Anda di halaman 1dari 11

Perkembangan Financial Technology Syariah sebagai Pembiayaan Inklusif

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia

Disusun oleh:
Dini Apriliani (041811433169)
Qashiratuth Tharfi’aini (041911433106)
Salsabila Putri Maharani (041911433144)
Sarah Nabila Rahmansyah (041911433159)
Nabila Naryarani Gita Apsari (041911433197)

ABSTRAK
Fintech dapat menjadi salah satu bahan pendorong adanya suatu gerakan
guna membantu meningkatkan keuangan pada UMKM khususnya yang ada di
masyarakat menengan kebawah melalui lembaga keuangan syariah. Seperti yang
diketahui fintech adalah istilah yang digunakan untuk menyebut inovasi dalam
bidang jasa keuangan dimana melalui teknologi tersebut, segala bentuk transaksi
menjadi lebih cepat, lebih mudah, sekaligus lebih efisien, tanpa perlu melakukan
tatap muka. Kemunculan fintech dapat membantu mengembangkan UMKM mulai
dari memberikan pinjaman modal, membantu layanan pembayaran digital dan
mengatur keuangan.
Kata kunci : UMKM, Teknologi dan Fintech

1
LATAR BELAKANG
Usaha kecil dan menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis dalam
membangun perekonomian suatu negara ataupun daerah, tidak terkecuali di
Indonesia. Pertumbuhan ekonomi dapat tercapai ketika sumber daya produktif
dapat dimanfaatkan secara optimal dan dialokasikan secara merata. Tujuan
pembangunan ekonomi untuk mencapai sasaran utama dalam menciptakan
kesejahteraan dan mengurangi ketimpangan. Dalam proses pembangunan
perekonomian Indonesia, sektor UMKM memiliki peranan yang sangat strategis
dan penting.
Di era revolusi industri seperti sekarang fintech semakin diperlukan karena
kemudahannya dalam memanfaatkan internet sebagai penghubung antara pihak
satu dan pihak lain melalui sistem elektronik sehingga memungkinkan adanya
transaksi tanpa tatap muka. Fintech dengan layanan keuangan seperti crowdfunding,
mobile payments, dan jasa transfer uang menyebabkan revolusi dalam bisnis startup.
Dengan crowdfunding, bisa memperoleh dana dari seluruh dunia dengan mudah,
bahkan dari orang yang belum pernah ditemui sekalipun. Fintech juga
memungkinkan transfer uang secara global atau internasional. Melihat kemudahan
yang fintech berikan, UMKM yang ada di Indonesia dapat terbantu dalam banyak
hal. Fintech dapat memberikan pinjaman modal, layanan pembayaran digital dan
pengaturan keuangan. Selain itu, dalam paper ini juga dibahas apa saja peluang dan
tantangan perkembangan fintech.

LANDASAN TEORI
Pengertian Fintech
Fintech berasal dari istilah Fintech berasal dari istilah financial technology
atau teknologi finansial. Menurut The NationalDigital Research Centre (NDRC),
diDublin, Irlandia, mendefinisikanfintech sebagai “ innovation infinancial services”
atau “inovasidalam layanan keuangan fintech” yang merupakan suatu inovasi
padasektor finansial yang mendapatsentuhan teknologi modern.Transaksi
keuangan melaluifintech ini meliputipembayaran,investasi, peminjaman uang,
transfer,rencana keuangan dan pembandingprodukkeuangan. Saat ini terdapat 142

2
perusahaan yang bergerakdibidang fintech yang teridentifikasi Industri financial
technologi (fintech) merupakan salah satu metode layanan jasa keuangan yang
mulai populer di era digital sekarang ini. Dan pembayaran digital menjadi salah
satu sektor dalam industri FinTech yang paling berkembang di Indonesia. Sektor
inilah yang kemudian paling diharapkan oleh pemerintah dan masyarakat untuk
mendorong peningkatan jumlah masyarakat yang memiliki akses kepada layanan
keuangan.

