MAKALAH
diajukan untuk memenuhi tugas harian mata kuliah Perpajakan 1 semester III
DASAR-DASAR PERPAJAKAN
BAB I
PEMBAHASAN
2.1. Dasar –Dasar Perpajakan
A. Definisi dan Unsur Pajak
Definisi menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang perubahan ke-
empat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan pada pasal 1 ayat 1 berbunyi pajak adalah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk membayar pengeluaran umum.
Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur :
1. Iuran dari rakyat kepada negara. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran
tersebut berupa uang (bahkan barang).
2. Berdasarkan undang-undang.pajak dipungut berdasarkan atau dengankekuatan
undang-undang serta aturan pelaksanaannya.
3. Tanpa jasa timbal balik atau kontraprestasi individual oleh pemerintah.
4. Digunakan untuk membiayai rumah tanga negara, yakni pengeluaran-pengeluaran
yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
B. Fungsi Pajak
Ada dua fungsi pajak, yaitu :
1. Fungsi anggaran (budgetair). Pajak berfungsi sebagai salah satu sumber dana bagi
pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
2. Fungsi mengatur (cregulerend). Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijasanaan pemerintah dalam bidang social dan ekonomi.
Contoh :
a. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi konsumsi
minuman keras.
b. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk mengurangi
gaya hidup konsumtif.
Secara objektif, PPh untuk tuan A sama besarnya dengan tuan B, karena mempunyai
penghasilan yang sama besarnya. Sedangkan secara subjektif, PPh untuk tuan A
lebih kecil dariopada tuan B, karena kebutuhan materiil yang harus dipenuhi tuan A
lebih besar.
4. Teori Bakti
Dasar keadilan pemungutan pajak terletakpada hubungan rakyat dengan
negaranya. Sebagai warga negara yang berbakti, rakyat harus selalumenyadari
bahwa pembayaran pajak adalah sebagai suatu kewajiban.
G. Pengelompokan Pajak
1. Menurut golongannya
a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak
dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
Contoh : Pajak Penghasilan
b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada hakikatnya dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai.
2. Menurut sifatnya
a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya,
dalam arti memerhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh : Pajak Penghasilan.
b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memerhatikan
keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Masuk.
3. Menurut lembaga pemungutnya
a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga negara.
Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah dan Bea Materai.
b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan
untuk mebiayai rumah tangga daerah.
Pajak Daeah terdiri atas :
Pajak Propinsi, contoh : Pajak Kenderaan Bermotor dan Pajak Bahan Bakar
Kenderaan Bermotor.
Pajak Kabupaten/Kota, contoh : Pajak Hotel, Pajak Restoran dan Pajak Hiburan.
Ciri-cirinya :
Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak
sendiri.
Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri
pajak yang terutang.
Fiskus tidka ikut campur dan hanya mengawasi.
c. Withholding System
Adalah suatu system pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak
ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk memotong
atau memungut pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
Ciri-cirinya : wewenang memotong atau memungut pajak yang terutang ada pada
pihak ketiga, yaitu pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.
K. Tarif Pajak
Ada 4 macam tariff pajak :
1. Tarif sebanding/proporsional
Tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak
sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang
dikenai pajak.
Contoh :
Untuk penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah pabean akan dikenakan Pajak
Pertambahan Nilai sebesar 10%.
2. Tarif tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak
sehingga pajak yang terutang tetap.
Contoh :
Besarnya tarif Bea Materai untuk cek dan bilyet giro dengan nilai nominal berapapun
adalah Rp 3.000,00.
3. Tarif progresif
Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak
semakin besar.
Contoh : pasal 17 Undang-undang Pajak Penhasilan untuk Wajib Pajak orang pribadi
dalam negeri.
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp 50.000.000,00 5%
Di atas Rp 50.000.000,00 s.d. Rp 250.000.000,00 15%
Di atas Rp 250.000.000,00 s.d. Rp 500.000.000,00 25%
Di atas Rp 500.000.000,00 30%
4. Tarif Degresif
Presentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak
semakin besar. Contohnya yaitu seperti bea cukai. Hal ini dimaksudkan untuk
memicu supaya lebih meningkatkan perdagangan ingternasional (ekspor dan impor).
Ketika objek pajak yang ingin di impor atau ekspor berkisaran antara 0 sampai Rp
25.000.000 maka barang tersebut akan terkena bea cukai sebesar 15%. Ketika objek
pajak yang ingin di impor atau ekspor berkisaran antara Rp 25.000.000 sampai Rp
50.000.000 maka barang tersebut akan terkena bea cukai sebesar 12, 5%
3. Bea Materai
Dasar hukum pengenaan Bea Materai adalah Undang-undang No.13 Tahun 1985.
Undang-undang Bea Materai berlaku mulai tanggal 1 Januari 1986 menggantikan
peraturan dan Undang-undang Bea Materai yang lama (Aturan Bea Materai 1921).
4. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Dasar hukum pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan adalah Undang-undang No. 12
Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 12 Tahun 1994.
Undang-undang PB berlaku mulai tanggal 1 Januari 1986 dan merupakan pengganti :
a. Ordonansi Pajak Rumah Tangga tahun 1908.
b. Ordonansi Versponding Indonesia tahun 1923.
c. Ordonansi Pajak kekayaan tahun 1932.
d. Ordonansi Versponding tahun 1928.
e. Ordonansi Pajak Jalan tahun 1942.
f. Undang-undang Darurat nomor 11 tahun 1957 khususnya pasal 14 huruf j, k, l.
g. Undang-undang nomor 11Prp : Tahun 1959 Pajak Hasil Bumi.
5. Bea perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
Dasar hukum pengenaan Bea Perolehan Ha katas Tanah dan Bangunan adalah
Undang-undang No. 21 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-undang No. 20 Tahun 2000, Undang-undang BPHTB berlaku sejak tanggal 1
Januari 1998 menggantikan Ordonansi Bea Balik Nama Staatsblad 1924 No. 291.
BAB II
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Definisi menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang perubahan ke-empat
atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan pada pasal 1 ayat 1 berbunyi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk membayar pengeluaran umum.
Fungsi pajak yaitu Fungsi Anggaran dan Fungsi Mengatur.
Pengelompokkan pajak terbagi atas :
(1) Menurut golongannya :Pajak langsung dan Pajak tidak langsung.
(2) Menurut sifatnya : Pajak Subjektif dan Pajak Objektif/.
(3) Menurut lembaga pemungutnya : Pajak Pusat dan Pajak Daerah, yaitu pajak
yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk mebiayai rumah tangga
daerah.
Tarif pajak terdiri atas :
(1) Tarif sebanding/proporsional,
(2) Tarif Tetap,
(3) Tarif Progresif dan
(4) Tarif Degresif.
Hambatan disebabkan oleh 2 yaitu Perlawanan Pasif dan Perlawanan Aktif.
3.2. Saran
Saran penulis terkait dengan Dasar-Dasar Perpajakan diharapkan kita lebih
memahami dan bisa mengaplikasikan Dasar-dasar perpajakan ini. Sehingga kita bisa
mengerti bagaimana melaksakan kegiatan perpajakan yang hakikatnya wajib bagi kita
sebagai warga negara.
Demikian makalah ini dibuat, semoga bisa memberikan manfaat terutama untuk
penulis dan juga untuk pembaca. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu
diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Daftar Pustaka
Prof. Dr. Mardiasmo, MBA., Ak. 2016. Perpajakan. Yogyakarta : CV. Andi Offset