Dosen :
Patoni, S.Pd., M.Pd
Disusun Oleh :
No Nama NIM
1 Fikri Haikal Maulana 030218003
2 Indah Sri Damayanti 030118
3 Putri Nurul Fauziah 030118024
4 Winda Ayu Lestari 030218
5 Windy Amalia Nurfadilah 030118047
Kelas Pagi A
STIE DR. KH.EZ MUTTAQIEN
2018 / 2019
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehungga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “HUKUM PERIKATAN DAN PERJANJIAN”.
Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Aspek
Hukum Dalam Ekonomi. Kami harap dapat menambah wawasan dan
pengetahuan khususnya dalam bidang Hukum. Serta pembaca dapat
mengetahui tentang bagaimana dan apa sebenarya Hukum Perikatan dan
Perjanjian itu.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam makalah ini, kami akan membahas tentang konsep perikatan dan
hal-hal yang terkait di dalamnya sampai dengan berakhirnya atau terhapusnya
suatu perikatan.
4
B. Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari perikatan dan perjanjian ?
b. Apa saja subjek dan objek dalam perikatan ?
c. Apa saja syarat sahnya suatu perjanjian itu ?
d. Apa saja asas dalam suatu perjanjian itu ?
e. Apa saja jenis-jenis perjanjian itu ?
f. Apa definisi dari resiko, wanprestasi dan keadaan memaksa ?
g. Bagaimana suatu perikatan itu berakhir ?
5
BAB II
PEMBAHASAN
a. Perikatan.
b. Perutangan dan
c. Perjanjian.
Hukum Perikatan diatur dalam Bab III KUH Perdata. Namun demikian
dalam bab III KUH Perdata tersebut tidak ada satu pasal pun yang
merumuskan makna tentang perikatan. Menurut Subekti, perkataan
“perikatan” dalam Buku III KUH Perdata mempunyai arti yang lebih luas
dari "perjanjian", sebab dalam Buku III itu, diatur juga perihal hubungan
hukum yang Sama sekali tidak bersumber pada suatu persetutujuan atau
perjanjian, yaitu perihal perikatan yang timbul dari perbuatan yang
6
melanggar hukum (onrechtmatige daad) dan perihal perikatan yang timbul
dari pengurusan kepentingan orang lain yang tidak berdasarkan persetujuan
(zaakwaarneming). Tetapi sebagian besar dari Buku III ditujukan pada
perikatan yang timbul dari persetujuan atau perjanjian. Dalam Ilmu
Pengetahuan Hukum Perdata perikatan diartikan sebagai hubungan hukum
yang terjadi di antara 2 (dua) orang atau lebih, yang terletak di dalam
lapangan harta kekayaan di mana pihak yang satu berhak atas prestasi dan
pihak lainnya wajib memenuhi prestasi itu. Subekti dalam bukunya Pokok-
Pokok Hukum Perdata berpendapat, bahwa perikatan adalah suatu hubungan
hukum antara dua orang atau dua pihak, yang mana pihak yang satu berhak
menuntut sesuatu dari pihak yang lainnya yang berkewajiban memenuhi
tuntutan itu. Perikatan sendiri merupakan suatu pengertian yang abstrak.1
7
hukum perikatan tertulis adalah kaidah hukum yang terdapat di
dalam peraturan perundang-undangan, traktat, dan yurisprudensi.
Kaidah hukum perikatan tidak tertulis adalah kaidah hukum
perikatan yang timbul, tumbuh, dan hidup dalam praktek kehidupan
masyarakat (kebiasaan).
c. Adanya prestasi. Prestasi adalah apa yang menjadi hak kreditor dan
kewajiban debitor.
Hukum perikatan diatur dalam Buku III KUH Perdata yang terdiri atas
18 bab dan 631 pasal. Dimulai dari pasal 1233 sampai dengan 1864 dan
masing masing bab dibagi menjadi beberapa bagian. Hal yang diatur dalam
Buku III KUH Perdata, meliputi hal-hal berikut ini:4
4
Salim Hs, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), 152-154.
8
c. Perikatan yang dilahirkan dari UU (pasal 1352-1380 KUH Perdata).
2. Definisi Perjanjian
9
pengertian perjanjian. Menurut teori lama yang disebut perjanjian adalah
perbuatan hukum berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat
hukum. Dari definisi tersebut telah tampak adanya konsensualisme dan
timbulnya akibat hukum (tumbuh atau lenyapnya hak dan kewajiban).
Menurut teori baru yang dikemukakan oleh Van Dunne, perjanjian adalah
suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat
untuk menimbulkan akibat hukum. Dari pengertian perjanjian di atas,
terdapat beberapa unsur mengenai perjanjian, antara lain:5
1. Objek Perikatan
5
Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional, (Jakarta: Kencana, 2010),
222.
6
Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional, 205.
10
a. Memberikan sesuatu, yaitu menyerahkan kekuasaan nyata atas benda
dari debitur kepada kreditur seperti membayar harga dan lainnya.
2. Subjek Perikatan
7
Salim Hs, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), 178.
8
Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum Nasional, 206.
11
b. Dasar tuntutan.
Sedangkan dalam KUH Perdata syarat sahnya suatu perjanjian diatur dalam
pasa 1320 KUH Perdata yang menentukan syarat sahnya sebagai berikut:11
9
Salim Hs, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), 179-180.
10
Ibid, 161-162.
11
KUH Perdata dan KUHA Perdata, (tk: Pustaka Buana, 2015), 295.
