This final project will analyze broadband wireless access technology with
IEEE 802.16d standard. Performance parameters used are link budget estimation
(RSL), signal quality (SNR), calculation of delay, and throughput. The results are:
smallest SNR 6.5 dB in RisTi Widyaloka 1 building, highest SNR 33.3 dB measured
in Mr. Mahyar’s house. Measurements of RSL higher than receiver sensitivity are:
smallest RSL -97.5 dBm in RisTi Widyaloka 1 building, and the highest -66.08 dBm
in Mr. Mahyar’s house. Average RTT delay SSs to BS is 25 ms. Percentage downlink
throughput is higher than uplink throughput. Downlink throughput is 9.43 Mbps
(84.68% from theoretical throughput value), and uplink throughput is 4.17 Mbps
(42.44% from theoretical throughput value).
ii
ABSTRAKSI
i
BAB I
PENDAHULUAN
Uji Performansi Tekonologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung
1
BAB I. Pendahuluan
Parameter standar sistem IEEE.802.16d adalah sebagai berikut :
Keluaran yang diharapkan dengan adanya teknologi wireless akses pita lebar
standar IEEE.802.16d ini adalah terpenuhinya kebutuhan pelanggan terutama pelanggan
di daerah pedesaan yang belum terjangkau oleh jaringan broadband yang telah ada
( jaringan telepon, jaringan kabel modem, jaringan optik maupun jaringan ethernet) akan
layanan komunikasi berbasis data seperti suara (VoIP), multimedia , video, dan internet
yang cepat, handal, murah dan dapat diakses dimana saja dan kapan saja.
1.2 Permasalahan
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 2
BAB I. Pendahuluan
1.2.2 Batasan Masalah
Pembahasan masalah pada Tugas Akhir ini akan dibatasi pada beberapa hal
sebagai berikut :
• Parameter-parameter sistem menggunakan standar IEEE.802.16d
• Analisa mekanisme kerja perangkat jaringan wireless akses IEEE.802.16d
• Pengukuran yang dilakukan hanya berupa pengukuran untuk trial karena
terbatasnya alat dan waktu serta belum ada pihak yang mengimplementasikan
teknologi WiMAX
• Parameter yang dipergunakan untuk mengukur performansi jaringan akses
standar IEEE.802.16d meliputi perhitungan link budget, perhitungan kualitas
sinyal, throughput, dan delay.
• Penentuan Spesifikasi Teknis
Penentuan spesifikasi teknis meliputi teknik modulasi, teknik pengkodean, dan
gambaran spesifikasi perangkat terminal.
• Pengukuran dilakukan di Telkom RisTi dan daerah Bandung
• Analisa mekanisme dan prinsip kerja jaringan akses standar IEEE.802.16d
meliputi proses akses (Base Station ke pelanggan) dan proses transmisi.
Perangkat yang digunakan merupakan produk dari Airspan sehingga parameter
WiMAX disesuaikan dengan parameter pada perangkat WiMAX ( daya pancar,
RX Sensitivity, Gain, dll) Airspan.
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah menganalisa penerapan teknologi akses
wireless pita lebar (Broadband Wireless Access) yang menggunakan standar IEEE
802.16d dengan melakukan pengukuran. Dari penelitian dan pengukuran ini akan
diperoleh tingkat performansi dari jaringan akses wireless pita lebar berstandar
IEEE.802.16d sehingga dapat dijadikan acuan untuk penerapan teknologi ini di masa
depan.
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 3
BAB I. Pendahuluan
1.4 Metodelogi Penelitian
Metodologi yang akan digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah
sebagai berikut :
1. Melakukan studi literatur dengan mempelajari berbagai referensi yang
berhubungan dengan permasalahan di atas.
2. Pengambilan data
Tahapan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang real mengenai prinsip
kerja jaringan akses wireless standart IEEE.802.16d serta pengambilan data-data
yang berkenaan dengan permasalahan yang akan dibahas.
3. Analisa hasil studi literatur dan pengambilan data
Tahapan ini dilakukan untuk menganalisa data-data yang diperoleh di lapangan
dan membandingkan hasil yang didapat setelah data-data diolah dengan teori
yang mendukung.
4. Konsultasi dengan pembimbing dan berbagai pihak yang berkompeten.
Tahapan ini dilakukan untuk membantu dalam penyelesaian penyusunan laporan.
5. Penyusunan Laporan
Tahapan ini dilaksanakan untuk membuat laporan hasil analisis studi literatur
dan pengambilan data.
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 4
BAB I. Pendahuluan
WiMAX, parameter standar IEEE.802.16d, struktur layer IEEE 802.16d,
kelebihan jaringan WiMAX , serta teknologi dan layanan yang dapat
diberikan oleh jaringan akses wireless pita lebar
BAB III UJI COBA dan PENGUKURAN TEKNOLOGI WiMAX
Bab ini berisi konfigurasi jaringan trial, perhitungan performansi meliputi
perhitungan link budget (RSL), perhitungan kualitas sinyal (SNR),
perhitungan delay, dan perhitungan throughput
BAB IV ANALISA
Bab ini akan menganalisa performansi perangkat jaringan akses wireless
pita lebar standar IEEE.802.16d berdasarkan data yang diperoleh
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil analisa yang telah
dilakukan
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 5
BAB II
DASAR TEORI
WiMAX merupakan nama industri untuk kelompok standar IEEE 802.16 dan
dipromosikan oleh organisasi non-profit WiMAX Forum. IEEE 802.16 merupakan
teknologi yang membahas air interface untuk broadband wireless access sistem pada
wilayah metropolitan area network (MAN). Pada Tugas akhir ini teknologi WiMAX
yang digunakan berstandar IEEE.802.16d yang didesain untuk memenuhi kondisi non
LOS (non Line of Sight) dan menggunakan teknik modulasi adaptif seperti BPSK,
QPSK, 16 QAM, dan 64 QAM serta modulasi multicarier OFDM.
Standar IEEE.802.16d memungkinkan koneksi internet secara nirkabel dengan
kecepatan mencapai 75 Mbps atau 35 kali lebih cepat dari saluran kabel tembaga
(ADSL). Untuk mendukung terciptanya skema modulasi yang dinamis dan baik, IEEE
806.16d juga mengadopsi teknologi yang dapat meningkatkan daya jangkauannya
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung
6
BAB II. Dasar Teori
dengan menggunakan topologi jaringan mesh dan teknologi smart antenna. Melalui
suatu skema modulasi yang baik, IEEE 802.16d mampu memberikan throughput yang
besar pada jarak yang jauh dan dengan level efisiensi spektral yang tinggi. Hadirnya
teknologi dengan standar IEEE.802.16d memungkinkan koneksi nirkabel kecepatan
tinggi dengan biaya yang efektif ke pengguna rumahan dan bisnis, baik yang berada di
perkotaan maupun daerah pedesaan.