Peran Fintech
Fintech dengan layanan keuangan seperti crowdfunding, mobile payments,
dan jasa transfer uang menyebabkan revolusi dalam bisnis startup. Dengan
crowdfunding, bisa memperoleh dana dari seluruh dunia dengan mudah, bahkan
dari orang yang belum pernah ditemui sekalipun Fintech juga memungkinkan
transfer uang secara global atau internasional. Jasa pembayaran seperti PayPal
otomatis mengubah kurs mata uang, sehingga yang berada di Amerika bisa
membeli barang dari Indonesia dengan mudahnya, Fintech juga memiliki peran
penting dalam mengubah perilaku dan ekspektasi konsumen diantaranya :
a. Dapat mengakses data dan informasi kapan saja dan dimana saja
b. Menyamaratakan bisnis besar dan kecil sehingga cenderung untuk memiliki
ekspektasi tinggi meski terhadap bisnis kecil yang baru dibangun.
Secara global, industri Fintech terus berkembang dengan pesat. Terbukti
dari bermunculannya perusahaan startup di bidang ini serta besarnya investasi
global di dalamnya.Khususnya di Indonesia, bisnis ini berkembang sangat pesat
hingga menarik perhatian seluruh pebisnis di Indonesia.

Pengertian UMKM
UKM atau yang biasa dikenal dengan usaha kecil menengah merupakan
sebuah istilah yang mengacu pada suatu jenis usaha yang didirikan oleh pribadi dan
memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,00 (belum termasuk tanah
dan bangunan). Berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008,
pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) adalah:

3
1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur
dalam undang-undang terkait.
2. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha
besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang terkait.
3. Yang dimaksud usaha kecil dan menengah adalah kegiatan usaha dengan skala
aktivitas yang tidak terlalu besar, manajaemen masih sangat sederhana, modal
yang tersedia terbatas, pasar yang dijangkau juga belum luas.
4. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha
besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana
diatur dalam undang-undang terkait.
5. Kata lain dari pelaku usaha adalah wirausahawan (entrepreneuship). Secara
sederhana, wirausahawan (entrepreneuship) dapat diartikan sebagai pengusaha
yang mampu meliat peluang dengan mencari dana serta sumber daya lain yang
diperlukan untuk menggarap peluang tersebut, berani menanggung risiko yang
berkaitan dengan pelaksanaan bisnis yang ditekuninya, serta menjalankan usaha
tersebut dengan rencana pertumbuhan dan ekspansi.

PEMBAHASAN
Peluang dan Tantangan FinTech (Financial Technology)
Industri jasa keuangan mengalami inovasi yang signifikan sejalan dengan
berkembangnya teknologi digital yang sedang terjadi saat ini. Inovasi jasa keuangan
yang telah dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan menjadi perbincangan
saat ini adalah financial technology (FinTech). Menurut Financial Stability Board

4
(FSB), fintech adalah suatu bentuk inovasi finansial berbasis teknologi yang dapat
menghasilkan model bisnis, aplikasi, proses atau produk baru dengan efek material
terkait pada pasar keuangan, institusi dan penyedia layanan keuangan. Sedangkan
menurut The National Digital Research Centre (NDRC), FinTech merupakan
innovation in financial services.
Industri fintech saat ini berkembang dengan pesat. Hal ini ditandai dengan
semakin banyak berdirinya startup di bidang fintech. Fintech menawarkan berbagai
jenis jasa keuangan, antara lain seperti peer to peer lending (P2P)
(peminjaman), crowdfunding, paymentgateway (alat pembayaran), dan manajemen
investasi. Dari beberapa jenis usaha tersebut, layanan P2P lending dan
sistem pembayaran yang paling banyak digunakan oleh masyarakat.
Fintech yang disebut sebagai kemajuan dalam dunia transaksi ekonomi juga
telah menarik pelaku dunia transaksi ekonomi dan keuangan yang berprinsip
Syariah dengan munculnya suattu terobosan baru yang disebut sebagai Fintech
Syariah. Fintech Syariah di Indonesia sudah mulai banyak menarik perhatian publik
terlebih dengan dibentuknya Asosiasi Fintech Syariah Indonesia (AFSI) Institute
yang menaungi fintech syariah di Indonesia serta mulai dilegalkannya fintech
Syariah sebagai suatu transaksi ekonomi yang juga dapat didaftarkan kepada
Otoritas Jasa dan Keuangan (OJK). Fintech Syariah merupakan kombinasi dari
inovasi teknologi informasi dengan produk dan layanan yang ada pada bidang
keuangan dan teknologi yang mempercepat dan memudahkan bisnis proses dari
transaksi, investasi dan penyaluran dana berdasarkan nilai-nilai syariah (Yarli,
2018).
Dalam melakukan pengembangan terhadap FinTech Syariah terdapat
beberapa peluang dan kendala yang harus dihadapi para startup FinTech Syariah di
Indonesia. Pertama, yakni Otoritas Jasa dan Keuangan (OJK) memberikan
kesempatan bagi para pelaku Fintech syariah untuk mendaftarkan secara resmi
Fintech nya di OJK, namun di sisi lain terganjal oleh Perizinan dan modal minimum
pendirian Fintech Syariah. Setelah terdaftar di OJK, perusahaan fintech syariah
harus mengajukan label syariah ke Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN MUI). DSN akan mempelajari alur bisnis fintech syariah tersebut,

