Polip Nasi
Polip Nasi
POLIP NASI
Disusun Sebagai Tugas Mengikuti kepanitraan Klinik Stase (KKS) THT
Rumah Sakit Haji Medan Sumatra Utara
Oleh :
Pembimbing :
dr. Amran S , Sp. THT-KL
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas Paper ini guna memenuhi persyaratan kapaniteraan klinik senior di bagian
psikiartri Rumah Sakit Haji Medan dengan judul “Polip Nasi”
Shalawat dan salam tetap terlafatkan kepada Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa kita ke zaman yang
penuh ilmu pengetahuan, beliau adalah figur yang senantiasa menjadi contoh suri
tauladan yang baik bagi penulis untuk menuju ridho Allah SWT.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen
pembimbing KKS dibagian THT yaitu “dr. Amran S , Sp.THT-KL” .
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Papermasih terdapat banyak
kekurangan baik dalam cara penulisan maupun penyajian materi. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sehingga
bermanfaat dalam penulisan paperselanjutnya.Semoga paper ini bermanfaat bagi
pembaca dan terutama bagi penulis.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 3
2.1 AnatomiHidung.......................................................................... 3
2.2 DefinisiHidung.......................................................................... 7
2.3 DefinisiPolipSinonasal............................................................... 7
2.4 Etiologi …….............................................................................. 8
2.5 Patofisiologi................................................................................ 8
2.6 Patogenesis,,,,,............................................................................ 9
2.7 GejalaKlinis ............................................................................ 11
2.8 KlasifikasiPolip......................................................................... 11
2.9 Stadium Polip............................................................................. 12
2.10 PemeriksaanFisik....................................................................... 12
2.11 PemeriksaanPenunjang.............................................................. 12
2.12 Komplikasi….............................................................................. 14
2.13 Penatalaksanaan.......................................................................... 14
2.14 Pencegahan................................................................................. 17
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Hidung merupakan organ yang penting dengan beberapa fungsi, antara lain:
sebagai indrapenghidu, menyiapkan udara inhalasi agar dapat digunakan paru-
paru, memengaruhi reflex tertentu pada paru paru,dan memodifikasi bicara.
Kesehatan hidung kurang mendapat perhatian dari masyarakat. Masyarakat
sering kali tidak menyadari gangguan fungsi hidung yang menyebabkan
kehilangan kemampuan penghidu, hidung tersumbat, nyeri, dan
perdarahan.Gangguan-gangguan yang seringtimbul di hidung antara lain rhinitis
alergi maupun vasomotor, deviasi septum, danpolip hidung.
Polip nasi merupakan suatu imflamasi kronik pada membran mukosa
hidung dan sinus paranasal.Bentuk polip berupa bisa bulat atau lonjong dengan
permukaan licin dan warnanya translusen/keabu-abuan seperti agar agar.Ahli
menyebutkan bahwa poli pada lah penonjolan mukosa rongga hidung yang
panjang bertangkai dan merupakan pseudo tumor.Polip dapat timbul pada laki-
laki atau pun perempuan, dari usia anak anak hingga usia lanjut.1Prevalensi
penderita polip nasi belum diketahui pasti karena hanya sedikit laporan dari hasil
studi epidemiologi serta tergantung pada pemilihan populasi penelitian dan
metode diagnostik yang digunakan. Prevalensi polip nasi dilaporkan 1-2% pada
orang dewasa di Eropadan 4,2% di Finlandia.
Di Amerika Serikat prevalensi polip nasi diperkirakan antara 1-4%.Pada
anak-anak sangat jarang ditemukan dan dilaporkan hanya sekitar 0,1%. Penelitian
Larsen dan Tos di Denmark memperkirakan insidensi polip nasi sebesar 0,627 per
1000 orang per tahun. Di Indonesia studi epidemiologi menunjukkan bahwa
perbandingan pria dan wanita 2-3:1 den gan prevalensi 0,2%-4,3%.Polip hidung
merupakan penyakit multi faktorial, mulai dari infeksi, inflamasi non infeksi,
kelainan anatomis, serta abnormalitas genetik. Banyak teori yang mengarahkan
polip ini sebagai manifestasi dari inflamasikronis, oleh Karena itu,tiap kondisi
2
yang menyebabkan adanya inflamasi kronis pada rongga hidung dapat menjadi
factor predisposisi polip. Kondisi kondisi ini seperti rhinitis alergi atau pun non
alergi, sinusitis, intoleransi aspirin, asma, Churg-strauss syndrome, cystic fibrosis,
katagener syndrome, dan Young syndrome.
