Anda di halaman 1dari 28

am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
PUTUSAN

si
Nomor 126 K/Pdt.Sus-PHI/2014
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

ne
ng
MAHKAMAH AGUNG
memeriksa perkara perdata khusus perselisihan hubungan industrial dalam

do
gu tingkat kasasi memutuskan sebagai berikut dalam perkara antara:

PT. TEMPO SCAN PACIFIC TBK, beralamat di Kawasan EJIP

In
A
Plot 1 G-H Cikarang-Bekasi, dalam hal ini memberi kuasa kepada
Stefanus Haryanto, SH., LL.M.., dan kawan-kawan, Para Advokat,
ah

lik
beralamat di Chase Plaza Lt.18, Jalan Jendral Sudirman Kav.21,
Jakarta, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 13 Desember
am

ub
2013, sebagai Pemohon Kasasi dahulu Tergugat;
melawan
ep
k

SRI WARSITI, bertempat tinggal di Kampung Cibitung, RT. 004


ah

RW. 005, Kelurahan Telaga Asih, Cikarang Barat, dalam hal ini
R
memberi kuasa kepada Sasmita, SH., dan kawan-kawan, Para

si
Serikat Pekerja PT. TEMPO SCAN PASIFIK, Tbk., berdasarkan

ne
ng

Surat Kuasa Khusus tanggal 6 Juni 2013, sebagai Termohon


Kasasi dahulu Penggugat;

do
gu

Mahkamah Agung tersebut;


Membaca surat-surat yang bersangkutan;
Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang
In
A

Termohon Kasasi dahulu sebagai Penggugat telah mengajukan gugatan


terhadap Pemohon Kasasi dahulu sebagai Tergugat di depan persidangan
ah

lik

Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Bandung, pada


pokoknya sebagai berikut:
m

ub

A. DASAR GUGATAN
1. Bahwa Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian
ka

ep

Perselisihan Hubungan Industrial Pasal 87 menyebutkan bahwa : Serikat


Pekerja / Serikat Buruh dan organisasi pengusaha dapat bertindak
ah

sebagai kuasa hukum untuk beracara di Pengadilan Hubungan Industrial


es

untuk mewakili anggotanya;


M

ng

on

Hal. 1 dari 28 hal.Put.Nomor 126 K/Pdt.Sus-PHI/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
2. Bahwa Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian

R
Perselisihan Hubungan Industrial mengatur mengenai mekanisme

si
penyelesaian perselisihan hubungan perburuhan melalui Pengadilan

ne
ng
Hubungan Industrial. Pasal 1 angka 17 jo angka 1 Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2004, menyatakan perselisihan Pemutusan Hubungan

do
gu Kerja dapat diajukan pada Pengadilan Hubungan Industrial;
Pasal 1 angka 17 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Menyatakan;
Pengadilan Hubungan Industrial adalah pengadilan khusus yang dibentuk

In
A
di lingkungan pengadilan negeri yang berwenang memeriksa, mengadili,
dan memberi putusan terhadap perselisihan hubungan industrial;
ah

lik
Pasal 1 angka 1:
Perselisihan Hubungan Industrial adalah perbedaan pendapat yang
am

ub
mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan
pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh
ep
karena adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan,
k

perselisihan pemutusan hubungan kerja;


ah

R
3. Bahwa gugatan ini adalah gugatan perselisihan pemutusan hubungan

si
kerja yang timbul pada saat pengakhiran hubungan kerja antara

ne
ng

Penggugat dengan Tergugat;


4. Bahwa yang dimaksud dengan perselisihan pemutusan hubungan kerja
dalam Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang

do
gu

Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial adalah:


Pasal 1 angka 4
In
A

Perselisihan pemutusan hubungan kerja adalah perselisihan yang timbul


karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran
ah

lik

hubungan kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak;


5. Bahwa perselisihan PHK antara Penggugat dengan Tergugat ini diawali
m

ub

oleh pernyataan dari Tergugat pada tanggal 12 Februari 2013 bahwa


telah terjadi perampingan proses produksi di line Sudrex dan produk Neo
ka

Rheumacyl dan Tergugat harus melakukan PHK kepada Penggugat hari


ep

itu juga. Menerima atau tidak menerima PHK tersebut, Tergugat akan
ah

tetap melakukan PHK kepada Penggugat hari itu juga dan tidak
R

es

diperkenankan lagi untuk bekerja kembali;


M

ng

on

Hal. 2 dari 28 hal.Put.Nomor 126 K/Pdt.Sus-PHI/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
6. Tindakan sepihak Tegugat untuk melakukan PHK kepada Penggugat

R
tidak bisa diterima oleh Penggugat meskipun Tergugat sudah

si
memberikan keputusan PHK kepada Penggugat secara lisan;

ne
ng
7. Bahwa sesuai mekanisme yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2004, perselisihan PHK ini telah diupayakan melalui perundingan

do
gu bipartite pada tanggal 11 s/d 12 Februari 2013 di Ruang rapat PT Tempo
Scan Pacific TBK dengan bukti berita acara perundingan bipartit yang
pada prinsipnya SP FARKES R PT TSP TBK menyerahkan sepenuhnya

In
A
kepada masing-masing pekerja yang akan di PHK untuk menyelesaikan
perselisihan ini dengan Tergugat;
ah

lik
8. Oleh karena perundingan bipartite gagal, maka selanjutnya ditempuh
upaya penyelesaian melalui mediator pada Dinas Tenaga Kerja dan
am

ub
Transmigrasi pemerintah Kabupaten Bekasi mulai tanggal 6 Maret
sampai dengan keluarnya anjuran dinas dari Mediator tertangal 8 Mei
ep
2013 dengan anjuran Nomor 567 / 1757 / HI-Syaker / V / 2013 tertanggal
k

8 Mei 2013 dan diterima oleh Penggugat pada tanggal 13 Mei 2013;
ah

R
9. Bahwa Penggugat tidak puas dengan anjuran mediator pada Dinas

si
Tenaga Kerja dan Transmigrasi pemerintah Kabupaten Bekasi a quo dan

ne
ng

mengajukan gugatan ini ke Pengadilan Hubungan Industrial pada


Pengadilan Negeri Bandung (Jawa Barat) mengingat domisili Tergugat
ada di Cikarang – Bekasi;

do
gu

10. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, jelas bahwa gugatan ini
telah memenuhi kewenangan relative dan absolute untuk diperiksa oleh
In
A

Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Bandung,


sebagaimana disyaratkan oleh Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004
ah

lik

Tentang Penyelesalan Perselisihan Hubungan Industrial;


B. ALASAN GUGATAN
m

ub

1. Tergugat memberikan putusan PHK dan menyampaikan alasan PHK


kepada Penggugat pada hari, jam, tempat dan tanggal yang sama, yaitu
ka

ep

pada tanggal 12 Februari 2013, yang mana Penggugat saat itu sedang
bekerja masuk pagi;
ah

2. PHK yang dilakukan oleh Tergugat kepada Penggugat dengan alasan


R

es

adanya perampingan proses produksi di line Sudrex dan produk Neo


M

Rheumacyl merupakan PHK sepihak yang sama sekali tidak didahului


ng

on

Hal. 3 dari 28 hal.Put.Nomor 126 K/Pdt.Sus-PHI/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dengan penjelasan yang jelas apa yang menjadi dasar dan alasan yang

R
jelas, nyata dan konkret dari Tergugat kepada Penggugat ataupun dari

si
SP Farkes R PUK PT TSP TBK kepada Penggugat terkait dengan

ne
ng
kenapa PHK harus dilakukan dan hal apa yang sudah dilakukan untuk
mengantisipasi supaya tidak terjadi PHK;

do
gu 3. Saat Tergugat memutus hubungan kerja dengan Penggugat dengan
alasan adanya perampingan proses produksi di line sudrex dan produk
Neo Rheumacyl, Penggugat tidak bekerja pada area yang dirampingkan

In
A
tersebut, melainkan bekerja di area/line BDFT (Bodrex Flu Dan Batuk)
atau PACK SEKUNDER Line atas (lantai 2) yang sampai gugatan ini
ah

lik
dibuat bagian tersebut masih ada dan untuk line yang dirampingkan yaitu
line Sudrex dan produk Neo Rheumacyl ada di line bawah (lantai 1).
am

ub
4. Tergugat telah melakukan tindakan pemaksaan kehendak kepada
Penggugat dengan cara memutus hubungan kerja dengan Penggugat
ep
dengan alasan yang jelas-jelas tidak sesuai dengan fakta yang terjadi
k

sebenarnva dan sama sekali tidak memberi kesempatan kepada


ah

R
Penggugat untuk berpikir atau membela diri guna membuktikan bahwa

si
Penggugat tidak berada pada area yang akan dirampingkan;

ne
ng

5. Semenjak putusan PHK diberikan Tergugat kepada Penggugat pada


tanggal 12 Februari 2013, Penggugat tetap ingin bekerja namun sudah
tidak diperbolehkan lagi masuk bekerja pada hari itu juga oleh Tergugat;

do
gu

6. Penggugat sudah tidak menerima upah lagi dari Tergugat, dan upah
terakhir yang diterima Penggugat dari Tergugat adalah upah pada bulan
In
A

Januari 2013;
7. Tindakan Tergugat ini telah melanggar Undang-Undang ketenagakerjaan
ah

lik

yang berlaku yang antara lain Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003


Tentang Ketenagakerjaan:
m

ub

Pasal 151 ayat (1)


Pengusaha, pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat buruh, dan pemerintah
ka

dengan segala upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi


ep

Pemutusan Hubungan Kerja;


ah

Pasal 151 ayat (2)


R

es

Dalam hal segala upaya telah dilakukan, tetapi pemutusan hubungan


M

kerja tidak dapat dihindari, maka maksud pemutusan hubungan kerja


ng

on

Hal. 4 dari 28 hal.Put.Nomor 126 K/Pdt.Sus-PHI/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
wajib dirundingkan oleh pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh,

R
atau dengan pekerja atau buruh apabila pekerja/buruh yang

si
bersangkutan tidak menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh.

ne
ng
Pasal 151 ayat (3)
Dalam hal perundingan sebagaimana dimaksud pada ayat (2 ) benar-

do
gu benar tidak menghasilkan persetujuan, pengusaha hanya dapat
memutuskan hubungan kerja dengan pekerja/buruh setelah memperoleh
penetapan dari lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial.

