Oleh :
Dosen Pembimbing :
drg. Vonny N. S. Wowor, M.Kes
PENDAHULUAN
1
tentang subsistem pembiayaan kesehatan ini tercakup dalam suatu cabang ilmu
khusus yang dikenal dengan nama ekonomi kesehatan.
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain sebagai
berikut :
g) Bagaimana sistem asuransi dan system rujukan kesehatan berdasarkan era JKN?
1.3 Tujuan
2
d) Untuk mengetahui sumber biaya kesehatan
g) Untuk mengetahui sistem asuransi dan sistem rujukan kesehatan berdasarkan era
JKN
3
BAB II
PEMBAHASAN
Sub sistem pembiayaan kesehatan merupakan salah satu bidang ilmu dari ekonomi
kesehatan (health economy). Yang dimaksud dengan biaya kesehatan adalah besarnya
dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai
upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Dari batasan ini segera terlihat bahwa biaya kesehatan dapat ditinjau dari
dua sudut yakni :
1) Penyedia Pelayanan Kesehatan
Yang dimaksud dengan biaya kesehatan dari sudut penyedia pelayanan (health
provider) adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat menyelenggarakan
upaya kesehatan. Dengan pengertian yang seperti ini tampak bahwa kesehatan dari
sudut penyedia pelayanan adalah persoalan utama pemerintah dan atau pun pihak
swasta, yakni pihak-pihak yang akan menyelenggarakan upaya kesehatan.
2) Pemakai Jasa Pelayanan
Yang dimaksud dengan biaya kesehatan dari sudut pemakai jasa pelayanan (health
consumer) adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat memanfaatkan jasa
pelayanan. Berbeda dengan pengertian pertama, maka biaya kesehatan di sini menjadi
persoalan utama para pemakai jasa pelayanan. Dalam batas-batas tertentu, pemerintah
juga turut mempersoalkannya, yakni dalam rangka terjaminnya pemenuhan kebutuhan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang membutuhkannya.
Dari batasan biaya kesehatan yang seperti ini segera dipahami bahwa pengertian biaya
kesehatan tidaklah sama antara penyedia pelayanan kesehatan (health provider) dengan
pemakai jasa pelayanan kesehatan (health consumer). Bagi penyedia pelayanan
kesehatan, pengertian biaya kesehatan lebih menunjuk pada dana yang harus
disediakan untuk dapat menyelenggarakan upaya kesehatan. Sedangkan bagi pemakai
jasa pelayanan kesehatan, pengertian biaya kesehatan lebih menunjuk pada dana yang
harus disediakan untuk dapat memanfaatkan upaya kesehatan. Sesuai dengan
4
terdapatnya perbedaan pengertian yang seperti ini, tentu mudah diperkirakan bahwa
besarnya dana yang dihitung sebagai biaya kesehatan tidaklah sama antara pemakai
jasa pelayanan dengan penyedia pelayanan kesehatan. Besarnya dana bagi penyedia
pelayanan lebih menunjuk padaa seluruh biaya investasi (investment cost) serta seluruh
biaya operasional (operational cost) yang harus disediakan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan. Sedangkan besarnnya dana bagi pemakai jasa pelayanan lebih
menunjuk pada jumlah uang yang harus dikeluarkan (out of pocket) untuk dapat
memanfaatka suatu upaya kesehatan.
Secara umum disebutkan apabila total dana yang dikeluarkan oleh seluruh pemakai jasa
pelayanan, dan arena itu merupakan pemasukan bagi penyedia pelayan kesehatan
(income) adalah lebih besar daripada yang dikeluarkan oleh penyedia pelayanan
kesehatan (expenses), maka berarti penyelenggaraan upaya kesehatan tersebut
mengalami keuntungan (profit). Tetapi apabila sebaliknya, maka berarti
penyelenggaraan upaya kesehatan tersebut mengalami kerugian (loss).
Perhitungan total biaya kesehatan satu negara sangat tergantung dari besarnya dana
yang dikeluarkan oleh kedua belah pihakk tersebut. Hanya saja, karena pada umumnya
pihak penyedia pelayanan kesehatan terutama yang diselenggrakan oleh ihak swasta
tidak ingin mengalami kerugian, dan karena itu setiap pengeluaran telah diperhitungkan
terhadap jasa pelayanan yang akan diselenggarakan, maka perhitungan total biaya
kesehatan akhirnya lebih banyak didasarkan pada jumlah dana yang dikeluarkan oleh
para pemakai jasa pelayanan kesehatan saja.
Di samping itu, karena di setiap negara selalu ditemukan peranan pemerintah, maka
dalam memperhitungkan jumlah dana yang beredar di sektor pemerintah. Tetapi karena
pada upaya kesehatan pemerintah selalu ditemukan adanya subsidi, maka cara
perhitungan yang dipergunakan tidaklah sama. Total biaya kesehatan dari sektor
pemerintah tidak dihitung dari besarnya dana yang dikeluarkan oleh para pemakai jasa,
dan karena itu merupakan pendapatan (income) pemerintah, melainkan dari besarnya
dana yang dikeluarkan oleh pemerintah (expenses) untuk menyelenggarakan pelayanan
kesehatan.
5
Dari uraian ini menjadi jelaslah untuk dapat menghitung besarnya total biaya kesehatan
yang berlaku di suatu negara, ada dua pedoman yang dipakai. Pertama, besarnya dana
yang dikeluarkan oleh para pemakai jasa pelayanan untuk sektor swasta. Kedua,
besarnya dana yang dikeluarkan oleh para pemakai jasa pelayanan kesehatan untuk
sektor pemerintah. Total biaya kesehatan adalah hasil dari penjumlahan dari kedua
pengeluaran tersebut.
6
perorangan pembiayaannya bersifat privat, kecuali pembiayaan untuk masyarakat
miskin dan tidak mampu menjadi tanggung jawab pemerintah.
Pembiayaan pelayanan kesehatan perorangan diselenggarakan melalui jaminan
pemeliharaan kesehatan dengan mekanisme asuransi sosial yang pada waktunya
diharapkan akan mencapai universal health coverage sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
Sistem ini secara singkat diartikan sebagai sistem pembayaran berdasarkan layanan,
dimana pencari layanan kesehatan berobat lalu membayar kepada pemberi pelayanan
kesehatan (PPK). PPK (dokter atau rumah sakit) mendapatkan pendapatan
berdasarkan atas pelayanan yang diberikan, semakin banyak yang dilayani, semakin
banyak pula pendapatan yang diterima.
Sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini masih bergantung pada sistem
pembiayaan kesehatan secara Fee for Service ini. Dari laporan World Health
Organization di tahun 2006 sebagian besar (70%) masyarakat Indonesia masih
bergantung pada sistem Fee for Service dan hanya 8,4% yang dapat mengikuti sistem
Health Insurance (WHO, 2009). Kelemahan sistem Fee for Service adalah
terbukanya peluang bagi pihak pemberi pelayanan kesehatan (PPK) untuk
memanfaatkan hubungan Agency Relationship, dimana PPK mendapat imbalan
berupa uang jasa medik untuk pelayanan yang diberikannya kepada pasien yang
besar-kecilnya ditentukan dari negosiasi. Semakin banyak jumlah pasien yang
ditangani, semakin besar pula imbalan yang akan didapat dari jasa medik yang
ditagihkan ke pasien. Dengan demikian, secara tidak langsung PPK didorong untuk
7
meningkatkan volume pelayanannya pada pasien untuk mendapatkan imbalan jasa
yang lebih banyak.
2. Health Insurance
Sistem ini diartikan sebagai sistem pembayaran yang dilakukan oleh pihak ketiga
atau pihak asuransi setelah pencari layanan kesehatan berobat. Sistem health
insurance ini dapat berupa system kapitasi dan system Diagnose Related Group
(DRG system).
