Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH SOSIO ANTROPOLOGI

“KONSEP PERKEMBANGAN NILAI BUDAYA DAN


NORMA MASYARAKAT”

Dosen Pembimbing :

Susilawati,SST.,Mkes

Disusun oleh Kelompok 3 :

1. Vilda Evita Sukamto (P17331191016)


2. Sinta Dayyanatul Islami (P17331191017)
3. Azzah Bella Mawadah (P17331191018)
4. Detrina Putri Dwi Yuniar (P17331191019)
5. Celine Oktaf Wiliando H (P17331191020)
6. Kanthi Rahayu (P17331191021)
7. Nabila Ghosi Aqil S (P17331191022)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN JEMBER
2019/2020

2
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi rahmat, taufik dan
hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.

Shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW dan para sahabat dari dulu, sekarang hingga ahir zaman.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang tak terhingga


kepada Ibu Susilawati,SST.,Mkes yang telah memberikan ilmu dan
bimbingannya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul “KONSEP PERKEMBANGAN NILAI BUDAYA DAN
NORMA MASYARAKAT” karena telah menyelesaikan makalah yang
merupakan tugas dan kewajiban kami sebagai mahasiswa.

Dalam makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan dan


kesalahan, “Bahwa tidak ada gading yang tak retak dan bukanlah gading
kalau tidak retak” oleh kaarena itu dengan segala kerendahan hati mohon
kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT, kami berserah diri. Semoga makalah
ini dapat menambah wawasan dan member manfaat bagi semua. Amin, Ya
Rabal ‘Alamiin.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................1
1.3 Manfaat dan Tujuan....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Nilai, Sistem Nilai dan Orientasi Nilai..........................................3


2.2 Sistem Nilai di Masyarakat.........................................................................4
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Nilai Budaya.............5
2.4 Perbedaan Nilai dan Moral.........................................................................6
2.5 Pandangan dari Nilai masyarakat Terhadap Individu, Keluarga dan
Masyarakat
....................................................................................................................
10
2.6 Sistem Budaya dan Sistem Sosial...............................................................11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.................................................................................................14
3.2 Saran...........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

nilai merupakan sesuatu yang abstrak, yang dijadikan pedoman


serta prinsip-prinsip umum dalam bertindak dan bertingkah laku.
Keterkaitan orang atau kelompok terhadap nilai menurut Theodordon
relatif sangat kuat dan bahkan bersifat emosional. Oleh sebab itu, nilai
dapat dilihat sebagai tujuan kehidupan manusia itu sendiri.

Dalam proses interaksi diperlukan nilai-nilai, norma, dan aturan-


menentukan batasan-batasan dari perilaku dalam kehidupan masyarakat.
Jadi, dalam hubungan sosial dalam masyarakat secara mutlak adanya nilai-
nilai karena tiada nilai-nilai tanpa adanya hubungan sosial.

Norma dan nilai sering berkaitan walaupun keduanya dapat


dibedakan. Bila nilai merupakan sesuatu yang baik, diinginkan, dicita-
citakan dan dianggap penting oleh masyarakat, maka norma merupakan
kaidah atau aturan berbuat dan berkelakuan yang benar untuk mewujudkan
cita-cita.

Indonesia dikenal luas sebagai bangsa dengan realitas sosial-


budaya yang begitu majemuk. Hubungan sosial-budaya antar masyarakat
di Indonesia merupakan produk sejarah yang panjang, yang dari zaman ke
zaman mengalami perkenalan dan pergaulan dengan bangsa-bangsa,
agama-agama, dan kebudayaan-kebudayaan dunia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat ditentukan


rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Konsep Nilai, Sistem Nilai dan Orientasi Nilai


2. Sistem Nilai di Masyarakat

1
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Nilai Budaya
4. Perbedaan Nilai dan Moral
5. Pandangan dari Nilai masyarakat Terhadap Individu, Keluarga dan
Masyarakat
6. Sistem Budaya dan Sistem Sosial

