Anda di halaman 1dari 13

PENDIDIKAN PANCASILA

EVALUASI KEBIJAKAN PEMERINTAH BERDASARKAN


PANCASILA
Dosen Pengampu: H.Barto Mansyah, S.Pd.,MH

NIP.196308171985011001

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

INDONESIA

Frina Meisha A.W. PO.62.20.1.18.092

Hartami Dwi Saputri PO.62.20.1.18.093

Hendrajue PO.62.20.1.18.094

Herisusanto PO.62.20.1.18.095

Indra Kusuma Wardana PO.62.20.1.18.096

Jiro Victoria PO.62.20.1.18.097

Kiki Masnarki PO.62.20.1.18.098

Levi Crisdiana PO.62.20.1.18.099

Mardiansyah PO.62.20.1.18.100

Mera Busun Saputra PO.62.20.1.18.101

Disusun oleh: Kelompok III

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKARAYA

PRODI DIII KEPERAWATAN REGULER XX1 2018


BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG


Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tidaklah sulit untuk diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Maka sungguh pantas apabila Pancasila digunakan
sebagai landasan dasar bangsa Indonesia. Karena pancasila bersifat universal. Dimana semua
unsur yang terkandung didalamnya dapat diterima semua pihak baik nasional maupun
internasional. Itu disebabkan karena Pancasila merupakan kepribadian bangsa Indonesia dan
mengandung unsur-unsur luhur jiwa bangsa Indonesia.
sebagai landasan dasar bangsa Indonesia. Karena pancasila bersifat universal. Dimana
semua unsur yang terkandung didalamnya dapat diterima semua pihak baik nasional
maupun internasional. Itu disebabkan karena Pancasila merupakan kepribadian
bangsa Indonesia dan mengandung unsur-unsur luhur jiwa bangsa Indonesia.
Sudah seharusnya pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia menjadi acuan Undang-
Undang Dasar 1945, menjadi acuan kebijakan, dan turunan dari kebijakan ini adalah undang-
undang dan peraturan dibawahnya, dari perumusan kebijakan, implementasi sampai pada
evaluasi kebijakan.
B. RUMUSAN MASALAH
  Kebijakan pemerintah apa saja yang sesuai dengan pancasila?
C. TUJUAN
Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain:

1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pancasila

2.      Untuk mengetahui apakah kebijakan pemerintah sesuai dengan pancasila


3.      Untuk mengetahui bukti bahwa falsafah Pancasila dijadikan sebagai dasar falsafah negara
Indonesia yang kemudian dijadikan landasan menentukan kebijakan dalam pemerintahan.
 D. MANFAAT
Dengan disusunnya makalah ini diharapkan:

1. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang Pancasila dan penerapannya dalam


kehidupan.
2. Mahasiswa dapat memahami fungsi utama Pancasila sebagai dasar negara.
3. Mahasiswa dapat mengetahui bukti penerapan pancasila dalam kehidupan.

BAB II
PEMBAHASAN
Kebijakan pemerintah yang sesuai dengan
Pancasila
A.    Sila pertama, “Ketuhanan Yang Maha Esa”
Sila Ketuhanan yang maha Esa mencerminkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang
beragama dan adanya kebebasan dalam memeluk agama masing-masing dan menjalankan
ibadah menurut agam dan
kepercayaannya itu.  Artinya tidak ada pemaksakaan suatu agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain, yaitu tidak boleh memaksakan orang lain memeluk
agama kita atau memaksa seseorang untuk berpindah ke agama lain. Negara memberikan
jaminan kebebasan kepada warga negara untuk memeluk agama yang sesuai dengan
keyakinan dan kepercayaan masing-masing.
Dibuatnya kebijakan-kebijakan yang mencakup sila Ketuhanan Yang Maha Esa yaitu dengan
mempertimbangkan moral serta sifat-sifat sitem moral Indonesia supaya bisa melandasi atau
menjadi pedoman perilaku perorangan, kelompok-kelompok dalam masyarakat.

