Anda di halaman 1dari 81

ABSTRACT

Recently, wireless technology that have been studied and developed by PT


TELKOM is broadband wireless access technology with IEEE 802.16d standard, or
well-known as WIMAX. It is an evolution of prior broadband wireless technology,
Wi-Fi. The technology is designed to provide non-LOS condition and use adaptive
modulation technique such as QPSK, BPSK, 16QAM, and 64QAM. IEEE 802.16d
standard can possibly make internet wireless connection reach out for 75 Mbps speed
or 35 times faster than copper wire line (ADSL). To support dynamic and good
modulation scheme, IEEE 806.16d adopts the technology which able to increase
coverage use mesh topology and smart antenna technology. With good scheme
modulation, IEEE 802.16d affords large throughput in long distance and high spectra
efficiency level.

This final project will analyze broadband wireless access technology with
IEEE 802.16d standard. Performance parameters used are link budget estimation
(RSL), signal quality (SNR), calculation of delay, and throughput. The results are:
smallest SNR 6.5 dB in RisTi Widyaloka 1 building, highest SNR 33.3 dB measured
in Mr. Mahyar’s house. Measurements of RSL higher than receiver sensitivity are:
smallest RSL -97.5 dBm in RisTi Widyaloka 1 building, and the highest -66.08 dBm
in Mr. Mahyar’s house. Average RTT delay SSs to BS is 25 ms. Percentage downlink
throughput is higher than uplink throughput. Downlink throughput is 9.43 Mbps
(84.68% from theoretical throughput value), and uplink throughput is 4.17 Mbps
(42.44% from theoretical throughput value).

ii
ABSTRAKSI

Teknologi wireless yang sedang dikaji dan dikembangkan oleh PT Telkom


saat ini adalah teknologi akses wireless pita lebar dengan standar IEEE.802.16d atau
lebih dikenal dengan nama WiMAX yang merupakan evolusi teknologi broadband
wireless sebelumnya Wi-Fi. Teknologi ini didesain untuk memenuhi kondisi non
LOS (Line of Sight) dan menggunakan teknik modulasi adaptif seperti QPSK, BPSK,
16 QAM, dan 64 QAM. Standar IEEE.802.16d memungkinkan koneksi internet
secara nirkabel dengan kecepatan mencapai 75 Mbps atau 35 kali lebih cepat dari
saluran kabel tembaga (ADSL).
Untuk mendukung terciptanya skema modulasi yang dinamis dan baik, IEEE
806.16d juga mengadopsi teknologi yang dapat meningkatkan coverage atau daya
jangkauannya dengan menggunakan topologi mesh dan teknologi smart antenna.
Melalui suatu skema modulasi yang baik, IEEE 802.16d mampu memberikan
throughput yang besar pada jarak yang jauh dan dengan level efisiensi spektral yang
tinggi.
Tugas akhir ini akan menganalisa teknologi akses wireless pita lebar standar
IEEE.802.16d dengan parameter performansi meliputi perhitungan link budget
(RSL), perhitungan kualitas sinyal (SNR), perhitungan delay dan throuhgput . Dari
hasil pengukuran diperoleh hasil sebagai berikut : SNR paling kecil terukur di lokasi
Gedung Widyaloka 1 RisTi sebesar 6,5 dB, SNR paling besar terukur di lokasi
Rumah Pak Mahyar sebesar 33,3 dB. Nilai RSL pengukuran lebih besar dari
sensitivitas penerima yaitu untuk nilai RSL paling kecil adalah -97,5 dBm lokasi
Gedung Widyaloka 1 RisTi dan nilai RSL terbesar adalah -66,08 dBm lokasi Pak
Mahyar. Delay RTT rata-rata SSs ke BS sebesar 25 ms. Throughput berupa
throughput uplink dan throughput downlink dengan presentase nilai throughput
downlink lebih besar dari throughput uplink. Throughput downlink sebesar 9,43 Mbps
(84,68 % dari nilai throughput teoritis) dan throughput uplink 4,17 Mbps (42,44 %
dari nilai throughput teoritis).

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan layanan informasi komunikasi melaju begitu pesat. Pada awalnya


layanan informasi komunikasi hanya berupa suara melalui teknologi switching PSTN,
sekarang telah berkembang layanan yang dapat memenuhi kebutuhan informasi suara,
data (multimedia), dan video. Pada layanan informasi data (multimedia) dan video,
kecepatan dan kehandalan dalam pengaksesan data maupun video merupakan parameter
penting bagi pelanggan. Komunikasi video juga membutuhkan lebar pita yang besar
karena melibatkan transmisi suara dan data real time. Sehingga dibutuhkan teknologi
yang mampu memberikan layanan suara, data, maupun video dengan kualitas yang lebih
baik.
Teknologi yang digunakan sekarang masih berupa tradisional broadband yang
dilewatkan melalui saluran telepon dan kabel yang perkembangannya lambat karena
masalah pemasangan, pengembangan, dan pembangunan infrastruktur yang mahal dan
terbatas. Hadirnya teknologi dengan standar IEEE.802.16d memungkinkan koneksi
nirkabel kecepatan tinggi dengan biaya yang efektif ke pengguna rumahan dan bisnis,
baik yang berada di perkotaan maupun daerah.
IEEE.802.16d merupakan standar teknologi wireless pita lebar yang disediakan
untuk pelanggan yang tidak bergerak atau fixed wireless akses dan pelanggan bergerak
dengan mobilitas yang terbatas atau limited mobility. Menggunakan frekuensi yang
cukup tinggi (2-11 GHz) serta bandwidth kanal yang cukup lebar dan dapat diatur sesuai
kebutuhan, WiMAX mampu memberikan data rate dan throughput yang tinggi.
Teknologi ini dapat mendukung berbagai bentuk layanan data berbasiskan paket,
multimedia, dan internet seperti : transfer data kecepatan tinggi, streaming video, VoIP
telephony, tayangan diam maupun gerak, e-mail, Web browsing, e-commerce, dll.

Uji Performansi Tekonologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung
1
BAB I. Pendahuluan
 
 
Parameter standar sistem IEEE.802.16d adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1 Parameter sistem IEEE.802.16d

Frekuensi 2-11 GHz


Daerah jangkauan Maksimum 50 km, Optimum 10 km
Bandwidth Kanal 1,5-20 Mhz
Spektral effisiensi 5 bps/Hz
Skema Modulasi BPSK, QPSK,16QAM, 64 QAM, OFDM 256 subs carier
Kecepatan Data Mencapai 75 Mbps
Sistem Duplex FDD/TDD
Kondisi Propagasi NLOS dan LOS
Aplikasi Metropolitan Area Network (MAN)

Keluaran yang diharapkan dengan adanya teknologi wireless akses pita lebar
standar IEEE.802.16d ini adalah terpenuhinya kebutuhan pelanggan terutama pelanggan
di daerah pedesaan yang belum terjangkau oleh jaringan broadband yang telah ada
( jaringan telepon, jaringan kabel modem, jaringan optik maupun jaringan ethernet) akan
layanan komunikasi berbasis data seperti suara (VoIP), multimedia , video, dan internet
yang cepat, handal, murah dan dapat diakses dimana saja dan kapan saja.

1.2 Permasalahan

1.2.1 Rumusan Masalah

Untuk mengetahui performansi jaringan akses wireless pita lebar standar


IEEE.802.16d serta tingkat kelayakan perangkatnya. Setelah mengetahui parameter
perangkat pada jaringan akses wireless pita lebar standart IEEE.802.16d melalui
pengukuran maka perangkat tersebut dapat dievaluasi dengan cara membandingkan hasil
pengukuran dengan spesifikasi yang telah ditetapkan sesuai standar. Evaluasi berguna
untuk mengetahui apakah perangkat tersebut layak diaplikasikan atau tidak dan dapat
dijadikan acuan untuk perencanaan jaringan WiMAX di masa depan.

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 2
BAB I. Pendahuluan
 
 
1.2.2 Batasan Masalah

Pembahasan masalah pada Tugas Akhir ini akan dibatasi pada beberapa hal
sebagai berikut :
• Parameter-parameter sistem menggunakan standar IEEE.802.16d
• Analisa mekanisme kerja perangkat jaringan wireless akses IEEE.802.16d
• Pengukuran yang dilakukan hanya berupa pengukuran untuk trial karena
terbatasnya alat dan waktu serta belum ada pihak yang mengimplementasikan
teknologi WiMAX
• Parameter yang dipergunakan untuk mengukur performansi jaringan akses
standar IEEE.802.16d meliputi perhitungan link budget, perhitungan kualitas
sinyal, throughput, dan delay.
• Penentuan Spesifikasi Teknis
Penentuan spesifikasi teknis meliputi teknik modulasi, teknik pengkodean, dan
gambaran spesifikasi perangkat terminal.
• Pengukuran dilakukan di Telkom RisTi dan daerah Bandung
• Analisa mekanisme dan prinsip kerja jaringan akses standar IEEE.802.16d
meliputi proses akses (Base Station ke pelanggan) dan proses transmisi.
Perangkat yang digunakan merupakan produk dari Airspan sehingga parameter
WiMAX disesuaikan dengan parameter pada perangkat WiMAX ( daya pancar,
RX Sensitivity, Gain, dll) Airspan.

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah menganalisa penerapan teknologi akses
wireless pita lebar (Broadband Wireless Access) yang menggunakan standar IEEE
802.16d dengan melakukan pengukuran. Dari penelitian dan pengukuran ini akan
diperoleh tingkat performansi dari jaringan akses wireless pita lebar berstandar
IEEE.802.16d sehingga dapat dijadikan acuan untuk penerapan teknologi ini di masa
depan.

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 3
BAB I. Pendahuluan
 
 
1.4 Metodelogi Penelitian
Metodologi yang akan digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah
sebagai berikut :
1. Melakukan studi literatur dengan mempelajari berbagai referensi yang
berhubungan dengan permasalahan di atas.
2. Pengambilan data
Tahapan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang real mengenai prinsip
kerja jaringan akses wireless standart IEEE.802.16d serta pengambilan data-data
yang berkenaan dengan permasalahan yang akan dibahas.
3. Analisa hasil studi literatur dan pengambilan data
Tahapan ini dilakukan untuk menganalisa data-data yang diperoleh di lapangan
dan membandingkan hasil yang didapat setelah data-data diolah dengan teori
yang mendukung.
4. Konsultasi dengan pembimbing dan berbagai pihak yang berkompeten.
Tahapan ini dilakukan untuk membantu dalam penyelesaian penyusunan laporan.
5. Penyusunan Laporan
Tahapan ini dilaksanakan untuk membuat laporan hasil analisis studi literatur
dan pengambilan data.

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :


BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dibahas tentang latar belakang masalah, permasalahan yang
terdiri atas rumusan dan batasan permasalahan, tujuan, metodologi
penyelesaian masalah dan sistematika penulisan
BAB II DASAR TEORI
Bab ini berisi teori dasar yang menjelaskan konsep tentang jaringan akses
wireless pita lebar standar IEEE.802.16d meliputi : deskripsi umum

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 4
BAB I. Pendahuluan
 
 
WiMAX, parameter standar IEEE.802.16d, struktur layer IEEE 802.16d,
kelebihan jaringan WiMAX , serta teknologi dan layanan yang dapat
diberikan oleh jaringan akses wireless pita lebar
BAB III UJI COBA dan PENGUKURAN TEKNOLOGI WiMAX
Bab ini berisi konfigurasi jaringan trial, perhitungan performansi meliputi
perhitungan link budget (RSL), perhitungan kualitas sinyal (SNR),
perhitungan delay, dan perhitungan throughput
BAB IV ANALISA
Bab ini akan menganalisa performansi perangkat jaringan akses wireless
pita lebar standar IEEE.802.16d berdasarkan data yang diperoleh
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil analisa yang telah
dilakukan

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 5
BAB II
DASAR TEORI

2.1 FWA (Fixed Wireless Access)

Fixed Wireless Access menurut ITU didefenisikan sebagai aplikasi wireless


access dimana lokasi dari end user termination dan network access point dihubungkan
ke end user secara fixed. Pada dasarnya wireless local loop (WLL) memiliki kesamaan
dengan Fixed Wireless Access (FWA) yaitu pada spektrum frekuensi yang diduduki.
Australian Communication authority (ACA) mendefenisikan Fixed Wireless Access
(FWA) sebagai Wireless Local Loop (WLL). WLL merupakan local loop yang
menghubungkan pelanggan dan local exchange dengan menggunakan link wireless.
WLL didefenisikan sebagai koneksi radio end-user ke jaringan utama, baik berupa
Public Switched Telephone Network (PSTN), Integrated Service Digital Network
(ISDN), Internet atau local/wide area network

