Anda di halaman 1dari 2

Kebijakan Subsidi BBM untuk

Masyarakat
FEBRUARY 27, 2016

UangTeman Berita > Indonesia > Kebijakan Subsidi BBM untuk Masyarakat

Penarikan subsidi BBM oleh pemerintah beberapa waktu lalu sempat memicu reaksi keras dari
sebagian besar masyarakat. Rata-rata menyesalkan kebijakan yang terkesan tidak mempedulikan
derita masyarakat selama ini yang harus menanggung banyak beban di garis tipis perekonomian.
Beragam opini dan aksi protes pun masih terus dilancarkan karena pemerintah dianggap tak
becus dalam mengelola anggaran sehingga mengorbankan anggaran subsidi BBM. Lalu, apa
yang mendasari pemerintah untuk mencabut subsidi BBM? Berikut adalah sekilas uraian terkait
pencabutan subsidi BBM:

Subsidi BBM (sumber gambar: kaskus.co.id)

Subsidi dan Sejumlah Persoalan Klise

Harga BBM senantiasa mengalami kenaikan dari waktu ke waktu. Sebetulnya hal ini tidak hanya
terjadi di Indonesia, namun sejumlah negara-negara lain pun mengalami hal sama. Penyebabnya
adalah perubahan kurs mata uang yang terus bergantian dan naiknya harga minyak dunia.
Selama ini, konsumsi BBM di Indonesia memang ditopang oleh subsidi pemerintah. Tujuannya
memang untuk meringankan beban biaya dari sebagian besar masyarakat yang aspek hidupnya
tergantung dari pemakaian BBM. Sayangnya, ada hal yang tidak tepat terkait dengan pemakaian
BBM di Indonesia. Bukan hal rahasia lagi jika kebanyakan BBM bersubsidi justru tidak
digunakan oleh pihak yang tepat. Pemakaian itu justru malah lari ke sebagian besar kelas
menengah yang notabene mampu untuk membeli BBM non-subsidi. Akibatnya adalah kerugian
besar yang ditanggung oleh pemerintah. Sementara itu, jumlah kendaraan bermotor semakin
bertambah dari tahun ke tahun dengan tingkat pemakaian BBM yang nyaris tak terkendali.

Kebijakan Penarikan Subsidi BBM

Pada akhirnya, subsidi BBM harus dicabut atau dikurangi. Tujuannya adalah untuk menekan
pemakaian konsumsi BBM yang tidak semestinya. Tapi ada satu hal yang selalu menjadi alasan
kekhawatiran dari sebagian besar masyarakat yaitu kenaikan harga barang-barang pokok. Jika
harga BBM naik, sudah pasti akan berpengaruh pada harga-harga dari apa yang selama ini
menjadi kebutuhan dasar dari masyarakat, mulai dari harga beras, gula, pakaian, tarif angkutan
umum, dan sebagainya. Sementara itu, penghasilan yang diterima tidak terlalu mencukupi dan
bahkan sangat kurang jika harus memenuhi sejumlah kebutuhan yang harga-harganya terus
meningkat. Meski gaji dinaikkan, besarnya pengeluaran pun akan sama saja karena
menyesuaikan pada kenaikan harga BBM. Konsekuensinya adalah kesiapan dari setiap pekerja
atau karyawan untuk membuka peluang baru selain dari pemasukan bulanannya.

Menurut catatan pemerintah selama ini, subsidi BBM masih tidak tepat sasaran. Sekitar 20
persen orang kaya justru yang menikmatinya. Padahal, jumlah subsidinya mencapai 180 triliun.
Kenyataan yang sangat pahit dan semakin menambah rumitnya persoalan BBM dan
hubungannya pada aspek kehidupan masyarakat.

Selain itu, ada kabar bahwa sejumlah negara penghasil minyak ternyata juga meniru kebijakan
pemerintah dalam mencabut subsidi BBM. Kabarnya, Arab Saudi dan Iran mulai mengurangi
subsidi dan sedang menerapkan kebijakan serupa di Indonesia. Saat ini, harga minyak dunia
sedang turun. Situasi ini diharapkan bisa memicu kehidupan perekonomian yang lebih stabil di
Indonesia. Sebabnya, jika BBM turun, harga-harga kebutuhan pokok tidak akan ikut turun
melainkan stabil. Namun jika BBM mengalami kenaikan harga sedikit saja, maka akan ada
banyak harga-harga pokok yang turut naik.

Persoalan subsidi BBM memang tak akan pernah habis untuk dituntas. Dengan beragam
persoalan yang turut mempengaruhi kebijakan penarikan subsidi BBM, sudah seharusnya setiap
pengusaha mentargetkan poin-poin penting demi menstabilkan usaha yang sedang dikelola. Di
saat bersamaan, kontrol terhadap pemakaian BBM bersubsidi wajib diterapkan secara ketat sebab
yang akan dirugikan adalah masyakarat yang notabene membutuhkan subdisi BBM.

Anda mungkin juga menyukai