Anda di halaman 1dari 8

TUGAS REVIEW JURNAL ASUHAN KEPERAWATAN HEMORRHAGIC POST PARTUM

NO SUMBER TUJUAN PENELITIAN METODE DAN INSTRUMEN HASIL

1. Retno Winarti Setyowati Tri Tujuanya untuk memberikan Penelitian ini merupakan penelitian dengan Masalah keperawatan yang ditemukan
Budiati. asuhan keperawatan yang pendekatan studi kasus. adalah perdarahan, kurang volume
komprehensif dengan cairan, resiko gangguan perfusi jaringan,
“Aplikasi Model Need For Help mengidentifikasi dan mengatasi Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu kecemasan.
Wiedenbach Pada Ibu Dengan masalah pasien perdarahan post postpartum yang mengalami perdarahan post
Perdarahan Post Partum” partum dengan pedekatan teori partum di Rumah Sakit umum Daerah Cibinong Asuhan keperawatan dilaksanakan
keperawatan. Penerapan model dan Rumah Sakit Pusat Ciptomangunkusuma. menggunakan pendekatan teori need for
need for help Wiedenbach help Wiedenbach :
Sampel adalah lima kasus dengan perdarahan
dilaksanakan untuk mefasilitasi ibu post partum akibat retensio plasenta. 1. Tahap identifikasi masalah fisik
untuk mengatasi masalah
kegawatan akibat perdarahan yang Hasil pengkajian pada lima orang pasien
dialami. yang mengalami perdarahan post partum
didapatkan bahwa 4 pasien mengalami
perdarahan akibat retensio plasenta dan
satu pasien disebabkan plasenta akreta.
Hal ini menunjukkan bahwa retensio
plasenta merupakan salah satu penyebab
utama perdarahan post partum.

Pada Studi Kasus didapatkan data satu


pasien berusia lebih dari 20-34
tahun sedangkan tiga pasien berusia 35
tahun atau lebih. Berdasarkan data
diatasmenunjukan bahwa usia 35 tahun
rentan atau memiliki resiko yang lebih
besar untuk terjadinya retensio plasenta,
hal ini sesuai dengan Urner,
Zimmarenann, dan
Krafft (2014) bahwa ibu yang
melahirkan di usia lebih dari 35 tahun
beresiko mengalami retensio plasenta

Pada kasus didapatkan data bahwa


empat kasus merupakan perslianan ke
tiga, hal ini menunjukan bahwa jumlah
paritas turut memengaruhi kejadian
retensio plasenta

Lima klien mengalami perdarahan


pervaginam masif yang menyebabkan
kekurangan volume cairan. Dari lima
kasus didapatkan empat kasus
mengalami syok hipovolemia.
Kehilangan darah lebih dari 20%
meningkatkan risiko terjadinya syok
hipovolemia (Rueda, et al, 2013).

Hasil pengkajian psikososial spiritual


pada fase akut didapatkan data bahwa
empat dari lima klien mengalami
keluhan cemas, klien mengemukakan
ketakutannya akan
ancaman kematian yang dihadapinya
sebagai dampak peradarahan yang
dialaminya. Thompson, Roberts dan
Ellwood (2011) mengemukakan bahwa
masalah emosional yang terjadi pada
perdarahan post partum adalah
kecemasan, depresi, post traumatik
stress disorder (PTSD) bahkan juga
mengakibatkan ibu
merasa enggan untuk memiliki anak lagi

2. Tahap ministrasi

Ditemukan masalah pada


ny A adalah

Diagnosa keperawatan here and now

1. Perdarahan berhubungan
dengan
terlepasnya sebagian plasenta
dari dinding
uterus,
2. Kurang volume cairan
berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif,
3. Risiko gangguan perfusi
jaringanb.d hipovolemia,
4. Ansietas b.d perubahan status
kesehatan, ancaman kematian

3. Tahap koordinasi

Intervensi keperawatan yang dilakukan


adalah untuk mengatasi masalah
kegawatan dengan menghentikan
perdarahan dan resusitasi cairan.

1. resusitasi cairan,
2. manual plasenta,
3. pemberian oksigen empat liter
nasal,
4. kolaborasi pemberian tranfusi,
5. memantau tanda-tanda vital
dengan monitor,
6. mengajarkan tehnik relaksasi
dan disraksi untuk menurunkan
kecemasan, menganjurkan
pasien untuk berdoa dan
melibatkan suami untuk
memberikan
dukungan.