5
menunjuk Dewan Pengawas Syariah (DPS), lalu setelah semua syarat telah
dipenuhi, DSN akan memberikan label syariah.
Kedua, yakni kemudahan teknologi untuk kegiatan investasi dan donasi,
namun di sisi lain tujuan fintech untuk mempermudah masyarakat dengan inovasi
teknologi berbanding terbalik dengan adanya kondisi di masyarakat pedesaan yang
masih minim pengetahuan untuk mengoperasikan Fintech Syariah. ketua AFSI
(Asosiasi Fintech Syariah Indonesia) yang mengungkapkan bahwa salah satu
tantangan terbesar adalah rendahnya edukasi kepada masyarakat, masih banyak
masyarakat yang belum memahami industri fintech.
Ketiga, yakni Kasus dan fenomena fintech konvensional yang terjadi di
masyarakat yang memberikan stigma negatif akhir-akhir ini di masyarakat. Cara
penagihan yang kasar bahkan bermacam-macam bentuk dan medianya serta sampai
kepada banyaknya kasus bunuh diri karena ketidakmampuan membayar pinjaman
online via fintech konvensional yang ditawarkan oknum fintech di Indonesia
menjadi suatu peluang bagi fintech syariah untuk meyakinkan bahwa fintech
syariah berbeda dari fintech konvensional.
Keempat yaitu keadaan dimana mayoritas penduduk Indonesia memeluk
agama Islam. Saat ini ada lebih dari 207 juta muslim di Indonesia, namun SDM
(Sumber Daya Manusia) yang memahami akad-akad transaksi yang berlandaskan
prinsip syariah masih kurang, hal ini dapat diatasi dengan mulai dikenalkannya
akad-akad tersebut kepada masyarakat, apalagi dengan jumlah umat muslim yang
sangat banyak seharusnya bisa menjadi suatu peluang dan kemudahan bagi
pemerintah dan para pelaku fintech syariah untuk menyebarluaskan ilmu dalam
transaksi syariah yang penting untuk diketahui sebagai landasan akad pada
implementasi fintech syariah di Indonesia.
Kelima, yakni dengan pesatnya perkembangan teknologi yang masuk ke
Indonesia tidak menutup kemungkinan bahwa keberadaan fintech syariah dapat
dengan cepat tenggelam dan digantikan oleh inovasi teknologi lain di masa depan
berkaitan dengan transaksi keuagan. Para pelaku fintech syariah harus selalu
menghadirkan keunggulan dan inovasi fintech syariah di Indonesia agar kehadiran

6
fintech syariah tidak mudah digantikan oleh perkembangan teknologi lain di masa
depan.

Peran Fintech Syariah dalam Meningkatkan Keuangan Inklusif pada UMKM


di Indonesia
Pada era globalisasi ini, peran financial technology semakin banyak
dibutuhkan pada perkembangan kegiatan ekonomi di dunia, salah satunya pada
lembaga keuangan syariah yang sejauh ini mengalami pertumbuhan yang tak kalah
pesat. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di
dunia, yakni menccapai 255 juta jiwa. 1 Memiliki jumlah penduduk yang besar
menjadikan kesejahteraan penduduk menjadi prioritas utama suatu Negara. Oleh
sebab itu, fenomena tersebut harus diimbangi dengan banyaknya lapangan kerja
yang dibuka. Indonesia harus secara mandiri mengatasi hal tersebut dengan
mendukung usaha-usaha yang didirikan masyarakat guna mencapai output berupa
peningkatan ekonomi serta kesejahteraan suatu Negara.
Perbankan syariah sebagai salah satu lembaga keuangan intermediasi yang
beroperasi berdasarkan prinsip syariah harus hadir dan sangat dibutuhkan perannya
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pelaku usaha. Kebutuhan tersebut tidak
hanya terbatas pada modal, melainkan juga dalam hal sistem pembayaran. Di era
digital saat ini, bank syariah dituntut tidak hanya melakukan kegiatan yang
cenderung eksklusif, dengan hanya menerima suatu aktivitas transaksi melalui
kantor-kantor cabang. Akan tetapi, bank syariah perlu melakukan inovasi berupa
pelaksanaan kerja sama dengan perusahaan fintech. Dengan harapan agar produk-
produk yang ditawarkan oleh bank syariah dapat diakses oleh semua pelaku bisnis
di seluruh wilayah Indonesia, serta bank syariah akan semakin dengan pelaku usaha
(UMKM).
Disampng itu, kehadiran sejumlah perusahaan fintech turut berkontribusi
dalam pengembangan UMKM. Tidak hanya sebatas membantu pembiayaan modal
usaha, peran fintech juga sudah merambah ke berbagai aspek seperti layanan

