Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
3, Desember 2018
https://doi.org/10.22435/jpppk.v2i3.126
Abstrak
Kematian ibu dan anak masih menjadi masalah kesehatan. Risiko mengalami kematian ibu atau bayi bagi ibu
melahirkan sangat dipengaruhi di mana seorang ibu hamil memilih penolong persalinan. Studi ini bertujuan
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ibu hamil dalam memilih penolong persalinan di wilayah
kerja Puskesmas Malakopa Kabupaten Kepulauan Mentawai. Metode penelitian kuantitatif dengan desain
potong lintang. Data dikumpulkan pada Puskesmas Malakopa Kabupaten Kepulauan Mentawai Provinsi
Sumatrera Barat bulan Maret 2017. Teknik pengambilan sampel secara random sampling, data dianalisis
dengan menggunakan SPSS. Pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan telaah dokumen.
Hasil penelitian Ibu hamil di wilayah Puskesmas Malakopa yang memilih bersalin dengan tenaga kesehatan
sebesar 62,9%, persalinan ditolong oleh tenaga non kesehatan sebesar 37,1%. Uji statistik menunjukkan tidak
terdapat hubungan bermakna antara faktor internal dan eksternal pada kelompok ibu hamil terhadap pemilihan
penolong persalinan. Untuk itu disarankan dalam meningkatkan cakupan persalinan nakes di wilayah kerja
Puskesmas Malakopa Kabupaten Kepulauan Mentawai diperlukan perhatian kusus bagi tenaga kesehatan
terhadap faktor yang mempengaruhi ibu hamil dalam memilih penolong persalinan.
Abstract
Maternal and child mortality is still becoming health problem. The risk of having a mother or baby’s death for
the mother of childbirth is strongly influenced where a pregnant woman chooses a birth attendant. This study
aimed to determine the factors that influence pregnant women in choosing birth attendants in the working area
of Malakopa Health Center, Mentawai Islands District. This research is quantitative method with cross- sectional
design. Data was collected at Malakopa Health Center, Mentawai Islands District, West Sumatera Province,
in March 2017. The sampling technique was random sampling. Data was analyzed using SPSS. Collecting
data through observation, interviews, and document review. The results of the study of pregnant women in the
Malakopa Health Center area who chose to give birth with health workers were 62.9%, deliveries were assisted
by non-health workers by 37.1%. The statistic test showed no significant relationship between internal and
external factors in the group of pregnant women on the selection of birth attendants. It is recommended that
in increasing coverage of health workers in the working area of the Malakopa Health Center, Mentawai District
need special attention for health workers on factors that affect pregnant women in choosing birth attendants.
153
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 2, No. 3, Desember 2018
154
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 2, No. 3, Desember 2018
155
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 2, No. 3, Desember 2018
referensi. Menurut Suharsimi Arikunto (1998), hamil dalam memilih penolong persalinan baik
variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa tenaga kesehatan dan non kesehatan. Tujuan
yang menjadi suatu titik perhatian suatu penelitian. penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang
Hal serupa juga disampaikan Sugiyono (2009), mempengaruhi ibu hamil memilih pertolongan
variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa persalinan di wilayah kerja Puskesmas Malakopa
saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari Kabupaten Kepulauan Mentawai.
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan Hasil
menurut Kerlinger (2006), pengertian variabel 1. Faktor yang mempengaruhi ibu hamil memilih
adalah konstruk atau sifat yang akan dipelajari penolong persalinan.
yang mempunyai nilai yang bervariasi. Variabel Berdasarkan Tabel 1, persentase terbesar
adalah simbol atau lambang yang padanya kita dari gambaran sosio demografi ibu hamil yang
letakkan sembarang nilai atau bilangan.14 Selain itu bersalin adalah 74,3% berpendidikan rendah,
belum pernah dilakukan penelitian di lokus yang 80,0% bekerja, 68,6% berpengetahuan tinggi,
dipilih dengan mengkaji jenis variabel ditentukan 51,4 % memiliki kepercayaan tradisional, 58,1%
oleh peneliti. Hubungan variabel dengan pemilihan mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar,
penolong persalinan adalah setiap variabel memiliki 65,7% mendapat dukungan suami, 57,1% akses
nilai yang berpengaruh signifikan terhadap ibu transportasi mudah, dan 54,3% tidak tersedia biaya.
Tabel 1. Gambaran Sosio Demografi Ibu Hamil yang Melahirkan di Wilayah Puskesmas Malakopa
Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2017.