2.2 Jaringan WiMAX (Worldwide Interoperability of Microwave Access)

2.2.1 Deskripsi Umum

WiMAX merupakan nama industri untuk kelompok standar IEEE 802.16 dan
dipromosikan oleh organisasi non-profit WiMAX Forum. IEEE 802.16 merupakan
teknologi yang membahas air interface untuk broadband wireless access sistem pada
wilayah metropolitan area network (MAN). Pada Tugas akhir ini teknologi WiMAX
yang digunakan berstandar IEEE.802.16d yang didesain untuk memenuhi kondisi non
LOS (non Line of Sight) dan menggunakan teknik modulasi adaptif seperti BPSK,
QPSK, 16 QAM, dan 64 QAM serta modulasi multicarier OFDM.
Standar IEEE.802.16d memungkinkan koneksi internet secara nirkabel dengan
kecepatan mencapai 75 Mbps atau 35 kali lebih cepat dari saluran kabel tembaga
(ADSL). Untuk mendukung terciptanya skema modulasi yang dinamis dan baik, IEEE
806.16d juga mengadopsi teknologi yang dapat meningkatkan daya jangkauannya

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung
6
BAB II. Dasar Teori
 

dengan menggunakan topologi jaringan mesh dan teknologi smart antenna. Melalui
suatu skema modulasi yang baik, IEEE 802.16d mampu memberikan throughput yang
besar pada jarak yang jauh dan dengan level efisiensi spektral yang tinggi. Hadirnya
teknologi dengan standar IEEE.802.16d memungkinkan koneksi nirkabel kecepatan
tinggi dengan biaya yang efektif ke pengguna rumahan dan bisnis, baik yang berada di
perkotaan maupun daerah pedesaan.
IEEE.802.16d merupakan standar teknologi wireless pita lebar yang
disediakan untuk pelanggan yang tidak bergerak atau fixed wireless akses dan pelanggan
bergerak dengan mobilitas yang terbatas atau limited mobility. Teknologi ini dapat
mendukung berbagai bentuk layanan yang berbasiskan paket data, multimedia, dan
internet seperti : transfer data kecepatan tinggi, streaming video, VoIP telephony,
tayangan diam maupun gerak, e-mail, Web browsing, e-commerce, dll.

2.2.2 Varian Standar IEEE 802.16

Standar IEEE 802.16 mempunyai beberapa varian yang dimaksudkan untuk


mengembangkan performansi dan kemampuan dari teknologi standar IEEE 802.16
tersebut, agar menjadi lebih handal dan dapat meluas penggunaannya. Untuk
mengembangkan jangkauan dan daya jualnya, maka standar IEEE 802.16 direvisi
menjadi IEEE 802.16a. Standar teknis IEEE 802.16a banyak digunakan oleh perangkat-
perangkat dengan sertifikasi WiMAX. Selain IEEE 802.16a, varian lainnya adalah IEEE
802.16b yang menekankan pada masalah Quality of Service (QoS), IEEE 802.16c
menekankan pada interoperability dengan protokol-protokol lain, IEEE 802.16d
merupakan revisi dari IEEE 802.16c ditambah dengan kemampuan untuk access point,
serta IEEE 802.16e menekankan pada masalah mobilitas. Varian standar IEEE 802.16
dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 7
BAB II. Dasar Teori
 

Tabel 2.1 Varian standar IEEE 802.16


IEEE.802.16 IEEE.802.16d IEEE.802.16e
Desember 2001 Juni 2004 Pertengahan 2005
10 GHz - 66 GHz 2 GHz -11 GHz 2 GHz - 6 GHz
Backhaul Backhaul dan wireless DSL Mobile internet

LOS NLOS NLOS


32-143 Mbps Hingga 75 Mbps menggunakan Hingga 15 Mbps
menggunakan frekuensi kanal 20 MHz menggunakan
frekuensi kanal 28 frekuensi kanal 5
MHz MHz
QPSK, 16QAM, 64 OFDM 256 sub- OFDMA
QAM cariers,QPSK,16QAM,64QAM

Fixed Fixed dan limited mobility Nomadic mobility,


pedestrian mobility-
regional roaming
BW kanal: BW kanal : BW kanal :
20,25,28 MHz 1,5-20 MHz 1,5-20MHz
2-5 km Kemampuan optimal 7-10 km dan 2-5 km
kemampuan maksimal 50 km

2.3 Parameter-parameter standar IEEE 802.16d

Standar IEEE 802.16d merupakan varian dari standar IEEE 802.16 yang
digunakan untuk aplikasi akses fixed. Perangkat CPE yang biasa digunakan untuk
aplikasi fixed terdiri dari outdoor unit (antena) dan indoor unit (modem) yang
instalasinya dilakukan oleh teknisi. Sedangkan perangkat lain berupa indoor unit yang

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 8
BAB II. Dasar Teori
 

‘self installable’ yang penginstalasiannya dapat dilakukan sendiri oleh pelanggan.


Standar IEEE 802.16d diluncurkan pada bulan Juni 2004 merupakan pengembangan dari
standar IEEE 802 .16a.

Standar IEEE 802.16d mempunyai parameter sebagai berikut :


™ Menggunakan frekuansi 2-11 GHz, daerah jangkauan maksimum 50 km (untuk
kondisi LOS) dan optimal 7-10 km (untuk kondisi NLOS)
™ Bandwidth kanal bervariasi antara 1,5 MHz sampai dengan 20 MHz
™ Spektral efisiensi mencapai 5 bps/Hz
™ Menggunakan modulasi adaptif yaitu QPSK, BPSK, 16 QAM, dan 64 QAM
™ Menggunakan modulasi multicarier OFDM
™ Data rate maksimal 75 Mbps (menggunakan modulasi 64 QAM dengan
bandwidth kanal 20 MHz)
™ Sistem dupleks menggunakan TDD dan FDD
™ Jenis mobilitas fixed
™ Teknik akses jamak menggunakan TDMA

2.4 Konfigurasi umum Jaringan Wimax

Konfigurasi jaringan akses WiMAX terdiri dari BS (Base Station), Subscriber


Station dan transport site. Base Station dihubungkan secara point-to-multipoint untuk
melayani pelanggan sampai radius beberapa puluh kilometer tergantung pada frekuensi,
daya pancar dan sensitivitas penerima. Base Station biasanya biasanya satu lokasi
dengan jaringan operator (jaringan IP / internet atau jaringan TDM/PSTN). Sedangkan
Subscriber Station terdapat di pelanggan berupa fixed, portable maupun mobile.
Konfigurasi jaringan WiMAX dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut :

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 9
BAB II. Dasar Teori
 

Gambar 2.1 Konfigurasi umum jaringan WiMAX


Keterangan :
AP : Access Point
SSs : Subscriber station
BS : Base Station
PMP : Point to Multipoint
PtP : Point to Point

Konfigurasi jaringan WiMAX pada gambar 2.1 merupakan konfigurasi untuk


jenis pelanggan yang fixed atau tidak bergerak maupun bergerak tetapi dengan
pergerakan yang terbatas atau limited mobility.

Elemen jaringan WiMAX terdiri atas :


™ SSs (Subscriber Station)
Subscriber Station atau CPE merupakan perangkat yang berada di pelanggan dan
terdiri dari tiga bagian utama yaitu : modem, radio dan antena. Modem merupakan
antarmuka antara jaringan pelanggan dan broadband access network. Sedangkan radio
merupakan antarmuka antara modem dan antena. Ketiga bagian tersebut dapat terpisah,

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 10
BAB II. Dasar Teori
 

terintregasi per bagian atau terintegrasi penuh dalam satu atau dua perangkat. SSs
(Subscriber Station) dapat berupa : pelanggan bisnis, perkantoran, dan perumahan yang
merupakan layanan first mile untuk public network.
™ BS (Base Station) equipment
BS merupakan perangkat transceiver yang berhubungan dari atau ke pelanggan.
Base Station terdiri dari satu atau lebih radio transceiver, dimana setiap radio
transceiver terhubung ke beberapa CPE didalam area sektorisasi. Radio modem
terhubung dengan multiplexer , contohnya adalah switch, dimana pada switch terjadi
pengumpulan trafik dari berbagai sektor dan meneruskan trafik tersebut ke router yang
menyediakan koneksi ke jaringan ISP.
Sedangkan konfigurasi jaringan WiMAX untuk aplikasi MAN (Metropolitan
Area Network) adalah sebagai berikut :

Gambar 2.2 Konfigurasi jaringan WiMAX untuk aplikasi MAN

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 11
BAB II. Dasar Teori
 

Untuk aplikasi MAN, topologi jaringan yang digunakan adalah gabungan dari
topologi Point to Point, Point to Multipoint maupun mesh. Jumlah base station lebih dari
satu buah untuk mencover wilayah MAN dengan jumlah subscriber station ratusan.
Topologi Point to Point digunakan untuk menghubungkan base station dengan base
station sebagai backhaul. Sedangkan topologi Point to Multipoint digunakan untuk
menghubungkan base station dengan pelanggan.
Proses hubungan antara BS dan SSs WiMAX adalah sebagai berikut :
1. Pelanggan atau SSs (subscriber station) mengirimkan data dengan kecepatan
maksimal sampai 75Mbps ke BS (base station) .
2. Base station akan menerima sinyal dari pelanggan dan mengirimkan sinyal
tersebut ke switching center dengan protokol IEEE 802.16d melalui jaringan
wireless atau kabel.
3. Switching center akan mengirimkan pesan ke internet service provider (ISP) atau
public switched telephone network (PSTN).

2.5 Struktur layer jaringan WiMAX (IEEE.802.16d)

Standar IEEE.802.16d mengkhususkan pengembangan teknologi pada lapisan


layer 1 atau layer fisik (PHY) dan layer 2 atau layer data link (MAC) Berikut merupakan
struktur layer sistem WiMAX

Gambar 2.3 Struktur layer sistem WiMAX

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 12
BAB II. Dasar Teori
 

2.5.1 MAC (Medium Access Control) layer

Karakteristik layer MAC adalah mendukung berbagai macam servis atau


layanan, bersifat conection oriented, mendukung berbagai macam backhaul seperti
ATM, IPv4, IPv6, VLAN, dan ethernet. Untuk arah downlink BS mengirimkan frame
dengan mode TDM sedangkan arah uplink dengan menggunakan mode TDMA. Berikut
merupakan gambar sublayer MAC :

Gambar 2.4 Sublayer MAC

Layer MAC terdiri dari tiga sub layer yaitu:


™ Service Specific Convergence Sub-layer (SSCS)
Merupakan antarmuka untuk layer berikutnya melewati CS SAP (Service Access Point)
™ MAC CPS
Merupakan inti dari fungsi MAC yaitu fungsi uplink scheduling, bandwidth request dan
grant, kontrol koneksi, ARQ dan ranging.
™ Privacy Sub-layer (PS)
Merupakan fungsi auntentifikasi dan enkripsi data

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 13
BAB II. Dasar Teori
 

2.5.1.1 Mekanisme dasar MAC dan frame MAC

Setiap user atau SSs secara berkala mengirimkan sinyal transmisi ke BS. BS
menerima menerima permintaan bandwidth dari SSs dan memberi balasan berupa time
slot untuk arah uplink. Frame yang digunakan berukuran 0,5; 1; dan 2 dan kanal uplink
dibagi dalam aliran time slot kecil. Struktur frame uplink dapat dilihat pada gambar 2.3
berikut

Bandwidth SSs#a SSs#b SSs#c


Initial
Request Scheduled Scheduled Scheduled
Maintenance
opportunity Transmission Transmission Transmission

Gambar 2.5 Struktur frame uplink [WMAN02]

Uplink frame terdiri dari :


1. Contention slot untuk initial ranging
2. Contention slot untuk bandwidth request
3. UL-transmission burst, merupakan trafik data yang jumlahnya tergantung jumlah
subscriber station. Tiap UL-transmission burst terdiri dari short preamble dan
UL-burst. Tiap UL-burst terdiri dari MAC PDU yang terdiri MAC header, MAC
payload, dan CRC.

Sedangkan struktur frame downlink dapat dilihat pada gambar 2.4 berikut :

Preamble DL-MAP UL-MAP TDM TDM TDM TDMA portion


SSs#a SSs#b SSs#c

Gambar 2.6 Struktur frame downlink [WMAN02]

Downlink frame terdiri dari :


1. Preamble
2. Frame control header terdiri dari prefix, DCD, UCD, DL-MAP, dan UL-MAP.
Prefix terdiri dar rate ID, length, dan HCS.

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 14
BAB II. Dasar Teori
 

3. DL-burst, jumlahnya tergantung jenis modulasi yang terdapat pada jaringan


tersebut. DL-burst dipisahkan berdasarkan jenis modulasinya. Tiap DL-burst
terdiri dari MAC PDU yang terdiri dari MAC header, MAC payload, dan CRC.

