Mengembangkan Instrumen Evalusi Supervisi
Mengembangkan Instrumen Evalusi Supervisi
Dosen Pembimbing :
Drs. Martunis, M.Si.
Disusun Oleh:
Daftar Isi
Daftar Isi.........................................................................................................................................1
Mind Mapping................................................................................................................................2
A. Pengertian Instrumen..........................................................................................................3
Mind Mapping
Pertemuan Pra-pengamatan.
MENGEMBANGKAN INSTRUMEN EVALUASI DAN
sebagai suatu sarana berupa seperangkat alat
SUPERVISI LAYANAN BK
yang dipergunakan yang disesuaikan dengan
Pengamatan
metode tertentu dalam rangka
mempermudah pengumpulan informasi
berupa data yang dibutuhkan untuk suatu
Analisis hasil pengamatan
keperluan evaluasi atau penelitian.
A. Pengertian Instrumen
Farida Yusuf Tayibnapis (2008: 102), instrumen ialah alat untuk merekam informasi
yang akan dikumpulkan, contohnya antara lain wawancara, kuesioner, tes, ceklis, observasi
dan lain-lain. Selanjutnya Purwanto (2014: 56) mengemukakan bahwa instrumen adalah alat
ukur yang digunakan untuk mengukur dalam rangka pengumpulan data. Misalnya timbangan
adalah instrumen alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data berat dengan cara
melakukan penimbangan, termometer adalah alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan
data suhu, meteran untuk mengukur jarak dan sebagainya.
Pendapat Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar (2014: 90) bahwa dari arti
istilahnya, instrumen menunjuk pada sesuatu yang dapat berfungsi sebagai pembantu agar
usaha pencapaian tujuan lebih mudah. Dalam usaha mengumpulkan data, instrumen berfungsi
untuk mempermudah, memperlancar, dan membuat pekerjaan pengumpulan data menjadi
lebih sistimatis. Dengan demikian berdasarkan dari beberapa pengertian instrumen yang telah
dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen dalam evaluasi atau
penelitian dapat didefinisikan sebagai suatu sarana berupa seperangkat alat yang
dipergunakan yang disesuaikan dengan metode tertentu dalam rangka mempermudah
pengumpulan informasi berupa data yang dibutuhkan untuk suatu keperluan evaluasi atau
penelitian.
Supervisi itu sama sekali bukan mengukur unjuk kerja guru /konselor dalam
mengelola proses pembelajaran/bimbingan, melainkan bagaimana membantu guru
bk/konselor mengembangkan kemampuan profesionalnya. Meskipun demikian, supervisi
tidak bisa terlepas dari pengukuran kemampuan guru/konselor dalam mengelola proses
pembelajaran/bimbingan. Pengukuran kemampuan guru/konselor dalam mengelola proses
pembelajaran/bimbingan merupakan salah satu kegiatan yang tidak bisa dihindarkan dalam
proses supervisi pembelajaran/bimbingan. Ini berarti dalam setiap merencanakan dan
memprogram supervisi akademik selalu diperlukan instrumen pengukuran.
4
Langkah-II Pengamatan.
Selama pengamatan, Kepala sekolah mencatat butir petunjuk konstruktif dan positif, yang
nantinya akan didiskusikan dengan guru/konselor.
Penerimaan dan internalisasi merupakan capaian terbaik. Hal ini terjadi apabila hubungan
antara guru/konselor dengan Kepala sekolah dapat digolongkan ke dalam sifat kooperatif dan
kolegalitas yang tidak mengancam.
Dari umpan balik Kepala sekolah dan dukungan pada guru/konselor, maka dapat ditentukan
bersama:
Langkah-V Evaluasi Hasil
Dari umpan balik Kepala sekolah dan dukungan pada guru/konselor, maka dapat ditentukan
bersama:
1. Merumuskan tujuan
Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan instrumen yang akan disusun. Contoh:
Tujuan menyusun angket untuk mengumpulkan data tentang besarnya minat belajar dengan
modul.
