Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Permintaan Uang menurut salah satu pakar ekonomi yaitu Sadono Sukirno memaparkan bahwa
permintaan uang diartikan sebagai jumlah uang yang dibutuhkan masyarakat dalam periode tertentu.
Pendapat sadono sukirno ini terdapat dalam buku karangannya dengan judul “Makro Ekonomi”. Secara
umum permintaan uang merupakan sejumlah uang yang diminta atau yang diinginkan oleh masyarakat
untuk tujuan transaksi, tujuan berjaga-jaga, dan tujuan spekulasi. Permintaan uang dipengaruhi oleh tiga
motif seperti yang dikemukakan oleh J.M Keunes, yaitu motif transaksi,berjaga-jaga, dan spekulasi.
Meskipun bisa dikatakan bahwa teori uang Keynes adalah teori yang bersumber dari teori Cambridge,
tetapi Keynes mengemukakan sesuatu yang berbeda dengan teori moneter tradisi klasik. Pada
hakekatnya perbedaan ini terletak pada penekanan pada fungsi uang yang lain, yaitu sebagai store of
value dan bukan hanya sebagai means of exchange. Teori ini kemudian dikenal dengan nama teori
Liquidity Preference.
Dibandingkan dengan teori permintaan akan uang, teori penawaran uang merupakan hal yang baru
berkembang dalam teori. Penawaran Uang menurut Sadono Sukirno dalam bukunya “Makro Ekonomi”,
yang dimaksud dengan penawaran uang secara umum adalah jumlah uang yang ada (beredar) dalam
perekonomian pada suatu waktu tertentu. Dengan bahasa yang lebih singkat, penawaran uang diartikan
sebagai jumlah uang yang beredar. Selanjutnya menurut Sadono Sukirno, penawaran uang diartikan
secara sempit dan luas. Arti penawaran uang secara sempit adalah jumlah uang kartal dan uang giral
yang beredar pada suatu waktu tertentu. Adapun arti penawaran uang secara luas adalah jumlah uang
kartal, uang giral dan uang kuasi yang beredar pada suatu waktu tertentu. Yang dimaksud uang kuasi
adalah uang yang tersimpan di Bank dalam bentuk tabungan, deposito berjangka dan tabungan valuta
asing.
Dalam istilah ekonomi, penawaran uang atau Money Supply lebih sering disebut dengan istilah “uang
beredar”.
Jumlah uang yang diminta masyarakat tidak tetap, kadang-kadang naik dan kadang-kadang turun.
Mengapa permintaan uang bisa naik atau turun? Karena banyak faktor yang bisa memengaruhi naik
turunnya uang. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1.1 Permintaan Uang untuk Transaksi (Transaction Motive)
Perlunya seseorang atau masyarakat maupun pemerintah selalu menginginkn memegang uang
kas hal ini disebabkan karena penerimaan tidak selalu selaras atau sepadan dengan pengeluaran. Hal ini
disebabkan adanya kesenggangan waktu antara penerimaan dan pengeluaran uang. Permintaan uang
untuk tujuan transaki meningkat jika penerimaan dan pengeluaran tidak selaras dan pada berbagai
keadaan.
Agar bisa melakukan transaksi untuk memenuhi berbagai kebutuhan sehari-hari, masyarakat
memerlukan uang. Semakin tinggi pendapatan, umumnya akan semakin tinggi pula jumlah uang yang
harus disiapkan untuk melakukan transaksi. Dengan demikian, permintaan terhadap uang juga akan
semakin tinggi.
Jadi yang menentukan banyaknya uang tunai yang dibutuhkan untuk motif transaksi, yaitu
apabila permintaan individual akan uang untuk transaksi mempunyai pola yang sama, dalam artian
dengan meningkatnya pendapatan seseorang, kebutuhan uang untuk transaksi akan meningkat, hasil
penjumlahan semua permintaan individual yang ada dalam perekonomian yang disebut sebagai
permintaan agregat juga mempunyai pola yang sama, yaitu dengan meningkatnya pendapatan nasional,
jumlah uang yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk maksud transaksi juga meningkat.
Keynes juga membedakan permintaan akan uang untuk tujuan melakukan pembayaran-
pembayaran yang tidak regular atau yang diluiar rencana transaksi normal, misalnya untuk menghadapi
berbagai kejadian yang tidak terduga, seperti sakit dan kecelakaan, masyarakat perlu memegang uang
untuk berjaga-jaga. Pada umumnya semakin tinggi pendapatan, semakin tinggi pula jumlah uang yang
diperlukan untuk berjaga-jaga. Dengan demikian, akan semakin tinggi pula permintaan terhadap uang.
Orang akan mendapat manfaat dari memegang uang untuk menghadapi keadaan-keadaan yang tak
terduga tersebut, karena sifat uang yang liquid, yaitu mudah untuk ditukarkan dengan barang-barang
lain.
