Anda di halaman 1dari 16

RESUME PENELITIAN PENDIDIKAN I

“Hakikat Kebenaran dan Sarana Berfikir Ilmiah serta Logika Berfikir dan
Penalaran”

Oleh:

Kelompok 5

1. Dela Anisa (18129236)


2. Elfia Fitri Indrianis (18129056)
3. Rohimatu Sholeha (18129207)
4. Zyelya Zefra Ayunda (18129151)

SESI : 18 BKT 09

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. Yalvema Miaz M.A.,Ph,D

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
A. Hakekat Kebenaran dan Sarana Berfikir Ilmiah
1. Hakekat Kebenaran
a. Definisi Kebenaran
Kata “Kebenaran” dapat digunakan sebagai suatu kata benda
yang konkrit maupun abstrak. Menurut Purwadarminta kebenaran
mengandung beberapa arti, yakni:
1) Keadaan (hal dan sebagainya) yang benar (cocok dengan hal atau
keadaan yang sesungguhnya); misal, kebenaran ini masih saya
sangsikan; kita harus berani membela kebenaran dan keadilan.
2) Sesuatu yang benar (sungguh-sungghu ada, betul-betul demikian
halnya dan sebagainya); misal kebenaran-kebenaran yang
diajarkan oleh agama.
3) Kejujuran; kelurusan hati; misal tidak ada seorangpun sangsi akan
kebaikan dan kebenaran hatimu.
4) Selalu izin; perkenanan; misal, dengan kebenaran yang dipertuan.
5) Jalan kebetulan; misal, penjahat itu dapat dibekuk dengan secara
kebenaran saja.
Kebenaran itu sendiri dapat diperoleh melalui pengetahuan
indrawi, pengetahuan akal budi, pengetahuan intuitif, dan pengetahuan
kepercayaan atau pengetahuan otoritatif. Apa yang disebut benar oleh
seseorang belum tentu benar bagi orang lain. Oleh karena itu
diperlukan suatu ukuran atau kriteria kebenaran. Kriteria kebenaran
tersebut dapat diperoleh dengan cara melalui berpikir. Karena
berpikirlah yang dapat dijadikan sebagai alat untuk mendapatkan
pengetahuan.

b. Sifat Kebenaran
Kebenaran mempunyai sifat-sifat tertentu apabila dilihat dari
segi kualitas pengetahuannya. Secara kualitas ada empat macam
pengetahuan yaitu:
1) Pengetahuan biasa, pengetahuan ini mempunyai sifat subjektif.
Artinya amat terikat pada subjek yang mengenal.
2) Pengetahuan ilmiah, pengetahuan ini bersifat relatif. Artinya
kandungan kebenaran dari jenis pengetahuan ilmiah selalu
mendapatkan revisi yaitu selalu diperkaya oleh hasil penemuan
yang paling mutakhir.
3) Pengetahan filsafat, yaitu jenis pengetahuan yang pendekatannya
melalui metodologi pemikiran filsafat, yang sifatnya mendasa dan
menyekuruh dengan model pemikiran yang analitis, kritis, dan
spekulatif. Kebenaran ini bersifat absolut-intersubjektif.
4) Pengetahuan agama. Pengetahuan agama mempunyai sifat
dogmatis, artinya pernyataan dalam suatu agama selalu dihampiri
oleh keyakinan.

Kebenaran mempunyai banyak aspek, dan bahkan bersama


ilmu dapat didekati secara terpilah dan hasil yang bervariasi atas objek
yang sama. Popper memandang teori adalah sebagai hasil imajinasi
manusia, validitasnya tergantung pada persetujuan antara konsekuensi
dan fakta observasi. Berikut adalah sifat-sifat kebenaran:
1) Evolusionisme
Suatu teori adalah tidak pernah benar dalam pengertian
sempurna, paling bagus hanya berusaha menuju ke kebenaran.
Thomas Kuhn berpandangan bahwa kemajuan ilmu tidaklah
bergerak menuju ke kebenaran, jadi hanya berkembang. Sejalan
dengan itu Pranarka melihat ilmu selalu dalam proses evolusi
apakah berkembang ke arah kemajuan ataukah kemunduran,
karena ilmu merupakan hasil aktivitas manusia yang selalu
berkembang dari zaman ke zaman.

2) Falsifikasionis
Popper dalam memecahkan tujuan ilmu sebagai pencarian
kebenaran ia berpendapat bahwa ilmu tidak pernah mencapai
kebenaran, paling jauh ilmu hanya berusaha mendekat ke
kebenaran. Menurutnya teori-teori lama yang telah diganti adalah
salah bila dilihat dari teori-teori yang berlaku sekarang atau
mungkin kedua-duanya salah, sedangkan kita tidak pernah
mengetahui apakah teori sekarang itu benar. Yang ada hanyalah
teori sekarang lebih superior dibanding dengan teori yang telah
digantinya.

3) Relativisme
Relativisme berpandangan bahwa bobot suatu teori harus
dinilai relative dilihat dari penilaian individual atau grup yang
memandangnya. Feyerabend memandang ilmu sebagai sarana
suatu masyarakat mempertahankan diri, oleh karena itu kriteria
kebenaran ilmu antar masyarakat juga bervariasi karena setiap
masyarakat punya kebebasan untuk menentukan kriteria
kebenarannya.

4) Objektivisme
Apa yang diartikan sebagai “benar” ketika kita mengklaim
suatu pernyataan adalah sebagaimana yang Aristoteles artikan
yaitu ”sesuai dengan keadaan“: pernyataan benar adalah
“representasi atas objek” atau cermin atas itu. Tarski menekankan
teori kebenaran korespondensi sebagai landasan objektivitas ilmu,
karena suatu teori dituntut untuk memenuhi kesesuaian antara
pernyataan dengan fakta. Teori kebenaran yang diselamatkan
Tarski merupakan suatu teori yang memandang kebenaran
bersifat “objektif”, karena pernyataan yang benar melebihi dari
sekedar pengalaman yang bersifat subjektif. Ia juga “absolut”
karena tidak relatif terhadap suatu anggapan atau kepercayaan.

c. Cara Penemuan Kebenaran


Cara untuk menemukan kebenaran berbeda-beda. Dari
berbagai cara untuk menemukan kebenaran dapat dilihat cara yang
ilmiah dan yang nonilmiah. Cara untuk menemukan kebenaran
sebagaimana diuraikan oleh Hartono Kasmadi, dkk., sebagai berikut :
1) Penemuan secara Kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan adalah penemuan
yang berlangsung tanpa disengaja. Cara ini tidak dapat diterima
dalam metode keilmuan untuk menggali pengetahuan atau ilmu.

2) Penemuan ‘Coba dan Ralat’ (Trial and Eror)


Penemuan coba dan ralat terjadi tanpa adanya kepastian
akan berhasil atau tidak berhasil kebenaran yang dicari.
Penemuan ini mengandung unsur spekulatif atau ‘untung-
untungan’. Cara coba dan ralat ini pun tidak dapat diterima
sebagai cara ilmiah dalam usaha untuk mengungkapkan
kebenaran.

3) Penemuan Melalui Otoritas atau Kewibawaan


Pendapat orang-orang yang memiliki kewibawaan,
misalnya orang-orang yang mempunyai kedudukan dan
kekuasaan sering diterima sebagai kebenaran meskipun pendapat
itu tidak didasarkan pada pembuktian ilmiah.

4) Penemuan Kebenaran Lewat Cara Berpikir Kritis dan Rasional


Dalam menghadapi masalah, manusia berusaha
menganalisisnya berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang
dimiliki untuk sampai pada pemecahan yang tepat.

5) Penemuan Kebenaran melalui Penelitian Ilimah


Cara mencari kebenaran yang dipandang ilmiah ialah yang
dilakukan melalui penelitian. Penelitian adalah penyaluran hasrat
ingin tahu pada manusia dalam taraf keilmuan

2. Sarana Berfikir Ilmiah


Sarana berfikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan
ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh tanpa penguasaan
sarana berpikir ilmiah kita tidak akan dapat melaksanakan kegiatan
berpikir ilmiah yang baik. Mempunyai metode tersendiri yang berbeda
dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuannya sebab fungsi
sarana berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah.

