Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM PRODUKSI TERNAK UNGGAS

POULTRY GRADING

Disusun Oleh :
Kelompok 8
Kelas E

IHSAN MAULANA 200110170098


SELVIN DHEA LARASATI 200110170103
SABILLA YUSPITA 200110170169
M. DANDY HERLIANSYAH 200110170270
KARINA FIDELIA R 200110170281
DITY ASA PRIYASTOMO 200110170289

LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK UNGGAS


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas karunia-Nya

penulis bisa menyusun laporan praktikum yang berjudul "Poultry Grading"

dengan lancar. Laporan praktikum ini sudah kami susun dengan maksimal dan

mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan

laporan praktikum ini.

Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Ir. Dani Garnida, MS.,

yang selalu memberikan ilmu,motivasi dan inspirasi sehingga kami bisa

menyusun laporan praktikum ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada

Rani Irawan dan Farhan selaku asisten laboratorium Produksi Ternak Unggas,

Iwan Hadiana, S. Pt. sebagai teknisi laboratorium dan teman-teman mahasiswa

yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam

penyusunan laporan praktikum ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena

itu, kami dengan lapang dada menerima segala kritik dan saran dari pembaca agar

kami dapat membuat laporan lebih baik kedepannya. Akhir kata kami berharap

semoga laporan praktikum tentang pengenalan pakan unggas ini bisa memberikan

manfaat maupun inspirasi bagi pembaca.

Sumedang, Mei 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Bab Halaman

KATA PENGANTAR.................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................ iii

DAFTAR TABEL........................................................................ v

DAFTAR LAMPIRAN................................................................ vi

DAFTAR ILUSTRASI................................................................ vii

I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah................................................................ 2
1.3 Maksud dan Tujuan................................................................ 2
1.4 Manfaat Praktikum................................................................. 2
1.5 Waktu dan Tempat.................................................................. 2

II KAJIAN KEPUSTAKAAN
2.1 Ayam Pedaging....................................................................... 4
2.2 Karkas dan Daging Ayam....................................................... 4
2.3 Proses Karkasing Ayam.......................................................... 6

III ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR KERJA


3.1 Alat......................................................................................... 9
3.2 Bahan...................................................................................... 9
3.3 Prosedur Kerja........................................................................ 9
3.3.1 Penilaian Ayam Hidup....................................................... 9
3.3.2 Penilaian Karkas................................................................ 10

IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengamatan................................................................... 13

iii
Bab Halaman

4.1.1 Penilaian Ayam Hidup....................................................... 13


4.1.2 Penilaian Kualitas Karkas.................................................. 14
4.2 Pembahasan............................................................................ 14
4.2.1 Penilaian Ayam Hidup....................................................... 14
4.2.2 Karakteristik Ayam Yang Baik.......................................... 16
4.2.3 Processing Ayam Broiler................................................... 18
4.2.4 Macam-macam Karkas Ayam Broiler............................... 20
4.2.5 Penilaian Karkas Ayam Broiler......................................... 21

V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan............................................................................. 23
5.2 Saran....................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA.................................................................. 24

LAMPIRAN................................................................................. 27

iv
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1 Prosedur Kerja Penilaian Ayam Hidup................................ 10
2 Proses Karkasing Ayam....................................................... 10
3 Prosedur Kerja Penilaian Karkas.......................................... 11
4 Pengamatan Penilaian Ayam Hidup..................................... 13
5 Pengamatan Penilaian Kualitas Karkas................................ 14

v
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman
1 Gambar Hasil Pengamatan Praktikum................................. 27
2 Distribusi Tugas................................................................... 27

vi
DAFTAR ILUSTRASI

Nomor Halaman
1 Proses Carcassing................................................................ 27
2 Isi Perut yang Sudah Bersih................................................. 27

vii
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses karkassing perlu dilakukan di tempat pemotongan yang bersih

dengan cara yang baik dan benar untuk menghasilkan karkas yang baik. Karkas

yang baik adalah karkas yang besih, higienis dengan penampilan menarik. Karkas

ayam dibuat klasifikasinya berdasarkan bagian-bagian tubuh. Selama proses

pengolahan akan terjadi kehilangan berat hidup kurang lebih 1/3 bagian (berat

daging siap masak itu nantinya kurang lebih 2/3 dari berat hidupnya) karena bulu,

kaki, cakar, leher, kepala, jeroan atau isi dalam dan ekor dipisah dari bagian

daging tubuh dengan demikian daging siap masak itu hanya tinggal daging pada

bagian tubuh tambah dengan siap masak itu 75% dari berat hidup.

Persentase karkas tidak banyak berpengaruh terhadap kualitas karkas

namun penting pada penampilan ternak sebelum dipotong. Pembeli ternak akan

memperkirakan nilai karkas dari penampilan ternak sewaktu ternak tersebut masih

hidup. Bila pembeli menaksir persentase karkas terlalu tinggi misalnya 1% saja,

Faktor-faktor yang mempengaruhi persentase karkas adalah konformasi tubuh dan

derajat kegemukan. Ternak yang gemuk, persentase karkasnya tinggi dan

umumnya berbentuk tebal seperti balok.

Giblet atau jeroan merupakan hasil ikutan  yang dapat dimakan, biasanya

terdiri dari hati, jantung dan ampela. Hati merupakan organ yang berfungsi

sebagai alat penyaring zat-zat makanan yang diserap sebelum masuk dalam

peredaran darah dan jaringan-jaringan, terdiri dari lobi kanan dan kiri yang hampir
2

sama ukurannya, bagian tepinya secara normal adalah lancip dan bila terjadi

pembesaran menjadi bulat.

1.2 Identifikasi Masalah

(1) Bagaimana ciri-ciri ayam hidup yang baik.

(2) Bagaimana ciri-ciri karkas yang baik.

(3) Bagaimana kualitas karkas.

(4) Bagaimana prosessing karkas yang baik.

1.3 Maksud dan Tujuan

(1) Mengetahui ciri-ciri ayam hidup yang baik.

(2) Mengetahui ciri-ciri karkas yang baik.

(3) Mengetahui kualitas karkas.

