Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KARYA TULIS ILMIAH


“Budidaya Tanaman Coklat (Kakao)”

Oleh :

ARJUNA

KELAS : XI. IPA. 4


SMA NEGERI 10 BONE
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga saya dapat menyusun Karya Tulis ilmiah ini dengan
baik dan tepat pada waktunya. Karya Tulis ilmiah ini kami membahas mengenai Budidaya
Tanaman Cokelat.

Karya Tulis ilmiah ini dibuat atas referensi dari berbagai sumber dan bantuan dari
berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan
makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis ilmiah ini. 

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami berharap pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya. 

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………………………………..


DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………………………………………
1.1 Latar belakang …………………………………………………………………………………………………………..
1.2 Rumusan masalah ……………………………………………………………………………………………………..
1.3 Tujuan ………………………………………………………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………………………………………………..
- BUDIDAYA TANAMAN COKLAT ( KAKAO ) ………………………………………………………………..
BAB III PENUTUP ………………………………………………………………………………………………………………
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………………………………………………
3.2 Saran …………………………………………………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia kaya akan kekayaan sumber daya alamnya. Indonesia memiliki potensi berupa
lahan potensial untuk menjadi produsen utama cokelat dunia apabila berbagai
permasalahan utama yang dihadapi perkebunan cokelat dapat diatasi dan agribisnis cokelat
dikembangkan serta dikelola secara baik. Daerah yang memiliki lahan potenisal untuk
tanaman cokelat adalah Papua, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Maluku, dan Sulawesi
Tenggara.
Sektor agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa subsistem
pengadaan dan penyaluran sarana produksi (input), proses produksi primer (farm),
pengolahan dan pemasaran. Salah satu komoditas sektor agribisnis yang memiliki nilai
ekonomis tinggi adalah cokelat. Cokelat merupakan salah satu komoditas yang peranannya
cukup penting bagi perekonomian nasional dengan sebaran sentra penanaman yang cukup
banyak dan tumbuh dengan baik di Indonesia. Cokelat juga telah lama menjadi salah satu
komoditi ekspor unggulan Indonesia yang memiliki kontribusi yang cukup besar dalam
menghasilkan devisa negara. Di samping itu, kakao juga berperan dalam mendorong
pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri. Pembudidayaan cokelat dapat
dilakukan dengan memerhatikan setiap subsistemnya mulai dari hulu hingga hilir dan juga
resiko yang dihadapi dalam setiap proses budidaya berlangsung.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses berlangsungnya budidaya cokelat pada setiap subsistem?
2. Apa saja kendala dan resiko yang dialami dalam proses budidaya cokelat?
3. Apa olahan yang dapat dihasilkan dari komoditas cokelat?

