Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN ANAK DENGAN

BRONKOPNEUMONIA DI RUMAH SAKIT UMUM PASAR


MINGGU JAKARTA SELATAN

DISUSUN OLEH : NURUL FITRIA ANGGRAENI


NIM : 21117056

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
2017
LAPORAN PENDAHULUAN ANAK DENGAN
BRONKOPNEUMONI

1. Tinjauan Teori
A. Definisi
Bronchopneumoni merupakan salah satu jenis pneumonia
yang memiliki pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau
lebih area terlokalisasi di dalam bronchi & meluas ke parenkim paru
yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 )
Pneumonia merupakan peradangan alveoli atau pada
parenchim paru yg umumnya terjadi pada anak. (Suriadi Yuliani,
2001). Pneumonia ialah suatu peradangan yg mengenai parenkim
paru, distal dari bronkiolus terminalis yg mencakup bronkiolus
respiratorius, alveoli, serta dapat menimbulkan konsolidasi jaringan
paru & menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat. (Zul, 2001)
Bronchopneumonia digunakan untuk menggambarkan
pneumonia yang mempunyai penyebaran berbercak, teratur dalam
satu atau lebih area terlokalisasi dalam bronki dan meluas ke
parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Brunner & Suddarth,
2001).
Bronchopneumonia/ pneumonia lobaris merupakan radang
paru yang menyebabkana bronkhioli terminal. Bronkhioli terminal
tersumbat oleh eksudat yang berbentuk bercak- bercak., kemudian
menjadi bagian yang terkonsulidasi atau membentuk gabungan dan
meluas ke parenkim paru. 
Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi
saluran pernafasan atas, demam, infeksi yang spesifik dan penyakit
yang melemahkan daya tahan tubuh.

B. Klasifikasi Pneumonia
Berikut merupakan klasifikasi pneumonia :
1. Community Acquired Pneunomia dimulai juga sebagai penyakit
pernafasan umum & dapat berkembang menjadi sebuah
pneumonia. Pneumonia Streptococal ialah suatu  organisme
penyebab umum. Type pneumonia ini umumnya menimpa
kalangan anak-anak atau kalangan orang lanjut usia
2. Hospital Acquired Pneumonia dikenal juga sebagai pneumonia
nosokomial. Organisme seperti ini ialah suatu  aeruginisa
pseudomonas. Klibseilla / aureus stapilococcus, ialah bakteri
umum penyebab hospital acquired pneumonia.
3. Lobar & Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi
anatomi infeksi. Saat Ini ini pneumonia diklasifikasikan
berdasarkan organisme, bukan cuma menurut lokasi anatominya.
4. Pneumonia viral, bakterial & fungi dikategorikan berdasarkan
dari agen penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk dapat
mengidentifikasikan organisme perusak.

C. Etiologi
Umumnya individu yg terserang bronchopneumonia
diakibatkan karena adanya penurunan mekanisme pertahanan daya
tahan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang yg normal
dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ
pernafasan yg terdiri atas : reflek glotis & batuk, adanya lapisan
mukus, gerakan silia yg menggerakkan kuman ke arah keluar dari
organ, & sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia biasanya disebabkan oleh virus, 
jamur, protozoa, bakteri, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia.
(Sandra M. Nettiria, 2001 : 682) antara lain:
1. Virus : Legionella pneumoniae
2. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
3. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae,
Klebsiella.
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke
dalam paru-paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.

