Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
Anamnesis
Anamnesis Terpimpin :
Sesak dialami sejak 1 minggu dan memberat 3 hari terakhir. Demam tidak ada, batuk ada
sesekali, lendir ada berwarna hijau. Riwayat sering sesak sejak tahun 2013. Riwayat OAT
tidak ada. Riwayat merokok 30 tahun 3 bungkus/hari. 3 Tahun terakhir sudah berhenti
merokok. Mual dan muntah tidak ada. Riwayat orang tua, anak dan cucu mengidap penyakit
asma. Riwayat terpapar zat iritan ada. Riwayat DM dan hipertensi tidak ada. Riwayat
Kolesterol dan asam urat ada. Riwayat minum alkohol selama 10 tahun.
Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok 30 tahun yang lalu (Indeks Brikman berat)
Riwayat Keluarga
Riwayat orang tua, anak dan cucu mengidap penyakit asma.
Riwayat Psikososial
Riwayat merokok ada, 36 batang/hari selama ± 30 tahun (indeks brinkman: 1080
batang = Perokok berat).
Riwayat konsumsi alkohol ada
Deskripsi umum
Sakit sedang/ Gizi lebih/ Compos mentis (E4M6V5)
BB : 61 kg
TB : 155 cm
IMT : 25,3 ( Meningkat/Overweight)
Tanda Vital
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 79 kali/menit
Pernapasan : 26 kali/menit
Suhu : 36.8oC
Spo2 : 97 % tanpa modalitas
Kepala
Normocephal
Mata
Eksoptalmus/Enoptalmus: (-)
Gerakan : Dalam batas normal
Kelopak mata : Edema palpebral (-)
Konjungtiva : pucat (-/-)
Sklera : Ikterus (-/-)
Kornea : Jernih
Pupil : Bulat, isokor 2,5mm/2,5mm
Telinga
Pendengaran dalam batas normal
Nyeri tekan di prosesus mastoideus: (-)
Hidung
Perdarahan : (-)
Sekret : (-)
Leher
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
Kaku kuduk : Tidak ada
Tumor : Tidak ada
JVP : R+2 cmH2o
Paru
Inspeksi : Tampak simetris kiri dn kanan statis dan dinamis
Palpasi : vocal fremitus sama kiri dan kanan
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi
Bunyi pernapasan : Vesikuler,
Bunyi tambahan : Ronkhi (-) dan wheezing di kedua lapangan paru
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tampak
Palpasi : Thrill tidak teraba
Perkusi : dalam batas normal
Batas kanan atas jantung ICS II Dextra
Batas kiri atas jantung ICS II Sinistra
Batas kanan bawah ICS IV parasternalis dextra
Batas kiri bawah jantung ICS IV linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, bising jantung (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan meningkat
Palpasi : nyeri tekan (-) massa tumor (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani, undulasi (-)
Lain-lain : Ascites (-)
Extremitas
Edema : tidak ada
Perdarahan : tidak ada
Akral : hangat
Kulit
Tidak tampak ruam-ruam kemerahan di tubuh.
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium 6 Maret 2019
JENIS
HASIL NILAI RUJUKAN
PEMERIKSAAN
Interpretasi:
Berdasarkan standar kelayakan foto, foto dinyatakan layak baca oleh karena
dilengkapi dengan identitas dan penanda sisi (marker). identitas pasien terdiri dari nama
pasien, usia, jenis kelamin, nomor rekam medik, tanggal pengambilan foto serta posisi
pengambilan foto.
Didapatkan corakan bronkovaskuler dalam batas normal, didapatkan hiperinflasi pada
kedua lapangan paru dengan diafragma yang tampak datar, tulang-tulang, jaringan lunak
sekitar baik, cor (CTI dan aorta) dalam batas normal
D. DIAGNOSIS KERJA
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) eksaserbasi akut
E. DAFTAR MASALAH
Auskultasi: vesikuler.
