Anda di halaman 1dari 25

HEMATOLOGI

“Asuhan Keperawatan pasien dengan AIDS”

Dosen Pembimbing :
Ns. Wiwik Sofiah, APP., M.Kep

Disusun oleh :
Nama NIM
Gabrielle Pieter Yourdan Lainata 19023
Hanifah Salma 19024
Isna Bella Putri Endrawati 19025
Isneni Nur Suciarti 19026
Karenina Damayanti 19027
Maulidina Syfa 19028

AKADEMI KEPERAWATAN HARUM JAKARTA


Jalan Cumi No.37, Tanjung Priuk, Jakarta Utara, 14310

DAFTAR ISI

1
Daftar Isi.....................................................................................................................................2
Kata Pengantar...........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................5
1.3 Tujuan..........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6
2.1 Definisi ......................................................................................................................6
2.2 Etiologi .......................................................................................................................6
2.3 Patofisiologi ...............................................................................................................7
2.4 Manifestasi Klinis........................................................................................................9
2.5 Komplikasi.................................................................................................................11
2.6 Penatalaksanaan Medis..............................................................................................11
BAB III KONSEP KEPERAWATAN.................................................................................17
3.1 Pengkajian..................................................................................................................17
3.2 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan.......................................................................18
BAB IV PENUTUP ...............................................................................................................24
4.1 Kesimpulan ...............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................25

Kata Pengantar

2
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Hematologi
dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Pasien AIDS”

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
komunikasi Keperawatan kami yang sudah membimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Jakarta, 28 September 2020

Kelompok 4

BAB I

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan
infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia
akibat infeksi virus HIV. Virusnya Human Immunodeficiency Virus HIV yaitu
virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena
virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena
tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju
perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam
(membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung
HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu.
Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral),
transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama
kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-
cairan tubuh tersebut.
Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai dengan 31
Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes RI tanggal 29
Februari 2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah menembus angka 100.000.
Jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV dan
29.879 AIDS dengan 5.430 kamatian. Angka ini tidak mengherankan karena di
awal tahun 2000-an kalangan ahli epidemiologi sudah membuat estimasi kasus
HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar antara 80.000 – 130.000. Dan sekarang
Indonesia menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan India, yang
percepatan kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.

4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari HIV/AIDS?
2. Apa penyebab dari timbulnya penyakit HIV/AIDS?
3. Bagaimana patofisiologi HIV/AIDS?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari HIV/AIDS?
5. Apa komplikasi yang akan terjadi pada HIV/AIDS?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis pada HIV/AIDS?
7. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada penderita HIV/AIDS
khususnya pada anak?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah sebagai penambah pengetahuan tentang HIV/AIDS.
Selain itu juga, tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian dari HIV/AIDS.
2. Mengetahui penyebab dari timbulnya penyakit HIV/AIDS.
3. Mengetahui patofisiologi HIV/AIDS.
4. Mengetahui manifestasi klinis dari HIV/AIDS.
5. Mengetahui komplikasi yang akan terjadi pada HIV/AIDS.
6. Mengetahui penatalaksanaan medis pada HIV/AIDS.

BAB II

5
PEMBAHASAN

A. Definisi
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan
infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia
akibat infeksi virus HIV. Pengertian AIDS menurut beberapa ahli antara lain :
a) AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana
mengalami penurunan sistem imun yang mendasar (sel T berjumlah 200 atau
kurang) dan memiliki antibodi positif terhadap HIV. (Doenges, 1999).
b) AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil
akhir dari infeksi oleh HIV. (Sylvia, 2005).
c) AIDS singkatan dari Acquired Immuno Defeciency Syndrome. Acquired berarti
diperoleh karena orang hanya menderita bila terinfeksi HIV dari orang lain
yang sudah terinfeksi. Immuno berarti sistem kekebalan tubuh, Defeciency
berarti kekurangan yang menyebabkan rusaknya sistem kekebalan tubuh dan
Syndrome berarti kumpulan gejala atau tanda yang sering muncul bersama
tetapi mungkin disebabkan oleh satu penyakit atau mungkin juga tidak yang
sebelum penyebabnya infeksi HIV ditemukan. Jadi AIDS adalah kumpulan
gejala akibat kekurangan atau kelemahan system kekebalan tubuh yang
disebabkan oleh virus yang disebut HIV (Gallant. J 2010).

