Resume Ppi KLP 5 Pert 5
Resume Ppi KLP 5 Pert 5
“Hakikat Kebenaran dan Sarana Berfikir Ilmiah serta Logika Berfikir dan
Penalaran”
Oleh:
Kelompok 5
SESI : 18 BKT 09
Dosen Pengampu :
2020
A. Hakekat Kebenaran dan Sarana Berfikir Ilmiah
1. Hakekat Kebenaran
a. Definisi Kebenaran
Kata “Kebenaran” dapat digunakan sebagai suatu kata benda
yang konkrit maupun abstrak. Menurut Purwadarminta kebenaran
mengandung beberapa arti, yakni:
1) Keadaan (hal dan sebagainya) yang benar (cocok dengan hal atau
keadaan yang sesungguhnya); misal, kebenaran ini masih saya
sangsikan; kita harus berani membela kebenaran dan keadilan.
2) Sesuatu yang benar (sungguh-sungghu ada, betul-betul demikian
halnya dan sebagainya); misal kebenaran-kebenaran yang
diajarkan oleh agama.
3) Kejujuran; kelurusan hati; misal tidak ada seorangpun sangsi akan
kebaikan dan kebenaran hatimu.
4) Selalu izin; perkenanan; misal, dengan kebenaran yang dipertuan.
5) Jalan kebetulan; misal, penjahat itu dapat dibekuk dengan secara
kebenaran saja.
Kebenaran itu sendiri dapat diperoleh melalui pengetahuan
indrawi, pengetahuan akal budi, pengetahuan intuitif, dan pengetahuan
kepercayaan atau pengetahuan otoritatif. Apa yang disebut benar oleh
seseorang belum tentu benar bagi orang lain. Oleh karena itu
diperlukan suatu ukuran atau kriteria kebenaran. Kriteria kebenaran
tersebut dapat diperoleh dengan cara melalui berpikir. Karena
berpikirlah yang dapat dijadikan sebagai alat untuk mendapatkan
pengetahuan.
b. Sifat Kebenaran
Kebenaran mempunyai sifat-sifat tertentu apabila dilihat dari
segi kualitas pengetahuannya. Secara kualitas ada empat macam
pengetahuan yaitu:
1) Pengetahuan biasa, pengetahuan ini mempunyai sifat subjektif.
Artinya amat terikat pada subjek yang mengenal.
2) Pengetahuan ilmiah, pengetahuan ini bersifat relatif. Artinya
kandungan kebenaran dari jenis pengetahuan ilmiah selalu
mendapatkan revisi yaitu selalu diperkaya oleh hasil penemuan
yang paling mutakhir.
3) Pengetahan filsafat, yaitu jenis pengetahuan yang pendekatannya
melalui metodologi pemikiran filsafat, yang sifatnya mendasa dan
menyekuruh dengan model pemikiran yang analitis, kritis, dan
spekulatif. Kebenaran ini bersifat absolut-intersubjektif.
4) Pengetahuan agama. Pengetahuan agama mempunyai sifat
dogmatis, artinya pernyataan dalam suatu agama selalu dihampiri
oleh keyakinan.
2) Falsifikasionis
Popper dalam memecahkan tujuan ilmu sebagai pencarian
kebenaran ia berpendapat bahwa ilmu tidak pernah mencapai
kebenaran, paling jauh ilmu hanya berusaha mendekat ke
kebenaran. Menurutnya teori-teori lama yang telah diganti adalah
salah bila dilihat dari teori-teori yang berlaku sekarang atau
mungkin kedua-duanya salah, sedangkan kita tidak pernah
mengetahui apakah teori sekarang itu benar. Yang ada hanyalah
teori sekarang lebih superior dibanding dengan teori yang telah
digantinya.