2.5.1.2 SSS (Schedulling Service Classes)

Standar SSS untuk IEEE 802.16d adalah USG (Unsoliticied Grant Service), real
Time Polling Service (rtPS), Non real time polling service (nrtPS) dan Best Effort sevice.
SSS tersebut digunakan dalam arah uplink dari SSs ke BS. Fitur yang ada dilayer MAC
standar IEEE 802.16d dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut :

Tabel 2.2 Fitur layer MAC


No Fitur Keuntungan
1 Connection oriented Proses routing dan paket forwading yang lebih
reliable
2 Automatic retransmisi Meningkatkan performance end to end dengan
request (ARQ) menyembunyikan error pada layer RF yang dibawa
dari layer diatasnya
3 Automatic power control Memungkinkan pembuatan topologi seluler dengan
power yang dapat terkontrol secara otomatis
4 Security dan encription Melindungi privacy pengguna
5 Mendukung sistem Memungkinkan data rate yang tinggi
modulasi adaptif
6 Scalability yang tinggi Biaya penggunaan lebih efektif karena mampu
hingga mendukung 100 menampung pengguna atau user lebih banyak
pengguna
7 Mendukung sistem QOS Dapat memberikan latency rendah untuk aplikasi
yang delay sensitive seperti VoIP dan video
streaming

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 15
BAB II. Dasar Teori
 

2.5.2. PHY (Physical ) layer

Karakteristik layer PHY standar IEEE 802.16d adalah untuk kondisi NLOS
menggunakan frekuensi >11 GHz (2-11 GHz) sedangkan untuk kondisi LOS
menggunakan frekuensi < 11 GHz (11-66 GHz), kanal broadband mencapai 20 MHz,
akses jamak menggunakan TDM/TDMA sedangkan dupleks menggunakan TDD dan
FDD, Adaptif burst profile untuk arah uplink dan downlink. Fitur yang ada dilayer PHY
dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut :

Tabel 2.3 Fitur layer PHY

No Fitur Keuntungan
1 Menggunakan sistem signaling Mendukung sistem multipath untuk
256 point FFT OFDM memungkinkan diaplikasikan pada area
terbuka (outdoor) dengan kondisi LOS dan
NLOS
2 Ukuran kanal frekuensi yang Menyediakan fleksibilitas yang
fleksibel (misal : 3,5 MHz, 5 memungkinkan komunikasi beroperasi
MHz, 19MHz) menggunakan kanal-kanal frekuensi yang
bervariasi sesuai dengan kebutuhan
3 Didesain untuk dapat mendukung Dengan menggunakan smart antena yang
sistem smart antena lebih nyaman digunakan sehari-hari,
interferensi dapat ditekan dan gain dapat
ditingkatkan
4 Mendukung TDD dan FDD Menangani masalah bervariasinya regulasi
duplexing diseluruh dunia
5 Sistem modulasi yang fleksibel Memungkinkan terjalinnya koneksi yang
dengan sistem error corection reliable, memberikan transfer rate yang
yang bervariasi untuk setiap RF maksimal kepada setiap pengguna yang
burst terhubung dengannya

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 16
BAB II. Dasar Teori
 

2.5.2.1 Modulasi

WiMAX yang menggunakan standar IEEE802.16d didukung oleh 4 skema


modulasi yang berbeda yaitu : BPSK, QPSK. 16 QAM. dan 64 QAM. Modulasi yang
digunakan merupakan modulasi adaptif yang mengizinkan sistem WiMax menambahkan
skema modulasi sinyal tergantung dari kondisi SNR (Signal to Noise ratio) pada link
radio. Pada saat link radio mengalami peningkatan kualitas, maka skema modulasi yang
tertinggi akan dipergunakan, dan akan memberikan kapasitas yang lebih besar pada
sistem. Selama terjadi fading sinyal (yang berarti menurunnya kualitas pada link radio),
sistem WiMax dapat bergeser ke arah skema modulasi yang lebih rendah untuk menjaga
kualitas hubungan pada link radio dan kestabilan link. .

Gambar 2.7 Radius sel berdasar skema modulasi

2.5.2.2 FEC (Forward Error Control)

FEC pada sistem WiMAX menggunakan 2 skema yaitu : Red Solomon dan Red
Solomon concatenated dengan kode konvolusi. Teknik koreksi error telah disatukan
dalam teknologi WiMax untuk mengurangi peningkatan noise pada level SNR . Strong
Reed Solomon FEC, convolutional encoding, dan algoritma interleaving digunakan
untuk mendeteksi dan mengoreksi error untuk memperbaiki throughput. Teknik koreksi
error ini membantu untuk melindungi error pada frame yang mungkin saja bisa lolos
yang tergantung pada error burst. Sedangkan ARQ (Automatic repeat request)
digunakan untuk mengoreksi error yang tidak dapat dikoreksi oleh FEC.

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 17
BAB II. Dasar Teori
 

2.6 Pengalokasian Frekuensi

Ada 2 jenis frekuensi yang digunakan untuk pengembangan WiMAX yaitu


frekuesi berlisensi dan frekuensi yang tidak berlisensi. Penggunaan spektrum frekuensi
tersebut tergantung pada regulasi di setiap negara sehingga frekuensi yang digunakan
untuk tiap negara berbeda-beda.
a. Frekuensi berlisensi
™ 2,5 GHz
Band frekuensi 2,5 GHz digunakan di banyak negara di dunia termasuk Amerika
Utara, Amerika Serikat, Amerika Latin, Eropa barat dan timur serta beberapa negara
di Asia-Pasific. Spektrum frekuensi yang digunakan antara 2,5 GHz - 2,69 GHz.
™ 3,5 GHz
Di Eropa, ETSI mengalokasikan band frekuensi 3,5 GHz yang sebenarnya
dialokasikan untuk WPLL untuk pengembangan WiMAX. Spektrum frekuensi yang
digunakan antara 3,3 GHz - 3,8 GHz, tetapi yang banyak dipakai adalah frekuensi
antara 3,4 GHz -3,6 GHz.

b.Frekuensi tidak berlisensi


™ 5 GHz
Spektrum frekuensi yang digunakan antara 5,25 GHz - 5,85 GHz. Di beberapa
negara yang menggunakan band frekeunsi ini, di frekuensi antara 5,725 GHz - 5,85
GHz penggunaan daya output dapat dinaikkan sebesar 4 watts untuk meningkatkan
daerah jangkauan.

Tabel 2.4 Alokasi frekuensi WiMAX di beberapa negara


Negara Band Frekuensi
Amerika Utara, Mexico 2,5 GHz dan 5,8 GHz
Amerika Tengah dan Selatan 2,5 GHz ; 3,5 GHz dan 5,8 GHz
Eropa barat dan timur 3,5 GHz dan 5,8 GHz
Asia tengah dan Afika 3,5 GHz dan 5,8 GHz
Asia Pasific 3,5 GHz dan 5,8 GHz

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 18
BAB II. Dasar Teori
 

2.7 Sektorisasi dan antena

Sektorisasi adalah pengarahan arah radiasi energi (daya pancar) untuk


menjangkau wilayah cakupan. Sektorisasi ini bertujuan untuk peningkatan kapasitas
trafik (sectorization gain). Kondisi sektorisasi yaitu ketika antena BS mengarahkan
radiasi (daya pancar) kearah tertentu. Pada sistem sektorisasi, dikenal beberapa jenis
sektorisasi, yaitu:
a. Sektorisasi 120° (3 sektor)
Pada kasus ini setiap sel dibagi dalam 3 sektor dan menggunakan 3 antena
directional, dimana masing-masing sektor menggunakan satu frekuensi yang berbeda
b. Sektorisasi 60° (6 sektor)
Pada kasus ini setiap sel dibagi dalam 6 sektor dan menggunakan 6 antena
directional, dimana masing-masing sektor menggunakan susunan frekuensi yang
berbeda.
Tabel 2.5 Antena untuk NLOS dan LOS
Kategori LOS Outdoor NLOS Indoor NLOS
Lintasan Langsung, tidak Refleksi, tidak Refleksi, tidak ada
radio ada hambatan atau ada komponen komponen LOS
obstacle LOS
Antena Directional, Directional, Omni directional,
CPE diinstal diluar diinstal diluar terintegrasi dengan CPE,
bangunan bangunan diinstal didalam bangunan
oleh user sendiri

2.8 Kelebihan jaringan WiMAX

Kelebihan yang dimiliki oleh WiMAX adalah sebagai berikut :


™ Jarak jangkau jauh mencapai maksimal 50 km dengan jarak jangkau optimal
7-10 km, tidak ada masalah ‘hidden node’. Karena layer PHY pada standar
IEEE802.16d tahan terhadap 10 multi-path delay spread.

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 19
BAB II. Dasar Teori
 
™ Daerah jangkauan dioptimalkan untuk outdoor environment yang didukung
dengan teknologi smart antena, modulasi adaptif dan menggunakan topologi
jaringan mesh.
™ QOS (Quality Of Service) untuk layanan data, video dengan dukungan
Grant/Request MAC dan differential service : E1/T1 untuk pelanggan bisnis dan
best effort untuk pelanggan residental.
QoS yang ditawarkan :
1. Unsolicited Grant Services (UGS)
Didesain untuk mendukung constant bit rate (CBR) atau CBR-like Service
Flows (SF) , untuk mentransmisikan suara yang tidak terkompres seperti pada
kanal T1 (1,56 Mbps), layanan ini mengirimkan sejumlah data yang telah
ditentukan sebelumnya pada interval waktu yang juga telah ditentukan
sebelumnya dengan cara mengalokasikan sejumlah time slot untuk setiap
koneksi.
2. Real-Time Polling Services (rtPS)
Didesain untuk mendukung real-time SF yang me-generate variable size
data paket dalam periode basis, untuk layanan multimedia terkompresi dan
aplikasi soft real time lainnya dimana jumlah bandwidth yang dibutuhkan setiap
saat bisa bervariasi. Polling dilakukan BS pada interval waktu yang tetap untuk
menanyakan bandwidth yang dibutuhkan pada pelanggan.
contoh : MPEG video, VoIP, streaming audio dan video.
3. Non-Real-Time Polling Services (nrtPS)
Didesain untuk mendukung non- real-time SF yang membutuhkan variable
size data grant burst type dalam regular basis, untuk layanan yang membutuhkan
bandwidth tinggi dan sensitif terhadap delay dan untuk transmisi serta yang tidak
real time seperti transfer file yang besar. Polling yang dilakukan BS pada
interval waktu yang tidak tetap.
contoh : FTP (File Transfer Protocol).
4 Best Effort Services (BE)
BS tidak melakukan polling sehingga user akan bersaing untuk mendapatkan
bandwidth. Didesain untuk layanan internet .
contoh : Web surfing

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 20
BAB II. Dasar Teori
 

™ interoperability perangkat sehingga operator atau penyedia layanan tidak


tergantung pada satu vendor untuk pengadaan perangkat sehingga biaya dan
resiko investasi dapat lebih rendah atau ditekan.
™ Bandwidth kanal yang fleksibel dari 1,5 MHz sampai 20 MHz untuk spektrum
frekuensi berlisensi maupun spektrum frekuensi yang tidak berlisensi,
menggunakan frekuensi reuse dan dimungkinkan dilakukan perencanaan sel
untuk penyedia layanan komersil.

Bit rate tinggi yaitu : - Spektral efisiensi 3,8 bps/Hz ; bit rate 75
Mbps menggunakan bandwidth kanal 20
MHz
- Spektral efisiensi 5 bps/Hz ; bit rate 100
Mbps menggunakan bandwidth kanal 20 MHz

2.9 Jenis layanan yang disediakan WiMAX

Teknologi WiMAX mampu menyediakan berbagai macam layanan antara lain :


1. Backhaul baik untuk backhaul Wimax sendiri, backhaul hotspot, dan backhaul
teknologi lain seperti seluler
™ Dalam konteks WiMAX sebagai Backhaul dari WiMAX, aplikasinya mirip
dengan fungsi BTS sebagai repeater. Tujuannya untuk memperluas
jangkauan dari WiMAX.

Gambar 2.8 Backhaul WiMAX

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 21
BAB II. Dasar Teori
 

™ Biasanya hotspot banyak menggunakan saluran ADSL sebagai backhaulnya.


Dengan keterbatasan jaringan kabel, maka WiMAX juga bisa dimanfaatkan
sebagai backhaul Hotspot. Konfigurasinya dapat dilihat seperti gambar
berikut.