Menutur Keynes permintaan akan uang untuk tujuan berjaga-jaga ini dipengaruhi oleh faktor-faktor
yang sama dangan faktor –faktor yang mempegaruhi permintaan akan uang untuk transaksi, yaitu
terutama dipengaruhi oleh tingkat penghasilan orang tersebut, dan mungkin dipengaruhi pula oleht
ingkat bunga.
3.1 Permintaan Uang untuk Spekulasi (Speculation Motive)
Masyarakat yang berpendapatan tinggi biasanya mampu melakukan transaksi yang bersifat
spekulatif untuk mencari keuntungan, misalnya melakukan jual-beli valuta asing dan saham. Hal ini
mendorong tingginya permintaan mereka terhadap uang. Sebaliknya, masyarakat yang berpendapatan
rendah tidak bisa melakukan transaksi spekulatif sehingga permintaan mereka terhadap uang juga
rendah. Dorongan melakukan transaksi, berjaga-jaga, dan dorongan spekulasi, ketiganya merupakan
pendapat yang dikemukakan oleh John Maynard Keynes yang disebut dengan Teori Liquiditas.
Apabila harga-harga barang dan jasa semakin tinggi, maka semakin tinggi pula permintaan
masyarakat terhadap uang, karena masyarakat membutuhkan uang lebih banyak untuk membayar
harga-harga yang semakin mahal Sebaliknya, jika harga-harga barang dan jasa turun maka permintaan
masyarakat terhadap uang pun ikut menurun.
Semakin tinggi tingkat suku bunga, semakin kecil permintaan terhadap uang. Mengapa demikian?
Karena, dengan semakin tingginya tingkat suku bunga, masyarakat akan lebih suka menabung uangnya
di bank daripada menggunakan uang tersebut untuk keperluan lain.
Agar bisa melakukan pembelian atas peningkatan produksi barang dan jasa, masyarakat membutuhkan
uang lebih banyak sehingga permintaan akan uang pun meningkat.
Seperti permintaan uang, penawaran uang juga berubah-ubah kadang kala naik kadang kala
turun. Hal ini terjadi karena ada faktor-faktor yang mempengaruhi naik turunnya penawaran uang.
Penawaran uang atau jumlah uang yang beredar sangat dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan
moneter yang dijalankan oleh Bank Sentral.Dengan melakukan kebijakan moneter, Bank Sentral dapat
menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter tersebut di antaranya
adalah:
3) Kebijakan Cadangan kas (dengan menaikkan atau menurunkan cadangan kas minimum).
Pada umumnya, semakin tinggi pendapatan masyarakat, akan semakin banyak jumlah uang yang
dimiliki (diterima) masyarakat sehingga jumlah uang yang beredar juga semakin tinggi. Demikian pula
sebaliknya.
Kenaikan biaya produksi (misalnya disebabkan oleh naiknya harga BBM akibat pengurangan
subsidi) umumnya akan menyebabkan naiknya hargaharga barang dan jasa. Jika harga-harga barang dan
jasa naik, maka harus tersedia lebih banyak uang agar masyarakat bisa membayar kenaikan tersebut. Itu
berarti, pemerintah perlu menambah jumlah uang yang beredar.
Jika selera masyarakat terhadap barang dan jasa meningkat maka akan mendorong peningkatan
permintaan. Jika permintaan meningkat, maka harga barang dan jasa akan meningkat. Jika harga barang
dan jasa meningkat, maka pemerintah harus menambah jumlah uang yang beredar, agar masyarakat
bisa membayar kenaikan tersebut.
Selain mampu memengaruhi permintaan uang, meningkatnya produksi barang dan jasa juga bisa
memengaruhi penawaran uang.Peningkatan produksi barang dan jasa yang tidak diimbangi dengan
penambahan jumlah uang yang beredar akan mengakibatkan deflasi. Agar tidak terjadi deflasi,
pemerintah perlu menambah penawaran uang (jumlah uang yang beredar).
6.1 Kebijakan Anggaran yang Dianut
Jika negara menjalankan kebijakan anggaran defisit, maka semakin tinggi belanja negara akan
semakin tinggi pula penawaran uang, sebab Bank Sentral harus menyediakan uang lebih banyak untuk
menutupi anggaran yang defisit. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan mencetak uang baru.
Dan, pencetakan uang baru sudah pasti akan menambah penawaran uang (jumlah uang yang beredar).
C. Bentuk Kebijakan pemerintah dalam mempengaruhi keseimbangan permintaan dan penawaran uang
melalui kebijakan moneter
Kebijakan moneter (monetary policy) merupakan komponen kunci kebijakan ekonomi. Yang disebut
sebagai kebijakan moneter adalah segenap tindakan kebijakan yang diambil bank sentral untuk
mengubah kondisi-kondisi moneter dan keuangan dalam perekonomian yang bersangkutan. Tujuannya
bisa tunggal, misalnya terciptanya tingkat inflasi yang rendah dan stabil, bisa juga majemuk (banyak),
seperti terciptanya inflasi yang rendah yang disertai oleh pertumbuhan ekonomi secara
berkesinambungan, neraca pembayaran yang tetap seimbang, serta suku bungan dan kurs yang stabil.