Sarana berpikir ilmiah ini, dalam proses pendidikan kita,


merupakan bidang studi tersendiri. Artinya kita mempelajari sarana
berpikir ilmiah ini seperti kita mempelajari berbagai cabang ilmu. Dalam
hal ini kita harus memperhatikan dua hal. Pertama, sarana ilmiah bukan
merupakan ilmu dalam pengertian bahwa sarana ilmiah itu merupakan
kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah.
Seperti diketahui salah satu karakteristik dari ilmu umpamanya adalah
penggunaan berpikir induktif dan deduktif dalam mendapatkan
pengetahuan. Sarana berpikir ilmiah tidak mempergunakan cara ini dalam
mendapatkan pengetahuannya. Secara lebih tuntas dapat dikatakan bahwa
sarana berpikir ilmiah mempunyai metode tersendiri dalam mendapatkan
pengetahuannya yang berbeda dengan metode ilmiah.

Tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah untuk


memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan
tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan
yang memungkinkan kita untuk bisa memecahkan masalah kita sehari-
hari. Dalam hal ini maka sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi
cabang-cabang pengetahuan untuk mengembangkan materi
pengetahuannya berdasarkan metode ilmiah. Atau secara lebih sederhana
sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi metode ilmiah dalam
melakukan fungsinya secara baik. Jelaslah sekarang kiranya mengapa
sarana berpikir ilmiah mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan
metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuannya, sebab fungsi sarana
ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah, dan bukan merupakan ilmu
itu sendiri.

Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik


maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika, dan
statistika. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam
seluruh proses berpikir ilmiah di mana bahasa merupakan alat berpikir dan
alat berkomunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada
orang lain. Ditinjau dari pola berpikirnya maka ilmu merupakan gabungan
antara berpikir deduktif dan berpikir induktif. Untuk itu maka penalaran
ilmiah menyadarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika
induktif.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dari sarana berpikir ilmiah adalah:


a. Sarana berpikir ilmiah bukanlah ilmu, melainkan kumpulan
pengetahuan yang didapatkan berdasarkan  metode ilmiah.
b. Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk memungkinkan kita
melakukan penelaahan ilmiah secara baik.

Adapun sarana berpikir ilmiah adalah: bahasa, logika, matematika


dan statistika. Keempat sarana berpikir ilmiah ini sangat berperan dalam
pembentukan ilmu yang baru. Syarat suatu ilmu adalah bila ilmu itu sesuai
dengan pengetahuannya dan sesuai dengan kenyataannya, atau dengan
kata lain suatu ilmu itu berada di dunia empiris dan dunia rasional, seperti
yang tertera pada bagan 1. Andaikan ilmu itu bergerak dari khasanah ilmu
yang berada di dunia rasional, kemudian ilmu itu mengalami proses
deduksi. Dalam proses deduksi ini, sarana berpikir ilmiah yang berperan
adalah logika dan matematika.
Di sini teori-teori  yang ada dapat dikaitkan dengan fenomena-
fenomena sehingga terjadilah hipotesis atau dugaan, dalam hal ini disebut
sebagai ramalan. Ramalan  ini perlu diuji melalui tahapan pengujian.
Tahapan pengujian dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah. Dalam
proses pengujian dilakukan pengumpulan fakta-fakta di lapangan atau di
dunia empiris. Selanjutnya, dilakukan pengujian dengan berbantuan sarana
berpikir ilmiah statistika, sehingga terjadi proses induksi untuk mendapat
kasanah ilmu yang lain. Proses ini akan berulang terus, sehingga ilmu
tersebut selalu berkembang untuk mendapatkan ilmu yang baru atau ilmu
yang lain. Proses perkembangan ilmu ini berbentuk siklus yang dapat
dilihat pada bagan 1 berikut.
a. Bahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi yang  dicirikan sebagai;
1) Serangkaian bunyi yang digunakan sebagai alat komunikasi;
2) Lambang dari serangkaian bunyi yang membentuk arti tertentu.
Dengan bahasa manusia dapat mengkomunikasikan segenap
pengalaman dan pemikiran mereka. Pengalaman dan pemikiran yang
berkembang membuat bahasa pun ikut berkembang. Secara umum
bahasa dibedakan atas dua kelompok, yaitu bahasa verbal dan bahasa
matematika. Bahasa Verbal yaitu bahasa yang berlaku untuk kalangan
tertentu yang mengerti bahasa tersebut (tidak berlaku umum)
sedangkan bahasa matematik yaitu bahasa yang berlaku untuk semua
kalangan. Kemampuan berbahasa adalah salah satu keunikan manusia.
Bahasa diperlukan manusia atau berfungsi sebagai:
1) Alat komunikasi atau fungsi komunikatif,
2) Alat budaya yang mempersatukan manusia yang menggunakan
bahasa tersebut atau fungsi kohesif.
Kegunaan Bahasa :
1. Membuat manusia berpikir dengan baik
2. Berkomunikasi dengan baik
3. Berpikir secara abstrak