Adapun kebijakan pemerintah yang sesuai dengan sila pertama antara lain:
1.    Pendidikan agama
            Pendidikan agama di Indonesia telah diadakan sejak tahun 1950, dengan dibentuknya
panitia bersama yang dipimpin Prof. Mahmud yunus dari Departemen Agama, Mr. Hadi dari
Departemen P dan K, hasil dari panitia itu adalah SKB yang dikeluarkan pada bulan Januari.
Isinya ialah:
a. Pendidikan agama yang diberikan mulai kelas IV Sekolah Rakyat.
b. Di daerah-daerah yang masyarakat agamanya kuat, maka pendidikan agama diberikan
mulai kelas I SR dengan catatan bahwa pengetahuan umumnya tidak boleh berkurang
dibandingkan dengan sekolah lain yang pendidikan agamanya diberikan mulai kelas IV.
c. Di sekolah Lanjutan Pertama dan Tingkat Atas (umum dan kejuruan) diberikan pendidikan
agama sebanyak 2 jam seminggu.
d. Pendidikan agama diberikan kepada murid-murid sedikitnya 10 orang dalam satu kelas dan
mendapat izin dari orang tua / walinya.
e. Pengangkatan guru agama, biaya pendidikan agama, dan materi pendidikan agama
ditanggung oleh Departemen Agama.
Kebijakan ini sesuai dengan sila pertama pancasila yang menjamin penduduk untuk memeluk
agama masing-masing dan beribadah menurut agamanya, Menjamin berkembang dan tumbuh
suburnya kehidupan beragama, Negara memberi fasilitator bagi tumbuh kembangnya agama
dan iman warga negara dan mediator ketika terjadi konflik agama. Faktor pendukung lainnya
adalah dalam sidang pleno MPRS, pada bulan Desember 1960 diputuskan sebagai berikut:
“Melaksanakan Manipol Usdek dibidang mental/agama/kebudayaan dengan syarat spiritual
dan material agar setiap warga Negara dapat mengembangkan kepribadiannya dan
kebangsaan Indonesia serta menolak pengaruh-pengaruh buruk kebudayaan asing (Bab II
Pasal 2 ayat 1)”.
Dalam ayat 3 dari pasal tersebut dinyatakan bahwa: “Pendidikan agama menjadi mata
pelajaran di sekolah-sekolah umum, mulai sekolah dasar sampai Universitas,”

2. Adanya kementrian agama Republik Indonesia.


Keberadaan Departemen Agama dalam struktur pemerintah Republik Indonesia
melalui proses panjang. Sebagai bagian dari pemerintah negara Republik Indonesia;
Kementerian Agama didirikan pada 3 Januari 1946. Dasar hukum pendirian ini adalah
Penetapan Pemerintah tahun 1946 Nomor I/SD tertanggal 3 Januari 1946.
Mohammad Yamin adalah orang yang mula-mula mengusulkan dalam salah satu
sidang BPUPKI agar pemerintah Republik Indonesia, di samping mempunyai kementerian
pada umumnya, seperti luar negeri, dalam negeri, keuangan, dan sebagainya, membentuk
juga beberapa kementerian negara yang khusus. Salah satu kementerian yang diusulkannya
ialah Kementerian Islamiyah, yang katanya, memberi jaminan kepada umat Islam (masjid,
langgar, surau, wakaf) yang di tanah Indonesia dapat dilihat dan dirasakan artinya dengan
kesungguhan hati.
Tetapi meskipun beberapa usulnya tentang susunan negara bisa diterima dan menjadi
bagian dan UUD 1945, usulnya tentang ini tidak begitu mendapat sambutan.
Ketika Kabinet Presidential dibentuk di awal bulan September 1945, jabatan Menteri
Agama belum diadakan. Demikian halnya, di bulan Nopember, ketika kabinet Presidential
digantikan oleh kabinet parlementer, di bawah. Perdana Menteri Sjahrir. Usulan
pembentukan Kementerian Agama pertama kali diajukan kepada BP-KNIP (Badan Pekerja
Komite Nasional Indonesia Pusat) pada 11 Nopember 1946 oleh K.H. Abudardiri, K.H. Saleh
Suaidy, dan M. Sukoso Wirjosaputro, yang semuanya merupakan anggota KNIP dari
Karesidenan Banyumas. Usulan ini mendapat dukungan dari Mohammad Natsir, Muwardi,
Marzuki Mahdi, dan Kartosudarmo yang semuanya juga merupakan anggota KNIP untuk
kemudian memperoleh persetujuan BP-KNIP.
Sebagai realisasi, pada 3 Januari 1946 pemerintah mengeluarkan ketetapan yang
antara lain berbunyi: Presiden Republik Indonesia, Mengingat: Usul Perdana Menteri dan
Badan Pekerja Komite Nasional Pusat, memutuskan: Mengadakan Departemen Agama.
Keputusan dan penetapan pemerintah ini dikumandangkan di udara oleh RRI ke seluruh
dunia, dan disiarkan oleh pers dalam, dan luar negeri, dengan H. Rasjidi BA sebagai Menteri
Agama yang pertama.