B. Etiologi
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut Human Immunodeficiency
Virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan
disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang
diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan
dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase, yaitu :

6
1. Periode jendela lamanya 4 minggu sampa 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada
gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flulikes
illnes.
3. Infeksi asimtimatik. Lamanya 1-15 minggu atau lebih dengan gejala tidak ada.
4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat
malam hari, berat badan menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati,
lesi mulut.
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai
system tubuh, dan manifestasi neurologist.

AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun
wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
1. Lelaki homoseksual atau biseks.
2. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi HIV.
3. Orang yang ketagian obat intravena.
4. Partner seks dari penderita AIDS.
5. Penerima darah atau produk darah (transfusi).

C. Patofisiologi
Penyebab acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah human
immunodeficiencyvirus (HIV), yang melekat dan memasuki limfosit T
helper  CD4+. Virus tersebut menginfeksi limfosit CD4 + dan sel-sel
imunologis lainnya, dan orang itu mengalami destruksi sel CD4 + secara
bertahap. Sel-sel yang memperkuat dan mengulang respons imunologis
diperlukan untuk mempertahankan kesehatan yang baik dan bila sel-sel
tersebut berkurang dan rusak maka fungsi imun lain akan terganggu.

7
HIV dapat pula menginfeksi makrofag, sel-sel yang dipakai virus untuk
melewati saraf otak masuk ke dalam otak. Fungsi limfosit B juga
terpengaruh dengan peningkatan produksi immunoglobulin total yang
berhubungan dengan penurunan produksi antibody spesifik. Dengan
memburuknya sistem imun secara progresif, tubuh menjadi semakin rentan
terhadap infeksi oportunistik dan juga berkurang kemampuannya dalam
memperlambat replikasi HIV. Infeksi HIV dimanifestasikan sebagai
penyakit multisystem yang dapat bersifat dolman bertahun-tahun karena
menyebabkan imunodefisiensi secara bertahap. Kecepatan perkembangan
dan manifestasi klinis penyakit ini bervariasi orang ke orang (Bezt, Cecily
Lynn. 2009).

Secara umum kronologis perjalanan infeksi HIV dan AIDS terbagi menjadi
4 stadium, antara lain (Nursalam, 2007) :
1. Stadium HIV
Dimulai dengan masuknya HIV yang diikuti terjadinya perubahan
serologik ketika hadap virus tersebut dan negatif menjadi positif. Waktu
masuknya HIV kedalam tubuh hingga HIV positif selama 1-3 bulan
atau bisa sampai 6 bulan (window period).
2. Stadium Asimptomatis (tanpa gejala)
Menunjukkan didalam organ tubuh terdapat HIV tetapi belum
menunjukan gejala dan adaptasi berlangsung 5 - 10 tahun.
3. Stadium Pembesaran Kelenjar Limfe
Menunjukan adanya pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan
merata (persistent generalized lymphadenophaty) dan berlangsung
kurang lebih 1 bulan.
4. Stadium AIDS
Merupakan tahap akhir infeksi HIV. Keadaan ini disertai bermacam -
macam penyakit infeksi sekunder.

8
D. Manifestasi Klinis
Masa antara terinfenksi HIV dan timbul gejala-gejala penyakit adalah 6 bulan-10
tahun. Rata-rata masa inkubasi 21 bulan pada anak-anak dan 60 bulan / 5 tahun
pada orang dewasa. Tanda-tanda yang ditemui pada penderita AIDS antara lain :
1. Gejala yang muncul setelah 2 sampai 6 mingggu sesudah virus masuk ke
dalam tubuh : sindrom mononukleosida yaitu demam dengan suhu badan 38
derajat Celcius sampai 40 derajat Celcius dengan pembeasaran kelenjar getah
benih di leher dan di ketiak, disertai dengan timbulnya kemerahan pada kulit.
2. Gejala dan tanda yang muncul setelah 6 bulan sampai 5 tahun setelah infeksi,
dapat muncul gejala-gejala kronis : sindrom limfodenopati kronis yaitu
pembesaran getah bening yang terus membesar lebih luas misalnya, di leher,
ketiak dan lipat paha. Kemudian sering keluar keringat malam tanpa penyebab
yang jelas. Selanjutnya timbul rasa lemas, penurunan berat badan sampai
kurang 5 kg setiap bulan, batuk kering, diare, bercak-bercak di kulit, timbul
tukak, perdarahan, sesak nafas, kelumpuhan, gangguan pengelihatan, kejiwaan
terganggu. Gejala ini diindikasikan dengan adanya kerusakan sistem kekebalan
tubuh.
3. Pada tahap akhir, orang-orang yang sistem kekebalan tubuhnya rusak akan
menderita AIDS. Pada tahap ini penderita sering diserang penyakit berbahaya
seperti kelainan otak, meningitis, kanker kulit, luka bertukak, infeksi yang
menyebar, TBC, diare kronik, candidiasis mulut dan pneumonia.
Menurut Cecily L Betz, anak-anak dengan infeksi HIV yang didapat masa
perinatal tampak normal pada saat lahir dan mulai timbul gejala pada 2 tahun
pertama kehidupan. Manifestasi klinisnya antara lain :
a. Berat badan lahir rendah.
b. Gagal tumbuh.
c. Limfadenopati umum.
d. Hepatosplenomegali.