In
A
Penjelasan pasal 151 ayat (1,2,3)
Dalam hal ini Pengusaha sama sekali belum melakukan upaya untuk
ah

lik
menghindari PHK tetapi sudah lebih dahulu melakukan PHK. Hal ini bisa
dilihat dari perundingan bipartite terjadi pada tanggal 11 Februari 2013
am

ub
dengan materi perundingan yang sama sekali tidak diketahui sebelumnya
oleh SP Farkes R PUK PT TSP Tbk maupun oleh Penggugat dan PHK
ep
terjadi pada tanggal 12 Februari 2013, yang lebih ironis lagi. Penggugat
k

tidak bekerja pada area yang disederhanakan produksinya. Jadi PHK ini
ah

R
adalah sepihak sementara PHK yang benar dan sesuai prosedur hanya

si
dapat dilakukan setelah memperoleh penetapan dari lembaga

ne
ng

penyelesaian perselisihan hubungan industrial;


Pasal 155 ayat (1) menyebutkan:
Pemutusan hubungan kerja tanpa penetapan sebagaimana dimaksud

do
gu

dalam Pasal 151 ayat (3) batal demi hukum;


Penjelasan Pasal 155 (1):
In
A

Karena PHK sepihak yang dilakukan Tergugat kepada Penggugat belum


ada penetapan dari lembaga penyelesaian perselisihan hubungan
ah

lik

industrial sampai dengan saat ini, maka PHK tersebut jelas batal demi
hukum;
m

ub

Pasal 155 ayat (2) menyebutkan:


Selama putusan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial
ka

belum ditetapkan, baik pengusaha maupun pekerja / buruh harus tetap


ep

melaksanakan segala kewajibannya;


ah

Penjelasan Pasal 155 ayat (2):


R

es

Tergugat telah melakukan PHK sepihak kepada Penggugat dan tidak


M

mengijinkan lagi Penggugat bekerja kembali kepada Tergugat sejak


ng

on

Hal. 5 dari 28 hal.Put.Nomor 126 K/Pdt.Sus-PHI/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
tanggal 13 Februari 2012, sementara Penggugat tetap berusaha untuk

R
minta dipekerjakan kembali, oleh sebab itu Tergugat seharusnya tetap

si
membayar upah kepada Penggugat sebagai bukti kewajibannya kepada

ne
ng
penggugat, namun kewajiban Tergugat untuk membayar upah tersebut
tidak dilaksanakan:

do
gu Pasal 93 ayat (2) huruf f menyebutkan:
Apabila pekerja / buruh bersedia melakukan pekerjaan yang telah
dijanjikan tetapi pengusaha tidak mempekerjakannya, baik karena

In
A
kesalahan sendiri maupun halangan yang seharusnya dapat dihindari
pengusaha, maka pengusaha diwajibkan membayar upah;
ah

lik
Penjelasan Pasal 93 ayat (2) huruf f sama dengan penjelasan Pasal 155
ayat (2);
am

ub
8. Bahwa tidak sesuainya antara alasan Tergugat dengan aturan hukum
yang berlaku dan fakta dilapangan terhadap PHK yang dilakukan
ep
Tergugat kepada Penggugat, tidak dipenuhinya prosedur PHK yang
k

benar dan tidak dijalankannya kewajiban Tergugat membayarkan upah


ah

R
kepada Penggugat semenjak putusan PHK diberikan (tanggal 12

si
Februari 2013) sampai dengan saat gugatan ini diajukan dan di proses ke

ne
ng

Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Bandung (Jawa


Barat), maka hal ini telah menimbulkan kerugian bagi Penggugat dan
karena Penggugat mempunyai kepentingan untuk mengajukan gugatan

do
gu

ini. Adapun kerugian-kerugian tersebut adalah sebagai berikut:


a. PHK mendadak, sepihak, tanpa alasan yang jelas dan tidak sesuai
In
A

prosedur hukum tersebut merupakan bentuk pelanggaran hukum dan


telah menimbulkan ketidakadilan bagi Penggugat beserta
ah

lik

keluarganya;
b. Tidak dibayarkannya upah Penggugat terhitung sejak bulan Februari
m

ub

2013 yang menjadi hak juridis Penggugat telah menimbulkan kerugian


immateril berupa dampak psikologis merasa terhina, tidak dihargai
ka

oleh perusahaan tempat Penggugat mengabdi bertahun-tahun


ep

lamanya, dan perasaan dieksploitasi tanpa diperhatikan hak-haknya;


ah

c. Tidak dibayarkannya upah Penggugat terhitung sejak bulan Februari


R

es

2013 yang menjadi hak juridis Penggugat telah menyebabkan


M

kerugian materiil ketika Penggugat mengeluarkan biaya-biaya


ng

on

Hal. 6 dari 28 hal.Put.Nomor 126 K/Pdt.Sus-PHI/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
pengurusan penyelesaian perselisihan mulai dari perundingan bipartit,

R
menghubungi dan bertemu dengan kuasa hukum, menghadiri sidang

si
mediasi di kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten

ne
ng
Bekasi, sampai dengan pengajuan gugatan maupun menghadiri
sidang PHI yang akan datang di Pengadilan Hubungan Industrial pada

do
gu Pengadilan Negeri Bandung (Jawa Barat);
C. FAKTA-FAKTA HUKUM
Bahwa fakta-fakta hukum yang mendasari gugatan perselisihan PHK ini

In
A
adalah sebagai berikut :
1. Bahwa PT Tempo Scan Pacific Tbk. adalah perusahaan besar, bonafit
ah

lik
dan terbuka, mempunyai jumlah karyawan saat ini kurang lebih 1400
orang dan perusahaan multinasional yang ada di beberapa Negara;
am

ub
2. Bahwa Penggugat adalah karyawan PT Tempo Scan Pacific Tbk dengan
bukti ID CARD yang dikeluarkan tanggal 5 Maret 2010 oleh HR Adm
ep
Mgr.Div.Pharma;
k

3. Bahwa Penggugat bekerja sebagai karyawan PT Tempo Scan Pacific


ah

R
Tbk. sejak tahun 2006 dibagian / area line BDFT (Bodrex Flu Dan Batuk)

si
atau Pack Sekunder Line atas (lantai 2) yang sampai gugatan ini dibuat

ne
ng

bagian tersebut masih ada dan saat putusan PHK diberikan pada tanggal
12 Februari 2013 Penggugat bekerja pada bagian/ area / line tersebut;
4. Penggugat merupakan anggota Serikat Pekerja Farmasi dan Kesehatan

do
gu

Reformasi PT Tempo Scan Pacific Tbk. dengan bukti KTA No 6948 / B.II /
KTA NAS / I / 2012;
In
A

5. Semenjak bekerja di PT Ternpo Scan Pacific Tbk., Penggugat sangat


aktif dalam kegiatan organisasi Serikat pekerja, khususnya pada tahun
ah

lik

2012 bersama dengan suaminya dengan posisi sebagai korlap


perempuan. Namur Suami Penggugat (Suparno) sudah menjadi korban
m

ub

PHK sepihak terlebih dahulu oleh Tergugat tanpa mendapatkan hak


apapun dari Tergugat;
ka

6. Pada saat Penggugat dipanggil oleh Tergugat (12 Februari 2013) pada
ep

jam 14.15 Wib, Penggugat pada posisi masih bekerja seperti biasa
ah

dengan masuk kerja pagi dengan aturan jam kerja dari jam 7.30 Wib dan
R

es

pulang jam 16.00 Wib;


M

ng

on

Hal. 7 dari 28 hal.Put.Nomor 126 K/Pdt.Sus-PHI/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
7. Penggugat memenuhi panggilan Tergugat dan dalam panggilan tersebut

R
Penggugat menerima informasi langsung dari perwakilan Tergugat (pak

si
Bibit) bahwa Penggugat akan di PHK pada hari itu juga dengan alasan

ne
ng
adanya perampingan pada proses produksi di line sudrex dan produk
Neo Rheumacyl;

do
gu 8. Penggugat merasa terkejut dan tidak percaya bahwa ini adalah benar
adanya, mengingat tidak adanya kabar apapun kepada Penggugat dan
Tergugat ataupun dari pengurus Serikat Pekerja Farmasi Dan Kesehatan

In
A
Reformasi PT Tempo Scan Pacific Tbk. terkait putusan PHK ini dan
alasan yang melatar belakanginya, apalagi PENGGUGAT tidak bekerja
ah

lik
pada line Sudrex dan produk Neo Rheumacyl sebagaimana yang telah
dijelaskan di atas;
am

ub
9. Tergugat tidak memberikan opsi yang lain kepada Penggugat pada saat
itu selain dari pada harus menerima PHK tersebut dengan tawaran
ep
nominal pesangon sebagaimana yang tertera di surat perjanjian yang
k

telah disiapkan oleh perwakilan Tergugat;


ah

R
10. Jika Penggugat tidak bersedia menerima tawaran Tergugat, maka

si
Tergugat tetap tidak mengijinkan Penggugat untuk bekerja kembali,

ne
ng

artinya Penggugat di PHK dengan cara paksa oleh Tergugat pada hari itu
juga. Karena Penggugat bingung, bercampur sedih dan tidak bisa
mempercayai berita ini, akhirnya Penggugat tidak bersedia

do
gu

menandatangani surat perjanjian yang sudah disiapkan oleh Perwakilan


Tergugat dan setelah itu langsung pulang (dan memang sudah waktunya
In
A

pulang) dengan tetap berkomitmen dalam hati akan berusaha


semaksimal mungkin untuk tetap bisa bekerja;
ah

lik

11. Penggugat sempat berpikir, apakah PHK ini terkait dengan eksistensi
Penggugat dalam menjalankan kegiatan organisasi serikat pekerja
m

ub

sebelumnya ? atau karena ada sebab yang lain ? kalau karena efisiensi,
efisiensi yang mana ? atau apakah karena kesalahan data saja ?;
ka

12. Esok harinya, tanggal 13 Februari 2013, Penggugat konsultasi dengan


ep

Pengurus DPP FSP Farkes R dengan didampingi oleh dua orang PUK
ah

SP FARKES R PT Tempo Scan Pacific Tbk. untuk meminta pembelaan.


R

es

Pertemuan Penggugat yang didampingi oleh dua orang PUK SP


M

FARKES R PT Tempo Scan Pacific Tbk dengan Pengurus DPP FSP


ng

on

Hal. 8 dari 28 hal.Put.Nomor 126 K/Pdt.Sus-PHI/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Farkes R berlangsung di ruang serba guna Dinas Tenaga Kerja Dan

R
Transmigrasi Kabupaten Bekasi;

si
13. Dalam pertemuan tersebut Penggugat meminta dan menyerahkan

ne
ng
sepenuhnya kepada pengurus DPP FSP Farkes R untuk mewakili atau
menunjuk wakil bagi Penggugat dalam menyelesaikan perselisihan ini,

do
gu dan saat itu Pengurus DPP FSP Farkes R menyatakan siap dan akan
segera melakukan upaya hukum sesuai dengan kapasitas yang dimiliki;
14. Untuk memastikan rasa penasaran atas alasan Tergugat melakukan PHK

In
A
tersebut, Tanggal 14 Februari 2013, Penggugat datang kepada Tergugat
(PT. Tempo Scan Pacific Tbk) untuk bekerja seperti biasa dengan
ah

lik
harapan bahwa PHK tersebut hanya karena kesalahan data saja. Sempat
terjadi pertemuan dan dialog antara Penggugat dengan Perwakilan
am

ub
Tergugat. Dalam dialog dan pertemuan tersebut Penggugat tetap
berusaha meminta agar bisa bekerja kembali. Permintaan Penggugat ini
ep
tidak bisa dipenuhi oleh Perwakilan Tergugat, dan Penggugat sudah tidak
k

diperbolehkan lagi oleh Tergugat untuk bekerja;


ah

R
15. Karena sudah mendapat kepastian langsung dari perwakilan Tergugat

si
bahwa Tergugat tidak mengijinkan lagi Penggugat bekerja kembali,

ne
ng

Penggugat pulang kembali dengan perasaan kecewa dan tetap tidak


percaya bahwa peristiwa PHK sepihak ini bisa terjadi meskipun antara
alasan Tergugat dan fakta yang terjadi di lapangan bertolak belakang.

do
gu

Meskipun demikian adanya, Penggugat akan tetap menolak PHK sepihak


tersebut dan akan menempuh jalur hukum guna memperjuangkan
In
A

keinginannya untuk dapat bekerja kembali;


16. Semenjak adanya putusan PHK sepihak dari Tergugat pada tanggal 12
ah

lik

Februari 2013, Penggugat sudah tidak mendapatkan upah/gaji lagi


sampai dengan saat ini dan upah terakhir yang diterima oleh Penggugat
m

ub

adalah upah bulan Januari 2013;


17. Kenaikan upah selama ini untuk seluruh pekerja yang bekerja pada
ka

Tergugat adalah setiap bulan April, seharusnya Tergugat juga sudah


ep

harus memberi upah baru untuk Penggugat. Jangankan upah baru, upah
ah

lama yang seharusnya masih diberikan Tergugat kepada Penggugat juga


R

es

tidak dijalankan. Fakta ini jelas-jelas bukti pelanggaran yang konkret


M

ng

on

Hal. 9 dari 28 hal.Put.Nomor 126 K/Pdt.Sus-PHI/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
terhadap ketentuan hukum yang berlaku sebagaimana sudah dijelaskan

R
dalam bagian alasan gugatan poin 7;

si
18. Bahwa alasan Penggugat menolak dengan keras untuk di PHK oleh

ne
ng
Tergugat adalah sebagai berikut:
a. Pada saat PHK tersebut diputuskan oleh Tergugat untuk diberlakukan

do
gu kepada Penggugat, penggugat tidak bekerja pada line Sudrex dan produk
Neo Rheumacyl melainkan berada pada line dan produk yang lain yaitu
pada bagian BDFT (Bodrex Flu Dan Batuk) atau pack sekunder Line atas

In
A
(lantai 2);
b. Berikut sejarah penempatan pada bagian pekerjaan yang dilakukan oleh
ah

lik
Penggugat semenjak masuk bekerja di PT. Tempo Scan Pacific Tbk. pada
tanggal 24 Februari 2006 sampai dengan munculnya putusan PHK dari
am

ub
Tergugat pada Tanggal 12 Februari 2013;
⇒ Penggugat pertama kali bekerja di PT. Tempo Scan Pacific Tbk. pada
ep
tanggal 24 Februari 2006 pada bagian Bodrex dan NRDB di lantai 1
k

Departeman Pack Sekunder untuk line Bodrex Dan Rheumacyl sampai


ah

R
Oktober 2009);

si
⇒ Setelah itu Penggugat tetap berada pada bagian tersebut namun diposisi

ne
ng

pada bagian penimbang sampai bulan September 2012 ).


⇒ Setelah bulan September 2012, Penggugat tetap pada bagian tersebut di

do
atas, namun berpindah posisi pada pekerjaan ngepak (packer) line
gu

Bodrex Flu dan Batuk Lantai 2 sampai dengan adanya putusan PHK oleh
Tergugat pada tanggal 12 Februari 2013;
In
A

⇒ Penggugat melakukan pekerjaan di line Sudrex dan produk Neo


Rheumacyl (Lantai 1) setelah bulan September 2012 hanya pada saat
ah

lik

produk Sudrek dan Neo Rheumacyl mengalami peningkatan target


produksi, biasanya dilakukan pada hari libur atau diluar jam kerja
m

ub

normative dan dibayar Over Time. Selebihnya, Penggugat berada pada


bagian line Bodrex Flu dan Batuk Lantai 2 Pack Sekunder;
ka

ep

19. Bahwa menurut keterangan Tergugat dalam Surat anjuran Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi pemerintah Kabupaten Bekasi Nomor 567 /
ah

1757 / HI-Syaker / V / 2013 tertanggal 8 Mei 2013 pada bagian poin 2


es

keterangan Pihak Pengusaha yang pada intinya menyebutkan bahwa


M

ng

Pengusaha sudah berupaya mencarikan pekerjaan yang sifatnya hanya


on

Hal. 10 dari 28 hal.Put.Nomor 126 K/Pdt.Sus-PHI/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
sementara untuk Penggugat dari bulan November 2012 sampai bulan

R
Februari 2013 yang pada bulan Februari 2013 pekerjaan yang sifatnya

si
sementara itupun akhirnya telah diselesaikan dan pekerjaan yang

ne
ng
sementara tidak tersedia lagi adalah alasan yang di buat-buat, hal ini bisa
dibuktikan dari posisi Penggugat bekerja sejak bulan September 2012

do
gu sampai putusan PHK dikeluarkan oleh Tergugat tidak pernah berubah /
tidak berpindah tempat atau tidak berganti pekerjaan;
20. Area kerja dan jenis pekerjaan yang selama ini tempat Penggugat