(4) Mengetahui prosessing karkas yang baik.

1.4 Manfaat Praktikum

Manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui ciri-ciri

ayam hidup yang baik juga dapat mengetahui ciri-ciri karkas yang baik.

Mahasiswa juga dapat mengetahui cara prosessing karkas yang baik juga dapat

menentukan kualitas karkas tersebut.

1.5 Waktu dan Tempat

Praktikum Poultry Grading dalam Mata Kuliah Produksi Ternak Unggas

dilaksanakan pada:
3

Hari/tanggal : Senin, 13 Mei 2019

Waktu : 15.00 – 17.00 WIB

Tempat : Laboratorium Ternak Unggas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran
II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Ayam Pedaging

Ayam dibagi menjadi 2 tipe yaitu ayam petelur dan ayam pedaging. Ayam

petelur adalah ayam yang dimanfaatkan untuk diambil telurnya sedangkan ayam

pedaging adalah ayam yang dimanfaatkan untuk diambil dagingnya. Salah satu

jenis ayam yang sering digunakan sebagai ayam pedaging adalah jenis ayam

broiler. Ayam broiler memiliki pertumbuhan yang relatif lebih cepat dibandingkan

ayam lokal dan memiliki perdagingan yang baik. Daging ayam yang dijual untuk

keperluan konsumsi biasanyadijual dalam bentuk karkas. Karkas ayam pedaging

adalah bagian dari ayam pedaginghidup, setelah dipotong, dibului, dikeluarkan

jeroan dan lemak abdominalnya,dipotong kepala dan leher serta kedua kakinya

(Dewan Standardidasi Nasional, 1995). Hardjoswaro danRukminasih (2000)

menyatakan bahwa ayam broiler dapat digolongkan kedalam kelompok unggas

penghasil daging artinya dipelihara khusus untuk menghasilkan daging.

2.2 Karkas dan Daging Ayam

Karkas ayam adalah bobot tubuh ayam setelah dipotong dikurangi kepala,

kaki,darah, bulu serta organ dalam. Kualitas karkas dipengaruhi oleh factor

sebelum pemotongan antara lain genetic, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis

kelamin, umur dan pakan serta proses setelah pemotongan. Proses setelah

pemotongan antara lain metode pelayuan, stimulasi listrik, metoda pemasakan, pH

karkas, bahan tambahan termasuk enzimpengempuk daging, hormone, antibiotic,

lemak intratruktural atau marbling, metoda penyimpanan dan perservasi serta


5

macam otot daging (Abubakar dkk, 1991). Karkas ayam broiler adalah bagian

tubuh ayam setelah disembelih, dicabut bulu,dikeluarkan isi perut dan dibersihkan

tanpa leher, kepala dan kaki atau dengan kata lainkarkas adalah berat hidup ayam

dikurangi kepala, leher, darah, bulu, kaki dan  jeroan (Siregar dkk,1980).

Daging adalah semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan

jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan

gangguan kesehatan bagi yang memakannya (Soeparno, 1992). Karkas diperoleh

dengan memotong ayam broiler kemudian menimbang bagian daging, tulang,

jantung dan ginjal. Bobot karkas ayam broiler berkisar antara 1750-1800 gram

atau 71-73% dari bobot badan. Persentase ayam broiler siap potong menurut

Bakrieet al. (2003), adalah 58,9%.

Karkas ayam broiler terdiri dari beberapa bagian, yaitu: dua buah sayap,

satu bagian dada, satu bagian punggung dan dua bagian paha yang terdiri dari

dua bagian thigh dan dua bagiandrum stick (Judgeet al., 1989)Menurut Siregar

(1980) bahwa karkas yang baik berbentuk padat dan tidak kurus,tidak terdapat

kerusakan kulit ataupun dagingnya. Sedangkan karkas yang kurang

baikmempunyai daging yang kurang padat pada bagian dada sehingga kelihatan

panjangdan kurus. Pada dasarnya mutu dan persentase bobot karkas dipengaruhi

oleh galur, jenis kelamin, umur, bobot dan kualitas makanan yang dibentuk.

Hal ini juga didukungoleh Berg dan Butterfield (1976), yang menyatakan bahwa

karkas yang baik ditandaidengan jumlah daging yang maksimum, sedangkan

tulangnya minimum dan jumlahlemak yang optimum.


6

2.3 Proses Karkasing Ayam

Menurut Parry (1988) ayam broiler pertamakali diambil dari peternak dan

mengalami transportasi ke tempat prosesing untuk diproses menjadi karkas

kemudian baru dipasarkan. Secara garis besar prosesing ini meliputi

penyembelihan, scalding, pencabutan bulu, eviserasi, pendinginan, grading,

pengepakan, penyimpanan, dan pemasaran.

2.3.1 Penyembelihan (K i l l i n g )

Pada tempat prosesing ayam disembelih pada bagian leher dekat kepala

dengan memotong vena jugularis dan arteri karotid menggunakan

metode pemotongan yang religius (Parry, 1989). Dalam agama Islam

menyembelih disebut dzakah yang secara lutghoh diartikan membaikkan

(membaikkan dalam memakannya), secara syari'ah (istilah) diartikan memotong

bagian tertentu. Bagi negara yang mayoritas muslim penyembelihan dengan

metode Islam, yaitu dengan sistem dzabh dengan memotong

mari' (kerongkongan), hulqum (jalan pernapasan) dan dua urat darah leher

(Nuhriawangsa, 1999)

2.3.2 Pencelupan (Scalding)

Setelah pengeluaran darah (penyembelihan) dilakukan pencelupan

(Scalding) dengan menggunakan air panas pada suhu tertentu dan waktu tertentu

(Parry, 1989). Ada tiga macam proses scalding:  

(1) Hardscalding : menggunakan suhu 160 sampai 180oF selama 30 sampai 60

detik.

(2) Subscalding : menggunakan suhu 138sampai 140oF selama 30 sampai 75

detik.
7

(3) Semiscalding : menggunakan suhu 123sampai 130oF selama 90

sampai 120 detik (Mountney, 1976).