9
e. Sinusistis.
f. Infeksi saluran pernapasan atas berulang.
g. Parititis.
h. Diare kronik atau kambuhan.
i. Infeksi bakteri dan virus kambuhan.
j. Infeksi virus Epstein-Barr persisten.
k. Sariawan orodaring.
l. Trombositopenia.
m. Infeksi bakteri seperti meningitis.
n. Pneumonia interstisial kronik.

Selain itu ada tanda-tanda gejala mayor dan minor untuk mendiagnosis
HIV menurut klasifikasi WHO, antara lain:
Gejala mayor:

1. Gagal tumbuh atau penurunan berat badan.


2. Diare kronis.
3. Demam memanjang tanpa sebab.
4. Tuberkolosis

Gejala minor 

1. Limfadenopati generalisa.
2. Kandidiasis oral.
3. Batuk menetap.
4. Distress pernapasan / pneumonia.
5. Infeksi berulang.
6. Infeksi kulit generalisata
E. Komplikasi
Adapun komplikasi kien dengan HIV/AIDS (Arif Mansjoer, 2000 ) antara lain :
a. Pneumonia pneumocystis (PCP)

10
b. Tuberculosis (TBC)
c. Esofagitis
d. Diare
e. Toksoplasmositis
f. Leukoensefalopati multifocal prigesif
g. Sarcoma Kaposi
h. Kanker getah bening
i. Kanker leher rahim (pada wanita yang terkena HIV)

F. Penatalaksanaan Medis
1. Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya
yaitu (Endah Istiqomah, 2009) :
A. Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi
opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang
aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis
harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.
B. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif
terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik
traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya
<>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500
mm3.

C. Terapi Antiviral Baru

11
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan
menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada
prosesnya. Obat-obat ini adalah :
- Didanosin
- Ribavirin
- Diedoxycytidine
- Recombinant CD 4 dapat larut
D. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti
interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan
keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang
pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.

2. Diet
Penatalaksanaan diet untuk penderita AIDS (UGI, 2012) adalah :
a. Tujuan Umum Diet Penyakit HIV/AIDS adalah :
- Memberikan intervensi gizi secara cepat dengan
mempertimbangkan seluruh aspek dukungan gizi pada semua tahap
dini penyakit infeksi HIV.
- Mencapai dan mempertahankan berat badan secara komposisi tubuh
yang diharapkan, terutama jaringan otot (Lean Body Mass).
- Memenuhi kebutuhan energy dan semua zat gizi.
- Mendorong perilaku sehat dalam menerapkan diet, olahraga dan
relaksasi.

b. Tujuan Khusus Diet Penyakit HIV/AIDS adalah :

- Mengatasi gejala diare, intoleransi laktosa, mual dan muntah.

