Anda di halaman 1dari 4

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Infeksi organ urogenitalia atau infeksi saluran kemih (ISK) merupakan

penyakit yang sering dijumpai pada praktik dokter sehari-hari mulai dari

infeksi ringan yang hanya terdeteksi lewat pemeriksaan urin, hingga infeksi

berat yang dapat mengancam jiwa. Infeksi yang terjadi pada saluran kemih

merupakan infeksi akibat berkembang biaknya mikroorganisme di dalam

saluran kemih, sehingga menimbulkan reaksi inflamasi urotelium yang

melapisi saluran kemih. Infeksi akut pada organ padat (testis, epididimis,

prostat, ginjal) biasanya menunjukkan manifestasi klinis yang lebih berat

daripada organ berongga (vesica urinaria, ureter, uretra) (Purnomo, 2012).

Infeksi saluran kemih dapat menyerang pasien dari segala usia.

Ditemukan wanita lebih sering menderita ISK dibanding pada pria.

Peningkatan angka kejadian bakteriuria pada wanita berbanding lurus dengan

bertambahnya usia dan aktivitas seksual (Samirah dkk,, 2006). Bakteriuria

asimptomatik pada wanita dengan rentang usia 18 – 40 tahun adalah 5-6% dan

angka itu meningkat hingga 20% pada wanita usia lanjut (Purnomo, 2012).

Dilaporkan bahwa bakteri patogen yang paling sering ditemukan pada

urin pasien ISK adalah Escherichia coli dan Klebsiella pneumoniae. Bakteri

1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

gram positif yang tersering ditemukan pada urin pasien ISK adalah

stafilokokus koagulase negatif (Rizvi, dkk (2011) dalam Ocviyanti (2012)).

Baku emas pemeriksaan untuk mendeteksi adanya ISK adalah biakan

urin, karena pemeriksaan biakan urin dapat secara langsung mengidentifikasi

bakteri patogen penyebab ISK. Masalah yang kemudian muncul terkait

pemeriksaan biakan urin di negara berkembang adalah tidak semua fasilitas

pelayanan kesehatan memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk

pemeriksaan biakan urin, selain itu biakan urin memkana biaya yang cukup

tinggi dan waktu yang relatif lama untuk mendapatkan hasil (Ocviyanti,

2012).

Diagnosis ISK dapat ditegakkan dengan metode tidak langsung yaitu

urinalisis (Ocviyanti, 2012). Urinalisis merupakan suatu pemeriksaan urin

yang mencakup pemeriksaan makroskopis, mikroskopis, dan kimiawi urin.

Urinalisis yang diperlukan untuk membantu penegakan ISK adalah

pemeriksaan mikroskopis urin untuk melihat adanya leukosit dan

mikroorganisme pada urin, serta pemeriksaan kimiawi urin dengan metode

carik celup untuk mendeteksi nitrit, leukosit esterase, protein, dan darah di

dalam urin (Ocviyanti, 2012). Hasil pemeriksaan urin mikroskopis lebih dapat

menggambarkan komposisi material yang terdapat di dalam urin dibadingkan

dengan pemeriksaan carik celup (

Urin yang digunakan untuk pemeriksaan urinalisis sebaiknya

merupakan urin segar. Urin yang didiamkan tanpa pengawet pada suhu kamar

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

akan mengalami perubahan komposisi, sehingga berefek pada perubahan hasil

pemeriksaan urin (Chakraborty, 2012). Perubahan komposisi urin akibat

penundaan pemeriksaan antara lain disebabkan oleh pengendapan zat yang

semula larut dalam urin, oksidasi akibat terpajan sinar matahari, perkembang

biakan bakteri, serta lisisnya sel (Riswanto, 2012). Penundaan pemeriksaan

hitung leukosit urin dapat menyebabkan hasil negatif palsu karena leukosit

mengalami lisis sebelum pemeriksaan.

Penelitian ini dilakukan mengingat adanya kemungkinan

keterlambatan pemeriksaan urin di rumah sakit, terutama karena

keterlambatan pengiriman spesimen urin pasien rawat inap akibat banyaknya

jumlah pasien. Clinical and Laboratory Standard Institute (CLSI)

menganjurkan pemeriksaan urin dilakukan paling lambat 2 jam dari waktu

urin dikemihkan. Penundaan pemeriksaan urin selama 2 jam tanpa disimpan

di suhu 2-8oC dan penambahan zat pengawet dapat menurunkan kualitas hasil

pemeriksaan (Delanghe dan Speeckaert, 2014).

Hasil pemeriksaan urin yang berubah akibat penundaan pemeriksaan

tidak dapat menggambarkan keadaan pasien dengan baik, sehingga dapat

terjadi kesalahan dalam diagnosis dan tatalaksana pasien.

B. Perumusan Masalah

Adakah pengaruh penundaan pemeriksaan spesimen urin terhadap

hasil pemeriksaan jumlah leukosit urin?

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penundaan

pemeriksaan spesimen urin terhadap hasil pemeriksaan jumlah leukosit urin.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya yang

memiliki ruang lingkup materi yang sama, yaitu mengenai informasi

tentang pengaruh penundaan pemeriksaan spesimen urin terhadap hasil

pemeriksaan analit-analit yang terdapat dalam urin.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini memberikan informasi mengenai gambaran pengaruh

penundaan pemeriksaan spesimen urin terhadap hasil pemeriksaan

leukosit mikroskopis sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan pihak

laboratorium agar tidak menunda pemeriksaan spesimen sehingga hasil

yang didapatkan merepresentasikan keadaan klinis pasien dengan lebih

akurat.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai