Anda di halaman 1dari 19

3 Bentuk Pembagian Dividen

8-10 menit

Pembagian Dividen adalah pembagian laba perusahaan kepada para pemegang saham.

Setiap akhir periode akuntansi, perusahaan selalu mengeluarkan laporan kinerja keuangannya
dalam bentuk Laporan Keuangan Bulanan, Triwulan, Semester atau Tahunan.

Dari Laporan Keuangan tersebut, pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan, bisa
mengetahui kinerja perusahaan.

Termasuk besar laba yang dibagikan.

01. Mekanisme dan Jurnal Akutansi Pembagian Dividen

Dividen yang diterima oleh pemegang saham jumlahnya tergantung pada jumlah lembar
saham yang dimiliki.

Ada 3 cara atau mekanisme pembagian dividen kepada pemegang saham yaitu:

1. Uang Tunai
2. Aktiva (selain kas dan saham sendiri)
3. Saham baru

Yuk kita bahas ketiga cara dan mekanisme tersebut satu per satu..

#1. Dividen yang Berbentuk Uang

Pembagian dividen yang sering dilakukan adalah dalam bentuk uang.

Para pemegang saham akan menerima dividen sebesar tarif per lembar dikalikan jumlah
lembar yang dimiliki.

Perhatikan pencatatan jurnal penerimaan dividen ini oleh pemegang saham sebagai berikut:

Kas                                        Rp. xx
   Pendapatan Dividen                   Rp. xx

Bila dalam pembagian dividen disebutkan bahwa dividen yang dibagikan itu sebagian
merupakan pembagian laba dan sebagian lagi merupakan pengembalian modal, dividen
seperti itu disebut dividen likuidasi.

Perusahaan yang membagikan dividen likuidasi biasanya adalah perusahaan-perusahaan yang


akan menghentikan usahanya, misalnya dalam bentuk joint ventures.
Karena perusahaan akan dihentikan maka tidak perlu memperbesar modal.

Pemegang saham yang menerima dividen likuidasi mencatatnya sebagian sebagai


penghasilan dan sebagian lagi sebagai pengembalian modal.

Perhatikan contoh berikut ini:

Misalnya perusahaan PT MCC mengumumkan pembagian dividen sebesar Rp. 10.000.000,-


dengan ketentuan 30% merupakan pembagian laba dan 70% pengembalian modal.

Pak Agus seorang pemegang saham dari perusahaan PT MCC menerima dividen sebesar Rp.
1.000.000.

Penerimaan dividen ini dicatat dalam pembukuan Pak Agus dengan jurnal sebagai berikut :

(Debit) Kas = Rp. 1.000.000


(Kredit) Pendapatan Dividen Penanaman modal dalam saham PT MCC = Rp. 300.000
(Kredit) Penanaman Modal = Rp. 700.000

Dengan adanya jurnal di atas berarti saldo rekening Penanaman Modal dalam Saham PT
MCC berkurang sebesar Rp. 700.000.

(Cara sederhana menyusun sistem dan prosedur keuangan yang terbukti memaksimalkan
kinerja karyawan dan bisnis, buka Accounting Tools & SOP )

#2. Dividen yang Berbentuk Aktiva (Selain Kas dan Saham Sendiri)


Dividen yang dibagikan kadang-kadang tidak berbentuk uang tunai tapi berupa aktiva seperti
saham perusahaan lain.

Atau barang-barang hasil produksi perusahaan yang membagi dividen tersebut.

Pemegang saham yang menerima dividen seperti ini mencatat dalam pembukuannya dengan
jumlah sebesar harga pasar yang diterimanya.

Misalnya Pak Budi menerima pembagian dividen dari PT MCC  berbentuk saham PT Hebat
Jaya sebanyak 30 lembar.

Pada saat pembagian tersebut harga pasar saham PT Hebat Jaya sebesar Rp. 10.000.

Penerimaan dividen ini dicatat oleh Pak Budi dengan jurnal sebagai berikut :

(Debit) Penanaman Modal Dalam Saham PT Hebat Jaya     Rp. 300.000


(Kredit) Pendapatan Dividen                                                  Rp. 300.000

#3. Dividen Saham (Stock Dividen)


Penerimaan dividen dalam bentuk saham dari perusahaan yang membagi saham tersebut
disebut dividen saham.

Bagi pemegang saham dividen seperti ini berarti penambahan jumlah lembar saham tanpa ada
pengeluaran baru.

Jadi jumlah lembarnya bertambah tapi harga perolehannya tetap.

Saham yang diterima sebagai dividen bisa berbentuk saham yang sama dengan yang dimiliki
atau saham jenis yang lain.

Apabila dividen saham yang diterima itu sejenis dengan saham yang dimiliki berarti jumlah
lembarnya bertambah banyak.

Sedangkan harga perolehannya tetap, dalam artian tidak ada kenaikan nilai buku.

Dividen saham seperti ini tidak dibuat jurnal tapi hanya MEMO untuk menunjukkan
kenaikan jumlah lembar saham.

Penjualan saham sesudah adanya penerimaan dividen saham akan dibebani dengan harga
pokok saham yang baru.

Perhatikan contoh berikut:


Pak Agus pada bulan Agustus 2019 membeli 100 lembar saham biasa dari PT MCC dengan
harga Rp. 900.000,-

Pada bulan Desember 2019 diterima dividen saham biasa 50%.

Pada bulan Januari 2020 dijual 20 lembar saham dengan harga Rp. 170.000,-

Transaksi-transaksi tersebut di atas akan dicatat dalam pembukuan Pak Agus dengan jurnal
sebagai berikut :

Agustus 2019:

  Penanaman Modal dalam Saham Biasa   Rp. 900.000


     Kas                                                                Rp. 900.000,-

Desember 2019:

MEMO :

Diterima 50 lembar saham biasa sebagai dividen, jumlah saham dan harga pokoknya
menjadi:

100 lembar + 50 lembar = 150 lembar

Harga pokok per lembar = Rp 900.000,- : 150 = Rp. 6.000,-

Januari 2020 :

  Kas                                                                Rp. 170.000,-


   Penanaman Modal Dalam Saham Biasa                Rp. 120.000
   Laba Penjualan Saham                                          Rp.   50.000

Penjelasan perhitungannya :

Bila dividen saham yang diterima berupa saham yang berbeda dengan saham yang dimiliki,

maka harga pokok saham saham yang dimiliki dibagikan kepada tiap macam saham dengan
dasar nilai relatifnya.

Perhatikan contoh berikut ini:


Misalnya Pak Tino memiliki 50 lembar saham biasa PT MCC nominal Rp 10.000,- per
lembar, dibeli dengan harga Rp. 750.000.

Pada bulan Desember 2019 diterima dividen saham prioritas sebanyak 25 lembar dengan nilai
nominal Rp. 5.000,- per lembar.

Pada saat penerimaan dividen harga pasar saham biasa Rp. 14.000,- per lembar dan saham
prioritas Rp. 4.000,-  per lembar.

Cara menghitung harga pokok saham dan jurnal umum pencatatan penerimaan
dividen sebagai berikut :

Dan jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah sebagai berikut:

(Debit)  Penanaman Modal Dalam Saham Prioritas  Rp. 93.750,-


(Kredit) Penanaman Modal Dalam Saham Biasa       Rp. 93.750,-

Dividen saham yang diterima bila merupakan pengganti dari dividen tunai dicatat sebagai
pendapatan dividen.

Jadi harga pokok saham yang dimiliki tidak berkurang dan harga pokok per lembar  juga
tidak berubah.

Rekening Pendapatan Dividen dikredit dengan harga pasar saham yang diterima.

Misalnya diterima 25 lembar saham prioritas sebagai ganti dari dividen uang  dengan
nominal Rp. 5.000 per lembar dan harga pasar Rp. 4.000 per lembar.

Jurnal umum yang dibuat untuk mencatat penerimaan dividen di atas adalah sebagai berikut :

(Debit) Penanaman Modal Dalam Saham Prioritas  Rp 100.000


(Kredit) Pendapatan Dividen                                                Rp. 100.000
Apabila saham dimiliki itu terdiri dari beberapa kali pembelian dengan harga yang berbeda-
beda.