D. Patofisiologi
Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah
mikroorganisme (jamur, bakter, virus) & sebagian kecil oleh
penyebab lain seperti hidrokarbon (bensin, minyak tanah, &
sejenisnya). Serta aspirasi ( masuknya isi lambung ke dalam saluran
napas). Awalnmya mikroorganisme dapat masuk melalui percikan
ludah ( droplet) infasi ini dapat masuk ke saluran pernapasan atas &
menimbulkan reaksi imunologis dari tubuh. Reaksi ini menyebabkan
peradangan, di mana ketika terjadi peradangan ini tubuh dapat
menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam pada penderita.
Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan secret. Semakin lama
secret semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi
semakin sempit & pasien dapat merasa sesak. Tidak Hanya
terkumpul di bronkus, lama kelamaan secret dapat sampai ke
alveolus paru & mengganggu sistem pertukaran gas di paru.
Tidak Hanya menginfeksi saluran napas, bakteri ini dapat juga
menginfeksi saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini
dapat membuat flora normal dalam usus menjadi agen pathogen
sehingga timbul masalah GI tract.
E. Pathway

F. Gejala Klinis
1. Pnemonia bakteri
Gejala :
a. Anoreksia
b. Rinitis ringan
c. Gelisah
Berlanjut sampai:
a.Nafas cepat dan dangkal.
b.Demam
c. Malaise  (tidak nyaman)
d. Ekspirasi berbunyi.
e. Leukositosis
f. Foto thorak pneumonia lebar
g. Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan
h. Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan
2. Pnemonia Virus
Gejala awal  :
a. Rhinitis
b. Batuk
Berkembang sampai
a. Ronkhi basah.
b. Emfisema obstruktif
c. Demam ringan, batuk ringan dan malaise sampai demam tinggi
batuk hebat dan lesu.
3. Pneumonia mikroplasma
Gejala :
a. Anoreksia
b. Menggigil
c. Sakit kepala
d. Demam
Berkembang sampai
a. Rhinitis alergi
b. Sakit tenggorokan batuk kering berdarah
c. Area konsolidasi pada penatalaksanaan pemeriksa thorak.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Leukosit meningkat mencapai 15.000-40.000/mm3
b. Laju endap darah meningkat mencapai 100mm
c. Urin biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat adanya
albumin urin ringan lantaran adanya peningkatan suhu tubuh.
d. ASTO meningkat pada adanya infeksi streptococcus.
e. GDA menunjukkan adanya hipoksemia tanpa hiperkapnea atau
sebuah retensi  CO2
2. Pemeriksaan Radiologi
Tampak adanya bercak- bercak pada bronkus hingga lobus.

H. Penatalaksanaan
1. Terapi oksigen (O2)
2. Antibiotic seperti ; penisilin,  kindomisin, eritromicin,
dansefalosforin.
3. Nebulizer, agar dapat mengencerkan dahak yang kental dan
pemberian bronkodilator.
4. Kemoterafi untuk mikoplasma pneumonia dapat diberikan
therapy eritromicin 4x 500 mg / hari atau tetrasiklin 3-4 x 500mg/
hari.
5. Istirahat yang cukup

I. Komplikasi
1. Emfisema          : Terdapatnya pus pada rongga pleura.
2. Atelektasis        : Pengembangan paru yang tidak sempurna.
3. Abses paru        : Pengumpulan pus pada jaringan paru yg
mengalami peradangan.
4. Meningitis         : Peradangan pada selaput otak.
5. Infeksi sistomik
6. Endokarditis     : Peradangan pada endokardium.