1.3 Manfaat dan tujuan

Materi yang akan dijabarkan pada makalah ini berfungsi untuk


memperluas pengetahuan mahasiswa dalam mempelajari Konsep
Perkembangan Nilai Budaya dan Norma Masyarakat, di mana mahasiswa
akan memiliki pemahaman yang efektif dalam pembelajaran Sosio
Antropologi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep nilai, sistem nilai dan orientasi nilai

2.1.1 Konsep Nilai

Theodorson dalam pelly (1994) mengemukakan bahwa nilai


merupakan sesuatu yang abstrak, yang dijadikan pedoman serta prinsip-
prinsip umum dalam bertindak dan bertingkah laku. Keterkaitan orang atau
kelompok terhadap nilai menurut Theodordon relatif sangat kuat dan
bahkan bersifat emosional. Oleh sebab itu, nilai dapat dilihat sebagai
tujuan kehidupan manusia itu sendiri.

2.1.2 Sistem Nilai

Tylor dalam imran manan (1989;19) mengemukakan moral


termasuk bagian dari kebudayaan, yaitu standart tentang baik dan buruk
benar dan salah., yang kesemuanya dalam konsep yang lebih besar
termasuk kedalam ‘nilai’. Hal ini dilihat dari aspek penyampaian
pendidikan yang dikatakan bahwa pendidikan mencangkup penyampaian
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai.

2.1.3 Orientasi Nilai

Orientasi ialah peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat,


dan sebagainya) yang tepat dan benar; pandangan yang mendasari pikiran,
perhatian atau kecenderungan. Menurut Kluckhohn (dalam Mulyana,
2004), nilai adalah konsepsi (tersurat atau tersirat, yang sifatnya
membedakan individu atau ciri-ciri kelompok) dari apa yang diinginkan,
yang memengaruhi tindakan pilihan terhadap cara, tujuan antar dan tujuan
akhir. Definisi ini berimplikasi terhadap pemaknaan nilai-nilai budaya.

3
2.2 Sistem Nilai di Masyarakat

Manusia sebagai makhluk sosial dalam arti manusia hidup dalam


interaksi interpedensi sesamanya. Manusia saling membutuhkan sesamanya
baik jasmani maupun harmoni. Dalam proses interaksi diperlukan nilai-nilai,
norma, dan aturan- menentukan batasan-batasan dari perilaku dalam
kehidupan masyarakat. Jadi, dalam hubungan sosial dalam masyarakat secara
mutlak adanya nilai-nilai karena tiada nilai-nilai tanpa adanya hubungan
sosial.

Aturan hidup tidak selalu diwujudkan secara nyata, tetapi terdapat


dorongan dalam diri manusia untuk melakukan atau tidak melakukan hal
tertentu. Sifatnya abstrak namun dapat manfaatnya. Dalam masyarakat,
sebagai suatu Gemeinschafts manusia hidup bersama. Manusia sebagai
pribadi, dengan sifat-sifat individualitas yang bergaul satu sama lain. Kadang-
kadang saling saling mengerti, saling simpati, saling menghormati, dan
mencintai. Tetapi ada pula watak manusia adanya anti pati, salah paham,
membenci, mengkhianat, dan sebagainya adalah bentuk-bentuk tingkah laku
manusia dalam hubungannya dengan nilai-nilai yang berlaku.

Setiap hubungan antar manusia selalu disertai dengan proses


penilaian, baik aktif maupun pasif, baik terhadap hubungan sesamanya
maupun dengan lingkungan alam semesta. Proses penilaian itu dilakukan
secara sadar maupun tidak sadar. Realita yang demikian merupakan
kecenderungan dan kodrat manusia.

Manusia dalam hubungannya dengan sesamanya dan dengan alam


semesta tak mungkin melakukan sikap netral atau apatis. Kecenderungan-
kecenderungan untuk simpati, anti pati ataupun netral itu sendiri merupakan
suatu sikap. Dan setiap sikap adalah konsekuensi dari pada suatu penilaian,
apakah penilaian itu didasarkan azas objektif rasional atau subjektif
emosional.

