Anda di halaman 1dari 4

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemeriksaan laboratorium sebagai pemeriksaan penunjang untuk


menegakkan suatu diagnosis pasien, memantau perjalanan penyakit serta
menentukan prognosis pasien sangat penting dilakukan. Pemeriksaan
laboratorium rutin berperan penting sebagai sumber informasi bagi dokter
untuk mengambil keputusan klinik seperti penegakan diagnosis, penentuan
terapi, penentuan dosis obat, dan pemantauan efektivitas obat yang diberikan
kepada pasien (Kemenkes,2011). Pemeriksaan laboratorium klinik dengan
permintaan terbanyak adalah pemeriksaan pada bidang mikrobiologi,
imunologi, hematologi, kimia klinik dan ada beberapa pemeriksaan lain yang
memiliki permintaan pemeriksaan yang sedikit (Riyono, 2007).
Salah satu pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk
membantu penegakan diagnosis pasien adalah urinalisis. Urinalisis adalah
suatu pemeriksaan sampel urin yang mencakup pemeriksaan fisik urin secara
makroskopis, kandungan kimia dalam urin yang biasanya diperiksa dengan
metode carik celup (dipstick) dan pemeriksaan mikroskopis. Urinalisis
berfungsi sebagai alat bantu diagnostik berbagai penyakit, baik yang terjadi di
saluran kemih maupun penyakit sistemik yang melibatkan saluran kemih
(Echeverry et al., 2010).
Urin yang didiamkan tanpa pengawet pada suhu kamar akan
mengalami perubahan komposisi, sehingga berefek pada perubahan hasil
pemeriksaan urin (Chakraborty, 2012). Perubahan komposisi urin akibat
penundaan pemeriksaan antara lain disebabkan oleh pengendapan zat yang
semula larut dalam urin, oksidasi akibat terpajan sinar matahari,
perkembangbiakan bakteri, serta lisisnya sel (Riswanto, 2012). Faktor lain

1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id2

yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan spesimen urin adalah persiapan


pasien dan prosedur pengambilan sampel, apabila petugas kesehatan tidak
memberi instruksi yang benar mengenai persiapan pasien dan prosedur
pengambilan yang benar, maka dapat terjadi kontaminasi terhadap sampel
(Delanghe, 2013).
Masalah utama mengenai pemeriksaan spesimen urin di negara
berkembang seperti Indonesia adalah fasilitas kesehatan yang kurang
terfasilitasi untuk melakukan pemeriksaan penunjang sebagai gold standard
penegakkan diagnosis pasien, sehingga dapat terjadi tertundanya pemeriksaan
spesimen urin (Ocviyanti, 2012).
Keterlambatan pengiriman spesimen urin dapat terjadi ketika
pengiriman spesimen dari bangsal menuju laboratorium atau dari laboratorium
cabang ke pusat, penumpukan pasien yang harus di periksa, adanya
penambahan pemeriksaan yang dilakukan atas permintaan pasien, dan
keterbatasan jumlah tenaga analis yang tersedia mengakibatkan dapat terjadi
penundaan pemeriksaan spesimen urin. Clinical and Laboratory Standard
Institute (CLSI) menganjurkan pemeriksaan urin dilakukan paling lambat 2
jam dari waktu urin dikemihkan. Penundaan pemeriksaan urin selama 2 jam
tanpa disimpan di suhu 2-8oC dan penambahan zat pengawet dapat
menurunkan kualitas hasil pemeriksaan (Delanghe dan Speeckaert, 2014).
Hasil pemeriksaan urin yang berubah akibat penundaan pemeriksaan
tidak dapat menggambarkan keadaan pasien dengan baik, sehingga dapat
terjadi kesalahan dalam diagnosis dan tatalaksana pasien.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh
penundaan pemeriksaan urin terhadap hasil pemeriksaan urin. Penelitian
Veljkovic (2012) memaparkan bahwa ada perubahan yang terjadi terhadap
hasil pemeriksaan urin dari penundaan 2 jam dan 4 jam tetapi tidak
mempengaruhi hasil untuk mendiagnosa pasien. Penelitian Larocco (2016)
memaparkan bahwa terjadi peningkatan signifikan terhadap hasil pemeriksaan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id3

urin apabila urin diperiksa lebih dari 4 jam sehingga tidak menganjurkan
penundaan pemeriksaan urin. Penelitian Somathan (2003) mendapatkan hasil
bahwa pemeriksaan urin yang dilakukan pada 2 jam setelah dikemihkan
memiliki korelasi signifikan jika dibandingkan dengan urin yang diperiksa
pada 24 jam setelah dikemihkan. Clinical and Laboratory Standard Institute
(2009) mengganti rekomendasi pemeriksaan urin dari 4 jam menjadi 2 jam.

B. Perumusan Masalah

Adakah pengaruh penundaan pemeriksaan spesimen urin selama 4 jam

dan 8 jam terhadap hasil pemeriksaan kimiawi urin ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penundaan

pemeriksaan spesiemen urin selama 4 jam dan 8 jam terhadap hasil

pemeriksaan kimiawi urin menggunakan Automated Urine Analyzer..


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id4

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya yang

memiliki ruang lingkup materi yang sama, yaitu mengenai informasi

tentang pengaruh penundaan pemeriksaan spesimen urin terhadap hasil

pemeriksaan kimiawi urin.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini memberikan informasi mengenai gambaran pengaruh

penundaan pemeriksaan spesimen urin terhadap hasil pemeriksaan

kimiawi urin sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan pihak

laboratorium agar tidak menunda pemeriksaan spesimen sehingga hasil

yang didapatkan merepresentasikan keadaan klinis pasien dengan lebih

akurat.

Anda mungkin juga menyukai