Maka penerimaan dividen saham harus dihubungkan dengan masing-masing pembelian


tersebut.

Dengan cara ini harga pokok baru untuk saham yang dimiliki dapat ditentukan.

Misalnya saham PT MCC yang dimiliki oleh Pak Budi adalah sebagai berikut :

Ket
erngan: Perhitungan pembagian dividen

PT MCC mengumumkan dividen saham sebesar satu lembar saham untuk tiap-tiap 5 lembar
saham yang dimiliki.

Memo yang dibuat oleh Pak Budi untuk menunjukkan perubahan jumlah lembar dan harga
pokok per lembar sebagai berikut :

Diterima dividen saham sebanyak 32 lembar dari PT MCC, yaitu 1 lembar untuk 5 lembar
saham yang dimiliki.

Jumlah lembar dan harga pokok per lembar sekarang menjadi sebagai berikut:

Harga pokok saham per lembar untuk masing-masing pembelian perlu dihitung karena akan
menentukan laba atau rugi pada waktu sahamnya dijual.

Misalnya dijual 60 lembar saham dari pembelian ke-3 maka harga pokok yang
diperhitungkan adalah Rp. 675.000.
Pembebanan harga pokok saham pada waktu saham-saham dijual dapat menggunakan
cara:

 MPKP (Masuk Pertama Keluara Pertama),


 Rata-rata tertimbang,
 MTKP (Masuk Terakhir Keluar Pertama).

Untuk lebih jelasnya baca juga : Cara Menentukan Harga Pokok Perolehan Saham.

02. Kesimpulan
Demikian pembahasan tentang pengertian, mekanisme, cara, dan pencatatan pembagian
dividen.

Anda bisa menentukan mekanisme mana yang paling tepat dilakukan?

Mana yang paling cocok dan sesuai dengan kondisi perusahaan tempat anda berkarya.

Selamat menentukan mekanisme pembagian dividen. Sukses…

Terima kasih.

***

Pengertian stock split – penjelasan yang mudah dimengerti

Stock split diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi “pemecahan saham”. Secara
umum pengertian stock split : “Stock split adalah pemecahan jumlah lembar saham
menjadi jumlah lembar yang lebih banyak dengan menggunakan nilai nominal yang
lebih rendah per lembar sahamnya secara proporsional”.

Stock split merupakan kebalikan dari stock reverse.

Misalkan sebuah perusahaan melakukan stock split 1:5  ( 1 split jadi 5 atau stock split
dengan rasio 1 banding 5 ). Aksi stock split tersebut mengakibatkan :

1. Jumlah saham beredar meningkat 5 kali lipat.


2. Harga saham  ( dan nilai nominal ) menciut 5 jali.
3. Total nilai saham ( dan nilai nominal ) adalah tetap.

Pengertian stock split dengan sebuah ilustrasi


Gambar berikut memberikan visualisasi tentang pengertian stock split. Bayangkan anda
menukar 1 ( satu ) lembar uang pecahan Rp 5000 dengan 5 ( lima ) lembar pecahan Rp 1000

Pengertian stock split adalah seperti kita menukar uang menjadi pecahan kecil. Lembarnya
bertambah. Nilainya tetap.
Alasan kenapa perusahaan mengambil langkah stock split
Mengapa perusahaan mau melalui kerumitan dan menanggung biaya stock split? Ada
beberapa alasan yang sangat bagus.

1) Supaya investor ritel mampu membeli sahamnya

Pertama, pemecahan biasanya dilakukan ketika harga saham cukup tinggi, sehingga mahal
bagi investor untuk memperoleh lot saham perusahaan papan atas ini. Sebagai contoh, Multi
Bintang (MLBI) melakukan stock split 1:100 pada tahun 2014 setelah harga sahamnya naik
menjadi hampir Rp 1.036.000 per saham. Dewan direksi memperkirakan bahwa harganya
terlalu tinggi untuk investor ritel rata-rata dan melakukan pemecahan saham untuk membuat
saham lebih mudah diakses oleh pemegang saham potensial yang lebih luas.