Septum nasi memiliki banyak fungsi, termasuk memisahkan aliran udara
nasal menjadi dua ruang yang berbeda, menyokong dorsum nasi, dan
mempertahankan bentuk kolumela dan tip. Deviasi traumatik atau abnormalitas
bentuk dari septum nasi dapat menyebabkan obstruksi aliran udara hidung dan
deformitas kosmetik. Aliran udara yang sedikit dapat menyebabkan gangguan
penciuman, gangguan humidifikasi dan filter udara, dan menurunkan aliran
oksigen yang masuk ke paru-paru. Deviasi septum anatomikal juga dapat
menyebabkan penyakit sinus kronis. Deviasi septum nasi merupakan penyebab
obstruksi nasi yang paling sering ditemukan.
Bentuk septum yang normal ialah lurus di tengah rongga hidung tetapi
pada orang dewasa biasanya septum nasi tidak lurus sempurna di garis tengah.
Deviasi septum yang ringan tidak akan mengganggu, akan tetapi bila deviasi itu
cukup berat, menyebabkan penyempitasn pada satu sisi rongga hidung. Dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kanan dan kiri. Lubang masuk kavum nasi bagian depan disebut nares anterior
dan lubang belakang disebut nares posterior (koana) yang menghubungkan kavum
nasi dengan nasofaring.4
Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepat di
belakang nares anterior, disebut vestibulum. Vestibulum ini dilapisi oleh kulit
yang mempunyai banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang
disebtu vibrise. Tiap kavum nasi memiliki empat buah dinding, yaitu dinding
medial, lateral, inferior, dan superior.4
Pada dinding lateral terdapat tiga buah konka, yaitu konka superior, konka
media, dan konka inferior. Di antara konka-konka dan dinding lateral hidnung
terdapat rongga sempit yang disebut meatur. Terdapat tiga meatus, yaitu meatus
inferior, media, dan superior. Meatus inferior terletak di antara konka inferior dan
dasar hidung dan dinding lateral rongga hidung. Pada meatus inferior terdapat
muara (ostium) duktus nasolakrimalis. Meatus medius terletak di antara konka
media dan dinding lateral rongga hidung. Pada meatus medius terdapat muara
sinus frontalis, sinus maksilaris, dan sinus etmoid anterior. Pada meatus superior
yang merupakan ruang di antara konka superior dan konka media terdapat muara
sinus etmoid posterior dan sinus sfenoid.4
5
Dinding medial hidung adalah septum nasi. Septum dibentuk oleh tulang dan
tulang rawan. Bagian tulang adalah lamina perpendikularis os etmoid, vomer,
krista nasalis os maksila, dan krista nasalis os palatina. Bagian tulang rawan
adalah kartilago septum (lamina kuadrangularis), dan kolumela.4
Septum dilapisi oleh perikondrium pada bagian tulang rawan dan
periosteum pada bagian tulang, sedangkan di luarnya dilapisi oleh mukosa
hidung.4
Dinding inferior merupakan dasar rongga hidung dan dibentuk oleh os
maksila dan os palatum. Dinding superior atau atap hidung sangat sempit dan
dibentuk oleh lamina kribiformis, yang memisahkan rongga tengkorak dengan
rongga hidung.4
Bagian depan dan atas rongga hidung mendapatkan persarafan sensoris
dari nervus etmoidalis anterior, yang merupakan cabang dari nervus nasosiliaris
yang berasal dari nervus oftalmikus. Rongga hidung lainnya, sebagian besar
mendapat persarafan sensoris dari nervus maksila melaui ganglion sfenopalatina.
Ganglion sfenopalatina selain memberikan persarafan sensoris juga memberikan
persarafan autonom untuk mukosa hidung. Ganglion ini menerima serabut saraf
sensorius dari nervus maksila, serabut parasimpatis dari nervus petrosus
superfisial mayor dan serabut saraf simpatis dari nervus petrosus profundus.