8
multidiagnose. Dan sistem ini akan membuat PPK lebih kearah preventif dan
promotif kesehatan.
1. Askes
2. Jamkesmas
3. ASBRI
4. Taspen
5. Jamsostek
9
6. Dan lain sebagainya.
10
Reponsibility) dan pengeluaran rumah tangga baik yang dibayarkan tunai atau melalui
sistem asuransi.
3. Bantuan biaya dari dalam dan luar negeri
Sumber pembiayaan kesehatan, khususnya untuk penatalaksanaan penyakit-penyakit
tertentu cukup sering diperoleh dari bantuan biaya pihak lain, misalnya oleh organisasi
sosial ataupun pemerintah negara lain. Misalnya bantuan dana dari luar negeri untuk
penanganan HIV dan virus H5N1 yang diberikan oleh WHO kepada negara-negara
berkembang (termasuk Indonesia).
4. Gabungan anggaran pemerintah dan masyarakat
Sistem ini banyak diadopsi oleh negara-negara di dunia karena dapat mengakomodasi
kelemahan-kelemahan yang timbul pada sumber pembiayaan kesehatan sebelumnya.
Tingginya biaya kesehatan yang dibutuhkan ditanggung sebagian oleh pemerintah
dengan menyediakan layanan kesehatan bersubsidi. Sistem ini juga menuntut peran
serta masyarakat dalam memenuhi biaya kesehatan yang dibutuhkan dengan
mengeluarkan biaya tambahan.
Dengan ikut sertanya masyarakat menyelenggarakan pelayanan kesehatan, maka
ditemukan pelayanan kesehatan swasta. Selanjutnya dengan diikutsertakannya
masyarakat membiayai pemanfaatan pelayanan kesehatan, maka pelayanan kesehatan
tidaklah cuma-cuma. Masyarakat diharuskan membayar pelayanan kesehatan yang
dimanfaatkannya. Sekalipun pada saat ini makin banyak saja negara yang
mengikutsertakan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan, namun tidak ditemukan
satu negara pun yang pemerintah sepenuhnya tidak ikut serta. Pada negara yang
peranan swastanya sangat dominan pun peranan pemerintah tetap ditemukan. Paling
tidak dalam membiayai upaya kesehatan masyarakat, dan ataupun membiayai
pelayanan kedokteran yang menyangkut kepentingan masyarakat yang kurang mampu.
11
1. Biaya pelayanan kedokteran
Biaya yang dimaksudkan di sini adalah biaya yang dibutuhkan untuk
menyelenggarakan dan atau memanfaatkan pelayanan kedokteran, yakni yang tujuan
utamanya untuk mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan penderita.
2. Biaya pelayanan kesehatan masyarakat
Biaya yang dimaksudkan di sini adalah biaya yang dibutuhkan untuk
menyelenggarakan dan atau memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat yakni yang
tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta untuk mencegah
penyakit.
Sama halnya dengan biaya kesehatan secara keseluruhan, maka masing-masing biaya
kesehatan ini dapat pula ditinjau dari dua sudut yakni dari sudut penyelenggara
kesehatan (health provider) dan dari sudut pemakai jasa pelayanan kesehatan (health
consumer).
12
b. Pelayanan kesehatan perorangan bagi penduduk miskin, kelompok lanjut usia,
dan anak terlantar yang tidak terdaftar sebagai peserta Penerima Bantuan Iuran.
2.7 Sistem Asuransi Dan Sistem Rujukan Kesehatan Berdasarkan Era JKN
13
Prinsip JKN mengacu pada prinsip-prinsip SJSN, yaitu prinsip
kegotongroyongan, prinsip nirlaba atau bukan mencari laba, prinsip keterbukaan,
kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas, prinsip portabilitas, prinsip
kepesertaan bersifat wajib yang dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta
sehingga dapat terlindungi, prinsip dana amanat dimana dana yang terkumpul dari
iuran peserta merupakan dana titipan kepada badan-badan penyelenggara untuk
dikelola sebaikbaiknya dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk
kesejahteraan peserta, dan prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial
dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar
kepentingan peserta.
