Anda di halaman 1dari 10

Jurnal TrendTech Vol 3 No 1, 2018 ISSN (cetak) 2502-2989 | ISSN (online) -------------

PEMANAS LISTRIK INDUKSI LOW POWER DENGAN SUPLAI DAYA


DC BERBASIS MIKROKONTROLER
Dadi Permadi1, Deden Komaludin2
1
Program Studi Teknik Elektro, Sekolah Tinggi Teknologi Texmaco
2
Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Tinggi Teknologi Texmaco
Email koresponden: dadi.permadi@gmail.com

Abstract
Induction heaters are one of the technology products that have long been manufactured and used in
industries and households. Induction heaters are one of the technology products that have long been
manufactured and used in industries and households. Induction heating is the emergence of heat in metals
affected by magnetic field induction. This is due to the Eddy current arising from metal or eddy currents
whose circular direction covers the magnetic field. The occurrence of eddy currents is caused by magnetic
induction which causes magnetic flux to penetrate the metal, causing heat to the metal. In this study the
electric stove that will be made has a heat setting that is simpler, easier to use, and has a lower power
consumption. The design and manufacture of the tool "Electric Heating Low Power Induction with DC
Power Supply Using Microcontrollers" is expected to represent the phenomenon of material heating due to
electric induction. This induction cooker will use Arduino as the controller. Furthermore, the keypad used in
this tool uses a 4x4 keypad as input to the desired temperature and time, for a temperature sensor, this tool
will use a thermocouple and to be able to suppress the power consumption and voltage use the power supply.
The increase in heating temperature at each frequency fluctuates, where the magnitude of the temperature
rise is 0.0004°C/s/ Hz, with the largest temperature rise occurring at a frequency of 1 kHz with an increase
in the value of 0.012°C/s/Hz and the lowest temperature increase in frequency 1 Hz with a value of
0.008°C/s. The power consumption of this heater in an average of each frequency is 48,677 watts per second,
lower than that of commercial induction heaters, but still higher than other student induction heating results,
with a power increase rate of 0.0117 watts/Hz. The accuracy of the system reading is 9.8%, where the biggest
error rate occurs when using a frequency of 100 Hz with an average error value within 600 seconds of
heating is 14.65%, while the lowest average error rate occurs in frequency 50 Hz with an average error
value of 5.52%.
Keywords: Induction heaters, Mosfet, arduino.
Abstrak
Pemanas induksi merupakan salah satu produk teknologi yang sudah lama dibuat dan digunakan di dalam
industri maupun rumah tangga. Pemanas induksi merupakan salah satu produk teknologi yang sudah lama
dibuat dan digunakan di dalam industri maupun rumah tangga. Pemanasan induksi adalah timbulnya panas
pada logam yang terkena induksi medan magnet. Hal ini disebabkan karena pada logam timbul arus Eddy
atau arus pusar yang arahnya melingkar melingkupi medan magnet. Terjadinya arus pusar diakibatkan oleh
induksi magnet yang menimbulkan fluks magnetik yang menembus logam, sehingga menyebabkan panas
pada logam. Pada penelitian ini kompor listrik yang akan dibuat memiliki pengaturan panas yang lebih
sederhana, mudah digunakan, dan memiliki konsumsi daya yang lebih rendah. Perancangan dan Pembuatan
alat “Pemanas Listrik Induksi Low power dengan Suplai Daya DC Menggunakan Mikrokontroler”
diharapkan dapat mewakili fenomena pemanasan material akibat dari induksi listrik. kompor induksi ini akan
menggunakan Arduino sebagai kontrolernya. Selanjutnya keypad yang digunakan pada alat ini menggunakan
keypad 4x4 sebagai input suhu dan waktu yang diinginkan, untuk sensor suhu, alat ini akan menggunakan
thermocouple dan untuk dapat menekan konsumsi daya dan tegangan digunakanlah power supply. Kenaikan
suhu pemanas pada tiap frekuensi fluktuatif, di mana besarnya kenaikan suhu adalah 0,0004°C/detik/Hz,
Dengan kenaikan suhu terbesar terjadi pada frekuensi 1 kHz dengan nilai kenaikan 0,012°C/detik/Hz dan
nilai kenaikan suhu terendah pada frekuensi 1 Hz dengan nilai kenikan 0,008°C/detik. Konsumsi daya dari
pemanas ini dalam rata-rata tiap frekuensi adalah 48,677 watt perdetik, lebih rendah jika dibandingkan
pemanas induksi komersial, tetapi masih lebih tinggi dibandingkan pemanas induksi hasil penelitian
mahasiswa lainya, dengan nilai laju kenaikan daya sebesar 0,0117 watt/Hz. Tingkat akurasi dari pembacaan
sistem adalah 9,8%, di mana tingkat kesalahan terbesar terjadi ketika menggunakan frekuensi 100 Hz dengan
nilai kesalahan rata-rata dalam waktu 600 detik pemanasan adalah sebesar 14,65%, Sedangkan tingkat
kesalahan rata-rata terendah terjadi pada frekuensi 50 Hz dengan nilai kesalahan rata-rata 5,52%.
Kata kunci : Pemanas Induksi, Mosfet, arduino.