Gambar 2.9 Backhaul Hotspot

™ Sebagai backhaul teknologi lain,WiMAX dapat digunakan untuk backhaul


seluler. Gambar berikut mengilustrasikan WiMAX untuk menghubungkan
MSC / BSC ke BTS seluler

Gambar 2.10 Backhaul Seluler

2. Residental broadband :
Untuk mengatasi kekurangan daerah jangkauan dari teknologi DSL dan kabel
dan daerah yang tidak terlayani oleh teknologi lain.
3. Best connected wireless service
Mendukung untuk layanan komunikasi di dalam ruangan (indoor) dan di luar
ruangan (outdoor) dengan integrated atau eksternal antena

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 22
BAB II. Dasar Teori
 

4. Akses broadband
™ Untuk akses broadband WiMAX dapat digunakan sebagai ”Last Mile”
teknologi untuk melayani kebutuhan broadband bagi pelanggan. Dari
pelanggan perumahan maupun bisnis dapat dipenuhi oleh teknologi WiMAX
ini.

Gambar 2.11 Akses broadband WiMAX

5. Personal broadband
WiMAX sebagai penyedia layanan personal broadband, dapat dibedakan
menjadi 2 yaitu pelanggan yang bersifat nomadic dan mobile.
™ Untuk pelanggan nomadic, tingkat perpindahan pelanggan tidak sering dan
berpindah dengan kecepatan yang rendah. Perangkatnya pun biasanya tidak
sesederhana untuk aplikasi mobile.

Gambar 2.12 Layanan Nomadic

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 23
BAB II. Dasar Teori
 

™ Untuk aplikasi mobile, pelanggan WiMAX menggunakan perangkat seperti


notebook, PDA atau smartphone dengan menggunakan WiMAX card yang
dipasang di terminal. Perpindahan / tingkat mobilitasnya tinggi.

Gambar 2.13 Layanan Mobile

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 24
BAB III
UJI COBA dan PENGUKURAN TEKNOLOGI WiMAX

3.1 Konfigurasi Uji Coba WiMAX

Pengujian dilakukan untuk mengetahui tingkat performansi perangkat WiMAX


melalui prosedur pengukuran. Ruang lingkup pengujian adalah sebagai berikut :
™ Conformance test, yaitu menyesuaikan spesifikasi teknis perangkat dengan kondisi
nyata di lapangan.
™ Performance test, yaitu menguji kualitas penerimaan sinyal pada jarak-jarak tertentu,
meliputi throughput, stabilitas sistem, dan area coverage yang mampu dilayani.
™ Function test, meliputi fungsi BS dan koneksi ke intranet/internet
™ Integration test dengan jaringan lokal yang ada

Lab trial jaringan WiMAX menggunakan konfigurasi sebagai berikut :

Gambar 3.1 Konfigurasi Trial dan Pengukuran

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 25
BAB III. Uji Coba Teknologi WiMAX

Parameter-parameter yang akan diukur meliputi : daerah jangkauan (RSL),


kondisi LOS dan NLOS, kestabilan, kualitas sinyal dan data rate (Throughput).
Secara umum, elemen network yang terdapat pada konfigurasi trial tersebut terdiri dari:

™ Internet backbone
Internet merupakan sekumpulan jaringan yang tersebar di seluruh dunia yang
saling terhubung satu sama lain sehingga akan membentuk suatu jaringan
komputer yang lebih besar. Biasanya menggunakan protokol TCP/IP meskipun
beberapa protokol lain yang bisa digunakan misalnya : IPX Novel Netware,
NetBios, dll. Layanan yang disediakan oleh jaringan internet antara lain : FTP,
email, Chat, Telnet, dll.

™ BS (Base Station)
Base Station merupakan perangkat transceiver (transmiter-receiver) yang
terhubung dengan internet backbone. Base station berfungsi sebagai receiver,
buffer, dan transmiter untuk tiap data yang dikirimkan dalam infrastruktur
jaringan internet baik kabel maupun wireless. Base station mempunyai
antarmuka dengan jaringan dan antarmuka dengan user. Base station pada
pengukuran menggunakan antena sektoral sebesar 60° dan diarahkan pada arah
Cimahi dan Antapani.

™ CPE (Customer Premises Equipment)


CPE (Customer Premises Equipment) merupakan perangkat pada sisi pelanggan
yang berfungsi untuk melakukan proses decoding serta demodulasi pada data-
data yang diterimanya dari BS sehingga menjadi suatu informasi yang dapat
dibaca oleh pelanggan.

™ NMS (Network Management System)


Protokol manajemen yang digunakan berbasiskan protokol SNMP (Simple
Network Management Protocol).

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 26
BAB III. Uji Coba Teknologi WiMAX

3.2 Kondisi Lapangan

Pengukuran dilakukan di tujuh titik di kota Bandung dan sekitarnya meliputi 5


titik yaitu daerah Cileunyi (Gerbang Tol Ciluenyi), daerah Rancaekek (RM Barito
Minang), Gedung Lippo Gatot Subroto, RS Hasan Sadikin , Rumah Pak Mahyar (Bale
Endah) serta dua titik di sekitar lokasi RisTi yang berfungsi sebagai base station. Untuk
pengukuran menggunakan antena eksternal (outdoor CPE) dilakukan dititik yang
jaraknya jauh dari BS seperti didaerah Cileunyi, daerah Rancaekek (RM Barito Minang),
Gedung Lippo Gatot Subroto, Rumah Pak Mahyar, dan RS Hasan Sadikin sedangkan
pengukuran menggunakan antena internal (indoor CPE) dilakukan disekitar lokasi BS
(RisTi) yaitu di masjid RisTi dan gedung Widyaloka 1 RisTi.

Tabel 3.1 Koordinat BS (RisTi) dan SSs


No Posisi Lintang Bujur
1 RisTi (BS) 6°52’22.6” S 107°35’13.8” E
2 Gedung Widyaloka 1 RisTi 6°52’14.6” S 107°35’18.4” E
3 Masjid RisTi 6°52’18.1” S 107°35’19.0” E
4 RS Hasan Sadikin 6°54’00.5” S 107°35’46.8” E
5 Gedung Lippo Gatot Subroto 6°55’22.8” S 107°37’00.0” E
6 Rumah Pak Mahyar 7°00’28.56” S 107°37’15.06” E
7 Cileunyi 6°56’32.2” S 107°45’13.5” E
8 RM Barito Minang Rancaekek 6°57’29.2” S 107°46’45.9” E

Kondisi link propagasi tiap titik pengukuran berbeda tergantung pada keadaan
sekitar titik pengukuran. Untuk kondisi NLOS : Gedung Widyaloka 1 RisTi, Masjid
RisTi, RS Hasan Sadikin, Gedung Lippo Gatot Subroto, dan Cileunyi (Gerbang Tol
Cileunyi). Sedangkan untuk kondisi LOS : Rumah Pak Mahyar (Bale Endah) dan RM
Barito Minang Rancaekek.

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 27
BAB III. Uji Coba Teknologi WiMAX

3.3 Metoda Pengukuran

Pada uji coba teknologi WiMAX ini, BS (base station) dan server dipasang pada
area RisTi sedangkan client yaitu pelanggan (subscriber station) terdapat pada area
outdoor dengan jarak bervariasi dari base station. Pengukuran dilakukan menggunakan
notebook yang dihubungkan dengan perangkat BS sebagai server dan SSs sebagai client
(CPE) berupa indoor CPE maupun outdoor CPE. Pengukuran disisi client berupa
pengukuran :
1. Stabilitas dan konektivitas sistem, menggunakan perintah Ping. Perintah Ping
akan mengirim satu paket data ke salah satu alamat , kemudian alamat tersebut
akan membalas dengan lamanya waktu
2. Level SNR antara BS dan SSs
3. Level RSL (daerah jangkauan)
4. Throughput sinyal
Ada 2 jenis throughput yang diukur yaitu throughput uplink dan throughput
downlink. Saat pengukuran throughput uplink BS bertindak sebagai client dan
SSs bertindak sebagai server. Sedangkan saat pengukuran throughput downlink,
BS bertindak sebagai server dan SSs bertindak sebagai client.
Pengukuran throughput dilakukan dengan menggunakan perintah iperf,
menggunakan perintah C:\>iperf –c 10.14.11.33 –u –b -11M –r –i 2
10.14.11.33 adalah IP address dari server.
5. Uji koneksi ke jaringan internet.

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 28
BAB III. Uji Coba Teknologi WiMAX

Berikut merupakan flowchart pengukuran :

Gambar 3.2 Flowchart Pengukuran

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 29
BAB III. Uji Coba Teknologi WiMAX

Konfigurasi pengukuran CPE indoor :


Sisi BS : PC NMS - Switch – perangkat BS - antena BS
Sisi SSs : antena penerima internal (indoor) SSs - PC SSs
Konfigurasi pengukuran CPE outdoor :
Sisi BS : PC NMS - Switch – perangkat BS - antena BS
Sisi SSs : antena penerima eksternal (outdoor) SSs – indoor unit – PC SSs

Gambar 3.3 Konfigurasi Pengukuran CPE outdoor

Gambar 3.4 Konfigurasi Pengukuran CPE indoor

Keterangan :
CPE : Customer Premises Equipment
IDU : Indoor Unit
ODU : Outdoor Unit

Perangkat yang digunakan dalam pengukuran adalah :


1. Perangkat MacroMAX yang terdiri dari dua BS (2 sektor) , empat SSs indoor
(Easy ST), satu SSs outdoor (Pro ST)

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 30
BAB III. Uji Coba Teknologi WiMAX

2. Dua notebook , satu sebagai server (PC NMS) dan satu sebagai client
3. Satu buah switch (menghubungkan BS, PC NMS, dan internet)
4. GPS, untuk menentukan koordinat dan jarak client dari BS
5. Kabel UTP category 5 (CAT 5) sebagai media transmisi untuk hubungan antar
notebook dengan perangakat BS dan SSs
6. Kamera digital, untuk merekam kondisi fisik

Alokasi frekuensi yang digunakan perangkat dalam uji coba teknologi WiMAX
ini mengacu pada tetapan IEEE yang digunakan di wilayah Asia Pasifik yaitu 3,5 GHz.
Frekuensi 3,5 GHz merupakan frekuensi berlisensi yang dialokasikan untuk aplikasi
BWA terutama di wilayah Eropa dan digunakan pada konfigurasi point-to-multipoint.
Frekuensi yang digunakan pada perangkat adalah : uplink 3411-3415 MHz, downlink
3511-3515 MHz.. Frekuensi yang disetting pada tiap-tiap titik pengukuran adalah
sebagai berikut
Tabel 3.2 Frekuensi untuk pengukuran
No Lokasi Frekuensi Frekuensi
Uplink (MHz) Downlink (MHz)

1 Gedung Widyaloka 1 RisTi 3411,750 3511,750

2 Masjid RisTi 3411,750 3511,750

3 RS Hasan Sadikin 3411,750 3511,750

4 Gedung Lippo Gatot Subroto 3411,750 3511,750

5 Rumah Pak Mahyar 3411,750 3511,750

6 Cileunyi 3415,250 3515,250

7 RM Barito Minang Rancaekek 3411,750 3511,750

Pada frekuensi 3,5 GHz besarnya bandwidth kanal yang digunakan adalah 3,5 MHz
dengan teknik dupleks FDD. Berikut merupakan parameter WiMAX standar
IEEE.802.16d yang menggunakan frekuensi 3,5 GHz dengan bandwidth kanal 3,5 MHz.

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 31
BAB III. Uji Coba Teknologi WiMAX

Tabel 3.3 Parameter WiMAX frekuensi 3,5 GHz untuk BW 3,5 MHz
Parameter IEEE 802.16d
Frekuensi 3,5 GHz
Bandwidth kanal 3,5 MHz
Bit rate per kanal 12,21 Mbps
Tx power 33 dBm
EIRP 36 dBm
Rx sensitivity -91 dBm

3.4 Perhitungan performansi sistem

Parameter-parameter yang digunakan untuk menganalisa performansi sistem


antara lain : perhitungan link budget ( perhitungan loss atau redaman propagasi,
perhitungan EIRP, perhitungan RSL), perhitungan kualitas sinyal transmisi meliputi
perhitungan SNR, throughput, dan delay.

3.4.1 Perhitungan Link Budget

Perhitungan link budget merupakan perhitungan level daya yang dilakukan untuk
memastikan bahwa level daya penerimaan lebih besar atau sama dengan level daya
threshold ( RSL ≥ Rth ). Tujuannya untuk menjaga keseimbangan gain dan loss untuk
mencapai SNR yang diinginkan di receiver.
Perhitungan link budget juga berguna untuk menghitung luas daerah jangkauan
sinyal dari base station , seberapa jauh sinyal masih dapat diterima oleh pelanggan
dengan baik.
Parameter-parameter yang mempengaruhi kondisi propagasi suatu kanal wireless
adalah sebagai berikut :
a. Lingkungan propagasi

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 32
BAB III. Uji Coba Teknologi WiMAX

Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi penjalaran gelombang radio.


Gelombang radio dapat diredam, dipantulkan, atau dipengaruhi oleh noise dan
interferensi. Tingkat peredaman tergantung frekuensi, dimana semakin tinggi frekuensi
redaman juga semakin besar. Parameter yang mempengaruhi kondisi propagasi yaitu
rugi-rugi propagasi, fading, delay spread, noise, dan interferensi.
b. Rugi-rugi propagasi
Dalam lingkungan radio, konfigurasi alam yang tidak beraturan, bangunan, dan
perubahan cuaca membuat perhitungan rugi-rugi propagasi sulit. Kombinasi statistik dan
teori elektromagnetik membantu meramalkan rugi-rugi propagasi dengan lebih teliti.
c. Fading
Fading adalah fluktuasi amplituda sinyal. Fading margin adalah level daya yang
harus dicadangkan yang besarnya merupakan selisih antara daya rata-rata yang sampai di
penerima dan level sensitivitas penerima. Nilai fading margin biasanya sama dengan
peluang level fading yang terjadi, yang nilainya tergantung pada kondisi lingkungan dan
sistem yang digunakan. Nilai fading margim minimum agar sistem bekerja dengan baik
sebesar 15 dBm.
d. Noise
Noise dihasilkan dari proses alami seperti petir, noise thermal pada sistem
penerima, dll. Disisi lain sinyal transmisi yang mengganggu dan tidak diinginkan
dikelompokkan sebagai interferensi.

3.4.1.1 Perhitungan Loss Propagasi

Kanal radio untuk sistem komunikasi wireless dibedakan untuk kondisi LOS dan
NLOS. Pada keadaan LOS, sinyal merambat langsung melalui udara tanpa melewati
suatu obstacle atau hambatan (rumah, kayu, gunung, gedung, dll) dari pengirim ke
penerima. Kriteria untuk keadaan LOS adalah bebasnya daerah Fresnel dari hambatan
yang bisa mengganggu sinyal yang melalui udara tersebut. Daerah Fresnel tergantung
dari frekuensi operasi dan jarak antara pengirim (transmitter) dengan penerima
(receiver).

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 33
BAB III. Uji Coba Teknologi WiMAX

Pada kondisi kanal NLOS, sinyal yang ditangkap di penerima (receiver) adalah
sinyal yang telah mengalami proses refleksi, scattering dan difraksi. Sinyal datang yang
ditangkap penerima merupakan gabungan dari sinyal langsung, multi pantulan, energi
hamburan dan sinyal propagasi yang telah terdifraksi. Sinyal ini mempunyai delay pola
sebaran yang berbeda, redaman, polarisasi dan kestabilan relatif dari sinyal langsung .

Gambar 3.5 Kondisi propagasi LOS dan NLOS

Untuk mengetahui loss yang terjadi pada site hasil pemodelan dapat digunakan
berbagai macam model propagasi antara lain model propagasi Okumura – Hatta,
Cost 231, dan model propagasi SUI (Standford University Interim) yang digunakan
untuk propagasi NLOS.
Model propagasi yang telah dikembangkan menyesuaikan karakter lingkungan
RF (Radio Frequency) dan memperkirakan kuat sinyal RF. Model tersebut diperoleh
dari pengukuran empiris yang digunakan untuk meprediksikan cakupan area dalam skala
besar pada sistem komunikasi radio untuk aplikasi selular. Model propagasi
memperkirakan rugi lintasan tergantung dari jarak antara pengirim dan penerima, tinggi
antena pengirim dan penerima dan frekuensi yang digunakan.

3.4.1.1.1 Propagasi NLOS

Salah satu model propagasi yang dapat digunakan pada jaringan WiMAX adalah
model propagasi SUI (Standford University Interim) untuk kondisi NLOS yang
menggunakan 3 tipe dasar terrain yaitu :

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 34
BAB III. Uji Coba Teknologi WiMAX

™ Kategori A - Hilly/moderate-to-heavy tree density (urban)


™ Kategori B -Hilly/light tree density or flat/moderate-to-heavy tree density
/intermediate (sub urban)
™ Kategori C -Flat/light tree density (rural)
Model path loss ini diperoleh dari hasil data percobaan oleh AT&T Wireless
Service di Amerika Serikat di 95 makrosel eksisting pada frekuensi 1,9 GHz. Model path
loss ini digunakan untuk daerah urban dan suburban, dengan tinggi base station antara
10 s/d 80 m dan jarak sel 0,1 s/d 10 km.
Perhitungan loss propagasinya dapat dilihat pada rumus 3.1 :
Lpropagasi = Ld0 + 10 n Log 10 (d/d0) + ∆Lf + ∆Lh + s (dB)....................................(3.1)
dimana :
Ld0 = free path loss di d0
d0 = 100 m (jarak referensi)
n = path loss exponent
d = jarak base station dan subscriber station (m)
∆Lf = faktor koreksi frekuensi
∆Lh = faktor koreksi tinggi antena penerima
s = shadow fading komponen
⎛ f ⎞
™ ∆Lf = 6 Log ⎜ ⎟
⎝ 1900 ⎠
⎛h⎞
™ ∆Lh = −10 × 7 Log ⎜ ⎟
⎝2⎠
dimana :
h = tinggi antena penerima 2m≤h≤8m
⎛ c ⎞
™ n = a − (b × hb ) + ⎜⎜ ⎟⎟
⎝ hb ⎠
dimana :
hb = tinggi base station 10 m ≤ hb ≤ 80 m
a,b,c = konstanta yang menunjukkan kategori terrain

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 35
BAB III. Uji Coba Teknologi WiMAX

™ untuk s nilainya 8,2 s/d 10,6 dB tergantung tipe terrain

Tabel 3.4 Parameter Model untuk model kanal IEEE 802.16


Parameter Model Terrain type A Terrain type B Terrain type C
A 4,6 4 3,6
B 0,0075 0,0065 0,005
C 12,6 17,1 20

3.4.1.1.2 Propagasi LOS

Redaman ruang bebas atau free space loss merupakan penurunan daya
gelombang radio selama merambat di ruang bebas. Redaman ini dipengaruhi oleh besar
frekuensi dan jarak antara titik pengirim dan penerima.
Besarnya redaman ruang bebas adalah :
FSL = 32,45 + 20 log f (MHz) + 20 log d (Km)...........................................................(3.2)
dimana :
f = frekuensi operasi (MHz)
d = jarak antara pengirim dan penerima (Km)

3.4.1.2 Perhitungan EIRP (Effecive Isotropic Radiated Power)

EIRP merupakan besaran yang menyatakan kekuatan daya pancar suatu antena di
bumi, dapat dihitung dengan rumus :
EIRP = Ptx + Gtx – Ltx……………………………………………………………..(3.3)
dimana :
Ptx = daya pancar (dBm)
Gtx = penguatan antenna pemancar (dB)
Ltx = rugi-rugi pada pemancar (dB)

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 36
BAB III. Uji Coba Teknologi WiMAX

3.4.1.3 Perhitungan RSL (Receive signal Level)

RSL (Receive signal Level) adalah level sinyal yang diterima di penerima dan
nilainya harus lebih besar dari sensitivitas perangkat penerima (RSL ≥ Rth). Sensitivitas
perangkat penerima merupakan kepekaan suatu perangkat pada sisi penerima yang
dijadikan ukuran threshold. Nilai RSL dapat dihitung dengan persamaan 3.4 :
RSL = EIRP – Lpropagasi + Grx – Lrx......................................................................(3.4)
dimana :
EIRP = Effecive Isotropic Radiated Power (dBm)
Lpropagasi = rugi-rugi gelombang saat berpropagasi (dB)
Grx = penguatan antenna penerima (dB)
Lrx = rugi-rugi saluran penerima (dB)

3.4.2 Perhitungan kualitas sinyal transmisi

Modulasi yang digunakan merupakan modulasi adaptif dimana sistem modulasi


yang digunakan dapat menyesuaikan dengan keadaan lingkungan. Ada 4 jenis modulasi
yang digunakan yaitu BPSK, QPSK, QAM 16 dan QAM 64. Jenis modulasi dapat
digunakan untuk menghitung nilai BER (Bit Error Rate) dan menentukan spektral
efisiensi. Spektral efisiensi merupakan kemampuan skema modulasi untuk
mengakomodasikan data dalam bandwidth yang terbatas.

Signal to Noise Ratio

S/N merupakan perbandingan antara daya sinyal dengan daya noise pada kanal .
Nilai S/N dapat diperoleh dengan rumus :
⎛ Eb ⎞ ⎛ BR ⎞
™ SNR = ⎜ ⎟+⎜ ⎟ ......................................................................................(3.5)
⎝ No ⎠ ⎝ Bw ⎠
dimana :
BR = bit rate
Bw = bandwidth kanal

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 37
BAB III. Uji Coba Teknologi WiMAX

3.4.3 Perhitungan bit rate

Besarnya data rate jaringan WiMAX dapat dihitung dengan persamaan 3.6
Ct
™ bit rate = Nused × bm × ……………………………………………..…….(3.6)
Ts
dimana :
Nused = 192 (data)
bm = jumlah bit per modulasi
Ct = coding rate
Ts = periode symbol

Tabel 3.5 Bit rate untuk frekuensi 3,5 GHz


Jumlah bit Periode Bit rate
Modulasi Nused permodulasi Coding rate simbol (µs) (Mbps)
BPSK 192 1 ½ 68 1,41
BPSK 192 1 3/4 68 2,12
QPSK 192 2 ½ 68 2,82
QPSK 192 2 3/4 68 4,23
QAM 16 192 4 ½ 68 5,64
QAM 16 192 4 3/4 68 8,47
QAM 64 192 6 2/3 68 11,29
QAM 64 192 6 3/4 68 12,21

3.4.4 Delay

Delay merupakan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pengiriman data dari
titik asal ke titik tujuan ( dari BS ke SSs). Delay yang terukur pada pengukuran adalah
delay RTT (Round Trip Time). Delay RTT merupakan waktu yang diperlukan untuk
mengirimkan paket dari sender serta penerimaan ACK untuk paket yang bersangkutan,
meliputi waktu proses pada source, destination, intermediate nodes, propagation delay,
antrian, dan link layer recovery delay.

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 38
BAB III. Uji Coba Teknologi WiMAX

3.4.5 Perhitungan Throuhgput

Throughput merupakan suatu ukuran yang menyatakan berapa banyak bit sukses
yang diterima di tujuan dibandingkan dengan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
mengirimkan bit-bit tersebut.

ΣPaket yang diterima (Bytes) × 8 (bps)


Throughput (γ ) = ..……………………..…..(3.7)
Σ Waktu Pengamatan

Pada kondisi nyata besarnya throughput tergantung dari protokol yang digunakan
dalam transmisi (seperti TCP, UDP, dll) dan tipe data yang akan dikirim
(FTP,HTTP,SMTP,VoIP,dll).

Gambar 3.6 Throughput dan QOS untuk beberapa contoh aplikasi (ETSI TR 101 856)

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 39
BAB III. Uji Coba Teknologi WiMAX

3.5 Perbandingan WiMAX dengan teknologi broadband lain

Adapun perbandingan WiMAX dengan teknologi broadband lain baik wireless


maupun wired seperti serat optik, DSL, kabel dan satelit adalah sebagai berikut :

WiMAX
™ Media transmisi berupa udara dan wireless
™ Data rate mencapai 70 Mbps dengan throughput 75 % - 85% dari data rate
™ Diaplikasikan untuk wilayah MAN
™ Topologi jaringan berupa PtP (Point to Point), PMP (Point to Multipoint), dan
mesh
™ Biaya instalasi murah dan pemasangan perangkat mudah
™ Dapat digunakan untuk kondisi NLOS sehingga antena tidak perlu ditempatkan
di tempat yang sangat tinggi
Serat Optik
™ Media transimisi berupa serat optik, aksesnya sangat stabil dan hampir tidak ada
gangguan yang berarti
™ Data rate sangat tinggi (mencapai 1Gbps), sedangkan data rate per subscriber
mencapai puluhan Mbps
™ Daerah jangkauan mencapai puluhan kilometer, biasa digunakan untuk backbone
suatu jaringan yang membutuhkan bandwidth yang besar
™ Biaya investasi mahal dan membutuhkan keahlian khusus untuk memasang dan
merawat perangkat optik
™ Pemeliharaan dan perawatan perangkat cukup sulit
DSL
™ Teknologi yang menyalurkan sinyal dengan bandwidth yang besar pada satu
pasang kabel telepon yang sudah ada sehingga dapat ditumpangkan dua jenis
sinyal yang berbeda yaitu akses internet dan sinyal suara biasa
™ Media transmisi berupa kabel telepon
™ Daerah jangkauan terbatas (0,5 – 5 km)

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 40
BAB III. Uji Coba Teknologi WiMAX