Ada 2 (dua) jenis pelayanan yang akan diperoleh oleh Peserta JKN, yaitu
berupa pelayanan kesehatan (manfaat medis) serta akomodasi dan ambulans
(manfaat non medis). Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari
Fasilitas Kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.
Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan pertama-tama harus memperoleh
pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan tingkat pertama. Bila Peserta
memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, maka hal itu harus dilakukan
melalui rujukan oleh Fasilitas Kesehatan tingkat pertama, kecuali dalam keadaan
kegawatdaruratan medis.
14
“Penggencaran program promotif preventif ini penting dilakukan, sebab
dibutuhkan suatu program untuk menjaga peserta yang sehat tetap sehat, dan
peserta yang sakit tidak bertambah parah. Salah satu upaya yang kami lakukan
adalah dengan memberdayakan FKTP untuk lebih giat memberi edukasi dan
melakukan sosialisasi kepada peserta secara langsung mengenai pentingnya
memelihara kesehatan,” kata Direktur Pelayanan BPJS Kesehatan Fajriadinur
dalam acara Diskusi Media di BPJS Kesehatan Kantor Pusat, Kamis (26/3).
Program promotif preventif tersebut juga diharapkan dapat menekan angka
rujukan dari FKTP ke rumah sakit. Berdasarkan data BPJS Kesehatan per triwulan
Itahun 2015, tercatat hanya terdapat 2.236.379 rujukan FKTP ke rumah sakit, dari
total angka kunjungan peserta BPJS Kesehatan ke FKTP sebanyak 14.619.528
kunjungan.
Adapun per Februari 2015, jumlah FKTP yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan adalah 18.856 FKTP, dengan rincian:
Dokter Praktik Perorangan sebanyak 4.143, Klinik Polri sebanyak 569, Klinik
Pratama sebanyak 2.569, Klinik TNI sebanyak 751, Dokter Gigi Praktik
Perorangan sebanyak 1.011, Puskesmas sebanyak 9.805, serta Rumah Sakit D
Pratama sebanyak delapan.
Apabila memerlukan pelayanan lanjutan oleh dokter spesialis, maka peserta
BPJS Kesehatan dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat kedua atau fasilitas
kesehatan sekunder.Rujukan ini hanya diberikan jika peserta BPJS Kesehatan
membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik, atau jika fasilitas kesehatan primer
yang ditunjuk untuk melayani peserta tersebut, tidak dapat memberikan pelayanan
kesehatan karena keterbatasan fasilitas, pelayanan, dan atau tenaga medis.Jika
peserta masih belum dapat tertangani di fasilitas kesehatan sekunder, maka dapat
dirujuk ke fasilitas kesehatan tersier untuk ditangani oleh dokter sub-spesialis yang
menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan sub-spesialistik.
Pelayanan rujukan bisa dilakukan secara horizontal maupun vertikal. Rujukan
horizontal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan kesehatan dalam satu
tingkatan jika perujuk (fasilitas kesehatan) tidak dapat memberikan pelayanan
kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan,
15
dan atau ketenagaan yang sifatnya sementara atau menetap.Sedangkan rujukan
vertikal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan kesehatan yang berbeda
tingkatan, dapat dilakukan dari tingkat pelayanan yang lebih rendah ke tingkat
pelayanan yang lebih tinggi, atau sebaliknya.