Lamanya perendaman merupakan faktor utama yang mempengaruhi hasil

dibanding suhu perendaman. Jika suhu terlalu tinggi akan mengakibatkan hasil

yangkurang memuaskan. Begitu juga jika waktu perendaman terlalu lama

akanmenyebabkan kulit mudah terkelupas. Pelepasan kulit akan

mengakibatkanmeningkatnya kehilangan kandungan air ketika karkas didinginkan

atau dibekukan dan akan menyebabkan terjadinya noda- noda warna yang tidak

diinginkan selama pendinginan dan pembekuan. Perendaman ini berfungsi untuk

memudahkan pencabutan bulu (Hadiwidiyoto, 1992)

2.3.3 Pencabutan Bulu (Flucking)

Setelah prosesscalding  selesai dilanjutkan dengan pencabutan bulu. Proses

pencabutan bulu biasanya dilakukan dengan menggunakan mesin pencabut bulu

(Parry, 1989). Mesin pencabut bulu ini terdiri dari dua buah silinder karet yang

pada kedua permukaannya terdapat duri-duri lunak yang terbuat dari karet. Kedua

silinder berputar dengan arah yang berlawanan, sehingga jika karkas unggas

diletakkan didalamnya bulu- bulunya akan terkait dan tercabut dari

permukaannya. Alat ini biasanya hanyamampu mencabut bulu-bulu kasarnya saja,

sehingga biasanya dilakukan pencabutan pada pangkal bulu dan bulu-bulu halus

(Hadiwiyoto, 1992). Setelah bulu habis biasanya dilakukan penyemprotan dengan

air bersih sehingga sisa- sisa bulu dan kotoran yang menempel pada kulit akan

hilang (Hadiwiyoto, 1992)

2.3.4 Eviserasi

Setelah proses pencabutan bulu dilakukan eviresasi untuk mengeluarkan

organ dalam, juga dilakukan pemotonga kaki, kepala dan leher sehingga diperoleh


8

karkas. Organ dalam yang dikeluarkan adalah organ yang terletak pada rongga

dadadan perut. Organ visera yang layak untuk dimakan seperti giblet (hati,

enpedal, jantung) serta leher dan kepala biasanya setelah dipotong atau diambil

akan dibersihkan sampai bersih dan dipak (Parry, 1989). Eviserasi dilakukan

untuk mengeluarkan jeroan (tembolok, kerongkongan,empedal, hati, usus, ginjal,

indung telur) dan memotong bagian-bagian yang tidakdikehendaki seperti kaki,

kepala, ujung sayap dan ekor (Hadiwiyoto, 1992).

2.3.5 Pendinginan (Chilling)

Karkas kemudian dibersihkan dan dilakukan pendinginan baik

menggunakan pendingin air ataupun udara (Parry, 1989). Pada proses

pendinginan (chilling) dapat mengurangi konsentrasi mikrobia (sebagian besar

mikrobia dapat direduksi, mikrobia patogen dapat dihilangkan, mikrobia

psikotropik meningkat (May, 1974). Pada proseschilling di rumah potong ayam

berskala besar biasanya digunakanchiller water baik yang menggunakan metode

penyemprotan maupun metode perendaman (Thompson dkk, 1974).


III

ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR KERJA

3.1 Alat

(1) Baki, berfungsi sebagai wadah.

(2) Pisau, berfungsi untuk menyayat.

(3) Kantong Plastik, berfungsi sebagai wadah bagian yang sudah tidak

diperlukan.

3.2 Bahan

(1) Ayam broiler, berfungsi sebagai objek praktikum.

(2) Air, berfungsi untuk mencuci ayam broiler dan alat.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Penilaian Ayam Hidup

Tabel 1. Prosedur Kerja Penilaian Ayam Hidup


No. Pengamatan Prosedur Kerja
1. Menempatkan ayam di atas baki, usaha kan
ayam harus dalam keadaan tenang.
2. Mengamati bagian jengger, mata, oil
1
Health and vigor gland/tungir dan bulu disekitar vent.
1.
3. Menyesuaikan dengan standar penilaian ayam
hidup.
4. Mencatat hasilnya pada lembar kerja
1. Mengamati perbuluan seluruh tubuh.
2. Mengamati bagian yang tidak ada bulunya,
1 apakah ada fin feather atau tidak.
Feathering
2. 3. Sesuaikan dengan standar penilaian ayam
hidup.
4. Mencatat hasilnya pada lembar kerja
10

1. Melihat ayam dari depan apakah bentuknya


menunjukan ayam broiler yang baik atau tidak.
2. Mengamati bagian-bagian dada, punggung,
1 sayap serta kaki, apakah ada penyimpangan atau
Comformation
3. tidak.
3. Sesuaikan dengan standar penilaian ayam
hidup.
4. Mencatat hasilnya pada lembar kerja.
1. Mengamati dan raba bagian dada dan paha
apakah penuh dengan daging atau tidak.
4
Fleshing 2. Menyesuaikan dengan standar penilaian ayam
4.
hidup.
3. Mencatat hasilnya pada lembar kerja.
1. Mengamati perlemakan di bawah kulit.
2. Mencubit kulit pada bagian perut, sambil
5
Fat dirasakan apakah terdapat lemak atau tidak.
5.
3. Menyesuaikan dengan standar.
4. Mencatat hasilnya pada lembar kerja.
1. Mengamati bagian-bagian persendian, lihat
apakah ada yang lepas atau tidak.
2. Mengamati juga bagian yang ada dagingnya,
apakah ada memar atau tidak.
6 3. Melihat bagian kulit dada apakah terjadi
Defect
6. penebalan atau tidak.
4. Kemudian lihat pula bagian shank dan telapak
kaki apakah ada penebalan atau tidak.
5. Menyesuaikan dengan standar penilaian.
6. Mencatat hasilnya pada lembar kerja

3.3.2 Penilaian Karkas

Sebelum ayam menjadi karkas, terlebih dahulu harus melalui proses

karkasing, adapun proses tersebut :