™ Murah karena menggunakan infrastruktur jaringan telepon eksisting


™ Data rate antara 256 Kbps sampai dengan 53 Mbps
™ Kecepatannya tidak stabil, karena teknologi ini menggunakan prinsip berbagi
bandwidth
Satelit
™ Media transmisi berupa udara (satelit dan radio terestrial)
™ Data rate mencapai 2 Mbps per subscriber
™ Daerah jangkauan mencapai puluhan bahkan ratusan kilometer
™ Sesuai untuk tempat-tempat yang terpencil (hutan, laut,dll)
™ Delay lebih besar karena jarak stasiun pemancar yang jauh dari subscriber
™ Biaya instalasi mahal dan perawatannya cukup sulit
™ Kondisi propagasi tergantung cuaca

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 41
BAB IV
ANALISA PERFORMANSI TEKNOLOGI WiMAX

4.1 Umum

Analisa dimaksudkan untuk mengetahui performansi jaringan WiMAX berdasar


parameter yang telah ditentukan sebelumnya yaitu : link budget, kualitas sinyal,
throughput, dan delay.
Untuk mendapatkan data dilakukan beberapa pengukuran menggunakan
konfigurasi yang telah ditentukan sebelumnya. Dari konfigurasi tersebut akan dilakukan
analisa parameter yang telah ditetapkan. Pengukuran dilakukan sebanyak 7 kali di
tempat yang berbeda dengan konfigurasi pengukuran yang sama untuk setiap titik.
Faktor yang dibedakan untuk pengukuran adalah jarak setiap tempat. Jarak pengukuran
bervariasi dan dengan kondisi yang berbeda-beda (LOS dan NLOS) untuk mengetahui
seberapa jauh sinyal masih dapat diterima dengan baik. Penentuan lokasi pengukuran
diambil secara acak dengan peningkatan jarak secara gradual.
Pertama kali yang dilakukan dalam pengukuran adalah menguji kestabilan dan
konektivitas sistem dengan menggunakan perintah Ping. Setelah sistem terkoneksi dan
stabil, parameter pengukuran yang dibutuhkan dapat dicari. Untuk mendapatkan
parameter througput digunakan Iperf. Pada iperf didapatkan beberapa parameter yaitu
transfer rate, jitter dan bandwidth. Sedangkan untuk mendapatkan parameter kualitas
sinyal (parameter downlink berupa : RSL, SNR, jenis modulasi, frekuensi, dan
bandwidth kanal, sedangkan parameter uplink berupa : frekuensi, bandwidth kanal, dan
daya pancar) menggunakan telnet ke jaringan internet. Parameter yang telah didapat
tersebut kemudian dianalisa dengan mengacu pada parameter standar IEEE 802.16d.

4.2 Pengukuran dan Analisa Link Budget

Pengukuran dilakukan dari arah BS ke SSs (arah downlink) sehingga analisa link
budget dilakukan untuk arah downlink saja. Tujuan perhitungan downlink link budget
adalah untuk mengetahui kualitas sinyal yang dipancarkan BS yang dapat diterima
dengan baik oleh SSs (user). Hasil pengukuran berupa nilai RSL (Receive Signal Level).

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 42
BAB IV. Analisa Performansi Teknologi WiMAX

RSL menunjukkan besarnya daya yang diterima di penerima (SSs). Nilai RSL
yang didapat harus lebih besar dari Receiver sensitivity (RSL ≥ Rx sensitivity) yang
disyaratkan oleh perangkat penerima. Nilai RSL sebanding dengan daya pancar sumber
(BS) dan berpengaruh pada daerah jangkaun. Jika daya pancar BS besar maka nilai RSL
juga besar. Tetapi RSL berbanding terbalik dengan loss propagasi, semakin besar loss
propagasi maka nilai RSL pun makin kecil (lebih kecil dari sensitivitas penerima).
Untuk frekuensi tinggi (diatas 10 GHz) loss propagasi sangat mempengaruhi kualitas
sinyal penerimaan.sehingga pemilihan frekuensi akan berpengaruh pada kinerja sistem
keseluruhan .
Konfigurasi pengukuran RSL sama dengan konfigurasi pengukuran SNR.
Berikut adalah tabel hasil pengukuran RSL untuk tujuh titik pengukuran :

Tabel 4.1 Pengukuran RSL


No Lokasi RSL (dBm)
1 Gedung Widyaloka 1 RisTi -97,5
2 Masjid RisTi -77,3
3 RS Hasan Sadikin -70,5
4 Gedung Lippo Gatot Subroto -85,3
5 Rumah Pak Mahyar -66,08
6 Cileunyi -88,1
7 RM Barito Minang Rancaekek -81,9

RSL

Jarak (km)
0

-20 0.21 0.28 3.17 6.42 15.38 19.95 23.2


RSL (dBm)

-40

-60

-80
-100

-120

RSL Pengukuran Rx Sens itivity

Gambar 4.1 Grafik Pengukuran RSL

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 43
BAB IV. Analisa Performansi Teknologi WiMAX

Dari grafik 4.1 terlihat bahwa RSL hasil pengukuran lebih besar dari Receiver
Sensitivity perangkat dan sesuai dengan modulasi yang digunakan sehingga kuat sinyal
di penerima bagus. Kuat sinyal yang diterima di tiap titik berbeda tetapi tidak
bergantung pada jarak tetapi disebabkan oleh faktor sebagai berikut : dari pengukuran
didapat nilai parameter yang sebenarnya yang menyesuaikan dengan kondisi
lingkungan. Kondisi lingkungan saat dilakukan pengukuran adalah pengukuran
dilakukan disiang hari dan cuaca mendung dan hujan sehingga banyak redaman yang
dialami oleh sinyal. Hal ini berpengaruh pada kuat sinyal yang terukur walaupun secara
teori untuk frekuensi dibawah 10 GHz redaman karena faktor hujan kecil pengaruhnya.
Faktor lain yang mempengaruhi hasil pengukuran adalah keterbatasan alat dan waktu
pengukuran.
Jarak pengukuran terjauh dari base station dimana kuat sinyal masih dapat
diterima adalah di lokasi RM Barito Minang Rancaekek sejauh 23,2 km menggunakan
antena outdoor. Penggunan antena outdoor berpengaruh pada sinyal yang diterima
karena antena outdoor mempunyai gain yang lebih tinggi dibandingkan dengan antena
indoor. Untuk antena indoor jarak yang terukur sejauh 210 m dan 280 m. Jarak 23,2 km
dapat dijadikan ukuran bahwa teknologi WiMAX dapat diaplikasikan untuk daerah
MAN (Metropolitan Area Network) maupun digunakan untuk melayani daerah pedesaan
yang belum terjangkau oleh infrastruktur kabel maupun teknologi DSL.

4.3 Pengukuran dan Analisa SNR (Signal to Noise Ratio)

Parameter SNR menunjukkan kuat daya sinyal dibandingkan dengan daya noise
pada kanal transmisi. Pengukuran SNR dilakukan dengan menggunakan konfigurasi
yang ada pada gambar 3.3 dan 3.4 untuk arah downlink.
Berikut adalah tabel hasil pengukuran SNR untuk tujuh titik pengukuran
meliputi Gedung Widyaloka 1 RisTi, Masjid RisTi, RS Hasan Sadikin, Gedung Lippo
Gatot Subroto, Rumah Pak Mahyar, daerah Cileunyi (Gerbang Tol Cileunyi) , dan RM
Barito Minang di Rancaekek.

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 44
BAB IV. Analisa Performansi Teknologi WiMAX

Tabel 4.2 Hasil Pengukuran SNR


No Lokasi SNR (dB)
1 Gedung Widyaloka 1 RisTi 6,5
2 Masjid RisTi 18,1
3 RS Hasan Sadikin 27,7
4 Gedung Lippo Gatot Subroto 15,4
5 Rumah Pak Mahyar 33,3
6 Cileunyi 16,2
7 RM Barito Minang Rancaekek 18,5

SNR Pengukuran

35
30
25
SNR (dB)

20
15
10
5
0
0.21 0.28 3.17 6.42 15.38 19.95 23.2
Jarak (km)

Gambar 4.2 Grafik Pengukuran SNR

Dari tabel 4.2 didapat hasil pengukuran SNR sebagai berikut : untuk nilai SNR
terbesar didapat dari titik dilokasi Pak Mahyar yaitu sebesar 33,3 dB. Kondisi propagasi
antara Rumah Pak Mahyar dan RisTi (BS) adalah LOS menggunakan modulasi 64 QAM
3/4 sehingga mendapatkan nilai SNR yang besar. Sedangkan SNR paling kecil didapat
dilokasi Gedung Widyaloka 1 RisTi yaitu SNR sebesar 6,5 dB. Kondisi propagasi antara
BS di RisTi dan SSs di Gedung Widyaloka 1 RisTi adalah NLOS, banyak penghalang
berupa pohon serta gedung dan menggunakan modulasi BPSK 1/2.
Dari grafik 4.2 terlihat bahwa nilai SNR tidak bergantung pada jarak antara BS
dan SSs (user), makin dekat jarak antara base station dan user maka makin besar nilai
SNR. Nilai SNR ditentukan oleh banyak faktor seperti lingkungan propagasi antara BS

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 45
BAB IV. Analisa Performansi Teknologi WiMAX

dan SSs, jika kondisi LOS maka SNR pun makin besar. Untuk hasil pengukuran di
lokasi Pak Mahyar nilai SNR besar karena link propagasi antara BS dan Pak Mahyar
LOS ( radio LOS). Hal ini tentu berbeda jika kondisi propagasi antara BS dan SSs
banyak terhalang oleh obstacle seperti pepohonan dan bangunan, nilai SNR yang
diperoleh tentu kecil.
Faktor lainnya adalah jenis modulasi yang digunakan. Teknologi IEEE 802.16d
menggunakan modulasi adaptif sehingga mampu mengubah jenis modulasi sesuai
lingkungan. Jika kondisi link propagasi buruk maka secara otomatis sistem akan
mengubah ke modulasi yang tepat misal modulasi BPSK. Jika kondisi link propagasi
bagus maka sistem akan mengubah ke modulasi yang lebih tepat yaitu 64QAM, 16QAM
atau QPSK. Jenis modulasi yang digunakan untuk mendapatkan SNR yang besar adalah
64 QAM karena nilai SNR sebanding dengan bit rate modulasi 64 QAM. Makin besar
bit rate maka nilai SNR makin besar. Sedangkan nilai SNR kecil didapat dengan
modulasi BPSK.

4.4 Pengukuran Delay

Dari hasil pengukuran didapatkan delay RTT. Parameter delay RTT tersebut
didapat dengan menggunakan command Ping. Ping merupakan suatu tool jaringan
komputer yang umum digunakan pada jaringan TCP/IP. Ping bekerja dengan cara
mengirimkan paket ICMP echo request ke suatu node dan mendengarkan jawaban yang
berupa paket ICMP request response.
Berikut merupakan hasil pengukuran delay RTT untuk 3 titik user yaitu Rumah
Pak Mahyar, Cileunyi, dan Rancaekek.

Tabel 4.3a Delay RTT lokasi Rumah Pak Mahyar (client)


Besar byte Arah pengiriman Delay RTT (ms)
32 SSs ke BS 25
32 SSs ke FTP server 26
1470 SSs ke FTP server 53

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 46
BAB IV. Analisa Performansi Teknologi WiMAX

Tabel 4.3b Delay RTT lokasi Cileunyi (client)


Besar byte Arah pengiriman Delay RTT (ms)
32 SSs ke BS 25
1470 SSs ke BS 70
1470 SSs ke FTP server 70

Tabel 4.3c Delay RTT lokasi Rancaekek (client)


Besar byte Arah pengiriman Delay RTT (ms)
32 SSs ke BS 24
1470 SSs ke FTP server 26
1470 SSs ke FTP server 52

Pada saat dilakukan pengukuran, untuk satu titik pengukuran yang sama dengan
ukuran paket yang berbeda dihasilkan delay RTT yang berbeda. Semakin besar ukuran
paket, delay RTT yang dihasilkan juga akan semakin besar. Untuk delay end to end
besarnya setengah dari delay RTT .

4.5 Pengukuran dan Analisa Throughput

4.5.1 Throughput

Throughput menunjukkan perbandingan antara paket data yang berhasil sampai


tujuan dengan waktu pengamatan. Throughput sendiri dapat diartikan sebagai bandwidth
aktual yang terukur saat pengiriman data. Paket yang dikirim berupa paket UDP
sehingga dapat diketahui berapa besar paket yang berhasil dikirim sampai tujuan per
satuan waktu (dalam detik).
Paket UDP merupakan protokol yang conectionless, lebih sederhana
dibandingkan TCP (header UDP hanya berisi empat field yaitu source port, destination
port, length, dan cheksum yang bersifat optional) dan tidak mementingkan reliabilitas.
UDP biasa digunakan untuk pengiriman data karena protokol UDP mementingkan
kecepatan pengiriman data agar tiba ditujuan tanpa memperhatikan adanya paket yang

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 47
BAB IV. Analisa Performansi Teknologi WiMAX

hilang maupun yang rusak. Konfigurasi pengukuran throughput sama dengan


konfigurasi pengukuran SNR dan RSL. Gambar 4.3 dan gambar 4.4 merupakan hasil
keluaran Iperf.