Foto Thorax:
- TB lama aktif lesi
minimal
BAB 2
DISKUSI
FOLLOW UP
Wakt Subjektif Objektif Assesment Planning
u
7/3/19 Sesak berkurang, batuk Sakit sedang/ PPOK - Cek AGD
berlendir ada warna Gizi lebih/ Eksaserbasi - Nacl 0,9% 20 tpm
kuning, demam tidak Composmentis Akut - O2 nasal kanul 3 L
ada, BAK dan BAB TD : 130/80 - Nebulizer Combivent/ 8 jam
lancar N : 104 x/ menit - Nebulizer Pulmicort/ 8 jam
P : 22x/menit - Erdostein capsul/8 jam /
S : 36,5 C oral
SpO2 : 91 % - Levofloxacin 500
dengan mg/24 jam/ oral
modalitas - Metilpredinsolon 125
Thorax : mg/24 jam/ Intravena
Wheezing di
kedua lapangan
paru
Darah rutin :
WBC : 8,650
Hb : 15
PLT : 485.000
HCT : 44,9 %
Neut : 55,2 %
Lymph : 29,2 %
Foto Thorax :
Efusi Pleura
minimal
9/3/19 Sesak berkurang, batuk Sakit sedang/ PPOK - Cek AGD
berlendir ada, demam Gizi lebih/ Eksaserbasi - Nacl 0,9% 20 tpm
tidak ada, BAB dan Composmentis Akut - O2 nasal kanul 2 L
BAK lancar TD : 140/80 ) - Nebulizer Combivent/ 8
N : 88x/ menit jam
P : 24x/menit - Nebulizer Pulmicort/ 12
S : 36,4 C jam
SpO2 : 92 % - Erdostein capsul/8
tanpa modalitas jam / oral/
Thorax : - Levofloxacin 500
Wheezing di mg/24 jam/ oral
kedua lapangan - Metilprednisolon 125
paru mg/24 jam/Intravena
Darah rutin : - Spirometri (Jika sesak
WBC : 8,650 berulang)
Hb : 15
PLT : 485.000
HCT : 44,9 %
Neut : 55,2 %
Lymph : 29,2 %
Foto Thorax :
Efusi Pleura
minimal
8/3/19 Sesak berkurang, batuk Sakit sedang/ PPOK - Cek AGD
berlendir ada, demam Gizi lebih/ Eksaserbasi - Nacl 0,9% 20 tpm
tidak ada, Sesak Composmentis Akut - O2 nasal kanul 2 L
berkurang, batuk TD : 120/80 - Nebulizer Combivent/ 8
berlendir ada warna N : 84x/ menit jam
kuning, demam tidak P : 26x/menit - Nebulizer Pulmicort/ 12
ada, BAK dan BAB S : 36,3 C jam
lancar SpO2 : 91 % - Erdostein capsul/8
tanpa modalitas jam / oral/
Thorax : - Levofloxacin 500
Wheezing di mg/24 jam/ oral
kedua lapangan - Metilprednisolon 125
paru mg/24 jam/Intravena
Darah rutin : - Spirometri (Jika sesak
WBC : 8,650 berulang)
Hb : 15
PLT : 485.000
HCT : 44,9 %
Neut : 55,2 %
Lymph : 29,2 %
Foto Thorax :
Efusi Pleura
minimal
10/3/1 Sesak berkurang, batuk Sakit sedang/ PPOK - Cek AGD
9 berlendir ada, demam Gizi lebih/ Eksaserbasi - Nacl 0,9% 20 tpm
tidak ada, BAB dan Composmentis Akut - O2 nasal kanul 2 L
BAK lancar TD : 142080 - Nebulizer Combivent/ 8
N : 86x/ menit jam
P : 22x/menit - Nebulizer Pulmicort/ 12
S : 36,4 C jam
SpO2 : 92 % - Erdostein capsul/8
tanpa modalitas jam / oral/
Thorax : - Levofloxacin 500
Wheezing di mg/24 jam/ oral
kedua lapangan - Metilprednisolon 125
paru mg/24 jam/Intravena
Darah rutin : - Spirometri (Jika sesak
WBC : 8,650 berulang)
Hb : 15
PLT : 485.000
HCT : 44,9 %
Neut : 55,2 %
Lymph : 29,2 %
Foto Thorax :
Efusi Pleura
minimal
11/3/1 Keluhan hari ini tidak Sakit sedang/ PPOK - Cek AGD
9 ada Gizi lebih/ Eksaserbasi - Nacl 0,9% 20 tpm
Composmentis Akut - O2 nasal kanul 2 L
TD : 120/80 (bila sesak)
N : 78x/ menit - Nebulizer Combivent/ 8
P : 22x/menit jam
S : 36,5 C - Nebulizer Pulmicort/ 12
SpO2 : 91 % jam
tanpa modalitas - Erdostein 300 mg/8
Thorax : jam / oral/
Wheezing di - Levofloxacin 500
kedua lapangan mg/24 jam/ oral
paru - Metilprednisolon
Darah rutin : 62,5 mg/12
WBC : 8,650 jam/Intravena
Hb : 15 - Spirometri (Jika sesak
PLT : 485.000 berulang)
HCT : 44,9 % Rencana Rawat Jalan
Neut : 55,2 %
Lymph : 29,2 %
Foto Thorax :
Efusi Pleura
minimal
BAB 3
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK
A. Definisi
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai
oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau
reversibel parsial1. Hambatan aliran udara ini biasanya disebabkan oleh abnormalitas dari
jalan nafas atau alveoli oleh karena paparan partikel atau gas berbahaya lama 2. PPOK terdiri
dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya.
