Tugas 1 Etika Profesi Dan Bisnis
Tugas 1 Etika Profesi Dan Bisnis
Mengabaikan teori:
1. Egoisme Psikologis.
Merupakan suatu teori yang menjelaskan, bahwa Tindakan manusia dimotivasi oleh
kepentingan berkutat diri (selfish). Haji Bambang dan Nyoman Bagiana Karang
merupakan deretan orang yang pantas di cap sebagai pahlawan yang sesungguhnya,
karena di tengah situasi yang sedang genting yang membuat timbulnya rasa takut,
kebingungan, sedih, dan juga berduka, mereka tampil sebagai orang-orang yang tidak
memperjuangkan kepentingan berkutat diri yang sebenarnya bisa saja mereka lakukan
di tengah situasi yang seperti itu. Tetapi, karena motivasi dari Tindakan yang mereka
lakukan itu untuk kepentingan orang banyak, mereka dengan begitu luar biasanya
menolong setiap orang yang dapat ditolong.
2. Egoisme Etis.
Merupakan suatu teori yang menjelaskan, bahwa Tindakan manusia dilandasi oleh
kepentingan diri (self interest). Teori self interest ini juga diabaikan oleh Haji Bambang
dan Nyoman Bagiana Karang, mengingat perjuangan mereka dengan mengakut mayat-
mayat yang bertebaran, dan juga menyelamatkan yang bisa mereka selamatkan.
Padahal, Haji Bambang dan juga Nyoman Bagiana Karang bisa saja bersikap “asal saya
selamat”, dan tidak ada yang dapat menyalahkan mereka untuk bersikap egois di tengah
situasi dan kondisi yang seperti itu. Tetapi, Haji Bambang dan Nyoman Bagiana Karang
memilih untuk mengesampingkan kepentingan diri mereka dengan menolong setiap
orang yang dapat mereka tolong.
Memperjuangkan teori:
1. Hak.
Merupakan sebuah teori yang menyatakan, bahwa Tindakan atau perbuatan sesorang
dianggap baik, bila perbuatan atau Tindakan tersebut sesuai dengan Hak Asasi Manusia
(HAM). Menurut UU No.39 tahun 1999 tentang HAM, terdapat 9 macam-macam hak,
dan yang paling kita patut perhatikan adalah “hak untuk hidup” yang tertuang di dalam
poin pertama. Di dalam Teori Hak, terdapat pernyataan yang cukup mencengangkan
yang menyatakan, bahwa “hak seseorang menjadi kewajiban bagi orang lain.” Para
korban yang terkena bom, terutama bagi mereka yang waktu itu masih hidup memiliki
hak untuk hidup, dan Haji Bambang dan Nyoman Bagiana Karang telah menjalankan
kewajibannya bagi orang lain untuk memperjuangkan hak untuk hidup bagi para korban
tersebut dengan baik.
2. Teonom.
Merupakan teori yang menyatakan, bahwa karakter moral ditentukan secara hakiki oleh
hubungannya dengan kehendak Tuhan. Dapat saya pastikan, bahwa Haji Bambang dan
Nyoman Bagiana Karang merupakan orang yang hebat sekaligus juga orang yang relijius.
Agama mengajarkan etika yang diperlukan untuk mengatur perilaku hidup manusia di
dunia, juga sebagai salah satu syarat mutlak untuk mencapai tujuan tertinggi umat
manusia, yaitu untuk memiliki hidup di dalam surga. Mereka mengesampingkan bahaya
yang mungkin saja juga ikut menimpa mereka, sebab mungkin mereka berpikir, bahwa
jika mereka harus mengakhiri kehidupan mereka dengan cara menyelamatkan orang lain
yang sedang membutuhkan pertolongan, itu artinya mereka telah mengakhiri hidup
mereka dengan mati syahid (ajaran Islam), dan juga telah mengakhiri pertandingan
mereka dengan baik (2 Timotius 4:7).
1. Cara berpikir.
Haji Bambang dan Nyoman memiliki cara berpikir yang sederhana di dalam menghadapi
serangan teroris ini, yaitu bagaimana cara mereka untuk dapat menolong dan
menyelamatkan sebanyak mungkin orang. Tidak ada kepentingan-kepentingan pribadi
yang tersimpan pada diri mereka, bahkan di cerita juga tertera, bahwa perbuatan mulia
mereka ini tidak muncul di dalam pemberitaan di media massa, meskipun mereka pada
akhirnya menerima begitu banyak sekali penghargaan yang memang sudah pantas dan
selayaknya mereka terima.