IEEE.802.16d merupakan standar teknologi wireless pita lebar yang
disediakan untuk pelanggan yang tidak bergerak atau fixed wireless akses dan pelanggan
bergerak dengan mobilitas yang terbatas atau limited mobility. Teknologi ini dapat
mendukung berbagai bentuk layanan yang berbasiskan paket data, multimedia, dan
internet seperti : transfer data kecepatan tinggi, streaming video, VoIP telephony,
tayangan diam maupun gerak, e-mail, Web browsing, e-commerce, dll.
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 7
BAB II. Dasar Teori
Standar IEEE 802.16d merupakan varian dari standar IEEE 802.16 yang
digunakan untuk aplikasi akses fixed. Perangkat CPE yang biasa digunakan untuk
aplikasi fixed terdiri dari outdoor unit (antena) dan indoor unit (modem) yang
instalasinya dilakukan oleh teknisi. Sedangkan perangkat lain berupa indoor unit yang
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 8
BAB II. Dasar Teori
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 9
BAB II. Dasar Teori
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 10
BAB II. Dasar Teori
terintregasi per bagian atau terintegrasi penuh dalam satu atau dua perangkat. SSs
(Subscriber Station) dapat berupa : pelanggan bisnis, perkantoran, dan perumahan yang
merupakan layanan first mile untuk public network.
BS (Base Station) equipment
BS merupakan perangkat transceiver yang berhubungan dari atau ke pelanggan.
Base Station terdiri dari satu atau lebih radio transceiver, dimana setiap radio
transceiver terhubung ke beberapa CPE didalam area sektorisasi. Radio modem
terhubung dengan multiplexer , contohnya adalah switch, dimana pada switch terjadi
pengumpulan trafik dari berbagai sektor dan meneruskan trafik tersebut ke router yang
menyediakan koneksi ke jaringan ISP.
Sedangkan konfigurasi jaringan WiMAX untuk aplikasi MAN (Metropolitan
Area Network) adalah sebagai berikut :
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 11
BAB II. Dasar Teori
Untuk aplikasi MAN, topologi jaringan yang digunakan adalah gabungan dari
topologi Point to Point, Point to Multipoint maupun mesh. Jumlah base station lebih dari
satu buah untuk mencover wilayah MAN dengan jumlah subscriber station ratusan.
Topologi Point to Point digunakan untuk menghubungkan base station dengan base
station sebagai backhaul. Sedangkan topologi Point to Multipoint digunakan untuk
menghubungkan base station dengan pelanggan.
Proses hubungan antara BS dan SSs WiMAX adalah sebagai berikut :
1. Pelanggan atau SSs (subscriber station) mengirimkan data dengan kecepatan
maksimal sampai 75Mbps ke BS (base station) .
2. Base station akan menerima sinyal dari pelanggan dan mengirimkan sinyal
tersebut ke switching center dengan protokol IEEE 802.16d melalui jaringan
wireless atau kabel.
3. Switching center akan mengirimkan pesan ke internet service provider (ISP) atau
public switched telephone network (PSTN).
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 12
BAB II. Dasar Teori
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 13
BAB II. Dasar Teori
Setiap user atau SSs secara berkala mengirimkan sinyal transmisi ke BS. BS
menerima menerima permintaan bandwidth dari SSs dan memberi balasan berupa time
slot untuk arah uplink. Frame yang digunakan berukuran 0,5; 1; dan 2 dan kanal uplink
dibagi dalam aliran time slot kecil. Struktur frame uplink dapat dilihat pada gambar 2.3
berikut
Sedangkan struktur frame downlink dapat dilihat pada gambar 2.4 berikut :
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 14
BAB II. Dasar Teori
Standar SSS untuk IEEE 802.16d adalah USG (Unsoliticied Grant Service), real
Time Polling Service (rtPS), Non real time polling service (nrtPS) dan Best Effort sevice.
SSS tersebut digunakan dalam arah uplink dari SSs ke BS. Fitur yang ada dilayer MAC
standar IEEE 802.16d dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut :
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 15
BAB II. Dasar Teori
Karakteristik layer PHY standar IEEE 802.16d adalah untuk kondisi NLOS
menggunakan frekuensi >11 GHz (2-11 GHz) sedangkan untuk kondisi LOS
menggunakan frekuensi < 11 GHz (11-66 GHz), kanal broadband mencapai 20 MHz,
akses jamak menggunakan TDM/TDMA sedangkan dupleks menggunakan TDD dan
FDD, Adaptif burst profile untuk arah uplink dan downlink. Fitur yang ada dilayer PHY
dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut :
No Fitur Keuntungan
1 Menggunakan sistem signaling Mendukung sistem multipath untuk
256 point FFT OFDM memungkinkan diaplikasikan pada area
terbuka (outdoor) dengan kondisi LOS dan
NLOS
2 Ukuran kanal frekuensi yang Menyediakan fleksibilitas yang
fleksibel (misal : 3,5 MHz, 5 memungkinkan komunikasi beroperasi
MHz, 19MHz) menggunakan kanal-kanal frekuensi yang
bervariasi sesuai dengan kebutuhan
3 Didesain untuk dapat mendukung Dengan menggunakan smart antena yang
sistem smart antena lebih nyaman digunakan sehari-hari,
interferensi dapat ditekan dan gain dapat
ditingkatkan
4 Mendukung TDD dan FDD Menangani masalah bervariasinya regulasi
duplexing diseluruh dunia
5 Sistem modulasi yang fleksibel Memungkinkan terjalinnya koneksi yang
dengan sistem error corection reliable, memberikan transfer rate yang
yang bervariasi untuk setiap RF maksimal kepada setiap pengguna yang
burst terhubung dengannya
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 16
BAB II. Dasar Teori
2.5.2.1 Modulasi
FEC pada sistem WiMAX menggunakan 2 skema yaitu : Red Solomon dan Red
Solomon concatenated dengan kode konvolusi. Teknik koreksi error telah disatukan
dalam teknologi WiMax untuk mengurangi peningkatan noise pada level SNR . Strong
Reed Solomon FEC, convolutional encoding, dan algoritma interleaving digunakan
untuk mendeteksi dan mengoreksi error untuk memperbaiki throughput. Teknik koreksi
error ini membantu untuk melindungi error pada frame yang mungkin saja bisa lolos
yang tergantung pada error burst. Sedangkan ARQ (Automatic repeat request)
digunakan untuk mengoreksi error yang tidak dapat dikoreksi oleh FEC.