3. Diakuinya enam Agama resmi di Indonesia


Ketetapan Presiden No 1 Tahun 1965 Tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau
Penodaan Agama pasal 1 menyatakan bahwa, "Agama-agama yang dipeluk oleh penduduk di
Indonesia ialah Islam, Kristen (Protestan), Katolik, Hindu, Budha dan Khong Hu Cu
(Confusius)"
Pada tahun 1969, UU No. 5/1969 dikeluarkan, menggantikan keputusan presiden mengenai
enam agama resmi. Namun, hal ini berbeda dalam praktiknya. Pada 1978, Menteri Dalam
Negeri mengeluarkan keputusan bahwa hanya ada lima agama resmi, tidak termasuk
Konghucu.
Pada tanggal 27 Januari 1979, dalam suatu pertemuan kabinet, dengan kuat memutuskan
bahwa Konghucu bukanlah suatu agama. Keputusan Menteri Dalam Negeri telah dikeluarkan
pada tahun 1990 yang menegaskan bahwa hanya ada lima agama resmi di Indonesia.
Namun, setelah reformasi Indonesia tahun 1998, ketika kejatuhan Soeharto, Abdurrahman
Wahid dipilih menjadi presiden yang keempat. Wahid mencabut instruksi presiden No.
14/1967 dan keputusan Menteri Dalam Negeri tahun 1978. Agama Konghucu kini secara
resmi dianggap sebagai agama di Indonesia. Kultur Tionghoa dan semua yang terkait dengan
aktivitas Tionghoa kini diizinkan untuk dipraktikkan. Warga Tionghoa Indonesia dan
pemeluk Konghucu kini dibebaskan untuk melaksanakan ajaran dan tradisi mereka. Seperti
agama lainnya di Indonesia yang secara resmi diakui oleh negara.

4. Menjadikan hari besar keagamaan sebagai hari libur nasional.


Hari libur nasional telah ditetapkan oleh negara melalui Keppres No. 251 Tahun 1967 tentang
Hari-Hari Libur, Keppres No. 10 Tahun 1971 tentang Hari Wafat Isa Al-masih Dinyatakan
Sebagai Raya/Hari Libur , Keppres No. 3 Tahun 1983 yang menambahkan hari raya Waisak
dan Nyepi sebagai Hari Libur Nasional, dan Keppres Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hari
Tahun Baru Imlek.
Adapun hari besar agama di Indonesia yang ditetapkan menjadi hari libur nasional
keagamaan antara lain:

1. Untuk Agama Budha:


o    Hari
Raya Waisak : Waisak dirayakan pada bulan Mei saat terang bulan untuk memperingati
peristiwa lahirnya Siddharta (623 SM), Siddharta menjadi Budha (588 SM), dan wafatnya
Budha Gautama (543 SM)

2. Untuk Agama Hindu:

o    Hari
Raya Nyepi : Merupakan perayaan tahun baru Hindu. Perayaan tahun baru ini dimulai
dengan kegiatan menyepi yang bertujuan untuk untuk menyucikan Bhuana Alit (alam
manusia) dan Bhuana Agung (alam semesta).

3. Untuk Agama Islam:

o    Tahun Baru Hijriyah : Merupakan perayaan tahun baru islam yang diperingati setiap tanggal 1
Muharam dalam sistem penanggalan Hijriyah.
o    Maulid Nabi Muhammad : Merupakan peringatan peristiwa lahirnya Nabi Muhammad SAW
yang diperingati setiap tanggal 12 Rabiul Awal sistem penanggalang Hijriyah.
o    Isra Mikraj : Merupakan peringatan peristiwa isra mikraj Nabi Muhammad yang diperingati
pada tanggal 27 Rajab (Hijriyah). Isra merupakan peristiwa diberangkatkannya Nabi
Muhammad oleh Allah dari Masjidil Haram (Mekkah) menuju Masjidil Aqsa (Palestina)
yang dilanjutkan dengan Mikraj yaitu Nabi dinaikkan dari bumi ke Sidratul Munthoha untuk
menerima perintah kewajiban sholat. Peristiwa ini terjadi dalam waktu semalam.
o    Hari Idul Fitri : Merupakan hari raya Islam yang diperingati pada tanggal 1 Syawal dalam
penanggalan Hijriyah sebagai akhir dari pelaksanaan ibadah puasa.
o    Hari Raya Idul Adha : Merupakan hari raya Islam yang diperingati pada tanggal 10 Dzulhijah.
Idul Adha menjadi puncak pelaksanaan ibadah haji dan pelaksanaan ibadah qurban.

4. Untuk Agama Khong Hu Chu:

o    Tahun Baru Imlek : Merupakan perayaan tahun baru dalam sistem penanggalan Tionghoa.

