3B 28 tpm
F.   DATA FOKUS

  Nama Klien/ Umur : Tn. J/ 44 tahun

  No. Kamar/ Ruang : 5304/ Soka

Data Subyektif Data Obyektif 

  Klien mengatakan ada luka operasi pada


  Terdapat luka post operasi pada daerah
 perut sebelah kanan bawah
inguinal dextra dengan 8 jahitan, sepanjang
  Klien mengeluh nyeri pada daerah luka 12 cm
operasi
  Luka ditutup dengan verban
  Klien mengatakan nyeri datang pada saat
  Luka operasi tampak bersih
mengubah posisi dari berbaring untuk duduk dan
  Klien tampak mengerutkan wajahnya saat
setelah lama berdiam pada satu posisi
sedang mengubah posisi
nyeri hilang
  Klien tampak melindungi area yang nyeri
  Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk
  Kesadaran compos mentis
± tusuk 
  Klien tidak dapat melakukan aktivitas
  Skala nyeri 6
sendiri, seperti mengenakan pakaian,
  Klien mengatakan takut melakukan aktivitas
makan, minum, dan eliminasi
karena ada luka operasi
  Aktivitas klien dibantu keluarga dan
  Klien mengatakan merasa kesulitan dalam
 perawat
  pergerakan tubuh, mengenakan pakaian,   TTV : TD : 120/ 80 mmHg
mandi, makan, dan eliminasi
 N : 72 x/ menit
RR: 20 x/ menit
S : 36, 40 C
-  Hasil lab tanggal 26 Januari 2010
Leukosit: 13, 2 ribu/ ul
G.   ANALISA DATA

  Nama Klien/ Umur : Tn. J/ 44 tahun

  No. Kamar/ Ruang : 5304/ Soka

  No. Data Masalah Etiologi


1 DS:   Nyeri akut Diskontuinitas
  Klien mengatakan ada luka operasi   jaringan akibat
 pada perut sebelah kanan bawah  pembedahan
  Klien mengeluh nyeri pada daerah luka
operasi
  Klien mengatakan nyeri datang pada
saat mengubah posisi dari berbaring

untuk duduk dan setelah lama berdiam


 pada satu posisi nyeri hilang
  Klien mengatakan nyeri seperti
ditusuk ± tusuk 

  Skala nyeri 6
DO:

  Terdapat luka post operasi pada daerah


inguinal dextra dengan 8 jahitan,
sepanjang 12 cm

  Klien tampak mengerutkan wajahnya


saat sedang mengubah posisi

  Klien tampak melindungi area yang


nyeri

  TTV : TD : 120/ 80 mmHg


 N : 72 x/ menit
RR: 20 x/ menit
S : 36, 40 C
2 DS: Resiko infeksi Masuknya
  Klien mengatakan ada luka operasi mikroorganisme
 pada perut sebelah kanan bawah sekunder terhadap
DO: luka post operasi
  Terdapat luka post operasi pada daerah
inguinal dextra dengan 8 jahitan,
sepanjang 12 cm

  Luka ditutup dengan verban


  Luka operasi tampak bersih
  TTV : TD : 120/ 80 mmHg
 N : 72 x/ menit
RR: 20 x/ menit
S : 36, 40 C
-  Hasil lab tanggal 26 Januari 2010
Leukosit: 13, 2 ribu/ ul
3 DS: Keterbatasan Efek sekunder terhadap
  Skala nyeri 6 aktivitas luka post
  Klien mengatakan takut melakukan operasi
aktivitas karena ada luka operasi
-  Klien mengatakan merasa kesulitan
dalam pergerakan tubuh, mengenakan
 pakaian, mandi, makan, dan eliminasi
  DO:
Klien tidak dapat melakukan aktivitas
sendiri, seperti mengenakan pakaian,
makan, minum, dan eliminasi
  Aktivitas klien dibantu keluarga dan
 perawat
H.   Diagnosa Keperawatan
1.     Nyeri akut berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat pembedahan,
ditemukan tanggal 09 Februari 2010.
2.   Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya moikroorganisme sekunder
terrhadap luka post operasi, ditemukan tanggal 09 Februari 2010 dan teratasi tanggal
10

Februari 2010.
3.   Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan efek sekunder terhadap luka post
operasi, ditemukan tanggal 09 Februari 2010.