1
Jurnal TrendTech Vol 3 No 1, 2018 ISSN (cetak) 2502-2989 | ISSN (online) -------------

1. Latar Belakang
Pemanas induksi merupakan salah satu produk teknologi yang sudah lama dibuat dan digunakan di dalam
industri maupun rumah tangga. Pada masa Perang Dunia II, teknologi ini juga digunakan untuk keperluan
peleburan dan pembentukan logam di dalam industri senjata dan alat-alat perang [1]. Berawal pada tahun 1831
michael faraday menemukan pemanas induksi elektromagnetik, bahwa medan magnet seharusnya dapat
menimbulkan arus listrik. Untuk membuktikan kebenaran hipotesis Faraday dalam percobaannya bahwa
peristiwa timbulnya arus listrik disebut induksi elektromagnetik. Adapun beda potensial yang timbul pada ujung
kumparan disebut gaya gerak listrik (GGL) induksi. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
prinsip pemanasan induksi dapat diterapkan pada alat-alat yang berukuran lebih kecil dan lebih mudah dibeli
masyarakat umum [1].
Seiring dengan kemajuan teknologi pada zaman ini, hampir semua produk diciptakan secanggih mungkin.
Mulai dari alat industri berukuran besar hingga alat untuk membantu pekerjaan rumah tangga, misalnya kompor
untuk memasak, cara menggunakannya sudah lebih efisien dan praktis. Pada zaman dahulu orang memasak
menggunakan kayu bakar, sehingga asap yang ditimbulkan dapat menganggu lingkungan sekitar [2]. kompor
induksi memanaskan alat masak sendiri dan tidak menimbulkan api, kompor induksi lebih aman terhadap
kecelakaan luka bakar maupun bahaya kebakaran. Kompor induksi juga tidak menimbulkan panas udara di
sekitarnya sehingga hampir tidak ada panas yang terbuang, tidak seperti kompor konvensional [3].
Pemanasan induksi adalah timbulnya panas pada logam yang terkena induksi medan magnet. Hal ini
disebabkan karena pada logam timbul arus Eddy atau arus pusar yang arahnya melingkar melingkupi medan
magnet. Terjadinya arus pusar diakibatkan oleh induksi magnet yang menimbulkan fluks magnetik yang
menembus logam, sehingga menyebabkan panas pada logam. Prinsip ini sama seperti transformator [4]. Pada
penelitian ini kompor listrik yang akan dibuat memiliki pengaturan panas yang lebih sederhana, mudah
digunakan, dan memiliki konsumsi daya yang lebih rendah. Pemanas listrik ini juga memiliki sistem tatap muka
yang lebih mudah dipahami.

2. Metode Penelitian
2.1. Metodologi perancangan alat
Berikut ini akan dijelaskan tahapan-tahapan pembuatan alat pemanas induksi, sehingga alat ini nantinya
dapat bekerja sesuai dengan fenomena induksi listrik:

Gambar 2.1. Diagram Alir Perancangan Alat.