156
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 2, No. 3, Desember 2018
Tabel 2. Distribusi frekuensi ibu hamil memilih penolong persalinan di wilayah Puskesmas Malakopa
Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2017
Tabel 3. Hasil Uji Eksak Fisher hubungan antara faktor yang mempengaruhi ibu hamil dan pemilihan
penolong persalinan di wilayah Puskesmas Malakopa Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2017
F % F % F %
1. Tingkat Pendidikan Rendah 10 38,5 16 61,5 26 100 0,25
Tinggi 3 33,3 6 66,7 9 100
2 Status Pekerjaan Ibu Tidak Bekerja 4 57,1 3 42,9 7 100
Ibu 0,68
Ibu Bekerja 9 32,1 19 67,9 28 100
3 Tingkat Pengetahuan Rendah 2 18,8 9 81,8 11 100
Tinggi 11 45,8 13 54,2 24 100 0,15
4 Kepercayaan Tradisional Tidak Ada 10 58,8 7 41,2 17 100
Ada 3 16,7 15 83,3 18 100 0,13
5 Pelayanan Antenatal Care Tidak Sesuai Standar 5 35,7 9 64,3 14 100
Sesuai Standar 8 38,1 13 61,9 21 100 0,32
6 Dukungan Suami Kurang Mendukung 7 58,3 5 41,7 12 100
Mendukung 6 26,1 17 73,9 23 100 0,33
7 Akses Tranportasi Sulit di Akses 4 26,7 11 73,3 15 100
Mudah di Akses 9 45,0 11 55,0 20 100 0,10
8 Ketersediaan Biaya Tidak Tersedia 7 31,6 12 68,4 19 100
Tersedia 6 37,5 10 62,5 16 100 0,07
157
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 2, No. 3, Desember 2018
Remaja menyatakan bahwa: kematian ibu banyak penolong persalinan oleh tenaga kesehatan yang
terjadi pada ibu hamil yang pendidikan rendah, memiliki kompetensi kebidanan sebesar 90%. Hasil
bahkan ada yang tidak bersekolah, kebanyakan penelitian ini menunjukkan masih ada sebesar 37,1%
ibu hamil bekerja diladang yang jaraknya jauh persalinan ditolong oleh tenaga non kesehatan.
di pemukiman penduduk, sewaktu waktu butuh Hal ini kemungkinan berkaitan dengan ibu hamil
penanganan terlambat di tolong dukun dan bidan sudah tersugesti dan berkeyakinan dukun bayi
akhirnya ibu hamil meninggal. Selain itu ibu lebih berpengalaman, dukun bayi sudah bertahun
hamil tidak memiliki pengetahuan sehingga tidak tahun membantu proses kelahiran warga. Selain
peduli tanda-tanda bahaya jika ada keluar darah/ itu usia tenaga kesehatan masih muda, dan belum
lendir dari kemaluannya. Ada juga kepercayaan terlalu mengenal baik budaya mereka, belum pernah
kita bahwa perempuan hamil harus disembunyikan hamil ataupun merasakan proses melahirkan seperti
karena malu jika diketahui orang sehingga kita mereka. Tenaga kesehatan tidak selalu ada ditempat.
harus tinggal diladang, ibu hamil yang tinggal Penelitian Nolan dalam Paraden Relik Diana
diladang ada yang diperiksa kehamilannya ada juga (2015), menyatakan wanita hamil akan terpengaruh
yang tidak, tergantung suaminya kalau suaminya dengan apa yang dilihat dan didengar dari orang
senang istrinya hamil maka akan diajak periksa ke tuanya. Jika orang tuanya melahirkan di rumah
bidan dan sebaliknya ada juga suami yang tidak maka anaknya juga akan melahirkan di rumah.