In
A
bekerja dan mengerjakan pekerjaannya sebelum dan sesudah adanya
PHK sepihak dari Tergugat kepada Penggugat, sampai hari ini masih ada
ah

lik
dan berlangsung seperti biasa, sehingga sangat jelas tidak terbukti
alasan Tergugat untuk melakukan PHK sepihak kepada Penggugat;
am

ub
21. Penggugat melalui kuasa Penggugat sudah melaporkan PHK sepihak ini
kepada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bekasi Pada
ep
Tanggal 15 Februari 2013 dengan ditembuskan kepada beberapa
k

instansi terkait agar pihak Dinas membantu untuk menyelesaikan


ah

R
masalah ini, hal ini dilakukan oleh karena Penggugat sudah tidak diijinkan

si
lagi untuk bekerja di PT Tempo Scan Pacific Tbk semenjak tangggal 13

ne
ng

Februari 2013;
22. Tanggal 6 Maret 2013 Penggugat dan Tergugat memenuhi panggilan
Pihak Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bekasi. Dalam

do
gu

pertemuan itu, Penggugat dan Tergugat diminta oleh Mediator Dinas


Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bekasi melakukan
In
A

perundingan namun tidak ada titik temu;


23. Karena tidak ada titik temu dalam perundingan bipartite dan setelah
ah

lik

dipanggil beberapa kali oleh Mediator Dinas Tenaga Kerja dan


Transmigrasi Kabupaten Bekasi untuk melakukan Mediasi, maka
m

ub

Mediator mengeluarkan surat anjuran Nomor 567 / 1757 / HI-Syaker / V /


2013 tertanggal 8 Mei 2013 dan diterima oleh Penggugat pada tanggal 13
ka

Mei 2013;
ep

24. Pendapat Mediator dalam surat anjuran Dinas Tenaga Kerja dan
ah

Transmigrasi Kabupaten Bekasi No : 567 / 1757 / HI-Syaker / V / 2013


R

es

tidak bisa diterima oleh Penggugat karena dinilai tidak adanya


M

ng

on

Hal. 11 dari 28 hal.Put.Nomor 126 K/Pdt.Sus-PHI/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
kesesuaian antara fakta di lapangan dengan pertimbangan yang

R
digunakan Mediator dalam memberikan anjuran;

si
25. Bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum dan peristiwa hukum yang konkret

ne
ng
yang disampaikan oleh Penggugat di atas (poin 1 sampai dengan 24),
dan berdasarkan Pasal 93 ayat (2) huruf f, Pasal 151 ayat (3) jo Pasal

do
gu 155 ayat (1,2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan yang dengan sengaja dilanggar oleh Tergugat
sebagaimana yang disebutkan di bawah ini:

In
A
Pasal 93 ayat (2) huruf f menyebutkan:
Apabila pekerja / buruh bersedia melakukan pekerjaan yang telah
ah

lik
dijanjikan tetapi pengusaha tidak mempekerjakannya, baik karena
kesalahan sendiri maupun halangan yang seharusnya dapat dihindari
am

ub
pengusaha, maka pengusaha diwajibkan membayar upah;
Pasal 151 ayat (3) menyebutkan:
ep
Dalam hal perundingan sebagaimana dimaksud pada ayat (2 ) benar-
k

benar tidak menghasilkan persetujuan, pengusaha hanya dapat


ah

R
memutuskan hubungan kerja dengan pekerja/buruh setelah memperoleh

si
penetapan dari lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial.

ne
ng

Pasal 155 ayat (1) menyebutkan:


Pemutusan hubungan kerja tanpa penetapan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 151 ayat (3) batal demi hukum;

do
gu

Pasal 155 ayat (2) menyebutkan:


Selama putusan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial
In
A

belum ditetapkan, baik pengusaha maupun pekerja / buruh harus tetap


melaksanakan segala kewajibannya.
ah

lik

26. Berdasarkan ketentuan Pasal 151 ayat (3) jo Pasal 155 ayat (1,2) jo
Pasal 93 ayat (2) huruf f UU No 13 Tahun 2003 Tentang
m

ub

Ketenagakerjaan sebagaimana sudah disebutkan isinya dalam fakta-


fakta hukum poin 25, maka Penggugat seharusnya tetap menerima Gaji/
ka

Upah dan tunjangan lainnya yang biasa diterima, Penggugat dari


ep

Tergugat untuk setiap bulannya terhitung dari dihentikannya gaji/ Upah


ah

Penggugat (bulan Februari 2013) sampai dengan adanya putusan


R

es

lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang sudah


M

memiliki kekuatan hukum yang tetap;


ng

on

Hal. 12 dari 28 hal.Put.Nomor 126 K/Pdt.Sus-PHI/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
27. Untuk besaran Gaji/Upah dan tunjangan lainnya yang biasa diterima oleh

R
Penggugat dari Tergugat setiap bulannya adalah:

si
a. Gaji Pokok sesuai dengan slip terakhir bulan Januari 2013 Rp2.402.400,-

ne
ng
(dua juta empat ratus dua ribu empat ratus rupiah);
b. Lain-lain sesuai dengan slip gaji terakhir bulan Januari 2013 Rp225.000,-

do
gu (dua ratus dua puluh lima ribu rupiah);
c. Total Gaji pokok dan Lain-lain sesuai slip gaji terakhir bulan Januari 2013
untuk setiap bulannya adalah Rp2.627.400;- (dua juta enam ratus dua

In
A
puluh tujuh ribu empat ratus rupiah);
28. Dengan demikian, Gaji/Upah Penggugat untuk bulan Februari sampai
ah

lik
dengan Juni 2013 yang sudah terlewatkan yang belum dibayarkan oleh
Tergugat kepada Penggugat harus dibayarkan oleh Tergugat kepada
am

ub
Penggugat dengan cara dirapel dengan jumlah Rp 2.627.400,- X 5 =
Rp13.137.000,- ( tiga belas juta seratus tiga puluh tujuh ribu);
ep
29. Oleh karena sudah jelas bahwa Tergugat tidak melakukan kewajibannya
k

kepada Penggugat sebagaimana sudah dijelaskan di atas, maka untuk


ah

R
selanjutnya Gaji/Upah Penggugat bulan Juli 2013 sampai dengan bulan-

si
bulan selanjutnya selama proses hukum berjalan sampai dengan adanya

ne
ng

putusan lembaga penyelesaian perselisihan Hubungan Industrial yang


telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, Tergugat wajib untuk
memberikan Gaji/Upah atas perintah Majelis Hakim yang menangani

do
gu

perselisihan ini dan secara rutin untuk setiap bulan sesuai dengan
tanggal penerimaan Gaji/Upah kepada Penggugat sebesar Rp2.627.400,-
In
A

(dua juta enam ratus dua puluh tujuh ribu empat ratus rupiah)
sebagaimana juga telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 2
ah

lik

Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial


Pasal 96 ayat (1,2,3,4);
m

ub

30. Bahwa dalam upaya yang dilakukan oleh Penggugat untuk mengurus
penyelesaian perselisihan ini, Penggugat telah mengeluarkan sejumlah
ka

biaya-biaya dengan perincian sebagai berikut:


ep

a. Biaya-biaya transportasi dan akomodasi local untuk keperluan


ah

konsultasi hukum sebesar Rp 3.000.000,- (tiga juta rupiah);


R

es

b. Biaya duplikasi dokumen kasus dan materi terkait sebesar


M

Rp1.000.000,- (satu juta rupiah);


ng

on

Hal. 13 dari 28 hal.Put.Nomor 126 K/Pdt.Sus-PHI/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
c. Biaya-biaya transportasi dan akomodasi local yang akan dikeluarkan

R
untuk keperluan sidang perkara ini sampai dengan upaya hukum

si
terakhir yang besarnya diperkirakan sebesar Rp15.000.000,- (sepuluh

ne
ng
juta rupiah);
d. Total biaya yang dikeluarkan Penggugat untuk mengurus penyelesaian

do
gu perselisihan ini sebesar Rp 19.000.000,-;
Berdasarkan dalil-dalil tersebut di atas, Penggugat mohon kepada Majelis Hakim
Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Bandung Yang

In
A
Terhormat yang memutus perkara ini agar dapat memutuskan sebagai berikut :
PRIMAIR:
ah

lik
1. Menerima dan mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya;
2. Menjatuhkan putusan sela pada saat persidangan pertama atau kedua
am

ub
sebagaimana ketentuan Pasal 96 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004
Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial dengan isi putusan
ep
sebagai berikut:
k

a. Memerintahkan Tergugat membayarkan Gaji/Upah Penggugat untuk bulan


ah

R
Februari smpai dengan Juni 2013 yang sudah terlewatkan yang belum

si
dibayarkan oleh Tergugat kepada Penggugat dengan cara dirapel dengan

ne
ng

jumlah Rp 2.627.400,- X 5 = Rp 13.137.000,- (tiga belas juta seratus tiga


puluh tujuh ribu rupiah);
b. Memerintahkan Tergugat untuk membayarkan upah Penggugat setiap

do
gu

tanggal 26 untuk setiap bulannya sebesar Rp 2.627.400,- terhitung bulan


Juli 2013 sampai dengan adanya putusan Pengadilan Hubungan Industrial
In
A

yang memiliki kekuatan hukum yang tetap;


