Anda di halaman 1dari 16

CINTA PRIBUMI YANG TERTOLAK

Judul : Bumi Manusia


Penulis : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit : Hasta Mitra
Jumlah Halaman : 405 Halaman
Bumi manusia adalah buku pertama dari tetralogy pulau buru karya
Pramoedya Ananta Toer (Pram), beliu adalah sastrawan besar yang pernah dimiliki
bangsa Indonesia. Buku ini sudah ada dalam pikiran Pramoedya Ananta Toer pada
tahun 1973 ketika diasingkan di pulau Buru, sebelum akhirnya beliau tulis pada tahun
1975.
Buku ini menceritakan kejadian tahun 1898 sampai tahun 1918, pada saat itu
adalah saat dimana munculnya pemikiran politik etis dan awal dari kebangkitan
Nasional, dan menjadi awal tumbuhnya pemikiran untuk berorganisasi dibangsa ini.
Minke (Tirto Adhie Soerjo), adalah seorang pribumi keturunan ningrat yang
memiliki pemikiran seperti orang-orang eropa (pada masa itu). Minke adalah seorang
pemuda yang cerdas, penyuka sastra, yang berbeda dengan pemuda lain pada masa
itu.
Annelis Mellema (Ann) adalah gadis yang dikatakan amat sangat cantik
(dalam novel ini), bahkan kecantikannya dikatakan melebihi kecantikan dari Ratu
Wilhelmina (Ratu Belanda pada saat itu), Ann merupakan putri dari seorang Nyai,
namun bukan seorang Nyai biasa, Ann merupakan putri dari seorang ibu yang luar
biasa, seorang ibu yang mampu mengurusi banyak pekerjaan setelah Tuan Mellema,
Tuannya (suami tidak sahnya), berubah menjadi seorang yang sudah tidak peduli
pada apapun disekelilingnya. Ann lebih memilih untuk menjadi seorang pribumi
seperti ibunya disbanding menjadi seorang Belanda. Ann begitu manja pada
mamanya, sikapnya begitu manis. Sangat berbeda dengan sikap abangnya, Robert
Mellema yang selalu merasa bahwa dirinya seorang belanda tulen dan Robert tidak
menganggap Nyai sebagai ibunya. Robert sangat mengagumi ayahnya.
Dalam buku ini Pram menanamkan bahwa pentingnya belajar, khususnya
membaca, dengan membaca. Dalam kisah ini, seorang Nyai dapat menjadi seorang
guru kehidupan bagi seorang siswa H.B.S (sekolah yang bergengsi pada saat itu).
Semua itu bisa terjadi karena sang Nyai giat menimba ilmu, terlebih dahulu sang
Nyai pernah diajari begitu banyak hal oleh Tuannya (Suami tidak sah) yaitu Tuan
Mellema. Novel ini bukan melulu tentang konflik pergerakan, namun semua konflik
tertanam didalamnya, mulai dari pergolakan pemikiran sampai hati terkemas dengan
apik dalam kisah ini.
Sudut pandang orang pertama dalam kisah ini, membuat kita seperti berada
pada masa itu, dan mengikuti tepat disisi Minke dan menyaksikan secara langsung
kejadian-kejadian yang terjadi. Pemikiran-pemikiran untuk keadilan para pribumi,
sikap masyarakat yang ada pada saat itu, strata sosial yang ada pada saat itu,
semuanya terbalut dengan indah dalam kisah cinta yang terjalin antara Minke dan
Ann.
Alur cerita ini menggunakan alur keras, yaitu akhir cerita tidak dapat ditebak.
Pada awal dan tengah cerita, mungkin pembaca akan berpikir cerita akan berakhir
bahagia dengan pernikahan Minke dan Annelies, tetapi cerita ini diakhiri dengan
perpisahan Annelies dan Minke. Annelies harus pergi ke negaranya, Belanda,
sedangkan Minke tetap di Hindia sebagai seorang Pribumi.Secara keseluruhan novel
ini menggunakan alur maju, tetapi ditengah cerita terdapat kilas balik
RESENSI NOVEL

