Dengan demikian, kriteria yang sekaligus menjadi pegangan objektif etika utilitarianisme
adalah manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang. Dengan kata lain, suatu kebijaksanaan atau
tindakan yang baik dan tepat dari segi etis menurut etika utilitarianisme adalah kebijakan atau
tindakan yang membawa manfaat besar bagi sebanyak mungkin orang atau sebaliknya membawa
akibat merugikan yang seminimal mungkin bagi seminimal mungkin orang. Atas dasar kriteria
tersebut, etika utilitarianisme mengajukan tiga pegangan atau prinsip sebagai berikut.
1) Suatu kebijaksanaan atau tindakan adalah baik dan tepat secara moral jika kebijaksanaan
atau tindakan itu mendatangkan manfaat dan keuntungan.
2) Di antara berbagai kebijaksanaan dan tindakan yang sama baiknya, kebijaksanaan atau
tindakan yang mempunyai manfaat terbesar adalah tindakan yang paling baik. Atau
sebaliknya, di antara kebijaksanaan atau tindakan yang sama-sama merugikan,
kebijaksanaan atau tindakan yang baik dari segi moral adalah mendatangkan kerugian yang
lebih kecil atau terkecil.
3) Di antara kebijaksanaan atau tindakan yang sama-sama mendatangkan manfaat terbesar,
kebijaksanaan atau tidakan yang mendatangkan manfaat terbesar bagi banyak orang adalah
tindakan yang paling baik. Atau, di antara kebijaksanaan atau tindakan yang sama-sama
mendatangkan kerugian terkecil, kebijaksanaan atau tindakan yang baik adalah yang
mendatangkan kerugian terkecil bagi paling sedikit orang.
Dalam hal sesungguhnya, kedua wujud tersebut digunakan secara bersamaan karena
keduanya berkaitan erat satu sama lain. Dalam membuat perencanaan, etika utilitarianisme dapat
digunakan sebagai standar penilaian. Hanya saja apa yang dinilai merupakan akibat dari tindakan
atau kebijaksanaan, dengan kata lain merupakan kemungkinan atau dugaan-dugaan kuat yang
dapat sangat mungkin ( masuk akal ) terjadi. Sebagai penilaian atas tindakan atau kebijaksanaan
yang telah terjadi, etika utilitarianisme juga dapat berfungsi sebagai sasaran atau tujuan ketika
kebijaksanaan atau program tertentu yang telah di jalankan itu akan direvisi dan juga sekaligus
sebagai sasaran akhir dari sebuah kebijaksanaan atau program yang ingin direvisi.