1.3. Tujuan
1. Menginformasikan pembaca mengenai proses berlangsungnya budidaya cokelat pada
setiap subsistem
2. Menginformasikan pembaca mengenai kendala dan resiko yang dialami dalam proses
budidaya cokelat
3. Menginformasikan pembaca mengenai olahan yang dapat dihasilkan dari komoditas
coklat
BAB II
PEMBAHASAN
BUDIDAYA TANAMAN COKLAT ( KAKA0 )
2.1 Proses Berlangsungnya Budidaya Cokelat pada Setiap Subsistem
2.1.1 Subsistem Hulu Agribisnis Komoditas Coklat
A. Syarat Tumbuh Tanaman Cokelat
Klon – klon kakao unggul akan memperlihatkan potensi keunggulannya bila tanaman tersebut
dibudidayakan di wilayah agro-ekologi (lingkungan tumbuh) yang sesuai.
Syarat – syarat tanaman cokelat tumbuh :
a) Tanahnya subur, gembur, banyak mengandung bahan organic (humus), memiliki
sirkulasi udara (aerasi) dan peredaran air (drainase) baik, mudah mengikat air,
kedalaman air tanah cukup dalam (lebih dari 1.5 m di bawah permukaan tanah), tekstur
tanah lempung liat berpasir dengan komposisi fraksi liat 30% - 40%, pasir 50% dan debu
10 - 20%, kandungan unsure hara (terutama N,P,K) cukup tinggi dan memiliki pH tanah/
derajat keasaman tanah 6,0 – 7,5
b) Di dataran rendah sampai ketinggian 500 m dari permukaan laut (dpl). Namun ,
tanaman masih toleran hingga ketinggian 800 m dpl, walaupun hasilnya tidak sebaik di
dataran rendah.
c) Keadaan angin tidak terlalu kencang, karena dapat menyebabkan gugurnya bunga dan
terganggunya proses penyerbukan bunga. Kecepatan angin yang baik untuk
penyerbukan bunga adalah 2 – 5 m/detik.
d) Curah cukup dan terdistribusi merata sepanjang tahun dengan jumlah curah hujan rata
– rata berkisar antara 1.500 – 3.000 mm/tahun, namun yang paling baik adalah 1.500 –
2.000 mm/tahun. Di daerah yang curah hujannya kurang dari 1.500 mm/tahun masih
dapat ditanam kakao asalkan di daerah tersebut tersedia air irigasi. Dan lamanya bulan
kering tidak lebih dari 3 bulan.
e) Keadaan temperature udara berkisar antara 15°C - 32°C, namun yang paling baik adalah
berkisar antara 18°C - 30°C dengan temperatur optimum 25,5°C dan kelembaban udara
relative kurang lebih 80%. Fluktuasi temperature harian kurang dari 9°C.
f) Intensitas sinar matahari yang diperlukan untuk fotosintesis yang baik adalah lemah,
yaitu sebesar 20% - 50% dari penyinaran matahari penuh. Untuk memperoleh intensitas
sinar matahari yang lemah tersebut, diperlukan pohon penaung untuk mengurangi
penyinaran matahari penuh. Dengan demikian , tanaman dapat tumbuh dengan baik.
B. Pengadaan Bibit
1. Pengadaan Bibit dengan Cara Membeli yang Telah Siap ditanam.
Pengadaan bibit kakao dengan cara membeli bibit yang telah ditanam hendaknya
memperhatikan hal – hal sebagai berikut :
a. Bibit dibeli dari penangkar bibit yang terpercaya menyediakan bibit – bibit yang
bermutu baik dan telah berserfitikat. Bibit yang berserfitikat menjamin kebenaran
klon dan kualitas bibit. Pada umumnya bibit kakao dapat diperoleh di PNP/PTP,
Perusahaan Besar Swasta dan Balai – Balai Penelitian seperti Pusat Penelitian Kopi
dan Kakao Jember, Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan dan lain – lain.
b. Bibit sebaiknya yang berasal dari perbanyakan vegetative (stek, okulasi, penyusuan,
penyambungan)
c. Keadaan fisik bibit harus baik dan sehat, yakni bibit yang dipilih harus betul – betul
bebas dari penyakit, pertumbuhan batang bawah dan batang atas seimbang, jumlah
daun memenuhi syarat, tanaman kokoh, daun tidak banyak yang gugur dan pucuk
atau kuncup tanaman tidak mongering.
2. Pengadaam Bibit dengan Melakukan Pembibitan Sendiri
Pengadaan bibit dengan melakukan pembibitan sendiri dapat dilakukan dengan cara
generative yaitu menyemaikan bijinya atau cara vegetative, yaitu menggunakan setek,
penempelan mata tunas atau okulasi (budding), penyambungan (grafting), atau
penyusuan (approach/inarching grafting). Namun, untuk mendapat-kan bibit tanaman
kakao yang baik dianjurkan cara vegetative.
Pekerjaan pembibitan harus dilakukan dengan baik dan benar karena kegiatan ini merupakan
langkah awal yang menentukan keberhasilan berusaha tani. Produksi biji yang tinggi diawali
dengan penggunaan bibit yang baik dari hasil seleksi yang ketat dan pemeliharaan yang itensif.
Pekerjaan di dalam pembibitan kakao secara vegetative meliputi 3 hal, yaitu pembibitan batang
bawah, pembibitan batang atas, dan pembibitan dengan melakukan Okulasi
2.1.2 Subsistem Hulu Usaha Tani Agribisnis Komoditas Coklat
A. Penanaman
Dua minggu sebelum penanaman, lebih dahulu disiapkan lubang tanam berukuran
40 cm x 40 cm 40 cm atau 60 cm x 60 cm, tergantung pada ukuran polibag. Lubang
kemudian ditaburi 1 kg pupuk Agrophos dan ditutup lagi dengan serasah. Pemberian
pupuk itu dimaksudkan untuk menyediakan hara bagi bibit yang akan ditanam beberapa
minggu kemudian.
Bibit yang hendak ditanam sebaiknya tidak terlalu sering dipindahkan dari suatu
tempat ke tempat yang lain. Untuk itu, diperlukan tempat pengumpulan bibit. Polibag
yang diangkat dengan cara memegang batang bibit akan sangat merugikan bibit.
Dengan menyangga polibag ke lubang penanaman, mutu bibit akan jauh lebih terjamin.
Teknik penanamannya adalah adalah dengan terlebih dahulu memasukkan polibag
ke dalam lubang tanam. Setelah itu, dengan menggunakan pisau tajam, polibag disayat
dari bagian bawah ke arah atas. Polibag yang terkoyak dapat dengan mudah ditarik dan
lubang ditutup kembali denga tanah galian. Pemadatannya dilaksanakan dengan
bantuan kaki, tetapi di sekitar batang di permukaan tanah haruslah lebih tinggi. Hal itu
dimaksudkan untuk mencegah penggenangan air di sekitar batang yang dapat
menyebabkan pembusukkan.