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 17
BAB II. Dasar Teori
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 18
BAB II. Dasar Teori
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 19
BAB II. Dasar Teori
Daerah jangkauan dioptimalkan untuk outdoor environment yang didukung
dengan teknologi smart antena, modulasi adaptif dan menggunakan topologi
jaringan mesh.
QOS (Quality Of Service) untuk layanan data, video dengan dukungan
Grant/Request MAC dan differential service : E1/T1 untuk pelanggan bisnis dan
best effort untuk pelanggan residental.
QoS yang ditawarkan :
1. Unsolicited Grant Services (UGS)
Didesain untuk mendukung constant bit rate (CBR) atau CBR-like Service
Flows (SF) , untuk mentransmisikan suara yang tidak terkompres seperti pada
kanal T1 (1,56 Mbps), layanan ini mengirimkan sejumlah data yang telah
ditentukan sebelumnya pada interval waktu yang juga telah ditentukan
sebelumnya dengan cara mengalokasikan sejumlah time slot untuk setiap
koneksi.
2. Real-Time Polling Services (rtPS)
Didesain untuk mendukung real-time SF yang me-generate variable size
data paket dalam periode basis, untuk layanan multimedia terkompresi dan
aplikasi soft real time lainnya dimana jumlah bandwidth yang dibutuhkan setiap
saat bisa bervariasi. Polling dilakukan BS pada interval waktu yang tetap untuk
menanyakan bandwidth yang dibutuhkan pada pelanggan.
contoh : MPEG video, VoIP, streaming audio dan video.
3. Non-Real-Time Polling Services (nrtPS)
Didesain untuk mendukung non- real-time SF yang membutuhkan variable
size data grant burst type dalam regular basis, untuk layanan yang membutuhkan
bandwidth tinggi dan sensitif terhadap delay dan untuk transmisi serta yang tidak
real time seperti transfer file yang besar. Polling yang dilakukan BS pada
interval waktu yang tidak tetap.
contoh : FTP (File Transfer Protocol).
4 Best Effort Services (BE)
BS tidak melakukan polling sehingga user akan bersaing untuk mendapatkan
bandwidth. Didesain untuk layanan internet .
contoh : Web surfing
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 20
BAB II. Dasar Teori
Bit rate tinggi yaitu : - Spektral efisiensi 3,8 bps/Hz ; bit rate 75
Mbps menggunakan bandwidth kanal 20
MHz
- Spektral efisiensi 5 bps/Hz ; bit rate 100
Mbps menggunakan bandwidth kanal 20 MHz
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 21
BAB II. Dasar Teori
2. Residental broadband :
Untuk mengatasi kekurangan daerah jangkauan dari teknologi DSL dan kabel
dan daerah yang tidak terlayani oleh teknologi lain.
3. Best connected wireless service
Mendukung untuk layanan komunikasi di dalam ruangan (indoor) dan di luar
ruangan (outdoor) dengan integrated atau eksternal antena
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 22
BAB II. Dasar Teori
4. Akses broadband
Untuk akses broadband WiMAX dapat digunakan sebagai ”Last Mile”
teknologi untuk melayani kebutuhan broadband bagi pelanggan. Dari
pelanggan perumahan maupun bisnis dapat dipenuhi oleh teknologi WiMAX
ini.
5. Personal broadband
WiMAX sebagai penyedia layanan personal broadband, dapat dibedakan
menjadi 2 yaitu pelanggan yang bersifat nomadic dan mobile.
Untuk pelanggan nomadic, tingkat perpindahan pelanggan tidak sering dan
berpindah dengan kecepatan yang rendah. Perangkatnya pun biasanya tidak
sesederhana untuk aplikasi mobile.
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 23
BAB II. Dasar Teori
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 24
BAB III
UJI COBA dan PENGUKURAN TEKNOLOGI WiMAX
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 25
BAB III. Uji Coba Teknologi WiMAX
Internet backbone
Internet merupakan sekumpulan jaringan yang tersebar di seluruh dunia yang
saling terhubung satu sama lain sehingga akan membentuk suatu jaringan
komputer yang lebih besar. Biasanya menggunakan protokol TCP/IP meskipun
beberapa protokol lain yang bisa digunakan misalnya : IPX Novel Netware,
NetBios, dll. Layanan yang disediakan oleh jaringan internet antara lain : FTP,
email, Chat, Telnet, dll.
BS (Base Station)
Base Station merupakan perangkat transceiver (transmiter-receiver) yang
terhubung dengan internet backbone. Base station berfungsi sebagai receiver,
buffer, dan transmiter untuk tiap data yang dikirimkan dalam infrastruktur
jaringan internet baik kabel maupun wireless. Base station mempunyai
antarmuka dengan jaringan dan antarmuka dengan user. Base station pada
pengukuran menggunakan antena sektoral sebesar 60° dan diarahkan pada arah
Cimahi dan Antapani.
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 26
BAB III. Uji Coba Teknologi WiMAX
Kondisi link propagasi tiap titik pengukuran berbeda tergantung pada keadaan
sekitar titik pengukuran. Untuk kondisi NLOS : Gedung Widyaloka 1 RisTi, Masjid
RisTi, RS Hasan Sadikin, Gedung Lippo Gatot Subroto, dan Cileunyi (Gerbang Tol
Cileunyi). Sedangkan untuk kondisi LOS : Rumah Pak Mahyar (Bale Endah) dan RM
Barito Minang Rancaekek.
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 27
BAB III. Uji Coba Teknologi WiMAX
Pada uji coba teknologi WiMAX ini, BS (base station) dan server dipasang pada
area RisTi sedangkan client yaitu pelanggan (subscriber station) terdapat pada area
outdoor dengan jarak bervariasi dari base station. Pengukuran dilakukan menggunakan
notebook yang dihubungkan dengan perangkat BS sebagai server dan SSs sebagai client
(CPE) berupa indoor CPE maupun outdoor CPE. Pengukuran disisi client berupa
pengukuran :
1. Stabilitas dan konektivitas sistem, menggunakan perintah Ping. Perintah Ping
akan mengirim satu paket data ke salah satu alamat , kemudian alamat tersebut
akan membalas dengan lamanya waktu
2. Level SNR antara BS dan SSs
3. Level RSL (daerah jangkauan)
4. Throughput sinyal
Ada 2 jenis throughput yang diukur yaitu throughput uplink dan throughput
downlink. Saat pengukuran throughput uplink BS bertindak sebagai client dan
SSs bertindak sebagai server. Sedangkan saat pengukuran throughput downlink,
BS bertindak sebagai server dan SSs bertindak sebagai client.
Pengukuran throughput dilakukan dengan menggunakan perintah iperf,
menggunakan perintah C:\>iperf –c 10.14.11.33 –u –b -11M –r –i 2
10.14.11.33 adalah IP address dari server.
5. Uji koneksi ke jaringan internet.
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 28
BAB III. Uji Coba Teknologi WiMAX
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 29
BAB III. Uji Coba Teknologi WiMAX
Keterangan :
CPE : Customer Premises Equipment
IDU : Indoor Unit
ODU : Outdoor Unit
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 30
BAB III. Uji Coba Teknologi WiMAX
2. Dua notebook , satu sebagai server (PC NMS) dan satu sebagai client
3. Satu buah switch (menghubungkan BS, PC NMS, dan internet)
4. GPS, untuk menentukan koordinat dan jarak client dari BS
5. Kabel UTP category 5 (CAT 5) sebagai media transmisi untuk hubungan antar
notebook dengan perangakat BS dan SSs
6. Kamera digital, untuk merekam kondisi fisik
Alokasi frekuensi yang digunakan perangkat dalam uji coba teknologi WiMAX
ini mengacu pada tetapan IEEE yang digunakan di wilayah Asia Pasifik yaitu 3,5 GHz.
Frekuensi 3,5 GHz merupakan frekuensi berlisensi yang dialokasikan untuk aplikasi
BWA terutama di wilayah Eropa dan digunakan pada konfigurasi point-to-multipoint.
Frekuensi yang digunakan pada perangkat adalah : uplink 3411-3415 MHz, downlink
3511-3515 MHz.. Frekuensi yang disetting pada tiap-tiap titik pengukuran adalah
sebagai berikut
Tabel 3.2 Frekuensi untuk pengukuran
No Lokasi Frekuensi Frekuensi
Uplink (MHz) Downlink (MHz)
Pada frekuensi 3,5 GHz besarnya bandwidth kanal yang digunakan adalah 3,5 MHz
dengan teknik dupleks FDD. Berikut merupakan parameter WiMAX standar
IEEE.802.16d yang menggunakan frekuensi 3,5 GHz dengan bandwidth kanal 3,5 MHz.
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 31
BAB III. Uji Coba Teknologi WiMAX
Tabel 3.3 Parameter WiMAX frekuensi 3,5 GHz untuk BW 3,5 MHz
Parameter IEEE 802.16d
Frekuensi 3,5 GHz
Bandwidth kanal 3,5 MHz
Bit rate per kanal 12,21 Mbps
Tx power 33 dBm
EIRP 36 dBm
Rx sensitivity -91 dBm
Perhitungan link budget merupakan perhitungan level daya yang dilakukan untuk
memastikan bahwa level daya penerimaan lebih besar atau sama dengan level daya
threshold ( RSL ≥ Rth ). Tujuannya untuk menjaga keseimbangan gain dan loss untuk
mencapai SNR yang diinginkan di receiver.
Perhitungan link budget juga berguna untuk menghitung luas daerah jangkauan
sinyal dari base station , seberapa jauh sinyal masih dapat diterima oleh pelanggan
dengan baik.
Parameter-parameter yang mempengaruhi kondisi propagasi suatu kanal wireless
adalah sebagai berikut :
a. Lingkungan propagasi
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 32
BAB III. Uji Coba Teknologi WiMAX
Kanal radio untuk sistem komunikasi wireless dibedakan untuk kondisi LOS dan
NLOS. Pada keadaan LOS, sinyal merambat langsung melalui udara tanpa melewati
suatu obstacle atau hambatan (rumah, kayu, gunung, gedung, dll) dari pengirim ke
penerima. Kriteria untuk keadaan LOS adalah bebasnya daerah Fresnel dari hambatan
yang bisa mengganggu sinyal yang melalui udara tersebut. Daerah Fresnel tergantung
dari frekuensi operasi dan jarak antara pengirim (transmitter) dengan penerima
(receiver).
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 33
BAB III. Uji Coba Teknologi WiMAX
Pada kondisi kanal NLOS, sinyal yang ditangkap di penerima (receiver) adalah
sinyal yang telah mengalami proses refleksi, scattering dan difraksi. Sinyal datang yang
ditangkap penerima merupakan gabungan dari sinyal langsung, multi pantulan, energi
hamburan dan sinyal propagasi yang telah terdifraksi. Sinyal ini mempunyai delay pola
sebaran yang berbeda, redaman, polarisasi dan kestabilan relatif dari sinyal langsung .
Untuk mengetahui loss yang terjadi pada site hasil pemodelan dapat digunakan
berbagai macam model propagasi antara lain model propagasi Okumura – Hatta,
Cost 231, dan model propagasi SUI (Standford University Interim) yang digunakan
untuk propagasi NLOS.
Model propagasi yang telah dikembangkan menyesuaikan karakter lingkungan
RF (Radio Frequency) dan memperkirakan kuat sinyal RF. Model tersebut diperoleh
dari pengukuran empiris yang digunakan untuk meprediksikan cakupan area dalam skala
besar pada sistem komunikasi radio untuk aplikasi selular. Model propagasi
memperkirakan rugi lintasan tergantung dari jarak antara pengirim dan penerima, tinggi
antena pengirim dan penerima dan frekuensi yang digunakan.
Salah satu model propagasi yang dapat digunakan pada jaringan WiMAX adalah
model propagasi SUI (Standford University Interim) untuk kondisi NLOS yang
menggunakan 3 tipe dasar terrain yaitu :
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 34
BAB III. Uji Coba Teknologi WiMAX
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 35
BAB III. Uji Coba Teknologi WiMAX
Redaman ruang bebas atau free space loss merupakan penurunan daya
gelombang radio selama merambat di ruang bebas. Redaman ini dipengaruhi oleh besar
frekuensi dan jarak antara titik pengirim dan penerima.
Besarnya redaman ruang bebas adalah :
FSL = 32,45 + 20 log f (MHz) + 20 log d (Km)...........................................................(3.2)
dimana :
f = frekuensi operasi (MHz)
d = jarak antara pengirim dan penerima (Km)
EIRP merupakan besaran yang menyatakan kekuatan daya pancar suatu antena di
bumi, dapat dihitung dengan rumus :
EIRP = Ptx + Gtx – Ltx……………………………………………………………..(3.3)
dimana :
Ptx = daya pancar (dBm)
Gtx = penguatan antenna pemancar (dB)
Ltx = rugi-rugi pada pemancar (dB)
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 36
BAB III. Uji Coba Teknologi WiMAX
RSL (Receive signal Level) adalah level sinyal yang diterima di penerima dan
nilainya harus lebih besar dari sensitivitas perangkat penerima (RSL ≥ Rth). Sensitivitas
perangkat penerima merupakan kepekaan suatu perangkat pada sisi penerima yang
dijadikan ukuran threshold. Nilai RSL dapat dihitung dengan persamaan 3.4 :
RSL = EIRP – Lpropagasi + Grx – Lrx......................................................................(3.4)
dimana :
EIRP = Effecive Isotropic Radiated Power (dBm)
Lpropagasi = rugi-rugi gelombang saat berpropagasi (dB)
Grx = penguatan antenna penerima (dB)
Lrx = rugi-rugi saluran penerima (dB)
S/N merupakan perbandingan antara daya sinyal dengan daya noise pada kanal .
