Filsafat adalah studi secara kritis mengenai masalah-masalah yang timbul dalam kehidupan manusia dan merupakan alat dalam mencari jalan keluar yang baik agar dapat mengatasi semua permasalahan hidup dan kehidupan yang dihadapi. Dalam pengertian yang luas, filsafat bertujuan memberikan pengertian yang dapat diterima oleh manusia mengenai konsep-konsep hidup secara ideal dan mendasar bagi manusia agar mendapatkan kebahagiaan. Menurut (Aliet Noorhayati Sutrisno, 2014: 20) ruang lingkup filsafat pendidikan adalah sebagai berikut: a. Pendidik f. Evaluasi pendidikan b. Murid atau anak didik g. Tujuan pendidikan c. Materi pendidikan h. Alat-alat pendidikan d. Perbuatan mendidik i. Lingkungan Pendidikan e. Metode pendidikan Secara makro, apa yang menjadi objek pemikiran filsafat yaitu permasalahan kehidupan manusia, alam semesta dan alam sekitarnya, juga merupakan objek pemikiran filsafat pendidikan. Namun secara mikro, ruang lingkup filsafat pendidikan meliputi: 1. Merumuskan secara tegas sifat hakekat pendidikan (the nature of education). 2. Merumuskan sifat hakekat manusia, sebagai subjek dan objek pendidikan (the nature of man). 3. Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama, dan kebudayaan. 4. Merumuskan hubungan antara filsafat pendidikan, dan teori pendidikan. 5. Merumuskan hubungan antara filsafat negara (ideologi), filsafat pendidikan dan politik pendidikan (sistem pendidikan). 6. Merumuskan sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan pendidikan (Tim Dosen IKIP Malang, dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007: 24). Dengan demikian, dari uraian diatas diperoleh suatu kesimpulan bahwa yang menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan itu ialah semua aspek yang berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti dan memahami hakekat pendidikan itu sendiri, yang berhubungan dengan bagaimana melaksanakan pandidikan yang baik dan bagaimana tujuan pandidikan itu dapat dicapai seperti yang dicita-citakan. Memperhatikan tujuan atau ruang lingkup filsafat yang begitu luas, maka para ahlipun membatasi ruang lingkupnya. Menurut Will Durant (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007: 25), ruang lingkup studi filsafat itu ada lima: logika, estetika, etika, polik dan metfisika. 1. Logika. Studi mengenai metode-metode ideal mengenai berfikir (thingking) dan meneliti (research) dalam melakukan observasi, introspeksi, deduksi dan induksi, hipotesis dan analisis eksperimental dan lain-lain, yang merupakan bentuk-bentuk aktivitas manusia melalui upaya logika agar bisa dipahami. 2. Estetika. Studi tentang bentuk dan keindahan atau kecantikan yang sesungguhnya dan merupakan filsafat mengenai kesenian. 3. Etika. Studi mengenai tingkah laku yang terpuji yang dianggap sebagai ilmu pengetahuan yang nilainya tinggi (sophisticated). 4. Politik. Suatu studi tentang organisasi sosial yang utama dan bukan sebagaimana yang dipikirkan orang, tetapi juga sebagai seni dan pengetahuan dalam melaksanakan pekerjaan kantor. 5. Metafisika. Suatu studi mengenai realita tertinggi dari hakekat semua benda (ultimate reality of all thing), nyata dari benda (ontologi) dan dari akal pikiran manusia (ilmu jiwa filsafat) serta suatu studi mengenai hubungan kokoh antara pikiran seseorang dan benda dalam proses pengamatan dan pengetahuan (epistemologi). 6. Menurut Imam Barnadib (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007: 27), filsafat sebagai ilmu yang mempelajari objek dari segi hakekatnya, memiliki beberapa problema pokok, antara lain: 7. Realita, yakni kenyataannya yang selanjutnya mengarah kepada kebenaran , akan muncul bila orang mampu mengambil suatu konklusi bahwa pengetahuan yang diperoleh tersebut memang nyata. 8. Pengetahuan, yakni yang menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya apakah pengetahuan, cara manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan tersebut, dan jenis-jenis pengetahuan. Nilai, yang dipelajari oleh filsafat disebut asksiologi. Selanjutnya menurut Imam Barnadib (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007: 27), dalam pengembangan konsep-konsep pendidikan dapat digunakan sebagai dasar hasil-hasil yang diperoleh dari cabang-cabang diatas. Lebih penting lagi, dalam menyelenggarakan pendidikan perlu mengetahui bagaimana pandangan dunia terhadap pendidikan yang diperlukan masyarakat pada masanya. Hal ini merupakan kajian metafisika. Begitu juga halnya dengan keberdaan epistemologi, aksiologi dan logika dalam dunia pendidikan, tentunya memberi suatu konstribusi yang besar.