Bibit yang baru ditanam di lapangan peka akan sinar matahari. Bila tersedia tenaga
dan bahan yang cukup, bibit dapat diberi naungan sementara dengan menancapkan
pelepah kelapa sawit atau kelapa di sebelah timur dan barat.

B. Pemangkasan
Selama masa tanaman belum menghasilkan (TBM), pemeliharaan ditujukan kepada
pembentukkan cabang yang seimbang dan pertumbuhan vegetatif yang baik. Di
samping itu, pemangkasan pohon pelindung tetap juga dilaksanakan agar percabangan
dan dedaunannya tumbuh tinggi dan baik. Pohon pelindung sementara dipangkas
sampai akhirnya dimusnahkan sejalan dengan perumbuhan cokelat. Pohon pelindung
sementara yang dibiarkan akan membatasi pertumbuhan cokelat karena menghalangi
sinar matahari serta menimbulkan persaingan dengan tanaman utama dalam
mendapatkan air dan hara.
1. Pemangkasan pohon pelindung sementara
Pohon pelindung sementara perlu dipangkas agar tidak menutupi tanaman cokelat.
Caranya adalah merumpisnya dengan menggunakan pisau babat tajam. Pohon
pelindung sementara harus tidak lebih tinggi dari 1,5 m agar tanaman cokelat
mendapatkan sinar matahari yang sesuai untuk pertumbuhannya. Sisa pemangkasan
diletakkan di pinggir tanaman cokelat agar dapat menekan pertumbuhan gulma dan
menjadi suber hara.Sesuai dengan umur cokelat, pohon pelindung sementara dipangkas
semakin rendah.
2. Pemangkasan pohon pelindung tetap
Pohon pelindung tetap dipangkas agar dapat berfungsi untuk jangka waktu yang
lama dan dilaksanakan pada cabang-cabang yang tumbuh rendah dan lemah. Dengan
pemangkasan diharapkan paling tidak cabang terendah pohon pelindung akan berjarak
lebih dari 1 m dari tajuk tanaman cokelat. Cabang yang dipangkas dapat digunakan
sebagai bibit setek batang untuk areal tertentu yang pohon pelindungnya telah mati.
Di samping itu, pemeliharaan juga dilaksanakan dengan memusnahkan pohon
pelindung sementara sejauh 50 cm dari batang pohon pelindung tetap. Dengan
demikian, pertumbuhannya tidak terhalang dan penyebaran tajuk juga merata.Pohon
pelindung tetap yang mempunyai dua cabang utama sejak awal pertumbuhan,
dibiarkan tumbuh samapi berumur satu tahun. Setelah itu, satu cabang harus dipotong
agar tidak memberikan naungan yang terlalu gelap bagi cokelat.
3. Pemangkasan cokelat
Bagi tanaman cokelat, pemangkasan berarti usaha meningkatkan produksi dan
mempertahankan umur ekonomis tanaman. Secara umum, tujuan pemangkasan sebagai
berikut.
a. Mendapatkan pertumbuhan tajuk yang seimbang dan kukuh.
b. Mengurangi kelembapan sehingga aman dari serangan hama dan penyakit.
c. Memudahkan pelaksanaan panen dan pemeliharaan, misalnya penyemprotan
insektisida atau pemupukan.
d. Mendapatkan produksi yang tinggi karena pemangkasan akan memperluas
permukaan asimilasi dan merangsang pembungaan/pembuahan yang
disebabkan oleh adanya keseimbangan vegetatif dan generatif.
Pada tanaman cokelat yang belum menghasilkan (TBM), setelah berumur 8 bulan
perlu dilaksanakan pemangkasan. Pemangkasan demikian disebut pemangkasan bentuk.
Sekali dua minggu tunas-tunas air (chupon) dipangkas dengan cara memotongnya tepat
di pangkal batang utama atau cabang primer yang tumbuh. Sebanyak 5-6 cabang