I.   Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi


1.    Nyeri (akut) berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat pembedahan.
Tujuan : Setelah dilakuakan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam,
diharapkan nyeri hilang atau berkurang.
Kriteria hasil:

a.   Rasa nyeri berkurang atau hilang;


 b.  TTV dalam batas normal;
TD : 120/ 80mmHg
  N : 80 x/ menit
RR : 20 x/ menit
0
S : 360 ± 36, 7 C
c.  Skala nyeri 0 ± 3
d.  Klien tampak tenang dan rileks.
Intervensi:

a.  Observasi TTV;


 b.  Kaji intensitas dan skala nyeri,catat lokasi, serta karakteristik nyeri;
c.  Anjurkan klien istirahat ditempat tidur;
d.   Atur posisi klien senyaman mungkin;
e.   Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam;
f.   Berikan analgetik sesuai program: Ketopain 3 x 30 mg/ bolus (Ka-EN 3B)
Pelaksanaan:
Selasa, 09 Februari 2010
Pukul 08.30 WIB mengobservasi TTV, TD: 120/ 80 mmHg, N: 72 x/ menit,
0
RR: 20 x/ menit, S: 36, 4 C. Pukul 10.00 WIB mengkaji lokasi, intesnsitas,
karakteristik, dan skala nyeri, nyeri pada daerah luka post operasi, timbul bila
mengubah posisi dari berbaring untuk duduk, nyeri seperti ditusuk ± tusuk, skala
nyeri 4. Pukul 10.30 WIB menganjurkan klien istisahat ditempat tidur, klien
mengikuti instruksi yang diberikan. Pukul 12.00 WIB memberikan analgetik Ketopain
30 mg/ bolus (Ka-EN 3B), wajah klien tampak meringis menahan nyeri
ketika obat dimasukkan, tidak ada tanda ± tanda alergi setelah obat dimasukan pada

sekitar area pemberian obat.


Rabu, 10 Februari 2010
Pukul 08.30 WIB mengobservasi TTV, TD: 110/ 70 mmHg, N: 80 x/ menit,
RR: 20 x/ menit, S: 36, 40 C. Pukul 08.40 WIB mengkaji skala nyeri, skala nyeri 2.
Pukul 09.00 WIB mengajarkan teknik relaksasi dan napas dalam, klien mengikuti
instruksi yang diberikan. Pukul 09.15 WIB mengatur posisi klien senyaman
mungkin, klien merasa nyaman dengan posisi semi fowler. Pukul 12.00 WIB
memberikan analgetik Ketopain 30 mg, obat diberikan secara parenteral melalui
venflon, wajah klien tampak meringis menahan nyeri ketika obat dimasukkan, tidak 

ada tanda ± tanda alergi setelah obat dimasukan pada sekitar area pemberian obat.

Evaluasi

Rabu, 10 Februari 2010, pukul 14.00 WIB

S : - Klien mengatakan nyeri sudah berkurang

- Skala nyeri 2

- Nyeri datang pada saat mengubah posisi dari berbaring untuk duduk 

O : - Klien tampak mengerutkan dahinya jika sedang mengubah posisi

- TTV: TD : 110/ 70 mmHg

 N : 80 x/ menit

RR : 20 x/ menit

S : 36, 40 C

A : Masalah belum teratasi

Tujuan tercapai sebagian


P : intervensi dilanjutkan dirumah dengan terapi dari dokter:

- Mefinal 3 x 1 tablet

- Amoxyclav 2 x 1 tablet

Kontrol ulang tanggal 13 Februari 2010

2.   Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme sekunder terhadap


luka post operasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, diharapkan
tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil:
a.   Tidak ada tanda ± tanda infeksi;
 b.  Luka bersih, tidak lembab, dan kotor;
c.  TTV dalam batas normal.

