Anda di halaman 1dari 5

BAB I PENDAHULUAN

1) Latar Belakang

Narkotika dan psikotropika merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang
pengobatan, pelayanan kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan, dan pada sisi lain dapat
menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa pengendalian,
pengawasan yang ketat dan seksama.1 Zat-zat narkotika yang semula ditunjukkan untuk
kepentingan pengobatan, namun dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, jenis-
jenis narkotika dapat diolah sedemikian banyak serta dapat pula disalahgunakan fungsinya.
Peningkatan pengawasan dan pengendalian sebagai upaya mencegah dan memberantas
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba sangat diperlukan, karena kejahatan di bidang ini
semakin berkembang baik dari segi kualitas maupun kuantitas. . Sebagai contoh adalah
penangkapan gembong narkoba Fredy Budiman.

Kasus narkotika di Indonesia betul-betul berada pada tingkat yang sangat mengkhawatirkan.
Dimana penggunaan narkotika dapat merusak perekonomian negara, disamping juga generasi
muda. Selain itu, yang sangat memprihatinkan bahwa penanganan kasus narkotika tidak pernah
tuntas, dari sejumlah kasus yang diungkap hanya 10% yang sampai ke pengadilan, karena
menurut ketua umum Granat bahwa peredaran narkotika di Indonesia, khususnya di kota-kota
besar dilakukan secara rapi dan terorganisir. Transaksi bisnis barang haram ini pada umumnya
disebarkan di tempat-tempat hiburan seperti diskotik, bar, dan karaoke yang banyak dikunjungi
para remaja dan orang-orang muda1. Pemakaian narkoba akan mengakibatkan kecanduan yang
akan susah untuk mengembalikan seperti semula. Seseorang yang kecanduan akan melakukan
segala cara untuk menghilangkan kecanduannya. Akibatnya, kecanduan ini akan mengakibatkan
muncul perilaku-perilaku negatif lainnya seperti mencuri, membunuh, menjadi pengedar
narkotika dan lainnya. Hal ini terjadi karena orang yang kecanduan ini akan melakukan berbagai
cara untuk mengilangkan candunya yang sesaat itu.

2) Rumusan Masalah
a) Bagaimana kronologi kejadian bandar narkoba di Indonesia?
b) Bagaimana penyebaran narkoba di masyarakat?

3) Tujuan
a) Untuk mengetahui apa itu narkoba.
b) Untuk mengetahui kronologi kejadaian bandar narkoba.
c) Untuk mengetahui bagaimana penyebaran narkoba di kalangan masyarakat.

BAB II PEMBAHASAN
1) Kronologi Penangkapan Gembong Narkoba Freddy Budiman

Direktorat IV Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri mengungkap kronologi di balik


pembongkaran pabrik sabu di dalam Lapas Narkotika Cipinang. Terbongkarnya pabrik sabu itu
diawali dari informasi adanya paket kiriman Ephedrine yang akan diterima gembong narkoba
Freddy Budiman pada Juni 2013.

Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri Brigjen Pol Arman Depari mengungkap,
setelah Freddy menerima paket dus berisi 15 kg Ephedrine, ia membawa dan membukanya di
ruang kerja Kasi Bimker yang ditempati seorang PNS berinisal AJ. Diketahui, paket tersebut
merupakan bahan baku yang akan diolah menjadi sabu.
"Paket itu disaksikan 3 rekannya, HC, AS dan TR, kemudian FB (Freddy) menyerahkan 5 kg
kepada HC dan menyuruh TR menyimpang 10 kg Ephedrine di kamar 202 Blok S yang
merupakan sebelah kamar FB," beber Arman di Aula Dittipid Narkoba Bareskrim Polri, Jakarta,
Jumat (16/8/2013).

Setelah Freddy menerima bahan-bahan dan alat pembuat sabu itu, lalu menyerahkannya kepada
HC. Sedangkan untuk bahan baku, Freddy menyerahkannya kepada AS kemudian diberikan
kepada AH untuk disimpan.