3. Menyatakan Pemutusan Hubungan Kerja yang dilakukan Tergugat kepada
ah

lik

Penggugat tidak sah dan batal demi hukum;


4. Memerintahkan kepada Tergugat agar Penggugat di pekerjakan kembali;
m

ub

5. Memerintahkan kepada Tergugat untuk mengganti / membayar semua biaya


yang dikeluarkan oleh Penggugat dalam mengurus penyelesaian
ka

perselisihan ini sebesar Rp 19.000.000,- dengan perincian sebagai berikut:


ep

a. Biaya-biaya transportasi dan akomodasi local untuk keperluan konsultasi


ah

hukum sebesar Rp 3.000.000,- (tiga juta rupiah);


R

es

b. Biaya duplikasi dokumen kasus dan materi terkait sebesar Rp.1.000.000,-


M

(satu juta rupiah);


ng

on

Hal. 14 dari 28 hal.Put.Nomor 126 K/Pdt.Sus-PHI/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
c. Biaya-biaya transportasi dan akomodasi lokal yang akan dikeluarkan

R
untuk keperluan sidang perkara ini sampai dengan upaya hukum terakhir

si
yang besarnya diperkirakan sebesar Rp15.000.000,- (lima belas juta

ne
ng
rupiah);
6. Menyatakan bahwa putusan ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu meskipun

do
gu ada upaya verzet, banding, kasasi, perlawanan dan atau peninjauan kembali;
7. Demi terjaminnya perlindungan terhadap hak-hak Penggugat, maka apabila
pihak Tergugat Lalai untuk melaksanakan kewajibannya sebagaimana

In
A
tuntutan primair Penggugat poin 4, Kiranya Majelis Hakim mengenakan
kepada Tergugat dwangsom (uang paksa) sebesar Rp 500.000,- untuk
ah

lik
keterlambatan setiap harinya semenjak putusan ini dibacakan dan sampai
mempunyai kekuatan hukum yang tetap, untuk diberikan kepada Penggugat
am

ub
sebagai jaminan bagi Penggugat agar pihak Tergugat mau tidak mau harus
melaksanakan putusan Majelis Hakim;
ep
8. Menghukum Tergugat untuk membayar segala biaya yang timbul dari perkara
k

ini;
ah

R
SUBSIDAIR

si
Apabila Majelis Hakim Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri

ne
ng

Bandung Yang Terhormat berpendapat lain, kami memohon putusan yang


seadil - adilnya (ex aequo et bono);
Bahwa, terhadap gugatan tersebut Pengadilan Hubungan Industrial pada

do
gu

Pengadilan Negeri Bandung telah memberikan putusan Nomor 69/G/2013/PHI/


PN.Bdg tanggal 03 Desember 2013, yang amarnya sebagai berikut:
In
A

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian;


2. Menghukum Tergugat PT.Tempo Scan Pacifik Tbk untuk mempekerjakan
ah

lik

kembali Penggugat Sri Warsiti di bagian Pack Sekunder;


3. Menghukum Tergugat memanggil Penggugat secara tertulis untuk
m

ub

bekerja kembali selambat-lambatnya 10 hari kerja sejak putusan


diucapkan;
ka

ep

4. Memerintahkan Penggugat untuk melapor bekerja kembali pada


Tergugat selambat-lambatnya 10 hari kerja sejak putusan diucapkan;
ah

5. Menghukum Tergugat membayar upah Penggugat sejak bulan Februari


R

es

2013 sampai dengan Juli 2013 dengan perincian 6 bulan x Rp2.402.400,-


M

ng

on

Hal. 15 dari 28 hal.Put.Nomor 126 K/Pdt.Sus-PHI/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
(dua juta empat ratus dua ribu empat ratus rupiah) = Rp14.414.400,-

R
(empat belas juta empat ratus empat belas ribu empat ratus rupiah);

si
6. Menolak gugatan Penggugat selain dan selebihnya;

ne
ng
7. Membebankan biaya perkara kepada Negara sebesar Rp319.000,- (tiga
ratus sembilan belas ribu rupiah);

do
gu Menimbang, bahwa putusan Pengadilan Hubungan Industrial pada
Pengadilan Negeri Bandung tersebut telah diucapkan dengan hadirnya Kuasa
Penggugat dan kuasa Tergugat pada tanggal 3 Desember 2013, terhadap

In
A
putusan tersebut, Tergugat melalui kuasanya berdasarkan surat kuasa khusus
tanggal 13 Desember 2013 mengajukan permohonan kasasi pada tanggal 19
ah

lik
Desember 2013 sebagaimana ternyata dari Akta Permohonan Kasasi Nomor
54/Kas/G/2013/PHIPN.Bdg., yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Hubungan
am

ub
Industrial pada Pengadilan Negeri Bandung, permohonan tersebut disertai
dengan memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri/
ep
Hubungan Industrial Bandung pada tanggal 30 Desember 2013;
k

Bahwa memori kasasi telah disampaikan kepada Penggugat pada


ah

R
tanggal 8 Januari 2014 kemudian Penggugat mengajukan kontra memori kasasi

si
yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan

ne
ng

Negeri Bandung pada tanggal 22 Januari 2014;


Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasan-alasannya
telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama, diajukan dalam

do
gu

tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang,


sehingga permohonan kasasi tersebut secara formal dapat diterima;
In
A

Menimbang, bahwa keberatan-keberatan kasasi yang diajukan oleh


Pemohon Kasasi dalam memori kasasinya adalah:
ah

lik

Keberatan Pertama
Judex Facti melakukan kekeliruan yang fatal dalam menjatuhkan putusan a quo
m

ub

karena Judex Facti ternyata memberikan ultra petitum partium, dengan


memberikan putusan yang mengabulkan hal-hal yang tidak pernah diminta oleh
ka

ep

Termohon Kasasi.
1. Judex Facti telah melakukan kekeliruan yang fatal dalam menjatuhkan
ah

petitum Putusan a quo yang jika diperbandingkan dengan pertimbangan


R

es

hukumnya dalam halaman 38-41 Putusan a quo, terdapat ketidaksesuaian


M

secara legal formil sebagaimana akan diuraikan sebagai berikut:


ng

on

Hal. 16 dari 28 hal.Put.Nomor 126 K/Pdt.Sus-PHI/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Di dalam petitum angka 2 Putusan a quo disebutkan:

R
“2.Menghukum Tergugat PT. Tempo Scan Pacifik, Tbk untuk

si
mempekerjakan kembali Penggugat Sri Warsiti di bagian Pack

ne
ng
Sekunder”;
Jika merujuk pada petitum gugatan sebagaimana dapat dilihat pada

do
gu halaman 9 Putusan a quo, Termohon Kasasi tidak pernah meminta di
dalam petitum Gugatannya untuk dipekerjakan kembali di bagian pack
sekunder. Dengan demikian secara legal formil isi dari petitum Nomor 2

In
A
Putusan a quo bersifat ultra petitum partium yang jelas-jelas melanggar
ketentuan Pasal 178 ayat (3) HIR, Pasal 189 ayat (3) RBG dan Pasal 50
ah

lik
Rv yang juga mengikat peradilan hubungan industrial berdasarkan
ketentuan Pasal 57 Undang-Undang Nomor 2/2004;
am

ub
2. Mantan Hakim Agung Bpk. M. Yahya Harahap, SH dalam bukunya “Hukum
Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembutian dan
ep
Putusan Pengadilan” menjelaskan mengenai larangan ultra petitum partium
k

di halaman 801-802 sebagai berikut:


ah

R
”Asas lain, digariskan pada Pasal 178 ayat (3) HIR, Pasal 189 ayat (3) RBG

si
dan Pasal 50 Rv. Putusan tidak boleh mengabulkan melebihi tuntutan yang

ne
ng

dikemukakan dalam gugatan. Larangan ini disebut ultra petitum partium;


Hakim yang mengabulkan melebihi posita maupun petitum gugatan,
dianggap telah melampaui batas wewenang atau ultra vires yakni bertindak

do
gu

melampaui wewenangnya (beyond the powers of his authorithy). Apabila


putusan mengandung ultra petitum, harus dinyatakan cacat (invalid)
In
A

meskipun hal itu dilakukan hakim dengan iktikad baik (good faith) maupun
sesuai dengan kepentingan umum (public interest). Mengadili dengan cara
ah

lik

mengabulkan melebihi dari apa yang digugat, dapat dipersamakan dengan


tindakan yang tidak sah (illegal) meskipun dilakukan dengan iktikad baik”;
m

ub

Tindakan Judex Facti yang telah mengabulkan melebihi tuntutan yang


dikemukakan dalam gugatan atau ultra petitum partium juga bertentangan
ka

ep

dengan kaidah hukum yang dijalankan oleh Mahkamah Agung sebagaimana


terdapat dalam yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 1001/K/Sip.1972
ah

dan yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 77 K/Sip/1973 yang masing-


R

es

masing memberikan kaidah hukum:


M

ng

on

Hal. 17 dari 28 hal.Put.Nomor 126 K/Pdt.Sus-PHI/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
“melarang hakim mengabulkan hal-hal yang tidak diminta atau melebihi dari