Di dalam fungsi komunikatif  bahasa terdapat tiga unsur


bahasa, yang digunakan untuk menyampaikan: perasaan (unsur
emotif), sikap (unsur afektif) dan buah pikiran (unsur penalaran).
Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh ketiga unsur bahasa ini.
Perkembangan ilmu dipengaruhi oleh fungsi penalaran dan
komunikasi bebas dari pengaruh unsur emotif. Sedangkan
perkembangan seni dipengaruhi oleh unsur emotif dan afektif.

Syarat komunikasi ilmiah adalah :


1. bahasa harus bebas emotif
2. reproduktif, artinya komunikasinya dapat dimengerti oleh yang
menerima.

Kekurangan bahasa sebagai sarana berfikir ilmiah terletak pada:


1) Peranan bahasa yang multifungsi, artinya kommunikasi ilmiah
hanya menginginkan penyampaian buah pikiran/penalaran saja,
sedangkan bahasa verbal harus mengandung unsur emotif, afektif
dan simbolik.
2) Arti yang tidak jelas dan eksak yang dikandung oleh kata-kata
yang membangun bahasa.
3) Konotasi yang bersifat emosional.

 Aliran-aliran dalam filsafat bahasa:

1) Filsafat Modern
Filsafat ini menyatakan bahwa kebanyakan dari
pernyataan dan pertanyaan ahli filsafat timbul dari kegagalan
mereka untuk menguasai logika bahasa.
2) Filsafat Analitik.
Bahasa bukan saja hanya sebagai alat bagi berpikir dan
berfilsafat tetapi juga sebagai bahan dasar dan dalam hal tertentu
merupakan hasil akhir dari filsafat.

b. Logika
Logika adalah jalan pikiran yang masuk akal (Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2003:680). Logika disebut juga sebagai penalaran.
Menurut Salam (1997:140) penalaran adalah suatu proses penemuan
kebenaran, dan setiap jenis penalaran memiliki kriteria kebenarannya
masing-masing. Ciri-ciri penalaran memiliki:
1) Pola berpikir yang disebut dengan logika,
2) Analitis dalam berpikir.

c. Matematika
1) Matematika sebagai Bahasa
Matematika adalah bahasa yang melambangkan
serangkaian makna dari serangkaian pertanyaan yang ingin kita
sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat artificial yang
baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya.
Matematika mempunyai kelebihan dibandingkan bahasa
verbal. Matematika mengembangkan bahasa numeric yang
memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran secara
kuantitatif. Dalam bahasa verbal, bila kita membandingkan dua
objek yang berlainan, umpamanya gajah dan semut maka kita
hanya bisa mengatakan gajah lebih besar dari semut. Jika kita ingin
mengetahui secara eksak berapa besar gajah bila dibandingkan
dengan semut, dengan bahasa verbal kita tidak dapat mengatakan
apa-apa.
Bahasa verbal hanya dapat menyatakan pernyataan yang
bersifat kualitatif. Matematika memungkinkan ilmu mengalami
perkembangan dari tahap kualitatif menjadi kuantitatif.
2) Matematika sebagai Sarana Berfikir Deduktif
Matematika merupakan ilmu deduktif. Nama ilmu deduktif
diperoleh karena penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi
tidak didasari atas engalaman seperti halnya yang terdapat di dalam
ilmu empiric, melainkan didasarkan atas deduksi-
deduksi(penjabaran-penjabaran).
Matematika merupakan pengetahuan dan saran berpikir
deduktif. Bahasa yang digunakan adalah bahasa artificial, yakni
bahasa buatan. Keistimewaan bahasa ini adalah terbebas dari aspek
emotif dan afektif serta jelas kelihatan bentuk hubungannya.
Matematika lebih mementingkan bentuk logisnya. Pertanyaan-
pertanyaannya mempunyai sifat yang sangat jelas. Pola berfikir
deduktif banyak digunakan baik dalam bidang ilmiah maupun
bidang lain yang merupakan proses pengambilan kesimpulan yang
berdasarkan kepada premis-premis yang kebenarannya telah
ditentukan. Misalnya : jika diketahui A termasuk dalam lingkungan
B, sedangkan B tidak ada hubungan dengan C, maka A tidak ada
hubungan dengan C.
Kebenaran kesimpulan di atas ditentukan bagaimana
hubungan antara dua pernyataan sebelumnya. Pola penalaran ini
tampaknya akan lebih jelas lagi jika dinyatakan dengan bahasa
simbolik sebagai berikut : ( A C B ) ˄ (BϕC) →(AϕB). Dengan
contoh ini matematika bukan saja menyampaikan informasi
secarajelas namun juga singkat.