Nilai S/N dapat diperoleh dengan rumus :
⎛ Eb ⎞ ⎛ BR ⎞
SNR = ⎜ ⎟+⎜ ⎟ ......................................................................................(3.5)
⎝ No ⎠ ⎝ Bw ⎠
dimana :
BR = bit rate
Bw = bandwidth kanal
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 37
BAB III. Uji Coba Teknologi WiMAX
Besarnya data rate jaringan WiMAX dapat dihitung dengan persamaan 3.6
Ct
bit rate = Nused × bm × ……………………………………………..…….(3.6)
Ts
dimana :
Nused = 192 (data)
bm = jumlah bit per modulasi
Ct = coding rate
Ts = periode symbol
3.4.4 Delay
Delay merupakan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pengiriman data dari
titik asal ke titik tujuan ( dari BS ke SSs). Delay yang terukur pada pengukuran adalah
delay RTT (Round Trip Time). Delay RTT merupakan waktu yang diperlukan untuk
mengirimkan paket dari sender serta penerimaan ACK untuk paket yang bersangkutan,
meliputi waktu proses pada source, destination, intermediate nodes, propagation delay,
antrian, dan link layer recovery delay.
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 38
BAB III. Uji Coba Teknologi WiMAX
Throughput merupakan suatu ukuran yang menyatakan berapa banyak bit sukses
yang diterima di tujuan dibandingkan dengan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
mengirimkan bit-bit tersebut.
Pada kondisi nyata besarnya throughput tergantung dari protokol yang digunakan
dalam transmisi (seperti TCP, UDP, dll) dan tipe data yang akan dikirim
(FTP,HTTP,SMTP,VoIP,dll).
Gambar 3.6 Throughput dan QOS untuk beberapa contoh aplikasi (ETSI TR 101 856)
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 39
BAB III. Uji Coba Teknologi WiMAX
WiMAX
Media transmisi berupa udara dan wireless
Data rate mencapai 70 Mbps dengan throughput 75 % - 85% dari data rate
Diaplikasikan untuk wilayah MAN
Topologi jaringan berupa PtP (Point to Point), PMP (Point to Multipoint), dan
mesh
Biaya instalasi murah dan pemasangan perangkat mudah
Dapat digunakan untuk kondisi NLOS sehingga antena tidak perlu ditempatkan
di tempat yang sangat tinggi
Serat Optik
Media transimisi berupa serat optik, aksesnya sangat stabil dan hampir tidak ada
gangguan yang berarti
Data rate sangat tinggi (mencapai 1Gbps), sedangkan data rate per subscriber
mencapai puluhan Mbps
Daerah jangkauan mencapai puluhan kilometer, biasa digunakan untuk backbone
suatu jaringan yang membutuhkan bandwidth yang besar
Biaya investasi mahal dan membutuhkan keahlian khusus untuk memasang dan
merawat perangkat optik
Pemeliharaan dan perawatan perangkat cukup sulit
DSL
Teknologi yang menyalurkan sinyal dengan bandwidth yang besar pada satu
pasang kabel telepon yang sudah ada sehingga dapat ditumpangkan dua jenis
sinyal yang berbeda yaitu akses internet dan sinyal suara biasa
Media transmisi berupa kabel telepon
Daerah jangkauan terbatas (0,5 – 5 km)
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 40
BAB III. Uji Coba Teknologi WiMAX
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 41
BAB IV
ANALISA PERFORMANSI TEKNOLOGI WiMAX
4.1 Umum
Pengukuran dilakukan dari arah BS ke SSs (arah downlink) sehingga analisa link
budget dilakukan untuk arah downlink saja. Tujuan perhitungan downlink link budget
adalah untuk mengetahui kualitas sinyal yang dipancarkan BS yang dapat diterima
dengan baik oleh SSs (user). Hasil pengukuran berupa nilai RSL (Receive Signal Level).
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 42
BAB IV. Analisa Performansi Teknologi WiMAX
RSL menunjukkan besarnya daya yang diterima di penerima (SSs). Nilai RSL
yang didapat harus lebih besar dari Receiver sensitivity (RSL ≥ Rx sensitivity) yang
disyaratkan oleh perangkat penerima. Nilai RSL sebanding dengan daya pancar sumber
(BS) dan berpengaruh pada daerah jangkaun. Jika daya pancar BS besar maka nilai RSL
juga besar. Tetapi RSL berbanding terbalik dengan loss propagasi, semakin besar loss
propagasi maka nilai RSL pun makin kecil (lebih kecil dari sensitivitas penerima).
Untuk frekuensi tinggi (diatas 10 GHz) loss propagasi sangat mempengaruhi kualitas
sinyal penerimaan.sehingga pemilihan frekuensi akan berpengaruh pada kinerja sistem
keseluruhan .
Konfigurasi pengukuran RSL sama dengan konfigurasi pengukuran SNR.
Berikut adalah tabel hasil pengukuran RSL untuk tujuh titik pengukuran :
RSL
Jarak (km)
0
-40
-60
-80
-100
-120
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 43
BAB IV. Analisa Performansi Teknologi WiMAX
Dari grafik 4.1 terlihat bahwa RSL hasil pengukuran lebih besar dari Receiver
Sensitivity perangkat dan sesuai dengan modulasi yang digunakan sehingga kuat sinyal
di penerima bagus. Kuat sinyal yang diterima di tiap titik berbeda tetapi tidak
bergantung pada jarak tetapi disebabkan oleh faktor sebagai berikut : dari pengukuran
didapat nilai parameter yang sebenarnya yang menyesuaikan dengan kondisi
lingkungan. Kondisi lingkungan saat dilakukan pengukuran adalah pengukuran
dilakukan disiang hari dan cuaca mendung dan hujan sehingga banyak redaman yang
dialami oleh sinyal. Hal ini berpengaruh pada kuat sinyal yang terukur walaupun secara
teori untuk frekuensi dibawah 10 GHz redaman karena faktor hujan kecil pengaruhnya.
Faktor lain yang mempengaruhi hasil pengukuran adalah keterbatasan alat dan waktu
pengukuran.