DISUSUN OLEH :
INDIRA CORNELIA AGUSTINE

XII MIA 2
PERJUANGAN SEORANG PRIBUMI

Judul : Bumi Manusia


Penulis : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit : Hasta Mitra
Jumlah Halaman : 405
Penjajahan cenderung membahas tentang perampasan kekayaan oleh suatu
bangsa terhadap bangsa lain. Penjajahan di Nusantara dilakukan oleh Belanda,
dengan tujuan agar negeranya semakin berjaya.Perampasan yang dilakukan oleh
penjajah itu bukan hanya dalam hal kekayaan alam atau kekayaan lainnya, melainkan
juga perampasan sosial dan budaya.Oleh mereka, penduduk Indonesia dibagi-bagi ke
dalam berbagai kelas sosial.Dan kelas yang tertindas dalam cerita ini adalah kelas
pribumi.Inilah yang ingin diperjuangkan oleh Pramoedya Ananta Toer dalam novel
Bumi Manusia ini.
Tokoh utama dalam novel ini adalah Minke,seorang pribumi asli, namun karena
keturunan ningrat Jawa diperbolehkan bersekolah di HBS Surabaya. Hanya dia
pribumi totok yang bersekolah disana. Selebihnya adalah warga negara kelas 1, orang
Eropa, kelas 2 : Indo dan Tionghoa. Selain itu Minke, adalah anak seorang
bangsawan di tanah jawa. Namun ia tak suka dengan kehidupan istana hingga
membuatnya pergi merantau menuntut ilmu di kota seberang.
Karena ajakan Robert Surhorf (teman Minke di HBS), dia berkesempatan
berjunjung ke sebuah rumah Tuan Belanda, Herman Mellema. Sebuah kunjungan
yang merubah hidup Minke selamanya. Tidak disangka, Annelies Mellema, putri
sang tuan rumah jatuh cinta pada Minke. Cinta sang putri mendapat dukungan dari
sang bunda, Nyai Ontosoroh. Minke memasuki kehidupan keluarga itu, bahkan
dipersilahkan untuk tinggal serumah dengan mereka. Sejak itulah, banyak
pertentangan dan rintangan yang menghampiri hidupnya.
Tentangan pertama datang dari keluarganya sendiri yang tak sudi Minke tinggal
dalam rumah seorang Nyai. Oleh sebab itu, ayahnya tak mau mengakuinya sebagai
anak lagi. Bencana kedua datang dari pihak sekolah yang karena alasan moral
memberhentikannya sebagai siswa. Tetapi bencana sesungguhnya datang dari
sepucuk surat dari pengadilan Belanda. Seusai kematian Herman Mellema yang
misterius di rumah pelesiran Ah Tjong. Anak Mellema dari istri Belandanya
menggugat harta kekayaan yang dengan susah payah dipelihara dan dikembangkan
Nyai Ontosoroh.
Bukan itu saja. Annelies yang telah dinikahi Minke secara syah, harus memenuhi
panggilan pengadilan untuk 'kembali' ke tanah leluhurnya, Belanda. Sebuah tindakan
yang jauh dari rasa keadilan.Itulah yang disebabkan oleh para penjajah; perampasan
kekayaan, pertentangan kelas dan penindasan.
Dalam novel Bumi Manusia pengarang menggunakan sudut pandang orang
pertama pelaku utama, seperti pada kutipan novel di bawah ini.
“Aku tunggu-tunggu meledaknya kemarahan Nyai karena puji-pujian”.
Dalam Novel ini Minke merupakan tokoh utamanya ,yang digambarkan
cerdas, berjiwa pribumi, keturunan priyayi, siswa HBS, baik, penyayang.(hlm 33) .
Annelies adalah putri dari orang belanda (Herman Mellema) dan pribumi (Nyai
Ontosoroh), pendiam, manja, labil.
Nyai Ontosoroh (Sanikem) adalah istri simpanan dari Herman Mellema, mandiri,
tegas, bijaksana, pandai, dan tegar. Herman Mellema di gambarkan kaku dan kasar
{“siapa kasih kowe ijin datang kemari, monyet!”. Dengusnya dalam melayu-pasar,
kaku dan kasar, juga isinya.”} (hal 64). Robert Mellema adalah orang yang egois,
tidak bermoral ia adalah kaka dari Annelies ( hal 13 )
Ayah Minke di gambarkan masih berpatokan dengan adat istiadat Jawa,
pemarah, keras dalam mendidik Minke.Ibu Minke adalah sesosok orang bijaksana,
penyayang.Robert Surhorf adalah teman Minke yang selalu mengejek Mingke,
pengecut. Jean Marais adalah seseorang penyayang (ayah may marais).May Marais
digambarkan sebagai seseorang yang manja. Darsam di gambarkan dengan seorang
Madura yang berwatak keras, patuh kepada tuannya.( Robert Mallema ).Ah Tjong
seseorang yang mempnyai tanah luas dan licik.Amelia Hammers Mellema adalah istri
sah Herman Mellema, ambisius.Mevrow Telinga adalah seorang yang penyayang (hal
268) {“memvrom telinga telah beberapa kali mengomopres kepala ku dengan cuka-
bawang merah”}
Latar yang digunakan pada buku Bumi Manusia adalah latar tempat yaitu
berada di Wonokromo dekat Surabaya, Jawa Timur. Latar waktu yaitu terjadi pada
tahun 1889 pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Dan terdapat latar suasana
yaitu, genting dan tegang.
Secara keseluruhan novel ini menggunakan alur maju, tetapi ditengah cerita
terdapat kilas balik, yaitu :
Agar ceritaku ini agak urut, biar kuutarakan dulu yang terjadi atas diri Robert
sepeninggalanku dari Wonokromo dibawa agen polisi klas satu itu
RESENSI NOVEL