2.2. Metode pembuatan alat


Setelah desain alat dirasa sudah sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan, dan hasil simulasi dirasa sudah
cukup memuaskan, maka tahapan selanjutnya adalah proses pembuatan alat, dimulai dari pencetakan desain
rangkaian ke papan PCB hingga uji coba alat dan pengambilan kesimpulan dari hasil uji coba tersebut, untuk
lebih lengkapnya mengenai alur metode pembuatan alat, dapat dilihat pada Gambar 2.2.

2
Jurnal TrendTech Vol 3 No 1, 2018 ISSN (cetak) 2502-2989 | ISSN (online) -------------

Gambar 2.2. Diagram Alir Pembuatan Alat.

2.3. Pengumpulan data dan pengolahan data


Perancangan dan Pembuatan alat “Pemanas Listrik Induksi Low power dengan Suplai Daya DC
Menggunakan Mikrokontroler” diharapkan dapat mewakili fenomena pemanasan material akibat dari induksi
listrik, meskipun sebagai purwarupa tetapi sifat dan cara kerja alat ini dikondisikan sesuai dengan fenomena
yang terjadi pada umumnya. Cara kerja alat dapat dilihat pada Gambar 3.1, 3.2, dan 3.3.

Gambar 2.3. Diagram Blok Sistem Pemanas Induksi Level 1

Gambar 2.4. Diagram Blok Sistem Pemanas Level 2.

3
Jurnal TrendTech Vol 3 No 1, 2018 ISSN (cetak) 2502-2989 | ISSN (online) -------------

Gambar 2.5. Diagram Blok Sistem Pemanas Level 3.

Desain layout dalam rangkaian sistem pemanas induksi dapat dilihat pada gambar 3.4. Sedangkan desain
rangkaian dalam simulasi PROTEUS dapat dilihat pada gambar 3.5.

Gambar 2.6. Desain Layout Rangkaian Pemanas Induksi.

Cara kerja rangkaian: tegangan yang masuk pada rangkaian akan terus masuk hingga mencapai lilitan
sekunder, di lilitan sekunder ini tegangan dan arus yang masuk akan dirubah menjadi daya listrik untuk dapat
memasok daya ke lilitan primer. Selain diteruskan menuju lilitan, tegangan yang masuk akan menuju MOSFET,
arus dan tegangan masuk melalui percabangan pertama, sebelum masuk pada MOSFET arus akan dibatasi
menggunakan resistor 470 Ω, selanjutnya arus yang masuk akan distabilkan menggunakan resistor 10 kΩ.
tegangan yang masuk juga akan dibatasi menggunakan dioda zener agar tegangan yang masuk hanya bernilai 12
V. selanjutnya arus listrik masuk pada MOSFET pertama ketika arus masuk pada mosfet pertama, mosfet kedua
akan mati, arus dari mosfet masuk kelilitan primer, arus yang masuk menghasilkan ggl induksi untuk
selanjutnya arus dari lilitan primer akan masuk pada MOSFET kedua, dari MOSFET kedua ini arus dan
tegangan dari MOSFET kedua akan kembali distabilkan dan dibatasi menggunakan resistor dan dioda. Setelah
distabilkan dan dibatasi arus dan tegangan tersebut akan dikirimkan kembali menggunakan fastdiode, selain
melakukan feedback fastdiode juga berfungsi untuk melindungi komponen yang ada di belakangnya dari
kelebihan tegangan.

4
Jurnal TrendTech Vol 3 No 1, 2018 ISSN (cetak) 2502-2989 | ISSN (online) -------------

Gambar 2.7. Desain Rangkaian Kontroler dalam Simulasi.