4
Di dalam garis penilaian mulai dari pengertian, simpati, kagum,
hormat, memuja, cinta,atau sebaliknya salah paham, anti pati, jijik,
menghinakan, membenci, bahkan netral sekalipun adalah perwujudan dan
pengejawantahan penilaian.

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Nilai Budaya

Apabila kita kaitkan dengan kehidupan sehari-hari sulitlah


menentukan nilai budaya yang diamati oleh seorang,kelompok,atau
masyarakat. Hal ini terjadi karena nilai budaya itu bersifat relatif.

1. Nilai mengenal hakikat hidup manusia misalnya,ada yang memahami


bahwa hidup itu buruk,hidup itu baik dan hidup itu buruk tetapi manusia
wajib berikhtiar agar hidup itu baik.

2. Nilai mengenal hakikat karya manusia misalnya,ada yang beranggapan


bahwa manusia berkarya untuk mendapatkan nafkah,kedudukan,dan
kehormatan.

3. Nilai mengenal hakikat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu


misalnya ada yang berorientasi ke masa lalu, masa kini dan masa depan.

4. Nilai mengenai hakikat hubungan manusia dengan alam misalnya, ada


yang beranggapan manusia tunduk kepada alam, menjaga keselarasan dengan
alam atau berhasrat menguasai alam .

5. Nilai mengenai hakikat manusia dengan sesamanya misalya, ada yang


berorientasi kepada sesama (gotong royong), ada yang berorientasi kepada
atasan,dan ada yang menekankan kepada individualisme(mementingkan diri
sendiri).

5
2.4 Perbedaan Nilai dan Moral

2.4.1 Nilai

A. Pengertian Nilai

Nilai adalah penghargaan yang diberikan masyarakat kepada segala


sesuatu yang baik, penting, luhur, pantas yang mempunyai daya guna
fungsional bagi perkembangan dan kebaikan hidup bersama. Ataupun
merupakan hasil pertimbangan pernilaian baik atau tidak baik.

Tolak ukur nilai sosial adalah gaya fungsional suatu nilai dan
kesungguhan penghargaan, penerimaan, atau pengakuan yang diberikan
oleh seluruh atau sebagian besar masyarakat terhadap nilai sosial tersebut.
Nilai segala seuatu bertolak dari nilai intrinsic yang melekat pada harkat
kemanusiaan. Melalui nilai intrinsic ini kita dapat menenerangkan nilai
sosial benda benda lain. Nilai intrinsic dan nilai sosial harkat dan martabat
manusia itu sendiri.

Menurut Prof. Dr. Notonagoro, nilai dapat dibagi atas tiga jenis:

a. Nilai material, yaitu segala benda yang berguna bagi manusia.

b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
hidup dan mengadakan kegiatan atau aktivitas.

c. Nilai spiritual, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.

B. Tujuan nilai

a. Sebagai petunjuk arah dan pemersatu

b. Panduan bagi setiap warga dalam menentukan pilihan terhadap peran


yang akan diemban.

c. Mengontrol seseorang untuk melakukan sesuatu.

d. Berfikir jernih dan positif.

6
e. Nilai juga bertujuan sebagai alat pendorong atau motivasi dan sekaligus
menuntun manusia untuk berbuat baik.

f. Panutan dalam berperilaku.

C. Ciri-ciri nilai

a. Merupakan hasil, interaksi sosial antara warga masyarakat.

b. Terbentuk melalui proses belajar.

c. Bervariasi antara kebudayaan yang satu dengan yang lain.

d. Dapat mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap setiap orang dalam


masyarakat.

e. Dapat mempengaruhi perkembangan pribadi seseorang, baik positif


maupun negatif.

f. Merupakan asumsi-asumsi dari bermacam-macam obyek dalam


masyarakat.

g. Meruapakan hasil dari interaksi sosial antar warga masyarakat yang


dapat ditularkan, terbentuk melalui proses belajar, bervariasi antara
kebudayaan yang satu dengan yang lain, mempunyai pengaruh yang
berbeda-beda terhadap setiap orang dan dapat mempengaruhi
pengembangan pribadi seseorang.