2) Meningkat likuiditas di bursa

Kedua, semakin tinggi jumlah saham beredar dapat menghasilkan likuiditas yang lebih besar
untuk saham, yang memfasilitasi perdagangan dan dapat mempersempit spread bid-ask.
Meningkatkan likuiditas saham membuat perdagangan saham lebih mudah bagi pembeli dan
penjual. Likuiditas memberikan tingkat fleksibilitas yang tinggi di mana investor dapat
membeli dan menjual saham di perusahaan tanpa membuat dampak yang terlalu besar pada
harga saham.
Sementara pemecahan saham secara teori seharusnya tidak mempengaruhi harga saham,
namun itu sering memunculkan minat bagi investor baru, yang dapat memiliki dampak positif
pada harga saham. Sementara efek ini bisa bersifat sementara, faktanya tetap bahwa
pemecahan saham oleh perusahaan-perusahaan blue chip adalah cara yang bagus bagi
investor rata-rata untuk mengakumulasi peningkatan jumlah saham di perusahaan-perusahaan
ini. Banyak perusahaan terbaik yang secara rutin mengalami kenaikan harga saham setelah
melakukan stock split, melakukan stock split kembali. 

Lihat juga pengertian stock reverse

https://www.sahamok.com/edukasi/pengertian-stock-split/

Pengertian Kebijakan Deviden

Pengertian kebijakan dividen (Deviden Police) menurut Agus Sartono (2008:281)


menyatakan bahwa :

“ Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan
kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna
pembiayaan investasi dimasa datang ” .

Pengertian kebijakan dividen menurut Bambang Riyanto (2008:265) menyatakan bahwa :

“ Kebijakan dividen adalah kebijakan yang bersangkutan dengan penentuan pembagian


pendapatan (earning) antara pengguna pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang
saham sebagai dividen atau untuk digunakan dalam perusahaan, yang berarti pendapatan
tersebut harus ditanam di dalam perusahaan ” .

Sedangkan pengertian kebijakan dividen menurut I Made Sudana (2011:167) menyatakan


bahwa :

“Kebijakan dividen merupakan bagian dari keputusan pembelanjaan perusahaan, khususnya


berkaitan dengan pembelanjaan internal perusahaan. Hal ini karena besar kecilnya dividen
yang dibagikan akan mempengaruhi besar kecilnya laba yang ditahan”.

Laba ditahan (retained earning) dengan demikian merupakan salah satu dari sumber dana
yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan sedangkan dividen
merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada para pemeganf saham atau (equity inventors).
Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan
mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau
internal financial. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh,
maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar.

Macam-Macam Deviden

Berdasarkan bentuk deviden yang dibayarkan, deviden dapat dibedakan atas dua jenis yaitu;
deviden tunai (cash dividend) dan deviden saham (stock devidend). Deviden tunai merupakan
deviden yang dibagikan dalam bentuk uang tunai. Deviden saham merupakan deviden yang
dibagikan dalam bentuk saham dengan proporsi tertentu. Nilai suatu deviden tunai tentunya
sesuai dengan nilai tunai yang diberikan, sedangkan nilai suatu deviden saham dapat dihitung
dengan rumus harga wajar deviden saham dibagi dengan rasio deviden saham. Berdasarkan
periode satu tahun buku maka deviden dapat dibagi atas dua jenis yaitu; deviden interm dan
deviden final. Deviden interm merupakan deviden yang dibayarkan oleh perseroan antara
satu tahun buku dengan tahun buku berikutnya atau antara deviden final satu dengan deviden
final berikutnya. Di Indonesia pada umumnya deviden interm hanya dibayarkan satu kali
dalam setahun. Deviden final merupakan deviden hasil pertimbangan setelah penutupan buku
perseroan pada tahun sebelumnya yang dibayarkan pada tahun buku

berikutnya. Deviden final ini juga memperhitungkan dan mempertimbangkan hubungannya


dengan deviden interm yang telah dibayarkan untuk tahun buku tersebut.