Ganglion sfenopalatina terletak di belakang dan sedikit di atas ujung posterior
konka media.4
Fungsi penghidu berasal dari nervus olfaktorius. Saraf ini turun melalui
lamina kribrosa dari permukaan bawah bulbus olfaktorius dan kemudian berakhir
pada sel-sel reseptor penghidu pada mukosa olfaktorius di daerah sepertiga atas
hidung.4
6
2.
.2 DEFINISI HIDUNG
.4 ETIOLOGI
Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitif atau reaksi
alergi pada mukosa hidung. Peranan infeksi pada pembentukan polip hidung
belum diketahui dengan pasti tetapi ada keragu – raguan bahwa infeksi dalam
hidung atau sinus paranasal seringkali ditemukan bersamaan dengan adanya polip.
Polip berasal dari pembengkakan lapisan permukaan mukosa hidung atau sinus,
yang kemudian menonjol dan turun ke dalam rongga hidung oleh gaya berat.
Polip banyak mengandung cairan interseluler dan sel radang (neutrofil dan
eosinofil) dan tidak mempunyai ujung saraf atau pembuluh darah. Polip biasanya
ditemukan pada orang dewasa dan jarang pada anak – anak. Pada anak – anak,
polip mungkin merupakan gejala dari kistik fibrosis.
Banyak faktor yang mempengaruhi pementukan polip nasi. Kerusakan epitel
9
merupakan patogenesa dari polip. Sel-sel epitel teraktivasi oleh alergen, polutan
dan agen infeksius. Sel melepaskan berbagai faktor yang berperan dalam reson
inflamasi dan perbaikan. Epitel polip menunjukan hiperplasia sel goblet dan
hipersekresi mukus yang berperan dalam obstruksi hidung dan rinorea.
Polip dapat timbul pada hidung yang tidak terinfeksi kemudian menyebabkan
sumbatan yang mengakibatkan sinusitis, tetapi polip dapat juga timbul akibat
iritasi kronis yang disebabkan oleh infeksi hidung dan sinus.
Polip di kavum nasi terbentuk akibat proses radang yang lama dan berulang.
Penyebab tersering adalah sinusitis kronik dan rinitis alergi. Dalam jangka waktu
yang lama, vasodilatasi lama dari pembuluh darah submukosa menyebabkan
edema mukosa. Kemudian stroma akan terisi oleh cairan interseluler sehingga
mukosa yang sembab menjadi polipoid Mukosa akan menjadi ireguler dan
terdorong ke sinus dan pada akhirnya membentuk suatu struktur bernama polip.
Biasanya terjadi di sinus maksila, kemudian sinus etmoid. Bila proses ini
berlanjut, mukosa yang sembab makin membesar dan kemudian tururn kedalam
rongga hidung sambil membentuk tangkai yang akan turun ke kavum
nasikebanyakan terjadi di daerah meatus medius. Hal ini terjadi karena bersin dan
pengeluaran sekret yang berulang yang sering dialami oleh orang yang
mempunyai riwayat rinitis alergi karena pada rinitis alergi terutama rinitis alergi
perennial yang banyak terdapat di Indonesia karena tidak adanya variasi musim
sehingga alergen terdapat sepanjang tahun. Begitu sampai dalam kavum nasi,
polip akan terus membesar dan bisa menyebabkan obstruksi di meatus media.
.6 PATOGENESIS15
.9 STADIUM POLIP
Darah lengkap
Naso-endoskopi
Biopsy : kita anjurkan jika terdapat masa unilateral pada pasien berusia
lanjut, menyerupai keganasan pada penampakan makroskopis dan ada
gambaran erosi tulang pada foto polos rontgen.
2.12. KOMPLIKASI
Satu buah polip jarang menyebabkan komplikasi, tapi dalam ukuran besar
atau dalam jumlah banyak (polyposis) dapat mengarah pada akut atau infeksi
sinusitis kronis, mengorok dan bahkan sleep apnea. Kondisi serius nafas dimana
akan stop dan start bernafas beberapa kali selesai tidur. Dalam kondisi parah, akan
mengubah bentuk wajah dan penyebab penglihatan ganda / berbayang.
2.13. PENATALAKSANAAN13
Kortikosteroid Topikal
Budesonide 64 mcg/ lubang hidung/ hari 2 kali semprot
Fluticasone propionate 50 mcg/ lubang hidung/ hari 2 kali semprot
Mometasone furoate 50 mcg / lubang hidung / hari 2 kali semprot
Kortikosteroid sistemik
Prednisone 5 mg / hari.