TD : 120/ 80mmHg
  N : 80 x/ menit
RR : 20 x/ menit
0
S : 360 ± 36, 7 C
Intervensi:
a.  Observasi TTV;
 b.  Observasi tanda ± tanda infeksi;
c.   Lakukan perawatan luka dengan tehnik aseptic;
d.   Ganti balutan luka operasi secara teratur dan sewaktu ± waktu bila kotor;

e.   Berikan antibiotik sesuai program, Cinam 2 x 1,5 mg/ bolus (Ka-EN 3B) dan
Vit. C 1 x 400 mg/ bolus (Ka-EN 3B)
Pelaksanaan:
Selasa, 09 Februari 2010
Pukul 08.30 WIB mengobservasi TTV, TD: 120/ 80 mmHg, N: 72 x/ menit,
RR: 20 x/ menit, S: 36, 40 C. Pukul 11,00 WIB mengobservasi tanda ± tanda infeksi,
tidak ada tanda ± tanda infeksi pada luka klien, luka kering, ditutup verban, tampak 
 bersih, tidak ada rembesan darah. Pukul 12.10 WIB memberikan antibiotik Cinam
1,5 mg/ bolus (Ka-EN 3B), klien tampak tenang saat obat dimasukan, tidak ada

tanda ± tanda alergi setelah obat dimasukkan pada sekitar area pemberian obat.
Pukul 12.15 WIB memberikan obat Vit. C 400 mg/ bolus (Ka-EN 3B), klien
tampak 
tenang saat obat dimasukan, tidak ada tanda ± tanda alergi setelah obat dimasukkan
 pada sekitar area pemberian obat.
Rabu, 10 Februari 2010
Pukul 08.30 WIB mengobservasi TTV, TD: 110/ 70 mmHg, N: 80 x/ menit,
RR: 20 x/ menit, S: 36, 40 C. Pukul 09.30 WIB mengobservasi tanda ± tanda infeksi,

tidak ada tanda ± tanda infeksi pada luka klien, luka kering, ditutup verban, tampak 
  bersih, tidak ada rembesan darah. Pukul 10.00 WIB melakukan perawatan luka
dengan tehnik aseptik, luka ditutup verban, tidak ada rembesan darah. Pukul 10.20
WIB mengganti balutan luka, luka kering, bersih, tidak ada pus atau darah. Pukul
12.10 WIB memberikan antibiotik Cinam 1,5 mg,obat diberikan secara parenteral
melalui venflon, klien tampak tenang saat obat dimasukan, tidak ada tanda ± tanda
alergi setelah obat dimasukkan pada sekitar area pemberian obat. Pukul 12.15 WIB
memberikan obat Vit. C 400 mg, obat diberikan secara parenteral melalui venflon,
klien tampak tenang saat obat dimasukan, tidak ada tanda ± tanda alergi setelah obat

dimasukkan pada sekitar area pemberian obat.


Evaluasi
Rabu, 10 Februari 2010, pukul 14.00 WIB
S : - Klien mengatakan ada luka operasi pada perut daerah kanan bawah

O : -Terdapat luka operasi pada daerah inguinal dextra dengan 8 jahitan,


sepanjang 12 cm

- Luka ditutup dengan verban

- Luka operasi tampak bersih

- Tidak ada rembesan darah pada balutan luka

- Tidak ada tanda ± tanda infeksi

- TTV: TD : 120/ 80 mmHg

  N : 80 x/ menit

RR : 20 x/ menit

S : 36, 40 C
A : Masalah teratasi

Tujuan tercapai

P : Intervensi dipertahankan klien dirumah

3.   Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan efek sekunder terhadap luka post


operasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, diharapkan
klien dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri.
Kriteria hasil:
a.   Mampu memenuhi kebutuhan diri;
 b.  Mampu melakukan aktivitas tanpa dibantu;
c.  Mampu melakukan aktivitas tanpa nyeri;
d.  Skala nyeri 0 ± 3.
Intervensi:
a.  Kaji keadaan umum klien;
 b.  Kaji ketidakmampuaan klien dalam beraktivitas;
c.  Berikan istirahat yang cukup;
d.  Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan diri;
e.  Berikan latihan aktivitas secara bertahap.