Gambar 4.3 Keluaran perintah Iperf disisi server

Dari contoh hasil iperf diatas dapat dilihat bahwa bandwidth rata-rata yang
disediakan sebesar 0,77 Mbits. Dengan demikian sebesar apapun data yang dikirim
maka data tersebut akan dikirim dengan kecepatan yang tidak akan pernah melebihi
0,77 Mbits/sec.

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 48
BAB IV. Analisa Performansi Teknologi WiMAX

Gambar 4.4 Keluaran perintah Iperf disisi client

Dari contoh hasil iperf diatas dapat dilihat bahwa bandwidth rata-rata yang
disediakan sebesar 2 Mbits. Dengan demikian sebesar apapun data yang dikirim maka
data tersebut akan dikirim dengan kecepatan yang tidak akan pernah melebihi 2
Mbits/sec.
Berdasarkan spesifikasi perangkat besar throughput uplink dan throughput
downlink berbeda ( throughput downlink > throughput uplink), dengan nilai 85 % dari
data rate untuk throughput downlink dan 75 % dari data rate untuk throughput uplink
Saat pengukuran throughput uplink, SSs bertindak sebagai client dan berfungsi
mengirimkan paket data sedangkan BS bertindak sebagai server dan berfungsi
memonitoring kedatangan paket data yang dikirimkan SSs. Saat pengukuran throughput
downlink, bertindak sebagai client adalah BS dan berfungsi mengirimkan paket data
sedangkan bertindak sebagai server adalah SSs yang berfugsi untuk memonitoring
kedatangan paket yang dikirim oleh BS.

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 49
BAB IV. Analisa Performansi Teknologi WiMAX

Berikut adalah hasil pengukuran throughput downlink dan throughput uplink di tujuh
titik pengukuran.

Tabel 4.4.1 Throughput Downlink dan Throughput Uplink hasil pengukuran


Jarak (km) Throughput Throughput
Downlink (kbps) Uplink (kbps)

0.21 940 30
0.28 4400 550
3.17 4180 1380
6.42 1290 334
15.38 9430 4170
19.95 4160 460
23.2 2100 460

Throughput

5000
Throughput (kbps)

4000

3000

2000

1000

0
0.21 0.28 3.17 6.42 19.95 23.2
Jarak (km)

Throughput Uplink Throughput Downlink

Gambar 4.4.1 Grafik pengukuran throughput uplink dan throughput downlink

Nilai throughput sebanding dengan besar paket yang berhasil dikirim sehingga
semakin besar paket yang berhasil dikirim maka semakin besar pula nilai
throughputnya. Semakin besar throughput maka semakin bagus kerja sistem.
Dari spesifikasi perangkat , nilai throughput downlink tertinggi yang dapat
dicapai sebesar 11,135 Mbps menggunakan modulasi 64 QAM 3/4. Tetapi berdasarkan
pengukuran, throughput downlink maksimum yang dapat dicapai hanya sebesar 9,43
Mbps. Sedangkan nilai throughput uplink berdasar spesifikasi perangkat sebesar

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 50
BAB IV. Analisa Performansi Teknologi WiMAX

9,825 Mbps dan dengan pengukuran hanya didapat sebesar 4,17 Mbps. Hal ini
disebabkan kondisi link propagasi tidak stabil sehingga throughput yang diperoleh
melalui pengukuran tidak maksimal.
Thoughput dipengaruhi oleh jenis modulasi yang digunakan. Penggunaan
modulasi yang sesuai menghasilkan bit rate yang lebih besar. Coding rate yang besar
juga mempengaruhi besar bit rate. Makin besar coding rate makin besar bit rate yang
didapatkan.

4.5.2 Hubungan SNR dengan Throughput

Nilai SNR berbanding lurus dengan besar throughput. Semakin besar nilai SNR
maka throughput yang didapatkan pun juga semakin besar, semakin bagus kualitas
jaringan ( nilai SNR yang tinggi) maka kemungkinan paket data yang berhasil sampai
tujuan juga akan semakin besar. Berikut merupakan tabel hubungan antara SNR dengan
throughput hasil pengukuran.
Tabel 4.4.2 Hubungan antara SNR dengan throughput (Downlink dan Uplink)

No Lokasi SNR Throughput Throughput


(dB) Downlink (Kbps) Uplink (Kbps)
1 Gedung Widyaloka 1 RisTi 6,5
940 30
2 Masjid RisTi 18,1
4400 550
3 RS Hasan Sadikin 27,7
4180 1380
4 Gedung Lippo Gatot Subroto 15,4
1290 334
5 Rumah Pak Mahyar 33,3
9430 4170
6 Cileunyi 16,2
4160 460
7 RM Barito Minang Rancaekek 18,5
2100 460

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 51
BAB IV. Analisa Performansi Teknologi WiMAX

Hubungan SNR dengan Throughput

10000
Throughput (Kbps)
8000

6000

4000

2000

0
0 5 10 15 20 25 30 35
SNR (dB)

Throughput Downlink Throuhput Uplink

Gambar 4.5.2 Grafik Hubungan SNR dengan Throughput

Dari grafik 4.5.2 terlihat bahwa semakin besar nilai SNR maka makin besar pula
throughputnya. Untuk throughput uplink, nilai SNR berbanding lurus dengan nilai
throughput. Semakin besar SNR akan semakin besar dukungan sistem untuk dapat
menghasilkan throughput yang maksimal.

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 52
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari pengukuran dan analisa yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. SNR hasil pengukuran dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat pengukuran.
SNR di tempat yang berdekatan dengan BS yaitu Gedung Widyaloka 1 RisTi
memiliki nilai SNR yang kecil sebesar 6,5 dB. Sedangkan SNR untuk tempat yang
jauh dari BS yaitu Rumah Pak Mahyar memiliki nilai SNR besar yaitu 33,3 dB.
Berdasarkan hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa SNR hasil pengukuran
sangat dipegaruhi oleh kondisi propagasi bukan pada jarak dari BS ke SSs
2. Delay hasil pengukuran adalah delay RTT dengan rata-rata dari SSs ke BS sebesar
25 ms untuk ukuran paket 32 byte. Semakin besar ukuran paket, delay pengukuran
yang dihasilkan juga akan semakin besar.
3. Throughput downlink maksimal yang terukur sebesar 9,43 Mbps. Nilai ini
merupakan 84,68 % dari nilai teoritis throughput downlink maksimal yaitu
11,135 Mbps. Sedangkan throughput uplink maksimal yang terukur sebesar 4,17
Mbps dengan nilai throughput uplink maksimal teoritis sebesar 9,825 Mbps. Untuk
throughput uplink terukur hanya 42,44 % dari nilai throughput uplink teoritis.
4. Besar SNR berbanding lurus dengan besar throughput. Semakin besar SNR akan
semakin besar dukungan sistem untuk dapat menghasilkan throughput yang
maksimal
5. Throughput downlink relatif lebih tinggi dibandingkan throughput uplink karena bit
rate yang diberikan untuk arah downlink lebih besar dibandingkan dengan bit rate
arah uplink.
6. Jarak pengukuran paling jauh dari base station dimana sinyal dapat diterima dengan
baik adalah 23,2 km di lokasi pengukuran RM Barito Minang Rancaekek

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 53
BAB V. Kesimpulan dan Saran

5.2 Saran

1. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan pengukuran secara langsung


pada jaringan WiMAX yang telah diimplementasikan.
2. Diperlukan penelitian dan pengukuran lebih lanjut dengan menggunakan aplikasi
data seperti pengiriman email, layanan video conference, web browsing, dll untuk
ditransmisikan menggunakan teknologi WiMAX
3. Jumlah lokasi pengukuran diperbanyak serta waktu pengukuran yang lebih lama

Uji Performansi Teknologi WiMAX Studi kasus beberapa area di kota Bandung 54
DAFTAR PUSTAKA

1. Fujitsu Microelectronics America. RF Spectrum utilization in WiMAX, White


Papers , Inc.November 2004
2. Hoymann,et.al. The HIPERMAN standart – A Performance Analysis. Aachen
University, 2002
3. Isreali Koffman .Broadband wireless access solutions based on OFDM Access in
802.16 , Runcom Technologies
4. Roger. L , Freeman. 1998. Telecommunications Transmission Handbook, John
Willey.
5. V. Erceg et. Al. An empirically based path loss model for wireless channels in
suburban environments. IEEE J. Select Areas Commun., vol. 17. no. 7, July 1999.
pp. 1205-1211.
6. The Institute of Electrical and Electronics Engineers. IEEE standard for Local and
Metropolitan Area Network Part 16: Air Interface for Fixed Broadband Wireless
Access Systems ,IEEE Std 802.16-2004.IEEE,2004
7. The Institute of Electrical and Electronics Engineers. IEEE standard for Local and
Metropolitan Area Network Part 16: Air Interface for Fixed Broadband Wireless
Access Systems ,IEEE Std 802.16-2001.IEEE,2001
8. The Institute of Electrical and Electronics Engineers .. IEEE Standard for Local
and Metropolitan Area Networks: Overview and Architecture, IEEE Standard 802-
2001,IEEE,2001
9. The Institute of Electrical and Electronics Engineers. IEEE standard for Local and
Metropolitan Area Network Part 16: Air Interface for Fixed Broadband Wireless
Access Systems - Amendment 2: Medium Access Control Modifications and
Additional Physical Layer Specifications for 2–11 GHz, IEEE Standard 802.16a-
2003
10. Timo Smura, Techno Economic Analysis of IEEE. 802.16a Based Fixed Wirelees
Access Network, Helsinki University of Tecnology, 2004.
11. WiMAX Forum, WiMAX’s Technical Advantage for Coverage in LOS and NLOS
Conditions, Aug 2004
12. http://www.ieee802.org/16
13. http://www.intel.com
14. http://www.WirelessMAN.org/
15. http://www.wimaxforum.com
LAMPIRAN A
Perhitungan Link Budget

Link budget downlink

a. Lokasi 1 (Masjid RisTi) ™ Tx Power BS = 33 dBm


Data kondisi lapangan ™ Loss Tx (konektor + feeder)
™ Jarak = 0,21 km (NLOS) = 4,21 dB
Data Teknis : ™ Loss Rx (SSs) = 0 dB
™ Frekuensi = 3511,750 MHz ™ Gain Tx (BS) = 17 dBi
™ Modulasi = 16 QAM 1/2 ™ Gain Rx = 6 dBi
™ Tx Power BS = 33 dBm ™ Tinggi SSs = 0.123 m
™ Loss Tx (konektor + feeder) ™ Tinggi BS = 23 m
= 4,21 dB ™ Shadow fading komponen (tipe
™ Loss Rx (SSs) = 0 dB terrain B) = 9,6 dB
™ Gain Tx (BS) = 17 dBi
™ Gain Rx = 6 dBi c. Lokasi 3 (RS Hasan Sadikin)
™ Tinggi SSs = 5,12 inci Data kondisi lapangan
= 12,3 cm ™ Jarak = 3,17 km (NLOS)
™ Tinggi BS Data Teknis :
Tinggi bangunan = 20 m ™ Frekuensi = 3511,750 MHz
Tinggi antena =3m ™ Modulasi = 16 QAM 1/2
Tinggi total = 23 m ™ Tx Power BS = 33 dBm
™ Shadow fading komponen (tipe ™ Loss Tx (konektor + feeder)
terrain B) = 9,6 dB = 4,21 dB
™ Loss Rx (SSs) = 0 dB
b. Lokasi 2 (Gedung Widyaloka 1 RisTi) ™ Gain Tx (BS) = 17 dBi
Data kondisi lapangan ™ Gain Rx = 15 dBi
™ Jarak = 0,28 km (NLOS) ™ Tinggi SSs =3m
Data Teknis : ™ Tinggi BS = 23 m
™ Frekuensi = 3511,750 MHz ™ Shadow fading komponen (tipe
™ Modulasi = BPSK 1/2 terrain B) = 9,6 dB