DISUSUN OLEH :
FIRDA FIKRIYATUL GHINA

XII MIA 1
RESENSI NOVEL

DISUSUN OLEH :
FADIYAH KHAIRUNISA

XII MIA 2
Kisah Aneh di Tengah Hutan

Saat liburan tiba, aku dan keluarga memutuskan untuk


menghabiskan waktu libur ke Bali.Akan tetapi, ketika berada di tengah
perjalanan, ban mobilnya kempes dan itu letaknya di tengah hutan.
Dan ketika kami menelfon pembantu untuk mengirim ban mobil,
mereka pun juga tidak bisa karena kendaraan tidak ada.Bisanya harus
menunggu besok paginya.
Kemudian, aku mencoba mencari informasi apakah ada pemukiman di
sekitar tempat tersebut.Akhirnya, lewatkan aku di dekat kuburan yang
membuat bulu kudukku merinding.
Dan tak lama kemudian, saya bertemu dengan seorang laki-laki
yang kukira adalah juru kunci.Akupun bertanya apakah ada pemukiman
di sekitar sini. Laki-laki tersebut kemudian menunjuk kea rah depan.
Tiba-tiba, di depan sudah ada pasar malam lengkap dengan penjual
makanan dan pemukiman.Namun, sangat aneh rasanya karena awalnya
tadi aku tidak melihat pasar malam.Namun, aku tidak berfikir ke situ
karena perut terasa sangat lapar.
Akhirnya, aku membeli nasi pecel dan memakannya
langsung.Kemudian meminta kepada penjual untuk membungkus buat
anak dan istri di mobil.Setiba di mobil, aku membangunkan anak dan
juga istriku yang sedang tidur.
Kemudian meminta mereka untuk makan.Saat mendengar ceritaku,
istriku heran mana ada pasar di tengah hutan.Dan ternyata, setelah
bungkusan nasinya dibuka, isinya adalah belatung.Dan keesokan harinya,
pasar malam yang tadinya ramai tidak ada apa-apanya.
Ada yang Ingin Menjebak Kami