senang istrinya hamil. Kalau disini masih mudah Pengalaman dari orang tua tersebut, membuat
transportasinya karena dekat ke muara masih bisa wanita hamil memutuskan memilih melahirkan
cepat ke puskesmasnya, tapi ibu yang tinggal di ditolong oleh dukun.15 Menurut hasil penelitian
bagian atas dan pedalaman sangat sulit untuk turun Astuti dalam Nopenanu (2012) persalinan ditolong
ke muara nya sehingga terlambat pertolongan, dari oleh tenaga non kesehatan sebanyak 90,2%.16 Hasil
sisi biaya banyak tidak tersedia karena kebanyakan penelitian yang sama dilakukan Syafrudin dan
ibu hamil hanya mengandalkan hasil ladang dan Hamidah (2009), menyatakan kasus kesehatan yang
menangkap ikan dan udang di laut. Validitas hasil masih banyak terjadi di Indonesia adalah persalinan
penelitian dijaga dengan melakukan triangulasi yang di tolong oleh dukun.17
informasi dari informan KK Remaja kepada Kader Belum optimalnya tenaga kesehatan dalam
Terbaik Kesehatan KK. memberikan informasi tentang kesehatan kehamilan
Hasil konfirmasi membenarkan informasi dan keamanan dalam melakukan persalinan. Tenaga
yang diperoleh dari informan, kalau ada ibu hamil kesehatan harus merangkul ibu hamil agar terhindar
dan bayi mati murni karena terlambat penanganan dari risiko bahaya maupun risiko kematian. Hasil
bahkan semua ibu hamil dimalakopa ini butuh penelitian ini didukung oleh temuan penelitian
tenaga kesehatan yang selalu standby melayani, yang dilakukan oleh Ellyana dalam Paraden Relik
karena kami daerah bencana, sejak kejadian Diana (2015) diperoleh sebesar (29%) ibu hamil
gempa dan tsunami kami relokasi keatas sehingga memilih tenaga non kesehatan sebagai penolong
ibu hamil yang hendak pergi berobat/periksa ke persalinan.15 Menurut hasil penelitian Willa Ruben
puskesmas perlu sarana transportasi seperti motor, Wadu (2014), menyatakan penyebab kematian ibu
mobil ambulan, speed boat jika perlu rujukan. hamil adalah perilaku ibu hamil yang memeriksakan
kehamilannya ke dukun.18
Pembahasan Ibu hamil dalam kelompok tingkat
Berdasarkan Tabel 2 proporsi ibu hamil pendidikan rendah sebesar (38,5%) masih memilih
yang memilih penolong persalinan dengan penolong persalinan dengan tenaga non kesehatan.
tenaga kesehatan lebih tinggi yaitu 62,9%. Jika Menurut Notoadmodjo (2007), mengatakan
dibandingkan dengan data cakupan penolong pendidikan secara umum adalah upaya yang
persalinan oleh tenaga kesehatan di wilayah kerja direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik
Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Mentawai individu, kelompok maupun masyarakat sehingga
tahun 2016 sebesar 73,7% dengan memperhatikan mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku
standard pelayanan minimal indikator cakupan pendidikan. Makin tinggi pendidikan seseorang
158
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 2, No. 3, Desember 2018
makin tinggi pula kesadarannya tentang hak yang (2011), menyatakan bahwa ibu yang berpengetahuan
dimilikinya. Kondisi ini akan meningkatkan rendah (62,5%) memiliki risiko lebih besar untuk
tuntutan terhadap hak untuk memperoleh informasi, terjadinya kematian perinatal dibanding ibu yang
hak untuk menolak/menerima pengobatan yang berpengetahuan tinggi (37,5%).22
ditawarkan.13 Untuk menghindari ibu hamil dari Tabel 3 proporsi ibu hamil memilih tenaga
risiko persalinan non nakes maka diharapkan kepada non kesehatan lebih tinggi pada ibu yang tidak
seluruh tenaga kesehatan untuk dapat memberikan bekerja sebesar (57,1%) dibanding ibu bekerja.