Instrument kebijakan yang digunakan bank sentral demi menciptakan perubahan kondisi moneter dan
finanlsial itu meliputi pengaturan suku bungan jangka pendek, control terhadap kreditperbankan, serta
pengelolaan dana cadangan perbankan.
Kebijakan moneter dan bank sentral juga terkait erat. Akan tetapi kebijakan moneter kian lama kian
sulit dibedakan dari kebijakan ekonomi pada umumnya. Kebijakan moneter umumnya, yakni kebijakan
yang desin dan implementasinya dilakukan oleh bank sentral demi mencapai suatu atau beberapa
tujuan ekonomi. Sebagai contoh, meskipun secara umum kontrol suku bunga, kurs dan pembatasan
kredit memang ada dalam yurisdikal bank sentral, dalam prakteknya semua kegiatan itu bisa dilakukan
oleh kementrian keuangan (atau dinas perbendaharaan negara).
Sebelum memaparkan mengenai apa saja kebijakan yang dapat dilakukan pemerintah dalam suatu
perekonomian melalui kebijakan moneter. Terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai apa saja tujuan
yang terdapat dari adanya kebijakan moneter.
1.1 Mengedarkan mata uang sebagai alat pertukaran (medium of exchange) dalam perekonomian.
3.1 Distribusi likuiditas yang optimal dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi yang
diinginkan pada berbagai sektor ekonomi.
4.1 Membantu pemerintah melaksanakan kewajibannya yang tidak dapat terealisasi melalui
sumber penerimaan yang normal.
Berikut ini adalah beberapa bentuk (instrumen) kebijakan moneter yang dapat dilakukan oleh Bank
Sentral sebagai bagian dari pemerintah:
a) Kebijakan ini dilakukan untuk mengurangi/menambah jumlah uang beredar (JUB) melalui penjualan
atau pembelian surat berharga.
b) Kebijakan ini dilaksanakan oleh Bank Sentral dengan cara menjual belikan surat-surat berharga.
Tentu saja untuk dapat dilaksanakan kebijakan ini dengan sukses harus tersedia pasar surat berharga. Itu
berarti harus ada pihak-pihak atau agen ekonomi yang bertindak sebagai peminta surat berharga dan
pemasok surat berharga.
c) Dengan menjual atau membeli surat berharga, Bank Sentral dapat mengendalikan jumlah uang
beredar sesuai dengan yang diinginkannya. Dengan menjual surat berharga, maka JUB akan berkurang,
demikian pula sebaliknya.
2.1 Penentuan Cadangan Wajib atau Giro Wajib Minimum (Reserves Requirement Policy)
Bank-bank umum dapat memberikan kredit bila mereka mempunyai cadangan yang cukup untuk
itu. Sebagai lembaga keuangan yang berorientasi untuk laba selayaknya bank umum harus mengatur
agar cadangan yang ada mampu mendatangkan keuntungan dari kredit yang diberikan. Berkaitan
dengan itu Bank Sentral mempunyai kewenangan untuk menentukan besarnya cadangan wajib
minimum bank-bank umum, dan ketentuan cadangan wajib minimum itu akan berpengaruh terhadap
besarnya kelebihan cadangan yang merupakan dana potensial bagi terciptanya kredit. Jika cadangan
wajib meningkat maka akan mengurangi cadangan yang dimiliki bank-bank umum sehingga akan
menurunkan jumlah kredit yang dikeluarkan dan dapat mengurangi laju pertumbuhan uang beredar
(JUB turun). Demikian pula sebaliknya
Kebijakan diskonto dilakukan melalui penetapan suku bunga pinjaman oleh bank sentral yang
dikenakan pada bank-bank umum. Jika JUB dianggap Bank sentral terlalu banyak maka kebijakan yang
diambil adalah dengan menaikkan tingkat suku bunga dan sebaliknya jika JUB di masyarakat dianggap
kurang maka Bank Sentral akan menurunkan tingkat suku bunga pinjamannya.
Kebijakan moneter yang bersifat kualitatif ini merupakan metode atau cara untuk menghimbau
para bankir dan pengusaha untuk mengikuti dan mentaati kebijakan yang telah ditetapkan oleh bank
sentral. Kebijakan ini akan efektif jika didukung oleh tindakan yang lebih positif oleh bank sentral.
Kebijakan ini hanya akan bermafaat pada saat tertentu saja sampai kebijakan yang fundamental
dilakukan.
ini diambil oleh Bank Sentral bukan dengan ketentuan-ketentuan tertulis tetapi dengan
mengadakan pertemuan, saran-saran dan himbauan kepada masyarakat, lembaga keuangan atau
lainnya untuk bersama-sama berusaha memperbaiki perekonomian.