dikurangi sehingga hanya tinggal 3-4 cabang saja. Cabang yang dibutuhkan adalah
cabang yang simetris terhadap batang utama, kukuh, dan sehat. Tanaan yng cabang-
cabang primernya terbuka sehingga jorket langsung terkena sinar matahari, sebaiknya
diikat melingkar agar pertumbuhannya membentuk sudut lebih kecil terhadap batag
utama atau tajuk menjadi lebih ramping.
Kadang-kadang dilakukan juga pemangkasan terhadap cabang primer yang
tumbuhnya lebih dari 150 cm. Hal ini bertujuan merangsang tumbuhnya cabang-cabang
sekunder. Untuk bibit vegetatif, pemangkasan TBM dilaksanaka agar cabang yang
tumbuh tidak rendah. Pemangkasan bentuk ilaksanakan dengan selang waktu dua bulan
sekali selama masa TBM.
Bentuk pangkasan yang bertujuan untuk menggantikan cabang yang patah karena
angin atau tertimpacabang pohon pelindung yang dapat juga dimasukkan ke dalam
pelaksanaan pemangkasan pemeliharaan. Oleh sebagian pekebu, pemangkasa tersebut
dinamakan pemangkasan rehabilitasi yang dilaksanakan dengan memelihara chupon
pada ketinggian 25 cm dari jorket.
Bentuk pemangkasan yang lain adalah pemangkasan produksi. Pada pemangkasan
ini, cabang-cabang yang tidak produktif, tumbuh ke arah dalam, menggantung, atau
cabang kering, serta cabang yang terserang hama dan penyakit, maupun yang terhimpit
dipangkas dengan selang waktu empat bulan sekali. Dengan pemangkasan produksi,
diharapkan produksi pun meningkat karea pemangkasan tersebut akan mengurangi
cabang-cabang yang hanya memanfaatkan hara saja, menambah kelembapan, dan
dapat mengurangi intensitas sinar matahari bagi daun.
Di samping pemangkasan bentuk, dikenal juga pemangkasan pemeliharaan yang
lebih mengutamakan keseimbangan cabang primer. Chupon harus dipangkas dengan
selang waktu dua minggu sekali karena bila dibiarkan tumbuh kan menyerap hara
semata-mata dan menjadi inang (host) beberapa hama. Pemangkasan pemeliharaan
dilakukan dengan memotong cabang-cabang sekunder dan tersier yang tumbuhnya
kurang dari 40 cm dari pangkal cabang primer maupun sekunder. Cabang-cabang
demikian bila dibiarkan tumbuh akan semakin membesar sehingga semakin menyulitkan
ketetapan pemangkasan. Di samping itu, pemangkasannya pun semakin sukar
dilaksanakan dan dapat merugikan tanaman cokelat itu sendiri.
Cabang-cabang primer yang tumbuh merunduk dapat disokong dengan bambu.
Kegiatan ini dapat dilaksanakan bersamaan dengan pemangkasan pemeliharaan yang
dilaksanakan dua bulan sekali.
C. Pemupukan
Cokelat dipupuk setelah berumur dua bulan di lapangan. Pada TBM, pemupukkan
diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan mempertahankan daya
tahan tanaman terhadap hama dan penyakit.
Pemupukan pada TBM dilaksanakan dengan cara menabur pupuk secara merata
dengan jarak 15-50 cm (untuk umur 2-10 bulan) dan 50-75 cm (untuk umur 14-20 bulan)
dari batang utama. Untuk TM penaburan pupuk dilakukan pada jarak 50-75 cm dari
batang utama.
Dosis pemberian pupuk majemuk untuk TBM
(Tanaman belum menghasilkan)
Pupuk (gram per pohon)
Umur (bulan)
Urea TSP MoP Kies
2 20 20 10 10
6 20 20 10 10
10 30 30 15 15
14 40 40 20 20
18 40 40 60 20
22 40 40 60 20