5. Untuk Agama Katolik dan Kristen:

o    Wafat Isa Almasih : Merupakan peringatan wafatnya Isa Almasih yang dikenal juga sebagai
Jumat Agung. Jumat Agung diperingati pada hari Jumat sebelum Paskah.
o    Kenaikan Isa Almasih : Merupakan hari raya Kristen untuk memperingati peristiwa naiknya
Yesus ke surga yang diperingati pada hari ke-40 setelah Paskah.
o    Hari Natal : Merupakan hari raya Kristen yang diperingati pada tanggal 25 Desember untuk
memperingati hari kelahiran Yesus Kristus.
B.     Sila Kedua, “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”
Makna yang terkandung dalam sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab adalah
mengandung nilai suatu kesadaran sikap moral dan tingkah laku manusia yang didasarkan
pada potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan
pada umumnya baik terhadap diri sendiri, terhadap sesama manusia maupun terhadap
lingkungannya. Nilai kemanusiaan yang adil mengandung suatu makna bahwa hakikat
manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab harus berkodrat adil. Hal ini
mengandung suatu pengertian bahwa hakikat manusia harus adil dalam hubungan dengan diri
sendiri, adil terhadap manusia lain, adil terhadap masyarakat bangsa dan negara, adil terhadap
lingkungannya serta adil terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Nilai kemanusiaan yang beradab
mengandung makna bahwa beradab erat kaitannya dengan aturan-aturan hidup, budi pekerti,
tata krama, sopan santu, adat istiadat, kebudayaan, kemajuan ilmu pengetahuan, dsb. Semua
aturan diatas bertujuan untuk menjaga agar manusia tetap beradab, tetap menghargai harkat
dan derajat dirinya sebagai manusia. Adab diperlukan agar manusia bisa meletakkan diri pada
tempat yang sesuai.
Kebijakan Pemerintah yang sesuai dengan sila kedua contohnya yaitu:
a.      Menegakkan HAM
Pemerintah berusaha semaksilmal mungkin menegakkan Hak Asasi Manusia dengan
membuat peraturan-peraturan HAM . Peraturan HAM dalam Konstitusi Negara diantaranya
sebagai berikut:

 Undang-Undang Dasar Tahun 1945

Jaminan perlindungan tentang hak asasi manusia yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar
Tahun 1945, diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Hak atas persamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, pasal 27 Ayat (1)
2. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, pasal 27 Ayat (2)
3. Hak berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dan lisan dan tulisan, pasal 28
4. Hak memeluk dan beribadah sesuai dengan ajaran agama, pasal 29 Ayat (2)
5. Hak dalam usaha pembelaan negara, pasal 30
6. Hak mendapat pengajaran, pasal 31
7. Hak menikmati dan mengembangkan kebudayaan nasional dan daerah, pasal 23
8. Hak dibidang perekonomian, pasal 33.
9. Hak fakir miskin dan anak terlantar dipeiharaan oleh negara, pasal 34.

 Undang-Undang

Peraturan HAM juga dapat dilihat dalam Undang-Undang Yang pernah dikeluarkan oleh
pemerintah Indonesia. Antara lain sebagai berikut:

1. UU Nomor 5 Tahun 1998 tentang Ratifikasi Konvensi Anti penyiksaan, Perlakuan


atau penghukuman yang kejam, tidak manusiawi dan merendahkan martabat.
2. UU Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kebebasan Menyampaikan Pendapat.
3. UU Nomor 11 Tahun 1998 tentang Amandemen terhadap UU Nomor 25 Tahun 1997
tentang Hubungan Perubahan.
4. UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
5. UU Nomor 19 Tahun 1999 tentang Rativikasi Konvensi ILO Nomor 105 tentang
Penghapusan Pekerja Secara Paksa
6. UU Nomor 20 Tahun 1999 tentang Rativikasi Konvensi ILO Nomor 138 tentang Usia
Minimum Bagi Pekerja
7. UU Nomor 21 Tahun 1999 tentang Rativikasi Konvensi ILO Nomor 11 tentang
Diskriminasi dalam Pekerjaan
8. UU Nomor 26 Tahun 1999 tentang Pencabutan UU Nomor 11 Tahun 1963 tentang
tindak Pidana Subversi
9. UU Nomor 29 Tahun 1999 tentang Rativikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi
10. UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
11. UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers
12. UU Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM
13. UU Nomor 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

 Peraturan Pemerintah dan Keputusan Presiden

Pengaturan HAM dalam peraturan pemerintah dan keputusan Presiden, di antaranya


adalah sebagai berikut.

1. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 1 Tahun 1999


tentang Pengadilan HAM
2. Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 181 Tahun 1998 tentang Pendirian Komisi
Nasional Penghapusan Kekerasan Terhadap Wanita
3. Keputusan Presiden Nomor 129 Tahun 1998 tentang Rencana Aksi Nasional Hak
Asasi Manusia tahun 1998-2003, yang memuat rencana ratifikasi berbagai instrumen
hak asasi manusia Perserkatan Bangsa-Bangsa serta tindak lanjutnya
4. Keputusan presiden Nomor 31 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pengadilan Hak
Asasi Manusia pada
5. Pengadilan Negri Jakarta Pusat, Prngadilan Negri Surabaya, dan Pengadilan Negri
Makassar
6. Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pengadilan Hak
Asasi Manusia Ad Hoc Pada
7. Pengadilan Negri Jakarta Pusat, yang diubah dengan keputusan Presiden Nomor 96
tahun 2001
8. Keputusan Presiden Nomor 181 Tahun 1998 tentang Komosi Nasional Anti
Kekerasan terhadap Perempuan
9. Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993 tentang Komnas HAM

Keseluruhan ketentuan perundang-undangan di atas merupakan pintu pembuka bagi


strategi selanjutnya, yaitu tahap penataan aturan secara konsisten. Pada tahap ini
diupayakan mulai tumbuh kesadaran terhadap penghormatan dan penegakan HAM,
baik dikalangan aparat pemerintah maupun masyarakat karna HAM merupakan
kebutuhan dasar manusia yang perlu diperjuangkan, dihormati, dan dilindungi oleh
setiap manusia.
Penataan aturan secara konsisten memerlukan persyaratan yang harus dipenuhi,
persyaratan pertama adalah demokrasi dan supermasi hukum, kedua, HAM sebagai
tatanan sosial.
b.      Peraturan No 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran (PBI)
Pemerintah telah menerbitkan Peraturan No 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran
(PBI) pada penghujung tahun 2012 lalu. Peraturan itu pada intinya mengatur tentang siapa
saja yang berhak menerima bantuan pembayaran iuran jaminan kesehatan dari pemerintah
yang diambil dari APBN. Jaminan Kesehatan ini akan mulai berlaku pada 1 Januari 2014.
Dalam peraturan itu, PBI Jaminan Kesehatan ditujukan untuk fakir miskin dan orang tidak
mampu. Fakir miskin didefinisikan sebagai orang yang sama sekali tidak mempunyai mata
pencaharian atau mempunyai mata pencaharian tapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
dasar yang layak bagi dirinya dan keluarganya.
Sedangkan golongan orang tidak mampu adalah orang yang mempunyai sumber mata
pencaharian, gaji atau upah, yang hanya mampu memenuhi kebutuhan dasar yang layak
namun tidak mampu membayar iuran bagi dirinya dan keluarganya.
Pihak yang berwenang untuk menetapkan kriteria fakir miskin dan orang tidak mampu adalah
Kementerian Sosial setelah melakukan koordinasi dengan Menteri dan/atau pimpinan
lembaga terkait. Antara lain Kementerian Kesehatan, Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi serta Kementerian Dalam Negeri.
c.       Kebijakan Hukum
Kebijakan yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila yaitu kebijakan terkait pemberian
hukuman, pemberian remisi, asimilasi dan grasi. Semua kebijakan tersebut diatur dalam
undang-undang.
C.     Sila Ketiga, “Persatuan Indonesia”
Sila ke -3 ini mempunyai maksud mengutamakan persatuan atau kerukunan bagi seluruh
rakyat Indonesia yang mempunyai perbedaan agama, suku, bahasa, dan budaya. Sehingga
dapat disatukan melalui sila ini berbeda-beda tetapi tetap satu atau disebut dengan Bhineka
Tunggal Ika. Persatuan Indonesia mengutamakan kepentingan dan keselamatan negara
ketimbang kepentingan golongan pribadi atau kelompok seperti partai. Hal yang
dimaksudkan adalah sangat mencintai tanah air Indonesia dan bangga mengharumkan nama
Indonesia. Sila ini menanamkan sifat persatuan untuk menciptakan kerukunan kepada rakyat
Indonesia.
Sila yang mempunyai lambang pohon beringin ini bermaksud memelihara ketertiban
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Dalam nilai Persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa negara adalah sebagai
penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk
sosial. Negara merupakan suatu persekutuan hidup bersama diantara elemen-elemen yang
membentuk negara yang berupa suku, ras, kelompok, golongan, maupun kelompok agama.
Oleh karena itu perbedaan adalah merupakan bawaan kodrat manusia dan juga merupakan
ciri khas elemen-elemen yang membentuk Negara. Konsekuensinya negara adalah beraneka
ragam tetapi satu, mengikatkan diri dalam suatu persatuan yang dilukiskan dalam suatu
seloka Bhineka Tunggal Ika. Perbedaan bukannya untuk diruncingkan menjadi konflik dan
permusuhan melainkan diarahkan pada suatu sintesa yang saling menguntungkan yaitu
persatuan dalam kehidupan bersama untuk mewujudkan tujuan bersama.
Negara mengatasi segala paham golongan, etnis, suku, ras, individu, maupun golongan
agama. Mengatasi dalam arti memberikan wahana atas tercapainya harkat dan martabat
seluruh warganya. Negara memberikan kebebasan atas individu, golongan, suku, ras, maupun