Perencanaan:

Selasa, 09 Februari 2010

Pukul 09.00 WIB mengkaji keadaan umum klien, kesadaran compos mentis,
klien sedang beristirahat. Pukul 09.30 WIB mengkaji ketidakmampuan klien dsalam
  beraktivitas, klien tidak mampu melakukan aktivitas seperti mengenakan pakaian,
makan, dan eliminasi, aktivitas dibantu keluarga dan perawat. Pukul 09.40 WIB
menganjurkan klien istirahat yang cukup, klien mengikuti instruksi yang diberikan.
Pukul 10.00 WIB mengkaji lokasi, intesitas, karakteristik, dan skala nyeri, nyeri
  pada daerah luka post operasi, timbul bila mengubah posisi dari berbaring untuk duduk,
nyeri seperti ditusuk ± tusuk, skala nyeri 4.
Rabu, 10 Februari 2010

Pukul 08.40 WIB mengkaji skala nyeri, skala nyeri 2. Pukul 10.50 WIB
mengkaji keadaan umum klien, kesadaran compos mentis, klien sedang beristirahat.
Pukul 11.00 WIB membantu klien dalam memenuhi kebutuhan, klien merasa
diperhatikan. Pukul 11.30 WIB memberikan latihan aktivitas secara bertahap, klien
sudah mampu mengubah posisinya dari berbaring untuk duduk tanpa dibantu.

Evaluasi

Rabu, 10 Februari 2010, pukul 14.00 WIB

S : - Klien mengatakan nyeri berkurang pada saat mengubah posisi dari


  berbaring untuk duduk 

- skala nyeri 2

- Klien mengatakan beberapa aktivitasnya, seperti mandi dan eliminasi belum


 bisa dilakukannya sendiri

O : - Sebagian aktivitas klien masih dibantu keluarga dan perawat, seperti mandi
dan eliminasi.

- klien sudah mampu mengubah posisinya dari berbaring untuk duduk tanpa
dibantu.

A : Masalah belum teratasi

Tujuan tercapai sebagian

P : Intervensi dilanjutkan klien dirumah


BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai permasalahan atau kesenjangan yang
terjadi antara teori dan kasus, menganalisa faktor ± faktor pendukung dan penghambat, serta
alternativ pemecahan masalah dalam memberikan asuhan keperawatan disetiap tahapannya.
Pembahsan ini mecakup pengkajian, diagnovsa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.

A.   Pengkajian
Pengkajian merupakan satu langkah awal dalam proses keperawatan. Pada tahap
ini penulis melakukan pemgkajian pada klien secara menyeluruh yang penulis dapatkan
melalui tehnik anamnesa, tehnik observasi, pemeriksaan fisik, study kepustakaan, dan

study dokumentasi.
Penyebab hernia antara kasus dan teori sama, berdasarkan teori hernia diakibatkan
oleh beberapa hal seperti kongenital, obesitas, ibu hamil, mengejan, dan pengangkatan
  beban berat. Pada klien Tn. J hernia yang dideritanya diakibatkan karena klien sering
mengendarai sepeda motor untuk bekerja serta mengantar jemput anak dan istrinya.
Pemeriksaan penunjang yang dapat menentukan penyebab penyakit ini antara lain
 pemeriksaan sinar-X abdomen dan pemeriksaan darah lengkap. Pada klien Tn. J hanya
dilakukan pemeriksaan darah lengkap pada tanggal 26 Januari 2010 dan didapatkan hasil
Hb: 15, 6 gr/ dl, Ht: 47 vol%, leukosit: 13, 2 ribu/ ul, Eritrosit: 5, 25 juta/ ul, trombosit:

193 ribu/ul. Tanda dan gejala pada Tn. J sesuai dengan manifestasi klinis. Tanda dan
gejala yang dialami Tn. J adalah adanya benjolan pada lipatan paha sebelah kanan dan
nyeri didaerah benjolan tersebut. Pada penatalaksanaan medis yang diberikan pada Tn. J
tidak jauh berbeda dengan teori.
Adapun faktor pendukung saat dilakukan pengkajian ini adalah klien sangat
kooperatif dalam memberikan informasi tentang masalah kesehatan yang dialaminya,
serta tersedianya alat ± alat pengkajian fisik yang memadai diruangan. Sedangkan faktor 
  penghambat dalam pengkajian tidak penulis temukan, ini berkat kerjasama klien,
keluarga klien, serta perawat ruangan yang memberikan data secara lengkap pada saat

 penulis melakukan pengkajian .


B.   Diagnosa Keperawatan
Secara teori diagnosa yang muncul pada klien Tn. J dengan post operasi hernia
terdapat 6 diagnosa, yaitu resiko defisit volume cairan berhubungan dengan muntah pra
operasi, pembatasan pasca operasi (puasa), nyeri akut berhubungan dengan

diskontuinitas jaringan akibat pembedahan, resiko perdarahan berhubungan dengan luka


insisi pembedahan, resiko infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme
sekunder terhadap luka post operasi, intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan fisik, dan kurang pengetahuan tentang penyakit hernia berhubungna dengan
kurang terpaparnya informasi tentang hernia.
Ada beberapa diagnosa keperawatan yang secara teori tidak ditemukan pada kasus
Tn. J, antara lain resiko defisit volume cairan berhubungan dengan muntah pra operasi,
 pembatasan pasca operasi (puasa) tidak penulis angkat karena pada saat pengkajian
tidak ada data ± data yang mendukung seperti membran mukosa dan turgor kulit kering

(mukosa mulut Tn. J lembab dan turgor kulit elastis). Resiko perdarahan berhubungan
dengan luka insisi pembedahan tidak penulis angkat karena pada saat pengkajian tida ad
data ± data yang mendukung seperti data pemeriksaan darah lengkap setelah operasi.
Kurang pengetahuan tentang penyakit hernia berhubungan dengan kurang terpaparnya
informasi tentang hernia tidak penulis angkat karena klien mampu menyebutkan
 penyebab hernia dan upaya pengobatan yang dilakukannya.
Pada kasus Tn. J diagnosa yang muncul dari teori yaitu nyeri akut berhubungan
dengan diskontuinitas jaringan akibat pembedahan, resiko infeksi berhubungan dengan
masuknya mikroorganisme sekunder terhadap luka post operasi, dan keterbatasan

aktivitas berhubungan dengan efek sekunder terhadap luka post operasi.


Adapun faktor pendukung pada penyusunan diagnosa yaitu tersedianya literatur (referensi)
dan data yang menunjang atau mendukung untuk penetapan diagnosa
keperawatan. Penulis tidak menemukan faktor penghambat pada tahap ini.

C.   Perencanaan
Pada tahap ketiga ini ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan perawatat, yaitu
  penentuan prioritas, penentuan tujuan dan kriteria hasil, serta penentuan masalah.
Penentuan prioritas masalah keperawatan secara teori ditentukan berdasarkan masalah

yang mengancam jiwa dan berdasarkan kebutuhan Maslow. Pada kasus Tn. J penulis
menetapkan masalah keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan diskontuinitas
 jaringan akibat pembedahan.
Langkah kedua yaitu menentukan tujuan dan kriteria hasil. Penentuan tujuan
mengacu pada masalah keperawatan klien dan penentuan kriteria hasil mengacu
  berdasarkan data ± data yang ada pada klien. Penentuan kriteria hasil mengacu pada

 prinsip SMART.
Langkah ketiga yaitu menyusun rencana tindakan yaitu untuk mencapai tujuan dan
kriteria hasil yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada langkah ketiga ini penulis
menyusun rencana tindakan berdasarkan teori.
Pada tahap ini juga penulis tidak menemukan hambatan. Banyak literatur dan
  bimbingan perawat ruangan dan bimbingan institusi sangat membantu penulis
melakukan tahap perencanaan ini.