Contoh dosis pemberian pupuk TM berdasarkan umur tanaman yang ditetapkan


berdasarkan analisis tanah
Pupuk (gram per pohon)
Umur (bulan)
Urea TSP MoP Kies
6 200 250 250 75
7 200 250 250 75
8 175 300 250 100
9 175 250 250 100

D. Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma dalam areal pertanaman cokelat biasanya dilaksanakan pada
masa TBM. Saat itu tajuk belum saling bertemu sehingga masih ada jalur terbuka baik
antar barisan maupun di dalam barisan itu sendiri.
Paspalum sp., Axonopus compressus, Eleusine indica, dan Digitaria sp. merupakan
gulma golongan rumput-rumputan yang umum didapati pada areal cokelat. Selain itu,
Ageratum conyzoides dan Mikania sp. Juga merupakan gulma berdaun lebar.
Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual dan kimiawi di pembibitan, pada
saat tanaman masih muda, maupun pada areal TM yang ditumbuhi gulma yang tahan
terhadap ketersediaan cahaya minimum.
Di bedeng pembibitan, pengendalian gulm secara kimiawi umumnya dilakukan
penyemprotan dengan herbisida pratumbuh. Penyemprotan herbisida pratumbuh di
areal pertanaman muda dapat menghambat pertumbuhan Paspalum conjugatum dan
Ageratum conyzoides selama 5-6 bulan. Bila pengendalian gulma itu dilaksanakan
dengan cara manual, diperlukan 10-15 HK per ha. Pengendalian gulma pada areal
cokelat muda terutama ditujukan untuk membersihkan piringan tanaman dengan
diameter 0,5 m. Di samping itu, pendongkelan anak kayu, anakan cokelat yang tumbuh
liar, atau pemberantasan ilalang juga harus dilaksanakan dengan selang waktu tertentu
secara teratur.
2.1.3 Subsistem Pengolahan Agribisnis Komoditas Coklat
Buah matang dicirikan oleh perubahan warna kulit buah dan biji yang melepas dari kulit buah
dan biji yang melepas dari kulit bagian dalam. Bila buah diguncang, biji biasanya berbunyi. Buah
yang telah dipanen kemudian dipecah. Pengolahan biji cokelat meliputi pembuangan pulp,
pematian biji, pembentukan aroma, pengeringan, dan kesesuaian kandungan biji serta berat
keringnya sehingga siap digunakan untuk berbagai kebutuhan.