Peserta BPJS Kesehatan bisa dirujuk dari fasilitas kesehatan yang lebih rendah
jika:
a) Permasalahan kesehatan peserta dapat ditangani oleh tingkatan
fasilitaskesehatan yang lebih rendah sesuai dengan kompetensi dan
kewenangannya,
b) Kompetensi dan kewenangan fasilitas tingkat pertama atau tingkat kedua
lebih baik dalam menangani peserta
c) Peserta membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh
fasilitas kesehatan yang lebih rendah dan untuk alasan kemudahan,
efisiensi, dan pelayanan jangka panjang,
d) Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan peserta karena keterbatasan sarana, prasarana, peralatan, dan
atau ketenagaan.
Sementara itu dalam hal mekanisme pembayaran, terdapat dua sistem
pembayaran yang dilakukan oleh BPJS Kesehatan kepada fasilitas kesehatan. Bagi
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), sistem pembayaran yang diterapkan
adalah sistem kapitasi.
16
Dokter gigi sebagai pemberi pelayanan yang pertama kali ditemui oleh Pasien
dalam masalah kesehatan gigi dan mulut
2. Layanan bersifat pribadi/personal care
Adanya hubungan yang baik dengan pasien dan seluruh keluarganya member
peluang Dokter Gigi Keluarga untuk memahami masalah pasien secara lebih luas.
3. Pelayanan paripurna/comprehensive
Dengan cara memberikan pelayanan menyeluruh dengan pendekatan
pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitative) sesuai kebutuhan pasien.
Dengan demikian pelayanan kesehatan gigi keluarga berorientasi pada paradigma
sehat.
4. Paradigma sehat
Dokter Gigi mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam
menjaga kesehatan mereka sendiri.
5. Pelayanan berkesinambungan/continous care
Prinsip ini melandasi hubungan jangka panjang antara Dokter Gigi dan pasien
dengan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang berkesinambungan dalam
beberapa tahap kehidupan pasien.
6. Koordinasi dan kolaborasi
Dalam upaya mengatasi masalah pasiennya, Dokter Gigi di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama perlu berkonsultasi dengan disiplin lain, merujuk ke spesialis dan
memberikan informasi yang sejelasjelasnya kepada pasien
7. Family and community oriented
Dalam mengatasi masalah pasiennya, Dokter Gigi di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama mempertimbangkan kondisi pasien terhadap keluarga tanpa
mengesampingkan pengaruh lingkungan social dan budaya setempat.
b. Pemberi Pelayanan
17
Peserta BPJS Kesehatan mendapatkan pelayanan gigi di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama maupun di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama :
1. Dokter Gigi di Puskesmas; atau
2. Dokter Gigi di Klinik; atau
3. Dokter Gigi Praktek Mandiri/Perorangan
Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan:
Dokter Gigi Spesialis/Sub Spesialis
c. Pelayanan Gigi
Menurut BPJS Kesehatan No 1 Tahun 2014 Pasal 52 Ayat 1, perawatan gigi dan
mulut yang ditanggung oleh BPJS Kesehatan adalah sebagai berikut :
18
2. pelayanan kesehatan yang dilakukan di Fasilitas Kesehatan yang tidak bekerja
sama dengan BPJS Kesehatan, kecuali dalam keadaan darurat;
3. pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri;
4. pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik;
5. pelayanan meratakan gigi (ortodonsi);
6. biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan Manfaat Jaminan
Kesehatan yang diberikan.
e. Pembayaran
BPJS Kesehatan melakukan pembayaran ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
melalui pola pembayaran kapitasi dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Dokter Gigi Praktek Mandiri/Perorangan dibayarkan langsung ke Dokter Gigi
berdasarkan jumlah peserta terdaftar.
b) Dokter Gigi di Klinik/Puskesmas tidak dibayarkan langsung ke Dokter Gigi yang
menjadi jejaring melainkan melalui Klinik /Puskesmas sebagai Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertamanya.