2. Membuat kisi-kisi
Kisi-kisi yang berisi tentang perincian variabel dan jenis instrumen yang akan
digunakan. Untuk mengukur bagian variabel yang bersangkutan ini dikembangkan dari kisi-
kisi objek yang akan dievaluasi. Yang dimaksud dengan kisi-kisi dalam rangkaian proses
penyusunan instrumen adalah semacam tabel kolom baris yang memberikan gambaran
tentang kaitan antara objek sasaran evaluasi, instrumen, dan nomor-nomor butir dalam
instrumen. Dengan membuat kisi-kisi, menunjukkan ketegasan evaluator untuk mrnunjuk
6
instrumrn apa yang benar-benar akan digunakan, jumlah butir untuk masing-masing
instrumen, dan butir berapa yang ditentukan untuk mengungkap suatu data. Jadi kisi-kisi
dibuat khusus untuk jenis instrumen yang sudah dipilih. Contoh: Untuk mengumpulkan data
tentang kegiatan belajar mengajar di kelas diperlukan angket, wawancara, observasi, dan
dokumen.
4. Menyunting instrument
Apabila butir-butir instrumen sudah selesai dilakukan, maka penilai atau pengawas
melakukan pekerjaan terakhir dari penyusunan instrumen yaitu mengadakan penyuntingan
(editing). Hal yang dilakukan pada tahap ini meliputi:
1) Apa konten yang diperlukan? Hal ini langsung berhubungan dengan variabel yang
telah ditentukan sebelumnya. Konten instrumen harus dibatasi sebatas apa yang
termasuk dalam variabel.
2) Apa dan bagaimana bahasa yang akan dipakai? Hal ini tergantung dari responden
yang akan menjawab instrumen, apakah responden termasuk golongan yang
berpendidikan rendah atau tinggi? Yang penting harus diingat yaitu hindari
pemakaian bahasa asing, istilah-istilah asing yang aneh, jangan sampai responden
tidak dapat menjawab pertanyaan karena tidak mengerti bahasanya. Usahakan
menggunakan bahasa yang mudah, kalimat singkat dan sederhana.
3) Prosedur analisis apa yang akan dipakai? Bila akan memakai mesin scoring, atau
coding automatic atau manual maka instrumen harus disiapkan untuk itu.
4) Apakah ada pertimbangan khusus lainnya? Dalam hal ini mungkin termasuk versi
khusus untuk responden yang cacat (handicapped) yang memerlukan petunjuk khusus
dan lain sebagainya. Perlu dibuat rencana (blue print) dan kisi-kisi untuk setiap
instrumen yang akan dibuat, atau mungkin memerlukan konsultasi khusus dari rekan
sejawat atau ahlinya.
5) Tentukan seberapa ketepatan yang diperlukan. Dalam hal ini diperhatikan
kelengkapan, ketepatan waktu, presentasi dan sebagainya.
6) Kapasitas responden. Responden dilihat dari kemampuannya, pendidikan dan
penataran yang telah dilakukan sehubungan dengan hal yang akan diukur.
7) Kesesuaian dengan rencana analisis. Mengetahui sebelumnya apa yang akan
dilakukan terhadap data sesudah terkumpul akan membantu menentukan ketepatan
yang diperlukan. Ketepatan pengukuran dapat diperoleh misalnya dengan membuat
instrumen yang lebih rinci, petunjuk jawaban, dan kategori.
Djaali dan Muljono (2004:81-85) mendeskripsikan secara garis besar langkah-langkah
dalam penyusunan dan pengembangan instrumen sebagai berikut:
1) Berdasarkan sintesis dari teori-teori yang dikaji tentang suatu konsep dari variabel
yang hendak diukur, kemudian dirumuskan kontruk dari variabel tersebut. Konstruk
pada dasarnya adalah bangun pengertian dari suatu konsep yang dirumuskan.
8
ujicoba merupakan data empiris yang akan dianalisis untuk menguji validitas
empiris atau validitas kriteria dari instrumen yang dikembangkan.
Pengujian validitas empiris dilakukan dengan menggunakan kriteria baik
kriteria internal maupun kriteria eksternal. Kriteria internal adalah instrumen
itu sendiri sebagai satu kesatuan yang dijadikan kriteria, sedangkan kriteria
eksternal adalah instrumen atau hasil ukur tertentu di luar instrumen yang
dijadikan sebagai kriteria.
Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh kesimpulan mengenai valid atau
tidaknya sebuah butir atau sebuah perangkat instrumen. Jika menggunakan
kriteria internal yaitu skor total instrumen sebagai kriteria, maka keputusan
pengujian adalah mengenai valid atau tidaknyan butir instrumen dan proses
penggujiannya biasanya disebut dengan analisis butir. Dalam kasus lainnya,
yaitu jika menggunakan kriteria eksternal yaitu instrumen atau ukuran lain di
luar instrumen yang dijadikan kriteria, maka keputusan penggujiannya adalah
mengenai valid atau tidaknya perangkat instrumen sebagai suatu kesatuan.