12
- Meningkatkan kemampuan untuk memusatkan perhatian, yang terlihat
pada: pasien dapat membedakan antara gejala anoreksia, perasaan
kenyang, perubahan indra pengecap dan kesulitan menelan.
- Mencapai dan mempertahankan berat badan normal.
- Mencegah penurunan berat badan yang berlebihan (terutama jaringan
otot).
- Memberikan kebebasan pasien untuk memilih makanan yang adekuat
sesuai dengan kemampuan makan dan jenis terapi yang diberikan.

c. Syarat-syarat Diet HIV/AIDS adalah :

- Energi tinggi. Pada perhitungan kebutuhan energi, diperhatikan faktor


stres, aktivitas fisik, dan kenaikan suhu tubuh. Tambahkan energi
sebanyak 13% untuk setiap kenaikan Suhu 1°C.
- Protein tinggi, yaitu 1,1 – 1,5 g/kg BB untuk memelihara dan
mengganti jaringan sel tubuh yang rusak. Pemberian protein
disesuaikan bila ada kelainan ginjal dan hati.
- Lemak cukup, yaitu 10 – 25 % dari kebutuhan energy total. Jenis lemak
disesuaikan dengan toleransi pasien. Apabila ada malabsorpsi lemak,
digunakan lemak dengan ikatan rantai sedang (Medium Chain
Triglyceride/MCT). Minyak ikan (asam lemak omega 3) diberikan
bersama minyak MCT dapat memperbaiki fungsi kekebalan.
- Vitamin dan Mineral tinggi, yaitu 1 ½ kali (150%) Angka Kecukupan
Gizi yang di anjurkan (AKG), terutama vitamin A, B12, C, E, Folat,
Kalsium, Magnesium, Seng dan Selenium. Bila perlu dapat
ditambahkan vitamin berupa suplemen, tapi megadosis harus dihindari
karena dapat menekan kekebalan tubuh.
- Serat cukup; gunakan serat yang mudah cerna.

13
- Cairan cukup, sesuai dengan keadaan pasien. Pada pasien dengan
gangguan fungsi menelan, pemberian cairan harus hati-hati dan
diberikan bertahap dengan konsistensi yang sesuai. Konsistensi cairan
dapat berupa cairan kental (thick fluid), semi kental (semi thick fluid)
dan cair (thin fluid).
- Elektrolit. Kehilangan elektrolit melalui muntah dan diare perlu diganti
(natrium, kalium dan klorida).
- Bentuk makanan dimodifikasi sesuai dengan keadaan pasien. Hal ini
sebaiknya dilakukan dengan cara pendekatan perorangan, dengan
melihat kondisi dan toleransi pasien. Apabila terjadi penurunan berat
badan yang cepat, maka dianjurkan pemberian makanan melalui pipa
atau sonde sebagai makanan utama atau makanan selingan.
- Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering.
- Hindari makanan yang merangsang pencernaan baik secara mekanik,
termik, maupun kimia.

d. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian

Diet AIDS diberikan pada pasien akut setelah terkena infeksi HIV, yaitu
kepada pasien dengan :

a. Infeksi HIV positif tanpa gejala.


b. Infeksi HIV dengan gejala (misalnya panas lama, batuk, diare,
kesulitan menelan, sariawan dan pembesaran kelenjar getah bening).
c. Infeksi HIV dengan gangguan saraf.
d. Infeksi HIV dengan TBC.
e. Infeksi HIV dengan kanker dan HIV Wasting Syndrome.
Makanan untuk pasien AIDS dapat diberikan melalui tiga cara, yaitu
secara oral, enteral (sonde) dan parental (infus). Asupan makanan
secara oral sebaiknya di evaluasi secara rutin. Bila tidak mencukupi,

14
dianjurkan pemberian makanan secara enteral atau parental sebagai
tambahan atau sebagai makanan utama.

Ada tiga macam diet AIDS yaitu Diet AIDS I, II dan III.

1. Diet AIDS I
Diet AIDS I diberikan kepada pasien infeksi HIV akut, dengan gejala panas
tinggi, sariawan, kesulitan menelan, sesak nafas berat, diare akut, kesadaran
menurun, atau segera setelah pasien dapat diberi makan.Makanan berupa
cairan dan bubur susu, diberikan selama beberapa hari sesuai dengan
keadaan pasien, dalam porsi kecil setiap 3 jam. Bila ada kesulitan menelan,
makanan diberikan dalam bentuk sonde atau dalam bentuk kombinasi
makanan cair dan makanan sonde. Makanan sonde dapat dibuat sendiri atau
menggunakan makanan enteral komersial energi dan protein tinggi.
Makanan ini cukup energi, zat besi, tiamin dan vitamin C. Bila dibutuhkan
lebih banyak energi dapat ditambahkan glukosa polimer (misalnya
polyjoule).
2. Diet AIDS II
Diet AIDS II diberikan sebagai perpindahan Diet AIDS I setelah tahap akut
teratasi. Makanan diberikan dalam bentuk saring atau cincang setiap 3 jam.
Makanan ini rendah nilai gizinya dan membosankan. Untuk memenuhi
kebutuhan energy dan zat gizinya, diberikan makanan enteral atau sonde
sebagai tambahan atau sebagai makanan utama.
3. Diet AIDS III
Diet AIDS III diberikan sebagai perpindahan dari Diet AIDS II atau kepada
pasien dengan infeksi HIV tanpa gejala. Bentuk makanan lunak atau biasa,
diberikan dalam porsi kecil dan sering. Diet ini tinggi energy, protein,
vitamin dan mineral. Apabila kemampuan makan melalui mulut terbatas