Suatu biaya kesehatan yang baik haruslah memenuhi beberapa syarat pokok yakni :
1) Jumlah
Syarat utama dari biaya kesehatan haruslah tersedia dalam jumlah yang cukup. Yang
dimaksud cukup adalah dapat membiayai penyelenggaraan semua upaya kesehatan
yang dibutuhkan serta tidak menyulitkan masyarakat yang ingin memanfaatkannya.
2) Penyebaran
Berupa penyebaran dana yang harus sesuai dengan kebutuhan. Jika dana yang tersedia
tidak dapat dialokasikan dengan baik, niscaya akan menyulitkan penyelenggaraan
setiap upaya kesehatan.
3) Pemanfaatan
Sekalipun jumlah dan penyebaran dana baik, tetapi jika pemanfaatannya tidak
mendapat pengaturan yang optimal, niscaya akan banyak menimbulkan masalah, yang
19
jika berkelanjutan akan menyulitkan masyarakat yang membutuhkan pelayanan
kesehatan.
Untuk dapat melaksanakan syarat-syarat pokok tersebut maka perlu dilakukan beberapa
hal, yakni :
20
2) Kerjasama sistem, misalnya sistem rujukan, yakni adanya hubungan kerjasama
timbal balik antara satu sarana kesehatan dengan sarana kesehatan lainnya.
Fungsi pembiayaan kesehatan antara lain :
a. Penggalian dana
1) Penggalian dana untuk Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). Sumber dana
untuk UKM terutama berasal dari pemerintah baik pusat maupun daerah, melalui pajak
umum, pajak khusus, bantuan dan pinjaman serta berbagai sumber lainnya. Sumber
dana lain untuk upaya kesehatan masyarakat adalah swasta serta masyarakat. Sumber
dari swasta dihimpun dengan menerapkan prinsip public-private patnership yang
didukung dengan pemberian insentif, misalnya keringanan pajak untuk setiap dana
yang disumbangkan. Sumber dana dari masyarakat dihimpun secara aktif oleh
masyarakat sendiri guna membiayai upaya kesehatan masyarakat, misalnya dalam
bentuk dana sehat atau dilakukan secara pasif yakni menambahkan aspek kesehatan
dalam rencana pengeluaran dari dana yang sudah terkumpul di masyarakat, contohnya
dana sosial keagamaan.
2) Penggalian dana untuk Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) berasal dari masing-
masing individu dalam satu kesatuan keluarga. Bagi masyarakat rentan dan keluarga
miskin, sumber dananya berasal dari pemerintah melalui mekanisme jaminan
pemeliharaan kesehatan wajib.
b. Pengalokasian dana
1) Alokasi dana dari pemerintah yakni alokasi dana yang berasal dari pemerintah
untuk UKM dan UKP dilakukan melalui penyusunan anggaran pendapatan dan belanja
baik pusat maupun daerah sekurang-kurangnya 5% dari PDB atau 15% dari total
anggaran pendapatan dan belanja setiap tahunnya.
2) Alokasi dana dari masyarakat yakni alokasi dana dari masyarakat untuk UKM
dilaksanakan berdasarkan asas gotong royong sesuai dengan kemampuan. Sedangkan
untuk UKP dilakukan melalui kepesertaan dalam program jaminan pemeliharaan
kesehatan wajib dan atau sukarela.
c. Pembelanjaan
1) Pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan public-private patnership
digunakan untuk membiayai UKM.
21
2) Pembiayaan kesehatan yang terkumpul dari Dana Sehat dan Dana
Sosial Keagamaan digunakan untuk membiayai UKM dan UKP.
3) Pembelajaan untuk pemeliharaan kesehatan masyarakat rentan dan
kesehatan keluarga miskin dilaksanakan melalui Jaminan Pemeliharaan
kesehatan wajib.
