HANDLING SITOSTATIKA
FAKULTAS FARMASI
2020
I. TUJUAN
1. Memahami proses pencampuran obat sitostatika dengan teknik aseptik.
2. Melakukan proses pencampuran obat sitostatika dengan teknik aseptik.
3. Mempelajari proses pencampuran obat sitostatika dengan teknik aseptik
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Sitostatika
Sitostatika atau onkolitica adalah zat-zat yang dapat menghentikan
pertumbuhan pesat dari sel-sel ganas, pengertian lain dari sitostatika adalah
suatu pengobatan untuk mematikan sel-sel secara fraksional (fraksi tertentu
mati), sehingga 90% berhasil dan 10% tidak berhasil. Bahan sitostatika adalah
zat/ obat yang merusak dan membunuh sel normal dan sel kanker, serta
digunakan untuk menghambat pertumbuhan tumor malignan (Tjay dan
Kirana , 2007).
Sitostatika tergolong obat beresiko tinggi karena mempunyai efek toksik
yang tinggi terhadap sel, terutama dalam reproduksi sel sehingga bersifat
karsinogenik (sifat bahan penyebab sel kanker yaitu sel liar yang dapat
merusak jaringan tubuh), mutagenik (sifat bahan yang dapat menyebabkan
perubahan kromosom yang dapat merubah genetika) dan teratogenik (sifat
bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan embrio)
(Pedoman Binfar,2009).
2.2 Penanganan Sediaan Sitostatika
Pada proses pencampuran sediaan steril harus memperhatikan
perlindungan produk dari kontaminasi mikroorganisme, sedangkan untuk
penanganan sediaan sitostatika selain kontaminasi juga memperhatikan
perlindungan terhadap petugas, produk dan lingkungan. Penanganan sediaan
sitostatika yang aman perlu dilakukan secara disiplin dan hati-hati untuk
mencegah risiko yang tidak diinginkan, karena sebagian besar sediaan
sitostatika bersifat :
a. Karsinogenik yang berarti dapat menyebabkan kanker.
b. Mutagenik yang berarti dapat menyebabkan mutasi genetik.
c. Teratogenik yang berarti dapat membahayakan janin.
Kemungkinan pemaparan yang berulang terhadap sejumlah kecil obat-
obat kanker akan mempunyai efek karsinogenik, mutagenik dan teratogenik
yang tertunda lama terhadap petugas yang menyiapkan dan memberikan
obat-obat ini. Adapun mekanisme cara terpaparnya obat kanker ke dalam
tubuh adalah:
a. AFATINIB
b. ASPARAGINASE
c. BORTEZOMIB
d. BEVACIZUMAB
e. DAKARBAZIN dan TEMOZOLOMID
f. EVEROLIMUS
g. HIDROKSIKARBAMID
h. PENGHAMBAT PROTEIN KINASE
i. RUKSOLITINIB
j. SENYAWA PLATINUM
k. SETUKSIMAB
l. TAKSAN
m. TEMSIROLIMUS
n. TOPOISOMERASE I INHIBITOR
o. TRASTUZUMAB
III. METODE
3.1 Metode mencuci tangan
1. Basahi tangan, gosok sabun pada telapak tangan kemudian usap dan
gosok kedua telapak tangan secara lembut dengan arah memutar
2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian
3. Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih
4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci
5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan. Bilas
dengan air bersih dan keringkan.
3.2 Metode menggunakan APD yang baik dan benar
3.2.1 Menurut WHO ada beberapa langkah yang harus dilakukan yaitu:
1. Kenali bahan – bahan yang akan digunakan (misalnya : obat
sitostatiska) dan siapkan alat pelindung diri yang diperlukan
(Gowns, Masks, Headwear, Footwear Over Shoes, Gloves,
Eyes Protection, Respiratory).
2. Digunakan celana panjang yang terbuat dari karet terlebih
dahulu sebelum menggunakan baju pelindung (Gowns)
kemudian dilanjutkan dengan memakai Footwear Over.
