Tugas Resume Kuliah Online Akademi Desa 4.0 Tentang
“PEMANFAATAN DANA DESA UNTUK PENANGANAN DAN PENCEGAHAN COVID-19” Dr. Ir. Conrad Hendarto, M.Sc. mengatakan bahwa menteri desa telah mendapat perintah langsung dari presiden bahwa dana desa harus benar-benar dimanfaatkan untuk mengatasi dan menekan penyebaran covid-19. Sehingga kemudian menteri desa mengeluarkan surat edaran yakni surat edaran No.4 tahun 2020 tentang pembinaan dan pengendalian dana desa tahun anggaran 2020 dan surat edaran No.8 tahun 2020 tentang desa tanggap covid-19 dan penegasan padat karya tunai desa. Dimana isi surat edaran ini telah sangat jelas dan telah disosialisasikan oleh menteri. Dana desa dapat di refocusing dan di revisi dengan koordinasi dari kepala desa, mitra dan pihak kabupaten untuk digunakan semaksimal mungkin sebagai padat karya tunai. Karena perekonomian masyarakat pedesaan tidak boleh terhenti dan masyarakat memerlukan pendapatan untuk biaya hidupnya. Padat karya tunai ini diperuntukkan bagi warga miskin, para penganggur, setengah penganggur dan masyarakat marjinal lainnya yang sangat rentan dengan kondisi ekonomi saat ini. Hal itu disebabkan karena mereka tidak bisa bekerja dan makan sehingga mereka akan terbantu dengan adanya padat karya tunai ini. Kemudian, di kota-kota besar yang menjadi pusat industri dilakukan PHK besar- besaran, sehingga para pekerja terpaksa pulang kerumah masing-masing karena jika mereka menetap di kota biaya yang dikeluarkan akan banyak dan mereka tidak bisa memenuhi biaya hidup mereka, sehingga memilih untuk pulang ke desa. Mereka ini termasuk penganggur yang berhak mendapatkan bantuan padat karya tunai. Akan tetapi, mereka dikhawatirkan akan membawa virus covid-19 ini ketika pulang ke desa sehingga perlu adanya antisipasi pada desa-desa agar mereka yang baru datang dari kota dilakukan tindakan khusus untuk mencegah penyebaran covid-19. Menteri desa juga memerintahkan pada kepala desa untuk mengelola dana desa yang digunakan untuk membentuk relawan covid-19 dengan kepala desa sebagai ketua, BPD sebagai wakil dan dengan mitra-mitranya yang bertugas melakukan sosialisasi serta edukasi pada masyarakat. Edukasi pada masyarakat dilakukan tanpa harus bertatap muka seperti dengan berkeliling desa dengan menggunakan speaker atau pengeras suara. Kemudian mereka harus memiliki protokol kesehatan dan semuanya harus terlibat dalam menangani hal ini. Terutama pada masyarakat yang keluar dan masuk desa dan juga pada orang yang baru mudik. Contoh ketika ada orang yang datang ke desa maka harus dilakukan pengecekan suhu badan apabila dirasa tinggi maka harus masuk pada ruang isolasi. Ruang isolasi dapat dibuat dari dana desa atau memanfaatkan tempat-tempat seperti balai desa atau sekolah-sekolah yang saat ini kosong karena diliburkan. Dengan menyediakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan tentunya. Kemudian penyemprotan disinfektan harus benar-benar tepat terutama pada kursi dan meja di tempat pelayanan publik. Kemudian relawan desa juga harus melakukan pendataan orang yang masuk ke desa, orang yang tedampak covid dan pasien covid. Mencatat tamu masuk baik dari dalam desa maupun luar desa dan mencatat orang yang keluar, jika dirasa penting bisa diperbolehkan akan tetapi harus mengetahui kondisi dari tempat tujuannya, apabila masuk pada zona merah maka dilakukan sosialisasi apa saja hal yang dibutuhkan saat akan pergi dan bagaimana cara agar tidak terdampak covid. Mereka yang baru dari kota harus dipastikan riwayat demamnya. Harus ada jarak ketika masyarakat desa bekerja minimal 1-2 meter. Dan harus dipastikan bahwa yang bekerja harus benar benar sehat. Desa dapat membeli alat disinfektan yang kemudian disemprotkan pada tempat- tempat dan benda-benda yang penting terutama pada tempat isolasi. Selain itu juga menyediakan alat kesehatan untuk deteksi dini, perlindungan, serta untuk mencegah perluasan dampak covid. Kemudian relawan juga memberikan informasi penting tentang rumah sakit rujukan untuk masyarakat yang terdampak covid dan mereka harus memastikan tidak ada kegiatan yang terdapat perkumpulan massa karena itu dapat memicu menularnya covid-19. Kemudian perlu adanya perubahan APBDes dengan recofusing dan revisi. Kepala desa dan ketua BPD mencermati apa saja yang perlu direvisi, contoh apabila mereka masuk pada zona merah maka mereka harus membeli alat-alat yang dibutuhkan akan tetapi ekonomi harus tetap berjalan. Mereka yang berproduksi bahan makanan atau bahan pokok harus tetap berproduksi karena masyarakat tetap membutuhkan bahan makanan. Kemudian memasarkannya dengan market place untuk menghindari penularan covid. Sekarang ini terdapat Asosiasi Pengusaha Desa Indonesia dengan program DESICO (desa siaga covid) yang membantu mengadakan alat pengaman kesehatan untuk desa ,kemudian mempunyai jaringan distribusi sembako dan berperan menstabilkan harga sembako, mereka membantu pemerintah agar tetap survive yang mengupayakan ekonomi agara