"Kejadian itu sekitar awal Agustus 2013. Kemudian ditemukan oleh petugas Lapas ketika
melakukan sidak bersama Menkumham (Amir Syamsuddin) pada 5 Agustus 2013," terang dia.

Setelah bahan-bahan diterima, lanjut Arman, tersangka HC langsung memproduksi Ephedrine


menjadi sabu dengan dibantu VC dan menghasilkan 2 kilogram sabu dengan kurun waktu 54
jam.

"Kemudan, sabu yang sudah jadi diserakan kembali ke FB dan pada pertengahan Juli 2013
dibawa ke luar lapas dalam 2 tahap. Pertama 1,5 kg dan kedua 0,5 kg," beber Arman.

Tak berselang lama, Tim Dittipid Narkoba mengendus kasus ini dan menangkap tersangka JW
di kantin Lapas Narkoba Cipinang dengan barang bukti 300 gram sabu. Barang itu diterima JW
dari AS yang membeli dari Freddy seharga Rp 180 juta.

Keterlibatan Sipir GW

Sebelum dipindahkan ke Lapas Nusakambangan, Freddy yang merupakan terpidana mati kasus
narkoba itu sudah mengirim 2,5 kg dan 0,5 kg sabu kepada petugas Lapas bernama GW.

"Kemudian GW memberikan kepada Mamat di Jalan Kartini, Jakarta Pusat. Mamat mengirim
2,5 kg sabu melalui ekspedisi Sakura Express yang dialamatkan kapada H Mus Atas perintah H
Man," ungkap dia.

Mus dan Man, ungkap Arman, telah masuk dalam Daftar Pencarian Oran (DPO). Mus beralamat
di Perum Puri Asri Blok D1 No 24 Gedangan, Sidoarjo, Jawa Timur.

Hasil pengembangan itu, tim Dittipid Narkoba pun berhasil menangkap Mamat di Jalan Kartini
dan menyita 0,5 kg sabu. Selain itu, GW yang merupakan petugas sipir juga ditangkap di
rumahnya Jalan Kartini VII C dan menyita 0,14 gram sabu.

"Selain itu anggota juga menangkap MY saat mengambil 2,5 kg sabu di ekspedisi Sakura
Express Jalan Margomulyo Permai Blok EE No 2 Surabaya karena disuruh H Mus," papar
perwira tinggi bintang satu itu.

Lalu, lanjutnya, tim Dittipid mengabarkan kepada Dirjen Pemasyarakatan (PAS) kalau di dalam
Lapas Kelas II A Narkotika Cipinang ada pabrik shabu. Informasi itu disampaikan pada 3
Agustus 2013.

"Setelah berkoordinasi pada 5 Agustus 2013 Menkumham bersama Tim Dittipid Narkoba sidak
dan menemukan bahan serta peralatan untuk memproduksi narkoba di ruang tengah belakang
lapas tersebut," tegas Arman.

Dari kronologis itu, Tim Dittipid Narkotika menduga Freddy Budiman sebagai dalang di balik
kasus itu, dengan melibatkan HC dan VC untuk memproduksi sabu di dalam lapas. Selain itu,
polisi menduga Freddy menyuruh napi lain untuk memproduksi sabu.
"Sebab sabu yang diedarkan FB ada 3,3 kg dan yang diakui HC hanya 2 kg. Artinya ada 1,3 kg
sabu yang diproduksi napi lain di dalam lapas," tandas Arman. (Mut/Yus)

Jakarta - Ditipid Narkoba Polri mengungkap jaringan narkoba internasional pimpinan Freddy
Budiman. 2 Bulan penyidik berupaya menangkap setiap kaki tangan Freddy hingga bisa
ditemukan 50 ribu butir ekstaksi, 800 gram sabu dan 122 lembar CC4.

Jaringan Freddy ini dimulai dengan rencana membuat pabrik ekstaksi di sebuah gudang di
Kapuk Kamal, Cengkareng, Jakarta Barat pada medio September 2014 lalu. Upaya ini
melibatkan 3 saudara kandung Freddy dan 8 pegawai yang direkrut saudara kandungnya.