Jarak pengukuran terjauh dari base station dimana kuat sinyal masih dapat
diterima adalah di lokasi RM Barito Minang Rancaekek sejauh 23,2 km menggunakan
antena outdoor. Penggunan antena outdoor berpengaruh pada sinyal yang diterima
karena antena outdoor mempunyai gain yang lebih tinggi dibandingkan dengan antena
indoor. Untuk antena indoor jarak yang terukur sejauh 210 m dan 280 m. Jarak 23,2 km
dapat dijadikan ukuran bahwa teknologi WiMAX dapat diaplikasikan untuk daerah
MAN (Metropolitan Area Network) maupun digunakan untuk melayani daerah pedesaan
yang belum terjangkau oleh infrastruktur kabel maupun teknologi DSL.
Parameter SNR menunjukkan kuat daya sinyal dibandingkan dengan daya noise
pada kanal transmisi. Pengukuran SNR dilakukan dengan menggunakan konfigurasi
yang ada pada gambar 3.3 dan 3.4 untuk arah downlink.
Berikut adalah tabel hasil pengukuran SNR untuk tujuh titik pengukuran
meliputi Gedung Widyaloka 1 RisTi, Masjid RisTi, RS Hasan Sadikin, Gedung Lippo
Gatot Subroto, Rumah Pak Mahyar, daerah Cileunyi (Gerbang Tol Cileunyi) , dan RM
Barito Minang di Rancaekek.
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 44
BAB IV. Analisa Performansi Teknologi WiMAX
SNR Pengukuran
35
30
25
SNR (dB)
20
15
10
5
0
0.21 0.28 3.17 6.42 15.38 19.95 23.2
Jarak (km)
Dari tabel 4.2 didapat hasil pengukuran SNR sebagai berikut : untuk nilai SNR
terbesar didapat dari titik dilokasi Pak Mahyar yaitu sebesar 33,3 dB. Kondisi propagasi
antara Rumah Pak Mahyar dan RisTi (BS) adalah LOS menggunakan modulasi 64 QAM
3/4 sehingga mendapatkan nilai SNR yang besar. Sedangkan SNR paling kecil didapat
dilokasi Gedung Widyaloka 1 RisTi yaitu SNR sebesar 6,5 dB. Kondisi propagasi antara
BS di RisTi dan SSs di Gedung Widyaloka 1 RisTi adalah NLOS, banyak penghalang
berupa pohon serta gedung dan menggunakan modulasi BPSK 1/2.
Dari grafik 4.2 terlihat bahwa nilai SNR tidak bergantung pada jarak antara BS
dan SSs (user), makin dekat jarak antara base station dan user maka makin besar nilai
SNR. Nilai SNR ditentukan oleh banyak faktor seperti lingkungan propagasi antara BS
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 45
BAB IV. Analisa Performansi Teknologi WiMAX
dan SSs, jika kondisi LOS maka SNR pun makin besar. Untuk hasil pengukuran di
lokasi Pak Mahyar nilai SNR besar karena link propagasi antara BS dan Pak Mahyar
LOS ( radio LOS). Hal ini tentu berbeda jika kondisi propagasi antara BS dan SSs
banyak terhalang oleh obstacle seperti pepohonan dan bangunan, nilai SNR yang
diperoleh tentu kecil.
Faktor lainnya adalah jenis modulasi yang digunakan. Teknologi IEEE 802.16d
menggunakan modulasi adaptif sehingga mampu mengubah jenis modulasi sesuai
lingkungan. Jika kondisi link propagasi buruk maka secara otomatis sistem akan
mengubah ke modulasi yang tepat misal modulasi BPSK. Jika kondisi link propagasi
bagus maka sistem akan mengubah ke modulasi yang lebih tepat yaitu 64QAM, 16QAM
atau QPSK. Jenis modulasi yang digunakan untuk mendapatkan SNR yang besar adalah
64 QAM karena nilai SNR sebanding dengan bit rate modulasi 64 QAM. Makin besar
bit rate maka nilai SNR makin besar. Sedangkan nilai SNR kecil didapat dengan
modulasi BPSK.
Dari hasil pengukuran didapatkan delay RTT. Parameter delay RTT tersebut
didapat dengan menggunakan command Ping. Ping merupakan suatu tool jaringan
komputer yang umum digunakan pada jaringan TCP/IP. Ping bekerja dengan cara
mengirimkan paket ICMP echo request ke suatu node dan mendengarkan jawaban yang
berupa paket ICMP request response.
Berikut merupakan hasil pengukuran delay RTT untuk 3 titik user yaitu Rumah
Pak Mahyar, Cileunyi, dan Rancaekek.
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 46
BAB IV. Analisa Performansi Teknologi WiMAX
Pada saat dilakukan pengukuran, untuk satu titik pengukuran yang sama dengan
ukuran paket yang berbeda dihasilkan delay RTT yang berbeda. Semakin besar ukuran
paket, delay RTT yang dihasilkan juga akan semakin besar. Untuk delay end to end
besarnya setengah dari delay RTT .
4.5.1 Throughput
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 47
BAB IV. Analisa Performansi Teknologi WiMAX
Dari contoh hasil iperf diatas dapat dilihat bahwa bandwidth rata-rata yang
disediakan sebesar 0,77 Mbits. Dengan demikian sebesar apapun data yang dikirim
maka data tersebut akan dikirim dengan kecepatan yang tidak akan pernah melebihi
0,77 Mbits/sec.
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 48
BAB IV. Analisa Performansi Teknologi WiMAX
Dari contoh hasil iperf diatas dapat dilihat bahwa bandwidth rata-rata yang
disediakan sebesar 2 Mbits. Dengan demikian sebesar apapun data yang dikirim maka
data tersebut akan dikirim dengan kecepatan yang tidak akan pernah melebihi 2
Mbits/sec.
Berdasarkan spesifikasi perangkat besar throughput uplink dan throughput
downlink berbeda ( throughput downlink > throughput uplink), dengan nilai 85 % dari
data rate untuk throughput downlink dan 75 % dari data rate untuk throughput uplink
Saat pengukuran throughput uplink, SSs bertindak sebagai client dan berfungsi
mengirimkan paket data sedangkan BS bertindak sebagai server dan berfungsi
memonitoring kedatangan paket data yang dikirimkan SSs. Saat pengukuran throughput
downlink, bertindak sebagai client adalah BS dan berfungsi mengirimkan paket data
sedangkan bertindak sebagai server adalah SSs yang berfugsi untuk memonitoring
kedatangan paket yang dikirim oleh BS.
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 49
BAB IV. Analisa Performansi Teknologi WiMAX
Berikut adalah hasil pengukuran throughput downlink dan throughput uplink di tujuh
titik pengukuran.