Cara kerja rangkaian: Arduino akan menerima masukan dari keypad sesuai dengan tombol yang ditekan pada
keypad, setelah itu Arduino akan meneruskan masukan keypad tersebut pada rangkaian Arduino Nano, pada saat
meneruskan masukan ini lampu yang diletakan diantara rangkaian Arduino Uno dan Arduino Nano akan
menyala, sebagai indikator adanya perpindahan inputan arus yang melaluinya selanjutnya pada rangkaian
Arduino Nano perintah tadi akan masuk komponen clock. Pada Arduino Nano arus listrik di ubah frekuensinya
sesuai dengan pengaturan delay, selanjutnya ketika proses perubahan ini lampu yang tersambung dengan
Arduino Nano akan menyala sebagai indikator adanya arus yang masuk pada Arduino Nano, selanjutnya hasil
perubahan frekuensi arus tersebut akan kembali dikirimkan kepada rangkaian Arduino Uno, untuk diteruskan
pada rangkaian pemanas.

3. Hasil dan Pembahasan


3.1. Suhu
Grafik 3.1 menjelaskan bahwa pada tiap frekeunsi mengalami kenaikan suhu yang relatif berbeda dimana
suhu awal yaitu 29°C, dapat dilihat bahwa ketika menggunakan frekuensi tertinggi yaitu 1 kHz, besarnya
kenaikan suhu terlihat lebih rata atau memiliki nilai fluktuasi yang lebih rendah dibandingkan ketika
menggunakan frekuensi yang lebih rendah. Kenaikan suhu pada tiap frekuensi relatif linear, seperti pada
frekuensi 1 Hz di mana nilai kenaikan suhunya 5°C dalam 5 menit atau 500 detik. Sedangkan pada frekuensi
tertinggi pada sistem yaitu 1 kHz, nilai kenaikan suhunya adalah 7.1°C. dan untuk nilai kenaikan suhu rata-rata
tertinggi adalah pada frekuensi 100 Hz dimana nilai kenaikan suhunya berada di angka 7.6°C.

Gambar 3.1. Grafik kenaikan suhu pada tiap frekuensi.

5
Jurnal TrendTech Vol 3 No 1, 2018 ISSN (cetak) 2502-2989 | ISSN (online) -------------

Gambar 3.2. Grafik eror sensor suhu perdetik terhadap frekuensi.

Dari grafik ini dapat dilihat bahwa besarnya kesalahan pembacaan suhu pada sensor bervariatif dalam tiap
frekuensi di mana margin eror berada diangka 0,056, dengan nilai eror rata-rata tertinggi berda di frekuensi 100
Hz yaitu sebesar 14,65% dan nilai eror rata-rata terendah pada frekuensi 500 Hz yaitu sebesar 5,52%.
Selanjutnya pada frekuensi 2 Hz memiliki nilai eror sebesar 12.59%, di frekuensi 3 Hz nilai eror tidak jauh
berbeda yaitu sebesar 11,53. Pada frekuensi 5,10 dan 50 Hz nilai eror relatif lebih rendah dibandingkan
frekuensi yang lebih rendah, yaitu sebesar 4,8%, 9,69, dan 5,52%. Sedangkan pada frekuensi 100, 500, dan 1
kHz, tingkat eror pada sistem pembacaan dan penampilan suhu di pemanas induksi listrik ini kembali
mengalami kenaikan, yaitu sebesar 14,65%, 8,92%, dan 11,27%. Sehingga bias ditarik kesimpulan bahwa
kenaikan nilai frekuensi tidak dapat mempengaruhi kesalahan pembacaan dari sistem penampil suhu, di
karenakan sistem pemanas dan sistem pembacaan dan penampil suhu berada pada sistem yang terpisah.
Kesalahan pembacaan suhu pada alat disebabkan oleh radiasi dari sistem pemanas sehingga menyebabkan
kesalahan pada sensor.

3.2. Laju pertambahan suhu perdetik terhadap frekuensi

Gambar 3.3. Grafik laju kenaikan suhu perdetik terhadap frekuensi.