Terapi bedah jika medikamentosa tidak berhasil.
Untuk polip yang ukurannya sudah besar dan sifatnya berat maka
dilakukan pembedahan untuk memperbaiki drainase sinus dan membuang bahan –
16
Bila faktor yang menyebabkan terjadinya polip tidak teratasi maka polip
hidung ini rawan untuk kambuh kembali demikian berulang ulang. Oleh
17
sebab itu sanat diharapkan kepauhan pasien untuk menghindari hal hal
yang menyebabkan alergi yang bisa menjurus untuk terjadinya polip
hidung.
Disamping harus menjalankan pengobatan, penderita penyakit ini juga
harus berpantangan menyantap makanan yang bisa menimbulkan
alergi,seperti udang,kepiting,dan tongkol. Selain itu juga harus menjauhi
media penyebab allergi, berupa debu, serbuk sari (polen) bulu binatang,
asap rokok dan asap pabrik.
BAB III
LAPORAN KASUS
ANAMNESA PRIBADI
Umur : 9 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
No. RM : 340147
ANAMNESA PENYAKIT
Telaah :
Pasien datang ke Polik linik THT Rumah Sakit Haji Medan dengan
keluhan hidung sebelah kanan tersumbat dan merasa mengganjal sejak ± 5bulan
yang lalu, keluhan ini dirasakan semakin memberat dalam 2 minggu
terakhir.memberat pada saat pasien berbaring dan ringan pada saat duduk.Pasien
juga mengatakan sulit untuk bernafas melalui hidung sehingga sering
menggunakan bantuan dari mulut untuk bernafas sehingga keluhan tersebut
sedikit berkurang.
19
STATUS PRESENT
Temperature : 370c
STATUS LOKALISATA
4. Kelainan - -
kongenital
5. Cairan - -
- LIANG TELINGA
1. Luas DBN DBN
2. Benjolan - -
3. Cairan - -
4. Darah - -
5. Polip - -
6. Serumen + +
7. Corpus Alienum - -
8. Nanah - -
9. Granulasi - -
10. Fistula Mastoid - -
- MEMBRAN
TIMPANI
1. Warna Putih mutiara Putih mutiara
2. Atrofi - -
3. Bulging - -
4. Perforasi - -
5. R.cahaya + +
6. Refraksi - -
B. HIDUNG KANAN KIRI
- RHINOSKOPI
ANTERIOR
Cavum Nasi
1. Nanah - -
2. Darah - -
3. Kista - -
4. Polip +- -
21
5. Corpus alienum - -
6. Massa/Tumor -
- SELAPUT LENDIR
1. Permukaan Licin Licin
2. Warna Merah muda Merah muda
- CONCHA
1. Inferior Merah muda Merah muda
2. Medial Merah muda Merah muda
3. Superior Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
- MEATUS NASI
1. Inferior Tanpak masa polip DBN
2. Medial DBN DBN
3. Posterior Sulit dinilai Sulit dinilai
- SEPTUM NASI
1. Deviasi - -
2. Hematoma - -
- SINUS
PARANASAL
1. Frontalis
Nyeri tekan - -
Transluminati TDP TDP
2. Maksilaris
Nyeri tekan - -
Transluminati TDP TDP
3. Etmoid
Nyeri tekan - -
Transluminati TDP TDP
4. Spenoid
Nyeri tekan - -
Transluminati TDP TDP
C. RONGGA MULUT
- LIDAH DBN
22
- GIGI DBN
- BIBIR DBN
- PALATUM MOLE
1. Warna Merah Muda
- FARING
1. Selaput Merahmuda
2. Benjolan -
- TONSIL
1. Permukaan Licin Licin
2. Besar T1 T1
3. Plika anterior Merah muda Merah muda
4. Kripta Tidak Melebar Tidak Melebar
D. KELENJAR LIMFE Tidak Tampak dan Terasa Tidak Tampak dan Terasa
membesar membesar
E. RHINOSKOPI
ANTERIOR
1. Koana Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan
2. Torus Tubarius Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan
3. Konka Inferior Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan
dan Media
4. Dinding Posterior Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan
DIAGNOSA BANDING
1. Polip Nasi
2. Polip antrokoana