Macam-macam Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen yang dilakukan perusahaan bentuknya bisa bermacam-macam. Menurut


Bambang Riyanto (2008:269) menyatakan bahwa ada macam-macam kebijakan dividen yang
dilakukan oleh perusahaan antara lain sebagai berikut:

1. Kebijakan dividen yang stabil

Banyak perusahaan yang menjalankan kebijakan dividen yang stabil, artinya jumlah dividen
perlembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu
meskipun pendapatan per lembar saham setiap tahunnya berfluktuasi.

2. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra
tertentu

Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham tiap tahunnya.
Dalam keadaan keuangan yang lebih baik perusahaan akan membayarkan dividen ekstra
diatas jumlah minimal tersebut.

3. Kebijakan dividen dengan penetapan dividen payout ratio yang konstan

Jenis kebijakan dividen yang ketiga adalah penetapan dividen payout ratio yang konstan.
Perusahaan yang menjalankan kebijakan ini menetapkan dividen payout ratio yang konstan
misalnya 50%. Ini berarti bahwa jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap
tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan netto yang diperoleh
setiap tahunnya.
4. Kebijakan dividen yang fleksibel

Kebijakan dividen yang terakhir adalah penetapan dividen payout ratio yang fleksibel, yang
besarnya setiap tahun disesuaikan dengan posisi financial dan kebijakan financial dari
perusahaan yang bersangkutan.

Stock Deviden

adalah dividen yang diberikan kepada para pemegang saham dalam bentuk saham-saham
yang dikeluarkan oleh perusahaan itu sendiri. Di Indonesia saham yang dibagikan sebagai
dividen tersebut disebut saham bonus. Dengan demikian para pemegang saham mempunyai
jumlah lembar saham yang lebih banyak setelah menerima Stock Dividen. Dividen saham
dapat berupa saham yang jenisnya sama maupun yang jenisnya berbeda.. Tujuan perusahaan
memberikan stock deviden adalah untuk menghemat kas karena adanya kesempatan investasi
yang lebih menguntungkan.

Stock Split

Merupakan kebijakan untuk meningkatkan jumlah lembar saham dengan cara pemecahan
jumlah lembar saham menjadi jumlah lembar yang lebih banyak dengan pegurangan nilai
nominal saham yang lebih kecil secara proporsional. Oleh karena itu dengan stock splits
harga saham menjadi lebih murah. Tujuan stock splits adalah untuk menempatkan harga
saham dalam trading range tertentu.

Trading Range Theory memberikan penjelasan bahwa stock split meningkatkan likuiditas
perdagangan saham. Menurut teori ini, manajemen menilai harga saham terlalu tinggi
sehingga kurang menarik diperdagangkan. Manajemen berupaya untuk menata  kembali
harga saham pada rentang harga tertentu yang lebih rendah dibandingkan sebelumnya. Hal ini
diharapkan semakin banyak partisipan pasar yang akan terlibat dalam perdagangan. Dengan
adanya stock split, harga saham akan turun sehingga akan banyak investor yang mampu
bertransaksi. Trading Range Theory atau Liquidity Hypotheses menyatakan bahwa
manajemen melakukan stock split didorong oleh perilaku praktisi pasar yang konsisten
dengan anggapan bahwa dengan melakukan stock split dapat menjaga harga saham tidak
terlalu mahal. Di mana selanjutnya nilai nominal saham dipecah karena ada batas harga yang
optimal untuk saham. Tujuan dari pemecahan nilai nominal saham adalah untuk
meningkatkan daya beli investor sehingga akan tetap banyak pelaku pasar modal yang mau
memperjualbelikan saham yang bersangkutan. Kondisi ini pada akhirnya akan meningkatkan
likuiditas saham. Likuidity hypothesis, yaitu dengan pemecahan saham maka harga saham
akan lebih rendah, sehingga lebih banyak investor individual terdorong untuk membeli saham
dan diharapkan likuiditas saham tersebut meningkat.