6
Jurnal TrendTech Vol 3 No 1, 2018 ISSN (cetak) 2502-2989 | ISSN (online) -------------

Pada alat pemanas induksi ini terdapat 9 pilihan menu dengan frekuensi yang berbeda-beda tiap menunya,
dengan frekuensi terkecil yaitu 1 Hz dan yang terbesar yaitu 1 kHz. Dengan laju kenaikan rata-rata tiap
frekuensi adalah 0.0004 ln(𝑓/𝑓0). Dengan nilai regresi logaritmik menghasilkan persamaan ΔT/Δt=
0.0004ln(𝑓/𝑓0)+0,0091 °C/detik dengan 𝑓0 = 1 Hz. Nilai laju kenaikan suhu tertinggi terjadi pada frekuensi 1
kHz dengan nilai kelajuan sebesar 0.012°C/detik/Hz. Sedangkan nilai kelajuan terendah pada frekuensi 10 Hz
dengan nilai kelajuan 0,0084°C/detik/Hz. Sedangkan pada frekuensi 1-5 Hz. Adalah 0,0087, 0,0097, 0,0091,
dan 0,010°C/detik/Hz. Sedangkan pada frekuensi 50,100, dan 500 Hz nilai laju kenaikan suhu mengalami yaitu
0,010, 0,0097, dan 0,011°C/detik/Hz. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kenaikan frekuensi tidak dapat
memperngaruhi laju kenaikan suhu pada pemanas ini.

3.3. Konsumsi daya

Gambar 3.4. Grafik konsumsi daya pada tiap frekuensi

Nilai konsumsi daya pada tiap frekuensi memiliki nilai besaran yang tidak jauh berbeda, secara berurutan
nilai konsumsi daya dari frekuensi 1 Hz hingga 1 kHz adalah sebagai berikut: 47,063 watt/Hz, 47,64, 47,51,
45,39, 46,96, 48,79, 47,23, dan 60,69 watt/Hz. Dengan nilai konsumsi daya rata-rata dalam 90 menit percobaan
adalah 48,677 watt/detik. Sehingga dapat ditarik kesimpulan, bahwa konsumsi daya cenderung fluktuatif, tetapi
ketika menggunakan frekuensi tertintinggi nilai konsumsi daya meningkat pesat dibandingkan ketika
menggunakan frekuensi rendah.hal ini dikarenakan ketika menggunakan frekuensi tinggi arus yang masuk
memiliki nilai fluktuasi yang lebih kecil dibangkan ketika menggunakan frekuensi rendah, dimana nilai
fluktuasinya besar, dan arus yang masuk juga relatif lebih rendah dibandingkan arus yang masuk ketika
menggunakan frekuensi tinggi. Untuk penjelasan konsumsi arus dapat dilihat pada Tabel 5.1 5.2 dan 5.3.
Perbandingan konsumsi daya dengan alat sejenis dapat dilihat pada Tabel 5.4. Pada penelitian ini konsumsi daya
rata-rata adalah 48,677 watt/perdetik, lebih rendah dari konsumsi daya pemanas komersial dan beberapa
pemanas hasil penelitian mahasiswa lain, tetapi masih lebih tinggi dari pemanas buatan [1].

Tabel 3.1 Konsumsi daya pada frekuensi 1-3 Hz


Waktu 1 Hz 2 Hz 3 Hz
(detik) I(A) V(V) P(W)=IxV I(A) V(V) P(W)=IxV I(A) V(V) P(W)=IxV
20 30,5 12 42,5 31,5 12 43,5 30,5 12 42,5
40 31 12 43 31,7 12 43,7 31,2 12 43,2
60 31,2 12 43,2 32 12 44 32 12 44
80 32 12 44 32,5 12 44,5 32,5 12 44,5
100 32,7 12 44,7 32,7 12 44,7 32,7 12 44,7
120 33 12 45 33 12 45 33 12 45
140 33,2 12 45,2 33,5 12 45,5 33,5 12 45,5
160 33,5 12 45,5 33,7 12 45,7 33,7 12 45,7
180 33,5 12 45,5 34 12 46 34 12 46