golongan agama untuk merealisasikan seluruh potensinya dalam kehidupan bersama yang
bersifat integral. Oleh karena itu tujuan negara dirumuskan untuk melindungi segenap
warganya dan seluruh tumpah darahnya, memajukan kesejahteraan umum (kesejahteraan
seluruh warganya) mencerdaskan kehidupan warganya, serta kaitannya dengan pergaulan
dengan bangsa-bangsa lain di dunia untuk mewujudkan suatu ketertiban dunia yang
berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Nilai persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Hal itu terkandung nilai bahwa bahwa nasionalisme
Indonesia adalah nasionalisme religious yaitu nasionalisme yang bermoral Ketuhanan Yang
Maha Esa. Nasionalisme yang humanitik yang menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia sebagai makhluk Tuhan. Oleh karena itu nilai-nilai nasionalisme ini harus tercermin
dalam segala aspek penyelenggaraan Negara.
      Butir-butir dari Sila ke-3 Pancasila :
1)      Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan
negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
2)      Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
3)      Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4)      Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
5)      Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial.
6)      Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
7)      Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Kebijakan Pemerintah yang sesuai dengan sila ‘Persatuan Indonesia’ antara lain :
a.      Mewajibkan pelaksanaan Upacara Bendera
Terkait Kewajiban pelaksanaan upacara bendera diatur dalam: 
1. UUD RI Tahun 1945
2. UU no. 09 Tahun 2010 tentang Keprotokolan
3. UU no. 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negera, serta Lagu
Kebangsaan
4. PP no. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil
5. PP 62 tahun 1990 tentang Ketentuan Protokol tentang Tata Tempat, Tata Upacara
dan Tata Penghormatan
6. PP no. 40 Tahun 1958 tentang Bendera Kebangsaan RI
7. Keppes  49 tahun 1970  tentang penyerahan duplikat bendera merah putih ke
setiap daerah tingkat II
8. Permendikbud no. 16 Tahun 2012 tentang Kode Etik Pegawai
9. Permendiknas no. 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan kesiswaan
Kebijakan terkait Upacara bendera tersebut sesuai sila ketiga “Persatuan Indonesia”.
Karena dengan melaksanakan upaca bendera dapat memperkuat persatuan dan
kesatuan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b.      Kementrian Pertahanan
Adanya kementrian pertahanan ini merupakan penerapan Nilai Keutuhan Kesatuan
dan Persatuan bangsa indonesia. Fungsi utamanya yaitu untuk mempertahankan
keutuhan NKRI. Mencegah serangan-serangan dari dalam maupun dari luar yang
mengancam persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
c.       Pendidikan Pancasila
Dengan adanya pendidikan pancasila, diharapkan generasi penerus bangsa bisa
memahami Ideologi bangsa Indonesia. Dengan begitu bangsa indonesia tidak mudah
terpengaruh dengan ideologi-ideologi asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan
bangsa Indonesia.
Pendidikan Pancasila mengarahkan perhatian pada moral yang diharapkan
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku yang memancarkan iman dan
taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai
golongan agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku
kebudayaan, dan beraneka ragam kepentingan perilaku yang mendukung kerakyatan
yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan perorangan dan
golongan. Dengan demikian, perbedaan pemikiran, pendapat, atau kepentingan
diatasi melalui keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
D.    Sila ke Empat, ”Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan dan Perwakilan “
Sila ke-4 yang mana berbunyi “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan”. Sebuah kalimat yang secara bahasa
membahasakan bahwa Pancasila pada sila ke 4 adalah penjelasan Negara demokrasi.
Sebuah keputusan pada intinya tidak boleh ada suatu kehendak yang dipaksakan kepada
pihak lain. Sebelum diambil keputusan yang menyangkut kepentingan bersama terlebih
dahulu diadakan musyawarah. Keputusan  dilakukan secara mufakat. Musyawarah untuk
mencapai mufakat ini, diliputi oleh semangat kekeluargaan, yang merupakan ciri khas
Bangsa Indonesia.
Nilai kerakyatan mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-lembaga perwakilan. Nilai ini
menganut paham demokrasi.
Kebijakan pemerintah yang sesuai dengan sila ke-4 antara lain:
1.      Tidak melarang adanya unjuk rasa
Kebebasan menyampaikan pendapat melalui unjuk rasa atau demonstrasi
merupakan bagian dari implementasi prinsip sila keempat pancasila.
Pemerintah tidak melarang adanya unjuk rasa atau berpendapat di muka umum. 
kebebasan berpendapat di muka umum dijamin oleh:  
  Landasan Idiil
Yaitu Pancasila terdapat dalam sila ke IV "Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau perwakilan".