Untuk kriteria internal atau validitas internal, berdasarkan hasil analisis butir
maka butir-butir yang tidak valid dikeluarkan atau diperbaiki untuk diujicoba
ulang, sedangkan butir-butir yang valid dirakit kembali menjadi sebuah
perangkat instrumen untuk melihat kembali validitaskontennya berdasarkan
kisi-kisi. Jika secara konten butir-butir yang valid tersebut dianggap valid atau
memenuhi syarat, maka perangkat instrumen terakhir ini menjadi instrumen
final yang akan digunakan untuk mengukur variabel penelitian.
Selanjutnya dihitung koefisien reliabilitas. Koefisien reliabilitas dengan
rentangan nilai (0 – 1) adalah besaran yang menunjukkan kualitas atau
konsistensi hasil ukur instrumen. Makin tinggi koefisien reliabilitas, maka
makin tinggi pula kualitas instrumen tersebut. Mengenai batas nilai koefisien
reliabilitas yang dianggap layak tergantung pada presisi yang dikehendaki oleh
suatu penelitian. Untuk itu dapat merujuk pendapatpendapat yang sudah ada,
karena secara eksak tidak ada tabel atau distribusi statistika mengenai angka
reliabilitas yang dapat dijadikan rujukan.
Perakitan butir-butir instrumen yang valid untuk dijadikan instrumen final.
10
Daftar Pustaka
Choice
1. Semacam tabel kolom baris yang memberikan gambaran tentang kaitan antara objek
sasaran evaluasi, instrumen, dan nomor-nomor butir dalam instrumen, merupakan
proses penyusunan instrumen dari...
3. Butir-butir instrumen yang telah ditulis merupakan konsep instrumen yang harus
melalui proses validasi, salah satunya validasi...
a. Empirik c. Prediktif
b. konstruk d. Konten
Jawaban yang benar A
Essay
1. Hal yang banyak dikeluhkan dalam penyusunan instrumen oleh peneliti dan evaluator
program pemula adalah cara membuat angket, sehingga sering ditemukan kekeliruan.
Coba jelaskan beberapa kekeliruan yang sering ditemui dalam penyusunan angket
oleh peneliti atau evaluator!
Jawab:
Terdapat penyimpangan pertanyaan dari indikator yang akan dievaluasi.
Untuk menghindari hal ini penyusun instrumen perlu mencoba menjawab
sendiri beberapa (atau semua) pertanyaan yang mereka ajukan. Jika
12
jawabannya tidak pas atau melenceng dari maksud pertanyaan, berarti butir
tersebut rumusannya salah.
Angket dengan opsi “selalu, sering, jarang, kadang, tidak pernah” (atau
sejenisnya) hanya cocok untuk uraian pertanyaan yang menggali informasi
yang sifatnya frekuentif tertentu yang jumlah dan pemunculannya sudah
diketahui.
Disuatu hari lahirlah sebuah ilmu pengetahuan yaitu supervisi dan evaluasi bimbingan
konseling, Supervisi bisa kita kenal dengan pengawasan sedangkan evaluasi dikenal dengan
penilaian. Kemudia evaluasi memiliki dua pemahaman yaitu evaluasi proses dan evaluasi
hasil. Memang terlihat senada tetapi mempunyai arti yang berbeda-beda.
Lalu evaluasi dan supervisi membuat pengembangan instrumen evaluasi dan supervisi
layanan BK. Yang langkah-langkahnya tersusun dari merumuskan tujuan, membuat kisi-kisi,
membuat butir-butir instrumen dan menyuting instrumen. Ilmu ini sangat berarti untuk kami
sebagai calon guru BK di masa yang akan datang.
Terimakasih evaluasi dan supervisi semenjak kami mengenal kalian, kami jauh lebih
mengerti apa yang harus kami lakukan pada saat mejadi guru BK disekolah nanti. Evaluasi
dan supervisi juga menyadarkan kami bahwa memang guru-guru BK itu sangat berguna
untuk siswa-siswi yang memiliki masalah dalam kehidupannya dan juga mengembangkan
bakat dan minat siswa.