2.4.2 Norma

A. Pengertian norma

Norma adalah Petunjuk hidup yang berisi perintah maupun


larangan yang ditetapkan dalam kesepakatan bersama dan bermaksud
untuk mengatur setiap perilaku manusia di dalam masyarakat guna
mecapai ketertiban dan kedamaian serta pada petunjuk tingkah laku atau
perilaku manusia yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari

7
berdasarkan suatu alas an-alasan atau motivasi tertentu dengan disertai
sangsi tergantung norma yang dilanggar oleh manusia itu sendiri.

Norma dan nilai sering berkaitan walaupun keduanya dapat


dibedakan. Bila nilai merupakan sesuatu yang baik, diinginkan, dicita-
citakan dan dianggap penting oleh masyarakat, maka norma merupakan
kaidah atau aturan berbuat dan berkelakuan yang benar untuk mewujudkan
cita-cita. Singkatnya bila nilai merupakan pola kelakuan yang diinginkan,
maka norma dapat disebut sebagai cara-cara kelakuan sosial yang disetujui
untuk mencapai nilait ersebut.

Norma-norma yang ada di dalam masyarakat mempunyai kekuatan


mengikat yang berbeda-beda. Ada norma yang berdaya ikat lemah, sedang
dan kuat umumnya anggota masyarakat untuk dapat membedakan
kekuatan mengikat.

Dikenal 4 pengertian norma:

1. Cara (usage)

Cara menunjuk pada suatu bentuk perbuatan. Norma ini


mempunyai daya ikat yang sangat lemah disbanding dengan kebiasaan.
Cara lebih menonjol di dalam hubungan antar manusia suatu
penyimpangan cara (usage) menimbulkan hukuman yang berupa celaan.

2. Kebiasaan (folkways)

Kebiasaan mempunyai kekuatan mengikat yang lebih tinggi dari


pada cara (usage). Kebiasaan diartikan sebagai perbuatan yang diulang-
ulang dalam bentuk yang lama karena sudah mengakar dalam kehidupan
sehari-hari. Contoh memberikan salam kepada orang-orang yang lebih tua
merupakan suatu kebiasaan dalam masyarakat .

3. Tata kelakuan (mores)

8
Tata kelakuan mencerminkan sifat-sifat yang hidup dari kelompok
manusia dan dilaksanakan sebagai alat pengawasan oleh masyarakat
terhadap anggota-anggotanya. Tata kelakuan disatu pihak memaksakan
satu perbuatan, dipihak lain tatakelakuan merupakan larangan sehingga
secara langsung menjadi pengontrol dan pedoman masyarakat dalam
melakukan perbuatan-perbuatannya dengan cara tersebut.

4. Adat-istiadat (custom)

Tata kelakuan yang berintegrasi secara kuat dengan pola-pola


perilaku masyarakat dapat mengikat menjadi adat istiadat
(custom).Anggotamasyarakat yang melanggar adat istiadat akan mendapat
sanksi keras, contohnya: di beberapa daerah khususnya Sumatra melarang
perkawinan satu marga atau satu darah karena masih terikat hubungan
saudara.

B. Tujuan norma

Norma mencakup aturan-aturan ataupun sanksi-sanksi. Hal ini


bertujuan untuk mendorong atau menekan anggota masyarakat untuk
mematuhi nilai-nilai sosial yaitu hal yang dianggap baik, benar dan di cita-
citakan masyarakat dengan ditaati sosial, yang dapat dibagi atas norma-
norma antara lain:

a. Norma agama

Bertujuan: Suatu petunjuk hidup yang berasal dari tuhan bagi


penganut-Nya agar mereka mematuhi segala peritah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya.

b. Norma kesopanan

Bertujuan: Agar peraturan hidup yang timbul dari pergaulan


segolongan manusia dan dianggap sebagai tuntunan pergaulan sehari-hari.
Agar menghormati orang yang lebih tua.

9
c. Norma hukum

Bertujuan: untuk membina ketertiban manusia, dan menumbuhkan


disiplin diri, serta menumbuhkan disiplin dalam pergaulan masyarakat.