0.21 940 30
0.28 4400 550
3.17 4180 1380
6.42 1290 334
15.38 9430 4170
19.95 4160 460
23.2 2100 460
Throughput
5000
Throughput (kbps)
4000
3000
2000
1000
0
0.21 0.28 3.17 6.42 19.95 23.2
Jarak (km)
Nilai throughput sebanding dengan besar paket yang berhasil dikirim sehingga
semakin besar paket yang berhasil dikirim maka semakin besar pula nilai
throughputnya. Semakin besar throughput maka semakin bagus kerja sistem.
Dari spesifikasi perangkat , nilai throughput downlink tertinggi yang dapat
dicapai sebesar 11,135 Mbps menggunakan modulasi 64 QAM 3/4. Tetapi berdasarkan
pengukuran, throughput downlink maksimum yang dapat dicapai hanya sebesar 9,43
Mbps. Sedangkan nilai throughput uplink berdasar spesifikasi perangkat sebesar
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 50
BAB IV. Analisa Performansi Teknologi WiMAX
9,825 Mbps dan dengan pengukuran hanya didapat sebesar 4,17 Mbps. Hal ini
disebabkan kondisi link propagasi tidak stabil sehingga throughput yang diperoleh
melalui pengukuran tidak maksimal.
Thoughput dipengaruhi oleh jenis modulasi yang digunakan. Penggunaan
modulasi yang sesuai menghasilkan bit rate yang lebih besar. Coding rate yang besar
juga mempengaruhi besar bit rate. Makin besar coding rate makin besar bit rate yang
didapatkan.
Nilai SNR berbanding lurus dengan besar throughput. Semakin besar nilai SNR
maka throughput yang didapatkan pun juga semakin besar, semakin bagus kualitas
jaringan ( nilai SNR yang tinggi) maka kemungkinan paket data yang berhasil sampai
tujuan juga akan semakin besar. Berikut merupakan tabel hubungan antara SNR dengan
throughput hasil pengukuran.
Tabel 4.4.2 Hubungan antara SNR dengan throughput (Downlink dan Uplink)
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 51
BAB IV. Analisa Performansi Teknologi WiMAX
10000
Throughput (Kbps)
8000
6000
4000
2000
0
0 5 10 15 20 25 30 35
SNR (dB)
Dari grafik 4.5.2 terlihat bahwa semakin besar nilai SNR maka makin besar pula
throughputnya. Untuk throughput uplink, nilai SNR berbanding lurus dengan nilai
throughput. Semakin besar SNR akan semakin besar dukungan sistem untuk dapat
menghasilkan throughput yang maksimal.
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 52
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari pengukuran dan analisa yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. SNR hasil pengukuran dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat pengukuran.
SNR di tempat yang berdekatan dengan BS yaitu Gedung Widyaloka 1 RisTi
memiliki nilai SNR yang kecil sebesar 6,5 dB. Sedangkan SNR untuk tempat yang
jauh dari BS yaitu Rumah Pak Mahyar memiliki nilai SNR besar yaitu 33,3 dB.
Berdasarkan hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa SNR hasil pengukuran
sangat dipegaruhi oleh kondisi propagasi bukan pada jarak dari BS ke SSs
2. Delay hasil pengukuran adalah delay RTT dengan rata-rata dari SSs ke BS sebesar
25 ms untuk ukuran paket 32 byte. Semakin besar ukuran paket, delay pengukuran
yang dihasilkan juga akan semakin besar.
3. Throughput downlink maksimal yang terukur sebesar 9,43 Mbps. Nilai ini
merupakan 84,68 % dari nilai teoritis throughput downlink maksimal yaitu
11,135 Mbps. Sedangkan throughput uplink maksimal yang terukur sebesar 4,17
Mbps dengan nilai throughput uplink maksimal teoritis sebesar 9,825 Mbps. Untuk
throughput uplink terukur hanya 42,44 % dari nilai throughput uplink teoritis.
4. Besar SNR berbanding lurus dengan besar throughput. Semakin besar SNR akan
semakin besar dukungan sistem untuk dapat menghasilkan throughput yang
maksimal
5. Throughput downlink relatif lebih tinggi dibandingkan throughput uplink karena bit
rate yang diberikan untuk arah downlink lebih besar dibandingkan dengan bit rate
arah uplink.
6. Jarak pengukuran paling jauh dari base station dimana sinyal dapat diterima dengan
baik adalah 23,2 km di lokasi pengukuran RM Barito Minang Rancaekek
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 53
BAB V. Kesimpulan dan Saran
5.2 Saran
Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 54
DAFTAR PUSTAKA
A-1
d. Lokasi 4 (Gedung Lippo GatSu) Data Teknis :
Data kondisi lapangan Frekuensi = 3515,250 MHz
Jarak = 6,42 km (NLOS) Modulasi = QPSK 1/2
Data Teknis : Tx Power BS = 33 dBm
Frekuensi = 3511,750 MHz Loss Tx (konektor + feeder)
Modulasi = QPSK 1/2 = 4,21 dB
Tx Power BS = 33 dBm Loss Rx (SSs) = 0 dB
Loss Tx (konektor + feeder) Gain Tx (BS) = 17 dBi
= 4,21 dB Gain Rx = 15 dBi
Loss Rx (SSs) = 0 dB Tinggi SSs =3m
Gain Tx (BS) = 17 dBi Tinggi BS = 25 m
Gain Rx = 15 dBi Shadow fading komponen (tipe
Tinggi SSs =3m terrain B) = 9,6 dB
Tinggi BS = 23 m
Shadow fading komponen (tipe g.Lokasi 7 (Rancaekek, RM Barito Minang)
terrain B) = 9,6 dB Data kondisi lapangan
Jarak = 23,2 km (LOS)
e. Lokasi 5 (Rumah Pak Mahyar) Data Teknis :