Tabel 2. Proses Karkasing Ayam


No Tahapan Proses
.
1. Killing Memotong pada bagian leher di belakang rahang
bawah, bagian harus terputus saluran nafas, saluran
pencernaan dan vena kiri dan kanan.
2. Bleding Mengeluarkan darah selama ±30 detik.
11

3. Scalding Mencelupkan dengan air hangat 60C, Selma 60 detik,


atau sampai bulu besar bagian sayap mudah dicabut.
4. Flucking Mencabut bulu, menggunakan tangan.
5. Evisceration Mengeluarkan jeroan / seluruh organ dalam
Memotong bagian kepala dan leher serta kaki atau
shank
Tabel 3. Prosedur Kerja Penilaian Karkas
No Pengamatan Prosedur Kerja
1 Conformation Mengamati penyimpangan-penyimpangan tertentu dari
struktur, menurunkan daya terik karkas.
Beberapa penyimpangan yang hendaknya diperhatikan
adalah: Dada yang melesak; Bengkok; Berbonggol;
Berbentuk V atau rata sisinya; Punggung sempit, bengkok
atau bungkuk. Kaki dan sayap bentuk menyimpang atau
membengkak, dan tubuh member gambaran berbentuk
baji.
2 Fleshing Karkas yang diklasifikasikan sebagai kualitas A,
mempunyai dada yang terisi penuh, lebar dan panjang
dengan perdagingan yang baik.
Drum stiks, thigs dan dada member gambaran penuhnya
penimbunan daging. Bagaimanapun terdapat korelasi yang
positif antara perdagingan di daerah punggung dengan
banyaknya daging pada berbagai bagian karkas yang lain.
Penyimpangan-penyimpangan yang ada, seperti pada
penilaian unggas hidup.
3 Fat Pada kulaitas A bagian dada, punggung, pinggul dan tulang
capit (pinbones), harus tertutup oleh lemak secara baik,
kecuali pada ayam broiler atau fryer, dan young tom turkey
mungkin hanya mempunyai perlemakan yang sedang
(moderate). Hen, stewing chiken atau fowl, walaupun
tertutup oleh lemak secara baik, tetapi bebas dari
penimbunan lemak abdominal yang berlebihan.

4 Freedom from Adanya pin feather akan menyebabkan tambahan kerja


Pinfeather bagi ibu-ibu rumah tangga untuk menghilangkannya. Oleh
karena itu hal tersebut dipergunakan sebagai salah satu
criteria untuk menilai kualitas karkas.
Ada 2 tipe pin feather yang dipertimbangkan dalam
grading, yaitu:
1. Protuding Pin feather. Pin feather yang menembus
kulit luar dan dapat/tidak (sudah/belum) terjadi bentuk
sikat.
2. Non Protuding Pin feather. Pin feather yang belum
12

menembus kulit luar.


Pada dressed, jumlah total ada lokasi dari kedua tipe pin
feather, dipertimbangkan sebagai satu macam saja.
Pada ready to cook, penilaian adalah terhadap protuding pin
feather. Sebelum penentuan kualitas, unggas sebaiknya
bebas dari protuding pin feather. Dalam hubungan ini,
istilah Free from
Protuding Pin feather berarti bebas dari protuding pin
feather yang akan mempengaruhi penguji atau grader,
sehingga mempercepat pemeriksaan. Namun demikian,
karkas dapat dipertimbangkan bebas dari protuding pin
feather, jika secara umum memberikan penampilan yang
bersih (terutama pada dada) dan protuding pin feather
sedikit sekali.
Vestigal feather, rambut, pada ayam kalkun, guneas dan
merpati, harus dipertimbangkan mengenai down (bulu
halus)
5 Freedom from Irisan, sobekan, kulit yang lepas, patah tulang dan
Cuts, Tears persendian lepas, akan menurunkan daya tarik dari karkas,
and Broken sebagai tambahan kualitas akan menurun karena adanya
Bones memar dan blood clots, yang mana sering terjadi bersamaan
dengan patah tulang.
Sobekan dan kulit lepas, menyebabkan daging menjadi
kering selama pemasakan, jadi merendahkan Eating
Quality dari karkas unggas.
Banyaknya dan adanya penyimpangan-penyimpangan yang
diperbolehkan tergantung pada lokasinya, apakah pada
dada atau tempat lain di karkas. Tidak ada sobekan yang
diperbolehkan dijahit, untuk klasifikasi kualitas unggas.
Namun demikian pembuangan Wing Tip (ujung sayap)
diperbolehkan. Pada kualitas yang lebih rendah, persendian
kedua atau ketiga mungkin dibuang.
IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Penilaian Ayam Hidup

4.1.2 Tabel 4. Pengamatan Penilaian Ayam Hidup


No Faktor Kualitas Kualitas Kualitas
Keterangan
A B C
1. Health  memiliki fisik yang
and Vigor sehat, ayam tersebut
tidak mau diam atau
lincah.
2. Feathering  Bulu tidak menutupi
bagian tubuh ayam
3. Comforma tulang dada sedikit
tion :  melengkung, dengan
Breast  punggung yang normal
Bone  dan kaki sayappun
Backs normal layaknya ayam
Leg and yang sehat
Wings
4. Fleshing  pembentukkan daging
seperti dada dan paha
memiliki perdagingan
yang cukup baik.
5. Fat  Lemak membungkus rata
bagian tubuh ayam.
Perlemakan terlihat jelas
pada bagian dada, bagian
kaki paha, dan bagian
punggung
6. Defect  Tidak terdapat bagian
kulit yang sobek. Tulang-
tulang ayam dan
persendian normal. Tidak
terdapat memar dalam
tubuh ayam dan daerah
shank serta telapak kaki
ayam tidak terjadi
penebalan.
14

Dapat kami simpulkan untuk penilaian ayam hidup yang telah kami amati

dikategorikan grade A

4.1.2 Penilaian Kualitas Karkas

Tabel 5. Pengamatan Penilaian Kualitas Karkas


No Factor A Quality B Quality C Quality
1. Conformation 
2. Fleshing 
3. Fat covering 