7
Jurnal TrendTech Vol 3 No 1, 2018 ISSN (cetak) 2502-2989 | ISSN (online) -------------

Waktu 1 Hz 2 Hz 3 Hz
(detik) I(A) V(V) P(W)=IxV I(A) V(V) P(W)=IxV I(A) V(V) P(W)=IxV
200 33,7 12 45,7 34,5 12 46,5 34,2 12 46,2
220 34 12 46 34,7 12 46,7 34,5 12 46,5
240 34,7 12 46,7 35 12 47 34,7 12 46,7
260 34,7 12 46,7 35,2 12 47,2 35,2 12 47,2
280 35 12 47 35,2 12 47,2 35,5 12 47,5
300 35 12 47 35,7 12 47,7 35,7 12 47,7
320 35,5 12 47,5 35,7 12 47,7 36 12 48
340 35,7 12 47,7 36 12 48 36,2 12 48,2
360 36 12 48 36,2 12 48,2 36,5 12 48,5
380 36 12 48 36,7 12 48,7 36,7 12 48,7
400 36,2 12 48,2 37,2 12 49,2 36,7 12 48,7
420 36,7 12 48,7 37,2 12 49,2 37 12 49
440 36,7 12 48,7 37,5 12 49,5 37,2 12 49,2
460 37 12 49 37,7 12 49,7 37,5 12 49,5
480 37 12 49 38 12 50 37,7 12 49,7
500 37,5 12 49,5 38,2 12 50,2 38 12 50
520 37,5 12 49,5 38,5 12 50,5 38,2 12 50,2
540 38 12 50 38,5 12 50,5 38,5 12 50,5
560 38 12 50 38,7 12 50,7 38,7 12 50,7
580 38,2 12 50,2 39 12 51 38,7 12 50,7
600 38,2 12 50,2 39,2 12 51,2 39 12 51
Rata-rata 35.17 12.00 47.17 35.29 12.00 47.29 35.57 12.00 47.57

Tabel 3.2 Konsumsi Daya pada frekuensi 5, 10, dan 50 Hz.


Waktu 5 Hz 10 Hz 50 Hz
(detik) I(A) V(V) P(W)=IxV I(A) V(V) P(W)=IxV I(A) V(V) P(W)=IxV
20 29,5 12 41,5 30,5 12 42,5 30,5 12 42,5
40 29,7 12 41,7 31 12 43 30,5 12 42,5
60 30 12 42 31,5 12 43,5 30,75 12 42,75
80 30,2 12 42,25 31,7 12 43,7 31 12 43
100 30,5 12 42,5 32 12 44 31,25 12 43,25
120 30,7 12 42,7 32,2 12 44,2 31,5 12 43,5
140 31 12 43 32,5 12 44,5 31,75 12 43,75
160 31,2 12 43,2 32,7 12 44,7 32 12 44
180 31,7 12 43,75 33 12 45 32,75 12 44,75
200 32 12 44 33,5 12 45,5 33 12 45
220 32,2 12 44,2 35 12 47 33,5 12 45,5
240 32,5 12 44,5 34,2 12 46,2 33,5 12 45,5
260 32,5 12 44,5 34,5 12 46,5 34 12 46
280 33 12 45 34,7 12 46,7 34,5 12 46,5
300 33,2 12 45,2 35,2 12 47,2 34,75 12 46,75
320 33,5 12 45,5 35,5 12 47,5 35 12 47
340 33,7 12 45,7 35,2 12 47,2 35,7 12 47,7
360 34 12 46 35,7 12 47,7 35,7 12 47,7
380 34,5 12 46,5 36 12 48 36 12 48

8
Jurnal TrendTech Vol 3 No 1, 2018 ISSN (cetak) 2502-2989 | ISSN (online) -------------

400 34,5 12 46,5 36,2 12 48,2 36,75 12 48,75


420 34,7 12 46,7 36,5 12 48,5 36,75 12 48,75
440 35,2 12 47,2 36,5 12 48,5 37 12 49
460 35,7 12 47,7 36,7 12 48,7 37,25 12 49,25
480 35,7 12 47,7 37,2 12 49,2 37,25 12 49,25
500 36 12 48 37,5 12 49,5 37,75 12 49,75
520 36,5 12 48,5 37,7 12 49,7 38 12 50
540 36,5 12 48,5 38 12 50 38,5 12 50,5
560 36,7 12 48,7 38,2 12 50,2 39 12 51
580 37 12 49 38,7 12 50,7 39 12 51
600 37,5 12 49,5 39,2 12 51,2 39,25 12 51,25
Rata- 33.286 12 45.286 34.167 12 46.167 35.4 12 47.4
rata