Data kondisi lapangan Frekuensi = 3511,750 MHz
Jarak = 5,38 km (LOS) Modulasi = QPSK 1/2
Data Teknis : Tx Power BS = 33 dBm
Frekuensi = 3511,750 MHz Loss Tx (konektor + feeder)
Modulasi = 64 QAM 3/4 = 4,21 dB
Tx Power BS = 33 dBm Loss Rx (SSs) = 0 dB
Loss Tx (konektor + feeder) Gain Tx (BS) = 17 dBi
= 4,21 dB Gain Rx = 15 dBi
Loss Rx (SSs) = 0 dB
Gain Tx (BS) = 17 dBi
Gain Rx = 15 dBi Link budget Uplink
A-2
Modulasi = 16 QAM 1/2 Loss Tx= 0 dB
Tx Power SSs = 24 dBm Loss Rx (BS) = 0 dB
Loss Tx= 0 dB Gain Tx (SSs) = 15 dBi
Loss Rx (SSs) = 0 dB Gain Rx = 17 dBi
Gain Tx (SSs) = 6 dBi Tx Power = 14,5 dBm
Gain Rx = 17 dBi Tinggi SSs =3m
Tinggi SSs = 5,12 inci Tinggi BS = 23 m
= 12,3 cm Shadow fading komponen (tipe
Tinggi BS = 23 m terrain B) = 9,6 dB
Shadow fading komponen (tipe
terrain B) = 9,6 dB d. Lokasi 4 (Gedung Lippo Gatot Subroto)
Data kondisi lapangan
b. Lokasi 2 (Gedung Widyaloka 1 RisTi) Jarak = 6,42 km (NLOS)
Data kondisi lapangan Data Teknis :
Jarak = 0,28 km (NLOS) Frekuensi = 3411,750 MHz
Data Teknis : Modulasi = QPSK 1/2
Frekuensi = 3411,750 MHz Loss Tx= 0 dB
Modulasi = BPSK 1/2 Loss Rx (SSs) = 0 dB
Tx Power SSs = 24 dBm Gain Tx (SSs) = 15 dBi
Loss Tx= 0 dB Gain Rx = 17 dBi
Loss Rx (SSs) = 0 dB Tx Power = 21,5 dBm
Gain Tx (SSs) = 6 dBi Tinggi SSs =3m
Gain Rx = 17 dBi Tinggi BS = 23 m
Tinggi SSs = 0.123 m Shadow fading komponen (tipe
Tinggi BS = 23 m terrain B) = 9,6 dB
Shadow fading komponen (tipe
terrain B) = 9,6 dB e. Lokasi 5 (Rumah Pak Mahyar)
Data kondisi lapangan
c. Lokasi 3 (RS Hasan Sadikin) Jarak = 15,38 km (LOS)
Data kondisi lapangan Data Teknis :
Jarak = 3,17 km (NLOS) Frekuensi = 3411,750 MHz
Data Teknis : Modulasi = 64 QAM 3/4
Frekuensi = 3411,750 MHz Loss Tx= 0 dB
Modulasi = 16 QAM 1/2 Loss Rx (SSs) = 0 dB
A-3
Gain Tx (SSs) = 15 dBi Tinggi SSs =3m
Gain Rx = 17 dBi Tinggi BS = 23 m
Tx Power = 20,5 dBm Shadow fading komponen (tipe
Tinggi SSs =3m terrain B) = 9,6 dB
Tinggi BS = 23 m
Shadow fading komponen (tipe g. Lokasi7 (Rancaekek, RM Barito Minang)
terrain B) = 9,6 dB Data kondisi lapangan
Jarak = 23,2 km (LOS)
f. Lokasi 6 (Cileunyi) Data Teknis :
Data kondisi lapangan Frekuensi = 3411,750 MHz
Jarak = 19,95 km (NLOS) Modulasi = QPSK ½
Data Teknis : Loss Tx= 0 dB
Frekuensi = 3415,250 MHz Loss Rx (SSs) = 0 dB
Modulasi = QPSK ½ Gain Tx (SSs) = 15 dBi
Loss Tx= 0 dB Gain Rx = 17 dBi
Loss Rx (SSs) = 0 dB Tx Power = 24 dBm
Gain Tx (SSs) = 15 dBi Tinggi SSs =3m
Gain Rx = 17 dBi Tinggi BS = 23 m
Shadow fading komponen (tipe
Tx Power = 24 dBm terrain B) =9,6dB
A-4
Link Budget Downlink
No Lokasi EIRP (dBm) Loss Propagasi (dB) RSL (dBm)
1 Gedung Widyaloka 1 RisTi 45,79 160,9 -109,11
2 Masjid RisTi 45,79 167,43 -115,64
3 RS Hasan Sadikin 45,79 118,743 -57,593
4 Gedung Lippo Gatot Subroto 45,79 132,82 -72,03
5 Rumah Pak Mahyar 45,79 127,1 -66,31
6 Cileunyi 45,79 155,5 -94,71
7 RM Barito Minang Rancaekek 45,79 130,6 -69,87
SNR perangkat
Sensitivitas perangkat
A-5
Easy ST (antenna internal)
Throughput perangkat
A-6
LAMPIRAN B-1
LOKASI PENGUKURAN
LAMPIRAN B-2
Masjid RisTi
B-1
RS Hasan Sadikin
B-2
Cileunyi
RM Barito Minang
B-3
LAMPIRAN C
C-1
C-2
LAMPIRAN D
PRODUK AIRSPAN
AS MAX
D-1
D-2
2. List Produk AS.MAX
D-3
3. Spesifikasi Teknik
D-4
D-5
D-6
D-7
D-8
LAMPIRAN E
Blok Pemancar
Blok penerima
[Intel, 802.16 Broadband Wireless Access: the next big thing in wireless, September
2003]
E-1
2. Pengkodean
Pengkodean yang digunakan adalah Red Solomon
3. Mapper (Pemetaan sinyal)
Skema pemetaan atau modulasi digital yang digunakan ada 4 yaitu
BPSK,QPSK,16 QAM dan 64 QAM. Penggunaan skema pemetaan yang berbeda
dikarenakan untuk meningkatkan effisiensi bandwidth yang digunakan. Pemilihan
skema pemetaan bergantung pada kondisi kanal propagasi.
4. Serial to Pararel
Berguna untuk membagi sinyal yang masih dalam satu jalur frekuensi dan
membaginya kedalam 192 jalur frekuensi yang berbeda dengan kecepatan
keluaran yang lebih rendah pada setiap jalur frekuensinya.
5. Insert Pilot
6. IFFT
IFFT berfungsi sebagai OFDM baseband modulator, dimana setiap symbol
stream akan memodulasi frekuensi subscarier yang dibangkitkan oleh IFFT.
Jumlah IFFT yang digunakan adalah 256 FFT. Penggunaan IFFT akan menjamin
orthogonalitas antar subscarier. Output setiap proses transformasi 256 titik IFFT
akan membentuk sebuah symbol OFDM.
7. Cyclic Prefic
Cyclic Prefic befungsi sebagai guard interval.
E-2
4. Pararel to Serial
Berfungsi untuk mengubah keluaran blok estimasi kanal dan interpolar yang
masih berupa jalur pararel dalam domain frekuensi menjadi satu jalur seri dalam
domain frekuensi.
5. Demapper
Berfungsi untuk merekonstruksi bit yang dikirim bedasarkan nilai kompleks ang
diterima sesuai dengan konstelasi modulasi yang digunakan.
6. Decoder
7. Derandomization
Berfungsi untuk mendapatkan kembali data informasi yang sebelumnya sudah
diacak.
E-3