3. Papiloma inverted
23
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. PEMERIKSAAN CT SCAN
Tanggal 09-01-2020
Tampak massa solid, batas tegas, fusiform dicavum nasi kanan dan massa tampak
invasi kesinus maksilaris kanan
Ostium maksilaris kanan tertutup
Keposterior massa meluas kenasopharing
Massa tampak mengerosi basis cranii massa meluas kesinus sphenoidalis kanan
DARAH
Darah Rutin
Hemoglobin 12,4gr/dL 13.2 – 17.3
Hitung Leukosit 8580/ µl 4,000 – 11.000
Hematokrit 38,1% 40 – 52
Trombosit 523.000 /µl 150000 – 440000
Eritrosit 38,1 % 4,4 – 5,9
Index Eritrosit
MCV 78,3 fL 80 - 100
MCH 25,5 pg 26 – 34
MCHC 32,5 % 32 – 36
Hitung Jenis Leukosit 1–3
Eosinofil 4,1 % 0–1
25
DIAGNOSA KERJA
1.Polip Nasi
TINDAKAN
Rencana operasiEktraksi polip dengan general anastesi pada tanggal 11-01-2020
TERAPI
IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Ceftriaxone 500mg / 12 jam
Inj. Asam traneksamat 250 mg / 8jam
Inj. Ketorolac 15 mg / 8 jam
Inj. Dexametason 2,5mg/12 jam
Antasida syrup 3x1 Cth
PERSIAPAN OPERASI
26
1. Masuk IGD Rumah Sakit Haji Medan untuk mendapatkan ruang rawat
inap sehari sebelum jadwal operasi dilakukan dan membawa seluruh hal-
hal penting yang diperlukan
2. Puasa 8 jam sebelum operasi
3. Di IGD akan dipasang IVFD RL 20 gtt/I + Abocat 18 + threeway
4. Jaga kebersihan
5. Berdoa
FOLLOW UP PRE-OPERASI
Tanggal 11-01-2020
S : Hidung tersumbat
O : polip (+)
TTV :Sensorium : CM
TD : 110/70 mmhg
HR :80x/i
RR :18x/i
T :36,5C
A : Polip nasi
P : IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Ceftriaxone 500mg / 12 jam
Inj. Asam traneksamat 250 mg / 8jam
Inj. Ketorolac 15 mg / 8 jam
Inj. Dexametason 2,5mg/12 jam
Antasida syrup 3x1 Cth
TINDAKAN OPERASI
1. Pasien dalam posisi supine dengan ETT dan Infus terpasang.
2. Pasang tampon yang diberikan adrenalin di kedua cavum nasi dengan tang
tampon dengn panduan endoscopy
3. Suntik bagian polip dengan pehacain
4. Dengan menggunakan microdebrider massa polip di ekstraksi sampai
bersih
5. Dilakukan unsinektomi dan ostium sinus maxsilla di perlebar
27
KONTROL ULANG
Pasien kontrol kembali ke poli THT Rumah Sakit Haji Medan Tanggal 16-01-
2020
29
BAB IV
DISKUSI KASUS
TEORI KASUS
Anamnesa • sensasi penuh di dalam hidung sensasi penuh di dalam hidung
Polip Nasi • Rinorea (+)
• Nyeri kepala atau wajah Rinorea (+)
• Hiposmia atau anosmia Nyeri kepala atau wajah (+)
• Gejala atopik – pruritus, epifora, Hiposmia atau anosmia (+)
bersin, terutama pada penyebab Gejala atopik – pruritus,
alergik epifora, bersin, terutama pada
• Obstructive sleep apnea penyebab alergik (-)
• Post nasal drip Obstructive sleep apnea (-)
• Bernafas menggunakan mulut Post nasal drip (-)
• Epistaksis Bernafas menggunakan mulut
(+)
Epistaksis (-)
Pemeriksaan Fisik lesi tunggal atau multipel, lesi tunggal atau
Polip Nasi berupa masa polipoid berwarna multipel, berupa masa
keabuan polipoid berwarna keabuan
(+)
Pemeriksaan CT scan Tampak massa solid,
Penunjang batas tegas, fusiform
Polip Nasi dicavum nasi kanan dan
massa tampak invasi
kesinus maksilaris kanan
Ostium maksilaris kanan
tertutup
Keposterior massa meluas
kenasopharing
Massa tampak mengerosi
30
o Langkah3:
31
c. Menggunakan antagonis
reseptor leukotriene
seperti Montelukast dan
zafirlukast.