A. Panen
Ada tiga perubahan warna kulit buah pada cokelat yang telah mengalami kematangan.
Ketiga perubahan warna kulit itu juga menjadi criteria kelas kematangan buah di kebun
– kebun yang mengusahakan cokelat.
1) Tehnik memetik buah
Untuk memanen cokelat digunakan pisau tajam. Bila buah tinggi, pisau
disambungkan dengan bambu. Pemanenan buah cokelat hendaknya dilakukan
hanya dengan memotong tangkai buah tepat di batang / cabang yang ditumbuhi
buah. Dengan demikian, tangkai buah pun tidak tersisadi batang / cabang
sehingga tidak mengahalangi pembuangan pada periode berikutnya.
2) Organisasi pemanenan
Pada eral yang cukup luas biasanya disiapkan suatu organisasi pemanenan
dengan melibatkan tenaga kerja khusus. Dibawah pimpinan seorang mandor,
panen dilaksanakan pada areal yang kepadatan buahnya sudah ideal untuk di
panen.
3) Pemecahan Buah
Buah yang telah dipanen biasanya dikumpulkan pada tempat tertentu. Buah
dikelompokkan menurut kelas kematangannya sehingga akan memudahkan
pengolahannya. Buah dipetik hingga pukul 12.00 untuk kemudian dipecah hingga
pukul 12.00
Pemecahan kulit dilaksanakan dengan menggunakan kayu bulat yang keras.
Buah yang dipecah dipegang menggunakan tangan kiri dengan bagian pangkal
menghadap ke dalam. Buah kemudian dipukul kea rah punggung buah dengan
arah miring.
Bila kulit telah terbagi dua, kulit bagian ujung dibuang dan tangan kanan menarik
biji dari plasenta. Biji kemudian ditempatkan di atas lembaran plastic yang telah
disiapkan atau di dalam keranjang bamboo yang diberi alas lalu dibenamkan
dalam areal pertanaman.

B. Pengolahan
Biji yang diperoleh dari lapangan sudah dapat diolah. Pengolahan biji cokelat biasanya
mengikuti tahapan fermentasi (pencucian), pengeringan, sortasi, dan penyimpanan.
1. Fermentasi
Tujuan ini untuk mematikan biji sehingga perubahan – perubahan di dalam biji akan
mudah terjadi, seperti warna keeping biji, peningkatan aroma dan rasa, serta
perbaikan konsistensi keeping biji. Tujuan lainnya adalah untuk melepaskan pulp.
Proses fermentasi biasanya berlangsung 4 – 6 hari.
2. Pengeringan
Pengeringan biji, baik yang melalui proses pencucian maupun tanpa pencucian,
dapat dilaksanakan dengan sinar matahari atau pengeringan buatan.
3. Sortasi dan penyimpanan
Sortasi biji yang telah dikeringkan dilaksanakan atas dasar berat biji, kemurnian,
warna, dan bahan ikutan, serta jamur. Dalam menetapkan kualitas biji, factor –
factor seperti kulit ari, kadar lemak, dan kadar air turut diperhatikan. Sortasi biji
dilakukan secara visual, dengan membuang biji – biji yang jelek dan rendah
mutunya, Untuk gudang penyimpanan sebaiknya bersih dan memiliki lubang
pergantian udara.
2.2 Resiko yang Dialami dalam Proses Budidaya Coklat
Pembudidayaan cokelat tidak terlepas dari resiko yang akan dihadapi di lahan. Sampai
saat ini diketahui bahwa hama dan penyakit cokelat jauh lebih banyak daripada tanaman
perkebunan lainnya.
A. Hama
Terdapat ada 15 hama penggerek batang dan cabang, 11 hama penggerek daun, 8 hama
pengisap daun, dan satu hama pada buah sebagai hama penting pada tanaman cokelat
di Indonesia.
1. Helopeltis sp. (Hemiptera, Miridae)
Hama ini dapat ditemui di Sumatera Utara dan hama yang utama menyerang
tanaman coklat.Faktor yang membuat hama ini menyerang tanaman coklat yaitu
cahaya matahari, kelembapan, dan arus angin di bawah tajuk. Hama ini senang
dengan lingkungan lembap, tetap tidak tahan angin yang kuat. Serangan Helopeltis
sp. Bersifat menusuk dan mengisap, terutama pa buah pentil (cherelle) dan pucuk –
pucuk muda. Pada pucuk muda serangannya mengakibatkan daun – daun muda
melengkung, tumbuh kecil, dan berwarna kehitaman. Pada buah cherelle akan mati
dan gugur. Sedangkan pada buah dewasa serangannya tidak menimbulkan kerugian
berarti. Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan penggunaan
insektisida. Lalu dapat dilakukan pula pengendalian secara biologis berupa
pemanfaatan Semut hitam (Dolichoderus thoracicus) sebagai hewan yang dapat
mengendalikan perkembangbiakan Helopeltis sp.