15
dan masih terjadi penurunan berat badan, maka dianjurkan pemberian
makanan sonde sebagai makanan tambahan atau makanan utama.

Pasien Hiv tidak boleh memakan makanan seperti :


a. Makanan yang dipanggang.
b. Makanan yang mentah.
c. Sayur – sayuran mentah.
d. Kacang – kacangan.

16
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan untuk penderita AIDS (Doenges, 1999) adalah :
a. Aktivitas / istirahat
Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, malaise.
b. Sirkulasi
Takikardia , perubahan TD postural, pucat dan sianosis.
c. Integritas ego
Alopesia, lesi cacat, menurunnya berat badan, putus asa, depresi, marah,
menangis.
d. Eliminasi
Feses encer, diare pekat yang sering, nyeri tekanan abdominal, absesrektal.
e. Makanan / cairan
Disfagia, bising usus, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, kesehatan
gigi/ gusi yang buruk, dan edema.
f. Neurosensori
Pusing, kesemutan pada ekstremitas, konsentrasi buruk, apatis, dan respon
melambat.
g. Nyeri / kenyamanan
Sakit kepala, nyeri pada pleuritis, pembengkakan pada sendi, penurunan
rentang gerak, dan gerak otot melindungi pada bagian yang sakit.
h. Pernafasan
Batuk, Produktif / non produktif, takipnea, distres pernafasan.

17
B. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
Diagnosa, intervensi dan rasional tindakan keperawatan (Doenges, 1999) adalah :
a. Diagnosa keperawatan : nyeri berhubungan dengan inflamasi/ kerusakan
jaringan ditandai dengan keluhan nyeri, perubahan denyut nadi, kejang otot,
ataksia, lemah otot dan gelisah.
Hasil yang diharapkan : keluhan hilang, menunjukkan ekspresi wajah rileks,
dapat tidur atau beristirahat secara adekuat.

Intervensi Keperawatan Rasional


Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, Mengindikasikan kebutuhan untuk
intensitas, frekuensi dan waktu. Tandai intervensi dan juga tanda-tanda
gejala nonverbal misalnya gelisah, perkembangan komplikasi.
takikardia, meringis.
Instruksikan pasien untuk menggunakan Meningkatkan relaksasi dan
visualisasi atau imajinasi, relaksasi perasaan sehat.
progresif, teknik nafas dalam.
Dorong pengungkapan perasaan Dapat mengurangi ansietas dan
rasa sakit, sehingga persepsi akan
intensitas rasa sakit.
Berikan analgesik atau antipiretik narkotik. Memberikan penurunan
Gunakan ADP (analgesic yang dikontrol nyeri/tidak nyaman, mengurangi
pasien) untuk memberikan analgesia 24 demam. Obat yang dikontrol
jam. pasien berdasar waktu 24 jam
dapat mempertahankan kadar
analgesia darah tetap stabil,
mencegah kekurangan atau
kelebihan obat-obatan.
Lakukan tindakan paliatif misal Meningkatkan relaksasi atau

18
pengubahan posisi, masase, rentang gerak menurunkan tegangan otot.
pada sendi yang sakit.