2.5 Pandangan dari Nilai masyarakat Terhadap Individu, Keluarga dan


Masyarakat

Individu barulah dikatakan sebagai individu apabila pada


perilakunya yang khas dirinya itu diproyeksikan pada suatu lingkungan
sosial yang disebut masyarakat satuan-satuan lingkungan sosial yang
mengelilingi individu terdiri dari keluarga lembaga komunitas dan
masyarakat.

1.Hubungan individu dengan keluarga

Individu memiliki hubungan yang erat dengan keluarga yaitu


dengan ayah ibu kakek nenek Paman Bibi kakak dan adik hubungan ini
dapat dilandasi oleh nilai norma dan aturan yang melekat pada keluarga
yang bersangkutan.

2. Hubungan individu dengan lembaga

Lembaga diartikan sebagai sekumpulan norma yang secara terus-


menerus dilakukan oleh manusia karena norma-norma itu memberikan
keuntungan bagi mereka Individu memiliki hubungan yang saling
berpengaruh dengan lembaga yang ada di sekelilingnya.

3.Hubungan individu dengan komunitas

Komunitas dapat diartikan sebagai satuan kebersamaan hidup


sejumlah orang banyak yang memiliki teritorial terbatas memiliki
kesamaan terhadap menyukai sesuatu hal dan ke organisasian tata
kehidupan bersama komunitas mencakup individu keluarga dan lembaga
yang saling berhubungan secara independen empat hubungan individu
dengan masyarakat.

10
4.Hubungan individu dengan masyarakat

Terletak dalam Sikap saling menjunjung hak dan kewajiban


manusia sebagai individu dan manusia sebagai makhluk sosial.Mana yang
menjadi hak individu dan hak masyarakat hendaknya diketahui dengan
mendahulukan hak masyarakat daripada hak individu.

2.6 Sistem Budaya dan Sistem Sosial

Sistem sosial budaya Indonesia adalah sebagai totalitas nilai, tata


sosial dan tata laku manusia Indonesia harus mampu mewujudkan
pandangan hidup dan falsafah negara Pancasila ke dalam segala segi
kehidupan berbangsa dan bernegara. Asas yang melandasi pola pikir, pola
tindak, fungsi, struktur dan proses sistem sosial budaya Indonesia yang
diimplementasikan haruslah merupakan perwujudan nilai-nilai Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945, transformasi serta pembinaan sistem
sosial budaya harus tetap berkepribadian Indonesia.

Masyarakat manusia memiliki warisan-warisan genetik yang


berbeda dari jenis makhluk lainnya. Warisan-warisan genetik manusia
memberikan kemampuan kepada manusia untuk mengembangkan warisan-
warisan budaya yang sangat beragam, yang sejak semula meliputi dimensi-
dimensi sosial dan budaya, yang kemudian membangun sistem sosial-
budaya, bagi kelangsungan dan pengembangan kehidupannya. Sehingga
dapat dikatakan bahwa, sistem sosial-budaya merupakan sistem paduan
dari sistem sosial dan sistem budaya sehingga menjadi suatu sistem
kemasyarakatan yang meliputi hubunganhubungan sosial yang dengannya
manusia dalam masyarakat menghasilkan dan mengembangkan unsur-
unsur budaya, untuk memenuhi hajat-hajat sosial dan budaya suatu
masyarakat dalam melangsungkan dan mengembangkan kehidupan sosial-
budayanya. Pembahasan mengenai dinamika dan perkembangan sistem
sosial-budaya, sangat berhubungan dengan keadaan wilayah dan
kewilayahan sosial dan budaya, kependudukan, unsur-unsur kebudayaan,

11
yang mengandung hasil-hasil kebendaan (material, tangible goods) dan
pemikiran manusia dalam masyarakat, organisasi-organisasi sosial dan
lembaga-lembaga sosial budaya, beserta latar-belakangnya.