J. PENCEGAHAN PADA ANAK


1. Hindari anak dari adanya paparan asap rokok, polusi dan tempat
keramaian yang berpotensi terjadinya penularan.
2. Hindari kontak langsung anak dengan penderita ISPA
3. Membiasakan melakukan pemberian ASI
4. Segera berobat apabila terjadi demam, batuk, dan pilek, terlebih
disertai suara sesak dan sesak pada anak.
5. Imunisasi Hb untuk kekebalan terhadapa hameophilus influenza.
2. ASUHAN KEPERAWATAN.
A. Pengkajian Keperawatan
a) Identitas.
b) Riwayat Keperawatan.
1)  Keluhan utama
Biasanya anak sangat gelisah, terjadi dispnea, pernapasan
cepat dan dangkal, diserai adanya pernapasan cuping hidung,
serta sianosis disekitar hidung & mulut. Kadang disertai
muntah serta diare, tinja berdarah dengan atau tanpa adanya
lendir, dan anoreksia
2)   Riwayat penyakit sekarang
Bronkopneumonia umumnya didahului oleh infeksi saluran
pernapasan pada bagian atas selama beberapa hari. Suhu
tubuh bisa saja meningkat sangat mendadak mencapai 39-
40oC dan kadang pula disertai adanya kejang akibat demam
yang tinggi.
3)   Riwayat penyakit dahulu.
Biasanya pernah menderita penyakit infeksi yang
menyebabkan menurunnya sistem imun
4)  Riwayat kesehatan keluarga.
Apabila ada anggota keluarga yg menderita penyakit ispa
mka keluarga lain dapat tertular.
5) Riwayat kesehatan lingkungan.
Pneumonia umumnya sering terjadi pada musim hujan dan
awal musim semi. Selain itu pemeliharaan kesehatan &
kebersihan lingkungan yg kurang juga dapat menyebabkan
anak menderita sakit.
6) Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap sangat
beresiko tinggi untuk mendapat penyakit ispa atas atau bawah
lantaran sistem pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk
dapat melawan infeksi sekunder.
c) Pemeriksaan persistem.
1) Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, iritability.
2) Sistem pernapasan.
Adanya sesak napas, retraksi dada, pernapasan cuping
hidung, , takipnea, ronki, wheezing, batuk produktif atau non
produktif,  pernapasan tidak teratur/ireguler, pergerakan dada
asimetris, perkusi redup pada daerah terjadinya konsolidasi,
terdapat adanya sputum/sekret.
3) Sistem pencernaan.
Anak biasanya malas minum/makan, muntah, berat badan
mengalami penurunan, lemah.
4) Sistem eliminasi.
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua
mungkin belum bisa memahami mengenai alasan anak
menderita diare sampai terjadi adanya dehidrasi (ringan
sampai berat).
5) Sistem saraf.
Biasanya anak mengalami demam, kejang, sakit kepala yang
ditandai dengan menangis terus pada anak-anak atau malas
minum.
6) Sistem Lokomotor/Muskuloskeletal
Tonus otot menurun, lemah secara umum
7) Sistem Endokrin
Tidak ada kelainan atau masalah
8) Sistem Integumen
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis,
pucat, akral hangat, kulit kering
9) Sistem Pengindraan
Tidak ada masalah atau kelainan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.   Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi sputum ditandai dengan adanya ronchi,
dan ketidakefektifan batuk.
2.   Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi
pada jaringan paru (perubahan membrane alveoli) ditandai
dengan sianosis, PaO2 menurun, sesak nafas.
3.   Hipertermi berhubungan dengan inflamasi terhadap infeksi
saluran nafas ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, mengigil,
akral teraba panas.
4.   Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan metabolisme sekunder terhadap demam dan proses
infeksi ditandai dengan nafsu makan menurun, BB turun, mual
dan muntah, turgor kulit tidak elastis.
5.   Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai O2 dengan kebutuhan oksigen ditandai dengan
tidak mampu berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari sesuai
kemampuan tanpa bantuan.
6.  Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
peningkatan suhu tubuh,kehilangan cairan karena berkeringat
banyak, muntah atau diare.
7.  Resiko infeksi berhubungan dengan resiko terpajan bakteri
patogen
C. INTERVENSI