Bronkitis kronik merupakan kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik
berdahak minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dua tahun berturut - turut,
tidak disebabkan penyakit lainnya.
Emfisema adalah suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga
udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli.
B. Faktor Resiko
Kebiasaan merokok merupakan satu - satunya penyebab kausal yang terpenting, jauh
lebih penting dari faktor penyebab lainnya. Dalam pencatatan riwayat merokok perlu
diperhatikan :
a. Riwayat merokok
- Perokok aktif
- Perokok pasif
- Bekas perokok
b. Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah rata-
rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun :
- Ringan : 0-200
- Sedang : 200-600
- Berat : >600
Hipereaktiviti bronkus
Di negara dengan prevalensi TB paru yang tinggi, terdapat sejumlah besar penderita
yang sembuh setelah pengobatan TB. Pada sebagian penderita, secara klinik timbul gejala
sesak terutama pada aktiviti, radiologik menunjukkan gambaran bekas TB (fibrotik,
klasifikasi) yang minimal, dan uji faal paru menunjukkan gambaran obstruksi jalan napas
yang tidak reversibel. Kelompok penderita tersebut dimasukkan dalam kategori penyakit
Sindrom Obstruksi Pascatuberkulosis (SOPT).
D. Patofisiologi
Hambatan aliran udara merupakan perubahan fisiologi utama pada PPOK yang
diakibatkan oleh adanya perubahan yang khas pada saluran nafas bagian proksimal, perifer,
parenkim dan vaskularisasi paru yang dikarenakanadanya suatu inflamasi yang kronik dan
perubahan struktural pada paru. Terjadinya peningkatan penebalan pada saluran nafas kecil
dengan peningkatan formasi folikel limfoid dan deposisi kolagen dalam dinding luar
salurannafas mengakibatkan restriksi pembukaan jalan nafas. Lumen saluran nafas kecil
berkurangakibat penebalan mukosa yang mengandung eksudat inflamasi, yang meningkat
sesuai berat sakit.
Dalam keadaan normal radikal bebas dan antioksidan berada dalam keadaan
seimbang. Apabila terjadi gangguan keseimbangan maka akan terjadi kerusakan di paru.
Radikal bebas mempunyai peranan besar menimbulkan kerusakan sel dan menjadi dasar dari
berbagai macam penyakit paru.
Pengaruh gas polutan dapat menyebabkan stress oksidan, selanjutnya akan
menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid selanjutnya akan menimbulkan
kerusakan sel daninflamasi. Proses inflamasi akan mengaktifkan sel makrofag alveolar,
aktivasi sel tersebut akan menyebabkan dilepaskannya faktor kemotataktik neutrofil seperti
interleukin 8 dan leukotriene B4, tumor necrosis factor (TNF), monocyte chemotactic peptide
(MCP)-1 dan reactive oxygen species (ROS). Faktor-faktor tersebut akan merangsang
neutrofil melepaskan protease yang akanmerusak jaringan ikat parenkim paru sehingga
timbul kerusakan dinding alveolar danhipersekresi mukus. Rangsangan sel epitel akan
menyebabkan dilepaskannya limfosit CD8, selanjutnya terjadi kerusakan seperti proses
inflamasi. Pada keadaan normal terdapat keseimbangan antara oksidan dan antioksidan.