Masyarakat yang kompleks meliputi sistem-sistem sosial-budaya


yang kompleks yang menggabungkan faktor-faktor sosial dan budaya
dengan berbagai tingkatan kontradiksi dan konsistensi (Archer, 2004).
Dalam sistem sosial-budaya yang kompleks itu, penemuan dan pemberian
fungsi terhadap makna di balik tindakan manusia, bersamaan dengan
penafsiran simbol terhadap tindakan manusia dan kelompok manusia,
merupakan langkah kemuliaan. Akan tetapi makna dan simbol tindakan
manusia dalam sistem sosial-budaya terlalu beragam, sehingga
membutuhkan konseptualisasi model-model dan kategori-kategori makna
dan simbol tindakan manusia dalam sistem sosial dan sistem budaya.

Konseptualisasi sistem sosial-budaya dalam suatu bangsa akan


menyediakan peluang yang berharga bagi bangsa tersebut untuk melihat,
menghargai dan menentukan langkah-langkah dan tindakan konkrit dan
ideal sehingga bangsa tersebut lebih mudah memantapkan perjalanannya
meraih cita-cita bersama. Konseptualisasi ini mengajukan sistem sosial-
budaya di Indonesia yang terdiri dari 5 (lima) sistem sosial-budaya yang
lahir dan berkembang dari sumber-sumber dan pengalaman bangsa
Indonesia selama ratusan tahun.

Indonesia dikenal luas sebagai bangsa dengan realitas sosial-


budaya yang begitu majemuk. Hubungan sosial-budaya antar masyarakat
di Indonesia merupakan produk sejarah yang panjang, yang dari zaman ke
zaman mengalami perkenalan dan pergaulan dengan bangsa-bangsa,
agama-agama, dan kebudayaan-kebudayaan dunia. Demikian juga,
nasionalisme Indonesia, kebangsaan Indonesia pun terbentuk, terbangun
dan teruji oleh sejarah panjang, dari hasil interaksi “bangsa Indonesia”
dengan bangsa-bangsa, agamaagama, dan kebudayaan-kebudayaan dunia.

12
Pengalaman ini membentuk nilai-nilai lama dan nilai-nilai baru
dalam masyarakat Indonesia. Sebagian nilai-nilai lama hendak
ditinggalkan atau diperbaharui, sedangkan nilai-nilai baru yang sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan peradaban bangsa pada masa
sekarang dan masa mendatang harus senantiasa dipahami, diwujudkan dan
diuji dalam pergaulan sosial-budaya.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Nilai dan norma paling berkaitan walaupun keduanya dapat


dibedakan. Bila nilai merupakan sesuatu yang baik, diinginkan, dicita-
citakan dan dianggap penting oleh masyarakat, maka norma merupakan
kaidah atau aturan berbuat dan berkelakuan yang dibenarkan untuk
mewujudkan cita-cita itu. Singkatnya, bila nilai merupakan pola kelakuan
yang diinginkan, maka norma dapat disebut sebagai cara-cara kelakuan
sosial yang disetujui untuk mencapai nilai tersebut.

Setiap pola kelakuan yang telah dijadikan sebagai norma


mengandung unsur “pembesaran” maksudnya, apa yang dilakukan dengan
cara tersebut dapat dibenarkan banyak orang karena mengandung
kebaikan. Pola kelakuan itu lalu mempunyai kekuatan “memaksa” dengan
dasar fikiran bahwa “yang benaritubaik” dan “yang baikitumemaksa”.
Secara instinktif manusia yang menginginkan kebahagiaan memutuskan
untuk melakukansegala yang dapat mendatangkan kebahagiaan itu dengan
cara yang telah terbukti manfaatnya.

3.2 Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca mampu


memahami dengan benar apa itu konsep tentang perkembangan nilai
budaya dan norma dalam masyarakat, dan dengan ilmu tersebut terutama
pelayanan kesehatan terutama bidan dapat mengetahui sepenuhnya akan
pentingnya nilai dan norma yang harus diterapkan dalam masyarakat

14
DAFTAR PUSTAKA

Sutrisno. 2014. Manusia dan Lingkungan Sosial dalam Ilmu Budaya


Dasar. Surabaya: Lini Penerbitan CV. Salsabila Creative

Sutrisno,dkk. Ilmu Sosial Budaya Dasar.

15

Anda mungkin juga menyukai