4. Pinfeather 
5. Disjoint bones 
6. Broken bones 
7. Missing parts 
8. Disclororation 
9. Ekposhed flosh 
Dapat disimpulkan kualitas penilaian karkas pada praktikum kali ini grade A

4.2 Pembahasan

4.2.1 Penilaian Ayam Hidup

Pada praktikum poultry grading ini ada beberapa aspek yang sangat dinilai

pada ayam, salah satunya mengetahui penilaian pada saat ayam masih hidup
sebelum melakukan pemotongan yang dilanjutkan karkasing Menurut Soeparno

(1994), salah satu yang mempengaruhi persentase karkas adalah bobot badan

hidup. Karena dari penilaian saat ayam masih hidup inilah dapat diketahui

apakah ayam tersebut akan kualitas karkas yang baik dengan menilai atau melihat

bagian-bagian yang dapat mempengaruhi suatu nilai kualitas karkas agar di dapat

nilai jual yang tinggi. Pada saat penilaian ayam hidup terdapat beberapa aspek

antara lain :

1) Health and Vigor (Kesehatan dan Kelincahan)


15

Setelah kelompok kami amati, ayam yang kami nilai memiliki fisik yang

sehat, ayam tersebut tidak mau diam atau lincah, dengan mata yang cenderung

bersinar dan warna jengger yang merah. Menurut Mountney, G. J. (1976) ayam

dikatakan sehat bisa dilihat dari kondisi ayam dilihat dari tingkah laku

kesehariannya . Oleh karena itu kelompok kami memasukkan kedalam grade A.

2) Feathering (Perbuluan)

Setelah kami amati ayam yang kami nilai memiliki penutupan bulu yang

kurang baik dan pinfeather agak banyak terutama bagian abdomen dan dada. Bulu

kurang bercahaya, sehingga kami memasukkan kedalam grade B. Menurut

mountney, G. J. (1976) ayam yang memilliki bulu yang baik itu tertutup secara

baik, bulu terlihat mengkilap dan bersih .

3) Comformation (Bentuk Tubuh)

Pada aspek ini terdapat 3 macam penilaian yaitu dari bentuk tulang dada,

punggung, serta kaki dan sayap. Setelah kelompok kami amati, tulang dada sedikit

melengkung, dengan punggung yang normal dan kaki sayap normal layaknya

ayam yang sehat. Menurut mountney, G. J. (1976) Sehingga kami simpulkan

ayam memiliki bentuk tubuh yang normal yang masukkan dalam grade A.

4) Fleshing (Pedagingan)

Menurut Abubakar et al (1995) faktor penilaian kualitas daging yang baik

meliputi warna , keempukan dan tektur. Setelah kami amati dan dilakukan

perabaan daerah-daerah pembentukkan daging seperti dada dan paha memiliki

perdagingan yang cukup baik. Daerah dada memiliki perdagingan yang tebal dan

lebar serta cukup luas. Sehingga kami masukkan ayam tersebut ke dalam grade A.

5) Fat (Lemak)
16

Menurut mountney, G. J. (1976) kualitas A bagian dada, punggung, pinggul

dan tulang capit (pinbones), harus tertutup oleh lemak secara baik, kecuali pada

chiken broiler or fryer, dan young tom turkey mungkin hanya mempunyai

perlemakan yang sedang. Setelah kami meraba ternyata untuk perlemakan pada

ayam yang kelompok kami amati lemak cukup tebal. Lemak juga membungkus

rata bagian tubuh ayam. Perlemakan terlihat jelas pada bagian dada, bagian kaki

paha, dan bagian punggung . Sehingga kami memasukkan ke dalam grade A.

6) Defect (Kecacatan)

Menurut mountney, G. J. (1976) penilaian ini diharuskan mengamati ayam

memiliki kecacatan pada bagian tubuhnya seperti terdapat kulit yang sobek dan

tulang yang patah, memar, goresan ataupun penebalan pada bagian shank (telapak

kaki). Setelah kami amati ayam tersebut tidak terdapat bagian kulit yang sobek.

Tulang-tulang yang membentuk ayam dan bagian- persendian normal, tidak ada

yang lepas ataupun patah. Tidak terdapat memar dalam tubuh ayam dan daerah

shank serta telapak kaki ayam tidak terjadi penebalan. Sehingga kami

memasukkannya ke dalam grade A.

4.2.2 Karakteristik Ayam Yang Baik

Ayam yang baik yaitu ayam yang memiliki ciri-ciri dan kelakuan yang

normal seperti biasanya. Daging ayam yang sering digunakan yaitu dari Ayam

Broiler. Ayam broiler merupakan salah satu ayam ras pedaging yang

pertumbuhannya relatif cepat. Hal tersebut sesuai dengan yang dinyatakan oleh

Murtidjo (1992) yaitu broiler adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam hasil

budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan cirri khas yaitu

pertambahan bobot badan yang cepat, konversi ransum yang baik dan dapat
17

dipotong pada usia yang relatif muda sehingga sirkulasi pemeliharaannya lebih

cepat dan efisien serta menghasilkan daging yang berkualitas baik. Ayam broiler

merupakan persilangan dari beberapa ayam yang menghasilkan ayam broiler

dengan kualitas yang sangat bagus dalam masalah perdagingan. Hal tersebut

sesuai dengan yang dinyatakan oleh Yuwanta (2004) yaitu ayam ras pedaging

disebut juga Broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari

bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam

memproduksi daging ayam. ayam pedaging adalah jenis ternak bersayap dari

kelas aves yang telah didomestikasikan dan cara hidupnya diatur oleh manusia

dengan tujuan untuk memberikan nilai ekonomis dalam bentuk daging. Daging

ayam broiler memiliki kualitas yang baik dan unggul.