3) Matematika sebagai Ilmu Alam dan Ilmu Sosial


Dalam perkembangan ilmu pengetahuan alam, matematika
memberikan kontribusi yang cukup besar. Kontribusi matematika
dalam perkembangan ilmu alam, lebih ditandai dengan penggunaan
lambing-lambang bilangan untuk penghitungan dan pengukuran,
disamping hal lain seperti bahasa, metode, dan lainnya.
Berbeda dengan ilmu sosial yang memiliki objek
penelaahan yang berulang-ulang, maka kontribusi matematika tidak
pada mengutamakan lambang-lambang bilangan.

d. Statistik
1) Pengertian
Secara etimologi, kata “statistic” berasal dari katastatus
(bahasa latin) yang mempunyai arti dengan kata state (bahasa
Inggris) yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan negara. Ilmu
statistic adalah ilmu pengetahuan yang membahas dan
memperkembangkan prinsip-prinsip, metode dan prosedur yang
perlu ditempuh. Statistika merupakan sekumpulan metode untuk
membuat keputusan yang bijaksana dalam keadaan yang tak
menentu.

2) Hubungan antara Sarana Ilmiah Bahasa, Logika,


Matematika dan Statistika
Ditinjau dari pola berpikirnya, maka ilmu merupakan
gabungan antara berpikir deduktif dan induktif. Untuk itu,
penalaran ilmiah menyadarkan diri kepada proses logika deduktif
dan logika induktif. Matematika mempunyai peran penting dalam
berpikir deduktif, sedangkan statistika mempunyai peran penting
dalam berpikir induktif. Jadi keempat sarana ilmiah ini saling
berhubungan erat satu sama lain.
Bahasa merupakan sarana komunikasi, maka segala sesuatu
yang berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa,
seperti berpikir sistematis dalam menggapai ilmu dan
pengetahuan.

3) Statistik adalah Cara Berfikir Induktif


Ilmu secara sederhana dapat didefinisikan sebagai
pengetahuan yang telah teruji kebenarannya. Semua pernyataan
ilmiah adalah sesuai faktual, di mana konsekuensinya dapat diuji
baik dengan jalan mempergunakan pancaindera, maupun dengan
alat-alat yang membantu pancaindra tersebut.
Kesimpulan yang ditarik dalam penalaran deduktif adalah
benar jika premis-premis yang dipergunakan adalah benar dan
prosedur penarikan kesimpulannya adalah sah. Sedangkan dalam
penalaran induktif meskipun premis-premisnya adalah benar dan
prosedur penarikan kesimpulan adalah sah, maka kesimpulan itu
belum tentu benar. Tapi kesimpulan itu memiliki peluang untuk
benar.
Statistik merupakan sarana berpikir yang diperlukan untuk
memproses pengetahuan secara ilmiah. Sebagai bagian dari
perangkat metode ilmiah, statistika membantu kita untuk
melakukan generalisasi dan menyimpulkan karakteristik suatu
kejadian secara lebih pasti dan bukan terjadi secara kebetulan.