D.   Pelaksanaan

Tahap ini merupakan realisasi dari rencana yang telah dibuat namun tidak semua
tindakan mampu dilakukan sesuai rencana karena waktu interaksi dengan klien tidak 
dalam waktu 24 jam, melainkan kurang lebih 8 jam per hari, oleh karena itu
untuk mengatasi hal tersebut penulis bekerja sama dengan perawat ruangan
untuk melanjutkan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan sebelumnya.
Secara teori ada tiga langkah dalam proses ini, yaitu tindakan keperawatan mandiri,
tindakan keperawatan kolaborasi, dan mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan
yang diberikan pada klien. Penulis melakukan tindakan keperwatan mandiri dan
kolaboratif dan semua yang penulis lakukan didokumentasikan dalam catatan

keperawatan klien. Faktor pendukung yang membuat pelaksanaan tersebut dapat


dilakukan karena klien sangat kooperatif dan antusias untuk mengikuti anjuran perawat.

E.   Evaluasi
Evaluasi merupakan umpan balik untuk menilai keberhasilan suatu rencana
keperawatan yang telah dibuat sebelumnya. Evaluasi ini meliputi 2 hal, yaitu evaluasi
 proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses didokumentasikan dalam catatan keperawatan
  berupa respon klien setalah dilakukan tindakan keperawatan, sedangkan evaluasi hasil
adalah tahap akhir untuk menilai apakah tujuan tercapai, tercapai sebagian, atau tidak 

tercapai.
Evaluasi proses penulis dokumentasikan dalam bentuk respon klien pada setiap
tindakan keperawatan yang penulis lakukan evaluasi hasil didokumentasikan dalam
catatan perkembangan dalam bentuk SOAP. Adapun hasil evaluasi sumatif yang
dilakukan adalah nyeri akut berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat
 pembedahan dari evaluasi yang penulis lakukan pada tanggal 10 Februari 2010 tujuan

tercapai sebagian, masalah belum teratasi karena klien mengatakan nyeri sudah
  berkurang namun masih timbul jika ingin mengubah posisinya dari berbaring untuk duduk,
klien tampak masih mengerutkan dahinya saat sedang mengubah posisi, klien
tampak melindungi area yang nyeri, atas instruksi dokter Tn. J diperbolehkan pulang.
Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme sekunder terhadap luka
  post operasi dari evaluasi yang dilakukan tanggal 10 Februari 2010 tujuan tercapai,
masalah teratasi karena tidak ada tanda ± tanda infeksi pada luka post operasi, luka
ditutup dengan verban, luka tampak bersih dan tidak ada rembesan darah. Keterbatasan
aktivitas berhubungan dengan efek sekunder terhadap luka post operasi dari evaluasi

yang dilakukan pada tanggal 10 Februari 2010 tujuan teratasi sebagian, masalah belum
teratasi karena klien mengatakan beberapa aktivitasnya seperti mandi dan eliminasi
  belum bisa dilakukannya sendiri, aktivitas klien masih dibantu perawat dan keluarga,
klien mengatakan nyeri sudah berkurang saat mengubah posisi dari berbaring untuk duduk,
klien sudah mampu duduk sensiri tanpa dibantu.
Faktor pendukung dalam evaluasi yaitu klien sangat kooperatif dan mau bekerja
sama, sedangkan faktor penghambat yaitu keterbatasan waktu yang dimiliki oleh perawat
sehingga masalah belum teratasi.
BAB V

PENUTUP

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien Tn. J selama dua hari mulai
dari tanggal 09 Februari 2010 sampai dengan 10 Februari 2010 diruang Soka RSUD Tarakan
Jakarta, maka penulis dapat menarik kesimpulan berdasarkan pembahasan dari pengkajian
sampai evaluasi.