Produksi daging seekor ayam dapat dilihat dari kondisi fisik ayam

tersebut. Ciri-ciri fisik ayam pedaging yang baik yaitu ayam harus bebas dari

penyakit menular, baik menular ke ternak lainnya maupun ke manusia. Apabila

ada ayam yang terkena penyakit, kemungkinan besar ayam yang lainnya akan

terkena penyakit yang sama juga, dan itu akan mempengaruhi terhadap

produktivitas seluruh ayam yang ada dikandang tersebut. Ayam yang bebas dari

penyakit akan berproduksi dengan optimal. Lalu, ayam yang baik yang memiliki

gerakan lincah dan aktif, tidak lesu dan tidak banyak diam. Mata dan muka ayam

cerah (tidak sayu), nafsu makan dan minum baik, berbulu cerah terlihat seperti

berminyak, tidak kusam dan tidak berdiri. Tubuh berdiri tegak, kaki kokoh, dan

bentuk tubuh proporsional, sayap tidak jatuh dan posisi kepala terangkat dengan

baik, tidak terdengar gejala pernapasan bersuara (ngorok) atau batuk, berat badan

sesuai dengan umur (standar), anus bersih tidak ada kotoran yang menempel.

Dengan melihat ciri-ciri ayam seperti yang telah dijelaskan, maka dapat dikatakan
18

bahwa ayam tersebut sehat dan bagus dalam produksi daging. Selain ciri-ciri fisik

yang baik, ada juga ciri-ciri ayam pedaging menurut Murtidjo (1992) yaitu bobot

hidup umur 2 minggu yaitu 1,56kg, konversi pakan 1,93, bobot bersih 70%, daya

hidup 98%, warna kulit kuning dan warna bulu putih.

4.2.3 Processing Ayam Broiler

Pada praktikum kali ini sebelum ayam menjadi karkas, ayam akan melalui

proses karkasing. Hal pertama yang dilakukan yaitu tahap killing. Killing yaitu

proses dimana ayam dipotong pada bagian leher bawah tepatnya pada rahang

bawah. Dalam proses killing harus terputus tiga saluran, yaitu saluran pernafasan,

saluran pencernaan dan vena bagian kiri dan kanan. Menurut Parry (1989),

pemotongan ayam terbagi dalam dua teknik, yaitu manual dengan memotong

menggunakan pisau pada sisi leher depan bagian kepala unggas dan dikenakan

pada vena jugularis dan arteri karotis. Teknik yang kedua, yaitu pemotongan

secara mekanis dengan pisau pemotong otomatis yang selalu berputar dan

digerakkan oleh mesin. sedangkan menurut Soeparno (1992), yaitu cara

pemotongan ternak unggas yang lazim digunakan di Indonesia yaitu

memotong arteri karotis, vena jugularis, oesophagus, dan trachea. Proses

selanjutnya yaitu Bleding. Bleding yaitu proses pengeluaran darah setelah ayam

dipotong atau melalui tahap killing. Pengeluaran darah ini dilakukan sampai darah

benar-benar berhenti mengalir atau keluar. Menurut Abu Bakar (2003), yaitu pada

saat penyembelihan, darah harus keluar sebanyak mungkin. Jika darah dapat

keluar secara sempurna, maka beratnya sekitar 4% dari bobot tubuh. Proses

pengeluaran darah pada ayam biasanya berlangsung selama 50 sampai 120 detik,

tergantung pada besar kecilnya ayam yang dipotong.


19

Proses selanjutnya yaitu scalding. Scalding adalah proses pencelupan

ayam untuk dilakukannya pencabutan bulu pada ayam yang sudah dipotong.

Pencelupan ayam ini dilakukan dengan menggunakan air hangat 60ºC selama 60

detik atau sampai bulu pada sayap tercabut. Menurut Soeparno (1992), yaitu

untuk mempermudah pencabutan bulu, unggas yang telah disembelih dicelupkan

ke dalam air hangat, dengan suhu antara 50 sampai 80ºC selama waktu tertentu.

Dalam proses scalding ini harus teliti karena jika terlalu lama dalam pencelupan,

maka ayam akan mengalami kerusakan contohnya seperti kulit sobek dan lain-

lain, apabila scalding dilakukan hanya beberapa detik saja maka pencabutan bulu

akan sulit dilakukan. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2009), yaitu pada

prinsipnya ada tiga cara perendaman dalam air hangat, tergantung pada umur dan

kondisi unggas, yaitu perendaman dalam air hangat 50 sampai 54ºC selama 30

sampai 45 detik untuk ayam muda dan kalkun, perendaman dalam air agak panas

55 sampai 60ºC selama 45 sampai 90 detik untuk ayam tua dan perendaman

dalam air panas 65 sampai 80ºC selama 5 sampai 30 detik untuk itik dan angsa,

kemudian dimasukkan ke dalam air dingin agar kulit tidak mengelupas.

Perendaman dalam air hangat untuk ayam broiler cukup dilakukan pada

temperatur 50 sampai 54ºC selama 30 detik. Menurut Sams, (2001) yaitu

perendaman pada temperatur lebih tinggi dari 58ºC dapat menyebabkan kulit

menjadi gelap, lekat, mudah diserang bakteri, sehingga perendaman pada

temperatur tinggi antara 70 sampai 80ºC, hanya dilakukan terhadap unggas

kualitas rendah.

Lalu, proses yang selanjutnya yaitu Flucking. Flucking adalah proses

pencabutan bulu pada ayam yang dapat dilakukan secara manual ataupun

menggunakan mesin. Apabila flucking dilakukan dengan cara manual maka


20

kemungkinan besar bulu-bulu halus yang ada ditubuh ayam tidak ikut tercabut

dan proses ini akan memakan waktu lama apabila manual, sedangkan

menggunakan mesin akan memakan waktu yang relatif lebih singkat dan bulu-

bulu halus akan tercabut. Hal tersebut sesuai dengan yang dinyatakan oleh Parry

(1989), yaitu bulu unggas, setelah melalui proses scalding dilakukan pembersihan

atau pencabutan, segera setelah scalding dengan menggunakan mesin pencabut

bulu (flucking machine). Mesin pencabut bulu memiliki semacam jari-jari yang

berputar sehingga dapat mencabut bulu unggas. Tetapi, pencabutan bulu bisa juga

dengan menggunakan tangan langsung, tetapi cara ini kurang praktis.