informasi yang tepat kepada ibu hamil, agar Menurut Notoatmodjo (2007), pekerjaan juga
melakukan persalinan dengan tenaga kesehatan menggambarkan tingkat sosial ekonomi seseorang,
bukan dengan non kesehatan (Dukun). Berdasarkan dan hal ini mempengaruhi pemilihan tempat
penelitian yang telah dilakukan oleh Sufiawati pelayanan kesehatan oleh masyarakat tersebut.13
(2012) menyatakan variabel yang berhubungan Hasil penelitian ini didukung oleh Rohati 2015
dengan pemilihan tenaga penolong persalinan adalah menyatakan bahwa (44,4%) responden yang tidak
pendidikan.19 Menurut penelitian yang senada dari bekerja lebih tinggi memilih penolong persalinan
Nopenanu Yulinda M (2012), menyatakan terdapat dengan tenaga non kesehatan dibandingkan dengan
hubungan bermakna antara tingkat pendidikan responden bekerja sebesar (8,5%). Menurut Harni
dengan keputusan ibu dalam memilih persalinan dalam Rohati (2015), menyatakan bahwa ibu yang
di dukun. Ibu yang berpendidikan rendah (88,9%) bekerja akan menghasilkan uang dan menambah
memilih dukun sebagai penolong persalinan, dan ibu pendapatan keluarganya sehingga mereka leluasa
yang berpendidikan tinggi (11,1%) memilih tenaga dalam memilih penolong persalinannya.23
medis sebagai penolong persalinan. Pemilihan Berdasarkan hasil penelitian ini, ibu
persalinan dengan dukun lebih banyak, dipengaruhi hamil yang memilih penolong persalinan dengan
oleh keputusan keluarga sebanyak (57,9%) dan tenaga non kesehatan tingkat pengetahuan rendah
responden yang berpengetahuan kurang sebanyak sebesar (18,8%), dibandingkan dengan ibu hamil
14 orang (87,5).16 yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi sebesar
Menurut Depkes RI (2010), ibu yang (45,8%). Ditemukan bahwa ibu hamil dengan tingkat
memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, pengetahuan rendah cenderung memilih tenaga
akan lebih memiliki rasa percaya diri, wawasan dan kesehatan sebesar (81,8%), hal ini kemungkinan
kemampuan untuk mengambil keputusan yang baik mereka telah mendapat penyuluhan dari tenaga
bagi diri dan keluarganya, termasuk yang berkaitan kesehatan.
dengan pemilihan tenaga penolong persalinan.20 Proporsi ibu hamil yang memilih non nakes
Hal ini juga didukung oleh penelitian Ninyoman tidak meyakini kepercayaan tradisional sebesar
Sasnitiari dkk (2017), menyatakan bahwa kelas ibu (58,8%), dan yang menyakini ada kepercayaan
hamil adalah sarana untuk belajar tentang kesehatan tradisional sebesar (16,7%). Adanya kepercayaan
ibu hamil. Ibu hamil yang mengikuti kelas ibu hamil tradisional masyarakat lokal (Sikerey) bahwa
akan memiliki pengetahuan yang lebih baik dan kehamilan itu adalah suatu hal yang tabu. Seorang
sikap yang positif dalam mengenali tanda bahaya perempuan yang hamil dalam keluarga tidak boleh
kehamilan.21 Menurut penelitian yang dilakukan oleh diketahui oleh orang lain. Perempuan hamil tersebut
Parenden Relik Diana (2015) menyatakan bahwa ibu harus pergi ke ladang dan harus tinggal mengungsi
yang bersalin dengan dukun bayi pengetahuannya di ladang yang jauh dari pemukiman warga sampai
kurang dibandingkan dengan ibu yang bersalin di proses kelahiran bayinya. Meskipun perempuan
tenaga kesehatan (bidan). Pengetahuan dianggap tersebut sudah menikah atau telah berkeluarga
baik jika seseorang mengambil keputusan yang selama kehamilannya perempuan tersebut tidak
tepat terkait dengan masalah yang dihadapi, namun boleh berhubungan badan dengan suaminya.
mereka yang mempunyai pengetahuan rendah Perempuan hamil yang melanggar adat tersebut dan
akan mengambil keputusan yang sebaliknya.15 diam-diam pulang kerumah biasanya akan didenda.