3. Setelah Gowns dan Footwear Over dipasang. Digunakan alat
pelindung diri yang selanjutnya yaitu masker (masks).
4. Setelah itu dilanjutkan dengan pemasangan peralatan
pelindung mata
5. seperti Eyes Protection. Setelah itu dipasang Headwear, alat
pelindung kepala (Headwear) dipasang setelah pelindung
mata Eyes Protection selesai dipasang.
6. Setelah semua prosedur pemasangan diatas selesai dilakukan
maka terakhir dilanjutkan dengan pemasangan sarung tangan
(Gloves).
7. Dalam melakukan pemasangan ini harus diperhatikan cara
pemakaian sarung tangan (Gloves) ini dimana sarung tangan
(Gloves) digunakan dengan cara menutupi ujung lengan baju
pelindung (Gowns).
3.2.2 Prosedur Tetap berganti pakaian dan penggunaan Alat Pelindung
Diri.
1. Memasuki ruangan steril harus melalui ruangan-ruangan
ganti pakaian dimana pakaian biasa diganti dengan pakaian
pelindung khusus untuk mengurangi pencemaran jasad renik
dan partikel
2. Pakaian steril hendaknya disimpan dan ditangani sedemikian
rupa setelah dicuci dan disterilkan untuk mengurangi
rekontaminasi dari jasad renik dan debu di sekitar ruangan
3. Ruangan ganti pakaian pertama\
a. Mula-mula pakaian biasa dilepaskan diruang ganti
pakaian pertama. Assesoris seperti arloji dan perhiasan
dilepaskan dan disimpan atau diserahkan kepada petugas
yang ditunjuk.
b. Pakaian dan sepatu hendaklah dilepas terlebih dahulu dan
disimpan pada tempat yang telah disediakan
4. Ruangan ganti pakaian kedua
a. Petugas hendaklah mencuci tangan dan lengan hingga
siku tangan dengan larutan sabun dan desinfektan (yang
setiap minggu diganti). Kaki hendaklah dicuci dengan
sabun dan air, kemudian dibasuh dengan larutan
desinfektan.
b. Tangan dan lengan dikeringkan dengan pengering tangan
listrik otomatis. Sepasang pakaian yang steril diambil dari
bungkusan dan dipakai dengan cara sesui SOP.
c. Penutup kepala hendaklah menutupi seluruh rambut dan
diselipkan ke dalamleher baju terusan. Penutup Mulut
hendaklah juga menutup janggut. Penutup kaki hendaklah
menyelubungi seluruh kaki dan ujung kaki.
d. Celana atau baju terusan diselipkan kedalam penutup kaki.
Penutup kaki diikat sehingga tidak turun waktu bekerja.
Ujung lengan baju hendaklah diselipkan ke dalam sarung
tangan. Kacamata pelindung dipakai pada tahap akhir
ganti pakaian.
e. Sarung tangan dibasahi dengan alcohol 70% atau larutan
desinfektan.
f. Saat membuka pintu untuk memasuki ruang penyangga
udara dan ruang steril hendaklah menggunakan siku
tangan dan pendorongnya.
g. Setiap selesai bekerja dan meninggalkan ruangan steril
petugas melepaskan sarung tangan dan meletakkannya
pada wadah yang ditentukan dan mengganti pakaian
sebelum keluar dengan urutan yang berlawanan ketika
memasuki ruangan steril.
3.2.3 Prosedur Tetap melepaskan Alat Pelindung Diri
1. Menanggalkan sarung tangan luar
a. Tempatkan jari-jari sarung tangan pada bagian luar
manset
b. Angkat bagian sarung tangan luar dengan menariknya kea
rah telapak tangan. Jari-jari sarung tangan luar tidak boleh
menyentuh sarung tangan dalam ataupun kulit.
c. Ulangi prosedur dengan tangan lainnya.
d. Angkat sarung tangan luar sehingga ujung-ujung jari
berada di bagian dalam sarung tangan.
e. Pegang sarung tangan yang diangkat dari dalanm sampai
seluruhnya terangkat.
f. Buang sarung tangan yang sudh terpakai tersebut ke
dalam kantong tertutup
2. Menanggalkan baju pelindung
Buka ikatan baju pelindung, tarik keluar dari bahu dan lipat
sehingga bagian luar terletak di dalam.Tempatkan dalam
kantong tertutup.