Proses selanjutnya yaitu Evisceration. Evisceration yaitu proses

pengeluaran jeroan atau seluruh organ dalam ayam. Pengeluaran jeroan dilakukan

untuk menjaga keamanan daging tersebut. Apabila dalam pengeluaran jeroan

tidak sempurna maka karkas akan cepat mengeluarkan bau busuk. Oleh karena itu,

proses ini sangat dibutuhkan dan harus dilakukan dengan baik dan benar. Menurut

Herawati (2008), yaitu Setelah pencabutan bulu atau pembersihan bulu, dilakukan

pengeluaran jerohan yang salah satu caranya adalah sebagai berikut, yaitu proses

pengeluaran jerohan dimulai dari pemisahan tembolok dan trachea serta kelenjar

minyak bagian ekor kemudian pembukaan rongga badan dengan membuat irisan

dari kloaka ke arah tulang dada. Kloaka dan visera atau jerohan dikeluarkan

kemudian dilakukan pemisahan organ-organ yaitu hati, empedu dan jantung. Isi

empedal harus dikeluarkan, demikian pula empedal dipisahkan dari

bawah columna vertebralis. Kepala, leher dan kaki juga dipisah. Proses yang

terakhir yaitu pemotongan bagian kepala, leher dan kaki atau shank. Pemotongan

ini dilakukan karena pada prinsipnya, karkas itu ayam yang sudah mati tanpa
21

kepala, leher dan kaki. Menurut Rasyaf (1995), yaitu karkas ayam adalah ayam

yang sudah mati tanpa bulu, kepala, leher dan kaki.

4.2.4 Macam-Macam Karkas Ayam Broiler

Karkas unggas merupakan bagian tubuh yang tersisa setelah dilakukan

penyembelihan, pembuluan, dan pembuangan jeroan, serta pemotongan kaki,

kepala, dan leher (Saifudin, 2000). Whole Chicken adalah karkas ayam utuh, dapat

berupa karkas segar, karkas beku, baby chicken dan chicken spring (Priyatno,

2000). Dressed carcass yaitu karas tanpa darah dan bulu. Ready to cook yaitu

bagian tubuh ayam tanpa darah, kepala, bulu, kaki, leher, dan organ dalam kecuali

giblet (hati, gizzard, dan jantung). Empty carcass yaitu bagian tubuh tanpa darah,

bulu, kaki, leher, kepala, dan seluruh rongga isi perut. Eviscerated carcass yaitu

tubuh ayam tanpa darah, bulu, dan isi rongga perut. Cut up chicken yaitu

potongan-potongan karkas (Jull, 1979).

4.2.5 Penilaian Karkas Ayam Broiler

Berdasarkan hasil pengukuran yang kami lakukan pada praktikum poultry

grading ini, didapatkan bobot hidup ayam yaitu sebesar 1,798 kg. Setelah ayam

disembelih didapatkan bobotnya sebesar 1,728 kg, maka dapat disimpulkan bobot

darah sebesar 0,07 kg. Kemudian ditimbang lagi bobot ayam tanpa bulu yaitu

sebesar 1,671 kg.

Selanjutnya adalah pengeluaran isi perut dan pemotongan kepala, kaki,

dan leher, maka didapatkan empty carcass atau karkas kosong sebesar 1,328 kg.

Hasil pengukuran ini menyatakan bahwa bobot karkas adalah 76,88% dari bobot
22

hidup ayam. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rasyaf (2004) yang menyatakan

bahwa pada ayam broiler besarnya karkas adalah 75% dari berat hidupnya.

Bobot Ready to Cook Carcass atau hasil prosesing tanpa darah, bulu,

shank, dan jeroan kecuali leher dan giblet (hati, gizzard, dan jantung) didapatkan

sebesar 1,429 kg atau 79,48% dari bobot hidup ayam. Hasil perhitungan ini tidak

terlalu jauh berbeda dengan pernyataan North (1984) yang menyatakan bahwa

persentase karkas Ready to Cook adalah 70 - 77% dari berat hidupnya. Setelah itu

dilakukan pemotongan pada bagian-bagian tubuh ayam, yang kemudian

didapatkan retail cut yaitu sayap 137,5 gram; paha 379,6 gram; dada 586,2 gram;

punggung 225,2 gram; leher 32,8 gram dan giblet 68,4 gram.

Kualitas karkas didasarkan pada konformasi, perdagingan, tingkat

perlemakan dibawah kulit, bebas dari bulu-bulu halus, tidak ada tulang yang

patah, dan bebas dari kerusakan lainya (Murtidjo, 2003). Apabila dinilai secara

keseluruhan, grade karkas ayam kelompok kami adalah A. Penilaian ini kami

simpulkan berdasarkan pengamatan kondisi karkas ayam, yaitu tulang dada

sedikit melengkung, punggung melengkung normal, kaki dan sayap normal,

daging ayam besar dan tebal, lemak tampak baik, serta tidak adanya kerusakan

pada tulang atau memar yang nampak pada permukaan karkas dan bagian tubuh

yang hilang.
V

KESIMPULAN SAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum poultry grading dapat disimpulkan bahwa :

(1) Ayam yang baik yaitu ayam yang memiliki perilaku yang normal, lincah,

mata bersinar, bulu bersih mengkilap, bebas dari penyakit, baik menular

maupun tidak menular, mempunyai kemampuan konversi ransum yang baik,

bentuk tubuh proporsional, berdiri tegak dan dapat mengkonversi ransum

dengan baik.

(2) Ciri karkas yang baik yaitu tidak terdapat bulu-bulu halus, jeroan ayam sudah

dibersihkan sampai tidak ada sisa, tidak terdapat memar, tidak patah tulang,

tulang dada sedikit melengkung, punggung melengkung normal, kaki dan

sayap normal, daging ayam besar dan tebal dan lemak tampak baik.

(3) Kualitas karkas yang baik yaitu didasarkan pada konformasi tubuh,

perdagingan, perlemakan dibawah kulit, bebas dari bulu halus dan tidak ada

kerusakan dibagian lainnya.

(4) Proses dalam karkasing yaitu meliputi stunning (apabila dilakukan), killing,

bleding, scalding, flucking, evisceration dan pemotongan kepala, leher dan

kaki atau shank.