Di siang hari ketika jam pulang sekolah, beberapa teman tidak bisa
pulang terlebih dahulu karena mereka harus mengikuti bimbingan
intensif untuk agenda olmipiade se kabupaten.Ada berbagai macam mata
pelajaran yang diusung dalam lomba olimpiade tersebut.Dan
pembimbing kami adalah Pak Hadi.
Siang itu, suasananya terasa kurang enak.Terlebih ditambah
dengan hawa dingin dan mendung yang lebat disertai angin.Samar-samar
terdengar suara pintu jendela yang bolak balik diketuk.Kami pun berkata
kepada Pak Hadi dan beliau akhirnya membuka tirai jendela.Selang
beberapa saat kemudian, ada suara pintu yang seolah akan dibuka.
Namun, tidak berhasil karena pintunya sudah dikunci. Pak Hadi
pun memintaku untuk membuka pintu.Dan ketika dibuka, betapa hatiku
merasa kaget karena yang berada di dalam adalah sosok yang mirip
dengan Pak Hadi.Mendengar teriakanku tersebut, Pak Hadi pun berkata
bahwa sosok yang di dalam bukanlah dia.
Akhirnya kami pun memilih untuk berlari sekencang-
kencangnya.Namun, dari dalam kemudian ada suara Pak Hadi yang
berkata untuk tidak keluar karena Pak Hadi jalannya
mengambang.Karena saking gugupnya, kami sama sekali tidak
memperhatikan hal itu dan tetap berlari.Baru sesaat kemudian kami
menyadari bahwa ternyata tinggi badan Pak Hadi berlebih dari biasanya.
Man Jadda Wa Jadda