Signaling Theory menyatakan bahwa perusahaan yang melaksanakan kebijakan stock split
adalah perusahaan yang mempunyai kinerja keuangan cukup baik. Pengumuman stock split
juga mmerupakan sinyal bahwa earing dan cash deviden akan meningkat. Peningkatan
earing dan cash deviden merupakan gambaran prospek perusahaan yang baik. Stock split
memerlukan biaya yang tidak sedikit, sehingga perusahaan yang memiliki kinerja yang baik
saja, yang dapat melakukan stock split.

Repurchasing of stock
Sebagai alternatif terhadap pemberian dividen berupa uang tunai ( cash dividen ) , perusahaan
dapat mendistribusikan pendapatan kepada pemegang saham dengan cara membeli kembali
saham perusahaan ( repuchasing stock ).

Keuntungan stock repurchase bagi pemegang saham :

1. Stock repuchase sering di pandang sebagai tanda positif bagi investor karena pada
umumnya stock repuchase dilakukan jika perusahaan merasa bahwa saham “
undervalued “.
2. Stock repuchase mengurangi jumlah saham yang beredar dipasar. Setelah stock
repuchase ada kemungkinan harga saham naik.

Kerugian bagi pemegang saham :

1. Perusahaan membeli kembali saham dengan harga yang terlalu tinggi sehingga
merugikan pemegang saham yang tidak menjual kembali sahamnya.
2. Keuntungan stock repuchase dalam bentuk capital gains, padahal sebagian investor
menyukai dividen.

Keuntungan bagi perusahaan :

1. Menghindari kenaikan dividen. Jika dividen naik terlalu tinggi dikhawatirkan di masa
mendatang perusahaan terpaksa membagi dividen yang lebih kecil ( pada masa sulit
atau banyak kebutuhan dana investasi ) yang dapat memberi petanda negatif. Stoc
repuchase merupakan alternatif yang baik untuk mendistribusikan penhasilan yang
diatas normal ( extraordinary earnings ) kepada pemegang saham.
2. Dapat digunakan sebagai strategi untuk mengacau usaha pengambil – alihan
perusahaan ( yang biasanya dilakukan dengan cara membeli saham sebanyak –b
anyaknya hingga mencapai jumlah saham mayoritas ) Stock repuchase dapat
menggalkan usaha ini.
3. Mengubah struktur modal perusahaan. Misalnya, perusahaan ingin meningkatkan
rasio hutang dengan cara menggunakan hutang baru untuk membeli kembali saham
yang beredar.
4. Saham yang ditarik kembali dapat dijual kembali ke pasar jika perusahaan
membutuhkan tambahan dana.

Kerugian bagi perusahaan adalah :

1. Dapat merusak image perusahaan karena sebagian investor merasa bahwa stock
repuchase merupakan indikator bahwa manajemen perusahaan tidak mempunyai
proyek – proyek baru yang baik. Namun demikian, jika perusahaan benar – benar
tidak memiliki kesempatan investasi yug baik, ia memang sebaiknya mendistribusikan
dana kembali kepada pemegang saham. Tidak banyak bukti empiris yang mendukung
alasan ini.
2. Setelah stock repuchase, pasar mungkin merasa bahwa risiko perusahaan meningkat
sehingga dapat menurunkan harga saham.

Jika harus memilih antara stock repuchase dan pembayaran dividen tunai, pada pasar yang
sempurna ( dimana tidak ada pajak , biaya komisi untuk jual – beli saham dan efek sinyal dari
pemberian dividen ), investor akan indifferent terhadap ke 2 pilihan. Pada pasar yang tidak
sempurna, investor mungkin akan memiliki preferensi terhadap salah satu dari ke 2 alternatif
tersebut.