3) Relativisme
Relativisme berpandangan bahwa bobot suatu teori harus
dinilai relative dilihat dari penilaian individual atau grup yang
memandangnya. Feyerabend memandang ilmu sebagai sarana
suatu masyarakat mempertahankan diri, oleh karena itu kriteria
kebenaran ilmu antar masyarakat juga bervariasi karena setiap
masyarakat punya kebebasan untuk menentukan kriteria
kebenarannya.
4) Objektivisme
Apa yang diartikan sebagai “benar” ketika kita mengklaim
suatu pernyataan adalah sebagaimana yang Aristoteles artikan
yaitu ”sesuai dengan keadaan“: pernyataan benar adalah
“representasi atas objek” atau cermin atas itu. Tarski menekankan
teori kebenaran korespondensi sebagai landasan objektivitas ilmu,
karena suatu teori dituntut untuk memenuhi kesesuaian antara
pernyataan dengan fakta. Teori kebenaran yang diselamatkan
Tarski merupakan suatu teori yang memandang kebenaran
bersifat “objektif”, karena pernyataan yang benar melebihi dari
sekedar pengalaman yang bersifat subjektif. Ia juga “absolut”
karena tidak relatif terhadap suatu anggapan atau kepercayaan.
1) Filsafat Modern
Filsafat ini menyatakan bahwa kebanyakan dari
pernyataan dan pertanyaan ahli filsafat timbul dari kegagalan
mereka untuk menguasai logika bahasa.
2) Filsafat Analitik.
Bahasa bukan saja hanya sebagai alat bagi berpikir dan
berfilsafat tetapi juga sebagai bahan dasar dan dalam hal tertentu
merupakan hasil akhir dari filsafat.
b. Logika
Logika adalah jalan pikiran yang masuk akal (Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2003:680). Logika disebut juga sebagai penalaran.
Menurut Salam (1997:140) penalaran adalah suatu proses penemuan
kebenaran, dan setiap jenis penalaran memiliki kriteria kebenarannya
masing-masing. Ciri-ciri penalaran memiliki:
1) Pola berpikir yang disebut dengan logika,
2) Analitis dalam berpikir.
c. Matematika
1) Matematika sebagai Bahasa
Matematika adalah bahasa yang melambangkan
serangkaian makna dari serangkaian pertanyaan yang ingin kita
sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat artificial yang
baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya.
Matematika mempunyai kelebihan dibandingkan bahasa
verbal. Matematika mengembangkan bahasa numeric yang
memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran secara
kuantitatif. Dalam bahasa verbal, bila kita membandingkan dua
objek yang berlainan, umpamanya gajah dan semut maka kita
hanya bisa mengatakan gajah lebih besar dari semut. Jika kita ingin
mengetahui secara eksak berapa besar gajah bila dibandingkan
dengan semut, dengan bahasa verbal kita tidak dapat mengatakan
apa-apa.
Bahasa verbal hanya dapat menyatakan pernyataan yang
bersifat kualitatif. Matematika memungkinkan ilmu mengalami
perkembangan dari tahap kualitatif menjadi kuantitatif.
2) Matematika sebagai Sarana Berfikir Deduktif
Matematika merupakan ilmu deduktif. Nama ilmu deduktif
diperoleh karena penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi
tidak didasari atas engalaman seperti halnya yang terdapat di dalam
ilmu empiric, melainkan didasarkan atas deduksi-
deduksi(penjabaran-penjabaran).
Matematika merupakan pengetahuan dan saran berpikir
deduktif. Bahasa yang digunakan adalah bahasa artificial, yakni
bahasa buatan. Keistimewaan bahasa ini adalah terbebas dari aspek
emotif dan afektif serta jelas kelihatan bentuk hubungannya.
Matematika lebih mementingkan bentuk logisnya. Pertanyaan-
pertanyaannya mempunyai sifat yang sangat jelas. Pola berfikir
deduktif banyak digunakan baik dalam bidang ilmiah maupun
bidang lain yang merupakan proses pengambilan kesimpulan yang
berdasarkan kepada premis-premis yang kebenarannya telah
ditentukan. Misalnya : jika diketahui A termasuk dalam lingkungan
B, sedangkan B tidak ada hubungan dengan C, maka A tidak ada
hubungan dengan C.