4) Peranan Statistika dalam Tahap-tahap Metode Keilmuan


a) Observasi
Statistika dapat mengungkapkan secara terperinci
tentang analisis mana yang akan dipakai dalam observasi dan
tafsiran apa yang akan dihasilkan dari observasi tersebut.

b) Hipotesis
Statistika membantu dalam mengklasifikasikan,
mengikhtisarkan, dan menyajikan hasil observasi dalam
bentuk yang dapat dipahami dan memudahkan dalam
mengembangkan hipotesis.

c) Ramalan
Dari hipotesis dikembangkanlah deduksi. Jika teori
yang dikemukakan itu memenuhi syarat deduksi akan
merupakan sesuatu pengetahuan baru, yang belum diketahui
sebelumnya secara empiris, tetapi dideduksikan dari teori.

d) Kebenaran
Mulai dari tahap ini, keseluruhan tahap-tahap
sebelumnya berulang seperti siklus. Jika teorinya didukung
oleh sebuah data, teori tersebut mengalami pengujian dengan
lebih berat, dangan jalan membuat ramalan yang lebih
spesifik dan mempunyai jangkauan yang lebih jauh, dimana
ramalan ini kebenarannya diuji kembali sampai akhirnya
ilmuan tersebut menemukan beberapa penyimpangan yang
memerlukan beberapa perubahan dalam teotinya.

B. Logika Berfikir dan Penalaran


Logika adalah bahasa latin Logos yang berarti perkataan atau sabda.
Dalam bahasa arab yaitu Mantiq diambil dari kata kerja nataqa yang berarti
berkata atau berucap. Menurut Irving M. Copi menyatakan Logika adalah
ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk
membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah.

Ada dua cara berpikir yang dapat kita gunakan untuk mendapatkan
pengetahuan baru yang benar, yaitu melalui metode induktif dan deduktif.
1. Induktif
Adalah cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat
umum dari kasus-kasus yang bersifat individual. Penalaran ini dimulai
dari kenyataan-kenyataan yang bersifat khusus dan terbatas diakhiri
dengan pernyataan yang bersifat umum. Seperti :
Besi dipanaskan memuai
Seng dipanaskan memuai
Emas dipanaskan memuai
Timah dipanaskan memuai
Platina dipanaskan memuai
Jadi : semua logam jika dipanaskan memuai
Cara penalaran ini mempunyai dua keuntungan.
a. Kita dapat berpikir secara ekonomis.
Meskipun eksperimen kita terbatas pada beberapa kasus
individual, kita bisa mendapatkan pengetahuan yang lebih umum
tidak sekedar kasusu yang menjadi dasar pemikiran kita. Untuk
mendapatkan pengetahuan bahwa semua logam dipanaskan memuai,
kita tidak usah meneliti setiap logam, tetapi cukup sebahagian saja.

b. Pernyataan yang dihasilkan melalui cara berpikir induksi tadi


memungkinkan proses penalaran selanjutnya, baik secara induktif
maupun secara deduktif. Secara induktif kita dapat menyimpulkan
pernyataan tadi kepada pernyataan yang lebih umum lagi.
Melanjutkan contoh tadi dari pernyataan “semua logam jika
dipanaskan memuai”, dapat ditarik kesimpulan bahwa semua benda
memuai bila dipanaskan.

2. Deduktif
Adalah cara berpikir dari pernyataan yang bersifat umum menuju
kesimpulan yang bersifat khusus.
Seperti :
Semua logam bila dipanaskan memuai
Tembaga adalah logam
Jadi, tembaga bila dipanaskan memuai

Dengan penalaran induktif kita mendapat pengetahuan bahwa


semua logam bila dipanaskan memuai. Dengan penalaran deduktif kita
mendapat pengetahuan yang terpercaya, bahwa tembaga bila dipanaskan
memuai, meskipun pengetahuan ini kita dapatkan tidak melalui penelitian
lebih dahulu. Inilah keuntungan cara berpikir deduktif.
Jadi antara penalaran induktif dan deduktif mempunyai hubungan
yang sangat erat. Mula-mula orang menggunakan penalaran induktif
untuk mendapatkan pernyataan yang bersifat umum. Pernyataan umum
ini menjadi dasar pemikiran deduktif. Dengan deduktif kita dapat
memperoleh pengetahuan baru yang dicakup oleh pernyataan
induktifnya.

Sumber Rujukan

Bakhtiar, Amsal. 2011. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktinya.


Jakarta: Bumi Aksara.

Sukardi. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Zalaghi, Hasan. 2016. Asian Journal of Finance & Accounting. Vol. 8, No. 1,
(Online),
(https://www.researchgate.net/publication/294872064_The_Role_of_Dedu
ctive_and_Inductive_Reasoning_in_Accounting_Research_and_Standard
_Setting, diakses pada 28 September 2020).

Anda mungkin juga menyukai