R
apa apa yang diminta”;

si
“putusan harus dibatalkan, karena putusan Pengadilan Tinggi mengabulkan

ne
ng
ganti rugi yang tidak diminta dalam gugatan”;
3. Mengapa hanya penambahan kalimat “di bagian pack sekunder” saja

do
gu menjadi sedemikian pentingnya sehingga haruslah dinyatakan telah
melanggar asas ultra petitum partium? Sebagaimana telah diuraikan dalam
bagian Latar Belakang di atas, kembali Pemohon Kasasi memohon

In
A
perhatian Judex Juris bahwa permasalahan yang justru menjadi esensi
dalam perkara a quo adalah:
ah

lik
a. apakah benar Jenis Pekerjaan Termohon Kasasi adalah di bagian pack
sekunder saja tanpa “embel-embel” di unit/bagian apa dari proses pack
am

ub
sekunder itu sendiri sehingga petitum dalam Putusan a quo sudah tepat?;
b. apakah benar Jenis Pekerjaan Termohon Kasasi di bagian pack sekunder
ep
untuk jenis produk Sudrex, Neo Rheumacyl maupun Bodrex Flu dan
k

Batuk sudah tidak ada lagi sehingga tindakan PHK oleh Pemohon Kasasi
ah

R
terpaksa harus dilakukan (karena pekerjaan tersebut sudah tidak ada)?;

si
Permasalahan-permasalahan hukum di atas sebagaimana sudah

ne
ng

Pemohon Kasasi uraikan dalam bagian Latar Belakang sebenarnya


sudah memperoleh jawaban yang sangat jelas bahwa pekerjaan dari
Termohon Kasasi baik untuk produk Sudrex, Neo Rheumacyl maupun

do
gu

Bodrex Flu dan Batuk sudah tidak ada lagi karena terjadinya
penyederhanaan proses pengemasan; dan hal ini justru menjadi sangat
In
A

penting dalam menentukan petitum Putusan a quo; sebagaimana secara


terperinci akan kembali diuraikan dalam bagian keberatan lain di Memori
ah

lik

Kasasi ini;
Selain itu, akan muncul konsekwensi hukum lainnya atas kekeliruan
m

ub

petitum Putusan a quo ini yaitu apabila Pemohon Kasasi harus mengikuti
secara gramatikal isi petitum Putusan a quo tersebut, maka Termohon
ka

ep

Kasasi harus ditempatkan di bagian Pack Sekunder untuk produk apa


dan di bagian proses pack sekunder yang mana? Apakah untuk
ah

sembarang produk? Mengingat setiap proses dan jenis pekerjaan pada


R

es

bagian Pack Sekunder tentunya dan pastinya berbeda dengan Jenis


M

Pekerjaan Termohon Kasasi. Selain itu, karena faktanya semua proses


ng

on

Hal. 18 dari 28 hal.Put.Nomor 126 K/Pdt.Sus-PHI/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dan jenis pekerjaan pada bagian Pack Sekunder yang masih ada untuk

R
produk-produk lainnya telah terisi dengan pekerja lainnya, sehingga akan

si
muncul konsekwensi hukum:

ne
ng
a. Apakah Pemohon Kasasi harus “menggusur” dan melakukan PHK
terhadap 1 (satu) orang pekerja lainnya demi harus melaksanakan isi

do
gu Putusan a quo yang jelas-jelas melanggar asas ultra petitum partium
ini? atau
b. Apakah Pemohon Kasasi harus menghidupkan kembali proses

In
A
pengemasan secara manual yang sebelumnya telah disederhanakan,
demi harus melaksanakan isi Putusan a quo yang mengandung
ah

lik
kekeliruan untuk kepentingan seorang Termohon Kasasi? Hal mana
akan membawa dampak beban finansial yang berat bagi Pemohon
am

ub
Kasasi dan mencederai rasa keadilan tidak saja bagi Pemohon Kasasi
namun juga bagi para pekerja Pemohon Kasasi;
ep
4. Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, maka secara legal formil isi
k

Petitum Nomor 2 Putusan a quo jelas dapat dikualifikasikan melangar


ah

R
asas ultra petitum partium dan karenanya sudah sepatutnya untuk

si
dibatalkan oleh Judex Juris yang Terhormat;

ne
ng

do
Keberatan Kedua
gu

Judex Facti tidak menerapkan ketentuan hukum dengan benar dengan tidak
mempertimbangkan bahwa Pemohon Kasasi telah berupaya untuk menghindari
In
A

PHK sesuai ketentuan Pasal 151 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan, namun demikian tindakan PHK terhadap 86
ah

lik

orang (termasuk Termohon Kasasi) terpaksa dilakukan juga karena pekerjaan


yang mereka lakukan sudah tidak ada lagi;
m

ub

5. Judex Facti telah keliru dalam menjatuhkan Putusan a quo karena tidak
mempertimbangkan ketentuan Pasal 151 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13
ka

ep

Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (“UU Nomor 13/2003”) yang telah


dilaksanakan dengan segala upaya oleh Pemohon Kasasi. Di dalam
ah

persidangan tingkat pertama, Pemohon Kasasi sudah mengajukan alat bukti


R

es

baik berupa alat bukti tertulis maupun keterangan saksi-saksi fakta yang
M

pada pokoknya membuktikan bahwa:


ng

on

Hal. 19 dari 28 hal.Put.Nomor 126 K/Pdt.Sus-PHI/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
a. Jenis Pekerjaan Termohon Kasasi adalah di salah satu bagian dari

R
proses pekerjaan Pack Sekunder untuk produk Sudrex, Neo

si
Rheumacyl;

ne
ng
b. Dengan adanya penyederhanaan proses produksi dan penyederhanaan
kemasan yang sudah diakui sebagai fakta pula oleh Judex Facti dalam

do
gu pertimbangan hukumnya, maka Jenis Pekerjaan Termohon Kasasi
(bagian Pack Sekunder untuk produk Sudrex dan Neo Rheumacyl)
menjadi tidak ada lagi;

In
A
c. Karena tidak adanya lagi Jenis Pekerjaan Termohon Kasasi maupun
proses dan jenis pekerjaan Pack Sekunder lainnya untuk produk Sudrex
ah

lik
dan Neo Rheumacyl yang menjadi tempat bekerja Termohon Kasasi
dan 85 (delapan puluh lima) orang lainnya, maka Pemohon Kasasi tidak
am

ub
serta merta melakukan PHK melainkan sebisa mungkin
“memperbantukan” ke 86 (delapan puluh enam) pekerja tersebut
ep
(termasuk Termohon Kasasi) ke proses dan jenis pekerjaan Pack
k

Sekunder untuk jenis produk obat yang belum mengalami


ah

R
penyederhanaan proses produksi atau penyederhanaan kemasan

si
(dengan syarat bahwa proses dan jenis pekerjaannya harus sama dan

ne
ng

sejenis dengan proses dan jenis pekerjaan yang sebelumnya dikerjakan


oleh pekerja tersebut);
d. Ketika pekerjaan Pack Sekunder di tempat Termohon Kasasi untuk

do
gu

“diperbantukan” yaitu untuk produk Bodrex Flu dan Batuk juga sudah
tidak ada lagi antara lain juga karena penyederhanaan kemasan yang
In
A

juga penyederhaan proses pengemasan dan Pemohon Kasasi tidak


dapat menemukan lagi “tempat” untuk menampung ke 86 (delapan
ah

lik

puluh enam) pekerja tersebut (termasuk Termohon Kasasi), maka


pilihan melakukan PHK adalah menjadi pilihan terakhir yang akhirnya
m

ub

sangat terpaksa harus dilakukan oleh Pemohon Kasasi;


e. Pemohon Kasasi telah menjelaskan terlebih dahulu mengenai kondisi
ka

ep

ini kepada 2 (dua) organisasi Serikat Pekerja yang ada di Pemohon


Kasasi, khususnya mengenai sudah tidak adanya lagi pekerjaan yang
ah

dapat dilakukan oleh ke 86 (delapan puluh enam) pekerja tersebut


R

es

(termasuk Termohon Kasasi) sehingga langkah PHK terpaksa akan


M

dilakukan. Logikanya, apabila penjelasan Pemohon Kasasi mengenai


ng

on

Hal. 20 dari 28 hal.Put.Nomor 126 K/Pdt.Sus-PHI/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
tidak adanya lagi pekerjaan tersebut mengada-ada, mengapa Serikat

R
Pekerja tidak melakukan protes kepada Pemohon Kasasi dan malah

si
menyerahkan keputusan menerima atau tidaknya PHK kepada para

ne
ng
pekerja itu sendiri? Mengapa Serikat Pekerja malah menyatakan
memahami dan menerima penjelasan Pemohon Kasasi?;

do
gu 6. Dengan telah dibuktikannya hal-hal sebagaimana diuraikan di atas dalam
proses persidangan tingkat pertama, maka seharusnya Judex Facti dapat
mempertimbangkan bahwa Pemohon Kasasi telah menerapkan ketentuan