Tindakan keperawatan mandiri yang


dilakukan pada klien dengan perdarahan
post partum :

Melakukan stimulasi kontraksi rahim


untuk mencegah atonia uteri dengan cara

1. Tindakan keperawatan yang


dapat dilakukan adalah dengan
stimulasi putting . Studi oleh
Abepi, Jahanfar, Namfar, dan
lee (2016) tentang pengaruh
stimulasi puting susu terhadap
kejadian perdarahan post
partum, hasil studi
menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang bermakna rata-
rata kehilangan darah kala tiga
persalinan antara ibu yang
dilakukan stimulasi puting susu
dengan ibu yang diberikan
oksitosin. Temuan ini
memastikan bahwa stimulasi
puting susu
dapat menyebabkan kontraksi
uterus dan penyembuhan dini
rahim setelah kelahiran

2. Masase uterus merupakan


tindakan mandiri perawat dalam
mencegah dan mengatasi
perdarahan post partum, Masase
uterus merupakan tindakan
mandiri perawat dalam
mencegah dan mengatasi
perdarahan post partumm. Studi
Aleem, et al (2010) menunjukan
bahwa masase uterus
mengurangi kebutuhan
tambahan pemberian uterotonika
dalam mencegah terjadinya
perdarahan post partum. Studi
lain oleh Abdel-Aleem (2006)
menunjukan bahwa jumlah
perdarahan kala tiga pada 30
menit pertama lebih sedikit pada
ibu yang dilakukan masase
uuterus dibandingkan dengan
yang tidak dilakukan masase
uterus.

4 Pada tahap validasi.

Evaluasi yang didapatkan adalah


perdarahan teratasi, pasien selamat dari
ancaman kematian.

2. Sholaikhah Sulistyoningtyas, menunjukkan bahwa upaya Penelitian ini adalah penelitian diskriptif. Hasil penelitian yang dilakukan di RS
Fitnaningsih Endang Cahyawati pemerintahdan dan istitusi Penelitian ini dilakukan pada bulan September PKU Muhammadiyah Gamping terdapat
(2020) kesehatan dalam mengatasi 2019 di RS PKU Muhammadiyah Gamping. ibu postpartum yang mengalami
perdarahan sebagai penyebab Data penelitian menggunakan data sekunder ibu perdarahan berdasarkan umur terbanyak
“Karakteristik Dan Penanganan kematian pada Ibu dilakukan perdarahan Postpartum, data diambil dari bulan pada usia 21-34 tahun hal ini
Perdarahan Pada Ibu dengan baik Januari sampai Agustus tahun 2019. menunjukkan bahwa umur kejadian
Postpartum” berdarahan di RS PKU Muhammadiyah
Populasi Gamping sesuai data yang diperoleh
yang diteliti adalah semua ibu bersalin yang berusia reproduksi sehat yang berada
mengalami perdarahan Post Partum. pada puncak reproduksi.
Teknik Penanganan perdarahan
yang digunakan adalah teknik total sampling
diperoleh data sebanyak 14 ibu mengalami 1. memastikan tidak terdapat robekan
perdarahan posrpartum. jalan lahir atau apabila terdapat
robekan jalan lahir tapi darah masis
Penelitian ini sudah melewati tahap etik di merembas atau deras pastikan
Universitas Aisyiyah Yogyakarta. perdarahan itu akibat Atonia uteri
2. dilakukan pemberian uterotonika
Analisis dari penelitian ini menggunakan analisi
diberikan 5-10 unit oksitosin
univariate karena variable yang digunakan
secara intravena pelan atau 5-30
adalah variable tunggal
unit dalam 500 ml cairan dan 0,25-
0,5 mg ergometrin
intravena.
3. Pada saat yang sama dilakukan
pemeriksaan untuk menyingkirkan
kemungkinan adanya sebab lain
seperti adanya robekan jalan lahir
atau retensi sisa plasenta/ pada saat
awal terjadi perdarahn kemudian
dievaluasi apa penyebab dari
perdarahan tersebut
4. Masase fundus uteri. Masase
dilakukan di fundus uteri melalui
dinding depan abdomen dengan
gerakan sirkuler dengan penekanan
ke arah kaudal sampai terasa
kontraksi yang kuat. Bila kontraksi
telah baik, palpasi uterus dilakukan
setiap 15 menit dan untuk
meyakinkan bahwa uterus tidak
lembek setelah masase berhenti.
meskipun kualitas evidendence nya
lemah tetapi rekomendasi untuk
melakukan masase fundus uteri
adalah kuat.
5. Kompresi bimanual. Bila dengan
masase kontraksi uterus masih
lembek maka langkah kedua Anda
harus melakukan kompresi
bimanual. Satu tangan mengepal
berada di forniks anterior dan
tangan yang lain mengangkat dan
menekan korpus uteri ke arah
kaudal. Aksi ini dikerjakan
sampai kontraksi timbul dan
perdarahan berhenti .
6. Perdarahan yang tidak berhenti
setelah dilakukan kompresi
bimanual tahapan dengan tampon
kondom hal ini dilakukan karena
perdarahan terjadi karena atonia
uteri dan tidak terjadi rupture uteris
serta rupture jalan lahir sudah
tertangani. Pemasanagn tampon
sanagt efektif untuk menangani
perdarahan post partum.
7. Perdarahan yang terjadi pada saat
pasca salin dan setelah kala IV
penanganan berdarahan beberapa
kasus dilakukan transfuse darah
minimal 2 kolf untuk mengevaluasi
atau koreksi hipovolemi.
8. penanganan histerektomi pada
salah satu pasien untuk mengurangi
perdarahan dikarenakan setelah
dilakukan penanganan dengan
uterotonika serta kompresi tidak
bisa mengatasi perdarahan dan HB
pasien berlangsung turun sehingga
segera dilakukan histerektomi.

Anda mungkin juga menyukai