    Landasan Konstitusional yaitu Undang-Undang Dasar 1945 :


a)       Pasal 28 menyatakan Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lis an dan tulisan dan sebagainya ditetapkan
dengan undang-undang.
b)      Pasal  28E Ayat (3) menyatakan Setiap orang berhak atas kebebasan
berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat

   Landasan Operasional
a)       Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan
Menyampaikan Pendapat di Muka Umum.
 Pasal 2
a.   Ayat (1) “Setiap warga Negara, secara perorangan atau kelompok, bebas
menyampaikan pendapat sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab
berdemokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berkumpul, dan bernegara”
b.  Ayat (2) “penyampaian pendapat di muka umum dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan undang-undang ini”
 Pasal 8 menyatakan “Masyarakat berhak berperan serta secara bertanggung
jawab untuk berupaya agar penyampaian pendapat di muka umum berlangsung
secara umum, tertib, dan damai”
b)      UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
 Pasal 23
a.   Ayat (2) “Setiap orang berhak untuk mempunyai, mengeluarkan dan
menyebarluaskan pendapat sesuai hati nuraninya, secara lisan dan atau tulisan
melalui media cetak maupun elektronik dengan memperhatikan nilai-nilai
agama, kesusilaan, ketertiban, kepentingan umum dan keutuhan bangsa”.
 Pasal 25 menyatakan “Setiap orang berhak untuk menyampaikan pendapat di
muka umum, termasuk hak untuk mogok sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan”
 Pasal 32 menyatakan “Kemerdekaan dan rahasia dalam hubungan surat-
menyurat termasuk hubungan komunikasi melalui sarana elektronik tidan boleh
diganggu, kecuali atas perintah hakim atau kekuasaan lain yang sah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”
 Pasal 60
a.   Ayat (2) “Setiap anak berhak mencari, menerima, dan memberikan
informasi sesuai dengan tingkat intelektualitas dan usianya demi
pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan”
c)     UU No. 40 Tahun 1999 Tentang pers
d)    UU No. 32 Tahun 2002 Tentang penyiaran

2.      Sidang pleno MPR


MPR bersidang sedikitnya dua kali dalam lima tahun di ibukota negara. Sidang MPR yang
dilaksanakan biasanya membahas rancangan undang-undang, rancangan anggara, ataupun
membahas permasalahan yang ada .
Sidang MPR sah apabila dihadiri:

 sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah Anggota MPR untuk memutus usul DPR untuk
memberhentikan Presiden/Wakil Presiden
 sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Anggota MPR untuk mengubah dan menetapkan
UUD
 sekurang-kurangnya 50%+1 dari jumlah Anggota MPR sidang-sidang lainnya

Putusan MPR sah apabila disetujui:

 sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Anggota MPR yang hadir untuk memutus usul
DPR untuk memberhentikan Presiden/Wakil Presiden
 sekurang-kurangnya 50%+1 dari seluruh jumlah Anggota MPR untuk memutus
perkara lainnya.

Sebelum mengambil putusan dengan suara yang terbanyak, terlebih dahulu diupayakan
pengambilan putusan dengan musyawarah untuk mencapai hasil yang mufakat.
3.      Pemilihan Umum
Pemilihan umum sesuai dengan prinsip demokrasi yang terkandung dalam sila keempat
pancasila. Pemilu merupakan salah satu penerapan prinsip kerakyatan. factor yang
menyebabkannya sesuai dengan pancasila adalah asas LUBER, yaitu: langsung. Berarti
pemilih diharuskan memberikan suaranya secara langsung dan tidak boleh diwakilkan, umum
berarti pemilu dapat diikuti seluruh warga Negara yang sudah memiliki hak menggunakan
suara, bebas berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya tanpa ada paksaan dari pihak
manapun, dan rahasia berarti suara yang diberikan pemilih bersifat rahasia hanya diketahui
oleh si pemilih itu sendiri.
E.     Kebijakan Pemerintah yang Sesuai dengan Nilai keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia
  Pemberian Bantuan untuk warga miskin
Kemiskinan merupakan masalah sosial yang bersifat global, artinya kemiskinan adalah
masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian banyak orang di dunia. Kemiskinan
berhubungan dengan kekurangan materi, rendahnya penghasilan, dan adanya kebutuhan
sosial. Sehingga pemerintah memberikan bantuan BLT berupa uang tunai dan sembako
kepada masyarakat miskin. Di Indonesia terdapat kecenderungan bahwa seakan-akan
kemiskinan hanya diberantas oleh program-program pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan seolah mencakup pemberian modal usaha untuk membuka warung kecil di
sudut kampung, pemberian sapi atau kambing untuk peternakan dan pelatihan keterampilan
perbengkelan atau kerajinan tangan. Asumsinya sederhana, jika orang miskin diberi modal
dan dilatih, maka mereka akan memiliki pekerjaan dan pendapatan, sehingga kehidupan
mereka bisa menjadi lebih baik.