In
A
Pasal 151 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13/2003 sebelum melakukan PHK
terhadap Termohon Kasasi dan oleh karenanya PHK yang telah dilakukan
ah

lik
oleh Pemohon Kasasi terhadap Termohon Kasasi dapat dibenarkan karena
telah memenuhi persyaratan dan kaidah yang ditetapkan oleh Undang-
am

ub
Undang Nomor 13/2003;
7. Judex Facti mengabaikan fakta yang sangat penting di dalam perkara a quo
ep
yang berujung pada kekeliruan dalam penerapan konstruksi hukum yang
k

diterapkan dalam pertimbangan hukumnya, yaitu fakta bahwa terdapat 85


ah

R
(delapan puluh lima) orang (dari keseluruhan 86 (delapan puluh enam)

si
orang) yang mengalami PHK dapat menerima penjelasan dan alasan

ne
ng

Pemohon Kasasi untuk melakukan PHK terhadap mereka (Bukti T-10A s/d
T-10Z, T 10 Aa sampai dengan T-10 Az, T-10 Ba sampai dengan T-10 Bz
dan T-10 Ca sampai dengan T-10 Cg dan Bukti T-11). Namun hanya 1 orang

do
gu

yaitu Pemohon Kasasi yang tidak mau menerima penjelasan tersebut (atau
tidak memahami?) Kekeliruan yang dilakukan oleh Judex Facti terdapat
In
A

dalam pertimbangan hukumnya paragraph 1 halaman 39 Putusan a quo


yang menyebutkan:
ah

lik

“Menimbang, bahwa dengan adanya penyederhanaan proses produksi


pada pengemasan sekunder produk Neo Rheumacly dan Sudrex terjadi
m

ub

pemutusan hubungan kerja yang proses pemutusan hubungan kerja atau


tidak menerima diputuskan hubungan kerja sebagaimana berita acara
ka

ep

perundingan Bipatrit tanggal 11 dan 12 Pebruari 2013yang dihadiri oleh


wakil perusahaan dengan wakil serikat pekerja FARKES-R PUK PT. TSP
ah

Tbk (SP FARKES-R) dan wakil serikat pekerja PT. TSP Tbk (SP-PT TSP
R

es

Tbk) semua PHK diserahkan kepada masing-masing pekerja (bukti P-5,


M

T-3A dan T-3B) maka sikap Penggugat yang ingin tetap bekerja kembali
ng

on

Hal. 21 dari 28 hal.Put.Nomor 126 K/Pdt.Sus-PHI/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
tidak menyalahi hukum karena sesuai dengan ketentuan Pasal 151 ayat

R
(1) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 menegaskan “pengusaha,

si
pekerja, serikat pekerja/buruh dan pemerintah dengan segala upaya

ne
ng
harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan hubungan kerja”,
sehingga bukti (Bukti T-10A s/d T-10Z, T 10 Aa sampai dengan T-10 Az,

do
gu T-10 Ba sampai dengan T-10 Bz dan T-10 Ca sampai dengan T-10 Cg
dan Bukti T-11) tidak mengikat bagi Penggugat yaitu harus mengikuti
diputuskan hubungan kerjanya terbukti mayoritas satu group dengan

In
A
Penggugat tidak diputuskan hubungan kerja);
Mohon perhatian Judex Juris yang terhormat bahwa seluruh
ah

lik
pertimbangan Judex Juris inilah yang memiliki kekeliruan yang sangat
fatal karena tidak seusai dengan penerapan hukum untuk dapat
am

ub
dilakukannya proses PHK sebagaimana diatur dalam Pasal 151 ayat 1
Undang-Undang Nomor 13/2003 dan tidak sesuai dengan fakta
ep
persidangan sendiri karena bertentangan dengan bukti-bukti yang diakui
k

atau setidak-tidaknya tidak pernah dibantah oleh para pihak yang


ah

R
bersengketa sebagaimana diuraikan dalam point 5 di atas. Oleh karena

si
itu, kekeliruan yang fatal ini beralasan hukum untuk diperbaiki oleh Judex

ne
ng

Juris yang Terhormat;


8. Alasan Pemohon Kasasi yang terpaksa melakukan PHK karena adanya

do
penyederhanaan proses produksi maupun penyederhanaan kemasan yang
gu

berujung tidak adanya lagi Jenis Pekerjaan Termohon Kasasi pada bagian
Pack Sekunder untuk jenis produk yang selama ini ditangani oleh 85
In
A

(delapan puluh lima) rekan pekerja Termohon Kasasi, ternyata dapat


diterima dengan baik oleh ke 85 (delapan puluh lima) orang rekan pekerja
ah

lik

Pemohon Kasasi. Bahkan sebagaimana telah diuraikan di atas dan diakui


faktanya oleh Judex Facti, Pemohon Kasasi telah memberitahukan terlebih
m

ub

dahulu kondisi ini kepada 2 (dua) organisasi Serikat Pekerja yang ada di
Pemohon Kasasi bahwa pekerjaan ke 86 (delapan puluh enam) pekerja ini
ka

ep

sudah tidak ada lagi dan mereka juga sudah tidak dapat diperbantukan lagi
ke bagian Pack Sekunder untuk jenis produk yang lainnya sehingga langkah
ah

PHK dengan sangat terpaksa harus dilakukan oleh Pemohon Kasasi;


R

es

9. Faktanya, ke 85 (delapan puluh lima) orang rekan kerja Termohon Kasasi


M

menerima penjelasan dan alasan Pemohon Kasasi mengenai sudah tidak


ng

on

Hal. 22 dari 28 hal.Put.Nomor 126 K/Pdt.Sus-PHI/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
adanya lagi pekerjaan pack sekunder untuk ke 86 orang tersebut (termasuk

R
Termohon Kasasi) dan 85 (delapan puluh lima) orang rekan kerja Termohon

si
tersebut telah menerima semua hak-hak mereka sebagaimana ditetapkan

ne
ng
oleh Undang-Undang Nomor 13/2003 dan Pemutusan Hubungan Kerja
tersebut telah didaftarkan pula di Pengadilan Hubungan Industrial

do
gu sebagaimana disyaratkan oleh Undang-Undang Nomor 13/2003;
10.Selain itu, apabila alasan Pemohon Kasasi adalah bohong dan mengada-
ngada semata, mengapa Mediator Disnakertrans Kabupaten Bekasi juga

In
A
menganjurkan dilakukan PHK terhadap Termohon Kasasi dengan
mengeluarkan Surat Anjuran Nomor 567/1757/HI-Syaker/V/2013 tanggal 8
ah

lik
Mei 2013 (Bukti- T 5). Artinya, setidak-tidaknya sudah ada 2 (dua) saringan/
filter apabila alasan Pemohon Kasasi ini adalah alasan yang mengada-ada
am

ub
dan merupakan pembohongan bagi para pekerja Pemohon Kasasi (termasuk
Termohon Kasasi) yaitu:
ep
a. 2 (dua) organisasi Serikat Pekerja yang berada di Pemohon Kasasi
k

yang dapat menerima alasan dan penjelasan PHK yang dilakukan oleh
ah

R
Pemohon Kasasi; dan

si
b. Mediator pada Disnakertrans Kabupaten Bekasi;

ne
ng

11.Dengan kekeliruan penerapan konstruksi hukum dan juga pengabaian fakta


yang sedemikian penting dan signifikan yang seharusnya setidak-tidaknya
turut dipertimbangkan oleh Judex Facti dalam menjatuhkan Putusan a quo,

do
gu

maka jelas Putusan a quo dijatuhkan dengan pertimbangan yang tidak cukup
sehingga patut untuk dibatalkan dan dipertimbangkan kembali oleh Judex
In
A

Juris yang Terhormat;


Keberatan Ketiga
ah

lik

Hubungan pekerjaan yang sudah tidak harmonis lagi diantara Pemohon Kasasi
dan Termohon Kasasi dengan adanya pengajuan gugatan ini seharusnya turut
m

ub

dipertimbangkan sesuai dengan semangat Undang-Undang nNomor 13/2003


yaitu adanya hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan berkeadilan;
ka

ep

12. Judex Facti juga melakukan kekeliruan dengan mengabaikan prinsip hukum
dan “roh” dari Undang-Undang Nomor 2/2004sebagaimana tertuang dalam
ah

bagian Menimbang dan bagian Penjelasan Undang-Undang Nomor


R

es

2/2004yaitu:
M

ng

on

Hal. 23 dari 28 hal.Put.Nomor 126 K/Pdt.Sus-PHI/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
“Hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan berkeadilan perlu

R
diwujudkan secara optimal sesuai dengan nilai-nilai pancasila”;

si
“Hubungan antara pengusaha dengan pekerja didasari karena adanya

ne
ng
kesepakatan untuk mengikatkan diri dalam suatu hubungan kerja, dalam hal
salah satu pihak tidak menghendaki untuk terikat hubungan kerja, maka sulit

do
gu bagi para pihak untuk mempertahankan hubungan yang harmonis, maka
diperlukan jalan keluar yang terbaik bagi kedua belah pihak untuk
menentukan bentuk penyelesaiannya”;

In
A
Hubungan/perikatan antara Pemohon Kasasi dan Termohon Kasasi didasari
kesepakatan untuk mengikatkan diri dalam suatu hubungan kerja secara
ah

lik
sukarela, dalam hal salah satu Pihak tidak menghendaki lagi untuk terikat
dalam hubungan kerja tersebut, maka akan sulit untuk dapat
am

ub
mempertahankan hubungan kerja yang harmonis di kemudian hari.
Perselisihan hubungan industrial antara Pemohon Kasasi dan Termohon
ep
Kasasi dalam perkara a quo, seharusnya dipertimbangkan baik oleh Judex
k