Judul : Negeri 5 Menara


Penulis : Ahmad Fuandi
Penerbit : Gramedia
Jumlah Halaman : 423
Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar
ranah Minangkabau. Alif dari kecil sudah bercita-cita ingin menjadi B.J Habibie,
maka dari itu selepas tamat SMP Alif sudah berencana melanjutkan sekolah ke SMU
negeri di Padang yang akan memuluskan langkahnya untuk kuliah di jurusan yang
sesuai. Namun, Amak menginginkan Alif jadi penerus Buya Hamka, membuat mimpi
Alif kandas.
Alif diberi pilihan sekolah di sekolah agama atau mondok di pesantren.
Sempat marah tapi akhirnya Alif ikhlas karena alif tidak ingin mengecewakan
harapan orang tua khususnya ibu, alif pun menjalankan keinginan ibunya dan masuk
pondok. Atas saran dari pamannya di Kairo, Alif kecil pun memutuskan untuk
melanjutkan sekolah di pondok yang ada di Jawa Timur: Pondok Madani. Walaupun
awalnya amak berat dengan keputusan Alif yang memilih pondok di Jawa bukan
yang ada di dekat rumah mereka dengan pertimbangan Alif belum pernah menginjak
tanah di luar ranah minang, namun akhirnya ibunya merestui keinginan Alif itu.
Awalnya Alif setengah hati menjalani pendidikan dipondok karena dia harus
merelakan cita-citanya yang ingin kuliah di ITB dan menjadi seperti Habibie. Namun
kalimat bahasa Arab yang didengar Alif dihari pertama di PM (pondok madani)
mampu mengubah pandangan Alif tentang melanjutkan pendidikan di Pesantren sama
baiknya dengan sekolah umum. "Mantera" sakti yang diberikan kiai Rais (pimpinan
pondok) man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil. Dan Alif
pun mulai menjalani hari-hari di pondok dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh.
Di PM Alif berteman dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid
dari Sumenep, Atang dari Bandung dan si jenius Baso dari Gowa, Sulawesi. Ternyata
kehidupan di PM tidak semudah dan sesantai menjalani sekolah biasa. Hari-hari Alif
dipenuhi kegiatan hafalan Al-Qur'an, belajar siang-malam, harus belajar berbicara
bahasa Arab dan Inggris di 6 Bulan pertama. Karena PM melarang keras murid-
muridnya berbahasa Indonesia, PM mewajibkan semua murid berbahasa Arab dan
Inggris. Belum lagi peraturan ketat yang diterapkan PM pada murid yang apabila
melakukan sedikit saja kesalahan dan tidak taat peraturan yang berakhir pada
hukuman yang tidak dapat dibayangkan sebelumnya. Tahun-tahun pertama Alif dan
ke-5 temannya begitu berat karena harus menyesuaikan diri dengan peraturan di PM.
Hal yang paling berat dijalani di PM adalah pada saat ujian, semua murid
belajar 24 jam nonstop dan hanya beberapa menit tidur. Mereka benar-benar harus
mempersiapkan mental dan fisik yang prima demi menjalani ujian lisan dan tulisan
yang biasanya berjalan selama 15 hari. Namun disela rutinitas di PM yang super
padat dan ketat. Alif dan ke-5 temannya selalu menyempatkan diri untuk berkumpul
di bawah menara masjid, sambil menatap awan dan memikirkan cita-cita mereka ke
depan.
Ditahun kedua dan seterusnya kehidupan Alif dan rekan-rekannya lebih
berwarna dan penuh pengalaman menarik. Di PM semua teman, guru, satpam, bahkan
kakak kelas adalah keluarga yang harus saling tolong menolong dan membantu.
Semua terasa begitu kompak dan bersahabat, sampai pada suatu hari yang tak
terduga, Baso, teman alif yang paling pintar dan paling rajin memutuskan keluar dari
PM karena permasalahan ekonomi dan keluarga.
Kepergian Baso, membangkitkan semangat Alif, Atang, Dulmajid, Raja dan
Said untuk menamatkan PM dan menjadi orang sukses yang mampu mewujudkan
cita-cita mereka menginjakkan kaki di benua Eropa dan Amerika. Kini semua mimpi
kami berenamtelah menjadi nyata. Kami berenam telah berada lima Negara yang
berbeda, sesuai dengan lukisan dan imajinasi kita di awan. Aku (Alif) berada di
Amerika, Raja di Eropa, sementara Atang di Afrika, Baso berada di Asia, sedangkan
Said dan Dulmajid sangat nasionalis mereka di Negara kesatuan Indonesia tercinta.
Di lima menara impian kami. Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa
pun. Tuhan sungguh Maha Pendengar.