Ada 3 metode yang dapat digunakan untuk membeli kembali saham :

1. Saham dapat dibeli pada pasar terbuka ( open market )


2. Perusahaan membuat penawaran formal untuk membeli saham perusahaan dalam
jumlah tertentu dan harga tertentu ( pendekatan tender offer )
3. Perusahaan membeli sejumlah sahamnya kembali dari satu atau beberapa pemegang
saham besar ( pendekatan negotiated basis )

Teori Kebijakan Deviden

Terdapat beberapa pendapat dan teori yang mengemukakan tentang deviden diantaranya
yaitu:

1. Dividend Irrelevance Theory (ketidakrelevanan deviden)

Teori yang menyatakan bahwa kebijakan deviden perusahaan tidak mempunyai pengaruh
terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. MM menyimpulkan bahwa nilai
perusahaan saat ini tidak dipengaruhi oleh kebijakan deviden. Keuntungan yang diperoleh
atas kenaikan harga saham akibat pembayaran deviden akan diimbangi dengan penurunan
harga saham karena adanya penjualan saham baru. Oleh karenanya pemegang saham dapat
menerima kas dari perusahaan saat ini dalam bentuk pembayaran deviden atau menerimanya
dalam bentuk capital gain. Kemakmuran   pemegang saham sekali lagi tidak dipengaruhi
oleh kebijakan deviden saat ini maupun dimasa datang.

2. The Bird in The Hand Theory

Gordon dan Lintner berpendapat bahwa investor lebih merasa aman untuk memperoleh
pendapatan berupa pembayaran deviden daripada menunggu capital gain. Sementara itu MM
berpendapat dan telah dibuktikan secara matematis bahwa investor merasa sama saja apakah
menerima deviden saat ini atau menerima capital gain dimasa datang. Gordon dan Lintner
beranggapan bahwa para investor memandang satu burung ditangan lebih berharga daripada
seribu burung di udara. Sementara itu MM berpendapat bahwa tidak semua investor
berkeinginan untuk menginvestasikan kembali deviden mereka diperusahaan yang sama atau
sejenis dengan memiliki resiko yang sama, oleh sebab itu tingkat resiko pendapatan mereka
dimasa datang bukannya ditentukan oleh kebijakan deviden, tetapi ditentukan oleh tingkat
resiko investasi baru.

      3.Tax Preference Theory

Investor menghendaki perusahaan untuk menahan laba setelah pajak dan dipergunakan untuk
pembiayaan investasi daripada deviden dalam bentuk kas. Oleh karenanya perusahaan
sebaiknya menentukan dividend payout ratio yang rendah atau bahkan   membagikan
deviden. Karena deviden cenderung dikenakan pajak yang lebih tinggi daripada capital gain,
maka investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk saham dengan
dividendyield yang tinggi.

4. Devidend Relevance Theory (Relevan deviden)


Deviden adalah relevan untuk kondisi yang tidak pasti, investor dapat dipengaruhi oleh
kebijakan deviden.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

Menurut Bambang Riyanto (2008:267), faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen


suatu perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Posisi Likuiditas Perusahaan

Posisi kas atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor yang penting yang harus
dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yang
akan dibayarkan kepada para pemegang saham.

2. Kebutuhan Dana untuk Membayar Hutang

Apabila perusahaan menetapkan bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan dari laba
ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk
keperluan tersebut, yang ini berarti bahwa hanya sebagian kecil saja dari pendapatan atau
earning yang dapat dibayarkan sebagai dividen. Dengan kata lain perusahaan harus
menetapkan dividen payout ratio yang rendah.

3. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan

Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar kebutuhan akan dana untuk
membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut. Makin besar kebutuhan dana untuk waktu
mendatang untuk membiayai pertumbuhannya, perusahaan tersebut biasanya lebih senang
untuk menahan earningnya daripada dibayarkan sebagai dividen kepada para pemegang
saham dengan mengingat batasan-batasan biayanya.

4. Pengawasan terhadap Perusahaan

Pada pembelanjaan intern dalam rangka usaha mempertahankan “control” terhadap


perusahaan, berati mengurangi “dividen payout ratio”nya.

Berikut berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden (Sartono,


2001) :

1. Kebutuhan dana perusahaan

Kebutuhan dana bagi perusahaan dalam kenyataanya merupakan factor yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan deviden yang akan diambil. Aliran kas
perusahaan yang diharapkan, pengeluaran modal dimasa datang yang diharapkan, kebutuhan
tambahan piutang dan persediaan, pola (skedul) pengurangan utang dan masih banyak faktor
lain yang mempengaruhi posisi kas perusahaan harus dipertimbangkan dalam analisis
kebijakan deviden.