Facti, karena telah secara tegas dan nyata terbukti bahwa hubungan kerja
ah

R
antara Pemohon Kasasi dan Termohon Kasasi sudah tidak harmonis dan

si
sudah sepantasnya untuk dilakukan pengakhiran hubungan kerja, karena

ne
ng

apabila dipaksakan dan dilanjutkan hubungan kerjanya dikhawatirkan akan


membawa hubungan yang tidak baik bagi keduanya di kemudian hari. Belum
lagi fakta bahwa memang jenis pekerjaan yang dikerjakan oleh Termohon

do
gu

Kasasi memang sudah tidak ada lagi;


13.Prinsip hukum sebagaimana diuraikan di atas juga diterapkan dengan
In
A

konsisten oleh Mahkamah Agung sebagaimana tertuang dalam Yurispudensi


MA Nomor 169 K/Pdt.Sus/2009 yang memberikan kaidah hukum:
ah

lik

“dalam hal hubungan antara pengusaha dan pekerja sudah sedemikian rupa
tidak mungkin dapat dilanjutkan, maka dapat dipertimbangkan bahwa PHK
m

ub

dapat dilakukan”
Prinsip Hukum sebagaimana diuraikan di atas telah secara jelas dan nyata
ka

ep

dikesampingkan dan diabaikan oleh Judex Facti. Sudah sepatutnya Judex


Facti dalam perkara a quo juga mempertimbangkan prinsip dan maksud dari
ah

Undang-Undang Nomor 2/2004 diselaraskan dengan fakta yang muncul


R

es

dalam persidangan sehingga memberikan keadilan baik bagi pengusaha


M

maupun pekerja;
ng

on

Hal. 24 dari 28 hal.Put.Nomor 126 K/Pdt.Sus-PHI/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
14. Berdasarkan seluruh uraian di atas, maka Pemohon Kasasi dengan segala

R
kerendahan hati memohon kepada Judex Juris untuk memperbaiki

si
kekeliruan pada pertimbangan hukum maupun Putusan a quo dari Judex

ne
ng
Facti sebagaimana telah diuraikan di atas demi menjamin kepastian hukum
dan keadilan bagi para pengusaha bahwa sistem peradilan tidak

do
gu mencampuri bagaimana pengusaha harus menjalankan operasi usahanya,
karena beban finansial apapun untuk kelanjutan usaha pengusaha adalah
tanggung jawab pengusaha sepenuhnya. Hal ini sangat penting serta akan

In
A
mempengaruhi apakah pengusaha tetap akan melakukan investasi di
Indonesia karena apabila terjadi turunnya tingkat investasi maka secara
ah

lik
otomatis akan berdampak pada lapangan kerja bagi pekerja yang akan
berkurang juga;
am

ub
Menimbang, bahwa terhadap keberatan-keberatan tersebut, Mahkamah
Agung berpendapat:
ep
Bahwa keberatan kasasi dapat dibenarkan karena Judex Facti telah salah
k

menerapkan hukum dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:


ah

R
1. Bahwa Judex Facti tidak mempertimbangkan

si
bukti P-5/T-3A/T-3B secara benar bahwa dengan

ne
ng

bukti-bukti tersebut membuktikan Tergugat


melakukan pengurangan pekerja karena adanya

do
penyederhanaan otomatisasi produk dan dalam
gu

pengurangan pekerja tersebut, Tergugat telah


melakukan perundingan dengan Serikat Pekerja;
In
A

2. Bahwa Judex Facti juga tidak


mempertimbangkan alinea ketiga Penjelasan
ah

lik

Umum Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004


bahwa apabila salah satu pihak tidak ingin
m

ub

mempertahankan hubungan kerjanya maka


hubungan kerja dapat diputus dengan memberi
ka

ep

kompensasi, lagi pula dalam perkara a quo yang


menjadi pokok persoalan antara Penggugat dan
ah

Tergugat tidak berkaitan dengan ketentuan Pasal


R

es

153 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003


M

ng

maka patut dan adil hubungan kerja antara


on

Hal. 25 dari 28 hal.Put.Nomor 126 K/Pdt.Sus-PHI/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Penggugat dengan Tergugat beralasan untuk

R
diputus;

si
3. Bahwa terhadap pemutusan hubungan kerja

ne
ng
tanpa adanya kesalahan pekerja maka patut dan
adil mendapat uang pesangon 2 (dua) kali

do
gu ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan
masa kerja dan uang pengganti hak sesuai
ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan ayat (4)

In
A
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003;
Dengan demikian hak-hak yang diperoleh Penggugat dengan masa kerja 4
ah

lik
(empat) tahun tetapi kurang dari 5 (lima) tahun dan upah terakhir Rp2.402.000,-
adalah:
am

ub
- Uang Pesangon : 2 x 5 x Rp 2.402.000,- = Rp 24.024.000,-
- Uang Penghargaan Masa Kerja : 2 x Rp 2.402.000,- = Rp 4.804.000,-
ep
- Uang Penggantian Hak :15% x Rp 28.828.800,- = Rp 4.324.320,-
k

- Uang sisa Cuti yang belum gugur = Rp 1.856.400,-+


ah

R
Jumlah………………………………………… Rp 35.008.720,-

si
(tiga puluh lima juta delapan ribu tujuh ratus dua puluh Rupiah);

ne
ng

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas,


Mahkamah Agung berpendapat, terdapat cukup alasan untuk mengabulkan
permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi PT. TEMPO SCAN PACIFIC TBK,

do
gu

tersebut dan membatalkan putusan Pengadilan Hubungan Industrial pada


Pengadilan Negeri Bandung Nomor 69/G/2013/PHI/PN.Bdg tanggal 03
In
A

Desember 2013, selanjutnya Mahkamah Agung akan mengadili sendiri dengan


amar sebagaimana yang akan disebutkan di bawah ini;
ah

lik

Menimbang, bahwa oleh karena nilai gugatan dalam perkara ini di bawah
Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta Rupiah), sebagaimana ditentukan
m

ub

dalam Pasal 58 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004, maka biaya perkara


dalam semua tingkat peradilan dibebankan kepada Negara;
ka

ep

Memperhatikan, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang


Ketenagakerjaan, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian
ah

Perselisihan Hubungan Industrial, Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009


R

es

tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang


M

Mahkamah Agung sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang


ng

on

Hal. 26 dari 28 hal.Put.Nomor 126 K/Pdt.Sus-PHI/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3

R
Tahun 2009 serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan;

si
M E N G A D I L I :

ne
ng
Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi PT. TEMPO
SCAN PACIFIC TBK, tersebut;

do
gu Membatalkan putusan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan
Negeri Bandung Nomor 69/G/2013/PHI/PN.Bdg tanggal 03 Desember 2013;
MENGADILI SENDIRI :

In
A
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian;
2. Menyatakan hubungan kerja antara Penggugat dengan Tergugat putus;
ah

lik
3. Menghukum Tergugat membayar hak-haknya kepada Penggugat
sebesar Rp35.008.720,00 (tiga puluh lima juta delapan ribu tujuh ratus
am

ub
dua puluh Rupiah);
4. Menolak gugatan Penggugat selain dan selebihnya;
ep
Membebankan biaya perkara kepada Negara;
k
ah

R
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim

si
pada Mahkamah Agung pada hari Kamis tanggal 27 Maret 2014 oleh Dr. H.

ne
ng

SUPANDI, SH., M.H.um., Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah
Agung sebagai Ketua Majelis, Dr. FAUZAN, SH., MH., dan Dr. HORADIN

do
SARAGIH, SH., MH., Hakim-Hakim Ad Hoc PHI, masing-masing sebagai
gu

Anggota, putusan tersebut diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada
hari itu juga oleh Ketua dengan dihadiri oleh Anggota-anggota tersebut dan oleh
In
A

NAWANGSARI, SH, MH., Panitera Pengganti tanpa dihadiri oleh para pihak.
ah

lik

Anggota-anggota, K e t u a,
Ttd/ Dr.FAUZAN, S.H., M.H. Ttd/ Dr.H.SUPANDI, S.H., M.Hum.
m

ub

Ttd/ Dr.HORADIN SARAGIH, S.H., M.H.


ka

ep

Panitera Pengganti
ah

Ttd/ NAWANGSARI, SH., MH.


R

es
M

ng

Untuk Salinan
on

Hal. 27 dari 28 hal.Put.Nomor 126 K/Pdt.Sus-PHI/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Mahkamah Agung R.I.
a.n. Panitera

si
Panitera Perdata Khusus

ne
ng
Rahmi Mulyati, SH.MH

do
gu NIP : 19591207 1985 12 2 002

In
A
ah

lik
am

ub
ep
k
ah

si
ne
ng

do
gu

In
A
ah

lik
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on

Hal. 28 dari 28 hal.Put.Nomor 126 K/Pdt.Sus-PHI/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28

Anda mungkin juga menyukai