Man jadda wajadda, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil…
Alur dari Novel Negeri 5 Menara adalah alur maju-mundur. Dimana cerita
adalah kilas balik ingatan tokoh utama akan masa silam ketika menimbah ilmu di
Pondok Madani hingga membuahkan hasil yang menyenangkan dimasa kini.Kutipan
Novel:
Washington DC, Desember 2003, jam 16.00
Iseng saja, aku mendekat ke jendela kaca dan menyentuh permukaannya dengan
ujung telunjuk kananku. Tidak jauh, tampak The Capitol, gedung parlemen Amerika
Serikat yang anggun putih gading, bergaya klasik dengan tonggak-tonggak besar.
Aku tersenyum. Pikiranku langsung terbangun jauh ke masa lalu. Masa yang sangat
kuat terpatri dalam hatiku.(hal.1) Aku tegak di atas aula madrasah negeri setingkat
SMP. Sambil mengguncang-guncang telapak tanganku, Pak Sikumbang, Kepala
Sekolahku memberi selamat karena ujianku termasuk sepuluh yang tertinggi di
Kabupaten Agam.(hal. 5)
London, Desember 2003
Gigiku gemeletuk. London yang berangin terasa lebih menggigil dari Washington
DC. Dulu kami melukis langit dan membebaskan imajinasi itu lepas membumbung
tinggi. Setelah kami mengerahkan segala ikhtiar dan menggenapkan dengan doa,
Tuhan mengirim benua impian kepelukan kami masing-masing.(hal. 405)
Adapun tokoh dan penokohan dalam Novel Negeri 5 Menara adalah Alif
(tokoh utama) dalam novel ini adalah tokoh yang protagonis. Alif digambarkan
sebagai sosok generasi muda yang penuh motivasi, bakat, semangat untuk maju dan
tidak kenal menyerah.Baso dalam novel ini tokoh yang protagonis. Baso adalah
teman Alif merupakan anak yang paling rajin dan paling bersegera disuruh ke
masjid.Raja dalam novel ini tokoh yang protagonis. Teman Alif sesama sahibul
menaraSaid dalam novel ini tokoh yang protagonis. Teman Alif sesama sahibul
menara. Dulmajid dalam novel ini tokoh yang protagonis. Teman Alif sesama sahibul
menaraAtang dalam novel ini tokoh yang protagonis. Teman Alif sesama sahibul
menara.Ustad Salman dalam novel ini tokoh yang protagonis. Wali kelas Alif. Laki-
laki muda bertubuh kurus bersuara lantang.
Adapu latar tempat dari novel ini yaitu di Pondok Madani hal ini didukung
oleh tema yang ada yaitu pendidikan. Karakter tokoh utama juga mendukung latar
yang ada. Sedangkan, latar sosialnya adalah keadaan seorang pelajar yang terpaksa
menempuh jalan lain untuk menggapai mimpinya. Namun jalan itu justru
membawanya pada hal-hal tak terduga yang merupakan bonus dari bermimpi.Kutipan
Novel: Pondok Madani diberkti oleh energi yang membuat kami sangat menikmati
belajar dan selalu ingin belajar berbagai macam ilmu. Lingkungannya membuat orang
yang tidak belajar menjadi orang aneh. Karena itu cukup sulit menjadi pemalas di
PM. (hal. 264).
Dalam novel ini penulis menggunakan sudut pandang orang pertama. Hal ini
dikarenakan tokoh utama selalu menyebut dirinya dengan kata aku.Kutipan Novel:
Aku baca suratnya sekali lagi. Senang membaca surat dari kawan lama. Tapi aku juga
iri. Rencana masuk SMA-nya juga rencanaku dulu. Aku menghela napas dan menatap
kosong kepuncak pohon kelapa. Aku tidak boleh terlambat lagi. Aku kapok jadi jasus.
Aku jera menjadi drakula. (hal. 102-103).
Gaya bahasa yang digunakan penulis dalam novel ini sangat inspiratif. Dari
tiap kata-katanya kita merasakan kekuatan pandangan hidup yang mendasari
bangktnya semangat untuk mencapai harga diri, prestasi dan martabat diri.Kutipan
Novel: Dulu kami melukis langit dan membebaskan imajinasi itu lepas membumbung
tinggi. Aku melihat awan yang seperti benua Amerika, Raja bersikeras awan yang
sama berbentuk Eropa, sementara Atang sangat percaya bahwa awan itu berbentuk
Afrika. Baso malah melihat semua ini dalam konteks Asia, sedang Said dan Dulmajid
awan itu berbentuk peta negara kesatuan Indonesia. Dulu kami tidak takut bermimpi.
Meski juga kami tidak tahu bagaimana merealisasikannya. Tapi lihat hari ini, setelah
kami mengerahkan segala ikhtiar dan menggenapkan dengan doa, Tuhan mengirim
benua impian kepelukan kami masing-masing. Kun fayakun, maka semula awan
impian, kini hidup yang nyata. (hal. 405).

Anda mungkin juga menyukai