Enzim NADPH yang ada dipermukaan makrofag dan neutrophil akan mentransfer satu
elektron ke molekul oksigen menjadi anion superoksidadengan bantuan enzim superoksid
dismutase. Zat hidrogen peroksida (H2O2) yang toksik akandiubah menjadi OH dengan
menerima elektron dari ion feri menjadi ion fero, ion fero denganhalida akan diubah menjadi
anion hipohalida (HOCl).
Pengaruh radikal bebas yang berasal dari polusi udara dapat menginduksi batuk
kronis sehingga percabangan bronkus lebih mudah terinfeksi. Penurunan fungsi paru terjadi
sekunder setelah perubahan struktur saluran napas. Kerusakan struktur berupa destruksi
alveol yang menuju ke arah emfisema karena produksi radikal bebas yang berlebihan oleh
leukosit dan polusi dan asap rokok.
E. Manifestasi klinis
a. Anamnesis
- Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan
- Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, mis berat badan lahir rendah
(BBLR), infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi udara
b. Pemeriksaan fisis
PPOK dini umumnya tidak ada kelainan
Inspeksi
- Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)
- Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis leher dan
edema tungkai
Palpasi
Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
Perkusi
- Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma
rendah, hepar terdorong ke bawah
Auskultasi
- Suara napas vesikuler normal, atau melemah
- Terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi
paksa
- Ekspirasi memanjang
c. Pemeriksaan Tambahan
1. Faal paru
• Spirometri (VEP1, VEP1prediksi, KVP, VEP1/KVP
- Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi ( % )
dan atau VEP1/KVP ( % ). Obstruksi : %
VEP1(VEP1/VEP1 pred) < 80% VEP1%
(VEP1/KVP) < 75 %
• Uji bronkodilator
- Dilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada
gunakan APE meter. Setelah pemberian bronkodilator
inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15 - 20 menit kemudian
3. Radiologi
Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain
- Hiperinflasi
- Hiperlusen
- Ruang retrosternal melebar
- Diafragma mendatar
- Jantung menggantung (jantung pendulum / tear drop / eye
drop appearance)
Pada bronkitis kronik :
• Corakan bronkovaskuler bertambah pada
• Normal 21 % kasus
- Scan ventilasi
perfusi Mengetahui
fungsi respirasi
paru
7. Elektrokardiografi
Mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai oleh Pulmonal dan hipertrofi
ventrikel kanan.
8. Ekokardiografi
9. bakteriologi
F. Klasifikasi
Berdasarkan keparahan obstruksi (Spirometri)
Kekambuhan
A. Akut
B. Stabil
G. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan :
- Mengurangi gejala
- Mencegah eksaserbasi berulang
- Memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru
- Meningkatkan kualiti hidup penderita
1. Edukasi
Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka panjang pada PPOK
stabil. Edukasi pada PPOK berbeda dengan edukasi pada asma. Karena PPOK
adalah penyakit kronik yang ireversibel dan progresif, inti dari edukasi adalah
menyesuaikan keterbatasan aktiviti dan mencegah kecepatan perburukan fungsi
paru. Berbeda dengan asma yang masih bersifat reversibel, menghindari
pencetus dan memperbaiki derajat adalah inti dari edukasi atau tujuan
pengobatan dari asma.
Edukasi PPOK diberikan sejak ditentukan diagnosis dan berlanjut secara berulang
pada setiap kunjungan, baik bagi penderita sendiri maupun bagi keluarganya.
Edukasi dapat diberikan di poliklinik, ruang rawat, bahkan di unit gawat darurat
ataupun di ICU dan di rumah. Secara intensif edukasi diberikan di klinik rehabilitasi
atau klinik konseling, karena memerlukan waktu yang khusus dan memerlukan alat
peraga. Edukasi yang tepat diharapkan dapat mengurangi kecemasan pasien PPOK,
memberikan semangat hidup walaupun dengan keterbatasan aktiviti. Penyesuaian
aktiviti dan pola hidup merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualiti hidup
pasien PPOK
Bahan dan cara pemberian edukasi harus disesuaikan dengan derajat berat
penyakit, tingkat pendidikan, lingkungan sosial, kultural dan kondisi ekonomi
penderita.