Diagnosa 1
Tujuan dan criteria hasil : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (3x24jam)
diharapkan jalan nafas pasien efektif dengan criteria hasil : jalan nafas paten, tidak ada
bunyi nafas tambahan, tidak sesak, RR normal (35-40x/menit), tidak ada penggunaan otot
bantu nafas, tidak ada pernafasan cuping hidung
INTERVENSI RASIONAL
          Observasi TTV terutama respiratory rate           Member informasi tentang pola
pernafasan pasien, tekanan darah, nadi, suhu
          Auskultasi area dada atau paru, catat pasien.
hasil pemeriksaan           Crekcels, ronkhi dan mengi dapat
terdengar saat inspirasi dan ekspirasi pada
tempat konsolidasi sputum
          Latih pasien batuk efektif dan nafas
dalam           Memudahkan bersihan jalan nafas dan
ekspansi maksimum paru
          Lakukan suction sesuai indikasi
          Mengeluarkan sputum pada pasien tidak
sadar atau tidak mampu batuk efektif
          Memberi posisi semifowler atau supinasi
dengan elevasi kepala           Meningkatkan ekspansi paru
          Anjurkan pasien minum air hangat
Kolaborasi :           Air hangat dapat memudahkan
          Bantu mengawasi efek pengobatan pengeluaran secret
nebulizer dan fisioterapi nafas lainnya.           Memudahkan pengenceran dan
pembuangan secret
          Berikan obat sesuai indikasi, seperti
mukolitik, ekspektoran, bronkodilator,          Proses medikamentosa dan membantu
analgesic mengurangi bronkospasme
          Berikan O2 lembab sesuai indikasi
          Mengurangi distress respirasi
Diagnosa 2
Tujuan dan KH : setelah dilakukan asuhan (3x24jam) diharapkan ventilasi pasien
tidak terganggu dengan KH : GDA dalam rentang normal ( PO2 = 80 – 100
mmHg, PCO2 = 35 – 45 mmHg, pH = 7,35 – 7,45, SaO2 = 95 – 99 %), tidak ada
sianosis, pasien tidak sesak dan rileks.
Intervensi Rasional
          Kaji frekuensi, kedalaman,-       Memberi informasi tentang
kemudahan bernapas pasien. pernapasan pasien.

          Observasi warna kulit, membran-       Kebiruan menunjukkan sianosis.


mukosa bibir.

          Berikan lingkungan sejuk, nyaman,-       Untuk membuat pasien lebih nyaman.
ventilasi cukup.

          Tinggikan kepala, anjurkan napas-       Meningkatkan inspirasi dan


dalam dan batuk efektif. pengeluaran sekret.

          Pertahankan istirahat tidur. -       Mencegah terlalu letih.

          Kolaborasikan pemberian oksigen-       Mengevaluasi proses penyakit dan


dan pemeriksaan lab (GDA) mengurangi distres respirasi.
Diagnosa 3
Tujuan dan KH : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (3x24jam)
diharapkan suhu pasien turun atau normal (36,5 – 37,5C) dengan KH: pasien
tidak gelisah, pasien tidak menggigil, akral teraba hangat, warna kulit tidak ada
kemerahan.
Intervensi Rasional
          Kaji suhu tubuh pasien -    Data untuk menentukan intervensi

          Pertahankan lingkungan tetap sejuk -    Menurunkan suhu tubuh secara radiasi

          Berikan kompres hangat basah pada


ketiak, lipatan paha, kening (untuk -    Menurunkan suhu tubuh secara
sugesti) konduksi

          Anjurkan pasien untuk banyak


minum -    Peningkatan suhu tubuh
mengakibatkan penguapan cairan tubuh
meningkat, sehingga diimbangi dengan
intake cairan yang banyak
          Anjurkan mengenakan pakaian yang
minimal atau tipis -    Pakaian yang tipis mengurangi
          Berikan antipiretik sesuai indikasi penguapan cairan tubuh
-    Antipiretik efektif untuk menurunkan
          Berikan antimikroba jika disarankan demam
-    Mengobati organisme penyebab
Diagnosa 4
Tujuan dan KH : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (3x24jam)
diharapkan kebutuhan nutrisi pasien adekuat dengan KH: nafsu makan pasien
meningkat, BB pasien ideal, mual muntal berkurang, turgor kulit elastis, pasien
tidak lemas
Intervensi Rasional
          Kaji penyebab mual muntah pasien           Untuk menentukan intervensi
selanjutnya
          Berikan perawatan mulut           Mulut yang bersih meningkatkan
nafsu makan
          Bantu pasien membuang atau          Sputum dapat menyebabkan bau
mengeluarkan sputum sesering mulut yang nantinya dapat menurunkan
mungkin nafsu makan