"Bulan September 2014, Freddy menyuruh Yanto dan Aries membeli bahan dan alat cetak
ekstaksi kemudian disimpan di Cengkareng," kata Direktur Tipid Narkoba Bareskrim Polri
Brigjen Anjan Pramuka Putra di Cengkareng, Jakarta Barat, Selasa (14/4/2015).

Selain Yanto dan Aries, upaya ini juga melibatkan adik Freddy, Latif. Begini lengkap kronologi
Freddy membentuk jaringan dari dalam penjara dengan narkoba dari Eropa:

September 2014: Freddy menyuruh Yanto dan Aries membeli bahan baku dan alat cetak
ekstaksi dan disimpan di Cikarang. Namun bahan baku masih kurang lengkap.

Oktober 2014: Freddy menyuruh Yanto terima narkotika berbentuk perangko atau CC4 dari Mr
X yang masih DPO di depan Museum Bank Indonesia. Kemudian barang itu dijual Freddy ke
Andre.

November 2014: Freddy kembali menyuruh Yanto menerima 1 kg sabu dari Mr X (DPO) di
daerah Kota. Kemudian Yanto menyerahkan barang itu ke Bengek (DPO) di Stasiun Kota.

Januari 2015: Freddy lagi-lagi menyuruh Yanto terima 500 gr sabu dari Mr X (DPO) di Kota
Tua dan diserahkan ke pria misterius yang masih buron.

Februari 2015: Freddy membeli 25 ribu butir ekstaksi kepada warga negara Belanda Laosan
alias Boncel (DPO). Kemudian Freddy menyuruh Ramon (DPO) untuk mengecek paket berisi
25 ribu butir ekstaksi dari Belanda itu.

Maret 2015: Freddy menyuruh Gimo untuk menerima 1,2 kg sabu dari pria misterius warga
negara Pakistan di Terminal Kampung Rambutan. Barang itu lalu diserahkan kepada Latif di
Kayu Besar, Jakbar.

9 Maret 2015: Yanto dan Aries mendapatkan instruksi dari Freddy untuk mengambil paket
berisi 25 ribu butir ekstaksi dari Kantor Pos Cikarang. Kemudian Freddy memerintahkan Yanto
untuk menyerahkan 5.000 butir ekstaksi kepada orang suruhan Asiong di Bekasi, dan
menyerahkan 1.000 butir ekstaksi lainnya kepada Mr X (DPO) di Bekasi.

Kemudian Freddy menyuruh Gimo mengirim 2 ons sabu ke Palu dan diterima oleh orang
suruhan Henny. Ia juga menyuruh Yanto membawa dan menyerahkan 1 Kg sabu kepada Mr X
(DPO) di Surabaya. Namun kualitas sabu tidak bagus, sehingga dikembalikan ke Jakarta.

Freddy lalu menyuruh Yanto mengirimkan 1 ons sabu ke Kalimantan dan 1 ons lainnya ke Palu.
Sabu tersisa 8 ons yang kemudian disimpan Gimo di gudang bekas pabrik garmen di Kapuk
Kamal. Gudang itu dikuasai Latif.

Freddy kemudian memberi instruksi kepada Yanto untuk memindahkan bahan baku dan alat
cetak ekstaksi yang pengadaannya dilakukan pada November 2014 lalu ke gudang tersebut.
Namun Yanto menyuruh Aries, sehingga Aries menyerahkan bahan baku dan alat cetak itu
kepada Gimo.

15 Maret 2015: Freddy memesan 50 ribu butir ekstaksi kepada Laosan (WN Belanda).

5 April 2015: Freddy menyuruh Asun untuk mengecek paket kiriman 50 ribu butir ekstaksi
yang dikirim oleh Laosan (WN Belanda).