Tabel 3.3 Konsumsi Daya pada frekuensi 100 Hz, 500 Hz, dan 1 kHz.
Waktu 100 Hz 500 Hz 1 kHz
(detik) I(A) V(V) P(W)=IxV I(A) V(V) P(W)=IxV I(A) V(V) P(W)=IxV
20 31,5 12 43,5 29,25 12 41,25 31 12 43
40 31,5 12 43,5 29,5 12 41,5 31,7 12 43,7
60 32 12 44 30,25 12 42,25 32,5 12 44,5
80 32,7 12 44,7 30,75 12 42,75 33,2 12 45,2
100 33,2 12 45,2 31,25 12 43,25 33,5 12 45,5
120 33,5 12 45,5 31,75 12 43,75 34,2 12 46,2
140 34 12 46 32,25 12 44,25 34,7 12 46,7
160 34,2 12 46,2 32,25 12 44,25 35 12 47
180 34,2 12 46,2 32,5 12 44,5 35,2 12 47,2
200 35,2 12 47,2 32,75 12 44,75 35,5 12 47,5
220 35,5 12 47,5 33 12 45 35,7 12 47,7
240 36 12 48 33,25 12 45,25 36,2 12 48,2
260 36,2 12 48,2 33,5 12 45,5 36,5 12 48,5
280 36,7 12 48,7 33,75 12 45,75 36,7 12 48,7
300 37 12 49 35,2 12 47,2 37 12 49
320 37,5 12 49,5 35,7 12 47,7 37,2 12 49,2
340 37,5 12 49,5 36,5 12 48,5 37,5 12 49,5
360 37,7 12 49,7 36,5 12 48,5 38 12 50
380 38 12 50 37,5 12 49,5 38,2 12 50,2
400 38,5 12 50,5 37,5 12 49,5 38,5 12 50,5
420 38,7 12 50,7 37,7 12 49,7 38,7 12 50,7
440 39 12 51 38 12 50 39 12 51
460 39,5 12 51,5 38,7 12 50,7 392 12 404
480 39,5 12 51,5 38,7 12 50,7 39,7 12 51,7
500 40 12 52 39 12 51 39,7 12 51,7
520 40,2 12 52,2 39,2 12 51,2 40,2 12 52,2
540 40,5 12 52,5 39,7 12 51,7 40,5 12 52,5
560 41 12 53 40 12 52 40,5 12 52,5
580 41,2 12 53,2 40,25 12 52,25 40,7 12 52,7
600 41,5 12 53,5 41 12 53 41,7 12 53,7
Rata-rata 37.125 12 49.125 38.2 12 50.2 95.333 12 107.33

9
Jurnal TrendTech Vol 3 No 1, 2018 ISSN (cetak) 2502-2989 | ISSN (online) -------------

Tabel 3.4. Perbandingan Konsumsi Daya.


Nama Kompor Konsumsi daya (watt)
Maspion Kompor Listrik S 302 600
Philips 2100
Oxone Kompor Listrik Single Ceramic – OX655S 800
Pemanas Isman (2008) 300-2000
Pemanas Noviansyah (2011) 200
Penelitian ini 48,677
Pemanas Zhulkarnaen (2013) 16,390