Berbeda dengan pemerintah AS yang negaranya menganut paham liberal yang tidak
mewajibkan setiap masyarakatnya memiliki agama, maka tidaklah heran begitu banyak
Gerakan dari orang-orang yang mengaku dirinya sebagai free thinker (atheis) yang
berasal dari AS. Sehingga, jangankan untuk mengasihi sesama manusia yang di dalam hal
ini adalah musuh, mereka saja belum tentu mengasihi Tuhan, dan bahkan tidak sedikit
dari antara mereka yang meragukan tentang keberadaan Tuhan. Tetapi, saya mengerti
bahwa tulisan ini hanya saya tunjukkan kepada setiap mereka yang selalu menuntut
adanya pertanggung jawaban dari sebuah peristiwa yang terjadi 19 tahun lalu, yang
bahkan otak dari serangan ini, yaitu Osama bin Laden telah tewas di tahun 2011. Dan
saya juga tentu mengerti, bahwa tidak semua warga AS yang bertindak seperti itu,
karena tidak sedikit terjadi kegerakan-kegerakan rohani yang terjadi sekarang yang
menggambarkan kedekatan mereka terhadap Tuhan yang berasal dari AS.
c. Dalam menghadapi kasus teroris yang hampir sama, suasana batin masyarakat Kuta tetap
tenang dan damai; berbeda dengan suasana batin pemerintah dan sebagian masyarakat
Amerika Serikat yang penuh dendam, kebencian, dan ketakutan. Mengapa bisa demikian?
Jelaskan menurut teori yang telah anda pelajari!
1. Bagi masyarakat Bali, terutama Kuta.
Mereka tetap dapat tenang dan damai, karena mereka paham dan mengerti tentang
teori Teonom yang menekankan pada prinsip-prinsip Ketuhanan. Mereka mengerti tugas
mereka adalah membantu dan menyelamatkan sebanyak mungkin korban, dan mereka
juga mengerti bahwa pembalasan itu adalah haknya Tuhan. Tugas mereka adalah tetap
mengasihi sesama mereka manusia, sebagai wujud dari Tindakan mereka yang
mengasihi Tuhan.
Mereka juga dapat tenang dan damai, karena mereka mengesampingkan teori Egoisme
Psikologis dan Egoisme Etis. Mereka dapat begitu tenang dan juga begitu damai, karena
mereka tahu bahwa orang-orang Bali, khususnya Kuta, merupakan orang-orang yang
mementingkan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi. Sikap selfish dan self
interest yang dikesampingkan oleh masyarakat Kuta itu yang berhasil membuat
masyarakat di sekitar mereka merasa tenang dan damai.
2. Keseimbangan modal materi (PQ,IQ), modal sosial (EQ), dan modal spiritual (SQ).
Sahrudin juga dapat dikatakan memiliki keseimbangan akan modal materi, modal sosial,
dan juga modal spiritual. Sahrudin memiliki modal materi yang saya tekankan dalam hal
ini adalah kecerdasan yang ia miliki (IQ), karena ia bahkan sudah mampu memprediksi,
bahwa kegiatan penambangan timah yang sudah menjadi pekerjaan utama masyarakat
Bangka Belitung karena penghasilannya yang besar, tidak akan bertahan lama (dalam hal
ini di Desa Perlang, Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah) karena akibat yang
ditimbulkan dari kegiatan penambangan timah tersebut adalah kerusakan alam. Dan
dengan kecerdasan intelektual yang ia miliki, ia mampu melihat peluang dari situasi yang
tengah terjepit dengan memanfaatkan lubang-lubang hasil penggalian tambang timah,
menjadi sebuah jalan perekonomian bukan hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi
masyarakat sekitar. Sahrudin juga memiliki modal sosial (EQ) yang ditunjukkan ketika ia
menjalani bisnis peternakan sapi, di mana limbah yang dihasilkan dari peternakan sapi
itu diolah kembali sebagai wujud kepeduliannya terhadap sosial masyarakat dan juga
lingkungan. Sahrudin juga memiliki modal spiritual yang mengajarkan kepada setiap kita,
bahwa setiap makhluk yang diciptakan oleh Tuhan pada dasarnya haruslah tetap
bekerja. Sahrudin dapat melihat jalan yang orang lain tidak lihat, karena ia mengerti
kalau tidak ada alasan bagi seseorang untuk tidak bekerja. Bahkan, di dalam Alkitab
perintah pertama Allah kepada manusia adalah untuk bekerja memenuhi bumi (Kejadian
1:28), orang yang tidak bekerja janganlah orang itu makan (2 Tesalonika 3:10), dan
mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, yaitu dengan cara
bekerja (Roma 12:1).
4. Keseimbangan antara hak (individu) dengan kewajiban kepada masyarakat dan Tuhan.
Sahrudin dapat dinilai paham betul pada pedoman-pedoman tentang hak, seperti hak
untuk hidup, hak untuk memperoleh keadilan, hak atas rasa aman, hak atas
kesejahteraan, dan juga hak untuk turut serta dalam pemerintahan, yang kesemuanya
itu dilakukan olehnya melalui usaha yang ia kerjakan. Sahrudin juga paham betul, bahwa
pedoman-pedoman di dalam hak tersebut bukan hanya untuk dirinya seorang, tetapi
juga sudah menjadi hak bagi orang yang ada di sekitarnya, dan Sahrudin menganggap itu
adalah sebagai sebuah kewajiban bagi dirinya untuk memenuhi hak-hak mereka.