12
1. Adanya kesepakatan (toesteming / izin) kedua belah pihak. Yang
dimaksud kesepakatan adalah persesuaian pernyataan kehendak antara
satu orang atau lebih dengan pihak lainnya.
13
Didalam hukum perjanjian dikenal tiga asas, yaitu asas konsensualisme,
asas pacta sunt servada, dan asas kebebasan berkontrak.12
12
Salim Hs, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), 157-158.
14
Persetujuanpersetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik. Dari
ketentuan tersebut terkandung beberapa istilah :
15
untuk membuat atau tidak membuat perjanjian, mengadakan
perjanjian dengan siapa pun, menentukan isi perjanjian, pelaksanaan,
dan persyaratan, serta menentukan bentuknya perjanjian secara lisan
atau tertulis.
E. Jenis-Jenis Perjanjian
16
2. Perjanjian cuma-cuma dan perjanjian atas beban.
Perjanjian bernama adalah perjanjian yang diatur dan diberi nama oleh
pembentuk undang-undang berdasarkan tipe yang paling banyak
terjadi sehari-hari. Misalnya jual beli, sewa menyewa, dan lainnya.
Sementara perjanjian tidak bernama adalah perjanjian yang tidak
mempunyai nama tertentu dan jumlahnya tidak terbatas dan nama
disesuaikan dengan kebutuhan pihak-pihak yang mengadakannya
seperti perjanjian kerja sama, perjanjian pemasaran dsb. Perjanjian
tidak bernama tidak diatur dalam KUH Perdata, tetapi lahirnya di
dalam masyarakat berdasarkan asas kebebasan berkontrak.
17
pembayaran harga. Pembeli berkewajiban membayar harga, penjual
berkewajiban menyerahkan barang.
6. Perjanjian publik.
7. Perjanjian campuran.
15
KUH Perdata dan KUHA Perdata, 298.
16
Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional, 234.
18
(perjanjian yang ditandatangani oleh pihak yang bersangkutan dan
dilegalisasi oleh notaris, dan perjanjian yang dibuat dihadapan dan oleh
notaris.
1. Resiko
b. Resiko dalam perjanjian timbal balik. Resiko dalam jenis ini dibagi
menjadi tiga bagian yaitu resiko jual beli yang diatur dalam pasal
17
Lukman Santoso AZ, Hukum Perikatan, (Malang: Setara Press, 2016), 77.
18
Elsi Kartika Sari, et. All, Hukum Dalam Ekonomi, (Jakarta: PT. Grasindo, 2007), 34-35.
19
1460 KUH Perdata yakni resiko ini ditanggong oleh pembeli,
resiko dalam tukar menukar yang diatur dalam pasal 1545 KUH
Perdata yakni resiko ditanggung oleh pemilik barang, dan yang
terakhir adalah resiko dalam sewa menyewa, yang diatur dalam
pasal 1553 yakni resiko ditanguung oleh pemilik barang.
2. Wanprestasi
19
Lukman Santoso AZ, Hukum Perikatan, 75.
20
Lukman Santoso AZ, Hukum Perikatan, 76.
20
b. Kreditur dapat meminta pembatalan kontrak melalui pengadilan
(pasal 1266 KUH Perdata).
21
Ibid, 77.
21
b. Halangan itu bukan karena kesalahan debitur.
22
Keadaan memaksa relatif yaitu suatu keadaan yang menyebabkan
debitur masih memungkinkan melaksanakan prestasinya, tetapi
pelaksanaan prestasi itu harus dilakukan dengan mmberikan korban
yang besar yang tidak seimbang, atau menggunakan kekuata jiwa
yang di luar kemampuan manusia, atau kemungkinan tertimpa
bahaya kerugian yang sangat besar. Cntohnya seorang penyanyi
telah mengikatkan dirinya untuk suatu konser, tetapi beberapa detik
sebelum pertunjukan, ia menerima bahwa anaknya meninggal.
G. Terhapusnya Perikatan
Menurut ketentuan pasal 1381 KUH Perdata suatu perikatan baik yang
lahir dari perjanjian maupun undang-undang dapat berakhir karena beberapa
hal diantaranya adalah:25
25
Elsi Kartika Sari, et. All, Hukum Dalam Ekonomi, 36-37
23
h. Hilangnya benda yang diperjanjikan, yaitu apabila benda yang
diperjanjikan binasa, hilang, atau menjadi tidak dapat
diperdagangkan.
d. Dicabut kembali.
26
Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional, 237.
27
Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional, 237-238.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perikatan adalah suatu hubungan hukum antara dua orang atau dua
pihak, yang mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu dari pihak yang
lainnya yang berkewajiban memenuhi tuntutan itu. Perjanjian adalah suatu
hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk
menimbulkan akibat hukum. Suatu perikatan baik yang lahir dari perjanjian
maupun undang-undang dapat berakhir karena beberapa hal diantaranya
adalah karena pembayaran, kompensasi, pembayaran utang dll. Sementara
itu, hapusnya suatu perjanjian berbeda dengan perikatan, karena suatu
perikatan dapat hapus, sedangkan persetujuannya yang merupakan sumbernya
masih tetap ada.
25
DAFTAR PUSTAKA
Salim Hs. Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW). Jakarta: Sinar Grafika. 2005.
Tutik, Titik Triwulan. Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional. Jakarta:
Kencana, 2010.
Sari, Elis Kartika, et. All. Hukum Dalam Ekonomi. Jakarta: PT. Grasindo. 2007.
26