Berdasarkan penelitian Mahmudah Ummul dkk Adanya tradisi lokal ini, menyebabkan tenaga
159
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 2, No. 3, Desember 2018
kesehatan kesulitan dalam melakukan pemeriksaan menunjukkan dukungan suami tidak berbeda
kesehatan pada ibu hamil, didukung dengan sulitnya bermakna dalam memilih penolong persalinan p=
geografis. 0,33.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Proporsi ibu hamil yang memilih persalinan
Parenden Relik Diana (2015), menyatakan bahwa dengan tenaga non kesehatan tinggal di daerah
masyarakat masih memiliki kepercayaan yang tinggi yang memiliki transportasi sulit di akses sebesar
terhadap dukun bayi karena dukun bayi merupakan (26,7%) dibandingkan dengan ibu hamil yang
orang yang berpengalaman dalam hal kehamilan tinggal pada daerah yang mudah di akses sebesar
dan persalinan. Masyarakat di daerah terpencil/sulit (45,0%). Hasil penelitian menunjukkan akses
menganggap bahwa tenaga kesehatan dibutuhkan sulit dan mudah tidak berbeda bermakna dalam
bila persalinan terjadi komplikasi. Jika persalinan memilih penolong persalinan p= 0,10. Berdasarkan
aman maka dukun bayi yang melakukannya.15 penelitian Handayani dalam Parenden Relik Diana
Penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2015), sarana transportasi menjadi hambatan utama
dalam Nopenanu (2014), nilai kepercayaan dan persalinan di fasilitas kesehatan.15 Jarak pelayanan
pelaksanaan ritual adat istiadat masih kuat dan kesehatan yang tidak terjangkau mengakibatkan
masih banyak dilakukan oleh masyarakat sehingga masyarakat memilih untuk mencari pertolongan
peran dukun masih dibutuhkan.16 Berdasarkan hasil persalinan yang lebih dekat di karenakan jarak dan
penelitian Kebakyenga dalam Parenden Relik waktu tempuh yang jauh memilih persalinan dengan
Diana (2015), menyatakan bahwa sebanyak 224 dukun bayi, dan bersalin di rumah disebabkan
orang (48,8%) percaya sama dukun.15 Menurut minimnya sarana transportasi.15 Menurut penelitian
penelitian yang senada dari Nopenanu Yulinda M. Kebakyenga dalam Parenden Relik Diana (2015),
(2012), menyatakan bahwa responden yang percaya menyatakan bahwa alasan utama memilih penolong
kepada dukun dan memutuskan memilih persalinan persalinan sebanyak 228 (49,8%) menjawab karena
di dukun sebanyak (72,2%).16 jarak dari rumah ke fasilitas kesehatan terlalu jauh,
Proporsi ibu hamil yang memilih non nakes dan tidak adanya sarana transportasi sebanyak 164
di kelompok yang memiliki riwayat pelayanan (35,8%).15
antenatal care tidak sesuai standar sebesar (35,7,%), Berdasarkan hasil penelitian diketahui
dan sesuai standar sebesar (38,1%). Agar terhindar bahwa ibu hamil yang memilih persalinan dengan
dari risiko tinggi, komplikasi dan kematian ibu non tenaga kesehatan tidak tersedia biaya sebesar
hamil harus mendapatkan pelayanan antenatal care (31,6%) lebih rendah dibandingkan dengan ibu hamil
sesuai standar, maka diwajibkan untuk melakukan yang menyediakan biaya untuk proses persalinannya
3 kali pemeriksaaan yaitu trimester 1, II dan III dengan tenaga non kesehatan sebesar (37,5%),
dengan tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. namun hasil penelitian menunjukkan ketersediaan
Ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan biaya ibu hamil dalam memilih penolong persalinan
dengan tenaga kesehatan atau bersalin dengan tidak berbeda bermakna p= 0,07.
tenaga non kesehatan dianggap tidak sesuai standar. Hasil ini diperkuat dengan kutipan
Berdasarkan data Riskesdas 2013 di provinsi wawancara mendalam dengan Kader Kesehatan
Sumatra Barat Kabupaten Kepulauan Mentawai KK Remaja menyatakan bahwa: Sepengetahuan
tenaga kesehatan yang memberikan pemeriksaaan saya tidak ada ibu hamil yang menyiapkan biaya
ANC pada ibu hamil terbanyak adalah bidan sebesar persalinannya saat ditolong bidan/dukun karena
(86,3%), dilakukan di Puskesmas/Pustu sebesar ekonomi mereka yang sulit, kebanyakan pendapatan
(30,5%).24 keluarga hanya mengandalkan hasil laut dan alam
Berdasarkan hasil penelitian ibu hamil yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
memilih persalinan dengan non tenaga kesehatan Kalaupun ada itu mungkin pakai biaya KIS/
lebih tinggi pada ibu hamil yang tidak mendapat Jamkesda untuk persalinannya. Selain itu minjam
dukungan suami sebesar (58,3%) dibandingkan sama keluarga atau dibantu dari jemaat gereja.
dengan ibu hamil yang mendapat dukungan dari Tapi masalahnya tidak semua ibu hamil disini yang
suami sebesar (26,1%), namun hasil penelitian menerima KIS/Jamkesda.