3. Tanggalkan tutup kepala dan buang dalam kantong tertutup
4. Tanggalkan sarung tangan dalam, bagian luar sarung tangan
tidak boleh sampai menyentuh kulit. Buang dalam kantong
tertutup.
5. Tempatkan kantong tersebut dalam container buangan sisa.
6. Cuci tangan dengan sabun atau desinfektan.
3.3 Metode Preparasi
3.3.1 Preparasi dari larutan yang memerlukan pelarut tambahan
sebelum digunakan
Contoh : Ranitidine, Amiodaron
➢ Keuntungan dari preparasi ini adalah: Sudah berbentuk
cairan, jadi tidak memerlukan proses rekonstitusi lagi
➢ Kekurangan dari preparasi ini adalah :
1. Waktu penggunaan untuk eliminasi dan persiapan
2. Mudah mengalami gangguan/ masalah pada vakum/
tekanan (untuk vial)
3. Dapat menyebabkan pecahan gelas (untuk ampul)
4. Menyebabkan risiko kontaminasi mikrobakteri
3.3.2 Preparasi tersedia (siap untuk digunakan) tanpa pelarut tambahan
Preparasi ini dapat berupa kantong atau ampul dengan
volume kecil yang dapat dibuat tanpa pelarut tambahan, tapi tetap
mengandung larutan obat untuk dieliminasi ke dalam syringe
untuk pembuatan, contoh : adenosine, gentamisin,
metoklopramid. Hal ini sesuai/ cocok untuk digunakan, namun
tetap memiliki kekurangan, antara lain:
1. Berbahaya (kontaminasi mikrobakterial)
2. Mudah mengalami gangguan/ masalah pad vakum/
tekanan (untuk vial)
3. Dapat menyebabkan pecahan gelas (untuk ampul)
3.3.3 Preparasi tersedia (siap untuk digunakan)
Preparasi ini termasuk kantong infus dan syringe yang
belum diisikan (pre-filled), contohnya: NaCl (Sodium Chloride)
0,9% 500 ml, morfin sulfat 60 mg dalam 60 ml PCA syringe.
Keuntungannya adalah :
1. Tidak ada risiko kontaminasi lingkungan
2. Kecilnya kontaminasi mikrobakteri
3. Mudah digunakan
4. Menghemat waktu
3.4 Metode Pencampuran (Penanganan Obat Sitostatika)
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia dalam
Suatiti (2016), penanganan sediaan sitostatika merupakan penanganan
obat kanker secara aseptis dalam kemasan siap pakai sesuai kebutuhan
pasien oleh tenaga farmasi yang terlatih dengan pengendalian pada
keamanan terhadap lingkungan, petugas maupun sediaan obatnya dari
efek toksik dan kontaminasi, dengan menggunakan alat pelindung diri
(APD) mengamankan pada saat pencampuran, distribusi, maupun proses
pemberian kepada pasien sampai pembuangan limbahnya. Secara
operasional dalam mempersiapkan dan melakukan harus sesuai prosedur
yang ditetapkan dengan alat pelindung diri yang memadai
A. Proses pencampuran sediaan sitostatika
1. Memakai APD sesuai PROSEDUR TETAP
2. Mencuci tangan sesuai PROSEDUR TETAP
3. Menghidupkan biological safety cabinet (BSC) 5 menit sebelum
digunakan.
4. Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi BSC sesuai
PROSEDUR TETAP
5. Menyiapkan meja BSC dengan memberi alas sediaan sitostatika.
6. Menyiapkan tempat buangan sampah khusus bekas sediaan
sitostatika.
7. Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan menyemprot alkohol
70%.
8. Mengambil alat kesehatan dan bahan obat dari pass box.
9. Meletakkan alat kesehatan dan bahan obat yang akan dilarutkan di
atas meja BSC.