Pasien derajatberat:
o Langkah4:
sepertizileuton.
o Langkah5:
c. Memberikan agen
antifungal jika kultur
jamurpositif.
Pembedahan :
Salahsatuindikasinyaadalahpolipyangti
dakmembaikdenganpengobatanataupol
ip masif. Tindakan pembedahan yang
dilakukan antara lain ekstrasi polip
(polipektomi), yang dapat dilakukan
menggunakan senar polip atau cunam
dengan analgesik lokal, etmoidektomi
intranasal atau ekstranasal (untuk polip
etmoid), operasi Caldwell-Luc untuk
sinus maksila
BAB V
33
KESIMPULAN
Polip nasi ada lah masa lunak yang mengandung banyak cairan di dalam
rongga hidung, berwarna putih keabu-abuan, yang terjadi akibat inflamasi
mukosa.Polip dapat timbul pada laki-laki atau pun perempuan, dari usia anak anak
hingga usia lanjut.1Prevalensi penderita polip nasi belum diketahui pasti karena
hanya sedikit laporan dari hasil studi epidemiologi serta tergantung pada
pemilihan populasi penelitian dan metode diagnostik yang digunakan. Prevalensi
polip nasi dilaporkan 1-2% pada orang dewasa di Eropadan 4,2% di Finlandia.
Deviasi septum nasi merupakan penyebab obstruksi nasi yang paling
sering ditemukan. Bentuk septum yang normal ialah lurus di tengah rongga
hidung tetapi pada orang dewasa biasanya septum nasi tidak lurus sempurna di
garis tengah. Deviasi septum yang ringan tidak akan mengganggu, akan tetapi bila
deviasi itu cukup berat, menyebabkan penyempitasn pada satu sisi rongga hidung.
Dengan demikian dapat mengganggu fungsi hidung dan menyebabkan
komplikasi.Penyebab paling sering dari deviasi septum nasi adalah trauma dan
kesalahan perkembangan septum nasi.Keluhan yang paling sering pada penderita
deviasi septum nasi adalah sumbatan hidung. Keluhan lainnnya adalah rasa nyeri
di kepala dan di sekitar mata, Penciuman dapat terganggu hingga anosmia, gejala
rinitis berulang, epistaksis.
SARAN
34
Saran dari kelompok kami sebaiknya untuk penanganan pada pasien dengan
polip hidung harus dilakukan secara tepat.Karena,penatalaksanaan tindakan untuk
stiap pasien yang menderita penyakit polip hidung berbeda-beda tergantung
dengan tingkat keparahan polip nya.Polip yang masih kecil dapat diobati dengan
kortikosteroid baik local maupun sitemik.Tapi, pada pasien dengan polip yang
cukup besar dan persisten baru akan dilakukkan tindakan operasi BSEF (bedah
sinus endoskopi fungsional ) atau pengangkatan polip(polip pektomi). Jadi, untuk
penatalaksanaan dengan pasien ini dengan polip grade III dilakukkan
BSEF/FESS.
Pasien harus menghindari penyebab timbulnya polip misalnya pasien
memiliki riwayat rhinitis alergi atau penyakitat opilainnya.
Saran dari kelompok kami sebaiknya untuk penanganan pada pasien dengan
septum deviasi harus di lakukan secara tepat.pasien dengan septum deviasi yang
mengganggu pernafasan itu penatalaksanaanya adalah dengan operasi atau
memotong tulang septum nya.sedangkan dengan pasien yang mempunyai septum
deviasi tetapi tidak mengganggu pernafasan tindakan operasi tidak dilakukan.
35
DAFTAR PUSTAKA
4. McGylnn TJ. Diagnosis fisik. In: Burnside JW, McGlynn TJ, editors.
Adams Diagnosis Fisik (17th ed). Jakarta: EGC, 1955.
17. Kridel, R.W.H., Kelly, P.E., MacGregor, A.R. The Nasal Septum. In:
Cummings, C.W., et al. Otolaryngology Head & Neck Surgery Volume
Two, 4th Ed. Philadelphia: Mosby. 2005. p1001.
18. Boies, L.R. Chronic Nasal Obstruction. In: Boies, L.R. Fundamental of
Otolaryngology, A Textbook of Ear, Nose, and Throat Diseases, 3th ed.
Philadelphia: W.B. Saunders. 1990. p217-221.
37