2. Likuiditas
Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak kebijakan deviden.
Karena deviden bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan
likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk
membayar deviden.

3. Kemampuan meminjam

Kemampuan meminjam dalam jangka pendek tersebut akan meningkatkan fleksibilitas


likuiditas perusahaan. Selain itu fleksibilitas perusahaan juga dipengaruhi oleh kemampuan
perusahaan untuk bergerak di pasar modal dengan mengeluarkan obligasi. Perusahaan yang
semakin besar dan establish akan memiliki akses yang lebih baik di pasar modal.
Kemampuan meminjam yang lebih besar, fleksibilitas yang lebih besar akan memperbesar
kemampuan membayar deviden.

4. Keadaan pemegang saham

Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup, manajemen biasanya mengetahui
deviden yang diharapkan oleh pemegang saham dan dapat bertindak dengan tepat. Jika
hampir semua pemegang saham berada dalam golongan high tax (pajak yang lebih tinggi)
dan lebih suka memperoleh capital gains, maka perusahaan dapat mempertahankan dividend
payout yang rendah. Dengan dividend payout yang rendah tentunya dapat diperkirakan
apakah perusahaan akan menahan laba untuk kesempatan investasi yang profitable. Untuk
perusahaan yang jumlah pemegang sahamnya besar hanya dapat menilai deviden yang
diharapkan pemegang saham dalam konteks pasar.

5. Stabilitas deviden

Bagi para investor faktor stabilitas deviden akan lebih menarik daripada dividend payout
ratio yang tinggi. Stabilitas disini dalam arti tetap memperhatikan tingkat pertumbuhan
perusahaan, yang ditunjukkan oleh koefisien arah yang positif. Bagi investor pembayaran
dividen yang stabil merupakan indikator prospek perusahaan yang stabil pula dengan
demikian resiko perusahaan juga relatif lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan
dengan perusahaan yang membayar deviden tidak stabil.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kebijakan deviden merupakan bagian yang tidak dapat dipisahan dengan keputusan
pendanaan perusahaan. Secara definisi, kebijakan deviden adalah keputusan apakah laba yang
diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk
deviden atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi dimasa yang
akan datang. Faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden yaitu posisi likuiditas
perusahaan, kebutuhan dana untuk membayar hutang, tingkat pertumbuhan perusahaan,
pengawasan terhadap perusahaan, kemampuan meminjam, tingkat keuntungan, stabilitas
return, dan akses kepasar modal. Pendapat tentang kebijakan deviden yaitu pendapat tentang
ketidakrelevanan deviden (irrelevant theory) dan Pendapat tentang relevansi deviden
(relevant theory). Macam-macam kebijakan deviden yaitu kebijakan deviden yang stabil,
kebijakan deviden dengan penetapan jumlah deviden minimal ditambah jumlah ekstra
tertentu, kebijakan deviden dengan penetapan deviden payout ratio yang konstan, dan
kebijakan deviden yang stabil.

Dalam keputusan pembagian deviden perlu dipertimbangkan kelangsungan hidup dan


pertumbuhan perusahaan. Dengan demikian laba tidak seluruhnya dibagikan ke dalam bentuk
deviden namun perlu disisihkan untuk diinvestasikan kembali. Berkaitan dengan kebijakan

deviden tersebut terlihat bahwa terdapat beberapa pihak yang saling berbeda kepentingan,
yaitu antara kepentingan pemegang saham, pemegang obligasi, dan pihak perusahaan itu
sendiri. Besar kecilnya deviden yang akan dibayarkan oleh perusahaan tergantung pada
kebijakan deviden dari masing-masing perusahaan, sehingga pertimbangan manajen sangat
diperlukan

DAFTAR PUSTAKA

Atika Jauhari Hatta. 2002. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Deviden.

Anonim. 2010. Modul Manajemen Keuangan. Depok.

Latiefasari Hani Diana. 2011. Anallisis yang mempengaruhi factor-faktor Kebijakan


Deviden. Skripsi Sarjana. Semarang. Fakultas Ekonomi Uni

Anda mungkin juga menyukai