2. Conopomorpha cramerella (Lepidoptera, Gracillariidae)


Hama ini dikenal dengan nama penggerek buah coklat (PBC), cacao mot, atau pod
borer. Serangan hama ini dapat menyebabkan coklat mengalami perubahan warna
sebelum matang dan mengakibatkan persentase biji cacat. Pada bagian kulit buah
coklat merupakan objek yang mudah diserang oleh hama ini. Pengendalian hama ini
dapat dikendalikan dengan cara merumpis., yaitu dengan memetik seluruh bagian
yang terserang dan membenamkannya ke dalam tanah. Usaha lain dapat dilakukan
dengan membungkus buah dengan tujuan menurunkan tingkat penyerangan hama
terhadap buah cokelat.
3. Darna trima (Lepidoptera, Limacodidae)
Hama ini dikenal dengan nama ulat api. Hama ini diketahui tersebar luas di Asia
Tenggara. Serangannya mengakibatkan rontoknya daun cokelat. Serangan hama
dapat diatasi dengan pemberian insektisida untuk meningkatkan sanitasi di bawah
pohon cokelat.

B. Penyakit
Tanaman cokelat yang terserang penyakit dapat diketahui secara visual dari
penampakan daun dan buah cokelat.
1. Vascular Streak Dieback (VSD)
Di Indonesia, gejala serangan penyakit ini pernah dijumpai di Pulau Sebatik,
Kalimantan Timur, pada tahun 1983. Serangan berikutnya terdapat di Halmahera
(1984) dan Jawa Barat (1984). Penyakit ini dapat ditandai dengan munculnya
klorosis pada daun kedua dan ketiga di bawah flush, lalu daun berwarna kunik
dengan bercak hijau, rontok dan kulit cabang disekitar bekas kedudukan daun
membengkak dan kasar. Pengendalian efektif yang dapat dilakukan dengan cara
manual, yaitu dengan memotong cabang yang menunjukkan gejala mati pucuk
dan klororsis pada daun keduan dan ketiga di bawah flush dan menggunakan
fungisida.
2. Phytopthora sp.
Penyakit ini menyebabkan kerugian yang cukup besar pada daerah – daerah
beriklim rendah bercurah hujan tinggi. Infeksi Phytophora sp. dapat langsung
terjadi antar buah melalui percikan air hujan dari permukaan tanah, serangga,
atau vertebrata. Usaha pengendalian dapat dilakukan dengan penyemprotan
fungisida dan pengendalian secara biologis dalam skala laboratorium dengan
Aspergillus tamari.
3. Cocoa Swolen Shoot Virus (CSSV)
Penyakit ini dapat menyebabkan kehilangan panen pada tahun pertama
serangan mencapai 50% dan pada tahun kedua akan menyebabkan kematian
pohon. Gejala penyakit ini dapat dilihat pada batang, daun, akar, dan buah.
Infeksi CSSV dapat disebabkan oleh tanah yang kurang subur dan naunnaungan
yang kurang. Pengendalian dapat dilakukan dengan memotong atau
memusnahkan tanaman yang terinfeksi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tanaman kakao merupakan salah satu komunitas andalan nasional yang
berperan penting bagi perekonomian indonesia, terutama di dalam penyediaan
lapangan kerja, sumber pendapatan dan penghasilan petani dan sumber devisa bagi
negara. Tanaman kakao merupakan tanaman yang di budidayakan lahan jika tidak di
seimbangkan dengan pemupukan yang memadai dan pengendaliaan kerusakan yang
memadai.
Adapun masalah dari tanaman kakao adalah seranga hama. Adapun jenis-jenis
hama pada tanaman kakao yang utama adalah :
1.     Ulat jengkal
Ulat jengkal menyerang daun yang lebih muda. Cara untuk mengatasi dan
mengendalikan hama untuk jengkal adalh denga memotong daun-daun mudanya dan
ujung-ujung ranting dan ulat di kubur atau kalau jumlah ulatnya banyak di semprot
dengan insektisida.
2.     Kepik penghisap buah (helopeltis antonil)
Kepik penghisap buah (helopeltis antonil) adalh jenis serangga yang menghisap
buah kakao dengan menusukan styletnya yang mengandung racun dan menimbulkan
bercak cekung kehitaman pada buah kakao. Cara untuk mengembalikanya adalah
dengan semut hitam karna semut hitam selalu berada di permukaan buah sehigga
menghambat hama untuk menusukan stytlenya pada buah kakao.
3.     Busuk buah
Busuk buah ini di sebabkan oleh jamur  phytopthora palmia meyebar dari satu
buah ke buah lain melalui percikan air hujan, dan hubungan langsung antara buah sakit
dan buah sehat. Percikan air hujan merupakan agen yang sangat berperan penting
dalam penyebaran penyakit. Dan jamur phytopthora palmivora bisa menyebarkan
penyakit ke tempat yang lebih jauh dan lebih tinggi. Dan yang berperan dalam
menyebarkan jamur phytopthora palmivora adalah semut. Cara untk pengendalianya
jamur phytopthora palmivora dengan mengadakan keberadaan jamur thichoderman
SPP. Caranya dengan menyemprotkan jamur thichoderman SPP ke buah.