5.2 Saran

Agar hasil yang didapat pada praktikum ini lebih maksimal, praktikan

harus hati-hati dalam melakukan prosedur agar selalu sesuai dengan standar dan

mendapatkan hasil karkas yang baik.


24

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar. 2003. Mutu Karkas Ayam Hasil Pemotongan Tradisional Dan


Penerapan Sistem Hazard Analysis Critical Control Point. J. Litbang
Pertanian. 22 (1) : 33- 39.

Abubakar, Triyantini, dan H. Setiyanto. 1995. Pengaruh suhu dan jenis kemasan
plastic terhadap mutu karkas ayam selama penyimpanan. Prosiding
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Jilid I. Pusat Penelitian dn
Pengembangan Peternakan, Bogor hlm. 847-853.

Abubakar, Triyantini, dan H. Setianto. 1991. Kualitas Fisik Karkas Broiler (Studi
Kasus di Empat Ibukota Propinsi Pulau Jawa). Prosiding Seminar
Pengembangan Peternakan dalam Menunjang Pembangunan Ekonomi
Nasional. Fakultas Pertanian Universitas Jendral Sudirman Purwekerto.
Hlm 31 – 35.

Badan Standardisasi Nasional. 2009. SNI 01-3924-2009. Mutu Karkas dan


Daging Ayam. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

Bakrie, B., D. Andayani, M. Yanis dan D. Zainuddin. 2003. Pengaruh


Penambahan Jamu ke Dalam Air Minum Terhadap Preferensi Konsumen
dan Mutu Karkas Ayam Buras. Prosiding Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner. September 2003. Puslitbang Peternakan. Bogor.

Berg, R. T. Dan Butterfield. R. M., 1976. New Conceps of Cattle Growth. Sydney
University Press. Sydney.

Hadiwiyoto, S. 1992. Kimia dan Teknologi Daging Unggas.


Buku Monograf. PAU Pangan dan Gizi, Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.

Hardjosworo dan Rukminasih. 2000. Peningkatan Produksi Ternak Unggas.


Penebar Swadaya. Jakarta.

Herawati, H. 2008. Penentuan umur simpan pada produk pangan. J. Litbang


Pertanian. 27(4) : 124-130.

Judge, M. D., E. D. Aberle, J. C. Forrest, H. B. Hedrick dan R. A. Merkel, 1989.


Princoples of Meat Science. 2nd ed. Kendall/Hunt Publishing Co.,
Dubuque Iowa.
25

Jull, M. A.. 1979. Poultry Husbandry 3rd Ed. Mc Graw – Hill Book
Company.
Inc. New York.

May, K. N., 1974. Changes in microbial numbers during final washing and


chilling of commercially slaughtered broilers.Poultry Sci. 53:1282-1285.

Mountney, G. J., 1976. Poultry Product Technology. 2nd ed. The Avi Publishing
Co.,Inc., Westport, Connecticut.

Murtidjo, B. A. 1992. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Kanisius. Yogyakarta.

Murtidjo, B. A. 2003. Pemotongan dan Penanganan Daging Ayam. Kanisius.


Malang.

North, M. O. 1984. Breeder Management in Commercial Chicken Production


Manual. The Avi. Publishing Company. Inc. Westport, Connecticut. J. 2.
240-243, 298 – 321 pp.

Nuhriawangsa, A. M. P., 1999. Pengantar Ilmu Ternak dalam Pandangan


Islam:  SuatuTinjauan tentang Fiqih Ternak. Program Studi Produksi
Ternak, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Parry, R.T., 1989. Technological Development in Preslaughter Handling and


Processing. Dalam: Processing of Poultry. Hal: 65-102. G. C. Mead, Ed.
Elsevier Science Publisher Ltd., England.

Priyatno MA. 2000. Mendirikan Usaha Pemotongan Ayam. Cetakan ke-3.


Penebar Swadaya. Jakarta.

Rasyaf, M. 2004. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rasyaf. 1995. Pengelolaan Usaha Peternakan Ayam Pedaging. Gramedia Pustaka


Utama, Jakarta.

Saifudin. 2000. Perbedaan produksi karkas dan karateristik daging dada dan
paha itik dan entok pasca perebusan. Skripsi. Jurusan. Ilmu Nutrisi dan
Makanan Ternak. Fakultas Peternakan, Insititut Pertanian Bogor. Bogor.

Sams, A. R. 2001. Poultry Meat Processing. CRC Press. New York.

Siregar, A. P., M. Sabrani dan P. Suroprawiro, 1980. Teknik Beternak Ayam Ras
di Indonesia . Cet. ke-1. Margie Group. Jakarta.
26

Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan ke-1. Gajah Mada
University Press, Yogyakarta.

Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta. Hlm. 5-6;11-12.

Thompson, J. E., W. K.Whitehead dan A. J. Mercuri, 1974. Chilling poultry meat
. Poultry Sci. 53:1269-1281.

Yuwanta, T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius. Yogyakarta.


27

LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar Hasil Pengamatan Praktikum

Ga Ga

mbar 1. Proses Carcassing mbar 2. Isi Perut yang Sudah Bersih

Lampiran 2. Distribusi Tugas


N NAMA NPM TUGAS
O
1 Ihsan 2001101 Hasil Pengamatan,
Maulana 70098 Pembahasan Penilaian Ayam
Hidup
2 Selvin 2001101 Pembahasan Proccesing
Dhea Larasati 70103 Ayam Broiler, Pembahasan
Karakterisitik Ayam yang Baik,
Kesimpulan
3 Sabilla 2001101 Bab I, Kata Pengantar,
Yuspita 70169 Cover, Daftar Isi, Daftar Tabel,
editing
4 M. 2001101 Bab II Tinjauan Pustaka
Dandy 70270
Herliansyah
5 Karina 2001101 Pembahasan Penilaian
Fidelia R 70281 Karkas Ayam, Pembahasan
Berat Bagian-bagian Daging,
28

Lampiran
6 Dity Asa 2001101 Bab III, Pembahasan
Priyastomo 70289 Macam-macam Karkas Ayam,
Saran

Anda mungkin juga menyukai