10. Melakukan pencampuran sediaan sitostatika secara aseptis.
11. Memberi label yang sesuai pada setiap infus dan spuit yang sudah
berisi sediaan sitostatika
12. Membungkus dengan kantong hitam atau aluminium foil untuk
obat-obat yang harus terlindung cahaya.
13. Membuang semua bekas pencampuran obat kedalam wadah
pembuangan khusus.
14. Memasukan infus untuk spuit yang telah berisi sediaan sitostatika
ke dalam wadah untuk pengiriman.
15. Mengeluarkan wadah untuk pengiriman yang telah berisi sediaan
jadi melalui pass box.
16. Menanggalkan APD sesuai prosedur tetap
B. Cara Pemberian
Cara pemberiaan sediaan sitostatika sama dengan cara pemberiaan
obat suntik kecuali intramuscular
3.5 Metode Penanganan Tumpahan Sitostatika dan Kecelakaan Kerja
A. Penanganan tumpahan
Membersihkan tumpahan dalam ruangan steril dapat dilakukan
petugas tersebut atau meminta pertolongan orang lain dengan
menggunakan chemotherapy spill kit yang terdiri dari:
a. Membersihkan tumpahan di luar BSC dalam ruang steril
1. Meminta pertolongan, jangan tinggalkan area sebelum
diizinkan.
2. Beri tanda peringatan di sekitar area.
3. Petugas penolong menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
4. Angkat partikel kaca dan pecahan-pecahan dengan
menggunakan alat seperti sendok dan tempatkan dalam
kantong buangan.
5. Serap tumpahan cair dengan kassa penyerap dan buang
dalam kantong tersebut.
6. Serap tumpahan serbuk dengan handuk basah dan buang
dalam kantong tersebut.
7. Cuci seluruh area dengan larutan detergent.
8. Bilas dengan aquadest.
9. Ulangi pencucian dan pembilasan sampai seluruh obat
terangkat.
10. Tanggalkan glove luar dan tutup kaki, tempatkan dalam
kantong pertama.
11. Tutup kantong dan tempatkan pada kantong kedua.
12. Tanggalkan pakaian pelindung lainnya dan sarung tangan
dalam, tempatkan dalam kantong kedua.
13. Ikat kantong secara aman dan masukan dalam tempat
penampung khusus untuk dimusnahkan dengan incenerator.
14. Cuci tangan
b. Membersihkan tumpahan di dalam BSC
1. Serap tumpahan dengan kassa untuk tumpahan cair atau
handuk basah untuk tumpahan serbuk.
2. Tanggalkan sarung tangan dan buang, lalu pakai 2 pasang
sarung tangan baru.
3. Angkat hati-hati pecahan tajam dan serpihan kaca
sekaligus dengan alas kerja/meja/penyerap dan tempatkan
dalam wadah buangan.
4. Cuci permukaan, dinding bagian dalam BSC dengan
detergent, bilas dengan aquadestilata menggunakan kassa.
Buang kassa dalam wadah pada buangan.
5. Ulangi pencucian 3 x.
6. Keringkan dengan kassa baru, buang dalam wadah
buangan.
7. Tutup wadah dan buang dalam wadah buangan akhir.
8. Tanggalkan APD dan buang sarung tangan, masker, dalam
wadah buangan akhir untuk dimusnahkan dengan
inscenerator.
9. Cuci tangan.
B. Penanganan kecelakaan kerja
Dekontaminasi akibat kontak dengan bagian tubuh
a. Kontak dengan kulit:
1. Tanggalkan sarung tangan
2. Bilas kulit dengan air hangat.
3. Cuci dengan sabun, bilas dengan air hangat.
4. Jika kulit tidak sobek, seka area dengan kassa yang dibasahi
dengan larutan Chlorin 5 % dan bilas dengan air hangat.