Sahrudin juga dinilai paham betul mengenai kewajibannya kepada Tuhan untuk dapat
tetap hidup dengan menjadi orang yang bukan hanya hidup untuk kepentingannya
sendiri, tetapi juga mampu hidup untuk kepentingan orang lain.
b. Bagaimana anda menjelaskan Tindakan Sahrudin berdasarkan teori-teori etika yang telah
anda pelajari?
Tindakan yang telah dilakukan oleh Sahrudin menggambarkan kepada setiap kita untuk
dapat hidup dengan mengabaikan segala macam sikap ke-egoisan yang tertuang ke dalam
teori Egoisme. Orang yang hidup hanya dengan memikirkan dan berkutat kepada
kepentingan pribadi (selfish), dan selalu ingin menonjolkan kemampuan individunya (self
interest) merupakan orang yang menurut pendapat saya secara pribadi adalah orang yang
tidak perlu ditemani. Melalui Tindakan Sahrudin kita belajar, bahwa hidup bukan hanya
mengenai saya, saya, dan saya, tetapi juga mengenai kita. Bahkan, di kalimat akhir cerita
ada sebuah pernyataan yang memikat hati saya yang diucapkan oleh Sahrudin, yaitu
“memberi contoh adalah cara terbaik untuk menggerakkan masyarakat.”
Tindakan yang telah dilakukan oleh Sahrudin juga menggambarkan kepada setiap kita untuk
dapat memperjuangkan hak setiap orang sesuai dengan HAM yang tertuang ke dalam teori
Hak. Sahrudin disebut tidak mengerti mengenai hak seseorang, jika ia memutuskan untuk
berdiam diri waktu itu dan hanya menunggu serta mengandalkan bantuan dari pemerintah
setempat. Tetapi, karena Sahrudin paham dan mengerti mengenai hak yang tertuang ke
dalam UU No.39 Tahun 1999, maka ia mengerjakan apa yang dipandangnya baik dengan
tujuan untuk memperjuangkan hak individunya dan juga hak orang-orang di sekitarnya.
Tindakan dari Sahrudin juga mengajarkan kepada setiap kita mengenai definisi dari hakikat
manusia secara utuh yang tertuang ke dalam teori Teonom. Sahrudin sadar dan mengerti,
bahwa tujuan hidup dirinya bukan hanya mengenai kebahagiaan yang bersifat duniawi,
tetapi juga kebahagiaan yang bersifat rohani. Jika tujuan hidupnya hanya ia sandarkan
kepada kebahagiaan yang bersifat duniawi, tidaklah mungkin bagi Sahrudin untuk
memprediksi, bahwa kegiatan penambangan timah ini merupakan sebuah kegiatan instan
karena mengakibatkan kerusakan alam, meski keuntungannya yang besar. Namun, karena
Sahrudin juga menyandarkan kebahagiaannya kepada hal-hal yang bersifat rohani, sehingga
ia mampu memaksimalkan setiap potensi yang ada di dalam dirinya, dan juga sekaligus
mampu untuk minimal tidak memperparah keadaan dan situasi alam yang sudah Tuhan
percayakan bagi kita untuk dilestarikan, menjadi lebih buruk lagi.
c. Bagaimana anda menjelaskan Tindakan PT. Koba Tin, serta dinas-dinas terkait Provinsi
Babel dalam kaitannya dengan usaha kelompok Sahrudin di atas?
Tindakan yang dilakukan PT. Koba Tin dan juga dinas-dinas terkait provinsi BaBel dapat saya
katakan sangatlah bijak dan arif.
Bagi PT. Koba Tin yang mau menerima proposal dan bekerja sama dengan Tani Mutiara di
bawah komando Sahrudin untuk membuat usaha peternakan ikan, dapat saya katakan
sebagai wujud tanggung jawab mereka sebagai PT terhadap alam tempat di mana mereka
beroperasi, karena tanah-tanah yang berlubang di desa Perlang tersebut sebagai akibat dari
hasil eksploitasi yang mereka lakukan. Meski mereka merupakan sebuah PT yang berasal
dari negara Malaysia, mereka sadar dan mengerti akan tanggung jawab mereka untuk dapat
melestarikan alam yang hasilnya sudah mereka dapat nikmati terdahulu, yaitu dengan
membantu Tani Mutiara membuat peternakan ikan di tempat di mana tanah-tanah itu dulu
mereka gali. Dan, PT. Koba Tin juga memperoleh keuntungan lainnya melalui Tindakan
tanggung jawabnya tersebut, yaitu mereka mendapat pelunasan utang yang dilakukan oleh
Tani Mutiara terhadap mereka.
Bagi dinas-dinas terkait provinsi BaBel keputusan mereka untuk membantu Sahrudin di
peternakan ikan dan juga peternakan sapi merupakan sebuah keputusan yang tepat.
Mereka juga patut bersyukur memiliki Sahrudin sebagai warga mereka, karena Sahrudin
mampu membuka peluang-peluang baru yang dapat menjalankan roda perekonomian di
BaBel, tanpa harus menunggu bantuan dari pemerintah setempat itu sendiri.