2.10 Permasalahan Asuransi Kesehatan Di Indonesia (BPJS) Dan Upaya
Pemerintah Dalam Penanganannya
Sebagai suatu sistem yang besar dan baru berlangsung dalam tempo yang masih
relatif singkat, implementasi BPJS terutama BPJS Kesehatan masih jauh dari
sempurna. Dalam monitoring dan evaluasi yang telah dilakukan oleh berbagai pihak,
khususnya DJSN (Dewan Jaminan Sosial Nasional) yang telah diberikan mandat oleh
konstitusi untuk melakukan monitoring dan evaluasi, banyak permasalahan BPJS di
lapangan.
Sejak dioperasionalkan 1 Januari 2014, BPJS Kesehatan memiliki beragam
permasalahan, banyak aspek yang belum matang dan menjadi persoalan. Kurangnya
sosialisasi dan perubahan struktur di dalam BPJS dinilai menjadi penyebab munculnya
permasalahan tersebut. BPJS Kesehatan seharusnya sangat dibutuhkan dan harus tetap
dilaksanakan. Berikut merupakan beberapa permasalahan BPJS.
a. Banyak masyarakat belum tahu teknis mendapatkan pelayanan sesuai dengan aturan
BPJS Kesehatan. Dengan diberlakukannya PBJS Kesehatan, masyarakat yang akan
berobat ke rumah sakit umum pemerintah dengan kartu BPJS harus mendapat rujukan
dari dokter, klnik/puskesmas, atau rumah sakit umum daerah. Hal ini sudah diatur
dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 001/2012 Tentang Sistem Rujukan
Pelayanan Kesehatan Perorangan (PMK).
b. Terjadi penumpukan pasien yang luar biasa di rumah sakit besar tertentu.
c. Ketidaksiapan tenaga kesehatan dan kurangnya fasilitas di layanan kesehatan primer.
Kasus yang seharusnya dapat ditangani di layanan primer/sekunder tetapi langsung
dirujuk ke rumah sakit tersier.
d. Ketidaktahuan mengenai sistem rujukan oleh perawat sebagai petugas garda depan
yang selalu menjadi tempat bertanya pasien atau masyarakat yang membutuhkan
22
e. Keluhan dari PNS yaitu dimana jika rujukan harus melalui puskesmas sementara
mereka harus bekerja, dan proses pengurusan tersebut menghabiskan jam kerja para
PNS.
f. Keluhan dari program JKN adalah mutasi peserta Jamsostek ke BPJS, seorang manila
gagal mendapat pelayanan perawatan kesehatannya karena salah satu rujukan
Jamsostek menolaknya.
g. Permasalahan di daerah Papua yaitu banyak daerah yang tidak bisa dijangkau oleh
kendaraan darat sehingga diperlukan heli-ambulance untuk mengangkut pasien gawat
atau pasien rujukan. Namun fasilitas ini tidak tersedia di BPJS.
23
a. Pembebanan biaya tambahan untuk melakukan test Covid-19 sebesar Rp 750.000,
sedangkan pasien JKN tersebut tidak mampu membayar dan akhirnya tidak ditangani
sehingga menyebabkan pasien tersebut meninggal dunia. Hal ini sangat bertentangan
dengan Peraturan Presiden no. 82 tahun 2018 pasal 86, dimana disebutkan pasien
JKN tidak boleh diminta tambahan biaya lagi.
b. Rencana kenaikan iuran BPJS Kesehatan yang diterbitkan dalam Peraturan Presiden
nomor 64 tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Atas Perpres Nomor 82 Tahun 2018
tentang Jaminan Kesehatan. Dalam aturan ini, pemerintah memutuskan menaikan
iuran untuk kelas I dan kelas II, sementara iuran kelas III akan naik pada tahun 2021.