1
Badan Pusat Statistik Indonesia

7
pembayaran digital dan pengaturan keuangan. Berikut ini beberapa layanan fintech
bagi UMKM:
1. Pinjaman Modal
Perusahaan fintech memberikan layanan peminjaman modal dengan proses
pengajuan yang lebih sederhana dibandingkan dengan layanan yang diberikan
pada perbankan konvensional. Pada perbankan konvensional permohonan
pengajuan pinjaman modal disertai dengan beberapa persyaratan, diantaranya
berupa jaminan. Pada perusahaan fintech, umunya nasabah hanya diminta
melengkapi beberapa persyaratan dokumen saja. Layanan pinjaman online ini
menjadi alternatif yang relatif efektif dibandingkan lainnya karena pinjaman
yang diajukan dapat cair dalam waktu kurang dari seminggu.
2. Layanan pembayaran digital
Perusahaan fintech juga menyediakan pembayaran digital yang lebih mudah dan
pastinya aman bag pembisnis. Mekanisme pembayaran yang mudah dan aman
menjadi daya tarik tersendiri bagi pelaku bisnis. Salah satu fintech yang
meyediakan pembayaran digital adalah aplikasi Jenius yang bersinergi dengan
perusahaan transportasi online.
3. Layanan Pengaturan Keuangan
Terdapat beberapa aplikasi yang menawarkan layanan pengaturan keuangan.
Inovasi ini bertujuan membantu pembisnis UMKM dalam mengatur keuangan
perusahaan. Layanan yang diberikan meliputi pencatatan pengeluaran,
pemantauan kinerja investasi, dan konsultasi keuangan tanpa dikenakan biaya.
Beberapa perusahaan fintech yang menyediakan layanan pengaturan keuangan
misalnya Dompet Sehat dan Ngaturduit.com. perusahaan tersebut apabila dapat
diaplikasikan dalam sesuai dengan prinsip syariah, maka para pelaku bisnis
akan mudah untuk mengakses produk-produk yang ditawarkan perbankan
syariah. Sehingga bank syariah akan bersifat inklusif, dimana semua produk
yang ditawarkan dapat diakses oleh seluruh pelaku bisnis.
Namun demikian, hendaknya pemerintah dapat memberi perhatian khusus
kepada masyrakata yang berada di daerah-daerah terpencil untuk turut andil dalam
perkembangan teknologi. Agar dapat menjadi Negara maju, maka pemerintah dapat

8
mengembangkan sektor perekonomian Indonesia dengan sistem digital agar sektor
UMKM dapat berkembang hingga ke ranah internasional.
Usaha mikro kecil menengah memiliki peran penting dalam perekonomian
masyarakat Indonesia. Keberadaan para pelaku UMKM bersama dengan koperasi
dipandang penting bagi pemerintah. UMKM dan koperasi memiliki wadah secara
khusus dibawah kementrian koperasi dan UKM. Terdapat 3 peran penting UMKM
dalam kehidupan masyarakat kecil:
1. Sarana mengentaskan masyarakat dari kemiskinan
2. Sarana meningkatkan prekonomian rakyat kecil
3. Memberikan pemasukan devisa bagi Negara.
Seiring dengan perkembangan teknologi finansial, sehingga berdampak
pada pemanfaatan Fintech untuk membantu kegiatan usahanya oleh pemilik
UMKM. Faktor yang mengharuskan pemilik UMKM menggunakan Fintech
dikarenakan oleh:
a. Perkembangan Fintech
Kemajuan teknologi mendorong perkembangan Fintech di lembaga keuangan
baik itu perbankan, koperasi simpan pinjam maupun lembaga keuangan lainnya
untuk meningkatkan fitur-fitur layanan. Peningkatan itu akan mempermudah
pengguna aplikasi yaitu para pemilik UMKM.
b. Konsumen
Perilaku konsumen sekarang dikarenakan perkembangan teknologi merubah
kebiasaan masyarakat yang dulunya konvensional menjadi online, selain
mempermudah transaksi juga praktis bisa dilakukan tanpa datang langsung. Hal
ini mempengaruhi pada penjualan produk sehingga pemilik usaha diharuskan
untuk menggunakan Fintech sebagai alat transaksi.
c. Kenyamanan dan Keamanan
Perkembangan Fintech di bekali dengan kecanggihan pengamanan dalam
aplikasi sehingga tingkat keamanan dan kenyamanan lebih baik dibandingkan
dengan transaksi manual. Pemilik UMKM didorong untuk dapat bertransaksi
tanpa harus khawatir akan keamanan. Kolaborasi antara perbankan dan
financial technology bisa memberikan kontribusi dalam peningkatan literasi