          Anjurkan untuk menyajikan          Membantu meningkatkan nafsu


makanan dalam keadaan hangat makan

          Anjurkan pasien makan sedikit tapi


sering           Meningkatkan intake makanan

          Kolaborasikan untuk memilih          Memenuhi gizi dan nutrisi sesuai


makanan yang dapat memenuhi dengan keadaan pasien
kebutuhan gizi selama sakit

Diagnosa 5:
Tujuan dan K.H : setelah diberikan asuhan keperawatan selama (3x24jam)
diharapkan toleransi pasien terhadap aktifitas meningkat dengan KH : pasien
mampu berpartisipasi dalam kegiatan sehari – hari sesuai kemampuan tanpa
bantuan, pasien mampu mempraktekkan teknik, penghematan energy, TTV stabil
(S = 36,5°C – 37,5°C, N = 75 – 100x/menit, RR = 35 -40 x/ menit)

Intervensi Rasional
          Evaluasi tingkat kelemahan dan -    Sebagai informsdi dalam menentukan
toleransi pasien dalam melakukan intervensi selanjutnya
kegiatan

          Berikan lingkungan yang tenang -    Menghemat energy untuk aktifitas dan
dan periode istirahat tanpa ganguan penyembuhan

          Bantu pasien dalam melakukan -    Oksigen yang meningkat akibat aktifitas
aktifitas sesuai dengan kebutuhannya

Kolaborasi : -    Mengadekuatkan persediaan oksigen


          Berikan oksigen tambahan

Diagnosa 6
Tujuan dan KH : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (3x24jam)
diharapkan volume cairan tubuh pasien seimbang dengan KH : membrane mukosa
pasien lembab, turgor kulit baik, pengisian capiler cepat / < 3detik, input dan
output seimbang, pasien tidak muntah. Pasien tidak diare, TTV normal (S = 36,5°C
– 37,5°C, N = 75 – 100x/menit, RR = 35 -40 x/ menit)
Intervensi Rasioanl
-       Observasi TTV 2- 4 jam, kaji turgor-      Peningkatan suhu menunjukkan
kulit. peningkatan metabolic

-       Pantau intake dan output cairan -      Mengidentifikasi kekurangan volume
cairan

-       Anjurkan pasien minum air yang-      Menurunkan resiko dehidrasi


banyak

Kolaborasi : -      Melengkapi kebutuhan cairan pasien


-       Berikan terapi intravena seperti
infuse sesuai indikasi
-      Membantu memenuhi cairan bila tidak
-       Pasang NGT sesuai indikasi untuk bias dilakukan secara oral
pemasukan cairan

Diagnosa 7

Tujuan dan KH : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam


diharapkan infeksi tidak terjadi dengan KH: klien bebas dari tanda dan gejala
infeksi, menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi, jumlah
leukosit dalam batas normal, menunjukkan perilaku hidup sehat
Intervensi Rasioanl
          Kaji suhu badan 8 jam           Mendeteksi adanya tanda dari infeksi
          Monitor tanda dan gejala infeksi          Mempermudah untuk penanganan
sistemik dan lokal jika infeksi terjadi
          Inspeksi kulit dan membran mukosa          Panas, kemerahan merupakan tanda
terhadap kemerahan, panas dari infeksi
          Ajarkan pasien dan keluarga tanda          Dengan melibatkan keluarga tanda
dan gejala infeksi infeksi lebih cepat diketahui
Kolaborasi
          Berikan terapi antibiotik           Antibiotik efektif untuk mencegah
penyebaran bakteri

DAFTAR PUSTAKA
Dongoes. Marlym.2000.Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3 Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne.2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah.Vol 1.Jakarta :
EGC
Zul Dahlan .2000.Ilmu Penyakit Dalam Edisi III. Jakarta :  Balai penerbit FK UL
Rcevers,Chalene. J et all.2000.Keperawatan medical Bedah. Jakarta: Salemba
Medika 

Anda mungkin juga menyukai