5. Jika kulit sobek pakai H2O2 3 %.
6. Catat jenis obatnya dan siapkan antidot khusus.
7. Tanggalkan seluruh pakaian alat pelindung diri (APD)
8. Laporkan ke supervisor.
9. Lengkapi format kecelakaan
b. Kontak dengan mata
1. Minta pertolongan.
2. Tanggalkan sarung tangan.
3. Bilas mata dengan air mengalir dan rendam dengan air
hangat selama 5 menit.
4. Letakkan tangan di sekitar mata dan cuci mata terbuka
dengan larutan NaCl 0,9%.
5. Aliri mata dengan larutan pencuci mata.
6. Tanggalkan seluruh pakaian pelindung
7. Catat jenis obat yang tumpah.
8. Laporkan ke supervisor.
9. Lengkapi format kecelakaan kerja.
c. Tertusuk jarum
1. Jangan segera mengangkat jarum. Tarik kembali plunger
untuk menghisap obat yang mungkin terinjeksi.
2. Angkat jarum dari kulit dan tutup jarum, kemudian buang.
3. Jika perlu gunakan spuit baru dan jarum bersih untuk
mengambil obat dalam jaringan yang tertusuk.
4. Tanggalkan sarung tangan, bilas bagian yang tertusuk
dengan air hangat.
5. Cuci bersih dengan sabun, bilas dengan air hangat.
6. Tanggalkan semua APD.
7. Catat jenis obat dan perkirakan berapa banyak yang terinjeksi.
8. Laporkan ke supervisor.
9. Lengkapi format kecelakaan kerja.
10. Segera konsultasikan ke dokter.
3.6 Metode Pengolahan Limbah Sitostatika
Pengelolaan limbah dari sisa buangan pencampuran sediaan
sitoatatika (seperti: bekas ampul,vial, spuit, needle,dll) harus dilakukan
sedemikian rupa hingga tidak menimbulkan bahaya pencemaran terhadap
lingkungan. Langkah – langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD).
2. Tempatkan limbah pada wadah buangan tertutup. Untuk
bendabenda tajam seperti spuit vial, ampul, tempatkan di
dalam wadah yang tidak tembus benda tajam, untuk limbah
lain tempatkan dalam kantong berwarna (standar internasional
warna ungu) dan berlogo sitostatika
3. Beri label peringatan (Gambar 2) pada bagian luar wadah.
4. Bawa limbah ke tempat pembuangan menggunakan troli
tertutup.
5. Musnahkan limbah dengan incenerator 1000ºC.
6. Cuci tangan.
IV. KESIMPULAN
Dalam mempersiapkan sebuah sediaan sitostatika perlu dipersiapkan
beberapa hal yang dapat menunjang kelangsungan persiapan sediaan
sitostatika tersebut, diantaranya: ruangan khusus untuk menjaga sterilitas
produk yang dihasilkan dan menjamin keselamatan petugas dan
lingkungannya; personel khusus dalam penanganan sitostatika mulai dari
persiapan, penanganan, pemberian kepada pasien termasuk transportasi,
penyimpanan dan pembersihan fasilitas sitostatika; serta penggunaan alat
perlindungan diri ( APD ) dalam hadling sediaan sitostatika. Proses penyiapan
sediaan sitostatika sama dengan proses penyiapan pencampuran obat suntik.
Hadling sediaan sitostatika adalah penanganan penggunaan obat
sitostatika, dimana hadling sediaan sitostatika ini penting untuk dilakukan
karena obat- obat golongan sitostatika dikenal sangat beracun untuk sel yang
dapat menyebabkan terjadinya karsinogen, mutagen atau teratogen. Adapun
hal- hal yang perlu diperhatikan dalam hadling sediaan sitostatika diantaranya:
proses pencampuran, proses pengiriman, penyimpanan, penanganan tumpah,
serta penanganan kecelakaan kerja
DAFTAR PUSTAKA
BPOM,RI. http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-8-keganasan-dan-imunosupresi/81-
keganasan/812-antibiotika-sitotoksik Diakses pada tanggal 31 Mei 2020
BPOM,RI. http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-8-keganasan-dan-imunosupresi/81-
keganasan/813-antimetabolit Diakses pada tanggal 31 Mei 2020