160
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 2, No. 3, Desember 2018
Informasi dari informan KK Remaja pelayanan antenatal sesuai standar; 73,9% ibu hamil
diperkuat oleh KK Salome menyatakan bahwa: mendapat dukungan suami; 55,0% akses transportasi
Kebanyakan Ibu hamil pada saat bersalin dengan ibu hamil mudah; dan 68,4% dari kelompok ibu
dukun dan bidan tidak ada biaya/Jamkesmasnya hamil yang tidak tersedia biaya. Uji Eksak Fisher
karena belum mengetahui pentingnya kartu dan menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna
manfaatnya buat mereka, meskipun Bapak Presiden antara faktor internal dan eksternal pada kelompok
Jokowi yang langsung datang membagikan kartu ibu hamil terhadap pemilihan penolong persalinan
KIS tersebut namun belum semua penduduk yang (nakes dan non nakes), dengan adanya temuan hasil
menerima dan memanfaatkannya. yang perlu dicermati yaitu pada variabel akses dan
Menurut Penelitian Sufiawati (2012) ketersediaan biaya.
mengatakan bahwa ibu hamil yang tidak memiliki
biaya mempunyai peluang 1.7 kali lebih besar Saran
persalinannya ditolong oleh bukan nakes. 14 Salah Berdasarkan hasil penelitian, untuk
satu kendala penting untuk ibu hamil dalam menanggulangi risiko biaya persalinan ibu hamil,
mengakses persalinan oleh tenaga kesehatan di diharapkan setiap orang sudah memiliki jaminan
fasilitas kesehatan adalah keterbatasan dan tidak kesehatan (KIS/Jamkesda) yang diberikan
tersedianya biaya.19 Berdasarkan data kepemilikan oleh pemerintah. Dinas kesehatan memberikan
JKN/Jamkesda belum semua ibu hamil memiliki pendampingan anggaran untuk program KIA,
jaminan kesehatan di Kabupaten Mentawai. Masih peningkatan kompetensi sumber daya manusia
tingginya masalah kematian ibu/anak di desa yang kesehatan khusus yang berdomisili di daerah
ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai tidak terpencil. Meningkatkan program kemitraan bidan
semuanya diketahui oleh tenaga kesehatan karena dengan dukun, menyediakan sarana transportasi
tidak semua kasus kematian ibu/anak dilaporkan. yang mudah di akses dengan biaya murah.
Kasus kematian ibu hamil dan bayi karena Melibatkan suami pada saat tenaga kesehatan
terlambat penanganan dan infeksi merupakan/ memberikan penyuluhan, mendampingi istri saat
dianggap hal yang biasa saja di masyarakat. Masih melakukan pemeriksaan kehamilan dan persalinan.
kurangnya perhatian pemerintah daerah dalam Memberikan dukungan biaya selama kehamilan dan
meminimalisir angka kematian Ibu dan Anak proses persalinan, dan memberikan penyuluhan
di Kabupaten Kepulauan Mentawai dilihat dari kepada ibu hamil yang memiliki keyakinan
minimnya penyediaan anggaran untuk program, tradisional bahwa bersalin dengan tenaga kesehatan
rendahnya kompetensi SDM dalam merealisasikan jauh lebih aman dibandingkan dengan dukun.
Dana Jampersal dari DAK non Fisik. Sehingga
tenaga kesehatan tidak bisa berbuat banyak dalam Ucapan Terima Kasih
memberikan pelayanan kesehatan terhadap program Kami mengucapkan terima kasih kepada
KIA. Kadinkes, Kepala Puskesmas, dan Ibu responden
yang telah diwawancarai dan semua pihak
Kesimpulan terkait yang telah memberikan kesempatan untuk
Ibu hamil di wilayah Puskesmas Malakopa melaksanakan penelitian berkaitan dengan faktor
yang memilih bersalin dengan tenagga kesehatan ibu hamil dalam memilih penolong persalinan
sebesar 62,9%, masih ada ibu hamil yang melakukan di Puskesmas Malakopa yang telah memberikan
persalinan ditolong oleh tenaga non kesehatan dukungan atas pelaksanaan penelitian dan memberi
sebesar 37,1%. Cakupan ini masih rendah dari target masukan untuk penulisan ini. Penulis mengucapkan
SPM (90%). Gambaran karakteristik ibu bersalin terima kasih kepada Bapak/Ibu yang memberikan
di Puskesmas Malakopa menunjukkan 61,5% ibu bimbingan dan masukan dalam penulisan ini, serta
hamil dari kelompok berpendidikan rendah; 67,9% berbagai pihak yang telah membantu pelaksanaan
ibu hamil bekerja; 54,2% ibu hamil berpengetahuan penelitian ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu
tinggi; 83,3 % ibu hamil ada memiliki kepercayaan persatu.
tradisional; 61,9% Ibu hamil memiliki riwayat
161
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 2, No. 3, Desember 2018
162