7 April 2015: Freddy menyuruh Yanto dan Aries mengambil paket kiriman 50 ribu butir
ekstaksi dari Kantor Pos Cikarang. Kemudian Yanto dan Aries tertangkap oleh penyidik, yang
kemudian menyisir aset jaringan Freddy, salah satunya gudang di Kapuk Kamal.

Total ada 11 kaki tangan Freddy, yaitu Yanto, Aries, Latif, Gimo, Asun, Henny, Riski, Hadi,
Kimung, Andre dan Asiong yang berhasil ditangkap penyidik. Namun sang importir, Laosan
(WN Belanda), yang berada di negeri kincir angin itu masih buron.

Dari pengungkapan ini, penyidik menyita 50 ribu butir ekstaksi asal Belanda, 800 gram sabu
asal Pakistan dan 122 lembar narkotika berbentuk perangko atau CC4 yang diduga berasal dari
Belgia. Selain itu turut disita 20 ponsel, 1 mesin cetak ekstaksi, 25 kg bahan baku ekstaksi, 1 kg
pewarna, 10 kg bahan pelarut, 1 timbangan digital, 1 timbangan analog dan alat penyaring.

Peredaran narkotika dari jaringan Freddy ini berada di Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Bali,
Makassar, Palu dan Kalimantan. Penyidik pun berencana menjerat jaringan Freddy dengan UU
Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) terhadap aset berupa bangunan, ruko, rumah, mobil dan
rekening di bank.

Mereka dijerat Pasal 114 juncto Pasal 132 UU Narkotika dengan ancaman hukuman maksimal
yaitu pidana mati. Seperti yang disandang oleh Freddy, terpidana mati yang menunggu eksekusi
namun tak kunjung terlaksana.

2) Penyebaran Narkoba Dalam Masyarakat

Hingga kini penyebaran narkoba sudah hampir tak bisa dicegah. Mengingat hampir seluruh
penduduk dunia dapat dengan mudah mendapat narkoba dari oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab. Misalnya saja dari bandar narkoba yang senang mencari mangsa didaerah
sekolah, diskotik, tempat pelacuran, dan tempat-tempat perkumpulan genk. Tentu saja hal ini
bisa membuat para orang tua, ormas, pemerintah khawatir akan penyebaran narkoba yang begitu
meraja rela. Upaya pemberantas narkoba pun sudah sering dilakukan, namun masih sedikit
kemungkinan untuk menghindarkan narkoba dari kalangan remaja maupun dewasa, bahkan
anak-anak usia SD dan SMP pun banyak yang terjerumus narkoba. Hingga saat ini upaya yang
paling efektif untuk mencegah penyalahgunaan Narkoba pada anak-anak yaitu dari pendidikan
keluarga. Orang tua diharapkan dapat mengawasi dan mendidik anaknya untuk selalu menjauhi
Narkoba.
BAB III PENUTUP
1) Kesimpulan:
a) Masalah penyalahgunaan narkoba atau nabza khususnya pada remaja adalah ancaman yang
sangat mencemaskan bagi keluarga khususnya dan suatu bangsa pada umunya.
b) Pengaruh narkoba sangatlah buruk, baik dari segi kesehatan pribadinya maupun dampak
social yang ditimbulkannya
c) Masalah pencegahan penyalahgunaan narkoba bukanlah menjadi tugas dari sekelompok
orang saja, melankan menjadi tugas bersama
d) Peran orang tua dalam keluarga dan jugaperan pendidikan sekolah sangatlah besar bagi
pencegahan penagulangan narkoba.
2) Saran ::
a) Jangan pernah mencoba narkoba walaupun itu hanya sedikit
b) Pemerintah harus memberantas peredaran narkoba di Indonesia
c) Orang tua harus lebih memperhatikan anaknya agar tidak terjerumus ke dalam jurang
narkoba
d) Perlu peningkatan kerja sama antar masyarakat dengan aparat untuk memeberantas
peredaran narkoba
e) Remaja harus diperhatikan oleh semua pihak agar tidak terjerumus pada penyalahgunaan
narkoba

Anda mungkin juga menyukai