Hal ini
menjadi beban masyarakat di tengah layanan yang kurang optimal bersamaan dengan
pandemi Covid-19 ini karena kenyataan di lapangan menunjukan seluruh elemen
masyarakat merasakan dampak penyebaran virus corona.
c. Tidak berjalannya pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada beberapa faskes tingkat
primer. Beberapa faskes tingkat primer masih menolak untuk melakukan tindakan
perawatan kecuali tindakan yang darurat dikarenakan pandemi covid-19 ini. Namun
beberapa ada yang sudah menerima tindakan perawatan dengan syarat sudah
melakukan tindakan rapid test.
d. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pelayanan kesehatan di tengah pandemi
Covid-19 melalui platform digital atau telemedicine. Pelayanan ini mencakup
konsultasi medis untuk mendiagnosas, mengobati, mencegah, dan mengevaluasi
kondisi kesehatan pasien sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya. Namun
layanan ini juga dinilai banyak kekurangannya seperti saat sedang melakukan
konsultasi medis, komunikasi antara dokter dan pasien terganggu karena beberapa
faktor.
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil pembahasan makalah ini antara lain :
1. Pembiayaan kesehatan merupakan salah satu bidang ilmu dari ekonomi kesehatan
(health economy). Yang dimaksud dengan biaya kesehatan adalah besarnya dana yang
harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya
kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat.
2. Sumber biaya kesehatan dapat berasal dari anggaran pemerintah, anggaran
masyarakat, bantuan dari dalam dan luar negeri, serta gabungan dari anggaran
pemerintah dan masyarakat.
3. Secara umum biaya kesehatan dapat dibedakan menjadi dua, yakni biaya
pelayanan kedokteran dan biaya pelayanan kesehatan masyarakat.
4. Syarat pokok pembiayaan kesehatan adalah jumlah, penyebaran dan pemanfaatan.
Sedangkan fungsi pembiayaan kesehatan adalah penggalian dana, pengalokasian dana
dan pembelanjaan.
5. Masalah pokok pembiayaan kesehatan antara lain seperti kurangnya dana yang
tersedia, penyebaran dana yang tidak sesuai, pemanfaatan dana yang tidak tepat,
pengelolaan dana yang belum sempurna serta biaya kesehatan yang makin meningkat.
Sedangkan upaya penyelesaian yang dapat ditempuh seperti meningkatkan jumlah
dana, memperbaiki penyebaran, pemanfaatan dan pengelolaan dana, serta
mengendalikan biaya kesehatan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Depkes.2013.Fungsi-Pembiayaan-Kesehatan.
Lucy Stefani, Delfi. 2013. Pembiayaan Kesehatan, (Online),
http://delfistefani.wordpress.com/2013/06/19/makalah-pembiayaan-kesehatan/,
diakses 7 Desember 2013 Undang Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang :
Kesehatan
Murti, Bhisma. 2010. Strategi untuk Mencapai Cakupan Universal Pelayanan
Kesehatan di Indonesia, (Online),http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CC4QFjAB&url
=http%3A%2F%2Ffk.uns.ac.id%2Findex.php%2Fdownload%2Ffile
%2F36&ei=OaqiUqGrGIiGrQex9YCACw&usg=AFQjCNHsop2zHgd_eULMn
AD_9nVr979Fsw diakses 18 September 2020
Helda, 2011. Pembiayaan Kesehatan, (Online),
http://heldaupik.blogspot.com/2011/11/pembiayaan-kesehatan.html?m=1,
diakses pada 7 Desember 2013 Sulastomo, 2000.Manajemen Kesehatan. Jakarta
: PT Gramedia Pustaka Utama Aswar, Azrul. 1998.Administrasi Kesehatan.
Jakarta:Bina Aksara.
Tanpa nama, 2010.Pertemuan Pembahasan Definisi Anggaran Kesehatan,
(Online),http://kgm.bappenas.go.id/index.php?hal=fi1&keyIdHead=36,diakses
20 September 2020
Ghufron, Ali dkk.2008.Kesmas : Administrasi dan Praktik.Jakarta:EGC
Panduan Praktis Pelayanan Gigi dan Prothesa Gigi Bagi Pesertya JKN (Online)
http://dental.id/wp-content/uploads/2017/07/Pelayanan-Gigi.pdf, diakses 20
September 2020
26
27