3. Penggunaan oksigen
- Kapan oksigen harus digunakan
- Berapa dosisnya
- Mengetahui efek samping kelebihan dosis oksigen
Edukasi diberikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah diterima, langsung ke
pokok permasalahan yang ditemukan pada waktu itu. Pemberian edukasi sebaiknya
diberikan berulang dengan bahan edukasi yang tidak terlalu banyak pada setiap kali
pertemuan. Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka panjang pada
PPOK stabil, karena PPOK merupakan penyakit kronik progresif yang ireversibel
Ringan
- Penyebab dan pola penyakit PPOK yang ireversibel
- Mencegah penyakit menjadi berat dengan menghindari pencetus, antara
lain berhenti merokok
- Segera berobat bila timbul gejala
Sedang
- Menggunakan obat dengan tepat
- Mengenal dan mengatasi eksaserbasi dini
- Program latihan fisik dan pernapasan
Berat
- Informasi tentang komplikasi yang dapat terjadi
- Penyesuaian aktiviti dengan keterbatasan
- Penggunaan oksigen di rumah
2. Obat - obatan
a. Bronkodilator
Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator dan
disesuaikan dengan klasifikasi derajat berat penyakit ( lihat tabel 2 ). Pemilihan
bentuk obat diutamakan inhalasi, nebuliser tidak dianjurkan pada penggunaan
jangka panjang. Pada derajat berat diutamakan pemberian obat lepas lambat ( slow
release ) atau obat berefek panjang ( long acting ).
b. Antiinflamasi
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi intravena,
berfungsi menekan inflamasi yang terjadi, dipilih golongan metilprednisolon atau
prednison. Bentuk inhalasi sebagai terapi jangka panjang diberikan bila terbukti uji
kortikosteroid positif yaitu terdapat perbaikan VEP1 pascabonkodilator meningkat
> 20% dan minimal 250 mg
c. Antibiotika
Hanya diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotik yang digunakan :
- Lini I :
amoks
isilin
makrol
id
- Lini II : amoksisilin dan asam
klavulanat sefalosporin
kuinolon
makrolid
baru
d.Antioksidan
Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualiti hidup, digunakan N -
asetilsistein. Dapat diberikan pada PPOK dengan eksaserbasi yang sering, tidak
dianjurkan sebagai pemberian yang rutin
e. Mukolitik
Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan mempercepat
perbaikan eksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik dengan sputum yang
viscous. Mengurangi eksaserbasi pada PPOK bronkitis kronik, tetapi tidak
dianjurkan sebagai pemberian rutin.
f. Antitusif
Diberikan dengan hati - hati
3. Terapi Oksigen
Pada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan yang menyebabkan
kerusakan sel dan jaringan. Pemberian terapi oksigen merupakan hal yang sangat
penting untuk mempertahankan oksigenasi seluler dan mencegah kerusakan sel baik di
otot maupun organ - organ lainnya.
Manfaat oksigen
- Mengurangi sesak
- Memperbaiki aktiviti
- Mengurangi hipertensi pulmonal
- Mengurangi vasokonstriksi
- Mengurangi hematokrit
- Memperbaiki fungsi neuropsikiatri
- Meningkatkan kualiti hidup
Indikasi
- Pao2 < 60mmHg atau Sat O2 < 90%
- Pao2 diantara 55 - 59 mmHg atau Sat O2 > 89% disertai Kor Pulmonal,
perubahan P pullmonal, Ht >55% dan tanda - tanda gagal jantung kanan, sleep
apnea, penyakit paru lain
4. Ventilasi Mekanik
Ventilasi mekanik pada PPOK digunakan pada eksaserbasi dengan gagal napas akut,
gagal napas akut pada gagal napas kronik atau pada pasien PPOK derajat berat
dengan napas kronik. Ventilasi mekanik dapat digunakan di rumah sakit di ruang
ICU atau di rumah.
5. Nutrisi
Malnutrisi sering terjadi pada PPOK, kemungkinan karena bertambahnya
kebutuhan energi akibat kerja muskulus respirasi yang meningkat karena
hipoksemia kronik dan hiperkapni menyebabkan terjadi hipermetabolisme.
Kondisi malnutrisi akan menambah mortaliti PPOK karena berkolerasi dengan
derajat penurunan fungsi paru dan perubahan analisis gas darah
H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada PPOK adalah :
1. Gagal napas
Gagal napas kronik
Gagal napas akut pada gagal napas kronik
2. Infeksi berulang
3. Kor pulmonal
I. Prognosis
Malam