b. Diagnosa keperawatan : perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan gangguan intestinal ditandai dengan penurunan berat
badan, penurunan nafsu makan, kejang perut, bising usus hiperaktif,
keengganan untuk makan, peradangan rongga bukal.
Hasil yang harapkan : mempertahankan berat badan atau memperlihatkan
peningkatan berat badan yang mengacu pada tujuan yang diinginkan,
mendemostrasikan keseimbangan nitrogen positif, bebas dari tanda-tanda
malnutrisi dan menunjukkan perbaikan tingkat energi.
Intervensi Keperawatan Rasional
Kaji kemampuan untuk mengunyah, Lesi mulut, tenggorok dan
perasakan dan menelan. esophagus dapat menyebabkan
disfagia, penurunan kemampuan
pasien untuk mengolah makanan
dan mengurangi keinginan untuk
makan.
Auskultasi bising usus Hopermotilitas saluran intestinal
umum terjadi dan dihubungkan
dengan muntah dan diare, yang
dapat mempengaruhi pilihan diet
atau cara makan.
Rencanakan diet dengan orang Melibatkan orang terdekat dalam
terdekat, jika memungkinakan rencana member perasaan control
sarankan makanan dari rumah. lingkungan dan mungkin
Sediakan makanan yang sedikit tapi meningkatkan pemasukan.
sering berupa makanan padat nutrisi, Memenuhi kebutuhan akan
tidak bersifat asam dan juga minuman makanannonistitusional mungkin

19
dengan pilihan yang disukai pasien. juga meningkatkan pemasukan.
Dorong konsumsi makanan berkalori
tinggi yang dapat merangsang nafsu
makan
Batasi makanan yang menyebabkan Rasa sakit pada mulut atau
mual atau muntah. Hindari ketakutan akan mengiritasi lesi
menghidangkan makanan yang panas pada mulut mungkin akan
dan yang susah untuk ditelan menyebabakan pasien enggan
untuk makan. Tindakan ini akan
berguna untuk meningkatakan
pemasukan makanan.
Tinjau ulang pemerikasaan Mengindikasikan status nutrisi
laboratorium, misal BUN, Glukosa, dan fungsi organ, dan
fungsi hepar, elektrolit, protein, dan mengidentifikasi kebutuhan
albumin. pengganti.
Berikan obat anti emetic misalnya Mengurangi insiden muntah dan
metoklopramid. meningkatkan fungsi gaster

c. Diagnosa keperawatan : resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan


dengan diare berat.
Hasil yang diharapkan : mempertahankan hidrasi dibuktikan oleh membrane
mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda-tanda vital baik, keluaran urine
adekuat secara pribadi.

Intervensi Keperawatan Rasional


Pantau pemasukan oral dan pemasukan Mempertahankan keseimbangan
cairan sedikitnya 2.500 ml/hari. cairan, mengurangi rasa haus dan
melembabkan membrane
mukosa.

20
Buat cairan mudah diberikan pada pasien; Meningkatkan pemasukan cairan
gunakan cairan yang mudah ditoleransi tertentu mungkin terlalu
oleh pasien dan yang menggantikan menimbulkan nyeri untuk
elektrolit yang dibutuhkan, misalnya dikomsumsi karena lesi pada
Gatorade. mulut.
Kaji turgor kulit, membrane mukosa dan Indicator tidak langsung dari
rasa haus. status cairan.
Hilangakan makanan yang potensial Mungkin dapat mengurangi diare
menyebabkan diare, yakni yang pedas,
berkadar lemak tinggi, kacang, kubis, susu.
Mengatur kecepatan atau konsentrasi
makanan yang diberikan berselang jika
dibutuhkan
Berikan obat-obatan anti diare misalnya Menurunkan jumlah dan
ddifenoksilat (lomotil), loperamid keenceran feses, mungkin
Imodium, paregoric. mengurangi kejang usus dan
peristaltis.

d. Diagnosa keperawatan : resiko tinggi pola nafas tidak efektif berhubungan


dengan proses infeksi dan ketidak seimbangan muskuler (melemahnya otot-
otot pernafasan).
Hasil yang diharapkan : mempertahankan pola nafas efektif dan tidak
mengalami sesak nafas.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
Auskultasi bunyi nafas, tandai daerah paru Memperkirakan adanya
yang mengalami penurunan, atau perkembangan komplikasi atau
kehilangan ventilasi, dan munculnya bunyi infeksi pernafasan, misalnya
adventisius. Misalnya krekels, mengi, pneumoni,
ronki.
Catat kecepatan pernafasan, sianosis, Takipnea, sianosis, tidak dapat