5. Kesimpulan
Pada penelitian rancang bangun pemanas induksi berbasis mikrokontroler ini dapat ditarik beberapa
kesimpulan, antara lain:
a. Kenaikan suhu pemanas pada tiap frekuensi fluktuatif, di mana besarnya kenaikan suhu adalah
0,0004°C/detik/Hz, Dengan kenaikan suhu terbesar terjadi pada frekuensi 1 kHz dengan nilai kenaikan
0,012°C/detik/Hz dan nilai kenaikan suhu terendah pada frekuensi 1 Hz dengan nilai kenikan
0,008°C/detik.
b. Konsumsi daya dari pemanas ini dalam rata-rata tiap frekuensi adalah 48,677 watt perdetik, lebih rendah
jika dibandingkan pemanas induksi komersial, tetapi masih lebih tinggi dibandingkan pemanas induksi hasil
penelitian mahasiswa lainya, dengan nilai laju kenaikan daya sebesar 0,0117 watt/Hz.
c. Tingkat akurasi dari pembacaan sistem adalah 9,8%, di mana tingkat kesalahan terbesar terjadi ketika
menggunakan frekuensi 100 Hz dengan nilai kesalahan rata-rata dalam waktu 600 detik pemanasan adalah
sebesar 14,65%, Sedangkan tingkat kesalahan rata-rata terendah terjadi pada frekuensi 50 Hz dengan nilai
kesalahan rata-rata 5,52%.

Daftar Pustaka
1. Zulkarnaen, Yukovany, 2013, Perancangan dan Pembuatan Pemanas Induksi Degan Metode Pancake Coil
Berbasis Mikrokontroler Atmega 8535, Jurusan Teknik Elektro Universitas Brawijaya.
2. Isman, Yudhi Saputra, 2008, Analisis Pada Kompor Listrik Metode Induksi, Karya Tulis Ilmiah, Tidak
dipublikasikan, Padang: Politeknik Universitas Andalas Padang.
3. Subekti, Lukman,, Ma’un Budiyanto, 2012, Pengaruh Perbaikan Faktor Daya Pada Kinerja Kompor
Induksi, Seminar Nasional Informatika 2012 (semnasIF 2012).
4. Noviansyah, Rian, 2011, Pemanas Induksi (Induction Heating) Kapasitas 200 Watt.
5. Anam, Mirsyadul,, Lagiyono,, Drajat Samyono,, 2016, Analisis Kekerasan Bahan St-60 Dengan Variasi
Waktu Penahanan Pada Proses Pemanas Induksi untuk Tool Holder CNC Bubut, Volume 12 no 1 April
2016.
6. Candra, Joni Eka,, Frilian Adha Diansyah, 2017, Alat Pedeteksi Orang Merokok Dalam Toiler
Menggunakan Sensor Asap Berbasis Arduino, Laporan Penelitian Peningkatan Kapasitas.
7. Fadillah, Muhammad Bobby, Dian Yayan Sukma, Nurhalim, 2015, Analisis Prakiraan Kebutuhan Energi
Listrik Tahun 2015-2024 Wilayah Pln Kota Pekanbaru Dengan Metode Gabungan, Jom FTEKNIK Volume
2 No, 2 Oktober 2015.
8. Ismail, Rifky,, Eflitas Yohana,, M Tauviqirrahman,, A,P Bayuseno, 2014, Aplikasi Teknik Countiuous
Hardening Menggunakan Alat Pemanas Induksi Untuk Pengerasan Pin, Simposian Nasional RAPI XIII –
2014 FT UMS.
9. Mulyatno, 2014, Fisika Umum II, Jakarta: Universitas Terbuka.
10. Mustoffa, Naufal,, Ismail Rokhim, Wahyudi Purnomo, Perancangan Dan Pembuatan Sistem Pemanas
Induksi Untuk Bearing Berbasis Mikrokontroler Arduino UNO.
11. Ramdhani, Muhammad, 2009, Rangkaian Listrik, Jakarta: Erlangga.
12. Raharjo, Wahyu Purwo,, Bambang Kusharjanta, 2013, Rancang Bangun Pemanas Induksi 600 Wat Untuk
Proses Perlakuan Panas Dan Perlakukan Permukaan, Prosiding SNST ke-4 Tahun 2013.
13. Setyawan, Lukas B, Deddy Susilo,, Amsal Victory Wicaksono, 2015, Pemanas Listrik Menggunakan
Prinsip Induksi Elektro Magnetik, Techne Jurnal Ilmiah Elektroteknika Vol, 14 No, 2 Oktober 2015 Hal,
89-94.

10

Anda mungkin juga menyukai