Kebenaran kesimpulan di atas ditentukan bagaimana
hubungan antara dua pernyataan sebelumnya. Pola penalaran ini
tampaknya akan lebih jelas lagi jika dinyatakan dengan bahasa
simbolik sebagai berikut : ( A C B ) ˄ (BϕC) →(AϕB). Dengan
contoh ini matematika bukan saja menyampaikan informasi
secarajelas namun juga singkat.
d. Statistik
1) Pengertian
Secara etimologi, kata “statistic” berasal dari katastatus
(bahasa latin) yang mempunyai arti dengan kata state (bahasa
Inggris) yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan negara. Ilmu
statistic adalah ilmu pengetahuan yang membahas dan
memperkembangkan prinsip-prinsip, metode dan prosedur yang
perlu ditempuh. Statistika merupakan sekumpulan metode untuk
membuat keputusan yang bijaksana dalam keadaan yang tak
menentu.
b) Hipotesis
Statistika membantu dalam mengklasifikasikan,
mengikhtisarkan, dan menyajikan hasil observasi dalam
bentuk yang dapat dipahami dan memudahkan dalam
mengembangkan hipotesis.
c) Ramalan
Dari hipotesis dikembangkanlah deduksi. Jika teori
yang dikemukakan itu memenuhi syarat deduksi akan
merupakan sesuatu pengetahuan baru, yang belum diketahui
sebelumnya secara empiris, tetapi dideduksikan dari teori.
d) Kebenaran
Mulai dari tahap ini, keseluruhan tahap-tahap
sebelumnya berulang seperti siklus. Jika teorinya didukung
oleh sebuah data, teori tersebut mengalami pengujian dengan
lebih berat, dangan jalan membuat ramalan yang lebih
spesifik dan mempunyai jangkauan yang lebih jauh, dimana
ramalan ini kebenarannya diuji kembali sampai akhirnya
ilmuan tersebut menemukan beberapa penyimpangan yang
memerlukan beberapa perubahan dalam teotinya.
Ada dua cara berpikir yang dapat kita gunakan untuk mendapatkan
pengetahuan baru yang benar, yaitu melalui metode induktif dan deduktif.
1. Induktif
Adalah cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat
umum dari kasus-kasus yang bersifat individual. Penalaran ini dimulai
dari kenyataan-kenyataan yang bersifat khusus dan terbatas diakhiri
dengan pernyataan yang bersifat umum. Seperti :
Besi dipanaskan memuai
Seng dipanaskan memuai
Emas dipanaskan memuai
Timah dipanaskan memuai
Platina dipanaskan memuai
Jadi : semua logam jika dipanaskan memuai
Cara penalaran ini mempunyai dua keuntungan.
a. Kita dapat berpikir secara ekonomis.
Meskipun eksperimen kita terbatas pada beberapa kasus
individual, kita bisa mendapatkan pengetahuan yang lebih umum
tidak sekedar kasusu yang menjadi dasar pemikiran kita. Untuk
mendapatkan pengetahuan bahwa semua logam dipanaskan memuai,
kita tidak usah meneliti setiap logam, tetapi cukup sebahagian saja.
2. Deduktif
Adalah cara berpikir dari pernyataan yang bersifat umum menuju
kesimpulan yang bersifat khusus.
Seperti :
Semua logam bila dipanaskan memuai
Tembaga adalah logam
Jadi, tembaga bila dipanaskan memuai
Sumber Rujukan
Zalaghi, Hasan. 2016. Asian Journal of Finance & Accounting. Vol. 8, No. 1,
(Online),
(https://www.researchgate.net/publication/294872064_The_Role_of_Dedu
ctive_and_Inductive_Reasoning_in_Accounting_Research_and_Standard
_Setting, diakses pada 28 September 2020).