A-1
d. Lokasi 4 (Gedung Lippo GatSu) Data Teknis :
Data kondisi lapangan ™ Frekuensi = 3515,250 MHz
™ Jarak = 6,42 km (NLOS) ™ Modulasi = QPSK 1/2
Data Teknis : ™ Tx Power BS = 33 dBm
™ Frekuensi = 3511,750 MHz ™ Loss Tx (konektor + feeder)
™ Modulasi = QPSK 1/2 = 4,21 dB
™ Tx Power BS = 33 dBm ™ Loss Rx (SSs) = 0 dB
™ Loss Tx (konektor + feeder) ™ Gain Tx (BS) = 17 dBi
= 4,21 dB ™ Gain Rx = 15 dBi
™ Loss Rx (SSs) = 0 dB ™ Tinggi SSs =3m
™ Gain Tx (BS) = 17 dBi ™ Tinggi BS = 25 m
™ Gain Rx = 15 dBi ™ Shadow fading komponen (tipe
™ Tinggi SSs =3m terrain B) = 9,6 dB
™ Tinggi BS = 23 m
™ Shadow fading komponen (tipe g.Lokasi 7 (Rancaekek, RM Barito Minang)
terrain B) = 9,6 dB Data kondisi lapangan
™ Jarak = 23,2 km (LOS)
e. Lokasi 5 (Rumah Pak Mahyar) Data Teknis :
Data kondisi lapangan ™ Frekuensi = 3511,750 MHz
™ Jarak = 5,38 km (LOS) ™ Modulasi = QPSK 1/2
Data Teknis : ™ Tx Power BS = 33 dBm
™ Frekuensi = 3511,750 MHz ™ Loss Tx (konektor + feeder)
™ Modulasi = 64 QAM 3/4 = 4,21 dB
™ Tx Power BS = 33 dBm ™ Loss Rx (SSs) = 0 dB
™ Loss Tx (konektor + feeder) ™ Gain Tx (BS) = 17 dBi
= 4,21 dB ™ Gain Rx = 15 dBi
™ Loss Rx (SSs) = 0 dB
™ Gain Tx (BS) = 17 dBi
™ Gain Rx = 15 dBi Link budget Uplink

a.Lokasi 1 (Masjid RisTi)


f. Lokasi 6 (Cileunyi)
Data kondisi lapangan
Data kondisi lapangan
™ Jarak = 0,21 km (NLOS)
™ Jarak = 19,95 km (NLOS)
Data Teknis :
™ Frekuensi = 3411,750 MHz

A-2
™ Modulasi = 16 QAM 1/2 ™ Loss Tx= 0 dB
™ Tx Power SSs = 24 dBm ™ Loss Rx (BS) = 0 dB
™ Loss Tx= 0 dB ™ Gain Tx (SSs) = 15 dBi
™ Loss Rx (SSs) = 0 dB ™ Gain Rx = 17 dBi
™ Gain Tx (SSs) = 6 dBi ™ Tx Power = 14,5 dBm
™ Gain Rx = 17 dBi ™ Tinggi SSs =3m
™ Tinggi SSs = 5,12 inci ™ Tinggi BS = 23 m
= 12,3 cm ™ Shadow fading komponen (tipe
Tinggi BS = 23 m terrain B) = 9,6 dB
™ Shadow fading komponen (tipe
terrain B) = 9,6 dB d. Lokasi 4 (Gedung Lippo Gatot Subroto)
Data kondisi lapangan
b. Lokasi 2 (Gedung Widyaloka 1 RisTi) ™ Jarak = 6,42 km (NLOS)
Data kondisi lapangan Data Teknis :
™ Jarak = 0,28 km (NLOS) ™ Frekuensi = 3411,750 MHz
Data Teknis : ™ Modulasi = QPSK 1/2
™ Frekuensi = 3411,750 MHz ™ Loss Tx= 0 dB
™ Modulasi = BPSK 1/2 ™ Loss Rx (SSs) = 0 dB
™ Tx Power SSs = 24 dBm ™ Gain Tx (SSs) = 15 dBi
™ Loss Tx= 0 dB ™ Gain Rx = 17 dBi
™ Loss Rx (SSs) = 0 dB ™ Tx Power = 21,5 dBm
™ Gain Tx (SSs) = 6 dBi ™ Tinggi SSs =3m
™ Gain Rx = 17 dBi ™ Tinggi BS = 23 m
™ Tinggi SSs = 0.123 m ™ Shadow fading komponen (tipe
™ Tinggi BS = 23 m terrain B) = 9,6 dB
™ Shadow fading komponen (tipe
terrain B) = 9,6 dB e. Lokasi 5 (Rumah Pak Mahyar)
Data kondisi lapangan
c. Lokasi 3 (RS Hasan Sadikin) ™ Jarak = 15,38 km (LOS)
Data kondisi lapangan Data Teknis :
™ Jarak = 3,17 km (NLOS) ™ Frekuensi = 3411,750 MHz
Data Teknis : ™ Modulasi = 64 QAM 3/4
™ Frekuensi = 3411,750 MHz ™ Loss Tx= 0 dB
™ Modulasi = 16 QAM 1/2 ™ Loss Rx (SSs) = 0 dB

A-3
™ Gain Tx (SSs) = 15 dBi ™ Tinggi SSs =3m
™ Gain Rx = 17 dBi ™ Tinggi BS = 23 m
™ Tx Power = 20,5 dBm ™ Shadow fading komponen (tipe
™ Tinggi SSs =3m terrain B) = 9,6 dB
™ Tinggi BS = 23 m
™ Shadow fading komponen (tipe g. Lokasi7 (Rancaekek, RM Barito Minang)
terrain B) = 9,6 dB Data kondisi lapangan
™ Jarak = 23,2 km (LOS)
f. Lokasi 6 (Cileunyi) Data Teknis :
Data kondisi lapangan ™ Frekuensi = 3411,750 MHz
™ Jarak = 19,95 km (NLOS) ™ Modulasi = QPSK ½
Data Teknis : ™ Loss Tx= 0 dB
™ Frekuensi = 3415,250 MHz ™ Loss Rx (SSs) = 0 dB
™ Modulasi = QPSK ½ ™ Gain Tx (SSs) = 15 dBi
™ Loss Tx= 0 dB ™ Gain Rx = 17 dBi
™ Loss Rx (SSs) = 0 dB ™ Tx Power = 24 dBm
™ Gain Tx (SSs) = 15 dBi ™ Tinggi SSs =3m
™ Gain Rx = 17 dBi ™ Tinggi BS = 23 m
™ Shadow fading komponen (tipe
™ Tx Power = 24 dBm terrain B) =9,6dB

Link Budget Uplink


No Lokasi EIRP (dBm) Loss Propagasi (dB) RSL (dBm)
1 Gedung Widyaloka 1 RisTi 30 160,34 -117,5
2 Masjid RisTi 30 166,77 -123,98
3 RS Hasan Sadikin 29,5 117,33, -75,04
4 Gedung Lippo Gatot Subroto 36,5 131,18 -81,89
5 Rumah Pak Mahyar 35,5 126,85 -78,56
6 Cileunyi 39 153,46 -101,76
7 RM Barito Minang Rancaekek 39 130,42 -78,63

A-4
Link Budget Downlink
No Lokasi EIRP (dBm) Loss Propagasi (dB) RSL (dBm)
1 Gedung Widyaloka 1 RisTi 45,79 160,9 -109,11
2 Masjid RisTi 45,79 167,43 -115,64
3 RS Hasan Sadikin 45,79 118,743 -57,593
4 Gedung Lippo Gatot Subroto 45,79 132,82 -72,03
5 Rumah Pak Mahyar 45,79 127,1 -66,31
6 Cileunyi 45,79 155,5 -94,71
7 RM Barito Minang Rancaekek 45,79 130,6 -69,87

SNR perangkat

Avg. SNR (dB) Modulation


SNR < 4.5 No link
4.5 SNR < 6.2 BPSK_1/2
6.2 SNR < 8.6 QPSK_1/2
8.6 SNR < 11.5 QPSK_3/4
11.5 SNR < 15 16QAM_1/2
15 SNR < 19 16QAM_3/4
19 SNR < 21 64QAM_2/3
21 SNR 64QAM_3/4

Sensitivitas perangkat

Pro ST (antenna eksternal)

Receiver sensitivity 64QAM_3/4 Rx Sens: -81.1 dBm


64QAM_2/3 Rx Sens: -83.1 dBm
16QAM_3/4 Rx Sens: -87.2 dBm
16QAM_1/2 Rx Sens: -90.5 dBm
QPSK_3/4 Rx Sens: -93.5 dBm
QPSK_1/2 Rx Sens: -95.8 dBm
BPSK_1/2 Rx Sens: -97.8 dBm

A-5
Easy ST (antenna internal)

Receiver sensitivity 64QAM_3/4 Rx Sens: -81.1 dBm


64QAM_2/3 Rx Sens: -83.1 dBm
16QAM_3/4 Rx Sens: -87.2 dBm
16QAM_1/2 Rx Sens: -90.5 dBm
QPSK_3/4 Rx Sens: -93.5 dBm
QPSK_1/2 Rx Sens: -95.8 dBm
BPSK_1/2 Rx Sens: -97.8 dBm

Throughput perangkat

Modulation Maximum Gross Burst Rate DL (85 %) UL (75%)


64QAM 3/4 13.1Mbps 11.135Mbps 9.825 Mbps
64QAM 2/3 11.6Mbps 9.86 Mbps 8.7 Mbps
16QAM 3/4 8.7Mbps 7.395 Mbps 6.525 Mbps
16QAM 1/2 5.8Mbps 4.93 Mbps 4.35 Mbps
QPSK 3/4 4.4Mbps 3.74 Mbps 3.3 Mbps
QPSK 1/2 2.9Mbps 2.465 Mbps 2.175 Mbps
BPSK 1/2 1.5Mbps 1.275 Mbps 1.125 Mbps

A-6
LAMPIRAN B-1

LOKASI PENGUKURAN
LAMPIRAN B-2

GAMBAR LOKASI PENGUKURAN

Gedung Widyaloka 1 RisTi

Masjid RisTi

B-1
RS Hasan Sadikin

Gedung Lippo Gatot Subroto

B-2
Cileunyi

RM Barito Minang

B-3
LAMPIRAN C

Tabel parameter kanalisasi pada OFDM

C-1
C-2
LAMPIRAN D

PRODUK AIRSPAN
AS MAX

1. Arsitekur Sistem AS.MAX

D-1
D-2
2. List Produk AS.MAX

D-3
3. Spesifikasi Teknik

D-4
D-5
D-6
D-7
D-8
LAMPIRAN E

BLOK DIAGRAM PERANGKAT WiMAX

Blok Pemancar

Blok penerima

[Intel, 802.16 Broadband Wireless Access: the next big thing in wireless, September
2003]

Blok Bagian Pemancar :


1. Randomization (pengacak)
Digunakan untuk meningkatkan keamanan dari sebuah pembawa yang tidak
termodulasi, menjamin jumlah yang cukup dari bit transmisi dan membantu clock
recovery.

E-1
2. Pengkodean
Pengkodean yang digunakan adalah Red Solomon
3. Mapper (Pemetaan sinyal)
Skema pemetaan atau modulasi digital yang digunakan ada 4 yaitu
BPSK,QPSK,16 QAM dan 64 QAM. Penggunaan skema pemetaan yang berbeda
dikarenakan untuk meningkatkan effisiensi bandwidth yang digunakan. Pemilihan
skema pemetaan bergantung pada kondisi kanal propagasi.
4. Serial to Pararel
Berguna untuk membagi sinyal yang masih dalam satu jalur frekuensi dan
membaginya kedalam 192 jalur frekuensi yang berbeda dengan kecepatan
keluaran yang lebih rendah pada setiap jalur frekuensinya.
5. Insert Pilot
6. IFFT
IFFT berfungsi sebagai OFDM baseband modulator, dimana setiap symbol
stream akan memodulasi frekuensi subscarier yang dibangkitkan oleh IFFT.
Jumlah IFFT yang digunakan adalah 256 FFT. Penggunaan IFFT akan menjamin
orthogonalitas antar subscarier. Output setiap proses transformasi 256 titik IFFT
akan membentuk sebuah symbol OFDM.
7. Cyclic Prefic
Cyclic Prefic befungsi sebagai guard interval.

Blok Bagian Penerima :


1. Remove Cyclic Prefic
Berfungsi untuk memisahkan sinyal dengan cyclic prefic yang mungkin telah
terkena efek intersymbol interference akibat pengaruh multipath.
2. FFT
Berfungsi sebagai baseband demodulator dengan cara mengubah sinyal domain
waktu ke domain frekuensi. Sinyal keluaran bukan berupa sinyal OFDM tetapi
merupakan sinyal frekuensi subscarier yang tidak lagi tegak lurus.
3. Channel Estimator

E-2
4. Pararel to Serial
Berfungsi untuk mengubah keluaran blok estimasi kanal dan interpolar yang
masih berupa jalur pararel dalam domain frekuensi menjadi satu jalur seri dalam
domain frekuensi.
5. Demapper
Berfungsi untuk merekonstruksi bit yang dikirim bedasarkan nilai kompleks ang
diterima sesuai dengan konstelasi modulasi yang digunakan.
6. Decoder
7. Derandomization
Berfungsi untuk mendapatkan kembali data informasi yang sebelumnya sudah
diacak.

E-3

Anda mungkin juga menyukai