tetap berjalan akan tetapi kesehatan juga terjaga. Dengan menerapkan pola hidup sehat dan bersih. Harapan kementrian desa yakni desa surga dimana masyarakat sehat dan sejahtera, tidak terpapar covid dan yang terdampak covid dapat segera sembuh. Kemudian BUMDES dapat memproduksi alat kesehatan sendiri dan dijual dengan subsidi dari dana desa sehingga perekonomian desa tidak berhenti dan dapat menambah pemasukan desa. Kemudian dr. Syahrizal syarif, MPH, PhD. juga menjelaskan bahwa penting sekali kepala desa untuk menjaga warganya agar tidak ada satupun yang tertular covid-19 ini. Aparat desa harus memberikan sosialisasi pada masyarakat apabila keluar rumah harus memakai masker, mencuci tangan dan membawa handsanitizer. Ketika mengantri harus berjarak minimal 1 meter dan saat sampai dirumah harus mencuci tangan, mandi dan mengganti baju untuk mencegah tertular covid. Kemudian untuk orang yang baru dari luar daerah, kepala desa harus mewajibkan mereka untuk isolasi selama 14 hari dan harus melapor. Kemudian melakukan pengecekan kondisi suhu tubuh dan melaporkan pada aparat desa apabila dirasa demam, karena dari 90% orang yang tertular covid berawal dari demam. Setiap desa harus memiliki relawan dan kader kesehatan yang telah terlatih dari berbagai bidang. Karena covid-19 ini merupakan virus baru yang sangat cepat menular apalagi ketika ada yang tidak terdeteksi satu maka akan sangat cepat bertambah setiap harinya. Selain itu tugas aparat adalah menjaga keluar masuknya desa dan memantau suhu tubuh masyarakat yang merupakan gejala awal adanya covid. Relawan desa dapat melakukan pengecekan suhu tubuh secara berkala pada masing-masing rumah untuk mengetahui siapa saja yang dicurigai terkena covid. Ketika ada warga yang sakit batuk pilek maka orang tersebut harus melakukan isolasi mandiri dan menjaga jarak dari keluarganya. Kemudian tidak membiarkan orang lain menjenguknya. Kemudian ketika mulai merasa sesak maka orang tersebut masuk sebagai pasien dalam pengawasan dan harus diperiksa di laboratorium. Sebenarnya dari 100 orang yang sakit 84 orang sakit biasa dan 16 orang yang membutuhkan perawatan serius. Dari 16 orang tersebut 2-3 orang yang akan meinggal. Orang-orang ini biasanya adalah orang yang berumur diatas 70 dan telah memiliki riwayat penyakit kronis sehingga beresiko besar. Biasanya untuk anak-anak muda adalah sakit biasa. Beliau juga mengatakan aparat desa harus memantau siapa saja orang yang sudah berumur diatas 70 agar tidak diperbolehkan untuk pergi kemanapun karena mereka sangat rentan. Kemudian mereka harus menjaga agar warga desa tidak sakit apabila ada yang sakit maka aparat desa bertugas mendampingi orang tersebut untuk diantar kerumah sakit rujukan dengan menggunakan APD yang harus ada pada setiap desa. Kemudian juga menggunakan ambulance dan tim kesehatan. Kemudian sangat penting untuk aparat desa melakukan pengertian pada masyarakat bahwa mereka yang meninggal karena covid harus ditangani oleh petugas yang terlatih dan mereka dapat disolatkan namun dengan jarak minimal 1 meter atau 2 meter dan tidak berkerumun. Sehingga ketika mereka telah memiliki pengertian tentang maka tidak akan terjadi keributan tentang masalah kematian pasien covid-19. Keberhasilan pada tingkat desa sangat menentukan berhentinya penyebaran rantai covid-19 di Indonesia sehingga diperlukan usaha yang sangat keras bagi aparat desa dan juga masyarakat agar bergotong royong untuk mencegah adanya covid-19 masuk di desa masing- masing. Kemudian I Wayan Supariana (KPMD Desa Sibetan) mengatakan bahwa di desa mereka telah mengupayakan banyak hal bersama dengan relawan-relawan dilingkungannya untuk menangani adanya covid-19 ini. Dengan jumlah penduduk 11.436 jiwa dengan luas 10.400 rb ha. disana terdapat banyak banjar dinas atau RT RW. Langkah-langkah yang mereka lakukan antara lain mengedukasi masyarakat tentang hal-hal terkait covid-19 sebelum nyepi dan kemudian membagikan masker khususnya pada lansia, melakukan edukasi melalui media online seperti Whatsapp grup pada tiap banjar untuk kemudian disalurkan pada masyarakat, melakukan lockdown setelah hari raya nyepi, membuat handsanitizer dan disinfektan mandiri kemudian membagikan pada beberapa masyarakat dan mengajarkan pada masyarakat agaa hidup bersih dan sehat. Akan tetapi sedikit sulit untuk menyalurkan padat karya tunai karena sulitnya dengan menjaga jarak saat membagikannya karena masyarakat selalu bergerombol saat pembagian kemudian dan terbatasnya komunikasi antar aparat desa. Menurut Balai Denpasar edaran surat No.8 tentang desa tanggap covid dan penegasan program padat karya tunai telah disalurkan pada seluruh kepala desa. Dana desa digunakan untuk penanganan bencana covid-19. Desa sendiri telah memiliki dana desa dan alokasi dana desa. Alokasi dana desa dapat dipergunakan untuk relawan karena mereka juga telah bekerja keras. Saat ini kita harus berikhtiar, berdoa dan menerapkan pola hidup sehat agar virus ini segera hilang.