    Asuransi Kesejahteraan Sosial


Penelitian evaluasi Program Jaminan Kesejahteraan Sosial: Asuransi Kesejahteraan Sosial ini
bertujuan memahami proses dan hasil pelaksanaan program. Instrument utama dalam
menganalisis data lapangan menggunakan konsep asuransi sosial, yaitu suatu mekanisme
pengumpulan dana yang bersifat wajib yang berasal dari iuran guna memberikan
perlindungan atas resiko sosial ekonomi yang menimpa peserta dan/atau anggota
keluarganya.

   Pemberian Dana Pensiun


Kementerian Keuangan memastikan 4,7 juta PNS akan mendapatkan gaji ke-13 bulan ini.
Kepastian tersebut menyusul terbitnya Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2011 tanggal 30
Juni 2011 tentang pemberian gaji atau pensiun tunjangan bulan ketiga belas dalam tahun
anggaran 2011 kepada pegawai negeri, pejabat negara, dan penerima pensiun tunjangan.
Dirjen Perbendaharaan Negara Kemenkeu Agus Suprijanto dalam keterangan tertulis yang
mengatakan bahwa pengajuan surat perintah membayar oleh masing-masing satuan kerja
akan segera dilakukan. Untuk PNS pusat, gaji ke-13 akan dibayarkan langsung ke rekening
masing-masing, sementara untuk PNS daerah akan dibayarkan melalui APBD masing-masing
daerah. Sebagai tindak lanjut dari peraturan tersebut, telah terbit peraturan Direktur Jenderal
Perbendaharaan mengenai petunjuk teknis pemberian gaji 13 tersebut yaitu Peraturan
Direktur Jenderal Perbendaharaan No 38/PB/2011. Sementara, gaji ke-13 untuk penerima
pensiun atau tunjangan akan dibayarkan melalui PT Taspen (Persero) atau PT Asabri
(Persero).

       Mendirikan Pustu/Puskesmas Pembantu di Setiap Daerah


Untuk mensejahterakan rahyat, tidak hanya dengan serangkaian materi tetapi kesehatan itu
lebih penting, karena itu pemerintah mengeluarkan kebijakan berupa pendirian puskesmas-
puskesmas di setiap daerah, dengan tujuan agar semua rakyatnya bisa hidup sehat, tanpa
mengidap penyakit yang parah dengan biaya yang murah bahkan pengobatan gratis.

       Pemberdayaan Perempuan
Dengan meningkatkan peranaan perempuan dalam bekerja, berkarier di bidang apa saja dan
meningkatkan kesetaraannya, meningkatkan jumlah dan proporsi perempuan dalam
menamatkan pendidikannya, menurunkan kasus tindak kekerasan terhadap perempuan, maka
suatu kebijakan seperti itu dapat mengubah nasib kaum perempuan di masa sekarang.

BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Pancasila adalah dasar Negara Republik Indonesia, ideologi Negara Indonesia, sekaligus
menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia. Oleh karena itu, pengamalannya harus dilakukan
oleh setiap elemen bangsa Indonesia, baik dari masyarakat pada umumnya hingga disetiap
penyelenggara negara.
Karena Pancasila merupakan pedoman bagi bangsa Indonesia, maka sudah seharusnya
kebijaka-kebijakan yang dibuat pemerintah harus sesuai dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila.
B.     Saran
Sebagai warga negara indonesia, sudah seharusnya kita mengamalkan nilai-nilai
pancasila.
Jadi, marilah kita mengamalkan nilai-nilai pancasila itu salah satunya dengan cara
menjalankan aturan-aturan yang telah dibuat sesuai dengan pancasila.

Makalah yang kami susun semoga bisa membantu kita lebih memahami tentang
penerapan  pancasila dalam kehidupan. Mohon permakluman dari semuanya jika
dalam makalah kami ini masih terdapat banyak kekeliruan baik bahasa maupun
pemahaman. Karena tiadalah sesuatu yang sempurna yang bisa manusia ciptakan.

Anda mungkin juga menyukai