A.   Kesimpulan
Pada tahap pengkajian ada beberapa hal yang menjadi kesenjangan antara teori dan
kasus yaitu tidak dilakukannya pemeriksaan sinar-X abdomen. Penegakkan diagnosa
medis berdasarka gejala klinis yang terjadi pada Tn. J. Tanda dan gejala serta pengobatan
yang didapat Tn. J sesuai dengan teosi.

Pada kasus Tn. J diagnosa keperawatan teori yang tidak muncul pada kasus yaitu
resiko defisit volume cairan berhubungan dengan muntah pra operasi, pembatasan pasca
operasi (puasa), Resiko perdarahan berhubungan dengan luka insisi pembedahan, kurang
 pengetahuan tentang penyakit hernia berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
tentang hernia. Sedangkan diagnosa keperawatan yang muncul dari teori yaitu nyeri akut
  berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat pembedahan, resiko infeksi
  berhubungan dengan masuknya mikroorganisme sekunder terhadap luka post operasi,
dan keterbatasan akktivitas bberhubungan efek sekunder terhadap luka post operasi.
Pada kasus Tn. J penulis menetapkan masalah keperawatan yaitu nyeri akut

  berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat pembedahan. Penetapan rencana


keperawatan sesuai dengan teori.
Pada pelaksanaan tindakan keperawatan, penulis menemui kesulitan dalam
melakukan tindakan karena keterbatasan waktu yaitu hanya kurang lebih 8 jam per hari
saja, tetapi penulis mengatasi hal itu dengan bekerja sama dengan perawat ruangan
untuk melanjutkan rencana tindakan.
Pada tahap evaluasi 1 diagnosa teratasi dan 2 diagnosa teratasi sebagian, tindakan
keperawatan dilanjutkan oleh klien dirumah.
B.   Saran

Adapun saran yang penulis sampaikan untuk rumah sakit, perawat ruangan, serta
mahasiswa/ i adalah sebagai berikut:
1.   Untuk rumah sakit
Supaya mempertahankan serta dapat lebih meningkatkan pelayanan rumah

sakit sehingga terwujud rumah sakit berstandar internasional.


2.   Untuk perawat ruangan
a.   Untuk dapat memaksimalkan perannya sebagai perawat profesional;
 b.  Mempertahankan serta meningkatkan asuhan keperawatan yang berkualitas
diruangan.
3.   Untuk mahasiswa/ i
a.   Untuk dapat lebih meningkatkan serta menetapkan apa yang telah didapatkan di
akademik sesuai SOAP yang ada;
 b.  Harus lebih banyak bertanya apabila kurang mengerti sebelum melakuakn

tindakan agar terhindar dari kesalahan.


DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn. E, dkk. (1999). Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk 


  perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih bahasa: I Made Kariasa
dan Ni Made Sumarwati. Jakarta: EGC.

Juraidi, Purnawan, dkk. (2000).  Kapita selekta kedokteran, jilid 2, edisi 3. Jakarta: EGC.

Long, Barbara. C. (1996).   Perawatan medikal bedah, buku 2. Alih bahasa:


YIAPK Padjajaran. Bandung: YIAPK Padjajaran.

Oswari, E. (2000). Bedah dan perawatannya. Jakarta: FKUI.

Sjamsuhidajat, R dan Jong, Wim de. (2004). Buku ajar ilmu bedah, edisi 2. Jakarta: EGC.

Pinrang, Ruslan. (2009).   Asuhan keperawatan klien dengan her.nia


www.ruslanpinrang.blogspot.com. Diambil tanggal 04 Februari 2010.

Indah. (2008).  Askep hernia. http://indahnursing.blogspot.com. Diambil tanggal 04 Februari


2010.

Anda mungkin juga menyukai