3.2 Saran
Di dalam pemeliharaan tanaman kakao harus di perhatikan suhu kelembapan
memperhatikan hama-hama yang dapat mengurangi produksi tanaman kakao bisa
berproduksi dengan lebih dan sebaiknya tanaman kakao berada di bawah kerindangan
pohon-pohon yang tinggi sehingga kelembapanya selalu terjaga dan dapat memberikan
positif terhadap pertumbuhan tanaman kakao.
DAFTAR PUSTAKA

Anonimus, 2001. Perkebunan kopi. Serial online: (http://repository.usu.ac.id/bitstream/


123456789/21905/5/Chapter%20I.pdf). Diakses pada 03 Juni 2015. Medan.
Anonimus, 2012. Tanaman Kelapa. Serial online: (http://bppmd.kaltimprov.go.id/file/buku/
bk_3wuONfpco2R.pdf). Di akses 04 Juni 2015. Medan.
Anonimus, 2013. Mengenal Tanaman Kakao. Serial online : (http://sudut-bacaan.blogspot.com/
2013/05/mengenal-tanaman-kakao.html). Di akses pada tanggal 07 Mei 2015. Pukul 20.00 Wib.
Medan.
Anonimus, 2014. Serial online: (http://bozgoogle.blogspot.com/2014/03/morfologi-tanaman-
kopi_21.html). Diakses pada 05 Juni 2015. Medan.
Ariffin. 2009. Budidaya Tanaman kopi. Serial online:
(http://bianksoft.pp.wordpress.com/ 2009/06/03/budidaya-tanaman-kopi/). diakses pada 27
Mei 2015. Pukul 20.00 Wib. Medan.
Asia. 2006. Pedoman Teknis Pembangunan Kebun Induk Kakao. Direktorat Jenderal
Perkebunan: Jakarta
Bagus, 2003. Budidaya Tanaman Kelapa Genjah. Ganesha. Jakarta.
Budi, 2013. Morfologi Tanaman Kelapa. Serial online: (http://digilib.unila.ac.id/ 3811/13/BAB
%20II.pdf). Diakses pada tanggal 04 Juni 2015. Medan.
Dermawan, 2013. Pemeliharaan Tanaman Kakao Yang Intensif. Serial online: http://www.
dishutbunbantenprov. go.id/ read/article-etail/berita/70/pemeliharaan-tanaman-kakao-yang-
intensif.html). Diakses pada tanggal 07 Mei 2015. Pukul 20.30 Wib. Medan.

Anda mungkin juga menyukai