21
peningkatan kerja pernafasan dan beristirahat, dan peningkatan
munculnya dispnea, ansietas nafas, menuncukkan kesulitan
pernafasan dan adanya
kebutuhan untuk meningkatkan
pengawasan atau intervensi
medis
Tinggikan kepala tempat tidur. Usahakan Meningkatkan fungsi pernafasan
pasien untuk berbalik, batuk, menarik yang optimal dan mengurangi
nafas sesuai kebutuhan. aspirasi atau infeksi yang
ditimbulkan karena atelektasis.
Berikan tambahan O2 Yng dilembabkan Mempertahankan oksigenasi
melalui cara yang sesuai misalnya kanula, efektif untuk mencegah atau
masker, inkubasi atau ventilasi mekanis memperbaiki krisis pernafasan

e. Diagnosa keperawatan : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan


produksi metabolisme ditandai dengan kekurangan energy yang tidak berubah
atau berlebihan, ketidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas sehari-hari,
kelesuan, dan ketidakseimbangan kemampuan untuk berkonsentrasi.
Hasil yang diharapkan : melaporkan peningkatan energi, berpartisipasi dalam
aktivitas yang diinginkan dalam tingkat kemampuannya.

Intervensi Keperawatan Rasional


Kaji pola tidur dan catat perunahan dalam Berbagai faktor dapat
proses berpikir atau berperilaku meningkatkan kelelahan,
termasuk kurang tidur, tekanan
emosi, dan efeksamping obat-
obatan
Rencanakan perawatan untuk menyediakan Periode istirahat yang sering
fase istirahat. Atur aktifitas pada waktu sangat yang dibutuhkan dalam

22
pasien sangat berenergi memperbaiki atau menghemat
energi. Perencanaan akan
membuat pasien menjadi aktif
saat energy lebih tinggi, sehingga
dapat memperbaiki perasaan
sehat dan control diri.
Dorong pasien untuk melakukan apapun Memungkinkan penghematan
yang mungkin, misalnya perawatan diri, energy, peningkatan stamina, dan
duduk dikursi, berjalan, pergi makan mengijinkan pasien untuk lebih
aktif tanpa menyebabkan
kepenatan dan rasa frustasi.
Pantau respon psikologis terhadap Toleransi bervariasi tergantung
aktifitas, misal perubahan TD, frekuensi pada status proses penyakit,
pernafasan atau jantung status nutrisi, keseimbangan
cairan, dan tipe penyakit.
Rujuk pada terapi fisik atau okupasi Latihan setiap hari terprogram
dan aktifitas yang membantu
pasien mempertahankan atau
meningkatkan kekuatan dan
tonus otot
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
HIV secara umum adalah virus yang hanya dapat menginfeksi manusia,
memperbanyak diri didalam sel manusia, sehingga menurunkan kekebalan
manusia terhadap penyakit infeksi. AIDS adalah sekumpulan tanda dan
gejala penyakit akibat hilangnya atau menurunnya sistem kekebalan tubuh
seseorang yang didapat karena terinfeksi HIV. Penularan HIV dari ibu ke
anak yang biasa terjadi selama dalam kandungannya (antepartum), selama

23
persalinan (intrapartum), pada bayi baru lahir terpajan oleh cairan tubuh
ibu yang terinfeksi (post partum) dan pada bayi tertular melalui pemberian
ASI. Menurut Cecily L Betz, anak-anak dengan infeksi HIV yang didapat
pada masa perinatal tampak normal pada saat lahir dan mulai timbul gejala
pada 2 tahun pertama kehidupan.
Sasaran bagi pasien HIV/ AIDS dengan mencakup pasien mengalami
risiko infeksi minimal, pasien tidak menyebarkan penyakit pada orang lain,
pasien mendapatkan nutrisi yang optimal, dan pasien berpartisipasi dalam
kelompok sebaya dan aktivitas keluarga.

Daftar Pustaka

Heri. ”AsuhanKeperawatan HIV/AIDS”, (Online), (http://mydocumentku.blogspot.


com/2012/03/asuhan-keperawatan-hivaids.html, diakses 20 Oktober 2012)

Istiqomah, Endah. ”Asuhan Keperawatan pada Klien dengan HIV/AIDS”, (Online),


(http://ndandahndutz.blogspot.com/2009/07/asuhan-keperawatan-pada-klien-
dengan.html, diakses 20 Oktober 2012)

Mansjoer, Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : Media Sculapius

24
Marilyn , Doenges , dkk . 1999 . Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien . Jakarta : EGC

Price , Sylvia A dan Lorraine M.Wilson . 2005 . Patofissiologis Konsep Klinis Proses
– Proses Penyakit . Jakarta : EGC

25

Anda mungkin juga menyukai