9
keuangan UMKM. Apalagi, selama ini pemerintah gencar mengkampanyekan
gerakan nasional transaksi nontunai. Sehingga terbentuk less-cash society
dalam transaksi. Sebab, jumlah pengguna handphone di Indonesia sudah
sangat banyak. “Penetrasi smartphone di Indonesia sudah melebihi penetrasi
akun bank di Indonesia.” Dapat disimpulkan bahwa terdapat peranan Fintech
dalam meningkatkan Literasi Keuangan pada UMKM

KESIMPULAN
Perkembangan hukum ekonomi islam sudah dapat disetarakan dengan
hukum ekonomi konvensional. Ekonomi Islam hadir sebagai suatu sistem
perekonomian yang wajib dijalankan oleh umat Islam dan sebagai alternatif-solutif
untuk umat non-islam. Konsep dari Ekonomi Islam sendiri terus berubah mengikuti
perkembangan zaman. Eksistensi Ekonomi Islam mulai menjamur ditandai dengan
adanya lembaga keuangan berbasis syariah, yang salah satunya adalah Fintech
Syariah.
Financial Technology adalah salah satu inovasi dalam bidang keuangan
menggunakan teknologi yang memudahkan masyarakat dalam menggunakan
produk layanan keuangan yang tidak bisa ditangani oleh lembaga keuangan
tradisional. Fintech berkembang di berbagai sektor, mulai dari startup pembayaran,
peminjaman (lending), perencanaan keuangan (personal finance), investasi ritel,
pembiayaan (crowdfunding), remitansi, riset keuangan, dan lain-lain.
Kehadiran sejumlah perusahaan fintech turut berkontribusi dalam
pengembangan UMKM. Tidak hanya sebatas membantu pembiayaan modal usaha,
peran Fintech juga sudah merambah ke berbagai aspek seperti layanan pembayaran
digital dan pengaturan keuangan. Kendala implementasi fintech dalam
meningkatkan keuangan inklusif pada UMKM di Indonesia
1. Infrastruktur
2. Sumber Daya Manusia (SDM)
3. Perundang-undanga
4. Kurangnya literasi keuangan

10
Oleh karena itu, dibutuhkan sinergi dan kerjasama yang lebih kuat untuk
mengembangkan sistem fintech untuk meningkatkan sistem ekonomi digital pada
UMKM. Selain itu, harus dilakukan peningkatan literasi keuangan agar masyarakat
daerah dan pelosok lebih mengetahui melalui teknologi finansial sehingga
masyarakat dapat lebih produktif dalam meningkatkan perekonomian daerahnya.

DAFTAR PUSTAKA
Hiyanti, Hida, Lucky Nugroho, Citra Sukmadilaga, Tettet Fitrijanti. “Peluang dan
Tantangan FinTech (Financial Technology) Syariah di Indonesia” Jurnal
Ilmiah Ekonomi Islam, 5(03), 326-333 (2018)

Muzdalifa, Irma, Inayah Aulia Rahma, and Bella Gita Novalia. "Peran Fintech
Dalam Meningkatkan Keuangan Inklusif Pada UMKM Di Indonesia
(Pendekatan Keuangan Syariah)." Jurnal Masharif al-Syariah: Jurnal
Ekonomi dan Perbankan Syariah 3.1 (2018).

Oktafia, Renny. “Percepatan Pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah


(UMKM) Melalui Perkuatan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS)
Di Jawa Timur.” Proceedings of Annual Conference for Muslim Scholars.
No. Seri 1. 2017.

Ridlwan, Ahmad Ajib dan Juniarti, Rosa Prafitri. “Penguatan Modal UMKM
Melalui Linkage Perbankan Syariah dan LKMS (BMT) sebagai Upaya
Pengentasan Kemiskinan” PROSIDING Seminar Nasional dan Call for
Papers Ekonomi Syariah “Indonesia sebagai Kiblat Ekonomi Syariah

Winarto, Wahid Wachyu Adi. "Peran Fintech dalam Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM)." Jesya (Jurnal Ekonomi & Ekonomi Syariah) 3.1
(2020): 61-73.

11

Anda mungkin juga menyukai